PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
satu dari enam sasaran keselamatan pasien (JCI, 2013). Keselamatan pasien menjadi
bagian penting dalam pelayanan keperawatan. Perawat sebagai tenaga terdepan yang
dan vital dalam asuhan yang berkualitas. Hal ini menjadi penting karena keselamatan
pasien merupakan satu langkah untuk memperbaiki mutu layanan dan menjadi salah
satu indikator klinik mutu pelayanan keperawatan. Perawat bertanggung jawab dalam
Saat ini isu penting dan global dalam Pelayanan Kesehatan adalah Keselamatan
Pasien (Patient Safety). Isu ini praktis mulai dibicarakan kembali pada tahun 2000-an,
sejak laporan dan Institute of Medicine (IOM) yang menerbitkan laporan: to err is
human, building a safer health system. Keselamatan pasien adalah suatu disiplin baru
medical error yang sering menimbulkan Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dalam
perawat memiliki tugas untuk memberikan obat kepada pasien secara aman dengan
menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat (Hura, 2014). Prinsip
tujuh benar dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat diperlukan
sebagai upaya pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas yang
dilakukan, dan sebagai perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap tuntutan
hukum, maupun untuk pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian yang timbul
Kejadian kesalahan pemberian obat dirumah sakit seharusny zero error karena
inap, menambah biaya perawatan, serta terburuk dapat menghilangkan nyawa pasien
(Potter & Perry, 2009). Pada dasarnya obat merupakan racun bagi tubuh manusia
apabila pemberiannya tidak sesuai dengan prosedur yang tepat, akan tetapi apabila
diberikan sesuai dengan prosedur yang tepat, obat dapat menyembuhkan pasien
tersebut (Hardianti, 2016). Dampak dari kesalahan dalam pemberian obat kepada
pasien juga dapat menyebabkan efek toksin terhadap kesehatan pasien seperti
Association bahwa telah terjadi setidaknya 250.000 pasien yang dirawat di rumah
sakit United Kingdom mengalami reaksi obat yang tidak diharapkan (Adverse Drug
Reaction) setiap tahunnya. Joint Commission International (JCI) & Wolrd Health
diseluruh dunia, tipe kesalahan yang menyebabkan kematian pada pasien meliputi
40,9%, salah dosis, 16% salah obat, dan 9,5% salah rute pemberian (Pranasari, 2016).
Kejadian ini akan terus meningkat apabila tidak adanya kesadaran dari perawat dalam
melakukan pemberian obat sesuai dengan prinsip pemberian obat yang berlaku
2
dirumah sakit maupun pelayanan kesehatan lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Harmiady (2014) di RS Haji Makassar terkait perilaku
perawat dalam penerapan prinsip enam benar pemberian obat menunjukkan bahwa
91,3% perawat dapat menerapkan prinsip enam benar pemebrian obat dengan tepat
dan 8,7% tidak melaksanakan prinsip enam benar dengan tepat. Hal serupa dilakukan
menunjukkan hasil bahwa penerapan prinsip enam benar pemberian obat oleh
perawat dalam kategori baik sebesar 40,6% dan kategori cukup sebesar 59,4%.
Kesalahan dalam pemberian obat yang dilakukan oleh perawat dapat terjadi
karena dipengaruhi berbagai ragam faktor. Salah satunya disebabkan oleh perilaku
kinerja perawat yang tidak menerapkan prinsip tujuh benar pemberian obat yang
berlaku di rumah sakit. Menurut Gibson (1997 dalam Nursalam, 2014) kinerja
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor individu, psikologis, dan organisasi. Faktor
tingkat sosial dan demografis seseorang. Faktor psikologis yaitu persepsi, peran,
sikap, kepribadian, motivasi, dan kepuasan kerja. Sedangkan faktor organisasi yaitu
pemberian obat, perawat harus memperhatikan prinsip lima benar pemberian obat.
Prinsip ini dikategorikan tradisional yang terdiri dari: benar pasien, benar obat, benar
3
dosis, benar waktu dan benar rute. Selanjutnya, berdasarkan pengalaman di lapangan,
Kee et al. (2009) menambahkan lima prinsip, yaitu: benar pengkajian, benar
dokumentasi, benar pendidikan kesehatan pasien, benar evaluasi dan benar penolakan
oleh pasien. Prinsip lima benar yang masih tradisional tersebut digabungkan dengan
“lima tambah lima benar” dan lebih popular dengan istilah “prinsip sepuluh benar
wawancara pada tanggal 30 Juni 2018 dengan 3 orang perawat diperoleh informasi
bahwa laporan insiden kejadian keselamatan pasien seperti kesalahan pemberian obat,
kejadian nyaris cedera memang pernah terjadi sebelumnya.. Hasil observasi terhadap 10
orang perawat yang sedang dinas di Puskesmas Tada, prinsip tujuh benar seperti benar
obat, benar pasien, benar dosis, dan benar cara pemberian obat perawat sudah
melakukannya dengan baik. Permasalahan yang muncul terdapat pada kurang tepatnya
waktu pemberian dan pendokumentasian yang tidak lengkap. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan sikap perawat
B. Rumusan Masalah
pengetahuan dan sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Sekolah Tinggi Ilmu
pengetahuan dan sikap perawat tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7
3. Bagi peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan
tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Jadi,
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bachtiar
2012).
