Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendokumentasian asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat

penting, namun dalam prakteknya masih banyak hambatan-hambatan yang

mengakibatkan pendokumentasian belum sempurna. Kurang patuhnya

perawat akan berakibat rendahnya mutu asuhan keperawatan dan masih

banyak lagi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

Sementara hasil penelitian yang dilakukan International Council of Nurses

(ICN) menunjukkan, peningkatan beban kerja perawat dari empat pasien jadi

enam orang telah mengakibatkan 14% peningkatan kematian pasien yang

dirawat dalam 30 hari pertama sejak dirawat di rumah sakit. Ini menunjukkan

adanya hubungan antara jumlah kematian dengan jumlah perawat per pasien

dalam sehari.

Menurut hasil survey dari PPNI tahun 2006, sekitar 50,9% perawat yang

bekerja di 4 propinsi di Indonesia mengalami stres kerja, sering pusing, lelah,

tidak bisa beristirahat karena beban kerja terlalu tinggi dan menyita waktu,

gaji rendah tanpa insentif yang memadai.

Menurut Ferawati (2012) masalah yang sering terjadi di Indonesia pada

rumah sakit pemerintah maupun swasta yaitu masih membahas tentang

1
kelengkapan dokumentasi keperawatan yang kurang lengkap sehingga ketika

terjadi suatu permasalahan, berpotensi untuk menjadi kasus hukum.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai

tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan

menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar

keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang

serta tanggung jawab keperawatan (DPP PPNI, 1999)

Standar Asuhan Keperawatan secara resmi telah diberlakukan untuk

diterapkan di seluruh rumah sakit melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan

Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993. Asuhan keperawatan adalah

proses keperawatan yang dapat memberikan pedoman kepada perawat dalam

mengembangkan asuhan keperawatan dan unsur proses keperawatan. Askep

meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, evaluasi ( Nursalam, 2008 ).

Proses keperawatan sebagai salah satu pendekatan utama dalam pemberian

asuhan keperawatan, pada dasarnya suatu proses pengambilan keputusan dan

penyelesaian masalah (Nursalam, 2001). Undang-undang RI Nomor 36 tahun

2009 mengamanatkan bahwa dalam rangka melaksanakan upaya kesehatan

diperlukan sumber daya kesehatan yang memadai. Sumber daya kesehatan

tersebut meliputi tenaga kesehatan yang bertugas menyelenggarakan atau

melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan status

kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan ( Depkes RI,2001 ).

2
Menurut Arwani (2006) tujuan pelayanan keperawatan pada umumnya

ditetapkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan

rumah sakit serta meningkatkan penerimaan masyarakat tentang profesi

keperawatan. Tujuan ini tercapai dengan mendidik perawat agar mempunyai

sikap profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaan, meningkatkan

hubungan dengan pasien, keluarga, dan masyarakat, meningkatkan

pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan

pasien dan meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja.

Di era yang semakin berkembang dengan berbagai konsekuensi dan

tuntutan dari masyarakat umum terhadap pelayanan kesehatan lebih khusus

keperawatan, maka petugas kesehatan dalam hal ini perawat dituntut untuk

bertindak profesional sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan yang di miliki.

Dibidang keperawatan untuk mengembangkan satu metode pemberian asuhan

keperawatan untuk dapat diimplementasikan dalam pengorganisasian ruang

keperawatan sehingga dapat menjamin dan meningkatkan mutu pelayan

melalui pemberian asuhan keperawatan ( Pohan, 2006 ).

Banyak penelitian tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukan, salah

satunya yang dilakukan oleh Riyadi dan Kusnanto pada tahun 2007 di RSUD

Dr.H.Moh Anwar Sumenep Madura. Penelitian tentang faktor yang

mempengaruhi asuhan keperawatan di rumah sakit, dan faktor yang diteliti

antara lain lama kerja, tingkat pendidikan, status kepegawaian dan lain

sebagainya.

3
Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta

memulihkan kesehatan. Rumah sakit dibangun untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan dan memberikan asuhan keperawatan dasar menyeluruh

dan terpadu bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Kenyataannya, penerapan asuhan keperawatan yang diberikan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat khususnya di rumah sakit belum

optimal maka dari itu perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus

memahami paradigma keperawatan agar mampu menyikapi dan

menyelesaikan serta dapat memberikan arah kepada perawat dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemberi layanan

kesehatan. Melalui pembahasan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang “

faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pendokumentasian asuhan

keperawatan di RSUD Amurang”

B. Rumusan Masalah

Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pendokumentasian Asuhan

Keperawatan di RSUD Amurang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Amurang.

2. Tujuan Khusus

4
a. Untuk mengetahui hubungan antara faktor pendidikan dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Amurang.

b. Untuk mengetahui hubungan antara faktor beban kerja dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Amurang.

c. Untuk mengetahui hubungan antara faktor umur dengan

pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Amurang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Rumah Sakit

Untuk memberikan masukan demi pengembangan pelayanan kesehatan

pada klien, khususnya dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

sehingga menjadi referensi disusunnya standar prosedur tentang

pendokumentasian asuhan keperawatan guna meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat dalam memberikan masukan

dan sebagai referensi ilmiah bagi mahasiswa dan dosen untuk penelitian

lebih lanjut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dokumentasi

1. Pengertian

Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan

yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna

untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara

tertulis dengan tanggung jawab perawat.

Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang diberikan

pada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan

sebagai tanggung jawab dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami

klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang

diberikan.

2. Kegunaan Dokumentasi

Menurut Hidayat (2002) dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa

kegunaan bagi perawat dan klien antara lain:

6
a. Sebagai Alat Komunikasi

Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi

dengan baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang.

Kesalahan juga akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan. Disamping itu komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif

dan efisien.

b. Sebagai Mekanisme Pertanggung Gugatan

Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan

pendokumentasian. Oleh karena itu kualitas kebenaran standar

pendokumentasian akan mudah dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan

sebagai perlindungan atas gugatan karena sudah memiliki standar hukum.

c. Metode Pengumpulan Data

Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien tentang

kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi

kecenderungan yang mungkin terjadi dapat digunakan juga sebagai bahan

penelitian, karena data-datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya.

Selain itu dokumentasi dapat digunakan sebagai data statistik.

d. Sarana Pelayanan Keperawatan Secara Individual

7
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang

kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio,

psiko, sosial dan spiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari

pelayanan keperawatan. Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah

didokumentasikan adalah evaluasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan

tindakan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tenaga

kesehatan akan saling kerjasama dalam memberikan tindakan yang

berhubungan dengan klien karena hanya lewat bukti-bukti otentik dari

tindakan yang telah dilaksanakan kegiatan tersebut akan berjalan secara

profesional.

e. Sarana Pendidikan Lanjutan

Bukti yang telah ada menuntut adanya sistem pendidikan yang lebih baik

dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi

tenaga perawat bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk

meningkatkan pendidikan lanjutan tentang keperawatan.

f. Dokumentasi Berguna Untuk Memantau Kualitas Pelayanan

Keperawatan.

Dokumentasi telah diberikan sehubungan dengan kompetensi dalam

melaksanakan asuhan keperawatan.

3. Model Dokumentasi Keperawatan

8
Ada beberapa model dokumentasi keperawatan menurut Nursalam

(2001) antara lain :

1. SOR ( Source – Oriented Record ) / Catatan Berorientasi pada Sumber.

Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau yang

mengelolah pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian

tersendiri, dokter menggunakan lembar untuk mencatat instruksi, lembaran

riwayat penyakit dan perkembangan penyakit, perawat menggunakan catatan

keperawatan, semuanya memiliki catatan masing-masing.

Catatan berorientasi pada lima komponen yaitu :

a. Lembar penerimaan berisi biodata.

b. Lembar order dokter.

c. Lembar riwayat medik / penyakit.

d. Catatan perawat.

e. Catatan dan laporan khusus.

2. POR ( Problem – Oriented Record ) / Catatan Berorientasi pada Masalah.

Model ini memusatkan data tentang didokumentasikan dan disusun

menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua

data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga

kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.


9
Model ini terdiri dari empat komponen yaitu :

a. Data dasar, ini berisi semua informasi yang telah didapat dari klien ketika

masuk rumah sakit yang mencakup pengkajian, riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium.

b. Daftar masalah, ini berisi tentang masalah yang telah diidentifikasi dari

data dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal

identifikasi masalah.

c. Daftar awal rencana asuhan, ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar

masalah, dokter menulis instruksi, perawat menulis instruksi keperawatan

atau rencana asuhan keperawatan.

d. Catatan perkembangan, berisi perkembangan / kemajuan dari tiap-tiap

masalah yang telah dilakukan tindakan dan disusun oleh semua anggota

yang terlibat.

3. PROGRESS NOTE (Catatan Berorientasi pada Perkembangan /

Kemajuan ).

Catatan perkembangan adalah catatan perawat “ flowsheet “ dan catatan

pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada

sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi pada

masalah.
10
Catatan perawat harus ditulis tiap 24 jam meliputi : pengkajian, tindakan

keperawatan yang bersifat mandiri, tindakan keperawatan yang bersifat

pendelegasian, evaluasi dari tiap tindakan keperawatan, tindakan yang

dilakukan dokter dan kunjungan dari beberapa tim kesehatan yang lain.

Lembar alur (flowsheet) merupakan cara tercepat dan paling efisien untuk

mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah

mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada

flowsheet. Catatan pemulangan dan ringkasan rujukan, dipersiapkan ketika

klien akan dipulangkan atau dipindahkan ketempat perawatan lainnya guna

perawatan lanjutan. Dokumen ini meliputi masalah kesehatan yang masih

aktif, pengobatan terakhir, penanganan yang harus diteruskan, kebiasaan

makan dan istirahat kemampuan untuk asuhan mandiri. Pencatatan

pemulangan ini ditujukan untuk tenaga kesehatan yang akan meneruskan

home care dan juga informasi pada klien.

4. CBE ( Charting By Exception ).

Sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif dari hasil atau

penemuan yang menyimpang dari keadaan normal atau standar.

