Anda di halaman 1dari 17

Evidence Based Practice(EBP)

untuk meningkatkan
keselamatan pasien, dan budaya
dalam lingkup kerja perawat
dalam meningkatkan
keselamatan pasien
OLEH :
KELOMPOK 1
ST. JULFIANI NUS 21212001
ZIATUL FAUZIAH 21212003
ESTEFANI LEWIER 21212004
PUPUT S 21212005
Latar Belakang

Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika seseorang sakit dan membutuhkan
bantuan dengan tujuan untuk menyelamatkan kondisi pasien. Dengan berlalunya waktu dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi rumah sakit tidak hanya menjadi tempat untuk menyelamatkan pasien. Berbagai
layanan dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan bantuan. Pasien yang memerlukan bantuan menyeluruh
dan intensif selama 24 jam dapat mengakses layanan rawat inap. Perawatan rawat inap memiliki peran penting
dalam pelayanan perawatan untuk observasi, diagnosis, pengobatan atau upaya perawatan kesehatan lainnya.
Keselamatan pasien di rumah sakit melibatkan partisipasi dari semua petugas kesehatan, terutama perawat.
Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai jumlah cukup dominan di rumah sakit yaitu
sebesar 50 sampai 60% dari jumlah tenaga kesehatan yang ada. Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien merupakan pelayanan yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan yang lainnya dan memiliki
peran yang cukup penting bagi terwujudnya kesehatan dan keselamatan pasien.
DEFINISI EBP

 Menurut Greenberg & Pyle (2006) dalam Keele (2011), “Evidence-Based Practice adalah
penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan”.
 Menurut Melnyk & Fineout-Overholt (2011) EvidenceBased Practice in Nursing adalah
penggunaan bukti ekternal, bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan
pasien untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan Kesehatan
 Evidence –Based Practice adalah: Penggunaan bukti untuk mendukung pengambilan
keputusan di pelayanan Kesehatan.
Ada Beberapa langkah dalam EBP

1. Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelitian) terbaik dengan salah satu ahli di klinik serta
memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien dalam membuat keputusan atau perubahan
2. Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan berdasarkan bukti-bukti.
3. Menyebarluaskan hasil dari EBP

Langkah pertama:
• Mengintegrasikan Bukti-bukti
 Clinical expertise (CE)
 Ini merupakan bagian yang paling penting dalam proses EBP decision making.

. pasien
 Jika kualitas evidence bagus dan intervensi sangat memberikan manfaat, akan tetapi jika hasil
diskusi dengan pasien menghasilkan suatu alasan yang membuat pasien menolak treatment, maka
ntervensi tersebut tidak bisa diaplikasikan.
MANFAAT EBP

(Trinder & Reynolds, 2006)


1.Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik
2. Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
3.Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasilhasil penelitian
4.Mengeliminasi budaya “practice which is not evidence based
Langkah ke dua:
• Mengevaluasi Outcome
 Langkah ini penting, untuk menilai dan mendokumentasikan dampak dari
perubahan pelayanan berdasarkan EBP dalam kualitas pelayanan kesehatan/
manfaatnya bagi pasien.
• Menilai apakah perubahan yang terjadi saat mengimplementasikan hasil EBP di klinik sesuai
dengan apa yang tertulis dalam artikel