2. Tingkatan pengetahuan
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
6
d. Analisis (Analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
a. Pendidikan
lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwah semakin
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
7
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek
tersebut.
b. Pekerjaan
Dengan bekerja seseorang akan banyak bertemu dengan orang lain dan saling
member informasi.
c. Umur
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
d. Minat
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal,
8
e. Pengalaman
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
f. Informasi.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
9
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
h. Lingkungan.
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
4. Pengukuran pengetahuan
angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur
Tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dapat dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu:
1. Pengertian Sikap
10
(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Dan lebih dapat dijelaskan
lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek lingkungan tertentu sebagai
Stimulus/ Reaksi
Proses Stimulus
Rangsangan Tingkah Laku
Sikap
2. Komponen Sikap
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan berfikir, keyakinan
11
3. Tingkatan Sikap
Sama halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah satu indikasi dari sikap. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang
di berikan terlepas dari apakah pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti
c. Menghargai (valuing)
masalah dengan orang lain adalah suatu indikasi sikap tingkatan ketiga.
a. Pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
12
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
d. Media massa
sikap konsumennya.
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
13
f. Faktor emosional
didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan. Responden akan diminta
dalam empat macam kategori jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju
1. Pengertian
(Adisasmito, 2012). Menurut Potter & Perry (2009), “obat merupakan komponen
bahwa obat merupakan paduan dari berbagai bahan yang digunakan untuk
14
2. 7 Prinsip Benar Pemberian Obat
Menurut Kee et al. (2009) 7 prinsip benar pemberian obat adalah sebagai
berikut:
a. Benar Pasien:
5) Anamnesis lengkap riwayat obat/ penggunaan obat saat ini dan buat
6) Bandingkan pemberian obat saat ini dengan daftar obat yang digunakan
b. Benar Obat
1) Beri label semua obat dan tempat obat (syringes, cangkir obat, baskom
2) Obat dan larutan lain di lokasi perioperatif atau ruang prosedur yang tidak
setiap kali obat atau larutan diambil dari kemasan asli ke tempat lainnya.
15
4) Pada label, tuliskan nama obat, kekuatan, jumlah, kuantitas, pengenceran
5) Semua obat atau larutan diverifikasi oleh 2 orang secara verbal dan visual
6) Pemberian label tiap obat atau larutan segera setelah obat disiapkan jika
7) Jangan memberi label pada syringes atau tempat kosong, sebelum obat
disiapkan/diisi.
8) Siapkan satu obat atau larutan pada satu saat. Beri label hanya untuk satu
9) Buang segera setiap obat atau larutan yang tidak ada labelnya.
10) Buang semua tempat obat berlabel di lokasi steril segera setelah operasi
atau prosedur dilakukan (ini berarti tempat obat orisinal disimpan sampai
tindakan selesai).
11) Saat pergantian tugas/ jaga, review semua obat dan larutan oleh petugas
13) Kebenaran jenis obat yang perlu kewaspadaan tinggi di cek oleh dua
c. Benar Dosis
dihitung dan dicek oleh dua orang yang kompeten à double check.
16
3) Berkonsentrasi penuh saat menyiapkan obat, dan hindari gangguan.
d. Benar Waktu
makan.
digerus.
2) Obat-obat yang akan diberikan per NGT sebaiknya adalah obat cair/
sirup.
f. Benar Dokumentasi
1) Setiap perubahan yang terjadi pada pasien setelah mendapat obat harus
didokumentasikan.
2) Setiap dokumen klinik harus ada bukti nama dan tanda tangan/ paraf
yang melakukan.
3) Setelah memberikan obat, langsung di paraf dan diberi nama siapa yang
17
4) Setiap perubahan jenis/ dosis/ jadwal/ cara pemberian obat harus diberi
5) Jika ada coretan yang harus dilakukan: buat hanya satu garis dan di paraf
iv.
Obat (ESO) dicatat dalam rekam medik & Form Pelaporan Insiden +
g. Benar Informasi
5) Semua informasi yang telah diberikan pada pasien dan keluarganya ini
18
D. Landasan Teori
Pelayanan yang bermutu dan aman bagi pelanggan (pasien) saling berkaitan
dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu.