CBE mengintegrasikan 2 komponen yaitu :

a. Folwsheet yang berupa kesimpulan penemuan yang penting dan

menjabarkan indikator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi

dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan pencatatan pemulangan

klien.
11
b. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktek keperawatan,

sehingga mengurangi pencatatan tentang hal rutin secara berulang kali.

5. PIE ( Problem Intervention & Evaluation ).

Sistem pencatatan adalah suatu pendekatan proses orientasi pada

dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa

keperawatan.

6. FOCUS ( Process Oriented System ).

Suatu proses yang terfokus pada orientasi dan klien . Hal ini digunakan

proses keperawatan untuk mengorganisir dokumentasi asuhan.

4. Pedoman Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 telah

menetapkan petunjuk tentang Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan di Rumah Sakit yang terdiri dari :

A. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan

(Instrumen A), meliputi :

1. Petunjuk penggunaan instrument A terdiri dari :

a. Aspek yang dinilai dalam instrument ini adalah :

1. Pengkajian Keperawatan.

12
2. Diagnosa Keperawatan.

3. Perencanaan Keperawatan.

4. Tindakan Keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan.

6. Catatan Asuhan Keperawatan.

b. Pengisian instrument dilakukan oleh perawat dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Perawat terpilih dari ruangan tempat dilakukan evaluasi.

2. Perawat yang telah menguasai / memahami proses perawatan.

3. Telah mengikuti pelatihan penerapan standar asuhan keperawatan di

Rumah Sakit.

c. Rekam medik pasien yang dinilai harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

1. Rekam medik pasien yang telah pulang dan telah dirawat minimal 3

(tiga) hari diruangan yang bersangkutan.

2. Data dikumpulkan sebelum berkas rekam medik pasien

dikembalikan pada bagian Medical Recort Rumah Sakit.

3. Khusus untuk kamar operasi dan UGD penilaian dilakukan setelah

pasien dipindahkan ke ruang lain / pulang.

13
4. Rekam medik pasien yang memenuhi kriteria selama periode

evaluasi berjumlah 20 untuk setiap ruangan. Pada setiap akhir

penilaian dibuat rekapitulasinya.

d. Bentuk instrument A terdiri dari :

1. Kolom 1 : No urut yang dinilai.

2. Kolom 2 : Aspek yang dinilai.

3. Kolom 3 : No kode rekam medik yang dinilai.

4. Kolom 4 : Keterangan.

e. Cara pengisian instrument A.

1. Perawat penilai mengisi kolom 3 dan 4.

2. Kolom 3 terdiri dari 10 sub kolom yang diisi dengan kode berkas

pasien (1, 2, 3, …… dst), sesuai dengan urutan waktu pulang, pada

periode evaluasi.

3. Tiap sub kolom hanya digunakan untuk penilaian terhadap satu rekam

medik pasien.

f. Instrumen Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan.

Aspek yang dinilai :

1. Pengkajian.

a. Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian.


14
b. Data dikelompokkan (bio, psiko, sosial, spiritual).

c. Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang.

d. Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan

dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

2. Diagnosa.

a. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.

b. Diagnosa keperawatan mencerminkan PE / PES.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial.

3. Perencanaan.

a. Berdasarkan diagnosa keperawatan.

b. Disusun menurut urutan prioritas.

c. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan,

perilaku, kondisi pasien dan kriteria.

d. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci

dan jelas atau melibatkan pasien/keluarga.

e. Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga.

f. Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan

lain.

15
4. Tindakan.

a. Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan.

b. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan.

c. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi.

d. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat secara ringkas dan

jelas.

5. Evaluasi.

a. Evaluasi mengacu pada tujuan.

b. Hasil evaluasi dicatat.

6. Catatan Asuhan Keperawatan.

a. Menulis pada format yang baku.

b. Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.

c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar.

d. Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan

paraf/nama jelas, tanggal dan jam dilakukannya tindakan.

16
e. Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

B. Instrument Evaluasi Persepsi Pasien Terhadap Mutu Asuhan Keperawatan

di Rumah Sakit.

( Instrumen B ) meliputi :

1. Petunjuk penggunakan instrumen B.

2. Instrumen evaluasi persepsi pasien terhadap asuhan keperawatan di

Rumah Sakit.

C. Instrumen Observasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan di Rumah Sakit

(Instrumen C) meliputi :

Petunjuk penggunaan instrumen C. Instrumen observasi pelaksanaan

tindakan keperawatan di ruang medical surgical atau ruang penyakit dalam

ruang bedah. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang

kebidanan. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di kamar

operasi. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di instalasi

gawat darurat.Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang

perawatan intensif. Instrumen observasi pelaksanaan tindakan keperawatan di

ruang perinatologi.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu metode sistematis dan ilmiah yang

digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau

17
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang

optimal, melalui tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, rencana

keperawatan, tindakan keperawatan, serta evaluasi tindakan keperawatan

(S.Suarli dkk, 2002).

Asuhan keperawatan diberikan akibat adanya kelemahan fisik dan mental,

ketebatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan untuk melaksanakan

kehidupan sehari-hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya penigkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan, serta pemeliharaan kesehatan

sesuai wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan.

