Anda di halaman 1dari 8

NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

Hubungan Sensitivitas Etika Kedokteran dengan Kepuasan Pasien

The Correlation between Sensitivity of Medical Ethics and Patient


Satisfaction

Hepy Hardiyanti Kusumaningtyas, Maryani, Bulan Kakanita Hermasari


Faculty of Medicine, Sebelas Maret University

ABSTRAK

Pendahuluan: World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa satu juta


orang di dunia menderita kecacatan bahkan kematian setiap tahunnya akibat praktik
pelayanan kesehatan yang tidak aman. Adanya fakta ini menuntut adanya peningkatan
kualitas layanan kesehatan. Kualitas layanan tersebut dapat tercermin dari kepuasan
pasien. Kepuasan pasien juga didukung oleh hubungan dokter-pasien yang merupakan
pondasi dalam praktik kedokteran dan etika kedokteran. Penelitian ini ditujukan untuk
membuktikan hubungan antara sensitivitas etika kedokteran dengan kepuasan pasien.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan
cross-sectional. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dan dokter muda
di RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan sampel pasien secara acak sedangkan sampel
dokter muda diambil dengan teknik convenience sampling. Data dianalisis
menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil: Terdapat hubungan antara sensitivitas etika kedokteran dengan kepuasan
pasien dengan nilai p=0,078 yang berarti tidak bermakna secara statistik, tetapi
dengan kekuatan korelasi s e d a n g dan arah korelasi yang positif (r=0,469).
Kesimpulan: Ada hubungan antara sensitivitas etika kedokteran dengan kepuasan
pasien.
Kata Kunci: Etika Kedokteran, Kepuasan Pasien,Hubungan Dokter-pasien.

1
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

ABSTRACT

Introduction: The World Health Organization (WHO) estimates that one million people
worldwide suffer from disabilities and even deaths annually as a result of unsafe
healthcare practices. This fact requires improving the quality of health services. The
quality of these services can be reflected by patient satisfaction. Patient satisfaction is
also supported by a doctor-patient relationship and it is the foundation of the medical
practice and medical ethics. This study aimed to determine the association between
sensitivity of medical ethics and patient's satisfaction.

Methods: This research was an observational analytical method with cross sectional
approach. Subjects in this study were inpatients and postgraduate medical students at
Dr. Moewardi Hospital. The samples of research were taken using the simple random
sampling and convenience sampling technique. The data of research were analyzed
using Pearson’s correlation test.

Results: From the results of data analysis, correlation between sensitivity of medical
ethics and patient's satisfaction with p = 0.078, which means not statistically
significant, but with the moderate correlation power and direction of the correlation
was a positive correlation (r = 0.469).

Conclusion: There is positive correlation between ethics physicians with patient


satisfaction

Keyword: Medical Ethics, Patient’s Satisfaction, Doctor-Patient Relationship

PENDAHULUAN klasik tersebut juga terjadi di Indonesia.


(2)
Profil kesehatan di negara Pelayanan kesehatan pemerintah
berkembang didominasi oleh masalah- Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk
masalah kesehatan yang berhubungan menyelesaikan masalah tersebut dengan
dengan kemiskinan. Masalah-masalah menyelenggarakan pembangunan dan
tersebut antara lain penyakit infeksi, peningkatan pelayanan di bidang
kematian ibu, dan malnutrisi. (1) kesehatan. Pembangunan kesehatan dapat
Indonesia masih tergolong negara dilakukan dengan berbagai cara, salah
berkembang, sehingga masalah kesehatan satunya adalah dengan meningkatkan

2
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan bertujuan untuk memberikan gambaran