Diantara enam sasaran mutu, keselamatan merupakan sasaran yang paling dapat
dirasakan oleh pasien. Layanan bermutu sudah pasti aman. Sebaliknya, layanan yang
aman belum tentu bermutu. Layanan yang aman belum tentu bebas dari kesalahan.
Pemberian obat merupakan tanggung jawab dari seorang dokter, namun perawat
memiliki tugas untuk mendelegasikan obat kepada pasien secara aman dengan
menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat Prinsip tujuh benar
dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat diperlukan sebagai upaya
pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas yang dilakukan, dan sebagai
perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap tuntutan hukum, maupun untuk
pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian yang timbul sebagai akibat
Kejadian kesalahan pemberian obat dirumah sakit seharusny zero error karena
inap, menambah biaya perawatan, serta terburuk dapat menghilangkan nyawa pasien
(Potter & Perry, 2009). Pada dasarnya obat merupakan racun bagi tubuh manusia
apabila pemberiannya tidak sesuai dengan prosedur yang tepat, akan tetapi apabila
diberikan sesuai dengan prosedur yang tepat, obat dapat menyembuhkan pasien.
perawat memiliki tugas untuk mendelegasikan obat kepada pasien secara aman
dengan menerapkan prinsip-prinsip tujuh benar dalam pemberian obat (Hura, 2014).
Prinsip tujuh benar dalam pemberian obat dianggap lebih tepat karena dapat
19
diperlukan sebagai upaya pertanggung gugatan secara legal atas tindakan petugas
yang dilakukan, dan sebagai perlindungan baik untuk petugas sendiri terhadap
tuntutan hukum, maupun untuk pasien terhadap kecacatan atau bahkan kematian
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (baik
variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan
Berdasarkan tinjauan teori yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konsep
Pengetahuan Perawat
7 Prinsip Benar Pemberian Obat
Sikap Perawat
20
B A B III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat
deskriptif untuk melihat gambaran mengenai pengetahuan dan sikap perawat tentang
1. Tempat
2. Waktu
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian obat dengan
2. Definisi Operasional
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
21
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
cermat terhadap suatru objek atau fenomena yang kemudian dapat diulang oleh
benar pasien, benar dosis, dan benar cara pemberian obat dan
Hasil ukur : 0 = Kurang baik dengan skor jawaban responden < 62 (median).
22
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari Puskesmas Tada tentang
pengetahuan dan sikap perawat dalam pemberian obat dengan prinsip 7 benar.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diadopsi
dari penelitian terdahulu oleh Nola, Asril (2013) dan dimodifikasi oleh peneliti
dengan alternatif pilihan benar diberi skor 1 dan pilihan salah diberi skor 0.
dengan alternatif pilihan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, kurang
setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
E. Pengolahan Data
23
2. Coding : pemberian nomor-nomor kode atau bobot pada jawaban yang
bersifat kategori.
F. Analisa Data
1. Analisis Univariat
2. Distribusi Frekuensi
f
x 100%
P = n
Keterangan: P = Persentase
f = Frekuensi
n = Sampel.
G. Penyajian Data
Untuk penyajian data penulis menggunakan cara penyajian dalam bentuk tabel
24
H. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat di Puskesmas Tada berjumlah
10 orang.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar mewakili dan dapat
penelitian ini sampel yang diambil adalah total populasi yaitu semua perawat di
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria Eksklusi
25
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tada ± 178,6 km2 dengan jumlah desa sebanyak 20 desa yang secara geografis
Jika dilihat dari segi jarak antara Puskesmas dengan tiap desa yang ada
maka jarak terdekat dari Puskesmas berkisar antara 0,5 - 1 km² dengan waktu
2. Karakteristik Responden
26
a. Pendidikan
berikut:
b. Masa Kerja
masa kerja ≤ 5 tahun dan masa kerja > 5 tahun (Peraturan Mentri Kesehatan
27
Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 10 responden dalam penelitian ini,
paling banyak adalah responden yang memiliki masa kerja ≥ 5 tahun yaitu
3. Hasil Penelitian
tanggal 26 sampai dengan 29 Agustus tahun 2018. Adapun hasil penelitian ini
sebagai berikut:
a. Pengetahuan Perawat
ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar dibagi dalam tiga kategori
28
b. Sikap Perawat
ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar dapat dilihat pada tabel
berikut:
adalah perawat yang memiliki sikap baik tentang ketepatan pemberian obat
B. Pembahasan
baik tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar lebih besar
jumlahnya dari pada pengetahuan perawat yang kurang baik. Pengetahuan yang
baik dari perawat terjadi karena perawat masih mengingat dengan baik tentang
prinsip 7 benar dalam pemberian obat. Selain itu pengetahuan responden tergolong
baik disebabkan oleh tingkat pendidikan yang dimiliki responden serta sebagian
besar perawat memiliki masa kerja ≥ 5 tahun sehingga memiliki pengalaman dalam
29
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan dan perilaku seseorang itu
akan semakin baik. Oleh sebab itu, perawat yang memiliki tingkat pendidikan
tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang baik dan lama bekerja merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat karena semakin banyak
banyak pengetahuan yang diperolehnya, oleh sebab itu perawat yang telah lama
Menurut peneliti hal ini cukup baik karena perawat dengan pengetahuan
yang baik akan menyadari pentingnya menerpakan prinsip 7 benar pemberian obat
dan dengan pengetahuan yang baik juga perawat akan mampu memberi obat
tingkatan pengetahuan yaitu tahu yang diartikan sebagai mengingat sesuatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima dan memahami yang diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
aplikasi yang diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Didukung pula pendapat
30
Mubarak (2012) pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada
orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
untuk mengkaji pasien secara utuh, memberikan terapi dan juga obat, mengajarkan
kepada pasien tentang cara terbaik menghadapi terapi agar dapat memastikan hasil
Pemberian obat adalah salah satu prosedur keperawatan yang paling sering
mendapatkan efek pengaruh obat yang maksimal. Dosis kurang atau lebih, teknis
pemberian yang tidak tepat atau pengidentifikasian klinis yang tidak cermat dapat
obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.
Perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang
Selain itu perawat juga harus memahami masalah kesehatan klien saat ini dan
31
sebelumnya untuk menentukan apakah obat tertentu aman untuk diberikan (Potter,
2005).
baik akan membentuk dasar tindakan seseorang agar menjadi lebih baik. Seseorang
yang memiliki pengetahuan yang baik tentang Pemberian Obat akan mempunyai
untuk melakukan Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar pada pasien. Hal ini sesuai
sudah didapatkan oleh seseorang tersebut. Dengan tidak ada ataupun kurangnya
informasi mengenai Pemberian Obat dan Penerapan Prinsip 7 (tujuh) Benar yang
didapat oleh perawat, maka perawat tidak akan memiliki pengetahuan yang dapat
pasien.
tentang ketepatan pemberian obat dengan prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya
dari pada sikap perawat yang kurang baik. Hal ini terjadi karena sebagian besar
prinsip 7 benar sehingga mempengaruhi sikap mereka. Selain itu sikap yang baik
32
juga dipengaruhi oleh kepercayaan (keyakinan) ide yang pernah didengarnya dan
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan
kesehatan lain. Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep
obat yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
kesehatan pada pasien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang berkaitan
dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat yang baik dan
benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang diharapkan
33
setelah pembeian obat, efek samping dan reaksi yang merugikan dari obat,
interaksi obat dengan obat dan obat dengan makanan, perubahan-perubahan yang
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh darah
tersebut. Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting
dimiliki oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perawat yang memiliki pengetahuan baik tentang ketepatan pemberian obat dengan
prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya dari pada pengetahuan perawat yang cukup.
2. Perawat yang memiliki sikap baik tentang ketepatan pemberian obat dengan
prinsip 7 benar lebih besar jumlahnya dari pada sikap perawat yang kurang baik.
B. Saran
keselamatan pasien dan bagi perawat disarankan lebih teliti dalam penerapan
pemberian obat dan perawat senantiasa menambah skill, ilmu pengetahuan terbaru
merupakan salah satu bacaan bagi peneliti berikutnya terutama tentang ketepatan
35
DAFTAR PUSTAKA
Asril Nola. 2013. Pengaruh pelatihan pemberian obat terhadap perilaku perawat dalam
penerapan prinsip sepuluh benar pemberian obat di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Padang. Diploma thesis, Universitas Andalas.
Hardiyanti, A. 2016. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Motivasi Perawat dalam
Menerapkan Prosedur Pelaksanaan Pemberian Obat di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-
UMI Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Volume I Nomor 2. ISSN :
2302-1721.
Hidayat A A A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta
(ID): Salemba Medika.
Kee, J. L, Hayes, E. R, dan McCuistion, L. E. (2009). Pharmacology, a nursing process
approach (6th edition). Canada: Saunders Elsevier.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi I. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.
Mubarak, Wahit. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta (ID): Salemba
Medika
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta (ID): PT.
Rineka.
Potter & Perry. 2010. Fundamental of Nursing: Fundamental Keperawatan. Jakarta (ID):
Salemba Medika
36
Pranasari . R. 2016. Gambaran Pemberian Obat dengan Prinsip 7 oleh Perawat di RSU
PKU Muhammadiyah Bantul. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Ramdan P Yusup.2012. Pengetahuan Dasar Obat Untuk Perawan. Bandung: LCN Press
Entrepreneur
37