Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatkan keamanan dari obat yang harus di waspadai merupakan salah

satu dari enam sasaran keselamatan pasien (JCI, 2013). Keselamatan pasien menjadi

bagian penting dalam pelayanan keperawatan. Perawat sebagai tenaga terdepan yang

bersentuhan langsung dengan pasien bertanggung jawab menyediakan layanan yang

menunjang keselamatan tersebut. Keselamatan pasien merupakan komponen penting

dan vital dalam asuhan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena keselamatan

pasien merupakan satu langkah untuk memperbaiki mutu layanan dan menjadi salah

satu indikator klinik mutu pelayanan keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam

pemberian obat-obatan yang aman (Cahyono, 2012).

Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan

Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an,

sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is

human, building a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru

dalam pelayanan kesehatan yang mengutamakan pelaporan, analisis, dan pencegahan

medical error yang sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam

pelayanan kesehatan( Kemenkes RI, 2011).

Pemberian obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun

perawat memiliki tugas untuk memberikan obat kepada pasien secara aman dengan

menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat (Hura, 2014). Prinsip

tujuh benar dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat diperlukan

sebagai upaya pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas yang
dilakukan, dan sebagai perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap tuntutan

hukum, maupun untuk pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian yang timbul

sebagai akibat kesalahan pemberian obat (Harmiady, 2014).

Kejadian kesalahan pemberian obat dirumah sakit seharusny zero error karena

dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan pasien memperpanjang hari rawat

inap, menambah biaya perawatan, serta terburuk dapat menghilangkan nyawa pasien

(Potter & Perry, 2009). Pada dasarnya obat merupakan racun bagi tubuh manusia

apabila pemberiannya tidak sesuai dengan prosedur yang tepat, akan tetapi apabila

diberikan sesuai dengan prosedur yang tepat, obat dapat menyembuhkan pasien

tersebut (Hardianti, 2016). Dampak dari kesalahan dalam pemberian obat kepada

pasien juga dapat menyebabkan efek toksin terhadap kesehatan pasien seperti

keracunan obat, alergi obat, muntah bahkan kematian (Hura, 2014).

Penelitian Karna, et al (2012) menuliskan melalui hasil laporan British Medical

Association bahwa telah terjadi setidaknya 250.000 pasien yang dirawat di rumah

sakit United Kingdom mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug

Reaction) setiap tahunnya. Joint Commission International (JCI) & Wolrd Health

Organitation (WHO) juga melaporkan di beberapa negara terdapat 70% kejadian

kesalahan pengobatan dan sampai menimbulkan kecacatan yang permanen pada

pasien (Fatimah, 2016). Kesalahan pemberian obat diperkirakan 1 dari 10 pasien

diseluruh dunia, tipe kesalahan yang menyebabkan kematian pada pasien meliputi

40,9%, salah dosis, 16% salah obat, dan 9,5% salah rute pemberian (Pranasari, 2016).

Kejadian ini akan terus meningkat apabila tidak adanya kesadaran dari perawat dalam

melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip pemberian obat yang berlaku

2
dirumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya.

Di Indonesia kesalahan dalam pemberian obat belum terdata secara sistematis

dan sistem pelaporan yang terdokumentasi masih belum banyak dilaksanakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Harmiady (2014) di RS Haji Makassar terkait perilaku

perawat dalam penerapan prinsip enam benar pemberian obat menunjukkan bahwa

91,3% perawat dapat menerapkan prinsip enam benar pemebrian obat dengan tepat

dan 8,7% tidak melaksanakan prinsip enam benar dengan tepat. Hal serupa dilakukan

oleh Fatimah (2014) dalam penelitiannya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

menunjukkan hasil bahwa penerapan prinsip enam benar pemberian obat oleh

perawat dalam kategori baik sebesar 40,6% dan kategori cukup sebesar 59,4%.