berkeadilan. (3) nyata tentang situasi yang akan dihadapi
Ada beberapa faktor yang dokter saat berhadapan dengan
memengaruhi terciptanya pelayanan pasien dan menjadi pondasi dalam
kesehatan yang berkualitas, antara lain membina hubungan dokter-pasien. (9)
proses pelayanan pasien dan cara interaksi Profesi dokter menekankan pada
pemberi layanan kesehatan. (4) Pada kompetensi etika, moral, dan
dasarnya pelayanan kesehatan yang profesionalisme medis. Halini
berkualitas harus didukung dengan adanya dikarenakan bahwa kompetensi tersebut
tenaga kesehatan yang berkualitas. (5) akan mendukung partisipasi tenaga
Pendidikan kedokteran dibentuk kesehatan pada keselamatan pasien yang
untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang menjadi sentral dalam pelayanan
berkualitas.(6) Hal ini telah dijelaskan kedokteran yang lebih baik.(10) Hal ini
pada UU RI No. 20 Tahun 2013 pada berkaitan dengan laporan World Health
pasal 25 yang menyatakan bahwa adanya Organization (WHO) yang
pendidikan kedokteran adalah suatu memperkirakan bahwa satu juta orang di
bentuk usaha pemenuhan kompetensi dunia menderita kecacatan bahkan
lulusan kedokteran untuk nantinya kematian setiap tahunnya akibat masih
melakukan pelayanan kesehatan.Usaha kurangnya praktik keselamatan pasien.
untuk menghasilkan lulusan dokter yang (11)
kompeten dibutuhkan pembelajarannyata Sejauh ini penelitian tentang etika
yang melibatkan partisipasi dari kedokteran masih terfokus pada metode
mahasiswa atau workplace-based pembelajaran ideal, tetapi belum ada
learning.(7) penelitian yang menghubungkan antara
Pola pembelajaran workplace-based etika kedokteran dengan kualitas
learningmelibatkan pasien secara pelayanan kesehatan yang digambarkan
langsung pada real settingberbagai tingkat dengan tingkat kepuasan pasien.Oleh
pelayanan kesehatan yang memenuhi karena itu, peneliti tertarik untuk
persyaratan tempat praktik kedokteran. (8) melakukan penelitian mengenai
Tempat praktik tersebut antara lain rumah hubungan antara sensitivitas etika
sakit, klinik, dan puskesmas. Hal ini kedokteran mahasiswa program studi

3
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

profesi dokter dengan kepuasan pasien di Kuesioner COPS menggunakan skala


RSUD Dr. Moewardi. Likert sebanyak 15 pertanyaan.
Kedua, dalam menilai sensitivitas

SUBJEK DAN METODE etika peneliti menggunakan kuesioner


MEV. Kuesioner tersebut terdiri dari 4

Sampel kasus etika yang harus diisi sesuai

Penelitian ini merupakan penelitian prinsip etika kedokteran yaitu autonomy,

observasional analitik dengan pendekatan beneficience, dan justice. Kuesioner

cross sectional. Penelitian ini COPS dan MEV keduanya telah diuji

dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi validitas dan reliabilitasnya. (12,13)

Surakarta pada bulan Oktobersampai Pada penelitian ini, dalam mengukur

November 2016. Populasi target tingkat sensitivitas etika

penelitian ini yaitu mahasiswaProgram kedokteranpeneliti menggunakan

Studi Profesi Dokter (dokter muda) dan kuesioner yang dikembangkan

pasien rawat inap RSUD Dr. Moewardi. berdasarkan aspek-aspek prinsip etika

Sampel dokter muda diambil dengan kedokteran yang disajikan dalam bentuk

teknik convenience sampling, sedangkan sketsa kasus.Dalam penelitian tersebut

sampel pasien dengan simple random diuraikan bahwa terdapat empat kasus

sampling. Jumlah sampel yang dapat yang digunakan.Keempat kasus tersebut

diolah berjumlah 188. sudah mencakup tiga prinsip etika

Instrumen kedokteran, yaitu autonomy, beneficience,

Instrumen penelitian yang dan justice.Prinsip keempat yaitu non-

digunakan yaitu kuesioner. Kuesioner maleficience tidak masuk dalam penilaian

yang digunakan terdiri dari dua jenis, dalam kuesioner karena dianggap sudah

yaitu kuesioner COPS (The Core terwakili dalam prinsip beneficience.

Questionnaire for the Assessment of Setelah semua kasus etik diuraikan,

Patient Satisfaction) dan MEV (Medical mahasiswa diminta menjelaskan sikap

Ethics Vignettes). Kuesioner COPS seorang dokter yang sesuai dengan etika

diberikan pada pasien dengan enam aspek kedokteran dalam menghadapi dilema etik

yang dinilai, yaitu administrasi, perawatan tersebut. Selanjutnya dari jawaban-

keperawatan, perawatan medis, informasi jawaban mahasiswa yang merupakan data

medis, hak pasien, dan proses pemulihan. kualitatif akan dikonversikan menjadi

4
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

skor-skor tertentu yang telah ditetapkan. diuji. Dari hasil uji normalitas didapatkan
Pemilihan instrumen penelitian bahwa kedua variabel terdistribusi normal
berdasarkan pada gold standard penilaian dengan p > 0,05.
kuesioner yang sudah ditetapkan pada
penelitian sebelumnya yang dilakukan Tabel 2. Sensitivitas etika kedokteran
oleh Hebert pada tahun 1992. Nilai Nilai Mean ± SD
minimum maksimum
11 23 17,38 ± 2,44
Uji Analisis
Data yang diperoleh diuji Tabel 2 menunjukan data hasil dari

normalitasnya dengan uji Kolmogorov- pengukuran kuesioner MEV.Rentang nilai

Smirnov.Uji normalitas menunjukkan minimum dan maksimum masih cukup

bahwa kedua data terdistribusi normal jauh yaitu 11 dan 23, sedangkan nilai rata-

sehingga dapat dianalisis menggunakan ratanya 17.38 dengan nilai gold standard

uji korelasi Pearson. sebesar 29.