Keperawatan yang komprehensif memperhatikan klien sebagai individu,

keluarga dan masyarakat dengan membantu mengadahkan penyesuaian diri

yang dibutuhkan akibat penyakit yang dideritanya sehingga mampu

melaksanakan aktifitas sehari-hari. Keperawatan mengakui dan menghargai

keluhuran martabat manusia, tidak membedakan jenis kelamin, umur, warna

kulit, etnis, ras, agama, bangsa, kepercayaan, dan tingkat sosial budaya

termasuk ekonomi. Keperawatan merupakan ilmu penerapan yang

menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan teknikal, dan

keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan dalam

membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Aditama, 2007).

Tahap-tahapan dalam melakukan dan pengkajian pada proses keperawatan ini

ada lima, yaitu :

18
1. Pengkajian Keperawatan.

Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan

sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan

keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual

dapat ditentukan.

Tahapan pengkajian keperawatan ini mencakup tiga kegiatan, yaitu

pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta

keperawatan.

a. Pengumpulan Data.

Tujuan dari pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data dan

informasi mengenai masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang ada

pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk

mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan

spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus

akurat dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain :

1. Data Objektif. Data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,

pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta

warna kulit.

19
2. Data subjekif. Data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,

atau dari keluarga pasien / saksi lain misalnya : kepala pusing, nyeri dan

mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :

a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

b. Pola koping sebelumnya dan sekarang

c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang

d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

e. Resiko untuk masalah potensial

Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien :

b. Analisa Data.

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.

c. Perumusan Masalah.

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih

memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosa keperawatan sesuai

dengan prioritas.

20
Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera.

Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan

komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke

yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah

komplikasi yang lebih parah atau kematian.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan menurut

Maslow, yaitu keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang

mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola)

dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status

kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,

2000).

Perumusan Diagnosa Keperawatan meliputi :

a. Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik

yang ditemukan.

b. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi.

21
c. Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

d. Wellness: keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat

sejahtera yang lebih tinggi.

e. Sindrom: diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan

aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu

kejadian atau situasi tertentu.

3. Rencana Keperawatan

Berikut beberapa hal yang terkait dengan pembuatan rencana keperawatan

yaitu :

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan

terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi

tindakan perawatan yang diberikan.

Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat

memfasilitasi asuhan keperawatan dari satu perawat ke perawat lainnya.

Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan

asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

4. Implementasi Keperawatan

22
Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana

tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, rencana tindakan yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien.

Adapun Tahapan Implementasi Keperawatan adalah sebagai berikut :

Tahap 1: Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat

untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

Tahap 2: Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah

kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi

tindakan: independen, dependen, dan interdependen.

Tahap 3: Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh

pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan

keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan

jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses

tersebut. Keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara

23
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Asuhan

keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien / pasien.

Lima kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan.

c. Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki.

d. Kebutuhan akan harga diri.

e. Kebutuhan aktualisasi diri.

Hasil dari pengertian di atas dimana kita dapat mengambil kesimpulan

bahwa yang dimaksud dengan arti makna pengertian dari asuhan keperawatan

adalah merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan

kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di

mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki

ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal.

1. Tujuan Asuhan Keperawatan

Ada beberapa tujuan dan manfaat pemberian asuhan keperawatan

diantaranya yaitu :

a) Membantu individu untuk mandiri.

24
b) Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang

kesehatan.

c) Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam

memelihara kesehatannya.

d) Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

2. Fungsi Proses Keperawatan

Proses keperawatan pun mempunyai fungsi dan fungsinya antara lain

adalah :

a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi

tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan

keperawatan.

b. Memberi ciri profesionalisasi pemberian asuhan keperawatan melalui

pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang

efektif dan efisien.

c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang

optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang

kesehatan.

C. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

25
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah catatan

keluaran hasil dari seluruh aktifitas kerja perawat yang merupakan bukti dari

pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit dengan menggunakan metode

proses keperawatan. Uraian tahap-tahap pendokumentasian asuhan

keperawatan menurut Nursalam (2008) adalah sebagai berikut :

1) Dokumentasi Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah metode yang sistematis untuk memperoleh data dan

informasi yang penting tentang keadaan dan status kesehatan pasien dalam

rangka pemenuhan kebutuhannya. Tujuan dari pendokumentasian data

pengkajian keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan respon pasien yang unik.

b. Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dari beberapa

sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan

klien dapat dianalisis dan di identifikasi.

c. Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan

yang efektif.

Perawat menggunakan semua informasi pasien yang diperoleh dari

wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan diagnostik

lainnya untuk mencapai tujuan tersebut di atas. Pengkajian harus lengkap dan

seakurat mingkin. Pengumpulan data untuk kelengkapan informasi status

kesehatan atau masalah pasien harus terus menerus dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah-masalah baru dan mengubah prioritas klinis.