Kesalahan dalam pemberian obat yang dilakukan oleh perawat dapat terjadi

karena dipengaruhi berbagai ragam faktor. Salah satunya disebabkan oleh perilaku

kinerja perawat yang tidak menerapkan prinsip tujuh benar pemberian obat yang

berlaku di rumah sakit. Menurut Gibson (1997 dalam Nursalam, 2014) kinerja

dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor individu, psikologis, dan organisasi. Faktor

individu yaitu kemampuan, keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman kerja,

tingkat sosial dan demografis seseorang. Faktor psikologis yaitu persepsi, peran,

sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja. Sedangkan faktor organisasi yaitu

struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, dan sistem penghargaan

(reward system). Harmiady (2014) juga menyebutkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi perawat dalam pelaksanaan prinsip enam benar diantaranya

pengetahuan, tingkat pendidikan dan motivasi kerja. Dalam menjaga keamanan

pemberian obat, perawat harus memperhatikan prinsip lima benar pemberian obat.

Prinsip ini dikategorikan tradisional yang terdiri dari: benar pasien, benar obat, benar

3
dosis, benar waktu dan benar rute. Selanjutnya, berdasarkan pengalaman di lapangan,

Kee et al. (2009) menambahkan lima prinsip, yaitu: benar pengkajian, benar

dokumentasi, benar pendidikan kesehatan pasien, benar evaluasi dan benar penolakan

oleh pasien. Prinsip lima benar yang masih tradisional tersebut digabungkan dengan

lima prinsip yang ditambahkan melalui hasil pengalaman praktek keperawatan

profesional, dikenal sebagai “five-plus-five right”yang dalam bahasa Indonesia berarti

“lima tambah lima benar” dan lebih popular dengan istilah “prinsip sepuluh benar

pemberian obat”. Prinsip ini mendasari praktek keperawatan profesional dalam

pemberian obat Kee et al. (2009).

Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Tada tentang jumlah

perawat di Puskesmas Tada yaitu berjumlah 10 orang perawat pelaksana. Hasil

wawancara pada tanggal 30 Juni 2018 dengan 3 orang perawat diperoleh informasi

bahwa laporan insiden kejadian keselamatan pasien seperti kesalahan pemberian obat,

kejadian nyaris cedera memang pernah terjadi sebelumnya.. Hasil observasi terhadap 10

orang perawat yang sedang dinas di Puskesmas Tada, prinsip tujuh benar seperti benar

obat, benar pasien, benar dosis, dan benar cara pemberian obat perawat sudah

melakukannya dengan baik. Permasalahan yang muncul terdapat pada kurang tepatnya

waktu pemberian dan pendokumentasian yang tidak lengkap. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan sikap perawat

tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah

pengetahuan dan sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7

benar di Puskesmas Tada?”

4
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahuinya pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian obat

dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya pengetahuan perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan

prinsip 7 benar di Puskesmas Tada.

b. Diketahuinya sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip

7 benar di Puskesmas Tada.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Tada

Sebagai bahan masukan tentang pengetahuan dan sikap perawat tentang

ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada sehingga

pelayanan dapat ditingkatkan terutama dalam melakukan pemberian obat.

2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Jaya Palu

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Jaya Palu dalam bidang penelitian terutama tentang

pengetahuan dan sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7

benar di Puskesmas Tada.

3. Bagi peneliti

Merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk menambah wawasan

dan pengetahuan dalam menerapkan teori riset.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori tentang Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orangmelakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu melaluipancaindra manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2012).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan

tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Jadi,

pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bachtiar

2012).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalamdomain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, mengingat kembali termasuk (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara luas.

c. Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

6
d. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut,dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis), menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi (Evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Mubarak (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwah semakin

tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi,

dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang

makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan

tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari

orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk

semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

7
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang

yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan

seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek

tersebut.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dengan bekerja seseorang akan banyak bertemu dengan orang lain dan saling

member informasi.

c. Umur

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan

pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

d. Minat

Minat sebagai kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,

sehingga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

8
e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa

lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama

bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang

bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal

dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan

atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-

macam media massa yang dapat  mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru.  Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media

massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam

penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula

pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal  memberikan landasan kognitif

baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

g. Sosial budaya dan ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui  penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

9
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status

ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

h. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik

ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

4. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian

atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo 2010).

Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga

tingkat yaitu:

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.

b. Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%.

c. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55%.

B. Tinjauan Teori tentang Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi/reaksi terhadap suatu obyek,

memihak/tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan 

10
(afeksi), pemikiran  (kognisi) dan predisposisi tindakan  (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin 2013).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Dan lebih dapat dijelaskan

lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo 2012).

Diagram dibawah ini lebih dapat menjelaskan uraian tersebut di atas

Stimulus/ Reaksi
Proses Stimulus
Rangsangan Tingkah Laku

Sikap

Gambar 2.1 Diagram sikap (Notoatmodjo 2012)

2. Komponen Sikap

Dalam bagian lain, Allport (1994) dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

a.Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c.Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan

dan emosi memegang peranan penting.

11
3. Tingkatan Sikap

Sama halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu (Notoatmodjo 2012):

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang di berikan.

b. Merespon (responding)

Saat seseorang dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah satu indikasi dari sikap. Karena

dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang

di berikan terlepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah dengan orang lain adalah suatu indikasi sikap tingkatan ketiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah di pilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Adapun faktor yang mempengaruhi sikap (Notoadmodjo 2012):

a. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

12
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting

tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap

sikap konsumennya.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada

gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

13
f. Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

5. Cara mengukur sikap

Pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan pernyataan akan

didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta

untuk menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap isi pernyataan

dalam empat macam kategori jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju

(TS, setuju (S), dan sangat setuju (SS) (Notoatmodjo 2012).

C. Tinjauan Tentang Pemberian Obat dengan Prinsip 7 Benar

1. Pengertian

Rancangan Kebijakan Obat Nasional menyatakan bahwa “obat adalah sediaan

atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi”

(Adisasmito, 2012). Menurut Potter & Perry (2009), “obat merupakan komponen

yang digunakan dalam diagnosis, pengobatan, pemulihan atau pencegahan yang

dapat mempengaruhi kesehatan”. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirangkum

bahwa obat merupakan paduan dari berbagai bahan yang digunakan untuk

keperluan diagnosis dan terapeutik serta berpengaruh terhadap sistim

fisiologi/keadaan patologis dalam kesehatan.

14
2. 7 Prinsip Benar Pemberian Obat

Menurut Kee et al. (2009) 7 prinsip benar pemberian obat adalah sebagai

berikut:

a. Benar Pasien:

1) Gunakan minimal 2 identitas pasien.

2) Cocokkan obat yang akan diberikan dengan instruksi terapi tertulis.

3) Anamnesis riwayat alergi.

4) Anamnesis kehamilan/ menyusui.

5) Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat

daftar obat-obat tersebut.

6) Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan

pasien di rumah (termasuk kelalaian, duplikasi, penyesuaian, kehilangan/

menghilangkan, interaksi, atau tambahan obat).

7) Identifikasi pasien yang akan mendapat obat dengan kewaspadaan tinggi

dilakukan oleh dua orang yang kompeten double check.

b. Benar Obat

1) Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom

obat), dan larutan lain.

2) Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak

akan segera dipakai juga harus diberi label.

3) Pemberian label di lokasi perioperatif atau ruang prosedur dilakukan

setiap kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.

15
4) Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran

dan volume, tanggal persiapan, tanggal kadaluarsa jika tidak digunakan

dalam 24 jam dan tanggal kadaluarsa jika kurang dari 24 jam.

5) Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual

jika orang yang menyiapkan obat bukan yang memberikannya ke pasien. 

6) Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika

tidak segera diberikan.

7) Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat

disiapkan/diisi. 

8) Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu

obat atau larutan pada satu saat.

9) Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.

10) Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi

atau prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai

tindakan selesai).

11) Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas

lama dan petugas baru secara bersama. 

12) Ubah daftar obat/ kardeks jika terdapat perubahan obat. 

13) Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua

orang yang kompeten double check.

c. Benar Dosis

1) Dosis/ volume obat, terutama yang memerlukan kewaspadaan tinggi,

dihitung dan dicek oleh dua orang yang kompeten à double check. 

2) Jika ragu konsultasi ke dokter yang menulis resep.

16
3) Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.

d. Benar Waktu

1) Sesuai waktu yang ditentukan: sebelum makan, setelah makan, saat

makan.

2) Perhatikan waktu pemberian: 3 x sehari  tiap 8 jam, 2 x sehari  tiap 12

jam, Sehari sekali tiap 24 jam, Selang sehari tiap 48 jam

3) Obat segera diberikan setelah diinstruksikan oleh dokter.

4) Belum memasuki masa kadaluarsa obat.

e. Benar Cara/ Route Pemberian

1) Cara pemberian obat harus sesuai dengan bentuk/ jenis sediaan

obat: Slow-Release tidak boleh digerus dan Enteric coated tidak boleh

digerus.

2) Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/

sirup.

3) Pemberian antar obat sedapat mungkin berjarak.

4) Jadwal pemberian obat dan nutrisi juga berjarak.

f. Benar Dokumentasi

1) Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus

didokumentasikan.

2) Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf

yang melakukan.

3) Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang

memberikan obat tersebut.

17
4) Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi

nama dan paraf yang mengubahnya.

5) Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf

di ujungnya: Contoh : Lasix tab, 1 x 40 mg Jcmd à Lasix inj, 1 x 40 mg

iv. 

6) Dokumentasikan respon pasien terhadap pengobatan: Efek Samping

Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden +

Formulir Pelaporan Efek Samping Obat. Pelaporan Insiden dikirim ke

Tim Keselamatan Pasien di Unit Pelayanan Jaminan Mutu. Pelaporan

Efek Samping Obat dikirim ke Komite Farmasi dan Terapi. 

7) Dokumentasikan Kejadian Nyaris Cedera terkait pengobatan  Form

Pelaporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien. 

8) Dokumentasikan Kejadian Tidak Diharapkan  Form Pelaporan Insiden

ke Tim Keselamatan Pasien.

g. Benar Informasi

1) Semua rencana tindakan/ pengobatan harus dikomunikasikan pada

pasien dan atau keluarganya, termasuk pasien di ICU (hak pasien!).

2) Jelaskan tujuan dan cara mengkonsumsi obat yang benar.

3) Jelaskan efek samping yang mungkin timbul.

4) Rencana lama terapi juga dikomunikasikan pada pasien. 

5) Semua informasi yang telah diberikan pada pasien dan keluarganya ini

ditulis dalam “Form Penjelasan dan Pendidikan Dokter kepada Pasien”

18
D. Landasan Teori

Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pelanggan (pasien) saling berkaitan

dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu.

Diantara enam sasaran mutu, keselamatan merupakan sasaran yang paling dapat

dirasakan oleh pasien. Layanan bermutu sudah pasti aman. Sebaliknya, layanan yang

aman belum tentu bermutu. Layanan yang aman belum tentu bebas dari kesalahan.

Pemberian obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun perawat

memiliki tugas untuk mendelegasikan obat kepada pasien secara aman dengan

menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat Prinsip tujuh benar

dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat diperlukan sebagai upaya

pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas yang dilakukan, dan sebagai

perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap tuntutan hukum, maupun untuk

pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian yang timbul sebagai akibat

kesalahan pemberian obat (Harmiady, 2014).

Kejadian kesalahan pemberian obat dirumah sakit seharusny zero error karena

dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan pasien memperpanjang hari rawat

inap, menambah biaya perawatan, serta terburuk dapat menghilangkan nyawa pasien

(Potter & Perry, 2009). Pada dasarnya obat merupakan racun bagi tubuh manusia

apabila pemberiannya tidak sesuai dengan prosedur yang tepat, akan tetapi apabila

diberikan sesuai dengan prosedur yang tepat, obat dapat menyembuhkan pasien.

Pemberian obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun

perawat memiliki tugas untuk mendelegasikan obat kepada pasien secara aman

dengan menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat (Hura, 2014).