Tabel 3.Uji Korelasi Pearson
MEV
HASIL
r 0,46
COPS p 0,07
Kuesioner yang telah diisi dan Arah positif
korelasi
masuk kriteria inklusi dan tidak masuk
kriteria eksklusi pada mahasiswaProgram Berdasarkan hasil uji korelasi
Studi Profesi Dokter berjumlah 88, (tabel 3) di atas diperoleh hasil bahwa
sedangkan kuesioner yang ditujukan pada nilai tingkat kemaknaan uji korelasi (p)
pasien rawat inap berjumlah 100. Setelah > 0,05 yaitu 0,07 menunjukkan
data diolah didapatkan hasil sebagai adanya korelasi yang tidak bermakna
berikut: secara statistik antara sensitivitas etika
Tabel 1. Uji normalitas data dengan uji kedokteran dengan kepuasan pasien.
Kolmogorov-Smirnov
Variabel Kolmogorov-Smirnov Nilai koefisien korelasi 0,469 berada
(Sig.)
(p > 0,05)
pada rentang 0,4 – 0,6 yang
Sensitivitas Etika menujukkan bahwa keduanya memiliki
Kedokteran 0,11
korelasi sedang.
Kepuasan Pasien 0,07
Tabel 1 menunjukan hasil uji
normalitas dari kedua variabel yang akan

5
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

PEMBAHASAN etika kedokteran dan profesionalisme


yang akan mendukung hubungan dokter
Pada pengukuran variabel terikat, dan pasien. (15) Hingga saat ini
yaitu tingkat kepuasan pasien. Peneliti kurikulum tentang etika kedokteran masih
memakai instrument kuesioner COPS menjadi pembelajaran sampingan dan
yang terdiri dari 15 pertanyaan memakai belum ada penilaian secara tertulis.
skala Likert 1 hingga 5. Setelah kedua Padahal etika kedokteran sangat penting
data diperoleh, analisis data dilakukan dan dalam hubungan dokter-pasien untuk
didapatkan hasil bahwa 96% pasien sudah proses pengambilan keputusan medis.
merasa puas sedangkan nilai sensitivitas Oleh karena itu pembelajaran etika
etika masih cenderung rendah.Hal ini kedokteran seharusnya dilakukan secara
dapat terjadi dikarenakan kuesioner COPS bertahap dan terus-menerus baik saat
kurang spesifik menilai kepuasan pasien mahasiswa menjalani pendidikan
terhadap kinerja dokter muda. preklinik maupun sudah menjalani
pendidikan klinik.(16) Hubungan dokter-
Hasil penilaian sensitivitas etika
pasien yang baik adalah suatu poros utama
kedokteran yang masih jauh di bawah skor
dalam mengembangkan kualitas
gold standard dapat dipengaruhi oleh
pelayanan kesehatan yang dapat
beberapa faktor, antara lain pengalaman,
digambarkan dengan tingkat kepuasan
dan lamanya seseorang menjalani
pasien (15).Namun, saat ini masih sedikit
pendidikan klinik. Pengalaman
instansi yang menerapkan pendidikan
mendapatkan kasus etika dapat
etika kedokteran yang
memengaruhi keputusan medis.(14) Oleh
berkelanjutan.Dalam menunjang
karena itu hasil penilaian sensitivitas etika
profesionalisme seorang dokter diperlukan
ini cenderung mendapatkan nilai yang
integrasi antara keduanya. Kurikulum
masih jauh dari gold standard
pendidikan kedokteran ke depannya akan
dikarenakan sebanyak 79,5%
menerapkan penguatan sensitivitas etika
respondennya adalah mahasiswa program
kedokteran saat mahasiswa preklinik dan
studi profesi dokter yang masih menjalani
aplikasinya akan diperluas saat mahasiswa
tahun pertamanya di pendidikan klinik
menjalani pendidikan profesi. (17)
RSUD Dr.Moewardi.
Pada penelitian ini telah dapat
Kurikulum pendidikan kedokteran
menggambarkan hubungan antara
seharusnya mengandung pembelajaran

6
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

sensitivitas etika kedokteran dengan 2. Perlu dilakukan penelitian lain yang


kepuasan pasien, tetapi penelitian ini bersifat kontinyu sejak mahasiswa
masih memiliki beberapa tingkat pertama sampai tingkat
keterbatasan.Penelitian ini menggunakan pendidikan profesi dokter untuk melihat
jenis penelitian kuantitatif dengan desain adanya perubahan tingkat sensitivitas
penelitian cross sectional sehingga tidak etika kedokteran berdasarkan banyaknya
dapat menjelaskan mekanisme sebab pengalaman belajar dan mendapatkan
akibat dari variabel yang kasus-kasus dilema etika.
diteliti.Pengambilan data penelitian
dilakukan melalui instrumen berupa UCAPAN TERIMA KASIH
kuesioner yang cukup efisien pada target
sampel yang banyak, namun Peneliti ingin mengucapkan terima
memilikibeberapa kelemahan seperti kasih kepada Annang Giri Moelyo, dr.,
kesalahan interpretasi oleh responden Sp. A., M.Kes yang telah memberikan
terhadap pertanyaan, kejenuhan dalam banyak kritik dan saran dalam penyusunan
menjawab butir pertanyaan, dan peneliti naskah publikasi ini.
tidak dapat mengamati secara langsung DAFTAR PUSTAKA
reaksi responden dalam menjawab. 1. Coovadia H, Jewkes R, Sanders D,
Penelitian ini hanya meneliti hubungan Mclntyre D. The Health and Health
System of South Afrika: Historical
variabel sensitivitas etika kedokteran Roots of Current Public Health
dengan kepuasan pasien, tetapi kurang Challenges. Lancet 2009; 374: 817-
832.
bisa membahas lebih mendalam mengenai
faktor lain yang berkaitan 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Kesehatan Republik
dengankeduanya. Indonesia (Balitbang Kemenkes RI).
Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
SARAN Kemenkes RI; 2013.

3. Kementerian Kesehatan Republik


1. Adanya korelasi antara sensitivitas
Indonesia (Kemenkes RI). Profil
etikadengan kepuasan pasien Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
mengindikasikan perlunya upaya untuk Kemenkes RI; 2014.

dapat meningkatkan sensitivitas etika 4. Mosadeghrad AM. A conceptual


kedokteran pada mahasiswa Program framework for quality of care. Mat
Soc Med 2012, 24: 251–61.
Studi Profesi Dokter.

7
NEXUS PENDIDIKAN KEDOKTERAN & KESEHATAN VOLUME 6/NOMOR 1/JUNI/2017

5. Haryanto OH, Ollivia. Pengaruh care in hospitals. BMC Healthcare


Faktor Pelayanan Rumah Sakit, Service Research 2012; 125(12):2-8.
Tenaga Medis, dan Kualitas Pelayanan
Rumah Sakit terhadap Intensi Pasien
13. Hebert PC, Meslin EM, Dunn EV
Indonesia untuk Berobat di Singapura.
Measuring the Ethical sensitivity of
Jurnal Ekonomi dan Bisnis 2009;
Medical Students: a Study at the
14(2):144-145.
University of Toronto, Journal of
Medical Ethics 1992; 18: 142-147.
6. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI). Rencana 14. Afandi D, Ismail RI, Purwadianto A
Pengembangan Tenaga Kesehatan Refleksi Dokter terhadap Kode Etik
Tahun 2011-2025. Jakarta: Kemenkes Kedokteran Indonesia. Majalah
RI; 2011. Kedokteran Indonesia 2011; 61(3):
107-110.
7. Dornan T, Boshuizen H, King N,
Scherpbier A. Experience‐based 15. Haidet P, Dains JE, Paterniti,DA,
learning: a model linking the Hechtel L, Chang T, Tseng E, Rogers
processes and outcomes of medical JC. Medical student attitudes toward
students' workplace learning. Medical the doctor–patient
education 2007; 41(1):84-91. relationship. Medical education
2002; 36(6): 568-574.
8. Undang-Undang No. 20 Tahun 2013
tentang Pendidikan Kedokteran. 16. Carrese JA, Malek J, Watson K,
Sekretariat Negara. Jakarta. 2013. Lehmann LS, Green MJ, McCullough,
Doukas DJ. The essential role of
9. Ryan J, Barlas D, Sharma M. Direct medical ethics education in achieving
observation evaluations by emergency professionalism: the Romanell
medicine faculty do not provide data Report. Academic Medicine
that enhance resident assessment when 2015; 90(6):744-752.
compared to summative quarterly
evaluations. Academic Emergency 17. Carraccio C, Burke AE. Beyond
Medicine 2010; 17:72 - 77. competencies and milestones: Adding
meaning through context. J Grad Med
10. Istadi, Yani. Pengembangan Area Educ 2010; 2:419–422.
Etika, Moral, Mediko Legal dan
Profesionalisme serta Keselamatan
Pasien dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jurnal Pendidikan
Kedokteran Indonesia 2013; 2(1):14-
15.

11. World Health Organization (WHO).


World Report on Disability. 2011.

12. Kleefstra SM, Kool RB, Zandbelt LC,


de Haes JCJM. An instrument
assessing patient satisfaction with day

Anda mungkin juga menyukai