26
Standar dokumentasi untuk pengkajian adalah perawat

mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan cara sistematis,

komprehensif, akurat dan terus menerus. Petunjuk penulisan pengkajian

adalah sebagai berikut :

a. Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang

meliputi: riwayat pasien masuk rumah sakit, respon pasien yang

berhubungan dengan persepsi kesehatan pasien, riwayat pengobatan,

data pasien rujukan, pulang dan keuangan.

b. Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan

c. Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan yang di

gunakan

d. Tuliskan data obyektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai,

memasukan pendapat pribadi.

e. Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data obyektif.

f. Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis termasuk definisi

karakteristiknya.

g. Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati di instasinya.

h. Tuliskan secara jelas dan ringkas.

2). Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tertulis yang tegas dan jelas

tentang masalah kesehatan pasien, penyebabnya dan faktor yang menunjang.

Sifat diagnosa keperawatan yaitu berorientasi pada kebutuhan dasar manusia,

menggambarkan tanggapan atau respon individu terhadap proses penyakit,

27
kondisi dan situasi, berubah bila respon pasien berubah serta tidak berorientasi

pada keadaan patologi.

Kegiatan yang dilakukan meliputi memilih data, mengelompokkan data,

mengenal masalah, menyusun daftar masalah, menyusun referensi dan

kesimpulan serta menegakkan diagnosa. Pada tahap ini perawat membutuhkan

pengetahuan tentang definisi karakteristik yang mendukung setiap diagnosis.

Petunjuk penulisan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :

1. Pemakaian PE dan PES (problem, etiologi, sign/symptom) untuk format

diagnosa aktual.

2. Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format

etiologi.

3. Pemakaian terminogi berdasar kepada standar keperawatan dari

NANDA.

4. Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa keperawatan

untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.

5. Memulai penulisan pernyataan diagnosa dengan mengubah redaksinya

kedalam suatu keadaan diagnosa keperawatan yang distandarkan.

6. Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteristik

pendefinisian diperoleh dokumentasi bagian pengkajian pasien untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Pastikan definisi karakteristik (data

mayor dan data minor) telah didokumentasikan pada bagian pengkajian

untuk menegakkan diagnosis keperawatan.

28
7. Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis didaftar

masalah dan didokumentasikan dalam catatan keperawatan.

8. Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk dan

memberikan laporan perubahan atau perkembangan.

9. Setiap pergantian dinas perawat, gunakan diagnosis keperawatan

sebagai pedoman pengkajian, intervensi dan evaluasi.

10. Catatan bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari

langkah-langkah proses keperawatan.

11. Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus merefleksikan

dimensi dalam masalah yang berorientasi pada sistem

pendokumentasian perawat.

12. Suatu agenda atau catatan mungkin diperlukan untuk membuat

diagnosis keperawatan dan sistem pendokumentasian yang relevan.

3). Dokumentasi Intervensi Keperawatan

Rencana intervensi keperawatan adalah pedoman tertulis untuk

melaksanakan tindakan keperawatan dalam membantu pasien dalam

memecahkan masalah serta memenuhi kebutuhan kesehatannya dan

mengkoordinir staf perawatan dalam pelaksanaan perawatan. Kriteria

penentuan rencana tindakan yaitu disusun berdasarkan tujuan asuhan

keperawatan, melibatkan pasien/keluarga, mempertimbangkan latar belakang

budaya pasien dan keluarga, harus berupa kalimat instruksi serta menjamin

rasa aman dan nyaman bagi pasien.

29
Intervensi keperawatan adalah melaksanakan tindakan keperawatan

berdasarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu mengamati

keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan, mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan,

menerapkan etika keperawatan serta mengutamakan kenyamanan dan

keselamatan pasien. Kegiatan yang dilakukan meliputi melihat data dasar,

mempelajari rencana, menyesuaikan rencana, menentukan kebutuhan bantuan,

melaksanakan tindakan keperawan sesuai rencana yang telah disusun, analisa

umpan balik, mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan.

Kegiatan yang dilakukan membuat prioritas, menentukan tujuan, membuat

order keperawatan/rencana intervensi keperawatan, menentukan kriteria

evaluasi. Standar dokumentasi untuk hal ini adalah perawat dapat

mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang mencerminkan hubungan

yang serasi antar diagnosis keperawatan secara umum, perintah intervensi

keperawatan dan kriteria hasil yang diharapkan.

4). Dokumentasi Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah

kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan, membantu,

atau mengarahkan kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan

perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mengevaluasi

30
kerja anggota staf, dan mencacat serta melakukan pertukaran informasi yang

relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari klien.

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi

keperawatan. Komponen yang ada pada format dokumentasi implementasi

pada pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan :

a. Nama pasien, umur.

b. Ruangan, kamar, bed.

c. Nomor registrasi, nomor rekam medik.

d. Hari, tanggal , dan waktu.

e. Nomor diagnosa.

f. Tindakan keperawatan dan hasil, respon klien.

g. Paraf dan nama jelas perawat.

5). Dokumentasi Evaluasi

Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standar atau kriteria

yang ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi

proses keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data

perkembangan pasien yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan

tercapai atau tidak, serta ada tanda tangan atau paraf. Kegiatan yang dilakukan

meliputi menggunakan standar keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan

mengorganisir data, membandingkan data dengan kriteria dan menyimpulkan

31
hasil yang kemudian ditulis dalam daftar masalah. Petunjuk penulisan evaluasi

keperawatan adalah sebagai berikut :

1) Sebelum menulis kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung

penilaian perawat. Contoh data pendukung pada pasien dengan myocardial

infark : tidak ada dyspnea, pasien tampak nyaman. Penilaian perawat :

toleransi aktivitas meningkat atau status cardiac stabil.

2) Mengunakan evaluasi intervensi keperawatan dengan pernyataan evaluasi

formatif yang menjelaskan respon cepat pasien terhadap intervensi

keperawatan atau prosedur.

3) Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika pasien dipindah ke

fasilitas lain atau dipulangkan.

4) Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan diidentifikasi

pada perencanaan keperawatan pasien.

5) Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan perkembangan

pasien terhadap tujuan.

A. Tujuan Utama dan Manfaat Pendokumentasian Proses Keperawatan

Menurut Suarli & Bahtiar (2009) bahwa tujuan utama pendokumentasian

keperawatan adalah sebagai berikut :

a. Komunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi antar tim agar kesinambungan

pelayanan kesehatan yang diberikan dapat tercapai, tidak terjadi tumpang

tindih dalam memberikan pelayanan dan pemulangan.

32
b. Pendidikan, yaitu informasi tentang gejala-gejala penyakit, diagnosa,

tindakan keperawatan, respon klien dan evaluasi tindakan keperawatan,

bagi mahasiswa keperawatan dan tim kesehatan lainnya.

c. Pengalokasian dana berharga untuk dapat merencanakan tindakan yang

tepat dan sesuai dengan dana yang tersedia.

d. Evaluasi merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil

implementasi asuhan keperawatan, menjamin kelanjutan asuhan

keperawatan bagi pasien, dan menilai prestasi kerja staf keperawatan.

e. Jaminan mutu yaitu memberi jaminan pada masyarakat akan mutu

pelayanan keperawatan yang diberikan.

f. Dokumen yang sah merupakan bukti nyata yang dapat digunakan bila

didapatkan penyimpangan atau apabila diperlukan di pengadilan.

g. Penelitian, yaitu catatan pasien merupakan sumber daya yang berharga

yang dapat digunakan untuk penelitian.

Secara umum catatan pasien digunakan untuk memantau mutu pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada pasien dan kompetensi (kemampuan dan

keterampilan) tenaga perawat yang memberikan pelayanan tersebut.

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat dari

berbagai aspek, seperti aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi,

keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi (Nursalam, 2008). Penjelasan

mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hukum
33
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi

yang bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah (miscondact) yang

berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi

jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat dipergunakan

sewaktu-waktu. Dokumentasi dapat dipergunakan sebagai barang bukti di

pengadilan. Dokumentasi yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan

yaitu menulis nama pasien pada setiap halaman catatan, jangan mencatat

dengan pensil, segera melakukan pencatatan setelah melakukan tindakan,

tulisan harus dapat dibaca, menggunakan istilah atau singkatan yang lazim

digunakan, tidak menghapus atau menggunakan cairan koreksi jika melakukan

kesalahan serta setiap selesai tindakan harus dibubuhi tanda tangan dan nama

terang.

b. Kualitas pelayanan

Pendokumentasian data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi

kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah pasien.

Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat teratasi dan

seberapa jauh masalah dapat diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi

yang akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan

keperawatan.

c. Komunikasi

Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap masalah

yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau profesi kesehatan lain dapat

34
melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan

pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.

d. Keuangan

Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang

belum, sedang dan telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap dan

dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya

keperawatan bagi pasien.

e. Pendidikan

Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut

kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan

sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik atau profesi

keperawatan.

f. Penelitian

Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang

terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai

bahan/objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.

Dokumentasi keperawatan juga menunjukkan tingkat keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan yang diberikan guna pembinaan dan pengembangan lebih

lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi peningkatan kualitas pelayanan, juga

bagi individu perawat dalam mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.

35
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam pendokumentasian

asuhan keperawatan

1. Pendidikan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah

dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola

pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat

berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut

pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori

pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang

sesungguhnya.

Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan

berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai

suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan

tepat di dalam berbagai lingkungan karena pendidikan itu sendiri memotivasi

diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.

Pada dasarnya pengertian pendidikan (UU SISDIKNAS No. 20 tahun

2003) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian


36
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.

Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional

Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: tuntutan di

dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka

sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

2. Beban kerja dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Beban kerja adalah frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing

pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Beban kerja meliputi beban kerja fisik

maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik

yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang perawat menderita gangguan

atau penyakit akibat kerja.

Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan oleh perawat dapat

menganggu penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya

tugas tambahan perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak

sesuai dengan yang diharapkan dan berdampak buruk bagi produktifitas

perawat.

Namun, perawat di rumah sakit swasta dengan gaji lebih baik ternyata

mengalami stress kerja lebih besar dibandingkan perawat di rumah sakit


37
pemerintah yang berpenghasilan rendah. Perhitungan beban kerja dapat dilihat

dari 3 aspek, yakni fisik, mental dan panggunaan waktu. Aspek fisik meliputi

beban kerja berdasarkan kriteria-kriteria fisik manusia. Aspek mental

merupakan perhitungan beban kerja dengan mempertimbangkan aspek mental

(psikologis) sedangkan aspek pemanfaatan waktu lebih mempertimbangkan

pada aspek pengunaan waktu untuk bekerja.

Aspek mental atau psikologis lebih menekankan pada hubungan

interpersonal antara perawat dengan kepala ruang, perawat dengan perawat

lainnya dan hubungan perawat dengan pasien, yang dapat mempengaruhi

keserasian dan produktifitas kerja bagi perawat sebagai alokasi penggunaan

waktu guna peningkatan pelayanan keperawatan terhadap pasien (Suryanto,

2008).

3. Umur dalam pendokumentasian asuhan keperawatan

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan

masa awal dewasa adalah usia 18 tahun sampai 40 tahun, dewasa madya

adalah 41 sampai 60 tahun, dewasa lanjut >60 tahun, umur adalah lamanya

hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Harlock, 2004). Umur

adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang

tahun. Dilihat dari sisi biologis, usia 18-25 tahun merupakan saat terbaik

untuk hamil dan bersalin karena pada usia ini biasanya organ-organ tubuh

sudah berfungsi dengan baik dan belum ada penyakit-penyakit degeneratif

seperti darah tinggi, diabetes, dan lainnya serta daya tahan tubuh masih kuat

(Kasdu, dkk, 2001).

38
Umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi, khususnya usia 20-

25 tahun merupakan usia yang paling baik untuk hamil dan bersalin.

Kehamilan dan persalinan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih

besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah berusia 20 tahun,

terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak tersedia

(Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan, 2006).

a. Jenis perhitungan umur/usia :

1. Usia kronologis

Usia kronologis adalah perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran

seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

2.` Usia mental

Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf

kemampuan mental seseorang, misalkan seorang anak secara kronologis

berusia empat tahun akan tetapi masih merangkak dan belum dapat berbicara

dengan kalimat lengkap dan menunjukkan kemampuan yang setara dengan

anak berusia satu tahun, maka dinyatakan bahwa usia mental anak tersebut

adalah satu tahun.

3. Usia biologis

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis

yang dimiliki oleh seseorang.

39
Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009) :

1. Masa balita = 0 - 5 tahun.

2. Masa kanak-kanak = 5 - 11 tahun.

3. Masa remaja awal = 12 - 1 6 tahun.

4. Masa remaja akhir = 17 - 25 tahun.

5. Masa dewasa awal = 26- 35 tahun.

6. Masa dewasa akhir = 36- 45 tahun.

7. Masa lansia awal = 46- 55 tahun.

8. Masa lansia akhir = 56 - 65 tahun.

9. Masa manula = 65 ke atas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4

yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74

tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas

90 tahun.

40
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pendidikan

Beban Kerja Pendokumentasian


asuhan keperawatan

Umur

Berdasarkan kerangka teori, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja

seorang perawat. Penelitian yang dilakukan dibatasi pada pendidikan, beban

kerja, dan umur yang berkaitan dengan kinerja perawat dalam

pendokumentasian asuhan keperawatan.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara

dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam, 2003). Hipotesis

pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

41
H0 :

1. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

2. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

3. Tidak ada hubungan antara beban kerja dengan pendokumentasian

asuhan keperawatan.

Ha :

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

2. Ada hubungan antara beban kerja dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

3. Ada hubungan antara beban kerja dengan pendokumentasian asuhan

keperawatan.

D. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Ukur Kriteria/Kategori

Independen : Pendidikan adalah Kuesioner Ordinal 3 =Tinggi (DIII dan

Pendidikan usaha sadar dan S1)

terencana untuk 2 =Sedang (SMA)

mewujudkan suasana 1 =Rendah (SD dan

belajar dan proses SMP)

42
pembelajaran agar

peserta didik secara

aktif

mengembangkan

potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan

spiritual keagamaan,

pengendalian diri,

kepribadian,

kecerdasan, akhlak

mulia, serta

ketrampilan yang

diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa,

dan negara.

Pendidikan dalam

penelitian ini adalah

pendidikan formal

yang ditempuh oleh

perawat.

Independen : Beban kerja adalah Kuesioner Ordinal 3 = Ringan

Beban kerja frekuensi kegiatan 2 = Sedang

rata-rata dari masing-


43
masing pekerjaan 1 = Berat

dalam jangka waktu

tertentu.

Beban kerja dalam

penelitian ini adalah

perawat yang dapat

menyelesaikan

asuhan keperawatan

tanpa menggangu

pekerjaan yang ada.

Independen : Umur adalah rentang Kuesioner Ordinal Bila umur ≥ 40 skor


1
Umur kehidupan yang
bila umur ≤ 40 skor
diukur dengan tahun,
2
dikatakan masa awal

dewasa adalah usia

18 tahun sampai 40

tahun, dewasa Madya

adalah 41 sampai 60

tahun, dewasa lanjut

>60 tahun, umur

adalah lamanya hidup

dalam tahun yang

dihitung sejak

44
dilahirkan.

Umur dalam penelitian

ini adalah perbedaan

umur perawat dalam

penyelesaian asuhan

keperawatan.

Dependen : Pendokumentasian

Pendokumentasian asuhan keperawatan

Asuhan adalah catatan

Keperawatan keluaran hasil dari

seluruh aktifitas kerja

perawat yang

merupakan bukti dari

pelaksanaan asuhan

keperawatan di

rumah sakit dengan

menggunakan metode

proses keperawatan

45
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan

pendekatan “cross sectional” dimana data yang menyangkut variabel bebas

dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Amurang. Pelaksanaan penelitian

atau pengumpulan data akan dilakukan pada bulan Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik yang

ditentukan dan menjadi sasaran akhir penelitian (Nursalam, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas

di ruangan rawat inap RSUD Amurang yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling

(Nursalam, 2010). Sampel dalam penelitian ini menggunakan total

sampling, yaitu perawat yang sedang bertugas di ruangan rawat inap

46
yang memenuhi kriteria inklusi, dengan jumlah sampel adalah 30

orang.

D. Kristeria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria Inklusi

a) Bersedia menjadi responden.

b) Perawat yang berpendidikan D III, S1 keperawatan.

2. Kriteria Eksklusi

a) Perawat yang sakit atau cuti selama dalam penelitian.

b) Perawat yang sedang mengikuti pendidikan atau pelatihan saat

penelitian.

c) Perawat yang tidak bersedia menjadi responden.

E. Instrumen Penelitian

Pada pengumpulan data peneliti menggunakan alat instrumen berupa

kuesioner digunakan untuk variabel dependen yaitu pendokumentasian

asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan dan varibel

independen yaitu pendidikan, beban kerja, dan umur terhadap asuhan

keperawatan, data di analisis dengan menggunakan sistem komputerisasi,

yaitu software statistic program for social sign (SPSS) versi 20, dengan

menggunakan uji Chi-Square (X²), pada tingkat kemaknaan 95 % (α 0,05).

F. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Editing

47
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan

dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksakan

kesinambungan data, memeriksa keseragaman data.

b) Koding

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban

atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan simbol-simbol

tertentu, untuk setiap jawaban.

c) Tabulasi data

Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data didalam suatu

tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan

penelitian, tabel mudah untuk dianalisis. Tabel tersebut dapat

berupa tabel sederhana maupun tabel silang.

G. Analisa Data

Untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan terhadap asuhan

keperawatan, data di analisis dengan menggunakan sistem komputerisasi,

yaitu software statistic progaram for social sign (SPSS) versi 20, dengan

menggunakan uji Chi-Square (X²), pada tingkat kemaknaan 95 % (α 0,05).

H. Etika Penelitian

Dalam proses penelitian yang penulis lakukan kaitannya dengan

sampel yang penulis ambil adalah perawat yang bekerja di RSUD

Amurang, maka penulis meminta persetujuan kepada perawat yang

bersedia.

Etika penelitian terdiri dari :

48
a. Informed Consent

Informed Consent yaitu penjelasan kepada responden mengenai

penelitian yang akan dilakukan sehingga tidak ada tuntutan

dikemudian hari serta tidak ada yang merasa dirugikan dari kedua

belah pihak, baik responden maupun peneliti.

b. Membina hubungan baik dengan responden sikap yang kita berikan

yaitu ramah tamah, sopan dan melakukan pendekatan yang baik

terhadap responden.

c. Menjaga kerahasiaan responden (confidentiality). Dalam

mengambil data responden, kami akan menjaga dan

memperhatikan dengan baik serta tidak akan membicarakan

identitas dan data yang diperoleh dari responden.

d. Tanpa nama (Anonimity)

Menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu

mencatumkan nama, hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data.

e. Tidak ada unsur paksaan

Dalam pengambilan data kepada responden, kami tidak melakukan

paksaan dan harus ada persetujuan dari responden. Jika responden

tidak setuju, kami tidak akan mengambil data (Alimul, 2011).

49
DAFTAR PUSTAKA

Aditama Tj. Y. 2022. Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Jakarta : Universitas

Indonesia

Arwani dan Supriyanto Heru, 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan, Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Ilyas Yaslis, 1999. Kinerja : teori, penilaian dan penelitian. Jakarta. Penerbit Pusat

Kajian ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

Keliat B A, Hearawati N, Pandjaitan R U, Hellena N. 1999. Proses Keperawatan

Kesehatan Jiwa. Jakarta EGC

Kusnanto, 2004. Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Nursalam, 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika

Sarjono, 2003. Pendidikan Penting Dalam Pembelajaran. (Online,

http://www.indomedia.com/intisari/1999/Juni).

50
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Edisi Pertama.

Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu.

Simanjuntak Prayaman J, 2005. Manajemen dan evaluasi kinerja.Jakarta. Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Stephen. S dan Bahtiar Yanyan, 2009. Manajemen Keperawatan dengan

pendekatan praktis, Jakarta. Penerbit Erlangga EMS

Susanto. 2009. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Pengaruhi Kepuasaan Pasien

(online) http://www.umy.ac.id/2009/01/ Kualitas Pelayanan Rumah

Sakit Pengaruhi Kepuasaan Pasien Diakses tanggal 30 September 2009.

51

Anda mungkin juga menyukai