Prinsip tujuh benar dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat

19
diperlukan sebagai upaya pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas

yang dilakukan, dan sebagai perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap

tuntutan hukum, maupun untuk pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian

yang timbul sebagai akibat kesalahan pemberian obat (Harmiady, 2014).

E. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik

variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan

membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam 2014).

Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konsep

penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Pengetahuan Perawat
7 Prinsip Benar Pemberian Obat
Sikap Perawat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

20
B A B III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat

oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

(Nursalam, 2014). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian

deskriptif untuk melihat gambaran mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang

ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada.

B. Tempat Dan Waktu

1. Tempat

Penelitian telah dilakukan di Puskesmas Tada.

2. Waktu

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal tanggal 26 sampai dengan

29 Agustus tahun 2018.

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Nursalam, 2014). Variabel penelitian dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian obat dengan

prinsip 7 benar di Puskesmas Tada.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)

21
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatru objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh

orang lain (Nursalam, 2014).

a. Pengetahuan tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar

Definisi : Segala sesuatu yang diketahui dan dipahami perawat tentang

pemberian obat dengan prinsip 7 benar seperti benar obat,

benar pasien, benar dosis, dan benar cara pemberian obat dan

benar pendokumentasian serta benar informasi.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 0 = Kurang dengan skor jawaban responden 40-55%.

1 = Cukup dengan skor jawaban responden 56-75%.

2 = Baik jika skor jawaban responden 76-100%

b. Sikap tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar

Definisi : Merupakan respon atau tanggapan perawat tentang pemberian

obat dengan prinsip 7 benar.

Alat ukur : Kuesioner

Cara ukur : Pengisian kuesioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : 0 = Kurang baik dengan skor jawaban responden < 62 (median).

1 = Baik dengan skor jawaban responden ≥ 62 (median).

22
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer, yaitu data yang dikumpulkan melalui pembagian kuesioner

dan observasi langsung kepada perawat dan Puskesmas Tada.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapat dari Puskesmas Tada tentang

jumlah jumlah perawat.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data diambil dengan menggunakan kuesioner tentang

pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian obat dengan prinsip 7 benar.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diadopsi

dari penelitian terdahulu oleh Nola, Asril (2013) dan dimodifikasi oleh peneliti

berisi 11 item pernyataan tentang pengerahuan menggunakan skala Guttmant

dengan alternatif pilihan benar diberi skor 1 dan pilihan salah diberi skor 0.

Kuesioner sikap berisi 15 item pernyataan menggunakan pengukuran skala Likert

dengan alternatif pilihan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, kurang

setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

E. Pengolahan Data

Menurut Narbuko, 2002 dalam Setiawan (2011) tahap-tahap pengolahan data

adalah sebagai berikut:

1. Editing : memeriksa kembali data-data yang telah dikumpulkan apakah ada

kesalahan atau tidak.

23
2. Coding : pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori.

3. Tabulating : Penyusunan/perhitungan data berdasarkan variabel yang diteliti

4. Entry : memasukkan data ke program komputer untuk keperluan analisis.

5. Cleaning : membersihkan data dan melihat variabel yang digunakan apakah

datanya sudah benar atau belum.

6. Describing : Menggambarkan atau menerangkan data.

F. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisa data yang dilakukan dengan cara analisis univariat, yang

dilakukan terhadap tiap variabel penelitian. Dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

2. Distribusi Frekuensi

Analisa data dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi dengan rumus

sebagai berikut (Ircham, 2008):

f
x 100%
P = n

Keterangan: P = Persentase

f = Frekuensi

n = Sampel.

G. Penyajian Data

Untuk penyajian data penulis menggunakan cara penyajian dalam bentuk tabel

dan narasi untuk menjelaskan hasil-hasil penelitian.

24
H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Wibowo 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di Puskesmas Tada berjumlah

10 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili dan dapat

menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Hidayat 2011). Pada

penelitian ini sampel yang diambil adalah total populasi yaitu semua perawat di

Puskesmas Tada dengan kriteria:

a. Kriteria Inklusi

1) Perawat bersedia menjadi responden

2) Perawat tidak libur atau sedang cuti

b. Kriteria Eksklusi

Perawat tidak melaksanakan pemberian obat

25
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Tada terdapat di Kecamatan Tinombo Selatan yang secara

administratif pemerintahan sekarang terdiri dari 10 desa. Luas wilayah Puskesmas

Tada ± 178,6 km2 dengan jumlah desa sebanyak 20 desa yang secara geografis

wilayah Puskesmas Tada terdiri dari dataran sehingga transportasi dan

komunikasi relatif mudah dijangkau dengan batas-batas wilayah kerja Puskesmas

Tada sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Siaga Wilayah PKM Sigenti

b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Teluk Tomini

c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kasimbar

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Donggala

Jika dilihat dari segi jarak antara Puskesmas dengan tiap desa yang ada

maka jarak terdekat dari Puskesmas berkisar antara 0,5 - 1 km² dengan waktu

tempuh berkisar 5 menit. Sedangkan jarak terjauh berkisar antara 1 - 10 km²

dengan waktu tempuh berkisar antara 15 menit. Jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas Tada Tahun 2017 yaitu 12.436 jiwa.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden diuraikan dalam tabel berikut dengan

mengelompokan berdasarkan pendidikan dan masa kerja perawat yang diuraikan

pada tabel berikut:

26
a. Pendidikan

Gambaran karakteristik pendidikan dibagi dalam tiga kategori yaitu

pendidikan DIII keperawatan (Vokasional), pendidikan SI Keperawatan

(Akademik), dan pendidikan NERS (Profesi) (KKNI No 8 tahun 2012).

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Perawat di Puskesmas Tada.
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Diploma III Keperawatan 8 80
S1 Keperawatan 2 20
Jumlah 10 100
Sumber: data primer tahun 2018

Tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 10 responden dalam penelitian ini,

paling banyak adalah responden yang memiliki pendidikan Diploma III

Keperawatan yaitu sebanyak 8 responden (80%).

b. Masa Kerja

Gambaran karakteristik masa kerja dibagi dalam dua kategori yaitu

masa kerja ≤ 5 tahun dan masa kerja > 5 tahun (Peraturan Mentri Kesehatan

RI No 40 tahun 2017). Karakteristik responden berdasarkan masa kerja

perawat dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja


Perawat di Puskesmas Tada
Masa Kerja Frekuensi (f) Persentase (%)
< 5 tahun 4 40
≥ 5 tahun 6 60
Jumlah 10 100
Sumber: data primer tahun 2018

27
Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 10 responden dalam penelitian ini,

paling banyak adalah responden yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun yaitu

sebanyak 6 responden (60%).

3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang perilaku perawat tentang ketepatan pemberian obat

dengan prinsip 7 benar dari 10 responden, yang dilakukan di Puskesmas Tada

tanggal 26 sampai dengan 29 Agustus tahun 2018. Adapun hasil penelitian ini

dianalisa menggunakan analisis univariat serta disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

a. Pengetahuan Perawat

Gambaran distribusi responden menurut pengetahuan perawat tentang

ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar dibagi dalam tiga kategori

yaitu pengetahuan kurang, pengetahuan cukup dan pengetahuan baik yang

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi berdasarkan pengetahuan perawat tentang ketepatan


pemberian obat dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada

Pengetahuan perawat tentang ketepatan Frekuensi (f) Persen (%)


pemberian obat dengan prinsip 7 benar
Baik 8 80
Cukup 2 20
Jumlah 10 100
Sumber: data primer tahun 2018

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 10 responden, paling banyak

adalah perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang ketepatan pemberian

obat dengan prinsip 7 benar yaitu 8 responden (80%).

28
b. Sikap Perawat

Gambaran distribusi responden menurut sikap perawat tentang

ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.4 Distribusi berdasarkan sikap perawat tentang ketepatan pemberian


obat dengan prinsip 7 benar di Puskesmas Tada

Sikap perawat tentang ketepatan Frekuensi (f) Persen (%)


pemberian obat dengan prinsip 7 benar
Baik 8 80
Kurang Baik 2 20
Jumlah 10 100
Sumber: data primer tahun 2018

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 10 responden, paling banyak

adalah perawat yang memiliki sikap baik tentang ketepatan pemberian obat

dengan prinsip 7 benar yaitu 8 responden (80%).

B. Pembahasan

1. Pengetahuan perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki pengetahuan

baik tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar lebih besar

jumlahnya dari pada pengetahuan perawat yang kurang baik. Pengetahuan yang

baik dari perawat terjadi karena perawat masih mengingat dengan baik tentang

prinsip 7 benar dalam pemberian obat. Selain itu pengetahuan responden tergolong

baik disebabkan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki responden serta sebagian

besar perawat memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sehingga memiliki pengalaman dalam

pekerjaannya termasuk dalam pemberian obat dengan prinsip 7 benar. Pengalaman

sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran

29
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Tingkat pendidikan juga

merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat. Pendidikan

seseorang berhubungan dengan kehidupan sosial dan perilakunya. Dimana

semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan dan perilaku seseorang itu

akan semakin baik. Oleh sebab itu, perawat yang memiliki tingkat pendidikan

tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dan lama bekerja merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat karena semakin banyak

memiliki pengalaman. Semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin

banyak pengetahuan yang diperolehnya, oleh sebab itu perawat yang telah lama

bekerja cenderung memiliki pengetahuan yang baik.

Menurut peneliti hal ini cukup baik karena perawat dengan pengetahuan

yang baik akan menyadari pentingnya menerpakan prinsip 7 benar pemberian obat

dan dengan pengetahuan yang baik juga perawat akan mampu memberi obat

dengan tepat dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.

Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2010) dalam enam

tingkatan pengetahuan yaitu tahu yang diartikan sebagai mengingat sesuatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dan memahami yang diartikan

sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar serta

aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Didukung pula pendapat

30
Mubarak (2012) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada

orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Pengalaman sebagai sumber

pengetahuan. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja

akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan

manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari

masalah nyata dalam bidang kerjanya.

Perawat merupakan tenaga kesehatan penting yang berada pada posisi

untuk mengkaji pasien secara utuh, memberikan terapi dan juga obat, mengajarkan

kepada pasien tentang cara terbaik menghadapi terapi agar dapat memastikan hasil

yang paling menguntungkan dan mengevaluasi keefektifan terapi (Amy, 2011).

Pemberian obat adalah salah satu prosedur keperawatan yang paling sering

dilakukan. Ketelitian sangat penting dilakukan dalam memberikan obat untuk

mendapatkan efek pengaruh obat yang maksimal. Dosis kurang atau lebih, teknis

pemberian yang tidak tepat atau pengidentifikasian klinis yang tidak cermat dapat

menyebabkan berbagai komplikasi termasuk kematian (Smith, 2010). Pemberian

obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.

Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang

ditimbulkan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan

membantu klien menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

Selain itu perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan

31
sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan (Potter,

2005).

Pengetahuan merupakan dasar dari tindakan seseorang. Pengetahuan yang

baik akan membentuk dasar tindakan seseorang agar menjadi lebih baik. Seseorang

yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Pemberian Obat akan mempunyai

cukup informasi tentang Pemberian Obat sehingga seseorang tersebut berminat

untuk melakukan Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar pada pasien. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2012), pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya informasi yang

sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. Dengan tidak ada ataupun kurangnya

informasi mengenai Pemberian Obat dan Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar yang

didapat oleh perawat, maka perawat tidak akan memiliki pengetahuan yang dapat

memnbuatnya menjadi berupaya dalam melakukan penerapan prinsip 7 (tujuh)

benar. Dengan demikian perawat dapat lebih meningkatkan pengetahuannya dan

selanjutnya dapat menerapkan Prinsip 7 (tujuh) benar pemberian obat kepada

pasien.

2. Sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang memiliki sikap baik

tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya

dari pada sikap perawat yang kurang baik. Hal ini terjadi karena sebagian besar

perawat memiliki pengetahuan baik tentang ketepatan pemberian obat dengan

prinsip 7 benar sehingga mempengaruhi sikap mereka. Selain itu sikap yang baik

32
juga dipengaruhi oleh kepercayaan (keyakinan) ide yang pernah didengarnya dan

ini mempengaruhi kecenderungan untuk bertindak.

Pengalaman yang baik akan membentuk sikap yang positif dalam

kehidupan seseorang. Selain pengalaman, lingkungan juga sangat berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat

seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

pembentukan sikap seseorang tersebut.

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar

memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah

(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat

tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting

dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan

dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih

proaktif jika membutuhkan pengobatan. Perawat berusaha membantu klien dalam

membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,

mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan dan turut serta bertanggungjawab

dalam pengambilan keputusa tentang pengobatan bersama dengan tenaga

kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep

obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan

sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 7 benar

Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan

kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan

dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan

benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan

33
setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat,

interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang

diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit

Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar

memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah

(parenteral), namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat

tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting

dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan

dan mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih

proaktif jika membutuhkan pengobatan

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang ketepatan pemberian obat dengan

prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya dari pada pengetahuan perawat yang cukup.

2. Perawat yang memiliki sikap baik tentang ketepatan pemberian obat dengan

prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya dari pada sikap perawat yang kurang baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang ada maka penulis mengajukan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Bagi Puskesmas Tada.

Disarankan meningkatkan pelayanan terutama dalam meningkatkan upaya

keselamatan pasien dan bagi perawat disarankan lebih teliti dalam penerapan

pemberian obat dan perawat senantiasa menambah skill, ilmu pengetahuan terbaru

terutama tentang pemberian obat dengan prinsip 7 benar .

2. Bagi Institusi Pendidikan STIK Indonesia Jaya Palu

Diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan

merupakan salah satu bacaan bagi peneliti berikutnya terutama tentang ketepatan

pemberian obat dengan prinsip 7 benar.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Disarankan dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel maupun

metode yang lain seperti penelitian analitik.

35
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2012. Sistem Kesehatan. PT Gramedia Grafindo Persada. Jakarta.

Asril Nola. 2013. Pengaruh pelatihan pemberian obat terhadap perilaku perawat dalam
penerapan prinsip sepuluh benar pemberian obat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Padang. Diploma thesis, Universitas Andalas.

Cahyono, J. B. S. 2012. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek


Kedokteran. Yogyakarta. Kanisius.

Hardiyanti, A. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Motivasi Perawat dalam
Menerapkan Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-
UMI Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Volume I Nomor 2. ISSN :
2302-1721.

Hidayat A A A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta
(ID): Salemba Medika.
Kee, J. L, Hayes, E. R, dan McCuistion, L. E. (2009). Pharmacology, a nursing process
approach (6th edition). Canada: Saunders Elsevier.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi I. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.

Mubarak, Wahit. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta (ID): Salemba
Medika
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): PT.
Rineka.

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID):Rineka Cipta.

Nursalam. 2014. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta (ID): Salemba Medika.
Panggabean, P, Sirait, E., Wartana, I. K., Subardin, Novianty, B. R, Robert V. P, 2018.
Pedoman Penulisan Proposal Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia
Jaya. Palu. Tidak dipublikasikan.
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2005. Fundamental keperawatan. Jakarta (ID): Salemba
medika

Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Fundamental Keperawatan. Jakarta (ID):
Salemba Medika

36
Pranasari . R. 2016. Gambaran Pemberian Obat dengan Prinsip 7 oleh Perawat di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Ramdan P Yusup.2012. Pengetahuan Dasar Obat Untuk Perawan. Bandung: LCN Press
Entrepreneur

Setiawan A, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta (ID): Mulia Medika.

37

Anda mungkin juga menyukai