Langkah ke tiga:
• Menyebarluaskan Hasil dari EBP
 Dessiminasi dilakukan untuk meng-share hasil EBP sehingga perawat dan tenaga
kesehatan yang lain mau melakukan perubahan bersama dan atau menerima perubahan
tersebut untuk memberikan pelayanan perawatan yang lebih baik.
 Elemen-elemen dalam membudayakan EBP:
a. Mengajak semua petugas kesehatan untuk menanyakan kembali praktik kesehatan yang sedang mereka
lakukan.
 Memasukkan EBP dalam visi, misi, dan promosi yang dilakukan oleh institusi Kesehatan
b. Adanya mentor serta kadernya yang mempunyai kemampuan dalam EBP dan kemampuan untuk mengatasi
hambatan terkait dengan perubahan dalam individu dan institusi
c.Adanya infrastuktur yang menyediakan alat-alat untuk pengembangan EBP
d. Dukungan administrasi dan adanya leadership yang menilai, menentukan EBP model, serta menyediakan
sumber daya yang diperlukan untuk mempertahankan budaya EBP
e. Secara teratur mengenali/mengidentifikasi individu atau kelompokkelompok yang secara consisten
melakukan EBP
Budaya dalam lingkup kerja
perawat
Menurut blegen (2006) dalam Hamdani (2007), budaya
keselamatan pasien adalah presepsi yang dibagikan
diantara anggota organisasi ditujukan untuk melindungi
pasien dari kesalahan tata laksana maupun cidera akibat
intervensi.
Keselamatan pasien merupakan transformasi budaya,
seorang pemimpin dengan kepemimpinannya dapat
melakukan perubahan budaya menuju keberhasilan program
keselamatan pasien (Cahyono, 2008). Hal ini perlu
mendapat perhatian karena kepemimpinan merupakan
elemen penting untuk menciptakan budaya yang kuat dalam
menerapkan keselamatan pasien. Peran perawat dalam isu
keselamatan pasien adalah menciptakan budaya organisasi
dengan komunikasi dan alur informasi yang jelas dan tepat.
Pelayanan keperawatan yang aman dan berkualitas merupakan harapan
pasien dan keluarga dalam menentukan pilihan atas layanan keperawatan
yang tersedia. Saat ini kualitas pelayanan keperawatan telah memasuki era
keselamatan pasien sebagai fokus utama, dimana keselamatan pasien dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu, diantaranya:
1. penerapan alat ukur
2. peran dan kerja sama tim dan para ahli
3. peran dari proses
4. penggunaan efektif dari data untuk peningkatan pelayanan
5. pembiayaan: serta dampak bagi pemimpin organisasi.
Keselamatan pasien merupakan hasil dari interaksi komponen struktur dan
proses, artinya proses pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan standar
dan didukung dengan struktur terstandarisasi serta kondisi lingkungan yang
optimal yang menghasilkan pelayanan yang aman bagi pasien.Pelayanan
keperawatan berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Perawat memiliki peran dalam menjaga
mutu pelayanan rumah sakit pada keselamatan pasien.
Perawat memiliki peran yang dominan dalam mencegah terjadinya kesalahan
pengobatan, diantaranya:
1. pelaporan kejadian
2. mendidik diri sendiri dan sesama perawat
3. memberikan rekomendasi tentang perubahan dalam prosedur dan
kebijakan
4. dan keterlibatan dalam identifikasi masalah.
Manfaat budaya keselamatan
pasien
Menurut Bird (2005) dalam Hamdani (2007) manfaat budaya keselamatan
pasien antara lain:
1. Organisasi lebih tau jika ada kesalahan yang akan terjadi atau jika
kesalahan telah terjadi.
2. Meningkatnya laporan kejadian yang dibuat dan belajar dari kesalahan
yang terjadi akan brpotensi menurunnya kejadian sama yang berulang
Kembali dan keparahan dari eselamatan pasien.
3. Kesadaran akan keselamatan pasien, yaitu bekerja untuk mencegah eror
dan melaporkan jika ada kesalahan.
4. Berkurangnya perawat yang merasa tertekan , bersalah, malu karena
kesalahan yang telah diperbuat
Next…

5. Berkurangnya turn over pasien, karena pasien yang


mengalami perpanjangan hari perawatan dan pengobatan
yang diberikan lebih dari pengobatan yang seharusnya
diterima pasien.
6. Mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kesalahan dan
penambahan terapi
7. Mengurangi sumber daya yang dibutuhkan dalam
menangani keluhan pasien.
Tujuan keselamatan pasien
Antara lain: terciptanya budaya keselamatan pasien, menurunnya kejadian
yang tidak aman bagi pasien, memberikan kepuasan bagi pasien maupun
pihak internal rumah sakit, dan mutu pelayanan kesehatan menjadi lebih baik.
Tujuan keselamatan pasien sebagai arah dalam mencapai visi ke depan yaitu
terciptanya penerapan budaya keselamatan pasien. Budaya keselamatan
pasien merupakan komponen yang penting dan mendasar karena
membangun budaya keselamatan pasien merupakan suatu cara untuk
membangun program keselamatan pasien secara keseluruhan.
Faktor-factor yang mempengaruhi penerapan budaya
keselamatan pasien

1. Kerjasama tim.
2. Pelaporan insiden
Kesimpulan

adalah penggunaan bukti ekternal,


bukti internal (clinical expertise), serta
manfaat dan keinginan pasien untuk
mendukung pengambilan keputusan di
pelayanan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai