Anda di halaman 1dari 185

BAHAN AJAR

MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL,


PENGUKURAN KUALITAS MUTU DAN ASUHAN, EVIDANCE BASED
TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN, DAN ROLE MODEL DALAM
ASUHAN KEBIDANAN

Disusun oleh :

• Dhe putri juniawati (NPM:22270006)


• Kurnia Dwi Solifandari (NPM:22270016)
• Selvia juwita (NPM:22270047)
• Defha pella seotha (NPM:22270023)

DOSEN PEMBIMBING : TAUFIANIE ROSSITA,SST,MKM

PRODI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
BAHAN AJAR
MODEL PRAKTIK DALAM , EVIDANCE BASED, DAN ROLE MODEL
DALAM ASUHAN KEBIDANAN

A. PENDAHULUAN

Model adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Model praktik bidan memiliki 4 unsur :
1. Primary care
2. Continuity of care
3. Collaborative care
4. Partnership
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah
sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan
adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas
pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan.
Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka Evidence berarti bukti atau
fakta sedangakan Based berarti dasar,jadi Evidance Based adalah proses sistematis untuk
mencari,menilai,dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan klinis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.Model
kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam
pelaksanaan askeb.
B. PENYAJI MATERI

1. MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL


Model adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka
kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Sedangkan Konseptual
model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin.
Model konseptual kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan
saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio sesaria pada persalinan.
Model praktik bidan memiliki 4 unsur :
a. Primary care
b. Continuity of care
c. Collaborative care
d. Partnership
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk
membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti
kesehatan.tujuannya adalah sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan
tindakan.

2. PENGUKURAN KUALITAS DAN MUTU ASUHAN

Asuhan atau pelayanan kebidanan bermutu adalah asuhan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk dan diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan. Kode etik dan standar pelayanan profesi, pada dasarnya
merupakan kesepakatan di antara kalangan profesi sehingga wajib digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Pada umumnya, mutu asuhan terfokus pada konsep layanan kesehatan
memiliki tiga landasan utama yaitu mutu, akses, dan biaya. Satu sama lain saling
bergantung dan masing-masing dapat berdampak pada yang lain, mutu berdampak
lebih kuat pada dua landasan lainnya. Mutu dapat dicapai jika layanan yang
terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas, efisien, dan hemat biaya.
Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa, dalam
menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana
ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan
komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya
setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerja sama dalam
memberikan pelayanan.
Salah satu dilema bidan di masyarakat yaitu kesulitan untuk memutuskan
tindakan yang tepat untuk menolong persalinan dengan resiko tinggi yang seharusnya
ditolong oleh dokter, dikarenakan pihak dari keluarga klien tidak mau dirujuk dengan
berbagai alasan sehingga tenaga kesehatan khususnya bidan kesulitan dalam
mengambil keputusan dalam bertindak sehingga menimbulkan dilema dalam
mengambil keputusan sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan
panduan dalam memberikan asuhan.Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada promosi persalinan normal, pencegahan penyakit,
pencegahan cacat pada ibu dan bayi, promosi kesehatan yang bersifat holistik,
diberikan dengan cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor
dan pendidikan berpusat pada perempuan.
Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat kesempurnaan dan standar
yang telah di tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi
tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Kualitas jasa
adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada pelanggan.
Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien
terhadap suatu organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam
persaingan disegmen pasar karena pasien/klien sebagai pelanggan merupakan alat
promosi yang paling efektif dan akurat untuk menarik perhatian pelanggan
lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang lain.

3. EVIDENCE BASED TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN


a. Pengertian Evidence Based
Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka Evidence berarti bukti atau
fakta sedangakan Based berarti dasar,jadi Evidance Based adalah proses
sistematis untuk mencari,menilai,dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan klinis.

Ilmu serta praktik kedokteran yang saat ini ada telah mengadaptasi dan
mengedepankan tindakan yang berbasis bukti ilmiah. Prinsip tersebut
dinamakan Evidence Based Medicine (EBM), yang merupakan proses sistematis
yang bertujuan untuk menemukan, menelaah, melakukan evaluasi, serta
memanfaatkan hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan medis.
Pengambilan keputusan medis berdasarkan EBM berarti bahwa kita telah
memanfaatkan bukti ilmiah dari penelitian klinis mutakhir yang valid, dalam tata
laksana pemberian tindakan atau intervensi terhadap pasien.

EBM sendiri merupakan perpaduan antara best research evidences,


clinician’s judgement, serta patient’s value. Best research evidences di sini berarti
bahwa teknologi kedokteran yang berbasis EBM telah didukung oleh hasil studi
dengan metodologi yang terpercaya, misalnya, randomized double blind
controlled clinical trial. Selain itu, studi yang mendukung EBM juga harus
menggunakan variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara objektif,
serta menggunakan metode pengukuran yang dapat meminimalisir potensi bias
dari peneliti.

EBM juga harus melibatkan clinician’s judgement alias clinical


expertise yang memadai. Hal ini berarti bahwa penjabaran EBM memerlukan
keterampilan klinisi untuk dapat mengidentifikasi kondisi pasien, melakukan
proses penegakkan diagnosis dengan cepat dan tepat, mengidentifikasi potensi
faktor risiko yang ada, serta memperkirakan potensi risk and benefit dari setiap
tindakan dan intervensi yang akan diberikan. Bisa saja, suatu tindakan yang akan
kita berikan kepada pasien memang dapat bermanfaat bagi pasien tersebut, namun
juga dapat menyakiti pasien tersebut dalam proses pelaksanannya.

EBM pada hakikatnya diterapkan demi kebaikan dan kepentingan pasien.


Oleh karena itu, EBM juga harus mempertimbangkan value dari si pasien itu
sendiri, termasuk pandangan pasien atas penyakit atau kondisinya, serta harapan
pasien atas tindakan dan intervensi yang akan dilakukan oleh dokter. Hal ini
tentunya harus dipahami benar oleh praktisi medik, bahwa suatu pelayanan
kesehatan, selain didasari atas bukti-bukti ilmiah, juga harus
mempertimbangkan subjective values dari pasien. Karena tentunya, tidak semua
tindakan yang kita anggap baik bagi pasien, dapat diterima dengan baik pula oleh
pasien tersebut.

Pelaksanaan EBM secara umum dapat dilakukan melalui lima langkah, yaitu:
1. Penyusunan formula pertanyaan ilmiah atas penyakit atau masalah kesehatan
pasien.
Setiap menghadapi pasien, seorang dokter selayaknya menyusun
beberapa pertanyaan ilmiah terkait dengan kondisi, penyakit, atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi
proses penegakkan diagnosis, faktor risiko yang dimiliki oleh pasien, jenis
pengobatan yang akan diberikan, hingga prognosis pasien atas kondisi yang
dialaminya. Dalam kondisi tersebut, seorang dokter perlu memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menelaah masalah yang ada,
sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan kepada
pasien akan memberikan jawaban yang dapat menjadi kunci untuk
menangani kondisi yang dialami oleh pasien tersebut.

2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah


yang dihadapi.
Setelah menyusun pertanyaan, langkah selanjutnya adalah mencoba
mencari dan menemukan bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, dokter harus memiliki keterampilan
penelusuran informasi ilmiah, dan tentunya akses terhadap sumber-sumber
informasi tersebut.

3. Penelaahan atas bukti-bukti ilmiah yang ada.

Setelah menemukan bukti ilmiah ataupun informasi, dokter selayaknya dapat


melakukan identifikasi dan penilaian terkait apakah bukti ilmiah dan
informasi yang didapatkannya itu valid dan update, serta dapat menunjang
secara klinis dalam proses pengambilan keputusan. Kemampuan ini sangat
vital, mengingat tidak semua bukti ilmiah atau informasi yang dipublikasi
telah memenuhi kriteria metodologi yang valid dan reliable. Oleh karena itu,
seorang dokter harus memahami prinsip critical appraisal yang akan
bermanfaat untuk menentukan apakah informasi yang kita miliki dapat kita
jadikan sebagai acuan.

4. Penerapan hasil telaah dalam proses pengambilan keputusan

Dengan adanya bukti-bukti ilmiah yang dapat dijadikan acuan, dokter dapat
menerapkan bukti-bukti ilmiah tersebut untuk menyusun rencana
penanganan terhadap pasien, tentunya dengan pertimbangan risiko dan
manfaat (risk and benefit analysis).

5. Pelaksanaan evaluasi atas efikasi dan efektivitas dari intervensi yang


dilakukan
Tahap evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan
dan intervensi yang saat ini diambil masih merupakan tindakan yang terbaik
bagi pasien, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang valid dan update. Inilah
pentingnya seorang dokter untuk bisa selalu melakukan update ilmu,
termasuk di antaranya melalui diskusi dengan rekan sejawatnya.

Berdasarkan uraian di atas, selayaknya kita sudah lebih memahami


pentingnya EBM dalam setiap tindakan dan intervensi medis yang diberikan
kepada pasien. Setiap tindakan dan intervensi medis memang sudah
seharusnya melalui proses penelitian yang panjang, karena akan secara
langsung berdampak pada kesehatan dan nyawa manusia. Oleh karena itu,
tidak dibenarkan apabila tindakan dan intervensi medis yang kemanjurannya
masih berbasis ‘testimoni’ untuk dapat diberikan secara meluas dalam
lingkup non-penelitian kepada masyarakat.

b. Manfaat Evidance Based


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidance Based antara lain :
1. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah
2. Meningkatkan kompetensi
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
4. Memenui kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar,sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi
c. Evolusi dalam Praktek Pelayanan Kebidanan
Di Yunani, sekitar 430 SM pada kelahiran, bidan dipanggil dan ibu
melahirkan dibaringkan di tempat tidur. Ketika persalinan mulai ibu dipindahkan
ke tempat tidur untuk melahirkan, dia diposisikan membungkuk. Para bidan
memijat perutnya, dan satu orang berdiri di bawah ibu untuk membantu kelahiran
bayi. Setelah lahir, bayi dan ibu dibersihkan karena darah kelahiran dianggap sial.
Tanda dibuat di dahi bayi untuk melindunginya dari “mata jahat,” Di Perancis
pada tahun 1700-an. Persalinan merupakan proses yang rumit.
Setelah merasa nyeri persalinan, wanita kerajaan akan memanggil petugas
dan diletakkan di sofa khusus. Beberapa obat abad ke-18 yang ditempatkan di
dekat ibu seperti beberpaa bubuk untuk membantu dalam kelahiran, minyak
almond untuk membersihkan tangan dokter dan kepala bidan, dan kotak jinten
bubuk untuk tali pusat bayi. Setelah kelahiran, tali pusat dipotong dan bayi dicuci
dalam minyak, mawar merah, dan anggur merah untuk menghilangkan sisik pada
kulit bayi. Di Cina pada akhir 1800-an. Bagi perempuan Cina yang melahirkan,
nyeri persalinan akan hilang jika disertai dengan doa-doa dari ibu dan ibu mertua
sehingga persalinan akan berlangsung dengan mudah.
Seorang imam Tao akan tiba untuk melakukan doa samping tempat tidur
dan berbisik ke telinga ibu melahirkan ini. Dengan terjadinya kelahiran, dia akan
jongkok di tempat tidur. Setelah bayi lahir, bidan akan memotong dan mengikat
tali pusat, dan kemudian mencoba untuk mendorong plasenta untuk dilahirkan,
bayi tidak akan dimandikan selama tiga hari, sampai pengaruh jahat kurang dekat.
Di Zuni India di tahun 1890-an. Ketika nyeri persalinan dimulai, ibu melahirkan
akan berbaring di tempat tidur yang lembut yang terbuat dari kulit binatang dan
ibunya akan mengumpulkan wanita tua dari keluarga untuk membantu dalam
kelahiran. Seiring dengan nyeri yang bertambah, dia didorong untuk tetap diam.
Untuk mempercepat persalinan, perut ibu diusap-usap. Ketika bayi
muncul, doctress akan beristirahat di bawah wanita untuk membantu kelahiran
bayi. Setelah plasenta disampaikan, nenek dari ibu akan membuangnya di sungai
untuk dicuci hilir. Enam hari setelah kelahiran, bayi baru akan diperkenalkan
kepada para dewa Zuni dan dibuat anggota resmi dari orang-orang Zuni. Di
Eskimo kutub di tahun 1920-an. Untuk mempersiapkan kelahiran, suami wanita
melahirkan ini akan membuat sebuah lubang dangkal tertutup oleh kulit binatang
di tempat tidur – di lubang ini persalinan akan terjadi.
Ketika rasa sakit mulai, wanita itu akan beristirahat di tempat tidur
disiapkan dan suaminya akan bersandar di belakangnya. Dia kemudian akan
menekan perutnya ke bawah untuk mendorong bayi yang akan lahir. Setelah lahir,
ayah akan memotong tali pusar dengan pisau dan ibu akan mengikat simpul untuk
menghentikan pendarahan, plasenta akan dibungkus dalam kulit binatang dan
kemudian ditinggalkan di luar untuk hewan untuk berpesta. Bayi itu akan diberi
nama dengan tiga nama untuk melindunginya dari roh-roh jahat di angin dan tidur
dengan orang tuanya.
Di Mesir pada 19.000 SM Tari perut, sering dianggap sebagai hiburan
untuk pria, sebenarnya adalah sebuah bentuk tarian kuno yang mencerminkan
tubuh sebagai penciptaan alam dan jiwa. Awalnya tarian yang dilakukan oleh
perempuan untuk menghormati pemberi kehidupan, Bunda Agung. Perputaran
pinggul diyakini menjamin kelahiran generasi mendatang, dan digunakan dalam
persiapan untuk kelahiran. Ibu bersalin akan jongkok rendah dan mengejan saat ia
berguling. Kontraksi gerakan menari memperkuat otot-otot perut dan karena itu
hal ini juga membantu persalinan menjadi lebih mudah.
Di Malaysia dan Indonesia. Perempuan bersalin dalam posisi duduk, tanpa
obatobatan untuk menghilangkan rasa sakit. Keduanya, baik Dukun, atau bidan,
akan memijat ibu hamil, persalinan terjadi di ruang bersalin, secara tradisional
dalam rumah, karena diyakini bahwa tangisan pertama bayi adalah seruan
loyalitas dan menghormati orang tua, dan harus didengar di rumah. Setelah lahir,
Dukun memotong tali pusat, menggenangi dan membungkus bayi dalam selimut.
Selanjutnya, bayi diadzankan atau diqamatkan. Bayi itu kemudian dikembalikan
ke ibunya dan diperkenalkan ke kakeknenek, yang merupakan tindakan pertama
kehormatan yang ditunjukkan oleh bayi keluarganya.
plasenta kemudian dicuci dan ditempatkan dalam pot gerabah dengan
rempah-rempah dan terus dekat ibu. Setelah 40 hari, keluarga mengubur plasenta
di dalam tanah. Pada abad ke-20, ketika Dr Josephine Baker diangkat sebagai
Inspektur kesehatan kota untuk daerah Kitchen Hell di tahun 1901, ia menemukan
bahwa 1.500 bayi yang baru lahir meninggal di kabupaten setiap minggu. Oleh
karena itu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan perawatan prenatal dan
praktik kesehatan anak yang terlibat dengan membuka klinik, meluncurkan
program makan siang sekolah, pelatihan babysitter, dan stasiun ASI di kota, dan
itu mengakibatkan penurunan besar dalam kematian bayi dan anak.
Persalinan menjadi jauh lebih aman hari ini untuk ibu. Anakanak lebih
mungkin untuk bertahan hidup sampai dewasa. Dan KB yang tersedia secara luas
memberikan orang pilihan untuk memutuskan kapan dan berapa banyak anak-
anak untuk memiliki. Tapi bagian yang sulit datang setelah melahirkan -raising
keluarga, yang lebih rumit setiap hari. Dan itulah mengapa Anda harus
menghormati ibumu ini Hari Ibu.10 Praktik berbasis bukti melibatkan 5 tahapan:
1. Memformulasi pertanyaan klinis yang dapat dijawab
2. Menemukan berbagai bukti
3. Telaah berbagai bukti
4. Aplikasikan berbagai bukti
5. Evaluasi kinerja

4. ROLE MODEL ASUHAN KEBIDANAN


Dalam teori kepemimpinan,secara sederhana arti dari kata role model adalah
teladan.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh.
1. Model
Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
Kegunaan model antara lain :
a. Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkrit maupun abstrak) dengan
mengartikan persamaan seperti struktur,gambar,diagram,dan rumus.Model
tidak seperti teori,tidak memfokuskan pada hubungan antara dua fenomena
tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi.Sebuah model pada dasarnya
analogi atau gambar simbolik sebuah ide.
b. Menggambarkan sebuah kenyataan atau gambaran abstrak sehingga masih
digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
2. Konsep Role Model
Model dalam teori kebidanan indonesia mengadopsi dari beberapa model
negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari
teori & model yang bersumber dari masyarakat. Model asuhan kebidanan
didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan episode
yang normal dalam siklus kehidupan wanita.Model kebidanan ini dapat dijadikan
tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien
sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb.
Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian
dan kejadian seksio sesaria pada persalinan.
Jadi, model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Peran role model

Pada beberapa aspek kehidupan manusia terutama berkaitan dengan belajar dan
pendidikan, role model memberikan dampak tersendiri bagi individu yang
bersangkutan. Tidak sedikit dari kita yang telah merasakan dampak tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun role model telah banyak
digunakan dan diterapkan dalam kehidupan, mungkin beberapa orang masih
bertanya-tanya mengenai cara role model mempengaruhi motivasi individu mencapai
tujuan yang yang dimiliki setiap individu. Role model pada dasarnya mengacu
pada theory of social learning yang dikemukakan oleh Bandura.
Teori tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya proses belajar pada individu
dapat terjadi karena observasi yang dilakukan individu terhadap lingkungan maupun
orang lain yang yang di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada eksperimen Bobo Doll
yang dilakukan Bandura yang menunjukkan bahwa individu (dalam penelitian ini
adalah anak-anak) melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lihat.
Sedangkan ketika teori tersebut diaplikasikan untuk menjelaskan role model seperti
yang dijabarkan Morgenroth. maka dapat dipahami bahwa role model membawa
manfaat pada peningkatan motivasi pada indidivu yang melihat atau mengobservasi
model tersebut yang mana akan meningkatkan outcome yang ada maupun sebaliknya.
Contoh sederhananya adalah seorang mahasiswa baru yang termotivasi dan
cenderung melakukan hal yang sama dengan kakak tingkatnya yang telah berhasil
memenangkan juara diajang bergengsi. Rasa motivasi dan perilaku tersebut muncul
setelah mahasiswa baru tersebut mengamati kakak tingkat yang ia jadikan role
model tersebut. Selain mempengaruhi cara individu berperilaku terhadap cita-
citanya, role model juga turut mempengaruhi fungsi kognitif dan strategi emosional
pada individu sehingga motivasi untuk mencapai tujuan juga semakin meningkat
(Morgenroth )
Melalui penelitian berupa literature review yang dilakukan, Morgenroth, Ryan
dan Peters menjelaskan dinamika role model, motivasi serta tujuan atau goals dengan
framework terbaru yakni the Motivational Theory of Role Modeling. Berdasarkan
analisis Morgenroth dkk terhadap beragam definisi dan hasil penelitian terdahulu,
dapat dipahami bahwa role model memiliki tiga peran yang mempengaruhi motivasi
dan tujuan individu. Ketiga fungsi dijelaskan oleh Morgenroth, Ryan dan Peters
(2015) sebagai berikut

C. RANGKUMAN

Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu


manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah
sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan
adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas
pada klien. Evidance Based adalah proses sistematis untuk mencari,menilai,dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan serta sangat jauh dari kata
sempurna.tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat di pertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

D. LATIHAN
1. Yang merupakan lingkup tingkat pelayanan kesehatan dasar promosi kesehatan
adalah…..
A. Health promotion
B. Spesifik protection
C. Disability limitation
D. Health prevention
E. Early diagnosis and prompt treatment

Jawaban: A. Health promotion

2. Salah satu upaya promosi kesehatan saat hamil meliputi ...


A. Pemberian ASI.
B. Latihan/Senam Nifas.
C. Nutrisi Bagi Bayi.
D. PenKes Gizi Ibu Menyusui.
E. Meyakinkan Ibu Menyusui Bahwa Tidak Ada Pantangan Makan Selama Menyusui.

Jawaban: B. Latihan/Senam Nifas

3. Berikut yang bukan hambatan dalam penyelenggaraan promkes adalah...


A. Struktur dan sikap medical establishment
B. Hambatan individual
C. Jaringan koperasi dan perencanaan yg rumit
D. Tdpt jurang pemisah ant pengemb teknologi perub yg efektif n penggunaan
teknologi oleh pelaksana
E. Terdapat hambatan masyarakat
Jawaban: E. Terdapat hambatan masyarakat

4. Tugas bidan dalam pelayanan kesehatan promkes sebagai berikut, kecuali..


A. Fasilitator
B. Motivator
C. Edukator
D. Advokator
E. Rehabilitator
Jawaban: E. Rehabilitator

5. Tujuan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas adalah


A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal
B. Ibu nifas akan bergantung pada bidan
C. Ibu nifas akan melewati masa nifas yang kurang baik
D. Ibu nifas akan bergantung oleh pelayanan kesehatan
E. Ibu nifas akan berhati hati dalam masa nifasnya
Jawaban: A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal
E. DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. D., Sari, M. H. N., Ritonga, F., Yuliani, M., Wahyuni, W., Amalia, R., ...
& Winarso, S. P. (2020). Konsep Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.
Septina, Y., Keb, M. T., Srimulyawati, T., & Keb, M. T. (2020). Pengantar Praktik Ilmu
Kebidanan. Penerbit Lindan Bestari.
Purwandani,Atik.Konsep Kebidanan: Sejarah Profesionalisme.Jakarta: EGC.2008.
Sarwono Prawirohardjo.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Nurmayati.2011.Mutu Pelayanan Kebidanan.Jakarta: Trans Info Media.
Kartika,Sofia,2019.Buku Saku Bidan Desa.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
PEMBELAJARAN PENGANTAR PRAKTIK KEBIDANAN

“MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL


DAN PENGUKURAN KUALITAS DAN MUTU ASUHAN, EVIDENCE
BASED TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN DAN ROL MODEL”

• Rosatania arya nurrachma (2227038)


• Heppy feronika (2227007)
• Sekar sari (22270046)
• Winda lestari (22270026)
• Wike (22270068)

UNIVERSITAS DEHASEN KOTA BENGKULU FAKULTAS


KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022-2023


PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS

NASIONAL DAN GLOBAL

MINGGU PERTAMA

A. Pendahuluan
Bidan adalah seseorang perempuan yang luus dari pendidikan bidan yang teah
teregistrasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perudang-undangan. (kementrian
kesehatan republik indnesia , 2017) Istilah bidan berasa dari kata “widwan” berasa bahasa
sansekerta yang berarti “cakap”. Di samping itu terdapat istiah “membidan”yang artinya
mengadakan sedekah bagi penolong persalinan yang minta diri setelah bayi berumur 40 hari.
Sedangkan dalam bahasa inggris “midwife” berarti with woman as birth, the renewal of life
continues though the eges,”whit woman.” Maksudnya adalah pada saat mendampingi
perempuan selama proses persalinan dan pada saat memberikan pelayanan kebidanan,
seorang bidan harus mempunyai empati, keterbukaan, menumbuhkan rasa saling
percaya(trust), bidan harus mengetahui pikiran dan perasaan serta proses yang dialami ibu
dan keluarganya. (Syamsul Hadi, 2019)

Bidan merupakan profesi yang diakui oleh internasional, maupun nasional yang
mana pengertian bidan telah diakui oleh internasional conferedatin of midifes pada tahun
1972 dan internasinal federation of internasiona gynecoigist definision tersebut yang
kemudian disahkan oleh FOGI (1991) dan WHO (1992). (arum di anani, 2020). Konsep
asuhan kebidanan berkesinambungan merupakan bagian terintegrasi dalam konsep holistik
asuhan yang berpusat pada wanita hal ini merupakan suatu hal yang fundemental bai layann
praktik kebidanan, prinsip asuhan kebidanan memastikan fokus pada kehamilan dan
kelahiran sebagai, tidak hanya sebagai tahap kehidupan yang harus dilindungi, namun
perhitungan makna dari nilai setiap wanita secara lengkap.

Ikatan bidan indonesia (IBI) menelaskan bahwa bidan adalah seorang wanita yang
telah mengikuti dan meyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (diregistrasi), diberi iin secara sah untuk
menjalankan praktek.
Definisi bidan pasa 1 butir 1 permenkes no .822/menkes/SK/IX/1993. Pasal
1 butir 1
1. kepmenkes tentang penyeenggaraan program pendidikan bidan, berbunyi:
“bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan lulus prgram pendidikan
sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Dalam lampiran permenkes no. 871/menkes /SK/VIII/1994 tentang petunuk teknis


pelaksanaan pengangkatan bidan sebagai pegawai tidak tetap, Bidan mempunyai tugas
penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi
juga dengan keluarga masyarakat. Kegiatan ini harus mencakp pendidikan antenatal dan
persiapan menjadi orang tua serta dapat meuas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual
atau kesehatan reprduksi atau asuhan anak. Bidan dapat praktik diberbagai tantanan
pelayanan, termasuk rumah, masyarakat, rumah sakit, klinik dan pelayanan kesehatan lainnya
. (Menski, 2008)

B. PENYAJI MATERI
1. Model praktik daam konteks nasiona dan global

Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional yang bertanggung jawab, yang


bekerja serta menalin kemitraan dengan perempuan dan memberikan “continium of
care”pada pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, bayi, baita dan keluarga berencana.
Bidan memiiki peran penting daam mengawal kesehatan materna neonatal melaui gerakan
masyarakat sehat (GERMAS) dan pelayanan berkualitas. (Wahab, 2012)

Ada beberapa akibatnya deras globaisasi

• Akibat kemajuan teknlogi/ilmu pengetahuan menimbulkan konflik terhadap nilai


• Tidak dapat dicegah
• Mempengaruhi kehidupan sosia masyarakat dunia.
• Mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik
• Mempengaruhi pelayanan kebidanan
2. Ekonomi gobal

Persaingan dalam ekonomi global tidak dapat dicegah, makaperu adanya rambu –
rambu untuk menadi acuan agar yang dikerakan oeh bidan mempumyai payng hukum .maka
perlu adanya etika pelayanan, dalam hal ini organiasi profesi ibi ikatan bidan indonesia
mempumyai kode etika bidan yang harus dipatuhi oleh anggotnya

Etika

1. Etika dalam bahasa yunani kuno etios kebiasaan –kebiasaan / tingkah manusia
2. Etika dalam basaha inggris tingkah laku /prilaku manusia yang baik yaitu tindakan
yang tepat yang digunakan oeh manusia sesuai dengan moral pada umumnya.

Contoh pratek mandiri bidan

1. Bidan pratek mandiri menjadi perkerja yang bebas mengontol dirinya sendiri, besar
pengaruhnya untuk terjadinya penyimpangan etika
2. Masyarakat makin terpelajari ,makin banyak tuntutan, salah satunya adalah hak
otonomi pasien untuk turut serta dalam menentukan pilihan bentuk asuhan yang akan
dialaminya hak dan pilihan pasien perlu dihormati.
3. Disini bidan berpesan dalam memfasilitasi pilihan pasien jika pilihan pasien belum
bermasalah dan membahayakan kesejahteraan ibu dan janin.

Pengertian

1. bidan adalah suatu profesi


2. bidan diperlukan untuk meningkatan kesejahteraan ibu danjaninya
3. bidan / midewife /pendamping istri
4. asal dari bahasa sanskerta, yaitu wirdhan wanita bijaksana
5. bidan ; sesorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang diakui dan
mendapatkan lisensi untuk melaksanakan pratek bidan.
Ciri –ciri bidan

1. mengembangkan pelayanan yang unik pada masyarakat .


2. anggotanya disiapkan melalui pendidikan kebidanan
3. memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4. anggotanya menjaankan tugas profesiny sesuai dengan kode etika yang berlaku
5. anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
6. anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas yang diberikan. Ini berkaitan
dengan social ekonomi bagi bidan .
7. memiliki organisasi profesi yang selalu meningkatan kualitas pelayanan pada
masyarakat oleh anggotanya
8. setiap proses mempunyai kode etika yang bersifat praktis dan dapat dipakai
sebagai pendoman dalam bertindak / bersikap.

Etika dibedakan mendaji 2 kelompok yaitu

1. yang berkaitan dengan sopan santun dalam pergaulan dalam tata tertib di
masyarakat maupun tata cara dalam organisasi profesi
2. yang berkaitan dengan tindakan tanduk orang dalam menjalankan tugas
profesinya sesuai kode etika profesinya.

Tujuan kode etika

1. untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi . disini perlu dijaga image
agar pihak luat tidak memandang rendah /remeh suatu profesi.
2. Kode etika profesi
3. Bidan/midewife/pendamping istri?
4. Asal dari bahasa sansekerta, yaitu “wirdhan” : wanita bijaksana.
5. Bidan : seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan kebidanan yang
diakui dan mendapatkan lisensi untuk melaksanakan praktek bidan.
Ciri-ciri profesi bidan

1. Mengembangkan pelayanan yang unik pada masyarakat.


2. Anggotanya disiapkan melalui pendidikan kebidanan.
3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah.
4. Anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku.
5. Anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya.
6. Anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. Ini
berkaitan dengan social ekonomi bagi bidan.
7. Memiliki organisasi profesi yang selalu meningkatkan kualitas pelayanan pada
masyarakat oleh anggotanya.
8. Setiap proses mempunyai kode etik yang berlaku bagi anggotanya, dan merupakan
etik terapan yang bersifat praktis dan dapat dipakai sebagai pendoman dalam
bertindak/bersikap.

Etik dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :

1. Yang berkaitan dengan sopan santub dalam pergaulan, baik dalam tata tertib di
masyarakat maupun tata cara dalam organisasi profesi.
2. Yang berkaitan dengan tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
sesuai kode etik profesinya

Tujuan kode etik

1. Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi. Disini perlu dijaga “image” agar
pihak luar tidak memandang rendah/remeh suatu profesi.
2. Kode etik profesi akan melarang tindak tanduk anggota profesi yang mencemarkan
nama baik profesi diluar
3. Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya. Meliputi kesejahteraan materil
dan spiritual/metal anggotanya. Misal aturan pembatasan tingkah laku yang tidak
pantas/ tidak jujur anggotanya dalam interaksi dengan sesama anggota profesi.
4. Meningkatkan pengabdian anggota profesinya. Setiap anggota profesi mengetahui
tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya.
5. Meningkatkan mutu profesi agar setiap anggota profesi meningkatkan mutu
profesinya sesuai dengan bidang pengabdiannya.
Kode etik Bidan :

Pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan pada KONAS X TAHUN 1998
Juklak disahkan dalam RAKERNAS IBI tahun 1991, sebagai pedoman dalam berprilaku.
Pada tahun 2004 telah disusun kembali dan dikembangkan etika dan kode etik yang telah ada.

Kode etik tersusun menjadi bagian :

1. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat


a. Bidan senantiasa menjunjungg tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
b. jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
c. Bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
d. Dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas, dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
e. Dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati
hakklien dan menghormati niai-nilai yang berlaku dimasyarakat.
f. Dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
g. Bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dengan hubungan
pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk
meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal.
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya
a. Bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimiliki berdasarkan
kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
b. Bidan berhak memberikan pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam
mengambil keputusan mengadakan konsultasi atau rujukan.
c. Bidan harus menjamin keberhasilan keterangan yang dipercayakan kepadanya,
kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan nakes
a. Bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik
terhadap sejawatnya maupun nakes lain.
4. Kewajiban bidan terhadap profesinya
a. Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya
dengan menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan
yang bermutu kepada masyarakat.
b. Setaiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
c. Bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan peneitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesi.
5. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
a. Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik.
b. Setiap bidan senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Kewajiban bidan terhadap Pemerintah, nusa bangsa dan tanah air
a. Bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan Pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan
pemikirannya kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan
pelayanan kesehatan terutama peayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

Peran bidan dalam era globalisasi

1. Perlu tingkah strategis dalam persaingan di era globalisasi ini.


2. Selalu berpedoman pada kode etik yang telah disepakati.
3. Apa kebutuhan masyarakat pada saat ini tertama untuk perkembangan dan tumbuh
kembang anak.
4. Umumnya semua orang tua ingin anaknya menjadi anak yang pintar dan menjadi
generasi yang berkualitas.
5. Dalam 24 bulan pertama, merupakan masa yang harus dijaga, ini merupakan priode
penting untuk tumbuh kembang optimal, jika masalah gii tidak diatasi pada masa ini
akan berdampak negative pada masa selanjutnya.

Komitmen IBI dalam mendukung dan meningkatkan kualitas 1000 HPK:

1. Memberikan layanan kebidanan dengan standar profesional.


2. Memberikan dukungan asuhan dan nasehat selama hamil, persalinan dan nifas, asuhan
bayi dan anak.
3. Melaksanakan tugas profesinya secara profesional dan selal mengembangkan diri
sesuai perkembangan iptek khususnya mempersiapkan generasi berkualitas dalam
1000PHK
4. Membangun parternership, baik lintas program maupun lintas sektor terkait.

1000 HPK bersama bidan dimulai sejak ANC:

1. Melakukan deteksi dini tanda bahaya dan komplikasi kehamilan.


2. Mengidentifikasi kebiasaan ibu hamil (merokok, napza, minum alkohol)
3. Identifikasi status emosional ibu hamil, karena jika ibu setress dan mempengaruhi
perkembangan bayi.
4. Pendidikan kesehatan gizi (pastikan ibu dengan gizi yang baik, karena gizi buruk
berakibat prematur/BBLR, dann rentan sakit)
5. Pendidikan kesehatan tentang simulasi janin dilakukan sejak awal kehamilan.
6. Menyimpan lingkungan yang sehat (bebas asap rokok, bebas polusi udara)
7. Imunisasi ibu hamil.
8. Pencegahan infeksi selama hamil.
9. Penguatann dukungan keluarga.
C. RANGKUMAN

Sebagai hasil rumusan konferensi internasional Bidan adalah sebagai tenaga


kesehatan profesional yang bertanggung jawab, yang bekerja serta menalin kemitraan dengan
perempuan dan memberikan “continium of care”pada pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan, bayi, baita dan keluarga berencana. Bidan memiiki peran penting daam
mengawal kesehatan materna neonatal melaui gerakan masyarakat sehat (GERMAS) dan
pelayanan berkualitas.

Ada beberapa konteks yang mempengaruhi Model praktik daam konteks nasiona dan global
yaitu :

• Ekonomi gobal
• Etika
• Praktek mandiri bidan
• Kewajiban bidan terhadap tugasnya
• Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
• Kewajiban bidan terhadap sejawat dan nakes
• Kewajiban bidan terhadap profesinya
• Kewajiban bidan terhadap Pemerintah, nusa bangsa dan tanah air
• Kewajiban bidan terhadap diri sendiri
• Beberapa peran bidan dalam era globalisasi yang bermacam-macam
• Dan beberapa komitemen IBI
D. LATIHAN
1. Primary care adalah

A. Pelayan secara umum

B. Pelayanan kesehatan primer

C.pelayan yang tersedia di temoaty

Jawaban : B

2. Model kebidanan yang dipakai di Ontario yaitu?

A. Seorang bidan yang mempunyai otonomi praktek terbatas pada persalinan normal

B. Seorang bidan yang tidak memiliki spo

C. Seorang bidan yang bijaksana mempunyai spo tapi tidak memiliki izin praktik

Jawaban: A

3. Apa saja ciri ciri PHC

A. Pelayanan yang ramah dan murah

B. Mengutamakan keramaian dalam pelayanan

C.Pelayanan yang Utama dan akrab dg masyarakat, Menyeluruh, Terorganisasi, Berkesinambungan,


Progresif, Berorientasi kpd keluarga.

Jawaban : C

4. Mengapa PHC penting?

A. Memperbaiki tingkat mutu masyarakat

B. tujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.

C. Untuk membuat suatu program kesehatan yang terkenal

Jawaban: B
5. Pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) di Indonesia seperti ?

A.Puskesmas, Poskesdes, dan Posyandu

B. Rumah sakit

C. Klinik mandiri

Jawaban : A
E. DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
kementrian kesehatan republik indnesia . (2017). permenkes, b.

arum di anani, S. b. (2020). pengantar praktik kebidanan (Vol. 2). (S. b. devy lestari nurul
aulia, Ed.) bayumas, bayumas: Cv. pena persada .

Menski, W. (2008). Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global: Sistem Eropa, Asia dan
Afrika (Vol. 12). (M. k. nurainun mangunsong, Ed., & b. nusa media PO box 137
ujung berung, Trans.) bandung , bandung.

Syamsul Hadi, N. N. (2019, JANUARI 19). TIMSS INDONESIA (TRENDS IN


INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY). (HADI, Ed.)
Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers, 1, 6.

Wahab, S. A. (2012). Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model


Implementasi (1 ed., Vol. 2). (f. hutari, Ed., & s. m. chasana, Trans.) Jakarta , jakarta :
PEMBELAJARAN PENGUKURAN KUALITAS DAN MUTU ASUHAN

MINGGU KEDUA

A.PENDAHULUAN
Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary E. Cross
mengatakan bahwa secara umum pemikiran tentang kualitas sering dihubungkan dengan
kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakitdan
ketidaknyamanan, usia harapan hidup yang panjang, rasa hormat, kebaikan. (Lisa Setia,
2016) Pelayanan kesehatan adalah Setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri atau
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga,
kelompok maupun masyarakat.

Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di
tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian Mutu
pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
rasa puas pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan. Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien terhadap suatu
organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam persaingan disegmen pasar
karena pasien/klien sebagai pelanggan merupakan alat promosi yang paling efektif dan akurat
untuk menarik perhatian pelanggan lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang
lain. (HERMANTO, 2010) Kurangnya keterampilan bidan tentu dapat menyebabkan
berbagai macam masalah dalam memberi asuhan , sementra tujuan bidan didik dan
ditempatkan ditengah masyarakat adalah menurunkan AKI . kurangnya keterampilan dapat
menyebabkan hal-hal yang sering kali menjadi penyebab kematian ibu, seperti terlambat
mendapat pertolongan , terlambat merujuk,terlambat mengambil keputusan , terlambat
mengenali risiko tinggi pada klien sehingga penanganan kehamilan dan persalinan dengan
risiko tinggi terlambat dilakukan.

Kurangnya keterampilan bidan berkomunikasi juga dapat mengakibatkan penggerakan


peran serta aktif masyarakat untuk pembangunan kesehatan dan kepedulian masyarakat
terhadap kesehatan diri dan keluarganya kurang maksimal. Penyuluhan kesehatan dan
konseling untuk mengubah perilaku masyarakat juga kurang memuaskan. Keterampilan
berkomunikasi dan beradaptasi juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pasien dan
keinginan pasien untuk menggunakan jasa yang diberikan oleh bidan. Untuk itu, diharapkan
bidan juga mampu melakukan komunikasi yang baik dan menguasai keterampilan
berkomunikasi. Bidan harus mampu menjadi konselor untuk menjalankan peran dan
fungsinya sebagai pendidik di tengah- tengah masyarakat, bidan sebagai konselor, bidan
harus mampu meyakinkan ibu bahwa ia berada dalam asuhan orang yang tepat sehingga ibu
mau berbagi cerita seputar permasalahan kesehatan reproduksi yang di alaminya dan ibu mau
menerima asuhan yang di berikan bidan.

B. PENYAJI MATERI

Profesional adalah memberikan pelayanan sesuai bidang ilmu yang dimiliki dan
manusiawi tanpa mementingkan kepentingan sendiri mendahulukan kepentingan klien dan
menghargai sebagaimana bidan menghargai diri sendiri.Memiliki kode etik kebidanan.
Memiliki standar pelayanan. Memiliki standar praktek. Memiliki standar pendidikan yang
mendasar dan mengembangkan profesi sesuai kebutuhan pelayanan adapun cirinya yaitu:
(Novita Ika Wardani, 2022)

1. Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan.


2. Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain.
3. Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar.
4. Pengedalian terhadap standar praktek.
5. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikan.
6. Karir seumur hidup yang mandiri.
7. Menggunakan model kemitraan dengan perempuan
8. Menggunakan keterampilan komunikasi
9. Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain
10. Advokasi denganpilihan ibu dalam pelayanan.

Mutu pelayanan kebidanan

Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di
tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian Mutu
pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
rasa puas pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan. Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien terhadap suatu
organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam persaingan disegmen pasar
karena pasien/klien sebagai pelanggan merupakan alat promosi yang paling efektif dan akurat
untuk menarik perhatian pelanggan lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang
lain.

Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterima ,dalam hal ini
asfek komunikasi memegang peranan penting
2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh petugas kesehatan .
3. Biaya (cost) , tingginya biaya pelayanan kesehatan dapat dianggap sebagai sumber
moral pasien dan keluarganya.
4. Penampilan fisik ( kerapian) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan.
5. Jaminan keamanan yang ditunjukan oleh petugas kesehatan.
6. Keandalan dan keterampilan( reabiliti ) petugas kesehatan dalam memberikan
perawatan
7. Kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien

Untuk menurunkan angka kematian ibu(AKI) perlu peningkatan standar dalam menjaga
mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga Kesehatan
dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatan
mutu dan memberi pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas
pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus
pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI masih terus menjadi perhatian yang sangat
besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa AKI dan
AKB. Tingginya AKI di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor: (Annah
Hubaedah, 2019)

• Masyarakat
1. Masyarakat dalam hal ini merupakan pengguna jasa pelayanan kesehatan cenderung
masih kurang memahami:
2. Kesehatan reproduksi
3. Pentingnya pemeriksaan kesehatan selama masa kehamilan
4. Perilaku hidup sehat dan gaya hidup yang cenderung berubah dan sulit menerima
perubahan
5. Peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang sangat minim.

• Tenaga kesehatan

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang sangat berperan dalam pelayanan kebidanan
dan kurangnya keterampilan dan pengetahuan bidan dan menyebabkan hal yang sangat fatal
dalam penyelamatan nyawa seorang ibu karena bidan adalah tenga kesehatan yang paling
dekat pada masyarakat yang secara khusus memberi pelayanan kebidanan kepada ibu dan
sebagai pengambil keputusan terhadap seorang yang telah memercayakan dirinya berada
dalam asuhan dan penanganan bidan. Kurangnya keterampilan bidan dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain:

a. Faktor usia bidan yang masih relative muda sehingga terkadang ragu dalam
mengambil keputusan dan kurang meyakinkan masyarakat
b. Kemampuan komunikasi dengan masyarakat yang masih relative rentan serta
keterbatasan dalam kemampuan penyesuaian diri dengan kondisi sosial budaya
setempat
c. Kebutuhan bidan yang masih banyak untuk seluruh Indonesia dalam rangka
penurunan AKI dan mengantisipasi pertolongan persalinan oleh dukun yang masih
tinggi
d. Orientasi pendidikan kebidanan sebagai pencetak bidan masih belum mengarah
penuhnya pada kualitas lulusannya dan tidak mengarah pada paradigma baru yang
terus- menerus mengarah pada peningkatan kualitas.
e. Bidan senior yang memang telah berpengalaman di lapangan dalam menolong
persalinan kurang mempunyai minat untuk terus mengembangkan diri dan melatih
diri, meningkatkan pengetahuan, dan mengetahui perkembangan ilmu yang ada saat
ini ( up to date) sehingga cenderung masih lazim menggunakan praktik yang tidak
lagi didukung secaran ilmiah.
f. Terbatasnya fasilitas pengembangan keterampilan bidan itu sendiri karena biaya dan
waktu juga tenaga yang melatih terbatas.
g. Bidan sering lupa tentang prinsif pokok asuhan kebidanan dan konsep kebidanan itu
sendiri.

• Pemerintah

Perhatian pemerintah pada pelayanan kebidanan masih berfokus pada kuantitas tenaga
kesehatan itu sendiri dan berorientasi pada distribusi atau penyebaran tenaga kesehatan
tersebut guna memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan di tiap wilayah dan meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Dibutuhkan kebijakan pemerintah
yang tegas terhadap penyebaran tenaga kesehatan agar bidan mau ditempatkan di pedesaan
dan daerah terpencil.

• Kompetensi bidan

Standar Kompetensi Bidan terdiri atas 7 area kompetensi yang diturunkan dari
gambaran tugas, peran, dan fungsi Bidan. Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya,
yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen
kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir
pendidikan.Standar Kompetensi Bidan ini dilengkapi dengan daftar pokok bahasan, masalah,
dan keterampilan klinis. Fungsi utama ketiga rincian tersebut sebagai pedoman bidan
melakukan praktik kebidanan dan pedoman bagi institusi pendidikan kebidanan dalam
mengembangkan kurikulum pendidikan kebidanan.

Kompetensi Bidan terdiri dari 7 area kompetensi meliputi:

1. Etik legal dan keselamatan klien,


2. Komunikasi efektif,
3. Pengembangan diri dan profesionalisme,
4. Landasan ilmiah praktik kebidanan,
5. Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan,
6. Promosi kesehatan dan konseling, dan
7. Manajemen dan kepemimpinan.

Kompetensi Bidan menjadi dasar memberikan pelayanan kebidanan secara


komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien, dalam
bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan.
• Komponen kompetensi

Area Etik Legal dan Keselamatan Klien

a. Memiliki perilaku profesional.


b. Mematuhi aspek etik-legal dalam praktik kebidanan.
c. Menghargai hak dan privasi perempuan serta keluarganya.
d. Menjaga keselamatan klien dalam praktik kebidanan.

Area Komunikasi Efektif

a. Berkomunikasi dengan perempuan dan anggota keluarganya.


b. Berkomunikasi dengan masyarakat.
c. Berkomunikasi dengan rekan sejawat.
d. Berkomunikasi dengan profesi lain/tim kesehatan lain.
e. Berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholders).

Area Pengembangan Diri dan Profesionalisme

a. Bersikap mawas diri.


b. Melakukan pengembangan diri sebagai bidan profesional.
c. Menggunakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
menunjang praktik kebidanan dalam rangka pencapaian kualitas kesehatan
perempuan, keluarga, dan masyarakat.

Area Landasan Ilmiah Praktik Kebidanan

a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan asuhan yang


berkualitas dan tanggap budaya sesuai ruang lingkup asuhan:
1. Bayi Baru Lahir (Neonatus).
2. Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
3. Remaja.
4. Masa Sebelum Hamil.
5. Masa Kehamilan.
6. Masa Persalinan.
7. Masa Pasca Keguguran.
8. Masa Nifas.
9. Masa Antara.
10. Masa Klimakterium.
11. Pelayanan Keluarga Berencana.
12. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan.
a. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan penanganan situasi
kegawatdaruratan dan sistem rujukan.
b. Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk dapat melakukan Keterampilan
Dasar Praktik Klinis Kebidanan.
Bidan profesional harus memiliki nilai karakter yaitu

a. Kepedulian profesional
b. Kompetensi interpersonal
c. Kompetensi profesional
d. Kearifan profesional
e. Pengembangan diri
f. Motivasi profesional.

• Hak dan kewajiban bidan

Hak Bidan Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak:

1. Memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan


kompetensi, kewenangan, dan mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan
profesi, dan standar prosedur operasional;
2. Memperoleh informasi yang benar, jelas, jujur, dan lengkap dari Klien dan/atau
keluarganya;
3. Menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar
profesi, standar Pelayanan, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan
perundang-undangan; menerima imbalan jasa atas Pelayanan Kebidanan yang telah
diberikan;
4. Memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar; dan
5. Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan profesi

Kewajiban Bidan Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk:

1. Memberikan Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, dan


mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur
operasional;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan lengkap mengenai tindakan Kebidanan
kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai kewenangannya;
3. Memperoleh persetujuan dari Klien atau keluarganya atas tindakan yang akan
diberikan;
4. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani ke dokter atau Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
5. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan sesuai dengan standar;
6. Menjaga kerahasiaan kesehatan Klien;
7. Menghormati hak Klien;
8. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari dokter sesuai dengan Kompetensi
Bidan;
9. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
10. Meningkatkan mutu Pelayanan Kebidanan;
11. Mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan dan/atau keterampilannya melalui
pendidikan dan/atau pelatihan; dan/ atau
12. Melakukan pertolongan gawat darurat.

C. MANFAAT PEMBELAJARAN MUTU ASUHAN DAN PELAYANAN


KEBIDANAN

Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan
diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:

1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat


diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena
dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah
telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah
dilakukan secara benar.

2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.

Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat


dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya
tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek
samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.

3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan


kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai
jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti
akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

4. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya


gugatan hukum.

Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak
kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan
munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan,
tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas
amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan
kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan .
D. RANGKUMAN

Pada dasarnya program menjaga mutu merupakan suatu proses kegiatan di RS yang
dibakukan dan menjalankan fungsi-fungsinya :

• pemantauan (monitoring)
• menilai (evaluasi)
• melakukan tindakan (action) untuk koreksi pelayanan yang
• kurang baik.

Pemantauan(monitoring) adalah fungsi sistematik dan rutin mengumpulkan data dan


informasi tentang proses dan outcome pelayanan. Satu hal yang penting mendapat perhatian
agar fungsi pemantauan berjalan dengan baik, maka sistim pencatatan, pen-dokumentasian,
dan pelaporan harus ditata dengan baik.

Menilai (evaluasi) adalah menilai dan menganalisa data dan informasi yang terkumpul
tentang proses dan outcome. Fungsi ini adalah secara retrospektif mengidentifikasikan
masalah yang telah terjadi dalam pelayanan pasien atau hal-hal yang menyim-pang dari
standar yang sudah ditetapkan.

Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh.
Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:

a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat


diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena
dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah
telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah
dilakukan secara benar.

b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.

Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat


dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya
tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena

harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat
dicegah.

c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan


kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai
jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti
akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.

d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya


gugatan hukum.

Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan (performance) dari


pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari
tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.Sedangkan baik atau tidaknya
keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input) dan lingkungan
(environment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat
dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan
kesehatan ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan
atau kebutuhan.

E.LATIHAN

1. Untuk dapat keselenggarakannya pelayanan kesehat yang bermutu yang harus


ditetapkan oleh institusi adalah ...

A. Standarisasi

B. Perizinan

C. Sertifikasi

D. Akreditasi

Jawab: A

2. Standar yang menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk dapat
menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu di sebut ...

A. Standar persyaratan minimal

B. Standar pelayanan kebidanan. Standar pelayanan mutu kebidanan

D. Standar pelayanan kesehatan

Jawab : A
3. Seorang bidan melakukan tindakan dengan tepat sesuai dengan prosedur yang
telah direncanakan apa upaya yang dilakukan seorang bidan tersebut dalam upaya
pelayanan kebidanan....

A . Efisiensi

B. Efektivitas

C. Kecepatan

D. Retrospektif

Jawab : B

4. yang termasuk dalam program menjaga mutu prepektif adalah ....

A . Akreditasi

B . Tujuan akhir

C. Efesiensi

D. Efektifitas

Jawab : A

5. Penggunaan sumber daya secara minimum yang pencapaian hasil yang optimum
adalah pengertian dari ....

A. Efektifitas

B.lisensi

C. Sertifikasi

D . Efisien

Jawb : D
F. DAFTAR PUSTAKA

Works Cited
kementrian kesehatan republik indnesia . (2017). permenkes, b.

Annah Hubaedah, E. I. (2019). MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (1 ed., Vol. 2). (guepedia,
Ed., & guepedia, Trans.) jakarta, jakarta: guepedia.

arum di anani, S. b. (2020). pengantar praktik kebidanan (Vol. 2). (S. b. devy lestari nurul
aulia, Ed.) bayumas, bayumas: Cv. pena persada .

HERMANTO, D. (2010, APRIL). PENGARUH PERSEPSI MUTU PELAYANAN


KEBIDANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KEBIDANAN
DI RSUD Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO BULUNGAN KALIMANTAN
TIMUR. Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO., 2.

Lisa Setia, R. M. (2016). PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI


KEPUASAN PASIEN DI LABORATORIUM PUSKESMAS. JURNAL BERKALA
KESEHATAN, 3, 1.
PEMBELAJARAN EVIDANCE BASED TERKAIT ASUHAN

KEBIDANAN DAN ROL MODEL

MINGGU KETIGA

A.PENDAHULUAN

Istilah Asuhan kebidanan dipandang sebagai suatu aktivitas atau intervensi yang
dilaksanakan oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan,
khususnya dalam KIA atau KB. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggungjawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai
kebutuhan dan/atau masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan
keluarga berencana termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan
masyarakat. Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No 938/Menkes/2007
mengacu pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan,
perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
pencatatan asuhan kebidanan. (Dina Martha Fitri(1*), 2020)

Masa kehamilan, persalinan, nifas neonatus merupakan suatu keadaan fisiologis yang
kemungkinan dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menebabkan kematian. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan
yang kooperatif/ berkelanjutan (continuity of care/CoC). Asuhan kebidanan merupakan yang
kooperatif dapat mengoptimalkan deteksi resiko tingi maternal neonatal. (Wardhani, 2017)
Sebagai seorang bidan dalam pelayanan kebidanan Anda selalu berinteraksi dengan ibu
hamil. Untuk menjamin asuhan kehamilan berlangsung dengan efektif, maka Anda harus
memahami dan menginternalisasi filosofi, lingkup serta prinsip pokok asuhan kehamilan.
Filosofi asuhan menjadi konsep dasar asuhan yang melekat pada diri bidan dalam
memberikan arah asuhan kehamilan yang diberikan. Lingkup dan prinsip pokok asuhan
merupakan ramburambu yang menjadi area kewenangan bidan dalam memberikan asuhan
kehamilan berdasarkan sesuai standar asuhan kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.

B. PENYAJI MATERI

Sebagai seorang bidan dalam pelayanan kebidanan Anda selalu berinteraksi dengan
ibu hamil. Untuk menjamin asuhan kehamilan berlangsung dengan efektif, maka Anda harus
memahami dan menginternalisasi filosofi, lingkup serta prinsip pokok asuhan kehamilan.

Asuhan Antenatal

Filosofi kebidanan dalam asuhan antenatal adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang
mendasari bidan untuk berperilaku dalam memberikan asuhan kehamilan. Pada prinsipnya
filosofi asuhan kehamilan merujuk pada filosofi bidan, meliputi sebagai berikut:
a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses
patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi/abnormal.
b. Setiap perempuan berkepribadian unik, di mana terdiri atas biopsikososial yang
berbeda, sehingga dalam memperlakukan klien satu dengan yang lainnya juga
berbeda dan tidak boleh disamakan
c. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Ini dapat dilakukan
dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui penyuluhan atau konseling,
maupun dengan upaya preventif misalnya pemberian imunisasi TT ibu hamil dan
tablet tambah darah.
d. Perempuan mempunyai hak memilih dan memutuskan tentang kesehatan, siapa dan di
mana mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan).
f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan penggunaan teknologi
dilakukan hanya atas indikasi.Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk
memberdayakan perempuan. (Ningsih, 2017)

Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara
komprehensif atau menyeluruh. Adapun lingkup asuhan kebidanan pada ibu hamil meliputi:

a. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisis tiap


kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap.
c. Melakukan penilaian pelvik, ukuran dan struktur panggul.
d. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk denyut jantung janin dengan
fetoskop/pinard dan gerakan janin dengan palpasi.

e. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL).


f. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin.
g. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi.
h. Memberi penyuluhan tanda-tanda bahaya dan bagaimana menghubungi bidan.
i. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hiperemesis
gravidarum tingkat I, abortus iminen dan preeklampsia ringan.
j. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan kehamilan.
k. Memberi Imunisasi TT bagi ibu hamil

l. Mengidentifikasi atau mendeteksi penyimpangan kehamilan normal dan


penanganannya termasuk rujukan tepat pada: kurang gizi, pertumbuhan janin tidak
adekuat, PEB dan hipertensi, perdarahan pervaginam, kehamilan ganda aterm,
kematian janin, oedema yang signifikan, sakit kepala berat, gangguan pandangan,
nyeri epigastrium karena hipertensi, KPSW, Persangkaan Polihidramnion, DM,
kelainan kongenital, hasil laboratorium abnormal, kelainan letak janin, infeksi ibu
hamil seperti infeksi menular seksual,vaginitis, infeksi saluran kencing.
m. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.
n. Bimbingan dan penyuluhan tentang perilaku kesehatan selama hamil seperti nutrisi,
latihan, keamanan, kebiasaan merokok.

• Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan

Bagaimana dengan prinsip-prinsipnya? Coba sekarang Anda tuliskan beberapa


prinsip yang Anda ketahui tentang asuhan kehamilan?Prinsip merupakan dasar atau azas atau
kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. Sebagai seorang
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas pokok dan
fungsinya agar apa yang dilakukan tidak melanggar kewenangan. Selain harus memiliki
kompetensi, bidan dalam melaksanakan asuhan harus berpegang pada Undang-Undang
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2009; Permenkes 1464 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Praktik Bidan, pelayanan dilaksanakan sesuai standar pelayanan kebidanan dan standar
profesi bidan. (Dina Dewi Anggraini, 2020)

• Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No 938/Menkes/2007

Standar asuhan kebidanan adalah acuan proses pengambilan keputusan dan tindakan
yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya
berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan asuhan kebidanan.

Standar I : Pengkajian Pernyataan standar:

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan, dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien.

Kriteria pengkajian:

a. Data tepat, akurat, dang lengkap


b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnese; biodata, keluhan utama,riwayat obstetric,
riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
c. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologi, dan pemeriksaan penunjang).

Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan Pernyataan standar:

a. Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian, menginterprestasikan secara


akurat dan logis untuk menegakkan diagnose dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan:
c. Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
d. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
e. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Standar III : Perencanaan Pernyataan standar:


a. Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang
ditegakkan. Kriteria perencanaan
b. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi klien, tindakan
segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
c. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga
d. Mempertimbangkan kondisi psikologis sosial budaya klien/ keluarga
e. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan
evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien
f. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas
yang ada.

Standar IV : ImplementasiPernyataan standar:

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien


dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria evaluasi:

a. Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spiritualkultural


b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau keluarganya
(informed consent)
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
d. Melibatkan klien atau pasien dalam setiap tindakan
e. Menjaga privasi klien/pasien
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g. Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h. Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
i. Melakukan tindakan sesuai standar
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

Standar V : Evaluasi Pernyataan standar:

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan
dari asuhan yang sudah diberikan Kriteria hasil

a. Penilaian dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien


b. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan kepada keluarga
c. Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/ pasien

Standar VI : Pencatatan Asuhan KebidananPernyataan standar:

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat, dan jelas mengenai keadaan/
kejadian yang ditemukan Kriteria pencatatan asuhan kebidanan:
a. Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia
rekam medis/ KMS (Kartu Menuju Sehat/ KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)/status
pasien)
b. Ditulis dalam bentuk catatan pengembangan SOAP
c. S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
d. Oadalah data objektif, mancatat hasil pemeriksaan
e. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
f. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanan yang sudah
dilakukan

Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan suatu kegunaan model antara lain

a. Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkrit maupun abstrak) dengan mengartikan


persamaan seperti struktur, gambar, diagram, dan rumus model tidak seperti teori,
tidak memfokuskan pada hubungan antar dua fenomena tapi lebih mengarah pada
struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya analogi atau gambar simbolik
sebuah ide.

b. Menggambarkan sebuah kenyataan atau gambaran abstrak sehingga masih digunakan


oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik

Kebidaan merupakan ilmu yang terbentuk dari berbagai disiplin ilmu yang terkait dengan
pelayanan kebidanan meliputi ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu prilaku,
ilmu budaya, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu menejemen untuk memberikan pelayanan
kepada ibu dalam masa prakonsepsi, konsepsi, masa hamil, ibu bersalin, post partum, bayi
baru lahir. Pelayanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak,
melaksanakan konseling dan pendidikan terhadap individu, keluarga dan masyarakat.

• Konsep rol model

Model dalam teori kebidanan indonesia mengadopsi dari beberapa model negara dengan
berdasarkan dari beberapa teori. Model asuhan kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.
Model kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam
pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan
yang berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian dan
kejadian seksio sesaria pada persalinan. Jadi, model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman
atau acuan yang merupakan kerangka kerja seorang.

• Bidan dalam memberikan asuhan

Kebidanan perkembangan pelayanan kebidanan di indonesia dimulai pada tahun 1807 ketika
angka kematian ibu dan bayi tinggi sehingga dukun dilatih untuk pertolongan persalinan.
Akan tetapi hal ini tidak berlangsung lama ketika tidak adanya pelatih kebidanan (pada
zaman gubernur Daendles). Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya
dipruntukkan bagi orang-orang belanda yang ada di Indonesia. Berdasarkan latar belakang
pndidikan dan kompetensi yang dimiliki, bidan terbagi menjadi dua yaitu :

1. Bidan vokasi atau bidan pelaksana yaitu seseorang yang telah lulus pendidikan
kebidanan minimal diploma tiga yang memiliki kompetensi sudah diregistrasi dan
diberikan izin untuk melakukan praktik bidan di fasilitas pelayanan kesehatan maupun
praktik mandiri perorangan.
2. Bidan profesi merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan kebidanan setingkat
diploma empat atau sarjana yang memiliki kompetensi, sudah diregistrasi dan
diberikan izin untuk melakukan praktik bidan di fasilitas pelayanan kesehatan maupun
praktik mandiri perorangan.

Bidan tersebut dapat berperan sebagai pemberian pelayanan kebidanan, pengelola dan
pendidik. Lulusan pendidikan setingkat megister dan doktor juga merupakan bidan
profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya dan berperan sebagai
pemberian pelayanan kebidanan sesuai jenjang pendidikan profesinya, pengelola,

pendidik, penliti, dalam perkembangan pendidikan kebidanan maupun dalam sistem pelayaan
kesehatan secara univesal.

Pada tahun 1952, mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan
kualitas pertolongan persalinan. Kursus untuk dukun masih berlangsung sampai dengan
sekarang yang memberikan kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan
tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di masyarakat dilalui dengan
kursus tambahan bidan (KTB) pada tahun 1953 di yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula
dikota-kota besar lain.

Seiring dengan pelatihan tersebut, didirikanlah balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) dimana
bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang diberikan
mencakup :

• Pelayanan antenatal
• Post natal
• Pemeriksaan bayi dan anak
• Imunisasi dan penyuluhan gizi

Sedangkan diluar BKIA, bidan memberikan pertolongan persalinan di rumah keluarga dan
pergi melakukan kunjungan rumah sebagai upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.Dari
BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang
dinamakan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas
memberikan pelayanan didalam dan diluar gedung. Puskesmas berorientasi pada wilayah
kerja. Bidan yang bertugas di puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak termasuk pelayanna keluarga berencana.
Pelayanan yang diberikan diluar gedung adalah pelayanan kesehatan keluarga dan
pelayanan di pos pelayanan terpadu (posyandu).pelayanan posyandu mencakup kegiatan
yaitu pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana, imunisasi, gizi dan kesehatan
lingkungan. Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini melalui Kebijakan
ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya
mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah
sebagai pelaksana kesehatan ibu dan anak khususnya pelayanan kesehatan ibu hamil,
bersalin, dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir termasuk pembinaan dukun bayi.
Selain itu, bidan juga mengembangkan pondok bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat
di desa.

Pelayanan yang diberikan berorientas pada kesehatan masyarakat berbeda dengan


bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada
individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan
kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan perinatal,
kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.Titik tolak dari
Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan pada
kesehatan reproduksi, memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi safe
motherhood termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus, keluarga berencana, penyakit
menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan reproduksi pada orang tua.

institusi pendidikan yang berpedoman pada kompetensi inti bidan dan melalui
institusi pelayanan dengan meningkatkan kemampuan bidan sesuai dengan kebutuhan.
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar atau diregister yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan. Praktik kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh
bidan yang bersifat otonom, kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya didasari etika
dan kode etik bidan. Manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir
yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah
dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta
keluarga berencana.Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab
profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak-anak. Layanan kebidanan yang tepat
akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan dpaat
dibedakan meliputi:
1. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung
jawab bidan
2. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim
secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan
kesehatan.
3. Layanan rujukan yaitu pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada sistem
layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil-alihan
tanggung jawab layanan atau menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya.

Setiap orang pasti akan memiliki peran dalam kehidupan ini, misalnya di lingkungan sekolah,
di lingkungan tersebut tentunya akan terdapat peran yang diambil tiap masing-masing
individu, seperti peran sebagai kepala sekolah, peran sebagai guru, peran sebagai siswa, dan
lain sebagainya. Namun dalam pembahasan ini akan dibatasi pada peranan guru. Sebelum
membahas lebih jauh akan lebih baik jika kita mengetahui apa pengetian dari peran itu
sendiri. Teori Peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori,
orientasi, maupun disiplin ilmu. Istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater,
seseorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai
tokoh itu ia diharapkan untuk berperilaku secara tertentu. Selain itu, peranan atau role juga
memiliki beberapa bagian, yaitu:

1. Peranan nyata (Anacted Role) adalah suatu cara yang betul-betul dijalankan seseorang
dalam menjalankan suatu peranan
2. Peranan yang dianjurkan (Prescribed Role) adalah cara yang diharapkan masyarakat
dari kita dalam menjalankan peranan tertentu.
3. Konflik peranan (Role Conflick) adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang
menduduki suatu status atau lebih yang menuntut harapan dan tujuan peranan yang
saling bertentangan satu sama lain.
C. RANGKUMAN

Istilah Asuhan kebidanan dipandang sebagai suatu aktivitas atau intervensi yang dilaksanakan
oleh bidan kepada klien, yang mempunyai kebutuhan atau permasalahan, khususnya dalam
KIA atau KB. Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggungjawab
bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan dan/atau
masalah kebidanan meliputi masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi dan keluarga berencana
termasuk kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan kesehatan masyarakat.

Standar Asuhan Kebidanan Menurut Kepmenkes RI No 938/Menkes/2007 mengacu pada


proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, perumusan
diagnosa dan atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan pencatatan
asuhan kebidanan.

Masa kehamilan, persalinan, nifas neonatus merupakan suatu keadaan fisiologis yang
kemungkinan dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menebabkan kematian. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan menerapkan model asuhan kebidanan
yang kooperatif/ berkelanjutan (continuity of care/CoC).

D. LATIHAN

1. bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi merupakan
pengertian dari :
a. sampel
b. populasi
c. analisa data
d. desain penelitia
2. metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan
merangkumhasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan
ukuran sampel secarakeseluruhan merupakan pengertian dari :
a. Desain longitudinal
b. Desain eksplorasi
c. Desain meta-analisis
d. Desain observasional
3. Ada beberapa rambu-rambu sederhana antara analisis data sangat dipengaruhi oleh
beberapafactor kecuali :
a. penyelidikan (deskriptif, inferensial)
b. Jenis variabel (Jenis terikat, bebas)
c. Jumlah variabel ( banyak,sedikit )
d. Tingkat pengukuran variabel (nominal, ordinal, interval)
4. pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikanstrata yang ada dalam populasi disebut :
a. Proportionate Stratified Random Sampling
b. Disproportionate Stratified Random Sampling
c. Cluster Sampling (Area Sampling)
d. Simple Random Sampling
5. Macam-macam pengumpulan data kecuali:
a. Angket
b. Tes
c. Wawancara
d. Tertulis
E. DAFTAR PUSTAKA

Works Cited
Dina Dewi Anggraini, M. H. (2020). Konsep Kebidanan (Vol. 1). (t. k. menulis, Ed.) jakarta,
jakarta timur.

Dina Martha Fitri(1*), N. N. (2020). HUBUNGAN PERAN PEMBIMBING KLINIK


DENGAN METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA MAHASISWA
KEBIDANAN DI RSUD CIBINONG. (FITRI, Ed.) RESEARCH AND
DEVELOPMENT JOURNAL OF EDUCATION, 2, 2.

HERMANTO, D. (2010, APRIL). PENGARUH PERSEPSI MUTU PELAYANAN


KEBIDANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP KEBIDANAN
DI RSUD Dr. H. SOEMARNO SOSROATMODJO BULUNGAN KALIMANTAN
TIMUR. Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO., 2.

Lisa Setia, R. M. (2016). PENGARUH MUTU PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI


KEPUASAN PASIEN DI LABORATORIUM PUSKESMAS. JURNAL BERKALA
KESEHATAN, 3, 1.

Menski, W. (2008). Perbandingan Hukum Dalam Konteks Global: Sistem Eropa, Asia dan
Afrika (Vol. 12). (M. k. nurainun mangunsong, Ed., & b. nusa media PO box 137
ujung berung, Trans.) bandung , bandung.

Novita Ika Wardani, D. C. (2022). Mutu Pelayanan Kebidanan Dan Kebijakan Kesehatan
(BAB 4 ed., Vol. 1). (S. oktavianis S, Ed., & A. SYAHARANI, Trans.) PADANG,
sumatra barat : pt. global eksekutif teknologi .

Syamsul Hadi, N. N. (2019, JANUARI 19). TIMSS INDONESIA (TRENDS IN


INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY). (HADI, Ed.)
Prosiding Seminar Nasional & Call For Papers, 1, 6.

Wardhani, L. P. (2017, desember 2). PERAN DAN FUNGSI BIDAN DALAM


PELAKSANAAN INFORMED CONSENT PADA KEGAWAT DARURATAN
OBSTETRI DI PUSKESMAS. jurnal kebidanan kumpulan hasilbelajar ilmu
kebidanan , 9, 2.
BAHAN AJAR
MODEL PRAKTIK KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

➢ Yossi fathona nadila ( 22270011 )


➢ Intan agustin ( 22270002 )
➢ Dwi suci savitri ( 22270005 )
➢ Septya dwi Kristiani ( 22270005 )
➢ Wiendy ayu nabilla ( 22270014 )

DOSEN PEMBIMBING : Taufianie Rossita,SST,MKM

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHTAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022
BAHAN AJAR
MODEL PRAKTIK KEBIDANAN

A. PENDAHULUAN

Kepercayaan diri merupakan perilaku siswa yang mencerminkan akan kemampuan


dirinya dalam melaksanakan sesuatu yang bersikap positif serta menanamkan keyakinan
dirinya untuk bisa berinteraksi ataupun berpartisipasi dalam suatu bidang yang di
laksanakanya baik itu dilingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dengan adanya kepercayaan diri maka siswa akan lebih mudah berkomunikasi, karena
komunikasi merupakan salah satu kegiatan untuk mempermudah interaksi dengan orang
lain.

Berkomunikasi adalah hal penting yang harus kita lakukan kapan dan dimana saja.
Banyak cara berkomunikasi yang dipilih untuk dilakukan masing-masing orang. Salah
satunya adalah berkomunikasi dengan cara asretif. Selain itu komunikasi asretif dapat
digunakan sebagai feedback yang efektif. Tujuan cara berkomunikasi asretif adalah
membina hubungan tanpa melakukan penolakan terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain”. Komunikasi merupakan sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam
menyampaikan pesan /rangsangan (stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses yang
melibatkan dua orang atau lebih.

Dimana satu sama lain memilki peran dalam membuat pesan , mengubah isi dan
makn Sehubungan dengan pendapatnya menjelaskan bahwa: “ komunikasi dalam kerangka
psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang–lambang
verbal“, ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.” mengatakan
bahwa: “komunikasi sebagai proses transaksional yang meliputi pemisahaan, dan
pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain
untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau repson yang sama dengan yang
dimaksud oleh sumber.

Komunikasi adalah pemberian informasi antara satu dan lainya dengan cara verbal
dan non verbal yang terlibat dalam satu lingkungan yang saling bertukar pikiran secara
langsung, dan untuk mencari makna dalam informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
orang lain.

Komunikasi adalah segala sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia
dalam mempertahankan hidup. Karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
manusia lain untuk bersosialisasi dan mempertahankan hidupnya. Komunikasi tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak pertama manusia itu dilahirkan manusia
sudah melakukan kegiatan komunikasi. Hubungan antar manusia tercipta melalui
komunikasi, baik komunikasi itu komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol,
gambar, atau media komuniksi lainnya). Selain itu komunikasi dilakukan karena
mempunyai fungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidup, memupuk hubungan dan
memperoleh kebahagiaan.

Kemampuan komunikasi awal untuk perkembangan anak berada di tingkat


keluarga. Keluarga yang memiliki budaya komunikasi dengan anak secara baik akan
mampu menciptakan pra kondisi yang baik bagi tumbuhnya kecerdasan anak-anak ().
Tumbuhnya kecerdasan sang anak akan berdampak penting, bukan hanya bagi anak itu
sendiri, melainkan juga orangtuanya. Kecerdasan yang dimaksud disini bukan hanya
kecerdasan secara berpikir, namun juga kecerdasan emosional, serta kecerdasan dalam
bergaul dengan lingkungan sekitarnya.

Komunikasi mempunyai elemen penting sebagai penunjang, salah satunya adalah


berbicara. Pendapat ini kembali diperkuat oleh Kuntaraf yang mengatakan bahwa berbicara
merupakan sebuah elemen yang terpenting, karena sebuah pembicaraan merupakan sarana
yang dapat mempererat hubungan keluarga tersebut, juga bergantung pada adanya
kesanggupan seseorang untuk menyatakan diri kepada orang.
B. PENYAJI MATERI

1. KOMUNIKASI KEBIDANAN
a. Deskripsi :
Komunikasi kebidanan merupakan gambaran terjadinya interaksi antara bidan
dengan klien dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien; sebagai faktor pendukung
pelayanan profesional oleh bidan. Modul ini memberikan arahan bagi calon bidan
untuk mengembangkan ilmu dan kemampuan berkomunikasi; untuk mengembangan
peran dan fungsinya sebagai bidan profesional.
➢ Course Content :
1. Pengantar Komunikasi
2. Active listening
3. Memulai wawancara & Kemampuan bertanya
4. Komunikasi terapetik & History taking
5. Journal reading
6. Breaking bad news dan Merujuk
7. Konseling kebidanan
8. Komunikasi masa
9. Giving advice

➢ Learning Objective :
1. Memahami dasar-dasar komunikasi dalam praktek kebidadan
2. Memahami dan mampu berkomunikasi efektif dengan klien dan keluarganya
3. Mampu melakukan Komunikasi Interpersonal dan Konseling
4. Mampu melakukan komunikasi ilmiah dengan komunitas
5. Mampu melakukan komunikasi dengan sejawat dan profesi lain
6. Perilaku Profesional
7. Bekerja dalam tim pelayanan kesehatan
8. Memenuhi aspek medikolegal dalam praktik Kebidanan dan mengutamakan
keselamatan klien/klien dalam pelayanan kebidanan
b. Overview
Komunikasi kebidanan merupakan gambaran terjadinya interaksi antara
bidan dengan klien dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien; sebagai faktor
pendukung pelayanan profesional oleh bidan. Kemampuan komunikasi dalam
pelayan kebidanan akan mendasari upaya pemecahan masalah klien, dan
mempermudah dalam memberi bantuan kepada klien. Komunikasi kebidanan tidak
hanya mendasari pelayanan kebidanan individu, tetapi juga pelayanan keluarga,
kelompok atau masyarakat.
Dalam menjalankan perannya, bidan dituntut mampu untuk berfikir,
bersikap dan bertindak profesional. Bidan dituntut untuk selalu mengembangan
profesionalismenya melalui berbagai cara pembelajaran; termasuk dengan
memutakhirkan ilmu, skill, serta keterbukaan dalam berkolaborasi dengan profesi
lain. Untuk itu kemampuan paripurna dalam berkomunikasi secara aktif maupun
pasif, lisan maupun tertulis, merupakan tuntutan profesionalisme bidan saat ini.

2. TEKNOLOGI SEBAGAI PENOLONG DALAM KEBIDANAN


a. Pengertian Teknologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata teknologi mengandung
arti metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis, ilmu pengetahuan terapan atau
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Secara etimologi, teknologi berasal dari kata technologia (bahasa Yunani)
techno artinya ‘keahlian’ dan logia artinya ‘pengetahuan’. Sementara secara umum,
pengertian teknologi adalah penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis
dalam kehidupan manusia atau pada perubahan dan manipulasi lingkungan
manusia.
Definisi teknologi menurut para ahli sebagai berikut:
1. Menurut Capra Teknologi adalah pembahasan sistematis atas seni terapan atau
petukangan. Hal ini sesuai dengan literatur Yunani yang mengacu pada kata
techne yang artinya wacana seni.
2. Menurut Manuel Castells Pengertian teknologi ialah suatu kumpulan alat,
aturan dan juga prosedur yang merupakan penerapan dari sebuah pengetahuan
ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu kondisi yang dapat
memungkinkan terjadinya pengulangan.
3. Menurut Gary J. Anglin Pengertian teknologi ialah penerapan ilmu-ilmu
perilaku serta alam dan juga pengetahuan lain dengan secara bersistem serta
mensistem untuk memecahkan masalah manusia.
4. Menurut Jacques Ellil Pengertian teknologi ialah keseluruhan metode yang
dengan secara rasional mengarah serta memiliki ciri efisiensi dalam tiap-tiap
kegiatan manusia.
5. Menurut Miarso Pengertian teknologi ialah suatu bentuk proses yang
meningkatkan nilai tambah. Proses yang berjalan dapat menggunakan atau
menghasilkan produk tertentu, di mana produk yang tidak terpisah dari produk
lain yang sudah ada. Hal itu juga menyatakan bahwa teknologi merupakan
bagian integral dari yang terkandung dalam sistem tertentu.
6. Menurut Poerbahawadja Harahap Harahap menjelaskan bahwa penggunaan
kata teknologi pada dasarnya mengacu pada sebuah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki tentang cara kerja di dalam bidang teknik, serta mengacu pula pada
ilmu pengetahuan yang digunakan dalam pabrik atau industri tertentu. Definisi
ini tentu saja sangat mengacu pada definisi praktis dari teknologi, yang banyak
ditemukan pada pabrik-pabrik dan juga industri tertentu.
b. Jenis-Jenis Teknologi
Adapun jenis teknologi yang biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari sebagai
berikut:
1. Teknologi Bidang Informasi
Teknologi informasi atau TI adalah teknologi yang mempermudah manusia
dalam menyampaikan informasi kepada orang lain dengan cepat dan tepat.
Teknologi ini terdiri atas perangkat lunak dan keras yang dibutuhkan untuk
menyampaikan informasi tersebut.
2. Teknologi Bidang Komunikasi
Jenis teknologi lainnya yaitu teknologi komunikasi. Teknologi ini
membantu menusia untuk berkomunikasi antar sesamanya dengan menggunakan
perangkat tertentu. Jenis teknologi ini yang mungkin saat ini paling terasa di
kehidupan manusia. Contoh: teknologi komunikasi yaitu email, smarphone,
aplikasi pesan singkat.
3. Teknologi Bidang Transportasi
Teknologi transportasi merupakan perangkat yang membantu manusia
melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu yang cepat.
Kehadiran teknologi ini membuat mobilitas manusia lebih efisien. Contoh:
teknologi ini yaitu kereta api, pesawat, kereta listrik, mobil listrik, dan lain
sebagainya.
4. Teknologi Bidang Pendidikan
Siapa sangka jika di dalam sistem pendidikan juga terdapat unsur teknologi.
Jenis teknologi ini diciptakan untuk meningkatkan kinerja pembelajar. Contoh:
teknologi pendidikan yaitu metode pengajaran, alat laboratorium, pembelajaran
daring, dan lain sebagainya.
5. Teknologi Bidang Kesehatan
Jenis teknologi ini digunakan dalam kegiatan medis. Teknologi kesehatan
atau medis memiliki cakupan yang sangat luas. inovasi teknologi di bidang ini
bermanfaat untuk memelihara kesehatan manusia, mengurangi rasa sakit, dan
mempercepat pemulihan.
6. Teknologi Bidang Konstruksi
Jenis teknologi ini berhubungan dengan alat dan cara yang digunakan
dalam membangun struktur bangunan baik dari struktur dasar atau tingkat
lanjutan.

7. Teknologi Bidang Pertanian


Di bidang pertanian atau agrikultur juga menggunakan teknologi berupa
mesin atau teknik budidaya tertentu. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan
produksi pertanian. Contoh: teknologi ini yaitu, traktor, alat pengering hasil
panen, mesin pemilah bibit, dan lain sebagainya.
8. Teknologi Bidang Arsitektur
Teknologi arsitektur adalah komponen dari rekayasa bangunan dan
arsitektur yang berhubungan dengan metode konstruksi, desain bangunan, dan
bahan bangunan. Teknologi ini diperlukan untuk keperluan desain bangunan baik
interior atau eksterior.
9. Artificial Intelligence (AI)
AI adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk mencapai
kecerdasan yang ditujunjukkan oleh mesin. Teknologi ini terdiri dari beberapa
disiplin ilmu seperti matematika, filsafat, ekonomi, komputer, teknik, psikologi,
ilmu saraf, dan teori kontrol.
10. Teknologi Bidang Bisnis
Teknologi dalam bidang bisnis ini merupakan penerapan beberapa ilmu
seperti sains, teknik, data, dan informasi. Teknologi dalam bidang bisnis sangat
membantu bisnis kecil dan UMKM, sehingga usaha tersebut bisa bersaing dengan
usaha yang sudah besar.

c. Manfaat Teknologi
Ada beberapa manfaat teknologi dalam berbagai bidang, diantaranya:
1. Manfaat Teknologi dalam Bidang Bisnis Orang-orang yang berkecimpung di
dunia bisnis tentu akan memperoleh banyak keuntungan, salah satunya kenaikan
laba. Hal ini akan dirasakan oleh pebisnis yang menjalankan usahanya dengan
basis online. Dengan hanya modal gadget dan kuota, Anda sudah bisa memulai
usaha bahkan dari rumah. Tentu saja, hal ini mampu menghemat biaya dan juga
menekan biaya operasional.
2. Manfaat Teknologi dalam Bidang Perbankan Saat ini, penyetoran dan
pengambilan uang bisa dilakukan secara online. Dengan adanya teknologi
informasi, Anda tidak perlu lagi repot untuk menyetor atau mengambil uang di
kantor pada jam kerja. Selain itu, banyak sekali ATM dan mesin setor tunai yang
bisa Anda jumpai di setiap sudut kota dengan layanan 24 jam nonstop. Hal ini
tentu sangat menghemat waktu dan biaya.
3. Manfaat Teknologi dalam Bidang Telekomunikasi Dengan adanya teknologi
informasi, Anda sudah bisa menggunakan beragam teknologi yang lebih mudah.
Anda dapat melakukan komunikasi jarak jauh dengan mudah dan cepat bahkan
sampai mancanegara. Hingga sekarang Anda sudah bisa merasakan kemudahan
dalam berkomunikasi melalui media sosial yang ada di smartphone ke semua
orang yang ada di dunia.
4. Manfaat Teknologi dalam Bidang Pendidikan Seiring dengan perkembangan
teknologi, Anda dapat memanfaatkan media internet untuk menambah wawasan
dan pengetahuan yang mungkin tidak bisa Anda temukan di buku. Selain itu,
dalam hal pendaftaran sekolah yang dahulunya harus datang langsung ke sekolah
yang diinginkan, sekarang sudah mulai menerapkan registrasi berbasis online
yang dinilai sangat menghemat waktu dan lebih efisien. Bahkan dalam kondisi
pandemi saat ini, banyak sekolah yang memberikan fasilitas belajar mengajar
jarak jauh. Melalui perantara internet, anda sudah bisa terhubung dengan guru
maupun dosen tanpa harus bertatap muka secara langsung.
5. Manfaat Teknologi dalam Bidang Kesehatan Manfaat teknologi informasi
lainnya yang bisa kamu rasakan dalam bidang kesehatan. Dapat dikatakan
teknologi amat sangat berjasa dalam perbaikan manajemen di klinik atau rumah
sakit. Jika dulu pencatatan riwayat kesehatan pasien hanya ditulis dalam sebuah
berkas, sekarang pencatatan juga dilakukan dan diarsipkan di komputer. Hal ini
akan sangat memudahkan petugas untuk mengetahui rekam medis pasien dengan
cepat. Rekam medis berbasis komputer ini meliputi data klinis pasien dari hasil
pemeriksaan dokter ataupun hasil laboratorium.
3. MENGHARGAI PERBEDAAN DALAM KEBIDANAN

Sadarilah bahwa persatuan merupakan sesuatu yang penting. Tidak dapat


dipungkiri bahwa negara kita ini terdiri dari beragam suku bangsa dan ras dan pastinya
kita akan selalu berdampingan dengan kondisi tersebut. Sebelum jauh mempelajari
keberagaman suku bangsa dan ras, yang terdekat adalah adanya perbedaan adat istiadat
dan keyakinan yang ada di sekitar kita. Mungkin kita berada atau tinggal di daerah yang
berbeda keyakinannya dengan kita atau mungkin memiliki nilai yang berbeda dengan
kita, sehingga kita perlu untuk memahami dengan baik perbedaan tersebut. Kenapa?
Memahami perbedaan yang timbul antara diri kita dengan orang lain akan membantu kita
dalam meminimalisir kesalahpahaman yang dapat muncul.

Demikian, berusahalah untuk memahami perbedaan nilai, karakter, keyakinan yang


muncul di sekitar kita. Kembangkan toleransi terhadap orang lain. Masih ingatkah apakah
yang dimaksud dengan toleransi? Toleransi merupakan sikap saling menghargai dan
menghormati perbedaan yang ada antara diri sendiri dan orang lain. Sikap ini perlu selalu
kita tanamkan dan kembangkan dalam diri kita. Apa tujuannya ? Untuk mencapai
persatuan tersebut. Oleh karena itu, mari kita biasakan bersikap toleransi terhadap
perbedaan yang muncul di antara kita.

Hindari bersikap diskripminatif. Ingat ya dan pahami bahwa kita hidup di tengah
masyarakat dengan berbagai keragaman. Keragaman ini akan mengajarkan dan membuat
kita belajar banyak hal, termasuk menghargai dan menghormati. Oleh karena itu, hindari
sikap diskriminasi di tengah-tengah keberagaman. Jadilah agent of change untuk
menghargai perbedaan. Belajar tanpa melaksanakan yang dipelajari akan menjadi kesia-
siaan. Oleh karena itu, mulailah dari diri sendiri menjadi agen perubahan dalam
menghargai perbedaan suku bangsa dan ras di tempat saudara belajar. Jadilah contoh bagi
orang lain dalam menghargai perbedaan.
Contoh perilaku menghargai perbedaan (toleransi) :
1. Toleransi dalam umat beragama, contohnya :
a. Dimana penganut agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkan
keberadaan agama minoritas lainnya
b. Menghargai hari besar umat agama lainnya
c. Menghormati hak dan kewajiban umat agama lain
2. Toleransi sebagai tenaga kesehatan, contohnya :
a. Tidak membeda-bedakan pasien baik secara fisik, ras maupun suku.
b. Menolong dan melayani pasien secara adil tanpa melihat kesenjangan sosial
c. Menghargai dan dapat menerima pendapat atau masukan dari pasien

Konflik Perbedaan
Konflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:
1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas, pendeskripsian batasan pekerjaan yang tidak
jelas dapat memicu munculnya konflik dikarenakan adanya orang/individu yang
tidak tahu pekerjaanya dan dapat mengganggu tugas dan wewenang dari orang
lain.
2. Hambatan komunikasi, konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu
komunitas tidak berjalan lancar,kondisi yang seperti ini akan menimbulkan
misunderstanding/kesalahpahaman.
3. Tekanan waktu, tekanan waktu juga dapat memicu adanya konflik, jika dalam
suatu komuntas tidak dapat memanage waktu dengan baik dan menggunakannya
secara efektif dalam mencapai target yang ditentukan.
4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal, standar, peraturan dan
kebijakan yang tidak masuk akal, juga dapat memicu konflik dikarenakan adanya
standar, peraturan dan kebijakan yang tidak dapat diwujudkan.
5. Pertikaian antarpribadi, pertikaian antarpribadi juga dapat memicu adanya konflik
karena akan muncul tidak adanya sinergi/kerjasama antara pribadi yang bertikai
dan mencari pembenaran pribadi masing-masing.
6. Perbedaan status, perbedaan status juga termasuk pemicu munculnya konflik,
karena adanya yang merasa superioritas/diatas daripada yang lain.
7. Harapan yang tidak terwujud, harapan yang tidak terwujud akan memicu konflik
karena akan menjadi halangan tersendiri bagi komunitas atau individu ketika
adanya harapan yang tidak terwujud dapat menurunkan self
confidance/kepercayaan dirinya menurun sehingga terjadi kesusahan dalam
mempercayai diri maupun orang lain.

Solusi Menghadapi Perbedaan


Adapun sikap kita dalam menghadapi sebuah perbedaan yaitu:
a. Menghormati perbedaan sebagai sebuah keyakinan dan pilihan yang bersifat pribadi.
b. Bersikap untuk tidak mencela, menyalahkan, merendahkan, mengkafirkan, atau
memaksakan kehendak kepada orang atau pihak lain.
c. Menerima eksistensi teman-teman yang berbeda, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan keyakinan dan identitas pribadi atau kelompok.
d. Memberi kesempatan, mengakomodasi, dan memfasilitasi orang lain untuk dapat
melaksanakan keyakinan dan memelihara identitasnya.
e. Mengutamakan untuk tidak egois
f. Mencari penengah dan solusi terbaik bersama-sama
g. Tidak menghakimi dan berhati-hati dalam bicara

4. KEPERCAYAAN DALAM KEBIDANAN

Kepercayaan diri merupakan bekal untuk dapat terus maju meraih prestasi yang
diharapkan, tanpa kepercayaan diri seseorang tidak akan memiliki kekuatan untuk
memulai suatu rencana masa depan yang lebih maju, sebagai karyawan, pengusaha dan
profesional. Seorang bidan memiliki peranan yang penting dalam masyarakat untuk
memberikan pelayanan kesehatan, sehingga bidan harus benar-benar memiliki
kemampuan yang cukup dalam menurunkan resiko tingkat kematian ibu dan anak dalam
proses persalinan di Indonesia. Bidan yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi
cenderung bertindak tanpa memiliki keragu-raguan diri maupun perasaan rendah diri dan
siap menerima akibat dari tindakan yang dilakukan.

a. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan mengetahui :


➢ aspek-aspek kepercayaan diri bidan
➢ faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri bidan dalam membantu persalinan
➢ dampak kepercayaan diri bidan dalam membantu persalinan. Metode penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang mengarah pada penelitian secara
deskriptif untuk menelaah fenomena-fenomena sosial dalam suasana yang
berlangsung secara wajar bukan dalam kondisi terkendali atau dikendalikan oleh
peneliti. Penelitian ini dilakukan pada bidan di Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri. Cara menentukan subyek dengan menggunakan teknik snowball,
sedangkan teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi.

b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:


➢ kepercayaan diri bidan terwujud dalam aspek-aspek: penampilan, ekspektasi
hasil, potensi diri dan kemandirian,
➢ faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri bidan dalam membantu persalinan
meliputi: pengalaman kerja, tingkat religiusitas, tingkat pendidikan, kebutuhan
ekonomi, dukungan keluarga, hubungan sosial, hubungan rujukan, dan
➢ dampak kepercayaan diri bidan dalam membantu persalinan, yaitu dampak positif
dan dampak negatif, dampak positif dibagi menjadi dua, yaitu dampak positif
secara langsung dan dampak positif secara tidak langsung, sama dengan dampak
positif, dampak negatif juga dibagi menjadi dua, yaitu dampak negatif secara
langsung dan dampak negatif secara tidak langsung.

C. RANGKUMAN
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah sebagian
kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat
kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan
untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Evidance Based
adalah proses sistematis untuk mencari,menilai,dan menggunakan hasil penelitian sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh. Kami sebagai penulis menyadari
bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan serta sangat jauh dari kata sempurna.tentunya
kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat di
pertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah ini.

D. LATIHAN

1. Berikut ini fungsinya sebagai bidan professional dalam Course Content kecuali :
a. Pengantar Komunikasi
b. Active listening
c. Kemampuan berinteraksi
d. Konseling kebidanan
e. Komunikasi masa
Jawaban : c. Kemampuan berinteraksi
2. Komunikasi adalah .....
a. Proses yang mengandung informasi setelah konselor memperoleh data keadaan dan
kebutuhan klien
b. Proses interaksi antara manusia untuk saling mengenal dan bertukar cerita
c. Proses pertukaran informasi gagasan dan perasaan
d. A dan B benar
e. A dan C benar

3. Unsur-unsur komunikasi dibawah ini, kecuali .....


a. Komunikator
b. Pesan
c. Saluran komunikasi atau media
d. Umpan balik
e. Masalah

4. Komunikator adalah .....


a. Orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain, disebut juga pembawa
berita/pengirim pesan/sumber beritaTempat berbagi cerita dan penentu
b. Permasalahan
c. Tempat menuangkan masalah dan menyelesaikan masalah
d. Orang yang melayani seseorang untuk menuangkan cerita dan menyelesaikan
masalah

5. Jenis-jenis komunikasi ada 2, yaitu .....


a. Komunikasi verbal, dan komunikasi non verbal
b. Komunikasi langsung dan tidak langsung
c. Komunikasi baik dan buruk
d. Komunikasi tanya dan jawab
e. Komunikasi verbal dan kolom

E. DAFTAR PUSTAKA

ANJANI, A. D., SUNESNI, S. S., & AULIA, D. L. N. (2022). PENGANTAR PRAKTIK


KEBIDANAN. CV Pena Persada.
Suriati, I. (2020). Bahan Ajar: Komunikasi dalam Praktik Kebidanan.
Aswan, Y., Hutomo, C. S., Pitri, Z. Y., Hasibuan, K., Sianturi, E., Azizah, N., ... & Suryani, L.
(2022). Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.
Purwanti, Y. (2021). Modul Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Umsida Press, 1-77.
Septina, Y., Keb, M. T., Srimulyawati, T., & Keb, M. T. (2020). Pengantar Praktik Ilmu
Kebidanan. Penerbit Lindan Bestari.
PRAKTIK KEBIDANAN

“SOSIAL MODEL VS MEDICAL MODEL”

DOSEN PEMBIMBING:

TAUFIANIE ROSSITA, SST, M.KES.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:

1.Anisa Rahmasari (22270022)

2.Dwi Amelia (22270029)

3.Nova Sri Fanessa Sembiring (22270020)

4.Shifana Nadhirah Alnas (22270017)

5.Shindy Auliya (22270018)

PRODI S1. KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DEHASEN

TAHUN AJARAN 2022/2023


PEMBELAJARAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

A.PENDAHULUAN

1. Tujuan internasional khusus


Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
2. Entry behavior
Mengkaji dan memahami asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
3. Keterkaitan dengan materi lain
Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajari tentang asuhan
kebidanan pada ibu bersalin.
4. Penting mempelajari asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Agar kita bisa memahami apa itu asuhan pada ibu bersalin dan dapat menerapkannya.
5. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran
a) Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus dicapai.
b) Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c) Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal hal yang perlu diklarifikasi ata memerlukan
pemahaman lebih lanjut.
d) Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami hal hal
yang penting.
e) Jawab dan isi pertanyaan yang telah disediakan.
B. PENYAJIAN MATERI

KONSEP DASAR KEBIDANAN

A. Standar Kompetensi

Mata kuliah ini memberikan asuhan intranatal yang bermutu tinggi untuk mengoptimalkan
kesehatan selama masa persalinan yang meliputi konsep dasar asuhan persalinan. Mata kuliah ini
merupakan pengantar untuk dapat melakukan asuhan kebidanan pada Asuhan Kebidanan II
(Bersalin) yang membahas tentang konsep dasar asuhan persalinan. Mata kuliah ini merupakan
pedoman untuk dapat melakukan pengelolaan pada Asuhan Persalinan yang sehat maupun yang
bermasalah melalui pembahasan tentang kasus kasus pada masa bersalin. Mata Kuliah ini
membekali mahasiswa untuk mampu memberikan Askeb pada ibu dalam persalinan dengan
pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil
evidence based.

B. Standar Kompetensi Dasar

Pada akhir perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan lima benang merah
dalam asuhan persalinan.

C. Indikator

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian persalinan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sebab - sebab mulainya persalinan.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan persalinan.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda - tanda persalinan.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi persalinan.


D. Materi

1. Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan.
Berikut beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan:

a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
jalan lahir.
b. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan
lahir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan (labor) adalah rangkaian
peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk
konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus ke dunia luar
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan
sendiri.
c. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan tidak diketahui, maka dipakai
umur kehamilan lebih dari 24 minggu.
d. Delivery (kelahiran) adalah peristiwa keluarnya janin termasuk plasenta
e. Gravida (kehamilan) adalah jumlah kehamilan termasuk abortus, molahidatidosa
dan kehamilan ektopik yang pernah dialami oleh seorang ibu.
f. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), berlangsung dalam waktu 18-24 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
g. Spontan adalah persalinan terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan
mengejan ibu.

2. Sebab -sebab Mulainya persalinan

Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu:


a. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan

rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan

mekanis.

b. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan

rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanik,

dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.Pada kehamilan, kedua hormon

tersebut berada dalam keadaan yang seimbang sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang

dikeluarkan oleh hipose parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk

Braxton Hicks. Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa teori yang

memungkinkan terjadinya proses persalinan:

a. Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati

batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus

yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini

mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga

plasenta mengalami degenerasi.


b. Teori penurunan progresteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan

jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Villi koriales

mengalami perubahanperubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan,

sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipose parst posterior. Perubahan keseimbangan

estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi

kontraksi braxton hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan

maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.

d. Teori prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan

oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot

rahim sehingga terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu

terjadinya persalinan.

e. Teori hipotalamus pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan

persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh Linggin

(1973). Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan

kelinci menjadi lebih lama.


Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan.

Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari

dengan mulainya persalinan. Glandula suprerenal merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

f. Teori berkurangnyua nutrisi

Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukanan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya.

Bila nutrisi pada janin berkurang, maka konsepsi akan segera dikeluarkan.

g. Faktor lain

Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak di belakang

serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan.

• Tahapan Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 sm.

Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh

karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam

kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut

diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.

a. Kala I

Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol

sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak

begitu kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan mulai terjadi

partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show).
Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase

laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari

pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif masih dibagi

menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3

menjadi 4 cm; fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan fase deselerasi, dimana

pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10

cm.

b. Kala II (Pengeluaran)

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung jam

pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan

cepat kurang lebih 2-3 menit sekali.

c. Kala III (Pelepasan Uri)

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih

dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas

pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya.

d. Kala IV (Observasi)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus

dilakukan pada Kala IV adalah:


1. Tingkat kesadaran ibu.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan.

3. Kontraksi uterus.

4. Terjadinya perdarahan Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi

500 cc.

• Tanda – Tanda Persalinan

Agar dapat mendiagnose persalinan, bidan harus memastikan perubahan serviks dan

kontraksi yang cukup.

a) Perubahan serviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika serviks secara

progresif menipis dan membuka.

b) Kontraksi yang cukup/adekuat, kontraksi yang dianggap adekuat jika:

1. Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap kontraksi

berlangsung sedikitnya 40 detik.

2. Uterus mengeras selama kotraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus

dengan menggunakan jari tangan. Indikator persalinan sesungguhnya

ditandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Tanda-tanda

persalinan sudah dekat:

a. Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala janin sudah masuk

pintu atas panggul yang 17 disebabkan oleh kontraksi

Braxton Hicks. Sedangkan pada multigravida kepala

janin baru masuk pintu atas panggul saat menjelang

persalinan.
b. Terjadinya his permulaan. Kontraksi ini terjadi karena

perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dan

memberikan rangsangan oksitosin. Semakin tua

kehamilan, maka pengeluaran estrogen dan progesteron

makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu.

C. RANGKUMAN

Konsep dasar asuhan persalinan yang komprehensif adalah mengacu pada asuhan yang

komprehensif meliputi asuhan bio, psiko, sosial dan spiritual. Sehingga bidan dapat

memmberikan asuhan secara maksimal dengan lebih memahami konsep dasar persalinan.
D. LATIHAN

1. Yang bukan merupakan kebutuhan dasar selama persalinan yaitu …

a. Tempat persalinan

b. Penolong

c. Persiapan fisisk dan menyal ibu

d. Tidak membawa peralatan bayi

Jawaban: c. Tidak membawa peralatan bayi

2. Agar ibu dalam melewati proses persalinannya merasa nyaman, maka hal yang sanggup
dilakukan bidan dan keluarga sebagai wujud asuhan sayang ibu adalah...

a. Memarahi ibu ketika mersakan kesakitan

b. Tidak menunggui ibu ketika proses persalinan

c. Tidak memperlihatkan makan ato minum pada ibu

d. Memberikan derma emosional

Jawaban: d. Memberikan derma emosional

3. Peristiwa di bawah ini yang merupakan bentuk asuhan sayang ibu yaitu...

a.Saat ibu inpartu, bidan menganjurkan pada keluarga untuk memperlihatkan cairan dan nutrisi
pada ibu bersalin.

b. Bidan melaksanakan tindakan kateterisasi secara rutin supaya ibu bisa BAK.

c. Bidan melaksanakan enema pada setiap ibu inpartu.

d. Bidan melaksanakan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu bersalin

Jawaban: a. Saat ibu inpartu, bidan menganjurkan pada keluarga untuk memperlihatkan cairan
dan nutrisi pada ibu bersalin.

4. Diketahui seorang ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir
bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan investigasi VT oleh bidan, mulai
ketika pasien tiba mengalami pembukaan satu dipantau hingga ibu mengalami
pembukaan lengkap. Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan...
a. Tahapan persalinan pada kala 1

b. Tahapan persalinan pada kala 2

c. Tahapan persalinan pada kala 3

d. Tahapan persalinan pada kala 4

Jawaban: a. Tahapan persalinan pada kala 1

5. Seorang ibu dalam masa inpartu. Bidan Sinta menganjurkan ibu bersalin untuk merubah
posisi miring kanan atau kiri, supaya ibu merasa lebih nyaman. Berdasarkan kasus di
atas, tindakan yang dilakukan bidan yaitu wujud dari...

a. Membuat keputusan klinik

b. Tindakan pencegahan infeksi

c. Asuhan sayang ibu

d. Tindakan pendokumentasian

Jawaban: c. Asuhan sayang ibu


PEMBELAJARAN

ASUHAN PADA IBU NIFAS

A.PENDAHULUAN

1. Tujuan Internasional Khusus

Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan asuhan

pada ibu nifas.

2.Entry Behaviour

Mengkaji dan memahami asuhan pada ibu nifas.

3.Keterkaitan dengan Materi lain

Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajarai tentang asuhan pada
ibu nifas.

4. Penting nya mempelajari asuhan pada ibu nifas


Agar kita bisa memahami apa itu asuhan pada ibu nifas dan dapat menerapkannya.

5. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran


a. Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus dicapai.
b. Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu di klarifikasi atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut.
d. Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami hal-
hal yang penting.
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah di sediakan.
B . PENYAJIAN MATERI

1.Pengertian

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata
“Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim
karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010). Masa nifas (puerpurium) dimulai
sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alatalat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6 minggu.

1. Tahap Masa Nifas Tahapan masa nifas

Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Puerperium Dini Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan


berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni, 2010).
2. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi post
partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah melahirkan antara
lain (Anggraeni, 2010):
A. Perubahan Sistem Reproduksi

1. Uterus Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana
Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
2. Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau
anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
a. Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan
yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b. Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung
dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c. Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke14. d) Lokhea alba Lokhea ini
mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang
mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
3. Perubahan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vaginasecara berangsur-angsur akan muncul
kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.
4. Perubahan Perineum Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan
sebelum hamil.
B. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu
persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
C. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih
setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
D. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus,
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi
secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
E. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume
darah bertambah, sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini
terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
F. Perubahan Tanda-tanda Vital Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara
lain:
1. Suhu badan Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 – 38◦
C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila
dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu
badan naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3. Tekanan darah Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat
post partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum.
4. Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi.
Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
C.RANGKUMAN

Masa nifas adalah masa dimulai dari beberapa jam sesudah lahirnya plasenta dan
mencakup enam minggu berikutnya dan kondisi tidka hamil, Masa ini disebut juga masa
puerperium. Asuhan postnatal haruslah memberikan tanggapan terhadap kebutuhan khusus ibu
selama masa yang istimewa.Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu semala 6-8
minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelai selesainya persalinan dan berakhir setelah
alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak hamil sebagai akibat dari
adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
D.LATIHAN

1. Suatu keadaan setelah plasenta lahir sampai kembalinya alat kandungan seperti semula
disebut …

A. Konsepsi

B. Nidasi

C. Persalinan

D. Kontrasepsi

E. Puerperium

Jawaban: E. Puerperium

2. Involusio uteri berlangsung kira-kira selama …

A. 2 jam

B. 6-8 jam

C. 6 hari

D. 2 minggu

E. 6 minggu

Jawaban: E. 6 minggu
3. Manfaat ASI bagi ibu, ditinjau dari aspek keluarga berencana adalah ...

A. Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan

B. Mengurangi terjadinya karsinoma indung telur

C. Mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan

D. Perasaan bangga

E. Menurunkan kejadian obesitas

Jawaban: A. Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan

4. Tujuan pemberian asuhan pada masa nifas antara lain ...

A. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan antenatal

B. Melaksanakan skrining pada waktu persalinan

C. Memberikan pelayanan kesehatan pra konsepsi

D. Menjaga kesehatan ibu dan bayi, baik fisik maupun psikologis

E. Mengacuhkan kesehatan emosi ibu

Jawaban: E. Mengacuhkan kesehatan emosi ibu

5. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada masa nifas adalah …

A. Pelayanan keluarga berencana

B. Cara konsumsi dan manfaat tablet Fe

C. Deteksi dini komplikasi kehamilan

D. Perawatan payudara prenatal

E. Skrining PMS

Jawaban: A.Pelayanan keluarga berencana


PEMBELAJARAN
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR

A.PENDAHULUAN

1. Tujuan internasional khusus


Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
asuhan pada bayi baru lahir.
2. Entry Behaviour
Mengkaji dan memahami asuhan pada bayi baru lahir.
3. Keterkaitan dengan Materi lain
Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajarai tentang
asuhan pada bayi baru lahir.

1. Pentingnya mempelajari asuhan pada bayi baru lahir


Agar kita bisa memahami apa itu asuhan pada bayi baru lahir dan dapat
menerapkannya.
2. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran
a. Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus
dicapai.
b. Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu di klarifikasi atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut.
d. Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami
hal-hal yang penting.
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah di sediakan.
B.PENYAJI MATERI

1. Pengertian

A. Fisiologi Bayi Baru Lahir

a. Sistem pernafasan

Masa yang paling kritis neonatus adalah ketika harus mengatasi resistensi paru pada saat
pernapasan janin atau bayi pertama. Pada saat persalinan kepala bayi menyebabkan badan khususnya
toraks berada di jalan lahir sehingga terjadi kompresi dan cairan yang terdapat dalam percabangan
trakheobronkial keluar sebanyak 10-28 cc. Setelah torak lahir terjadi mekanisme balik yang menyebabkan
terjadinya beberapa hal sebagai berikut yaitu: · Inspirasi pasif paru karena bebasnya toraks dari jalan lahir
· Perluasan permukaan paru yang mengakibatkan perubahan penting: pembuluh darah kapiler paru makin
terbuka untuk persiapan pertukaran oksigen dan karbondioksida, surfaktan menyebar sehingga
memudahkan untuk menggelembungnya alveoli, resistensi pembuluh darah paru makin menurun
sehingga dapat meningkatkan aliran darah menuju paru, pelebaran toraks secara pasif yang cukup tinggi
untuk menggelembungkan seluruh alveoli yang memerlukan tekanan sekitar 25 mm air. · Saat toraks
bebas dan terjadi inspirasi pasif selanjutnya terjadi dengan ekspirasi yang berlangsung lebih panjang
untuk meningkatkan pengeluaran lendir.

b.Sistem Kardiovaskular

Terdapat perbedaan prinsip antara sirkulasi janin dan bayi karena paru mulai berkurang dan sirkulasi
tali pusat putus. Perubahan ini menyebabkan berbagai bentuk perubahan hemodinamik yang dapat
dijabarkan sebagai berikut: · Darah vena umbilikalis mempunyai tekanan 30-35 mmHg dengan saturasi
oksigen sebesar 80-90% karena hemoglobin janin mempunayi afinitas yang tinggi terhadap oksigen. ·
Darah dari vena cava inferior yang kaya oksigen dan nutrisi langsung masuk oramen ovale dari atrium
kanan menuju atrium kiri. Atrium kanan menerima aliran darah yang berasal dari vena pulmonalis. ·
Aliran darah dari vena cava superior yang berasal dari sirkulasi darah ekstremitas bagian atas, otak, dan
jantung, akan langsung masuk atrium kanan dan selanjutnya langsung menuju ventrikel kanan.
Curah jantung janin pada saat mendekati aterm adalah sekitar 450 cc/kg/menit dari kedua ventrikel
jantung janin. · Aliran dari ventrikel kiri dengan tekanan 25-28 mmHg dengan saturasi 60% sksn menuju
ke arteri koroner jantung, eketremitas bagian atas, dan 10% menuju aorta desenden. · Aliran dari ventrikel
kanan, dengan tekanan oksigen 20-23 mmHg dengan saturasi 55% akan menujuk ke aorta desenden yang
selanjutnya menuju ke sirkulasi abdomen dan ekstremitas bagian bawah. Pada saat lahir terjadi
pengembangan alveoli paru sehingga tahanan pembuluh darah paru semakin menurun karena: ·
Endothelium relaxing factor menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan menurunkan tahanan pembuluh
darah paru. · Pembuluh darah paru melebar sehingga tahanan pembuluh darah makin menurun. Dampak
hemodinamik dari berkembangnya paru bayi adalah aliran darah menuju paru dari ventrikel kanan
bertambah sehingga tekanan darah pada atrium kanan menurun karena tersedot oleh ventrikel kanan yang
akhirnya mengakibatkan tekanan darah pada atrium kiri meningkat dan menutup foramen ovale, shunt
aliran darah atrium kanan kekiri masih dapat dijumpai selama 12 jam dan total menghilang pada hari ke
7-12 (Manuaba, 2007).

c. Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu: · Konveksi: pendinginan melaui aliran udara di
sekitar bayi. Suhu udara di kamar bersalin tidak boleh kurang dari 20 C dan sebaiknya tidak
berangin. Tidak boleh ada pintu dan jendela yang terbka. Kipas angin dan AC yang kuat harus
cukup jauh dari area resusitasi. Troli resusitasi harus mempunyai sisi untuk meminimalkan
konveksi ke udara sekitar bayi. · Evaporasi: kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit
bayi yang basah. Bayi baru lahiryang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan cepat
melalui cara ini. Karena itu, bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk kepala dan rambut,
sesegera mungkin setelah dilahirkan. · Radiasi: melalui benda padat dekat bayi yang tidak
berkontak secara langsung dengan kulit bayi. Panas dapat hilang secara radiasi ke benda padat
yang terdekat, misalnya jendela pada musim dingin. Karena itu , bayi harus diselimuti, termasuk
kpalanya, idealnya dengan handuk hangat. · Konduksi: melalui benda-benda padat yang
berkontak dengan kulit bayi.
d. Sistem Ginjal
Ginjal bayi belum matur sehingga menyebabkan laju filtrasi glomerulus rendah dan kemampuan
reabsorbsi tubular terbatas. Urin pertama keluar dalam 24 jam pertama dan dengan frekuensi yang
semakin sering sesuai intake.
e. Sistem Pencernaan
Secara struktur sudah lengkap tapi belum sempurna, mukosa mulut lembab dan pink. Lapisan
keratin berwarna pink, kapasitas lambung sekitar 15-30 ml, feses pertama berwarna hijau
kehitaman.

B. Reflek Bayi Baru Lahir

a. Reflek Moro Bayi akan mengembangkan tangan lebar dan melebarkan jari, lalu
membalikkan dengan tangan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang. Diperoleh
dengan memukul permukaan yang rata dimana dekat bayi dibaringkan dengan posisi
telentang.
b. Reflek rooting Timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar
kepala seakan mencari putting susu. Refleks ini menghilang pada usia 7 bulan. c. Reflek
sucking Timbul bersamaan dengan reflek rooting untuk mengisap putting susu dan menelan
ASI.
c. Reflek batuk dan bersin à untuk melindungi bayi dan obsmuksi pernafasan.
d. Reflek graps Timbul jika ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangannya atau ketika telapak kaki digores dekat ujung jari kaki, jari kaki
menekuk.
e. Reflek walking dan stapping Reflek ini timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada
gerakan spontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan.
Menghilang pada usia 4 bulan.
f. Reflek tonic neck Reflek ini timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh kekanan atau
kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini bisa diamati saat bayi berusia 3-4 bulan.
g. Reflek Babinsky Muncul ketika ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari lainnya membuka, menghilang pada usia 1 tahun.
h. Reflek membengkokkan badan (Reflek Galant) Ketika bayi tengkurap, gerakan bayi pada
punggung menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Berkurang pada usia 2-3 bulan.
i. Reflek Bauer/merangkak Pada bayi aterm dengan posisi tengkurap. BBL akan melakukan
gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkai. Menghilang pada usia 6
minggu.
C. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini dimulai sedini mungkin. Segera setelah bayi lahir setelah tali pusat dipotong
letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit ke kulit biarkan selama 1 jam/lebih sampai bayi
menyusu sendiri, selimuti dan beri topi. Suami dan keluarga beri dukungan dan siap membantu selama
proses menyusui.

Pada jam perama si bayi menemukan payudara ibunya dan ini merupakan awal hubungan menyusui
yang berkelanjutan yang bisa mendukung kesuksesan ASI Eksklusif selama 6 bulan. Berdasarkan
penelitian bayi bar lahir yang dipisahkan dari ibunya dapat meningkatkan hormon stres sekitar 50% dan
membuat kekebalan tubuh bayi menjadi menurun Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh lebih baik dibandingkan dengan inkubtor, menjaga kolonisasi
kuman yang aman untuk bayi dan mencegah infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat
normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru
lahir. Kontak kulit ke kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik.

D. Perawatan Bayi Baru Lahir

Menurut JNPK-KR/POGI, APN, (2007) asuhan segera, aman dan bersih untuk bayi baru lahir ialah:

• Pencegahan Infeksi

· Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi.

· Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

· Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir DeLee
dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

· Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan
bersih. Demikin pula dengan timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop.
• Melakukan penilaian

· Apakah bayi cukup bulan/tidak

· Apakah air ketuban bercampur mekonium/tidak

· Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan

· Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap–megap
atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

• Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme kehilangan panas:

· Evaporasi

Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendirikarena setelah lahir, tubuh
bayi tidak segera dikeringkan.

· Konduksi

Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin,
seperti: meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap
panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda–benda tersebut.

· Konveksi

Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ruangan yang
dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.

· Radiasi

Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda–benda yang mempunyai suhu
tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda–benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi
(walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Mencegah kehilangan panas melalui upaya berikut:
· Keringkan bayi dengan seksama

Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangantaktil untuk membantu bayi
memulai pernapasannya.

· Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat

Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru
(hanngat, bersih, dan kering)

· Selimuti bagian kepala bayi

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.

· Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas.
Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran

· Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan,
terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai
dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi
sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

d. Membebaskan Jalan Nafas


Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir,
apabila bayi tidak langsung menangis, membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:

· Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

· Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak
menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
· Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.

· Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.

· Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan
selangnya harus sudah ditempat

· Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung

· Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)

· Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.

e. Merawat Tali Pusat

· Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat
pada puntung tali pusat.

· Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk
membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.

· Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi.

· Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.

· Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi
atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan
secara mantap klem tali pusat tertentu.

· Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan
pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.

· Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5% · Selimuti ulang bayi
dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik. (Dep. Kes. RI,
2002).
f. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus di bungkus hangat.
Suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu
tubuhnya sudah stabil. Suhu bayi harus dicatat (Prawiroharjo, 2002). Bayi baru lahir tidak dapat
mengatur temperatur tubuhnya secara memadai dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermi)
beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal, jika bayi dalam keadaan basah atau tidak
diselimuti mungkin akan mengalami hipoterdak, meskipun berada dalam ruangan yang relatif
hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.
Pencegah terjadinya kehilangan panas yaitu dengan:

· Keringkan bayi secara seksama

· Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat

· Tutup bagian kepala bayi

· Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya

· Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian

· Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Dep. Kes. RI, 2002)

g. Pencegahan infeksi

· Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir normal atau
cukup bulan perlu di beri vitamin K per oral 1 mg/hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di beri
vitamin K parenteral dengan dosis 0,5–1 mg IM.

· Memberikan obat tetes atau salep mata

Untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) perlu diberikan obat mata
pada jam pertama persalinan, yaitu pemberian obat mata eritromisin 0.5 % atau tetrasiklin 1 %, sedangkan
salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah bayi lahir.
• Perawatan mata harus segera dikerjakan, tindakan ini dapat dikerjakan setelah bayi selesai dengan
perawatan tali pusat
• Yang lazim dipakai adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan langsung diteteskan pada mata
bayi segera setelah lahir

· Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi, pastikan untuk melakukan tindakanpencegahan infeksi
berikut ini:

· Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak denganbayi.

· Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.

· Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didinfeksi tingkat
tinggi atau steril, jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru.

· Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan.

· Pastikan bahwa timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda- benda lainnya yang akan
bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap setelah digunakan).
(Dep.kes.RI, 2002)

h. Identifikasi bayi

· Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca persalinan. Alat
pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru lahir dan harus tetap ditempatnya
sampai waktu bayi dipulangkan.

· Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar
bersalin dan di ruang rawat bayi.

· Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah
sobek dan tidak mudah lepas.

· Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu.

· Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
(Saifudin, 2002)
E. Imunisasi pada Bayi

a.BCG

· Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya, untuk mencapai cakupan yang
lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui.

· Dosis untuk bayi < 1 tahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml, diberikan intrakutan di daerah insersio M.
deltoideus kanan.

· BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan mengingat (1) efektivitas
perlindungan hanya 40%, (2) 70% kasus TBC berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3)
kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-36%) walaupun
mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak.

· BCG tidak diberikan pada pasien imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka
panjang, infeksi HIV, dan lain lain).

· Apabila BCG diberikan pada umur >3bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Bab
1—Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 11

b. Hepatitis B

· Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibuhamil
merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45%.

· Pemberian imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HBsAg ibu pada saat melahirkan. Jadwal
pemberian berdasarkan status HBsAg ibu adalah sebagai berikut:

• Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB
Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg) atau vaksin plasma derived 10 mg, secara intramuskular,
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6
bulan. Apabila pada pemeriksaan selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya positif, segera berikan 0,5
ml HBIG (sebelum 1 minggu).
• Bayi lahir dari ibu HBsAg positif. Dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan
0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5 mg atau Engerix B 10 mg), intramuskular di
sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan
pada usia 6 bulan.
• Bayi lahir dari ibu dengan HBsAg negatif. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II dengan
dosis minimal 2,5 mg (0,25 ml) atau Engerix B 10 mg (0,5ml), vaksin plasma derived dengan
dosis 10 mg (0,5 ml) secara intra muskular, pada saat lahir sampai usia 2 bulan. Dosis kedua
diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama.

· Ulangan imunisasi hepatitis B (HepB4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun.

· Idealnya dilakukan pemeriksaan anti BHs (paling cepat) 1 bulan pasca imunisasi hepatitis B ketiga.

c. DPT

· Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan
pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan selanjutnya
(DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT 5 pada saat masuk
sekolah umur 5-7 tahun.

· Sejak tahun 1998, DT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar (BIAS). Ulangan DT 6
diberikan pada 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur >10 tahun.

· Sebaiknya ulangan DT 6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi di Indonesia dT belum
ada di pasaran.

· Dosis DPT/DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.

d. Polio

· Untuk imunisasi dasar (polio 2, 3, 4), vaksin diberikan 2 tetes per-oral, dengan interval tidak kurang dari
4 minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI untuk men-
dapatkan cakupan imunisasi yang lebih tinggi, diperlukan tambahan imunisasi polio yang diberikan
segera setelah lahir (pada kunjungan I).
· Perlu mendapat perhatian pada pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah bersalin/rumah sakit,
dianjurkan vaksin polio diberikan pada saat bayi akan dipulangkan agar tidak mencemari bayi lain
mengingat virus polio hidup dapat diekskresi melalui tinja

· Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-
6 tahun).

f. Campak Vaksin
Campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9
bulan.

f. MMR

· Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml, secara subkutan.

· Vaksin MMR yang beredar di pasaran ialah MMRII [MSD]® dan Trimovax [Pasteur Merieux] ® MMR
diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lain.

· Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan, imunisasi campak 2 pada
umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.

· Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun.

g. HiB (H. Infuenzae tipe B)

· Vaksin conjungate H.influenzae tipe b ialah Act HIB [Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur 2, 4, dan
6 bulan. Bila dipergunakan vaksin PRP-outer membrane protein complex (PRP-OMPC) yaitu Pedvax
Hib, [MSD] ® diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak diperlukan.

· Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan.

· Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali.

· Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.
h. Demam tifoid

· Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntikan (polisakarida) dan oral. Vaksin capsular Vi
polysaccharide yaitu Typhim Vi [Pasteur Merieux] ® diberikan pada umur > 2 tahun, ulangan dilakukan
setiap 3 tahun

· Tifoid oral Ty21a yaitu Vivotif [Berna] ® diberikan pada umur > 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis
dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun.

i. Hepatitis A

· Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kurang terpajan (under exposure), pada umur >2 tahun.
Imunisasi dasar Hepatitis A yang telah beredar ialah Havrix [Smith Kline Beecham] ® dosis pemberian
sebagai berikut, Dosis 360 U diberikan 3 x dengan interval 4 minggu antara suntikan I dan II. Untuk
mendapatkan perlindungan jangka panjang (10 tahun) dengan nilai ambang pencegahan >20 mlU/ml,
dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah suntikan pertama. Apabila dipergunakan dosis 720 U, imunisasi
cukup diberikan dua kali dengan interval 6 bulan.

· Suntikan diberikan secara intramuskular di daerah deltoid.

C. RANGKUMAN

Asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran. Tujuannya adalah untuk
mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus dengan penilaian APGAR.
Penilaian dilakukan dengan 3 aspek yaitu :

• Antropometri yaitu ukuran – ukuran tubuh


• Sistem organ tubuh yaitu melihat kesempurnaan bentuk tubuh
• Neurologik yaitu perkembangan organ syaraf .

Setiap bayi memerlukan perawatan yang baik dan maksimal untuk kelangsungan hidupnya. Oleh
karena itu perlu merencanakan asuhan yang tepat pada bayi, terkhusus usia 2-6 hari yaitu minum, BAB,
BAK, keamanan, kebersihan kulit, tidur, tanda bahaya dan penyuluhan yang dilakukan sebelum ibu dan
bayi pulang ke rumah.
D. LATIHAN

1. Seorang bayi laki-laki, lahir normal, IMD tidak berhasil, 2 hari yang lalu di RS. Hasil
pemeriksaan: BB 3000 gram, PB 49 cm. Tidak ditemukan kelainan kongenital, S 370C. Saat ini
sedang diperiksa releks dengan cara menyentuh bagian pipi bayi. Hasilnya, mulut bayi mengikuti
arah jari. Jenis refleks apakah yang ditunjukkan bayi pada kasus tersebut?
A. Rooting
B. Grasping
C. Babinski
D. Sucking
E. Moro
Pembahasan: A (rooting)

2. Seorang bayi laki-laki, anak kedua baru dilahirkan 6 jam yang lalu di RS secara spontan. Riwayat
kelahiran: bayi bernafas spontan, usia gestasi 40 minggu, inisiasi menyusu dini berhasil, Bayi
sudah BAK 1 kali, PB 48 cm, BB 2600 gram. Telah diberikan suntikan Vit. K1. Asuhan apakah
yang paling tepat pada kasus tersebut?
A. Memandikan
B. Melanjutkan IMD
C. Memfasilitasi rooming in
D. Melakukan pencatatan surat keterangan lahir
E. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B0
Pembahasan: E (Memberikan suntikan Hepatitis B0)

3. 3.Seorang bayi perempuan baru lahir di bidan praktik mandiri. Riwayat kelahiran: anak pertama,
usia gestasi 38 minggu, kala II lama. Hasil pemeriksaan: Bayi lahir tidak segera menangis, kulit
jari-jari ekstremitas kebiruan, tonus otot lemas. Diagnosis apakah yang paling mungkin terjadi
pada kasus tersebut?
A. Gangguan fungsi motorik
B. Masalah vaskularisasi
C. Kelainan jantung
D. Asfiksia
E. Apneu
Pembahasan: D (asfiksia)
4. 4.Seorang bayi perempuan, umur 3 hari, dibawa ibunya ke BPM untuk kontrol. Hasil anamnesis:
malas menyusu, BAB dan BAK lancar. Hasil pemeriksaan: tampak kuning pada muka, leher,
sampai ke pusat, FJ 110 x/menit, P 40 x/menit, S 370C. Diagnosis apakah yang paling mungkin
pada kasus tersebut?
A. Ikterus fisiologis
B. Jaundice patologis
C. Bayi normal
D. Kern ikterus
E. Letargi
Pembahasan: A (Ikterus Fisiologis)

5. Seorang bayi laki-laki, umur 2 tahun, dibawa ibunya ke posyandu untuk penimbangan. Hasil
anamnesis: bayi sehat tidak ada keluhan. Hasil pemeriksaan: kesadaran: CM, BB 10,5 Kg, PB 84
cm, S 36,8°C, P 30 x/menit. Hasil jawaban ya pada Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
(KPSP) berjumlah 8. Tindakan apakah yang paling tepat dilakukan pada kasus tersebut?
A. Anjurkan konsultasi dengan dokter sesialis anak
B. Penimbangan kembali 1 bulan yang akan datang
C. Evaluasi perkembangan 3 bulan kemudian
D. Evaluasi KPSP ulang 2 minggu kemudian
E. Konsultasi dengan ahli gizi
Pembahasan: D. Evaluasi KPSP ulang 2 minggu kemudian
PEMBELAJARAN
ASUHAN PELAYANAN PADA PELAYANAN KB

A.PENDAHULUAN

1. Tujuan internasional khusus


Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan asuhan
pelayanan pada KB.
2. Entry Behaviour.
Mengkaji dan memahami asuhan pelayanan pada KB.
3. Keterkaitan dengan Materi lain.
Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajarai tentang asuhan
pelayanan pada KB.
4. Pentingnya mempelajari asuhan pelayanan pada KB.
Agar kita bisa memahami apa itu asuhan pelayanan pada KB.
5. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran.
a. Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus dicapai.
b. Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu di klarifikasi atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut.
d. Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting.
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah di sediakan.
B. PENYAJI MATERI

A. KONSEP KELUARGA BERENCANA

KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan
nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran. KB merupakan tindakan
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran. KB adalah proses
yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengen-dalian pertumbuhan
penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat menghasilkan penduduk yang berkualitas,
sumber daya manusia yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari program KB,
meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran
dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari
pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga
sejahtera.

B. RUANG LINGKUP PROGRAM KB Ruang lingkup program KB,meliputi:

1. Komunikasi informasi dan edukasi

2. Konseling

3. Pelayanan infertilitas

4. Pendidikan seks

5. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

6. Konsultasi genetic
C. MANFAAT USAHA KB DIPANDANG DARI SEGI KESEHATAN

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.

D. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah danjarak anak
serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:

1. Akseptor Aktif Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara
/ alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2. Akseptor aktif kembali Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti
cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut– turut dan bukan karena hamil.
3. Akseptor KB Baru Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat /
obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah
melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus
6. Akseptor KB dropout Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

E. PASANGAN USIA SUBUR

Pasangan usia subur yaitu pasangan suami istri yang istrinya berumur 25 - 35 tahun atau pasangan
suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri berumur lebih dari 50
tahun tetapi masih haid (datang bulan).
F. KONTRASEPSI

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau
“mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan
tujuan kontrasepsi, maka yan membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan
seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. Kontrasepsi
adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat
bersifat permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:

1. Fase Menunda Kehamilan


Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum
mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda
untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu
kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas
yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.
2. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan,
dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun.Kriteria kontrasepsi
yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih
mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang
direncanakan.
3. Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil.
Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,
karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko
tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR,
implan, suntik KB dan pil KB.
G. MUTU PELAYANAN KB

Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu merupakan suatu unsu penting dala
upaya mencapai pelayanan Kesehatan Reproduksi sebagaimana tercantum dalam program aksi dari
International Conference on Population and Development, Kairo 1994. Secara khusus dalam hal ini
termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi
yang aman, efektif, terjangkau, dan akseptabel. Sementara itu, peran dan tanggung jawab pria dalam
Keluarga Berencana perlu ditingkatkan, agar dapat mendukung kontrasepsi oleh istrinya, meningkatkan
komunikasi di antara suami istri, meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi pria, meningkatkan
upaya pencegahan IMS, dan lain-lain. Pelayanan Keluarga Berencana yang bermutu meliputi halhal
antara lain:

1. Pelayanan perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien


2. Klien harus dilayani secara profesional dan memenuhi standar pelayanan
3. Kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan
4. Upayakan agar klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani
5. Petugas harus memberi informasi tentang pilihan kontrasepsi yang tersedia
6. Petugas harus menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas kesehatan dalam melayani
berbagai pilihan kontrasepsi
7. Fasilitas pelayanan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan
8. Fasilitas pelayanan tersedia pada waktu yang ditentukan dan nyaman bagi klien 9. Bahan dan alat
kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup
9. Terdapat mekanisme supervisi yang dinamis dalam rangka membantu menyelesaikan masalah
yang mungkin timbul dalam pelayanan.
10. Ada mekanisme umpan balik yang relatif dari klien

Dalam upaya meningkatkan keberhasilan program Keluarga Berencana diperlukan petugas terlatih yang:

1. Mampu memberikan informasi kepada klien dengan sabar, penuh pengertian, dan peka
2. Mempunyai pengetahuan, sikap positif, dan ketrampilan teknis untuk member pelayanan dalam
bidang kesehatan reproduksi
3. Memenuhi standar pelayanan yang sudah ditentukan
4. Mempunyai kemampuan mengenal masalah
5. Mempunyai kemampuan mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi masalah
tersebut, termasuk kapan dan kemana merujuk jika diperlukan

6. Mempunyai kemampuan penilaian klinis yang baik

7. Mempunyai kemampuan memberi saran-saran untuk perbaikan program

8. Mempunyai pemantauan dan supervisi berkala

9. Pelayanan program Keluarga Berencana yang bermutu membutuhkan:

10. Pelatihan staf dalam bidang konseling, pemberian informasi dan ketrampilan teknis

11. Informasi yang lengkap dan akurat untuk klien agar mereka dapat memilih sendiri metode
kontrasepsi yang akan digunakan

12. Suasana lingkungan kerja di fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan yang bermutu, khususnya dalam kemampuan teknis dan interaksi
interpersonal antara petugas dan klien 13. Petugas dan klien mempunyai visi yang sama tentang
pelayanan yang bermutu

H. PENDEKATAN KB BERBASIS HAK

Strategi ini menggunakan pendekatan berbasis hak, yang artinya langkah-langkah strategis yang
dijelaskan di dalam dokumen ini bertujuan untuk memastikan terpenuhinya prinsip prinsip hak asasi
manusia sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dan informasi keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi yang dibutuhkannya untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan aman. Strategi
berbasis hak ini berlandaskan pada prinsip hak asasi manusia yang meliputi:

1. Hak terhadap akses ke informasi KB dan pelayanan dengan standar tertinggi

2. Keadilan dalam akses

3. Pendekatan sistem kesehatan yang dapat diterapkan di sektor pemerintah dan swasta:
a. Integrasi KB dalam kontinuum pelayanan kesehatan reproduksi

b. Standar etika dan professional dalam memberikan pelayanan keluarga berencana

4. Perencanaan program berbasis bukti

5. Transparansi dan akuntabilitas

6. Pelayanan yang sensitif gender

7. Sensitivitas budaya

8. Kemitraan

Empat tujuan strategis dalam Strategi KB Berbasis Hak meliputi:

Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan pelayanan KB merata dan berkualitas di sektor
pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga negara dapat memenuhi tujuan reproduksi
mereka.

Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi modern yang terpenuhi dengan
penggunaan yang berkelanjutan.

Tujuan strategis 3: Meningkatnya bimbingan dan pengelolaan di seluruh jenjang pelayanan serta
lingkungan yang mendukung untuk program KB yang efektif, adil, dan berkelanjutan pada sektor publik
dan swasta untuk memungkinkan semua pihak memenuhi tujuan-tujuan reproduksi mereka

Tujuan strategis 4: Berkembang dan diaplikasikannya inovasi dan bukti untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas program, dan berbagi pengalaman melalui kerjasama Selatan-Selatan.

ISU TERKAIT DENGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PROGRAM KELUARGA


BERENCANA

Kajian yang dilakukan oleh UNFPA pada tahun 2012 (UNFPA, 2012) menunjukkan banyak
tantangan yang dihadapi pemerintah kabupaten/kota dalam melaksanakan program keluarga berencana.
Tantangan-tantangan tersebut meliputi tidak tersedianya para petugas lapangan keluarga berencana
(PLKB/PKB), kurangnya kapasitas pengelola program, dan terbatasnya pendanaan untuk program
keluarga berencana.
Rendahnya kapasitas pengelola program keluarga berencana di tingkat kabupaten/kota telah diidentifikasi
sebagai tantangan utama, bahkan untuk kabupaten/kota yang memiliki Badan Kependudukan Keluarga
Berencana Daerah yang berfungsi penuh dan independen. Disamping itu, masalah penting lain yang
dihadapi oleh kabuipaten/kota adalah ketersediaan PLKB/PKB. Seorang PLKB/PKB sedianya
bertanggung jawab untuk mengelola sebanyak-banyaknya 2 desa. Namun, saat ini perbandingan
PLKB/PKB dengan jumlah desa yang ditanganinya sangat bervariasi dengan rasio yang sangat rendah di
sebagian besar kabupaten/kota, terutama di wilayah timur Indonesia, dimana rata-rata 1 orang PLKB/PKB
melayani 3,6 desa.

Kemampuan dan kapasitas Organisasi Perangkat Daerah KB (OPD KB) untuk memberikan
advokasi kepada para pembuat keputusan anggaran di kabupaten/kota, seperti Walikota/ Bupati, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga
masih terbatas, sebagaimana dilaporkan dalam hasil kajian. Tingginya pergantian staf dan perpindahan
posisi kerja ke tempat yang berbeda, latar belakang pendidikan yang tidak sesuai, dan kurangnya
pengalaman kerja dalam program keluarga berencana merupakan sebagian dari temuan-temuan utama
yang berulang kali ditemukan di banyak kabupaten/kota. Hal ini berkontribusi pada rendahnya alokasi
dana untuk program keluarga berencana.

JAMINAN KETERSEDIAAN KONTRASEPSI

Kajian yang dilaksanakan oleh BKKBN dan UNFPA di tahun 2013 menunjukkan beberapa isu dan
tantangan dalam manajemen logistik kontrasepsi sebagai berikut:

1. Metodologi perencanaan kebutuhan alokon yang berdasarkan target dan bukan berdasarkan
pemakaian yang sebenarnya menyebabkan terjadinya overestimasi pada perhitungan cakupan
program keluarga berencana.
2. Masalah distribusi alokon ke titik-titik tempat pelayanan. Kajian menemukan stock-out tinggi
(42%) di titik-titik tempat pelayanan.
3. Dalam konteks gudang dan penanganan komoditas keluarga berencana, banyak gudang yang
maih belum memenuhi standard.
4. Terbatasnya kapasitas gudang serta kurangnya pengalaman dan ketrampilan staf logistik
merupakan hal yang berkontribusi terhadap temuan di atas.
C. RANGKUMAN

Asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. I dengan menerapkan manajemen
kebidanan, maka penulis akan membahas serta membandingkan antara teori dan pelaksanaan teori dengan
kenyataan yang terjadi saat memberikan asuhan. Sewaktu melakukan kunjungan rumah, ibu mengaku
telah mendapatkan informasi tentang Keluarga Berencana dari petugas kesehatan dan sudah tau jenis,
keefektifan, keuntungan, efek samping dan cara pemakaian KB yang mungkin ibu gunakan sesuai dengan
keadaan ibu untuk menjarangkan anak. Ibu mengaku bahwa ia masih memberikan ASI kepada anaknya.
Pada tanggal 22 Mei 2018 Ny. I ingin memakai alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Ny. I lebih praktis
dan tidak mengganggu ASI dan ibu sudah mengetahui efek samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan.

Menurut Affandi (2013) suntik kombinasi merupakan suntik yang hormone sitetis estrogen dan
progesteron, keuntungan pada suntik ini yaitu sangat efektif, resiko terhadap kesehatan kecil, tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri, dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, tidak terganggu
pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.Pada tanggal 22 mei 2018 ibu mengatakan mengalami
kenaikan berat badan, aktivitasnya berkurang dan nafsu makannya bertambah. Penulis memberikan KIE
yaitu penjelasan sebab terjadinya penambahan berat badan bersifat sementara dan individu (tidak terjadi
pada semua pemakai suntikan, tergantung reaksi tubuh wanita terhadap metabolism progesterone). Dan
menganjurkan pasien untuk diet rendah kalori untuk akseptor yang mengalami kenaikan berat badan
dianjurkan olahraga yang teratur dan bila cara tersebut tidak berhasil dan berat badannya bertambah,
pemakaian kontrasepsi dihentikan dan ganti cara kontrasepsi yang lain.

Setelah diberikan suntik 3 bulan Ny. I akan diberikan kartu dan kunjungan ulang setelah 3 bulan
yang akan datang kembali. Meningkatkan kembali untuk tidak lupa tanggal penyuntikan kembali dengan
keadaan setelah haid dan belum melakukan campur dengan suami, jika ibu ada keluhan yang tidak
nyaman atau tidak mengerti anjuran kepada ibu untuk datang kemali ke rumah bersalin untuk
mendapatkan pelayanan atau informasi yang lebih lengkap.
D. LATIHAN

1. Seoarang wanita usia 23 tahun, menikah 1 bulan yang kemudian tiba ke klinik bersalin. Denagn
keluahn belum ingin mempunyai anak, suamia bekerja diluar kota dan akan memakai KB
kondom. Dari hasil anamnesa suami mempunyai riwayat ejakulasi dini. Apakah imbas samping
utama pada penggunaan KB tersebut?

a. Ekspulsi

b. Keputihan

c. Reaksi alergi

d. Infeksi akses uretra

Jawaban:c. Reaksi alergi

2. Seorang wanita usia 39 tahun tiba ke BPM menyampaikan ingin ber KB, anak pertamanya
berusia 8 bulan dan ibu masih menyusui. Hasil investigasi ibu perokok berat, haid tidak teratur,
TTV dalam batas normal, vulva vagina tidak ada kelainan.

Apakah laba penggunaan alat kontrasepsi pada kasus tesebut?

a. Mencegah hipertensi

b. Tidak mempengaruhi ASI

c. Mengentalkan lendir serviks

d. Menurunkan tekanan darah

Jawaban:b. Tidak mempengaruhi ASI

3. 3.Seorang wanita usia 27 tahun di BPM, post pemasangan KB IUD.

Nasihat bidan yang sempurna mengenai kapan melaksanakan korelasi seksual adalah?

a. IUD segera efektif

b. Dilakukan sesudah satu jam pemasangan

c. Dilakukan sesudah satu hari pemasangan


d. Dilakukan sesudah tiga hari pemasangan

Jawaban:a. IUD segera efektif

4. 4.Seorang wanita usia 38 tahun tiba ke RS ingin ber KB, ibu menyampaikan sudah mempunyai 5
anak, ibu tidak ingin hamil lagi, anak terakhir berusia 4 bulan dan menyusui eklusif. Hasil
investigasi didapat TTV dalam batas normal, tes laoratorium ibu mengidap diabetes militus.

Apakah alat kontrasepsi yang sempurna pada kasus diatas?

a. Pil progestin

b. IUD

c. Implan

d. Tubektomi

Jawaban: d. Tubektomi

5. 5.Seorang wanita usia 28 tahun, tiba ke BPM ingin ber KB, ibu menentukan KB diafragma.

Apakah gosip yang harus disampaikan oleh bidan pasca sumbangan layanan kontrasepsi diatas?

a. Alat harus berada 2 jam pasca korelasi seksual

b. Alat harus berada 3 jam pasca korelasi seksual

c. Alat harus berada 4 jam pasca korelasi seksual

d. Alat harus berada 6 jam pasca korelasi seksual

Jawaban: d. Alat harus berada 6 jam pasca korelasi seksual


PEMBELAJARAN

ASUHAN PELAYANAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI

A.PENDAHULUAN

1. Tujuan internasional khusus


Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan asuhan
pelayanan pada gamgguan system reproduksi.
2. Entry Behaviour.
Mengkaji dan memahami asuhan pelayanan pada gangguan system reproduksi.
3. Keterkaitan dengan Materi lain.
Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajarai tentang asuhan
pelayanan pada gangguan system reproduksi.
4. Pentingnya mempelajari asuhan pelayanan pada gangguan system reproduksi.
Agar kita bisa memahami apa itu asuhan pelayanan pada gangguan system reproduksi.
5. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran.
a. Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus dicapai.
b. Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu di klarifikasi atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut.
d. Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami hal-hal
yang penting.
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah di sediakan.
B. PENYAJI MATERI

A. Konsep Kesehatan Reproduksi

Kesehatan Reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi
dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan. Setiap orang harus mampu
memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu menurunkan
serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan apa pun, kapan, dan berapa sering untuk
memiliki keturunan. Setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya, termasuk
memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi sehingga dapat memilih cara
yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya, seperti pelayanan antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak dan kesehatan
remaja juga perlu dijamin (Harahap, 2003).

Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan adalah sebagai berikut (Harahap,
2003):

a. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir


b. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk
PMS-HIV/AIDS,
c. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi,
d. Kesehatan reproduksi remaja,
e. Pencegahan dan penanganan infertile,
f. Kanker pada usia lanjut,
g. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi
genital, fistula, dan lain-lain.

B. Batasan dan Gejala sindroma premenstruasi

Definisi Sindrom premenstruasi adalah kumpulan gejala tidak menyenangkan berupa


gejala fisik, emosional dan psikologis yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Biasa
muncul 7-14 hari sebelum haid.
Gejala tersebut akan menghilang setelah haid muncul beberapa hari (Nourjah, 2008 dalam
Nurmiaty dkk, 2011). Epidemiologi Sindrom premenstruasi biasanya dialami 63,1% remaja. Dari
75% yang mengeluhkan gejala sindrom premenstruasi, 30% di antaranya memerlukan
pengobatan (Nurmiaty dkk, 2011).

Gejala sindroma premenstruasi

Pre Menstruation Syndrom (PMS) meliputi gejala psikis dan fisik, yaitu (The American college
of Obstetricians and Gynecologist, 2015):

a. Gejala emosional: hormon estrogen dan progesterone menurun menjelang


menstruasi. Penurunan hormon ovarium juga mempengaruhi produksi hormon di
otak, sehingga kemungkinan akan mempengaruhi hormon yang mempengaruhi
mood atau emosi. Gejala emosional meliputi depresi, mudah marah, sensitif,
mudah menangis, cemas, bingung, gangguan konsentrasi dan insomnia.
b. Wanita merasa tubuhnya bertambah gemuk, hal ini dikarenakan peningkatan
estrogen sehingga menyebabkan retensi cairan sehingga badan terasa agak
bengkak.
c. Gejala fisik yang dialami seperti nyeri sendi dan otot, sakit kepala, cepat lelah,
perut kembung, nyeri payudara, jerawat, diare atau sembelit, kaki dan tangan
bengkak, gangguan klit, gangguan saluran cerna, nyeri perut.

Faktor risiko sindroma premenstruasi

Diet Faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda,
produk susu dan makanan olahan dapat memperberat gejala PMS (Rayburn, 2001).

Defisiensi zat gizi makro dan mikro

Defisiensi zat gizi makro (energi, protein) dan zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B (terutama
B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, mangan, asam lemak linoleat (Karyadi,
2007).
Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita yang telah
menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan
biasanya mempunyai kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada wanita yang tidak
menikah (Burman & Margolin dalam Haijiang Wang, 2005). Sebuah penelitian pada tahun 1994
yang berjudul Biological, Social and Behavioral Factors Associated with Premenstrual
Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah
menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami PMS (3,7%) dari pada
mereka yang tidak menikah (12,6%) (Deuster, 1999 dalam Maulana, 2008).

Usia

PMS semakin mengganggu dengan semakin bertambahnya usia, terutama antara usia 30-
45 tahun. Faktor resiko yang paling berhubungan dengan PMS adalah faktor peningkatan umur,
penelitian menemukan bahwa sebagian besar wanita yang mencari pengobatan PMS adalah
mereka yang berusia lebih dari 30 tahun (Cornforth, 2000 dalam Maulana). Walaupun ada fakta
yang mengungkapkan bahwa sebagian remaja mengalami gejala-gejala yang sama dan kekuatan
PMS yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua (Freeman, 2007 dalam
Maulana, 2008).

Stres

Stres dapat berasal dari internal maupun eksternal dalam diri wanita. Stres merupakan
predisposisi pada timbulnya beberapa penyakit, sehingga diperlukan kondisi fisik dan mental
yang baik untuk menghadapi dan mengatasi serangan stres tersebut. Stres mungkin memainkan
peran penting dalam tingkat kehebatan gejala premenstrual syndrome (PMS) (Mulyono dkk,
2001 dalam Maulana, 2008). Kebiasaan merokok dan minum alkohol Kebiasaan merokok dan
meminum alkohol dapat memperburuk keadaan atau gejala yang ditimbulkan pada masa pre
menstruation syndrome.
Kurang berolah raga

Kurang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik turut memberikan kontribusi dalam
memperberat gejala PMS. Tipe dan jenis-jenis sindroma premenstruasi Tipe PMS bermacam-
macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA,
AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C, dan D. Sebanyak 80% gangguan
PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar 60%, PMS C sebanyak 40%, dan PMS D
sejumlah 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan
D secara bersamaan. Tipe-tipe PMS adalah sebagai berikut:

PMS tipe A (anxiety)

PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang,
perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum
mendapat haid. Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterone
dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian
hormon progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti
mengatakan, pada penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita
PMS A sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan membatasi minum kopi.

PMS tipe H (hyperhydration)

PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema (pembengkakan), perut kembung,


nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.
Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain. Pembengkakan itu terjadi
akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau
gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air
dan natrium pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala
ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi
minum sehari-hari.
PMS tipe C (craving)

PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada umumnya
sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia
seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang kadang-kadang sampai pingsan.
Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin
menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak
terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium.

PMS Tipe D (depression)

PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan
kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya PMS tipe D
berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari seluruh tipe PMS benar-benar
murni tipe D. PMS tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron dan
estrogen, di mana hormon progesteron dalam siklus haid terlalu tinggi dibandingkan dengan
hormon estrogennya. Kombinasi PMS tipe D dan tipe A dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan penyimpanan timbal di tubuh, atau
kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang
mengandung vitamin B6 dan magnesium dapat membantu mengatasi gangguan PMS tipe D yang
terjadi bersamaan dengan PMS tipe A.

Pencegahan sindroma premenstruasi Sebagai upaya untuk mencegah sindroma premenstruasi,


maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut (Nurmiaty dkk., 2011):

a. hindari pola makan kurang sehat, termasuk jajanan yang manis (kue, coklat),
b. hindari asupan makanan tinggi lemak, karbohidrat dan natrium, serta rendah
kalsium,
c. hindari kegemukan,
d. hindari stress,
e. tingkatkan konsumsi buah dan sayur, jangan makanan dengan karbohidrat
sederhana (makanan yang manis-manis),
f. tingkatkan konsumsi mineral seperti magnesium,
g. tingkatkan konsumsi vitamin D,
h. regulasi emosi,
i. catat jadwal siklus haid anda serta kenali gejala pms-nya,
j. perhatikan pula apakah anda sudah dapat mengatasi pms pada siklussiklus datang
bulan berikutnya.

B. INFEKSI MENULAR SEKSUAL DAN HIV/AIDS

Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Infeksi
menular seksual adalah segolongan penyakit infeksi yang terutama ditularkan melalui kontak
seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa. atau
ektoparasit. Peningkatan insidens IMS tidak terlepas kaitannya dengan perubahan perilaku
berisiko tinggi, yaitu perilaku yang menyebabkan seseorang mempunyai risiko besar terserang
IMS. Orang yang termasuk ke dalam kelompok risiko tinggi yaitu usia 20-34 tahun (pria),
pelancong, pekerja seksual komersil (PSK), pecandu narkotika dan homoseksual.Kegagalan
dalam mendiagnosis dan terapi akan menyebabkan komplikasi atau sekuele, misalnva infertilitas,
gangguan kehamilan berupa kecacatan pada bayi, infeksi neonatal, kanker, bahkan kematian.

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terjadi terutama melalui hubungan seksual.
Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genitor-genital saja, tetapi dapat juga secara
oro-genital atau anogenital, sehingga kelainan ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja,
tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit kelamin tidak berarti bahwa semua
harus melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa dapat juga ditularkan melalui kontak langsung
dengan alat-alat, handuk, thermometer, dan sebagainya. Selain itu, penyakit kelamin ini juga
dapat menular kepada bayi dalam kandungan. Pada waktu dahulu penyakit kelamin dikenal
sebagai Venereal Diseases (VD) yang berasal dari kata venus (dewi cinta). Penyakit yang
termasuk dalam Venereal Diseases ini adalah sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venereum, dan granuloma inguinale (Admosuharto, 1993).
Dewasa ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul akibat hubungan seksual.
Oleh karena itu, istilah VD makin lama makin ditinggalkan dan diperkenalkan istilah Sexually
Transmitted Diseases (STD) yang berarti penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan kelamin. Yang termasuk STD adalah kelima penyakit VD ditambah berbagai penyakit
lain yang tidak termasuk VD. Istilah STD diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi
Penyakit Menular Seksual (PMS), ada pula yang menyebut Penyakit Hubungan Seksual (PHS).
Oleh karena PMS sebagian besar disebabkan oleh infeksi, maka kemudian istilah PMS diganti
menjadi Sexually Transmitted Infection (STI) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) (Muninjaya,
1997).

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan gejala penyakit
infeksi opportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selain itu, AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang mengakibatkan rusaknya/menurunnya sistem
kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit. AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit saja,
tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis
mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat
menurunnya daya tahan tubuh penderita (Admosuharto, 1993)

Penularan virus ini dapat melalui hubungan seksual, transfusi darah, perinatal dan lain-
lain. Dari hasil penelitian ditemukan virus HIV pada darah, produk darah, semen, sekret vagina,
air liur dan air mata. Apabila HIV ini masuk ke dalam peredaran darah seseorang, maka HIV
tersebut menyerap sel-sel darah putih. Sel-sel darah putih ini adalah bagian dari sistem kekebalan
tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. HIV secara berangsur-angsur
merusak sel darah putih hingga tidak bisa berfungsi dengan baik (Admosuharto, 1993).

Jenis-jenis Infeksi Menular Seksual Jenis-Jenis infeksi menular seksua adalah sebagai
berikut (Depkes RI, 1997):
Infeksi Genital Nonspesifik

Infeksi Genital Nonspesifik (IGNS) atau Nonspecific Genital Infection (NSGI) adalah
penyakit menular seksual berupa peradangan di uretra, rectum, atau serviks yang disebabkan
oleh kuman non spesifik. Kuman nonspesifik adalah kuman yang dengan fasilitas laboratorium
sederhana/biasa tidak dapat ditemukan seketika. Kurang lebih 75% telah diselidiki penyebab
IGNS dan diduga penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum dan
Mycoplasma hominis, Gardnerella vaginalis, Alergi dan Bakteri.

Gejala klinis pada pria biasanya ringan, timbul setelah 1-3 minggu kontak seksual. Gejala
berupa disuria ringan, perasaan tidak enak di uretra, sering kencing, dan keluar duh tubuh
seropurulen (tidak selalu). Komplikasi dapat berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis, dan
striktururetra. Pada umumnya wanita tidak menunjukkan gejala (asimtomatis). Sebagian kecil
dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah
pelvis, dan disparenia. Komplikasi dapat berupa Bartholinitis, salpingitis, dan sistitis.

Gonore (Kencing nanah)

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tertinggi di antara penyakit
IMS yang lain. Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah (pus) dari
orifisium uretra eksternum (muara uretra eksterna) sesudah melakukan hubungan seksual.
Sebutan lain penyakit ini adalah kencing nanah. Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan
menyerang selaput lendir, mucus, mata, anus dan beberapa organ tubuh lainnya. Bakteri yang
membawa penyakit ini adalah Neisseria Gonorrhoeae.

Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genilatia. Penderita pria gejala yang didapatkan yaitu rasa nyeri dan panas pada
saat kencing, keluarnya nanah (pus) kental berwarna putih susu atau kuning kehijauan, ujung
penis agak merah dan bengkak (radang uretra). Infeksi pertama pada wanita dapat berupa
uretritis atau servisitis. Pada wanita dapat timbul fluor albus (keputihan kental berwarna
kekuningan), rasa nyeri di rongga panggul, dan dapat pula tanpa gejala.
Komplikasi secara sistemik (diseminata) pada pria dan wanita dapat berupa artritis
(radang sendi), miokarditis (radang lapisan miokardium jantung), endokarditis (radang lapisan
endokardium jantung), perikarditis (radang perkardium), meningitis (radang selaput otak), dan
dermatitis.

Sifilis

Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan karena
merupakan penyakit berat. Hampir semua alat tubuh dapat diserang. Selain itu, wanita hamil
yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis
kongenital. Penyakit ini disebut raja singa dan ditularkan melalui hubungan seksual atau
penggunan barang-barang dari seseorang yang tertular misalnya seperti baju, handuk dan jarum
suntik. Penyebab timbulnya penyakit ini adanya kuman Treponema pallidum, kuman ini
menyerang organ penting tubuh lainya seperti selaput lendir, anus, bibir, lidah dan mulut.

Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak
langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Gejala klinis Sifilis
dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Secara klinis, sifilis akuisita dibagi
menjadi 3 stadium, yaitu:

a. Sifilis primer. Bentuk kelainan berupa erosi yang selanjutnya menjadi ulkus
durum (ulkus keras).
b. Sifilis sekunder. Dapat berbentuk roseola, kondiloma lata, sifilis bentuk varisela,
atau bentuk plak mukosa dan alopesia.
c. Sifilis tersier. Bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat-alat dalam dan
kardiovaskular, serta neurosifilis. Limfogranuloma Venereum Limfogranuloma
venereum adalah penyakit kelamin yang menyerang sistem pembuluh dan
kelenjar limfe tertentu pada daerah genito-inguinal dan genito-rektal. Penyakit ini
disebut juga limfopatiavenereum yang dilukiskan pertama kali oleh Nicolas,
Durand, dan Favre pada tahun 1913, oleh karena itu disebut penyakit Nicolas-
Favre.
Penyebab limfogranuloma venereum adalah Chlamydia trachomatis. Gejala konstitusi
timbul sebelum penyakitnya mulai dan biasanya menetap selama sindrom inguinal. Gejala
konstitusi ini berupa malaise (lemah), nyeri kepala, artralgia (sakit pada sendi), anoreksia
(kurang nafsu makan), nausea (mual), dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah
bening inguinal medial dengan tanda-tanda radang. Penyakit dapat berlanjut memberi gejala-
gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan fistulasi.

Ulcus Mole

Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada alat kelamin yang akut dan setempat berupa
ulkus yang nyeri di daerah kemaluan. Penyakit ini mempunyai nama lain yaitu chancroid dan
soft chancre. Ulkus mole disebabkan oleh Haemophilus ducreyi (Streptobacillus ducreyi).Gejala
klinis penyakit ini dimulai dengan papula yang berkembang menjadi ulkus dangkal, tepi merah,
dasarnya kotor, sekitar koreng, edema, dan mudah berdarah disertai rasa sakit pada penekanan.

Granuloma Inguinale

Granuloma inguinale adalah penyakit yang timbul akibat proses granulomatosa pada
daerah anogenital dan inguinal. Daya penularan penyakit ini rendah, bersifat kronik, progresif,
mengenai genital dan kulit di sekitarnya, dn kadang-kadang sistem limfatik. Nama lain penyakit
ini adalah Sclerosing granuloma, granulomatosis, granulo venereum, granuloma Donovani, dan
donovanosis.

Granuloma inguinale disebabkan oleh Donovania granulomatis (Calymmatobacterium


granulomatosis). Perjalanan penyakit mencakup keluhan utama dan keluhan tambahan. Mula-
mula timbul lesi berbentuk papula atau vesikel yang berwarna merah dan tidak nyeri, perlahan-
lahan mengalami ulserasi menjadi ulkus granulomatosa yang bulat dan mudah berdarah,
mengeluarkan sekret yang berbau amis.
Komplikasi Infeksi Menular Seksual

Bila IMS dapat didiagnosis secara dini dan mendapatkan terapi yang adekuat biasanya
tidak terjadi komplikasi. Komplikasi infeksi menular seksual pada masing-masing jenis IMS
dapat berupa (Depkes RI, 1997):

Infeksi Genital Nonspesifik

Komplikasi dan gejala sisa berupa salpingitis dengan risiko infertilitas, kehamilan diluar
kandungan atau nyeri pelvis kronis. Komplikasi dan gejala sisa mungkin terjadi dari infeksi
uretra pada pria berupa epididimitis, infertilitas dan sindroma Reiter. Pada pria homoseksual,
hubungan seks anorektal bisa menyebabkan proktitis klamidia.

Gonore (Kencing nanah)

Komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia.
Komplikasi lokal pada pria dapat berupa tisonitis, parauretritis, littritis, dan cowperitis. Selain itu
dapat pula terjadi prostatitis, vesikulitis, funikulitis, epididimitis yang dapat menimbulkan
infertilitas. Sementara pada wanita dapat terjadi servisitis gonore yang dapat menimbulkan
komplikasi salpingitis ataupun penyakit radang panggul dan radang tuba yang dapat
mengakibatkan infertilitas atau kehamilan ektopik. Dapat pula terjadi komplikasi diseminata
seperti artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis, meningitis dan dermatitis. Infeksi gonore
pada mata dapat menyebabkan konjungtivitis hingga kebutaan.

Sifilis

Sifilis stadium lanjut yang dapat menyebakan neurosifilis, sifilis kardiovaskuler, dan
sifilis benigna lanjut menyebabkan kematian bila menyerang otak.

Komplikasi IMS yang dapat mempengaruhi gangguan transport dan produksi sperma
adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1997):
Prostatitis Infeksi jaringan glandular prostat dapat terjadi akibat perluasan uretritis
posterior, dan vesikulitis.Pada vesikula seminalis, infiltrasi jaringan lunak akan berkembang
menjadi striktura dan dapat mengakibatkan gangguan ejakulasi. Resolusi tidak sempurna proses
inflamasi akut dapat menyebabkan radang vesikula seminalis kronis, dan menyebabkan skar
pada vesikula seminalis yang dapat mempengaruhi kualitas semen, atau bahkan azoospermia
yang disebabkan skar pada duktus ejakulatorius.

Epididymitis

Komplikasi yang paling sering menyebabkan infertilitas pada IMS adalah epididymitis.
Epididymitis terjadi melalui penyebaran retrograde dari uretraposterior melalui vas deferens,
biasanya unilateral tetapi dapat juga terjadi bilateral. Bila terjadi inflamasi, epididymis dapat
mengakibatkan obstruksi yang mempengaruhi transport. Selain itu dapat juga mempengaruhi
kualitas semen dengan menstimulasi produksi antilbodi antisperma, berupa sitokin dansoluble
receptor. Epididymis mensintesis sejumlah enzim antioksidan yang mempunyai kemampuan
proteksi spermatozoa dari serangan oksidatif selama penyimpanan. Analisis semen menunjukkan
bahwa pada pria fertil memiliki kapasitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
infertil. Hal ini menunjukkan pengaruh kapasitas antioksidan berperan dalam kelainan
infertilitas.

Orchitis

Epididymitis yang tidak diobati dapat menyebar ke testis yang berdekat dan
menyebabkan epididymoorchitis.

Perilaku yang memudahkan seseorang untuk tertular IMS, yaitu:

a. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari satu


pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal/PSK.
b. Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lainnya.
c. Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunyai keluhan IMS dan
tidak memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut.
d. Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pasangan
yang berisiko. Faktor biologi yang memudahkan penularan IMS adalah
sebagai berikut:
a. Umur. Wanita muda mempunyai mukosa vagina dan jaringan serviks yang mudah
terinfeksi.
b. Jenis kelamin. Wanita lebih mudah tertular daripada laki-laki, karena permukaan alat
kelamin (vagina) yang lebih luas. Namun banyak penderita wanita yang mempunyai
gejala ringan, sehingga hanya sebagian kecil saja yang datang berobat.
c. Pengaruh khitan. Laki-laki yang tidak dikhitan lebih mudah terinfeksi daripada yang
dikhitan. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual

Prinsip umum pengendalian IMS tujuan utamanya adalah memutuskan rantai penularan
infeksi IMS, mencegah berkembangnya IMS dan komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui
(Media Litbangkes):

a. Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan


masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi.
b. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku
risiko tinggi.
c. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjuran untuk
mencari pengobatan yang tepat.
d. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik
untuk yang simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan seksualnya.
Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan
Penyehatan Lingkungan (PPM & PL) Departemen Kesehatan RI, tindakan
pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti (Abdnego;
Depkes RI, 1998):
a. Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks yang
sehat, pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan
monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.
b. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS
pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan
penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara
penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
c. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan
pengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini dan
tentang gejala-gejala IMS dan cara-cara penyebarannya. Sampai saat ini,
penyakit kelamin merupakan penyakit yang sulit ditanggulangi, karena dalam
penanggulangannya ada beberapa segi yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
a. Segi medis
b. Segi epidemiologik
c. Segi sosial, ekonomi, dan budaya

Ditinjau dari segi medis, penanggulangan IMS secara komprehensif harus mencakup
(Muninjaya, 1997):

a. Diagnosis yang tepat


b. Pengobatan yang efektif
c. Konseling kepada pasien, dalam rangka memberikan KIE (komunikasi, informasi,
dan edukasi), mengenai penyakitnya, pentingnya mematuhi pengobatan, upaya
pencegahan penularan, dan sebagainya.
d. Penanganan pasangan seksualnya.

Segi-segi lain dalam penanggulangan IMS ini saling berkaitan, sehingga harus dilakukan
dengan kerja sama secara lintas sektoral. Kegagalan diagnosis dan terapi IMS dapat
menyebabkan komplikasi dan sekuele berupa infertilitas, gangguan kehamilan, infeksi neonatal,
kanker, dan kematian. Dalam upaya penanggulangan PMS, ditemukan berbagai tantangan
sebagai berikut (Muninjaya, 1997):

a. Sulitnya merubah perilaku seksual. Perilaku seksual sangat pribadi dan


mendasari kehidupan sehari-hari, serta dipengaruhi oleh faktor budaya dan
agama. Untuk mengubah perilaku, bahkan membicarakannya secara terbuka
tidaklah mudah.
b. Pembahasan masalah seksual masih sering dianggap tabu. Hal tersebut
menyulitkan dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang
pencegahan IMS, pengenalan dini dan pengobatannya, karena malu atau
menimbulkan aib keluarga.
c. Pengidap IMS, banyak yang tanpa gejala atau gejalanya ringan, sehingga
mereka tidak menyadari bahwa menderita IMS dan tidak datang berobat.
d. Pengobatan tidak selalu mudah dan efektif. Dewasa ini sering ditemukan
kasus yang resisten terhadap pengobatan, misalnya gonore dan ulkusmolle.
Untuk itu, diperlukan obat lain sebagai pengganti, yang biasanya mahal.
Selain itu, IMS yang disebabkan oleh virus, seperti HIV/AIDS dan herpes,
belum ditemukan obatnya.

Menyadari bahaya penyebaran IMS dan tantangan yang dihadapi tersebut, maka upaya
yang dilakukan sebagai berikut (Admosuharto, 1993):

a. Deteksi dan pengobatan dini yang efektif.


b. Pendidikan dan komunikasi.
c. Promosi penggunaan kondom pada mereka yang berisiko.
d. Mengobati kasus IMS dan pasangannya.
e. Perhatian khusus pada perilaku berisiko tinggi. Pasien dianggap berisiko bila mempunyai
satu atau lebih hal-hal sebagai berikut:
a. Pria:
1. Pasangan seksualnya lebih dari satu dalam satu bulan terakhir.
2. Berhubungan seksual dengan pekerja seks pria atau wanita dalam satu bulan terakhir.
3. Menderita PMS satu kali atau lebih dalam setahun terakhir.
4. Pekerjaan pasangan seksualnya berisiko tinggi terhadap penularan
b. Wanita:
1. Pasangan seksualnya menderita PMS.
2. Suami atau pasangan seksualnya atau dirinya mempunyai pasangan seksual lebih dari
satu dalam sebulan terakhir.
3. Menderita PMS satu kali atau lebih dalam setahun terakhir. Pekerjaan pasangan seksual
berisiko tinggi terhadap penularan.

Penatalaksanaan pelayanan penanggulangan IMS melalui pelayanan KIA adalah sebagai


berikut (Depkes RI, 1989):

a. Semua ibu/WUS (wanita usia subur) yang datang ke pelayanan KIA di puskesmas untuk
berbagai keperluan (KIA/KB) dianamnesis tentang kemungkinan adanya keluhan PMS.
b. Semua ibu/WUS mendapatkan pemeriksaan lanjutan untuk IMS.
c. Semua ibu/WUS dengan hasil anamnesis positif dan negatif selanjutnya mendapat
pemeriksaan fisik. Bila hasilnya positif, maka penderita mendapat pengobatan sesuai
dengan pedoman pengobatan pada pendekatan sindrom. Bila hasil pemeriksaan negatif,
maka tidak dilakukan tindakan lebih lanjut, kecuali penjelasan kepada ibu/WUS tentang
hasil pemeriksaan dan cara mencegah IMS.
d. Pengobatan kepada penderita IMS diberikan sesuai dengan standar. Pasien diminta untuk:
1. Minum obat sesuai dengan petunjuk

2. Tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan

3. Mengajak pasangan seksualnya untuk memeriksakan diri ke puskesmas (KIA/BP)

4. Kunjungan ulang dalam 7 hari atau setelah obat habis.

e. Penderita yang datang untuk kunjungan ulang mendapatkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik ulang untuk menilai perkembangan penyakit. Bila penderita telah sembuh maka
perlu dinilai keadaan pasangan seksualnya. Bila pasangan tidak datang untuk diperiksa,
maka penderita masih mempunyai potensi untuk tertular lagi. Hal ini perlu dijelaskan
kepada penderita agar infeksi ulang dapat dicegah. Bila penderita belum sembuh, ia perlu
dirujuk ke dokter/rumah sakit.
f. Penderita yang tidak melakukan kunjungan ulang dicatat nama dan alamatnya olah bidan,
yang selanjutnya diberikan kepada petugas surveilans puskesmas, dengan sepengetahuan
Dokter Puskesmas. Selanjutnya dilakukan kunjungan rumah untuk memonitor
perkembangan penyakit dan memotivasi pasangannya agar mau memeriksakan diri.
g. Pasangan seksual penderita IMS yang memenuhi anjuran untuk memeriksakan diri dapat
diperiksa di BP atau di KIA.

Selanjutnya pasangan mendapat perlakuan yang sama seperti tersebut pada nomor 2-5 di
atas. Bila pasangan tidak datang, maka nama dan alamat penderita diberikan oleh bidan kepada
petugas surveilans puskesmas, dengan sepengetahuan dokter puskesmas. untuk selanjutnya
dikunjungi guna memotivasi pasangan penderita agar mau berobat. Bila setelah 3 hari sejak
kunjungan pertama oleh petugas surveilans ternyata pasangan belum datang berobat, maka
dilakukan kunjungan kedua. Bila setelah kunjungan kedua ternyata pasangan penderita tetap
tidak mau berobat, maka upaya tidak dilanjutkan (Depkes RI, 1989).

Faktor Risiko dan Permasalahan HIV dan AIDS

Faktor risiko yang berhubungan dengan HIV dan AIDS adalah sebagai berikut
(Muninjaya, 1997):

Tenaga medis dan paramedis yang menggunakan injeksi (suntikan)

Cara penularan HIV yang sangat efisien yaitu dengan menggunakan kembali atau
memakai jarum atau semprit secara bergantian. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan
dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap Kewaspadaan
Universal (Universal Precautions).

Penyalahgunaan narkoba

Penyalahgunaan narkoba akan berisiko terkena AIDS apabila menggunakan jarum bekas
penderita AIDS. Risiko penularan dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba
suntikan dengan penggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau dengan melakukan
sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali.

Pekerja seks komersial

HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi, Risiko infeksi melalui
seks vaginal umumnya tinggi. Seseorang dengan infeksi menular seksual (IMS) yang tidak
diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh)
memiliki rata-rata 6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit HIV
selama hubungan seksual. Penularan HIV melalui seks oral dipandang sebagai kegiatan yang
rendah risiko. Risiko dapat meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika
ejakulasi terjadi di dalam mulut.

Homoseksual

Penularan HIV melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih tinggi dari seks
vaginal.

Umur

Umur 20–34 tahun (laki-laki), 16–24 tahun (perempuan), 20-24 tahun (kedua jenis kelamin)
adalah umur berisiko untu tertular HIV/AIDS.

Peningkatan kasus AIDS pada usia muda lebih banyak dikarenakan heteroseksual atau
bergonta-ganti pasangan, homoseksual, pemakaian jarum suntik secara bergantian (IDU), dan
ibu berusia muda yang sedang hamil yang mengidap AIDS yang menyebabkan penularan
terhadap bayi yang dikandungnya. Permasalahan yang timbul berhubungan dengan HIV dan
AIDS antara lain:

a. Belum ada obat yang efektif membunuh HIV Obat HIV memang belum ada.
Namun, dalam kajian farmakologi (ilmu yang mengkaji obat-obatan) ada
mekanisme pencegahan kerja virus HIV. Belum ada obat yang benar-benar dapat
menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya
menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan.
b. Dapat berlanjut menjadi kanker Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor.Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
c. Angka kematian tinggi

Upaya Preventif terjadinya HIV dan AIDS ditingkat Keluarga dan Masyarakat
Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV seperti
yang sudah dikemukakan. Ada beberapa cara pencegahan HIV dan AIDS, yaitu (Media
Litbangkes):

a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama terjadi


melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu difokuskan pada
hubungan seksual. Oleh karena itu perlu dilakukan penyuluhan agar orang
berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu hanya mengadakan
hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri sendiri), kalau salah
seorang pasangan anda sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan
seksual perlu dipergunakan kondom secara benar, mempertebal iman agar tidak
terjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
b. Pencegahan penularan melalui darah dapat berupa pencegahan dengan cara
memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang dipakai untuk transfusi
tidak tercemar virus HIV, jangan menerima donor darah dari orang yang berisiko
tinggi tertular AIDS, gunakan alat-alat kesehatan seperti jarum suntik, alat cukur,
alat tusuk untuk tindik yang bersih dan suci hama.
c. Pencegahan penularan dari ibu-Anak (perinatal). Ibu-ibu yang ternyata mengidap
virus HIV dan AIDS disarankan untuk tidak hamil.

Selain dari berbagai cara pencegahan yang telah diuraikan diatas, ada beberapa
cara pencegahan lain yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mencegah
penularan atau penyebaran HIV dan AIDS. Kegiatan tersebut berupa kegiatan
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang dalam implementasinya berupa: konseling
AIDS dan upaya mempromosikan kondomisasi, yang ditujukan kepada keluarga dan
seluruh masyarakat yang potensial tertular HIV dan AIDS melalui hubungan seksual
yang dilakukannya. Dengan cara ini keluarga dan masyarakat secara terus menerus akan
mendapat informasi yang baru (up to date) tentang HIV dan AIDS sehingga keluarga
akan lebih waspada dan mampu mengembangkan langkah–langkah praktis untuk
melindungi anggota keluarganya dari penularan HIV serta untuk mengurangi tumbuhnya
sikap yang menganggap bahwa keluarganya sendiri tidak mungkin akan terinfeksi oleh
virus AIDS ini (Unesco & Unaids, 2002).
Upaya preventif HIV dan AIDS dalam keluarga antara lain sebagai berikut
(Abednego, 1998):

a. Keluarga harus mengerti tentang sosiologi anak, sebelum menjelaskan mengenai


perilaku yang menyimpang kepada anak-anak mereka.
b. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak
perempuan dalam menjelaskan mengenai cara berperilaku yang baik.
c. c.Meyakinkan kepada anak-anak bahwa teman-teman mereka adalah teman yang
baik.
d. d.Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan
mereka dengan berbagai aktivitas.
e. e.Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu
merupakan sesuatu yang paling berharga.

f.Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak. Upaya-upaya preventif HIV dan
AIDS yang dapat dilakukan ditingkat masyarakat adalah sebagai berikut (Abdnego, 1998):

a. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan masyarakat, khususnya


dikalangan generasi muda, terhadap nilai-nilai luhur agama, sehingga mereka
tergugah untuk mengamalkannya secara utuh.
b. Mengembalikan fungsi keluarga secara utuh dan sungguh-sungguh, dengan
menanamkan nilai-nilai agama, memberikan kasih sayang, pendidikan,
perlindungan, prestise, dan kedamaian di dalam keluarga.
c. Mencegah sedini mungkin timbulnya pergaulan bebas, dan terjadinya hubungan
seksual di luar perkawinan (zina), baik bagi mereka yang sudah menikah maupun
yang belum.
d. Penghapusan prostitusi harus dilakukan secara tuntas dan menyeluruh.
e. Mengaktifkan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan bahasa dan pendekatan
agamis serta pendekatan persuasif dan humanis, bukan menghakimi dan
memvonis.
f. Menciptakan kondisi yang kondusif, antara lain dengan mengajak seluruh anggota
masyarakat agar secara bersama-sama memperkuat benteng keluarga masing-
masing.
g. Membimbing para penderita HIV dan AIDS agar berpandangan optimis dan
positif Dalam menatap kehidupan. Menyakinkan mereka bahwa hidup ini belum
berakhir dan mereka pun masih punya banyak kesempatan melakukan amal
shaleh dan amal jariyah sebanyakbanyaknya.

C.RANGKUMAN

Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah sekitar 22%
yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan. Masa remaja, yakni usia
antara usia 11 – 20 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan
sering disebut masa peralihan. Memasuki masa remaja yang ditandai dengan perubahan fisik
primer maupun sekunder, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang memerlukan
penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Kematangan seksual dan
terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja.
Keterbatasan akses dan informasi yang kurang tepat mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi bagi remaja di Indonesia dapat berdampak negative dalam kehidupannya, misalnya
banyaknya kasus free seks, KTD, aborsi remaja, dan lainlain. Bila remaja dibekali pengetahuan
kesehatan reproduksi yang komprehensif, maka remaja dapat lebih bertanggung jawab dalam
berbuat dan mengambil keputusan sehubungan dengan kesehatan reproduksinya. Peran keluarga,
sekolah, lingkungan maupun dinas terkait sangat penting agar tercipta generasi remaja yang
berkualitas.
D. LATIHAN

1. Peristiwa pelepasan ovum dari ovarium disebut . . . .

a. menstruasi

b. fertilisasi

c. ovipar

d. ovulasi

Jawaban : D

2. Di dalam penis terdapat saluran yang disebut uretra. Saluran ini berfungsi
untuk . . . .

a. saluran sperma dan urine

b. penghasil sperma dan hormon

c. penghasil sperma dan urine

d. saluran sperma dari testis ke kantong sperma

Jawaban : A

3. Masa pubertas ditandai dengan dihasilkan dan dikeluarkannya . . . .

a. sperma oleh pria atau sel telur oleh wanita

b. testosteron oleh testis dan estrogen oleh ovarium

c. testosteron dan FSH

d. FSH dan LH

Jawaban : A

4. Penghubung antara ibu dan embrio adalah . . . .

a. plasenta

b. amnion

c. khorion

d. yolk
Jawaban : A

5. 5.Selain menghasilkan sel sperma, testis juga berfungsi sebagai tempat


pembentukan hormon ….

a. insulin

b. estrogen

c. progesteron

d. testesteron

Jawaban : D
DAFTAR PUSTAKA

2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI. 2017. Asuhan Bayi Baru Lahir Dan

Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Dengan Asfiksia. Jakarta: JNPK

Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Handayani, 2010, Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:

Pustaka Rihama
BAHAN AJAR
MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL,
PENGUKURAN KUALITAS MUTU DAN ASUHAN, EVIDANCE BASED
TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN, DAN ROLE MODEL DALAM
ASUHAN KEBIDANAN

Disusun oleh :

 Dhe putri juniawati (NPM:22270006)


 Kurnia Dwi Solifandari (NPM:22270016)
 Selvia juwita (NPM:22270047)
 Defha pella seotha (NPM:22270023)

DOSEN PEMBIMBING : TAUFIANIE ROSSITA,SST,MKM

PRODI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
BAHAN AJAR
MODEL PRAKTIK DALAM , EVIDANCE BASED, DAN ROLE MODEL
DALAM ASUHAN KEBIDANAN

A. PENDAHULUAN

Model adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka kerja
seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Model praktik bidan memiliki 4 unsur :
1. Primary care
2. Continuity of care
3. Collaborative care
4. Partnership
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah
sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan
adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas
pada klien. Kualitas jasa adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada
pelanggan.
Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka Evidence berarti bukti atau
fakta sedangakan Based berarti dasar,jadi Evidance Based adalah proses sistematis untuk
mencari,menilai,dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan klinis. Model asuhan kebidanan didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan
dan persalinan merupakan episode yang normal dalam siklus kehidupan wanita.Model
kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan
kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam
pelaksanaan askeb.
B. PENYAJI MATERI

1. MODEL PRAKTIK DALAM KONTEKS NASIONAL DAN GLOBAL


Model adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka
kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Sedangkan Konseptual
model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin.
Model konseptual kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan
saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio sesaria pada persalinan.
Model praktik bidan memiliki 4 unsur :
a. Primary care
b. Continuity of care
c. Collaborative care
d. Partnership
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk
membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti
kesehatan.tujuannya adalah sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan
tindakan.

2. PENGUKURAN KUALITAS DAN MUTU ASUHAN

Asuhan atau pelayanan kebidanan bermutu adalah asuhan yang dapat


memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-
rata penduduk dan diselenggarakan sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan. Kode etik dan standar pelayanan profesi, pada dasarnya
merupakan kesepakatan di antara kalangan profesi sehingga wajib digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan setiap kegiatan profesi.
Pada umumnya, mutu asuhan terfokus pada konsep layanan kesehatan
memiliki tiga landasan utama yaitu mutu, akses, dan biaya. Satu sama lain saling
bergantung dan masing-masing dapat berdampak pada yang lain, mutu berdampak
lebih kuat pada dua landasan lainnya. Mutu dapat dicapai jika layanan yang
terjangkau dapat diberikan dengan cara yang pantas, efisien, dan hemat biaya.
Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa, dalam
menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa dimana
ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan
komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya
setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerja sama dalam
memberikan pelayanan.
Salah satu dilema bidan di masyarakat yaitu kesulitan untuk memutuskan
tindakan yang tepat untuk menolong persalinan dengan resiko tinggi yang seharusnya
ditolong oleh dokter, dikarenakan pihak dari keluarga klien tidak mau dirujuk dengan
berbagai alasan sehingga tenaga kesehatan khususnya bidan kesulitan dalam
mengambil keputusan dalam bertindak sehingga menimbulkan dilema dalam
mengambil keputusan sesuai prosedur ataukah kenyataan di lapangan.
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan
panduan dalam memberikan asuhan.Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada promosi persalinan normal, pencegahan penyakit,
pencegahan cacat pada ibu dan bayi, promosi kesehatan yang bersifat holistik,
diberikan dengan cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli, bimbingan, monitor
dan pendidikan berpusat pada perempuan.
Mutu pelayanan kebidanan adalah tingkat kesempurnaan dan standar
yang telah di tetapkan dalam memberikan pelayanan kebidanan untuk mengurangi
tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan menunjukan pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Kualitas jasa
adalah bagian terpenting dalam memberi kepuasan kepada pelanggan.
Pelayanan kebidanan dibawah naungan organisai profesi juga terus berusaha
meningkatkan kualitas pelayanan. Kepuasan pasien dan kepercayaan pasien
terhadap suatu organisasi sebenarnya sangat memegang peranan penting dalam
persaingan disegmen pasar karena pasien/klien sebagai pelanggan merupakan alat
promosi yang paling efektif dan akurat untuk menarik perhatian pelanggan
lainnya dengan cara memberi informasi kepada orang lain.

3. EVIDENCE BASED TERKAIT ASUHAN KEBIDANAN


a. Pengertian Evidence Based
Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka Evidence berarti bukti atau
fakta sedangakan Based berarti dasar,jadi Evidance Based adalah proses
sistematis untuk mencari,menilai,dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar
untuk pengambilan keputusan klinis.

Ilmu serta praktik kedokteran yang saat ini ada telah mengadaptasi dan
mengedepankan tindakan yang berbasis bukti ilmiah. Prinsip tersebut
dinamakan Evidence Based Medicine (EBM), yang merupakan proses sistematis
yang bertujuan untuk menemukan, menelaah, melakukan evaluasi, serta
memanfaatkan hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan medis.
Pengambilan keputusan medis berdasarkan EBM berarti bahwa kita telah
memanfaatkan bukti ilmiah dari penelitian klinis mutakhir yang valid, dalam tata
laksana pemberian tindakan atau intervensi terhadap pasien.

EBM sendiri merupakan perpaduan antara best research evidences,


clinician’s judgement, serta patient’s value. Best research evidences di sini berarti
bahwa teknologi kedokteran yang berbasis EBM telah didukung oleh hasil studi
dengan metodologi yang terpercaya, misalnya, randomized double blind
controlled clinical trial. Selain itu, studi yang mendukung EBM juga harus
menggunakan variabel penelitian yang dapat diukur dan dinilai secara objektif,
serta menggunakan metode pengukuran yang dapat meminimalisir potensi bias
dari peneliti.

EBM juga harus melibatkan clinician’s judgement alias clinical


expertise yang memadai. Hal ini berarti bahwa penjabaran EBM memerlukan
keterampilan klinisi untuk dapat mengidentifikasi kondisi pasien, melakukan
proses penegakkan diagnosis dengan cepat dan tepat, mengidentifikasi potensi
faktor risiko yang ada, serta memperkirakan potensi risk and benefit dari setiap
tindakan dan intervensi yang akan diberikan. Bisa saja, suatu tindakan yang akan
kita berikan kepada pasien memang dapat bermanfaat bagi pasien tersebut, namun
juga dapat menyakiti pasien tersebut dalam proses pelaksanannya.

EBM pada hakikatnya diterapkan demi kebaikan dan kepentingan pasien.


Oleh karena itu, EBM juga harus mempertimbangkan value dari si pasien itu
sendiri, termasuk pandangan pasien atas penyakit atau kondisinya, serta harapan
pasien atas tindakan dan intervensi yang akan dilakukan oleh dokter. Hal ini
tentunya harus dipahami benar oleh praktisi medik, bahwa suatu pelayanan
kesehatan, selain didasari atas bukti-bukti ilmiah, juga harus
mempertimbangkan subjective values dari pasien. Karena tentunya, tidak semua
tindakan yang kita anggap baik bagi pasien, dapat diterima dengan baik pula oleh
pasien tersebut.

Pelaksanaan EBM secara umum dapat dilakukan melalui lima langkah, yaitu:
1. Penyusunan formula pertanyaan ilmiah atas penyakit atau masalah kesehatan
pasien.
Setiap menghadapi pasien, seorang dokter selayaknya menyusun
beberapa pertanyaan ilmiah terkait dengan kondisi, penyakit, atau masalah
kesehatan yang dialami oleh pasien. Pertanyaan-pertanyaan tersebut meliputi
proses penegakkan diagnosis, faktor risiko yang dimiliki oleh pasien, jenis
pengobatan yang akan diberikan, hingga prognosis pasien atas kondisi yang
dialaminya. Dalam kondisi tersebut, seorang dokter perlu memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menelaah masalah yang ada,
sehingga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang akan dilontarkan kepada
pasien akan memberikan jawaban yang dapat menjadi kunci untuk
menangani kondisi yang dialami oleh pasien tersebut.

2. Penelusuran informasi ilmiah (evidence) yang berkaitan dengan masalah


yang dihadapi.
Setelah menyusun pertanyaan, langkah selanjutnya adalah mencoba
mencari dan menemukan bukti ilmiah yang dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dalam hal ini, dokter harus memiliki keterampilan
penelusuran informasi ilmiah, dan tentunya akses terhadap sumber-sumber
informasi tersebut.

3. Penelaahan atas bukti-bukti ilmiah yang ada.

Setelah menemukan bukti ilmiah ataupun informasi, dokter selayaknya dapat


melakukan identifikasi dan penilaian terkait apakah bukti ilmiah dan
informasi yang didapatkannya itu valid dan update, serta dapat menunjang
secara klinis dalam proses pengambilan keputusan. Kemampuan ini sangat
vital, mengingat tidak semua bukti ilmiah atau informasi yang dipublikasi
telah memenuhi kriteria metodologi yang valid dan reliable. Oleh karena itu,
seorang dokter harus memahami prinsip critical appraisal yang akan
bermanfaat untuk menentukan apakah informasi yang kita miliki dapat kita
jadikan sebagai acuan.

4. Penerapan hasil telaah dalam proses pengambilan keputusan

Dengan adanya bukti-bukti ilmiah yang dapat dijadikan acuan, dokter dapat
menerapkan bukti-bukti ilmiah tersebut untuk menyusun rencana
penanganan terhadap pasien, tentunya dengan pertimbangan risiko dan
manfaat (risk and benefit analysis).

5. Pelaksanaan evaluasi atas efikasi dan efektivitas dari intervensi yang


dilakukan
Tahap evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan
dan intervensi yang saat ini diambil masih merupakan tindakan yang terbaik
bagi pasien, berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang valid dan update. Inilah
pentingnya seorang dokter untuk bisa selalu melakukan update ilmu,
termasuk di antaranya melalui diskusi dengan rekan sejawatnya.

Berdasarkan uraian di atas, selayaknya kita sudah lebih memahami


pentingnya EBM dalam setiap tindakan dan intervensi medis yang diberikan
kepada pasien. Setiap tindakan dan intervensi medis memang sudah
seharusnya melalui proses penelitian yang panjang, karena akan secara
langsung berdampak pada kesehatan dan nyawa manusia. Oleh karena itu,
tidak dibenarkan apabila tindakan dan intervensi medis yang kemanjurannya
masih berbasis ‘testimoni’ untuk dapat diberikan secara meluas dalam
lingkup non-penelitian kepada masyarakat.

b. Manfaat Evidance Based


Manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan Evidance Based antara lain :
1. Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan berdasarkan bukti
ilmiah
2. Meningkatkan kompetensi
3. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
4. Memenui kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar,sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi
c. Evolusi dalam Praktek Pelayanan Kebidanan
Di Yunani, sekitar 430 SM pada kelahiran, bidan dipanggil dan ibu
melahirkan dibaringkan di tempat tidur. Ketika persalinan mulai ibu dipindahkan
ke tempat tidur untuk melahirkan, dia diposisikan membungkuk. Para bidan
memijat perutnya, dan satu orang berdiri di bawah ibu untuk membantu kelahiran
bayi. Setelah lahir, bayi dan ibu dibersihkan karena darah kelahiran dianggap sial.
Tanda dibuat di dahi bayi untuk melindunginya dari “mata jahat,” Di Perancis
pada tahun 1700-an. Persalinan merupakan proses yang rumit.
Setelah merasa nyeri persalinan, wanita kerajaan akan memanggil petugas
dan diletakkan di sofa khusus. Beberapa obat abad ke-18 yang ditempatkan di
dekat ibu seperti beberpaa bubuk untuk membantu dalam kelahiran, minyak
almond untuk membersihkan tangan dokter dan kepala bidan, dan kotak jinten
bubuk untuk tali pusat bayi. Setelah kelahiran, tali pusat dipotong dan bayi dicuci
dalam minyak, mawar merah, dan anggur merah untuk menghilangkan sisik pada
kulit bayi. Di Cina pada akhir 1800-an. Bagi perempuan Cina yang melahirkan,
nyeri persalinan akan hilang jika disertai dengan doa-doa dari ibu dan ibu mertua
sehingga persalinan akan berlangsung dengan mudah.
Seorang imam Tao akan tiba untuk melakukan doa samping tempat tidur
dan berbisik ke telinga ibu melahirkan ini. Dengan terjadinya kelahiran, dia akan
jongkok di tempat tidur. Setelah bayi lahir, bidan akan memotong dan mengikat
tali pusat, dan kemudian mencoba untuk mendorong plasenta untuk dilahirkan,
bayi tidak akan dimandikan selama tiga hari, sampai pengaruh jahat kurang dekat.
Di Zuni India di tahun 1890-an. Ketika nyeri persalinan dimulai, ibu melahirkan
akan berbaring di tempat tidur yang lembut yang terbuat dari kulit binatang dan
ibunya akan mengumpulkan wanita tua dari keluarga untuk membantu dalam
kelahiran. Seiring dengan nyeri yang bertambah, dia didorong untuk tetap diam.
Untuk mempercepat persalinan, perut ibu diusap-usap. Ketika bayi
muncul, doctress akan beristirahat di bawah wanita untuk membantu kelahiran
bayi. Setelah plasenta disampaikan, nenek dari ibu akan membuangnya di sungai
untuk dicuci hilir. Enam hari setelah kelahiran, bayi baru akan diperkenalkan
kepada para dewa Zuni dan dibuat anggota resmi dari orang-orang Zuni. Di
Eskimo kutub di tahun 1920-an. Untuk mempersiapkan kelahiran, suami wanita
melahirkan ini akan membuat sebuah lubang dangkal tertutup oleh kulit binatang
di tempat tidur – di lubang ini persalinan akan terjadi.
Ketika rasa sakit mulai, wanita itu akan beristirahat di tempat tidur
disiapkan dan suaminya akan bersandar di belakangnya. Dia kemudian akan
menekan perutnya ke bawah untuk mendorong bayi yang akan lahir. Setelah lahir,
ayah akan memotong tali pusar dengan pisau dan ibu akan mengikat simpul untuk
menghentikan pendarahan, plasenta akan dibungkus dalam kulit binatang dan
kemudian ditinggalkan di luar untuk hewan untuk berpesta. Bayi itu akan diberi
nama dengan tiga nama untuk melindunginya dari roh-roh jahat di angin dan tidur
dengan orang tuanya.
Di Mesir pada 19.000 SM Tari perut, sering dianggap sebagai hiburan
untuk pria, sebenarnya adalah sebuah bentuk tarian kuno yang mencerminkan
tubuh sebagai penciptaan alam dan jiwa. Awalnya tarian yang dilakukan oleh
perempuan untuk menghormati pemberi kehidupan, Bunda Agung. Perputaran
pinggul diyakini menjamin kelahiran generasi mendatang, dan digunakan dalam
persiapan untuk kelahiran. Ibu bersalin akan jongkok rendah dan mengejan saat ia
berguling. Kontraksi gerakan menari memperkuat otot-otot perut dan karena itu
hal ini juga membantu persalinan menjadi lebih mudah.
Di Malaysia dan Indonesia. Perempuan bersalin dalam posisi duduk, tanpa
obatobatan untuk menghilangkan rasa sakit. Keduanya, baik Dukun, atau bidan,
akan memijat ibu hamil, persalinan terjadi di ruang bersalin, secara tradisional
dalam rumah, karena diyakini bahwa tangisan pertama bayi adalah seruan
loyalitas dan menghormati orang tua, dan harus didengar di rumah. Setelah lahir,
Dukun memotong tali pusat, menggenangi dan membungkus bayi dalam selimut.
Selanjutnya, bayi diadzankan atau diqamatkan. Bayi itu kemudian dikembalikan
ke ibunya dan diperkenalkan ke kakeknenek, yang merupakan tindakan pertama
kehormatan yang ditunjukkan oleh bayi keluarganya.
plasenta kemudian dicuci dan ditempatkan dalam pot gerabah dengan
rempah-rempah dan terus dekat ibu. Setelah 40 hari, keluarga mengubur plasenta
di dalam tanah. Pada abad ke-20, ketika Dr Josephine Baker diangkat sebagai
Inspektur kesehatan kota untuk daerah Kitchen Hell di tahun 1901, ia menemukan
bahwa 1.500 bayi yang baru lahir meninggal di kabupaten setiap minggu. Oleh
karena itu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan perawatan prenatal dan
praktik kesehatan anak yang terlibat dengan membuka klinik, meluncurkan
program makan siang sekolah, pelatihan babysitter, dan stasiun ASI di kota, dan
itu mengakibatkan penurunan besar dalam kematian bayi dan anak.
Persalinan menjadi jauh lebih aman hari ini untuk ibu. Anakanak lebih
mungkin untuk bertahan hidup sampai dewasa. Dan KB yang tersedia secara luas
memberikan orang pilihan untuk memutuskan kapan dan berapa banyak anak-
anak untuk memiliki. Tapi bagian yang sulit datang setelah melahirkan -raising
keluarga, yang lebih rumit setiap hari. Dan itulah mengapa Anda harus
menghormati ibumu ini Hari Ibu.10 Praktik berbasis bukti melibatkan 5 tahapan:
1. Memformulasi pertanyaan klinis yang dapat dijawab
2. Menemukan berbagai bukti
3. Telaah berbagai bukti
4. Aplikasikan berbagai bukti
5. Evaluasi kinerja

4. ROLE MODEL ASUHAN KEBIDANAN


Dalam teori kepemimpinan,secara sederhana arti dari kata role model adalah
teladan.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh.
1. Model
Model adalah contoh atau peraga untuk menggambarkan sesuatu.
Kegunaan model antara lain :
a. Untuk menggambarkan beberapa aspek (konkrit maupun abstrak) dengan
mengartikan persamaan seperti struktur,gambar,diagram,dan rumus.Model
tidak seperti teori,tidak memfokuskan pada hubungan antara dua fenomena
tapi lebih mengarah pada struktur dan fungsi.Sebuah model pada dasarnya
analogi atau gambar simbolik sebuah ide.
b. Menggambarkan sebuah kenyataan atau gambaran abstrak sehingga masih
digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai parameter garis besar praktik.
2. Konsep Role Model
Model dalam teori kebidanan indonesia mengadopsi dari beberapa model
negara dengan berdasarkan dari beberapa teori yang sudah ada disamping dari
teori & model yang bersumber dari masyarakat. Model asuhan kebidanan
didasarkan pada kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan episode
yang normal dalam siklus kehidupan wanita.Model kebidanan ini dapat dijadikan
tolak ukur bagi bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien
sehingga akan terbina suatu hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb.
Dengan ini diharapkan profesi kebidanan dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam upaya menurunkan angka kesakitan, trauma persalinan, kematian
dan kejadian seksio sesaria pada persalinan.
Jadi, model kebidanan adalah suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Peran role model

Pada beberapa aspek kehidupan manusia terutama berkaitan dengan belajar dan
pendidikan, role model memberikan dampak tersendiri bagi individu yang
bersangkutan. Tidak sedikit dari kita yang telah merasakan dampak tersebut baik
secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun role model telah banyak
digunakan dan diterapkan dalam kehidupan, mungkin beberapa orang masih
bertanya-tanya mengenai cara role model mempengaruhi motivasi individu mencapai
tujuan yang yang dimiliki setiap individu. Role model pada dasarnya mengacu
pada theory of social learning yang dikemukakan oleh Bandura.
Teori tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya proses belajar pada individu
dapat terjadi karena observasi yang dilakukan individu terhadap lingkungan maupun
orang lain yang yang di sekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada eksperimen Bobo Doll
yang dilakukan Bandura yang menunjukkan bahwa individu (dalam penelitian ini
adalah anak-anak) melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lihat.
Sedangkan ketika teori tersebut diaplikasikan untuk menjelaskan role model seperti
yang dijabarkan Morgenroth. maka dapat dipahami bahwa role model membawa
manfaat pada peningkatan motivasi pada indidivu yang melihat atau mengobservasi
model tersebut yang mana akan meningkatkan outcome yang ada maupun sebaliknya.
Contoh sederhananya adalah seorang mahasiswa baru yang termotivasi dan
cenderung melakukan hal yang sama dengan kakak tingkatnya yang telah berhasil
memenangkan juara diajang bergengsi. Rasa motivasi dan perilaku tersebut muncul
setelah mahasiswa baru tersebut mengamati kakak tingkat yang ia jadikan role
model tersebut. Selain mempengaruhi cara individu berperilaku terhadap cita-
citanya, role model juga turut mempengaruhi fungsi kognitif dan strategi emosional
pada individu sehingga motivasi untuk mencapai tujuan juga semakin meningkat
(Morgenroth )
Melalui penelitian berupa literature review yang dilakukan, Morgenroth, Ryan
dan Peters menjelaskan dinamika role model, motivasi serta tujuan atau goals dengan
framework terbaru yakni the Motivational Theory of Role Modeling. Berdasarkan
analisis Morgenroth dkk terhadap beragam definisi dan hasil penelitian terdahulu,
dapat dipahami bahwa role model memiliki tiga peran yang mempengaruhi motivasi
dan tujuan individu. Ketiga fungsi dijelaskan oleh Morgenroth, Ryan dan Peters
(2015) sebagai berikut

C. RANGKUMAN

Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu


manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah
sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan
adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas
pada klien. Evidance Based adalah proses sistematis untuk mencari,menilai,dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan serta sangat jauh dari kata
sempurna.tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat di pertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

D. LATIHAN
1. Yang merupakan lingkup tingkat pelayanan kesehatan dasar promosi kesehatan
adalah…..
A. Health promotion
B. Spesifik protection
C. Disability limitation
D. Health prevention
E. Early diagnosis and prompt treatment

Jawaban: A. Health promotion

2. Salah satu upaya promosi kesehatan saat hamil meliputi ...


A. Pemberian ASI.
B. Latihan/Senam Nifas.
C. Nutrisi Bagi Bayi.
D. PenKes Gizi Ibu Menyusui.
E. Meyakinkan Ibu Menyusui Bahwa Tidak Ada Pantangan Makan Selama Menyusui.

Jawaban: B. Latihan/Senam Nifas

3. Berikut yang bukan hambatan dalam penyelenggaraan promkes adalah...


A. Struktur dan sikap medical establishment
B. Hambatan individual
C. Jaringan koperasi dan perencanaan yg rumit
D. Tdpt jurang pemisah ant pengemb teknologi perub yg efektif n penggunaan
teknologi oleh pelaksana
E. Terdapat hambatan masyarakat
Jawaban: E. Terdapat hambatan masyarakat

4. Tugas bidan dalam pelayanan kesehatan promkes sebagai berikut, kecuali..


A. Fasilitator
B. Motivator
C. Edukator
D. Advokator
E. Rehabilitator
Jawaban: E. Rehabilitator

5. Tujuan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas adalah


A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal
B. Ibu nifas akan bergantung pada bidan
C. Ibu nifas akan melewati masa nifas yang kurang baik
D. Ibu nifas akan bergantung oleh pelayanan kesehatan
E. Ibu nifas akan berhati hati dalam masa nifasnya
Jawaban: A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal
E. DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. D., Sari, M. H. N., Ritonga, F., Yuliani, M., Wahyuni, W., Amalia, R., ...
& Winarso, S. P. (2020). Konsep Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.
Septina, Y., Keb, M. T., Srimulyawati, T., & Keb, M. T. (2020). Pengantar Praktik Ilmu
Kebidanan. Penerbit Lindan Bestari.
Purwandani,Atik.Konsep Kebidanan: Sejarah Profesionalisme.Jakarta: EGC.2008.
Sarwono Prawirohardjo.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Nurmayati.2011.Mutu Pelayanan Kebidanan.Jakarta: Trans Info Media.
Kartika,Sofia,2019.Buku Saku Bidan Desa.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
MODEL PRAKTIK KEBIDANAN “SOCIAL MODEL VS
MEDICAL MODEL”

DISUSUN OLEH :

 Anggun Fitri Anggraini 22270044

 Erlina Eka Syahfitri 22270036

 Isa Yuni 22270024

 Lusi Rahmawati 22270004

 Siti Nur Haliza 22270013

DOSEN PEMBIMBING : TAUFIANIE ROSSITA, SST, MKM

PRODI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022

1
MODEL PRAKTIK KEBIDANAN SOCIAL MODEL VS
MEDICAL MODEL

A. PENDAHULUAN

Social Model Merupakan suatu model pembelajaran yang beranjak dari


pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan, individu
tidak mungkin melepaskan dirinya dari orang lain. Medical Model Merupakan
fondasi dari praktek-praktek Respek adalah mengakui, menghargai, dan
meneima konseling apa adanya tidak membodoh bodohkan konseling, terbuka
menerima pendapat dan pandangan konseling tanpa menilai atu mencela,
terbuka untuk komunikasi dangan konseling dan tidak hanya menghargai
akademik, memberi keamanan psikologis dan memberikan pengalaman sukses
kepada konseling. Pemberdayaan merupakan suatu proses untuk memperoleh
daya atau kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya.

kebidanan yg sudah meresapi masyarakat. meliputi proses penyakit,


pemberian tindakan, dan komplikasi dari penyakit/tindakan, konsekuensi, jika
medical model digunakan dalam praktek kebidanan.
Model dalam Kebidanan terdiri aras 4 elemen :

1. Orang (Wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)

2. Kesehatan

Medical Model /model medical ini kurang cocok untuk praktik


kebidanan karena terlalu berorientasipada penyakit dan tidak memberikan
kesempatan klien untuk menentukan nasib nya sendiri. Walaupun demikian

2
kenyataannya masih banyak yang terpengaruh pada Medical model/model
medical ini.

B. PENYAJIAN MATERI

1. Pengertian
Praktik Kebidanan adalah asuhan yang diberikan oleh bidan secara
mandiri baik pada perempuan yang menyangkut proses reproduksi,
kesejahteraan ibu dan janin / bayinya, masa antara dalam lingkup praktik
kebidanan juga termasuk pendidikan kesehatan dalam hal proses reproduksi
untuk keluarga dan komunitasnya. adalah individu yang berkompeten dan
mampu melakukan segalanya sendiri serta dapat memastikan jika need-for-
help telah menjadi pengalaman. Sehingga perawat memberi pertolongan
hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.
a. Social Model
Merupakan suatu model pembelajaran yang beranjak dari
pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan,
individu tidak mungkin melepaskan dirinya dari orang lain.
b. Medical Model
Merupakan fondasi dari praktek-praktek kebidanan yg sudah
meresapi masyarakat. meliputi proses penyakit, pemberian tindakan,
dan komplikasi dari penyakit/tindakan, konsekuensi, jika medical model
digunakan dalam praktek kebidanan.

2. Konseptual Model Kebidanan Dan Kegunaan Model


a. Model dalam kebidanan terdiri aras 4 elemen :
1. Orang (Wanita, ibu, pasangan, dan orang lain)
2. Kesehatan
3. Lingkungan

3
4. Kebidanan

b. Kegunaan Model

1. Untuk menggambarkan beberapa aspek (kongkrit maupun abstrak)


dengan mengartiakan persamaannya seperti struktur, gambar,
diagram, dan rumus. Model tidak seperti teori tidak memfokuskan
pada hubungan antara dua fenomena tapi lebih mengarah pada
struktur dan fungsi. Sebuah model pada dasarnya anologi atau
gambar simbolik sebuah ide.
2. Merupakan gagasan mental sebagai bagian teori yang memberikan
bantuan ilmu ilmu sosial dalan mengkonsep dan menyamakan aspek
aspek dalam proses sosial
3. Menggambarka sebuah kenyataan, gambaran abstrak sehingga
banyak digunakan oleh disiplin ilmu lain sebagai paramester garis
besar praktek

c. Model kebidanan dapat digunakan untuk :

1. Menyatukan data secara lengkap


- Tindakan sebagai bantuan dalam komunikasi antara bidan dan
pemimpin.
- Dalam Pendidikan untuk mengorganisasi program belajar.
- Untuk komunikasi bidan dengan klien
2. Menjelaskan siapa itu bidan, apa yang dikerjakan, keinginan, dan
kebutuhan untuk :
- Mengembangkan profesi.
- Mendidik siswi bidan.
- Komunikasi dengan klien dengan pemimpin.

4
-

3. Beberapa macam model kebidanan


1. Social Model
a). Keadilan pelayanan dalam penerapan model asuhan kebidanan di
Indonesia adalah keadilan dalam memberi pelayanan kebidan merupakan
aspek pokok dalam pelayanan bidan di Indonesia. Keadilan dalam
pelayanan ini dimulai dengan :
1. Pemenuhan kebutuhan klien yang sesuai dengan kondidisi
klien.
2. Keadaan sumber daya kebidanan yang selalu siap melayani.
3. Adanya penelitian untuk mengembangkan/meningkatkan
pelayanan.
4. Adanya keterjangkauan ketempat pelayanan.

b). Karakteristik petugas Kesehatan dalam penerapan model asuhan


kebidanan di Indonesia pasien memerlukan pelayanan dari petugas
Kesehatan (provider) yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Semangat untuk melayani.
2. Simpati.
3. Empati
4. Tulus Ikhlas.
5. Memberi kepuasan.

c). Dimensi kepuasan pasien dalam penerapan model aseuhan kebidanan


di Indonesia adalah dimensi kepuasan pasien yang dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar
pelayanan profesi kebidanan.

5
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan
pelayanan kebidanan.
d). Pelayanan kebidanan yang bermutu dalam penerapan model asuhan
kebidanan di Indonesia adalah suatu pelayanan dikatakan bermutu
apabila penerapan semua persyatan kebidanan dapat memuaskan pasien.
Ukuran pelayanan kebidan yang bermutu adalah :
1. Ketersediaan pelayanan kebidanan.
2. Kewajaran pelayanan kebidanan.
3. Keseninambungan pelayanan kebidanan.
4. Penerimaan jasa pelayanan kebidanan.
5. Ketercapaian pelayanan kebidanan.
6. Keterjangkauan pelayanan kebidanan.
7. Efisiensi pelayanan kebidanan.
8. Mutu pelayanan kebidanan.

2. Model Medical
Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk
membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti
Kesehatan. Model ini lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran
dan lebih berfokus pada proses penyakit dan mengobati ketidak
sempurnaan
Yang termasuk dalam Medical Model/ yang tercaup dalam Medical
Model/Model Medical :
a. Berorientasi pada penyakit
b. Menganggap bahwa akal atau fikiran dan badan berpisah
c. Manusia menguasai alam
d. Yang tidak biasa menjadi menarik
e. Informasi yang terbatas pada klien
f. Pasien berperan pasif
g. Dokter yang menentukan

6
h. Tingginya teknologi menaikan prestise
i. Prioritas Kesehatan individu dari pada Kesehatan komunitas
j. Penyakit dan Kesehatan adalah berdominan pada dokter
k. Pemahaman manusia berdasarkan mekanik dan bioengineering.

Medical Model /model medical ini kurang cocok untuk praktik


kebidanan karena terlalu berorientasipada penyakit dan tidak
memberikan kesempatan klien untuk menentukan nasib nya sendiri.
Walaupun demikian kenyataannya masih banyak yang terpengaruh pada
Medical model/model medical ini.

Berikut ini akan diberikan gambaran bagaimana perbedaan pandangan


mengenai kehamilan sesuai Model Medical.
1. Normal dalam perspektif
2. Kasus tidak biasa menjadi menarik
3. Informasi teratas
4. Ibu dan bayi hidup sehat
Medical Model ini merupakan fondasi dari praktek praktek kebidanan
yang sudah meresap dimasyarakat meliputi : Proses penyakit, memberi
Tindakan, dan komplikasi dari penyakit/Tindakan konsekuesi.

4. Whole Person – Physiology, Psikososial, Spiritual


Psikologi adalah mempelajari prilaku dan mental manusia yang
berkaitan dengan hubungan antar individu dalam hubungan bermasyarakat.
Secara spiritual, agama mengajarkan tentang apa yang harus dilakukan.
Nilai nilai tersebut hanya dapat ditunjukan dalam interaksi dengan orang
orang yang ditemui.

Teori Whole Concept Person

7
a. Family Keluarga. Hal ini sangat ditekankan sebagai hal pertama yang
harus diberi perhatian khusus dalam menjaga keseimbangan hidup kita.
Dengan alasan tuntutan pekerjaan, kita sering melupakan menghabiskan
waktu bersama keluarga. Keluarga adalah harta yang paling berharga.
b. Health/ kesehatan Makan-makanan yang sehat dan bersih, banyak
minum air mineral, kurangi makan makanan yang tidak sehat, dan
berolahrgalah secara rutin. Onderdil tubuh hanya ada 1, rawatlah sebaik-
baiknya supaya tetap bisa bekerja dengan baik dan optimal. Tidak ada
pengganti sebaik onderdil asli dan biaya penggantiannya sangat mahal.
c. Education & Personal Growth/Pendidikan dan pengembangan pribadi,
tidak akan pernah merasa cukup untuk belajar. Jangan cepat merasa
cukup hebat, cukup belajar, karena jaman terus berkembang. Jika kita
tidak mau belajar hal baru, maka kita akan tertinggal, Ilmu yang
digunakan 5 tahun yang lalu, belum tentu bisa digunakan saat ini. Keep
update, besarkan kapasitas masing-masing.
d. Carier Karier. Dapatkan pencapaian-pencapaian tertentu dalam dunia
kerja, meraih penghargaan.
e. Financial Keuangan. Dengan memiliki karier yang bagus, bisnis yang
bagus, dan mempersiapkan untuk mengantisipasi resiko keuangan yang
mungkin terjadi.
f. Service & Giving Back / melayani memberi sumbangan. Tanamkan sifat
mau melayani sesame.
g. Spiritual. Jika kita memiliki spiritual yang baik hal-hal baik akan selalu
dating. Konsep whole person ini menekankan kepada keseimbangan
pikiran dan tubuh. Karena dengan pikiran yang baik dan badan yang
sehat akan membuat kehidupan lebih baik.
"Seorang bidan menganut filosofis yang mempunyai keyakinan di
dalam dirinya bahwa semua manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-
kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan
rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama". Dalam

8
implementasinya "Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan
perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagai satu kesatuan fisik. psikis, emosional, sosial,
budaya, spiritual serta pengalaman reproduksi"
Kutipan di atas merupakan pernyataan yang termuat dalam
falsafah kebidanan yang menjadi panduan dalam menjalankan praktik
kebidanan yang termuat dalam Standar Profesi Bidan Indonesia. Profesi
bidan berperan dalam memberikan asuhan yang aman, bersifat holistik,
dan berpusat pada individu di segala batasan usia dan berbagai setting
kehidupan Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang paling
komprehensif dalam pelayanan kesehatan, termasuk kebidanan. Dalam
pendekatan ini, seorang individu merupakan sebuah kesatuan yang
terdiri dari dimensi fisik, mental, emosional, sosio kultural dan spiritual,
dan setiap bagiannya memiliki hubungan dan ketergantungan satu sama
lain. Untuk mempertahankan seorang individu sebagai satu kesatuan,
pemenuhan kebutuhan spiritual merupakan salah satu aspek yang harus
diperhatikan disamping pemenuhan terhadap kebutuhan lain.

Kajian tentang spiritualitas dalam kaitannya dengan pelayanan


kesehatan sebagian besar hanya membahas tentang spiritualitas pada
akhir kehidupan, sedangkan aspek spiritualitas sendiri juga melekat pada
praktik dan peran bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
(kebidanan), dan termasuk di dalamnya adalah proses kelahiran. Fatma
Sylvana Dewi Harahap (2018) dalam penelitiannya berjudul
"Keseimbangan Fisik, Psikis, dan Spiritual Islam pada Masa Kehamilan
dan Persalinan" memaparkan tentang pentingnya keseimbangan fisik,
psikis dan spiritual dalam asuhan kebidanan. Dalam penelitian tersebut
disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut budaya
ketimuran dalam tatanan kehidupan sehari-hari masyarakatnya.
Keberagaman agama dan budaya merupakan entitas yang mendasari

9
pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual ibu hamil dengan
mempertemukan kedua komponen tersebut.

Spiritualitas

spiritualitas dapat diartikan sebagai sebuah kekuatan yang


menyatukan semua aspek manusia, termasuk komponen agama,
memberikan dorongan kepada seseorang untuk menemukan arti, tujuan,
dan pemenuhan dalam kehidupan, serta dan menumbuhkan semangat
untuk hidup.
Konsep spiritualitas merupakan hal yang tidak dapat diabaikan
dalam pelayanan kebidanan. aspek spiritualitas membantu dalam
mengatasi stres pada kehamilan risiko tinggi, dan diyakini dapat
meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Fatma Sylvana Dewi
Harahap (2018) dalam publikasinya menyebutkan bahwa asuhan
kebidanan yang diberikan selama kehamilan dengan memperhatikann
keseimbangan fisik, psikis dan spiritual pada wanita dengan risiko
rendah dapat menurunkan intervensi medis dalam proses persalinan.
Dalam publikasi yang sama, Fatma Sylvana Dewi Harahap
(2018) dengan mengutip dari berbagai sumber menyebutkan efek positif
dari pemenuhan kebutuhan spiritualitas dalam asuhan kebidanan, baik
saat kehamilan, persalinan, maupun nifas yang dikutip dari berbagai
sumber, Dalam kehamilan, asuhan kebidanan yang diberikan secara
seimbang, baik aspek fisik, psikis, dan spiritual akan meningkatkan
derajat kesehatan, serta menghindarkan kecemasan. Kondisi ini jika
dijaga, dapat meningkatkan keyakinan ibu hamil serta menghindarkan
ibu dari persoalan psikologis saat menghadapi dan menjalani proses
persalinan, disebabkan spiritualitas sendiri merupakan bentuk coping
dalam menghadapi persalinan. Dalam masa setelah melahirkan,

10
spiritualitas membantu proses penyembuhan dan mengurangi depresi
postpartum

Spiritual Care/Perawatan Rohani

Asuhan kebidanan yang dilakukan secara holistik pada masa


kehamilan berdampak positif pada hasil persalinan. Pengabaian terhadap
aspek spiritual dapat menyebabkan klien akan mengalami tekanan secara
spiritual Dalam melakukan asuhan kebidanan yang holistik, pemenuhan
kebutuhan spiritual klien dilakukan dengan pemberian spiritual care.
Aspek penghormatan, menghargai martabat dan memberikan asuhan
dengan penuh kasih sayang merupakan bagian dari asuhan ini. Dalam
memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan) berperan dalam
upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan
memperhatikan aspek penghormatan pada klien.
Bidan juga berperan memfasilitasi klien dalam melakukan
kegiatan ritual keagamaan. Selain itu, membangun komunikasi,
memberikan perhatian, dukungan, menunjukkan empati, serta membantu
klien untuk menemukan makna dan tujuan dari hidup, termasuk
berkaitan dengan kondisi yang sedang mereka hadapi. Spiritual care
dapat membantu klien untuk dapat bersyukur dalam kehidupan mereka,
mendapatkan ketenangan dalam diri, dan menemukan strategi dalam
menghadapi rasa sakit maupun ketidaknyamanan yang dialami, baik
dalam masa kehamilan, maupun persalinan. Selain itu, hal ini juga akan
membantu klien dalam memperbaiki konsep diri bahwa kondisi sakit
ataupun tidak nyaman yang dialami juga bentuk lain dari cinta yang
diberikan oleh Tuhan,

11
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa transformatif
dalam kehidupan seorang wanita. Pemberian asuhan kebidanan dengan
tidak mengabaikan aspek spiritual merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang kebutuhan klien. Ibu dan bayi yang sehat, fase tumbuh
kembang anak yang sehat, serta menjadi manusia yang berhasil dan
berkontribusi positif bagi masyarakat merupakan harapan bersama.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang berperan dalam kesehatan ibu dan
anak diharapkan agar dapat memberikan asuhan dengan pemahaman
holistik terhadap wanita. Mengutip dari Fatma Sylvana Dewi Harahap
(2018) "merekonstruksi bangunan keseimbangan kesehatan dengan
sinergitas fisik, psikis, dan spiritualitas perlu dilakukan melalui
pendidikan dan pelayanan kebidanan".

5. Respek Dan Pemberdayaan

Respek adalah mengakui, menghargai, dan meneima konseling


apa adanya tidak membodoh bodohkan konseling, terbuka menerima
pendapat dan pandangan konseling tanpa menilai atu mencela, terbuka
untuk komunikasi dangan konseling dan tidak hanya menghargai
akademik, memberi keamanan psikologis dan memberikan
pengalaman sukses kepada konseling.
Pemberdayaan merupakan suatu proses untuk memperoleh
daya atau kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya
kepada pihak yang kurang atau belum berdaya. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan mendorong,
memptivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki dan
berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi tindakan nyata,
seorang filsuf Jerman mengatakan bahwa "To respect a person is not
possible without knowing him; care and responsibility would be blind
if they were not guided by knowledge". Jadi seseorang yang

12
melakukan aktivitas "respek" seharusnya didasari oleh ilmu
pengetahuan yang akan membimbingnya memberikan perhatian dan
bertanggung jawab sehingga dapat mengerti akan seseorang. Respek
adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya, tidak
membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan
pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk
berkomunikasi dengan siswa dan tidak hanya menghargai akademik,
memberi keamanan psikologis dan memberi pengalaman sukses
kepada siswa).
Salah satu prinsip dasar dalam berkomunikasi secara efektif
adalah dengan memberikan penghargaan jujur dan tulus Kebutuhan
untuk dihargai merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dalam konsep manajerial, supaya dapat membangkitkan antusiasme
dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan
memberikan penghargaan yang tulus. Respek merupakan penghargaan
tanpa syarat sebagai salah satu kondisi untuk merubah kepribadian
secara konstruktif. Penghargaan positif yang tanpa Pemberdayaan
adalah upaya untuk membangun kemampuan masyarakat, dengan
mendorong, memptivasi, membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki dan berupaya untuk mengembangkan potensi itu menjadi
tindakan nyata seseorang yang melakukan aktivitas "respek"
seharusnya didasari oleh ilmu pengetahuan yang akan
membimbingnya memberikan perhatian dan bertanggung jawab
sehingga dapat mengerti akan seseorang.
Respek adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa
adanya, tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat
dan pandangan siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk
berkomunikasi dengan siswa dan tidak hanya menghargai akademik,
memberi keamanan psikologis dan memberi pengalaman sukses
kepada siswa). Salah satu prinsip dasar dalam berkomunikasi secara

13
efektif adalah dengan memberikan penghargaan jujur dan tulus
Kebutuhan untuk dihargai merupakan suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi. Dalam konsep manajerial, supaya dapat membangkitkan
antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik
adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus. Respek
merupakan penghargaan tanpa syarat sebagai salah satu kondisi untuk
merubah kepribadian secara konstruktif.

C. RANGKUMAN

Social Model Merupakan suatu model pembelajaran yang beranjak dari


pandangan bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari realitas kehidupan, individu
tidak mungkin melepaskan dirinya dari orang lain. Medical Model Merupakan
fondasi dari praktek-praktek kebidanan yg sudah meresapi masyarakat. meliputi
proses penyakit, pemberian tindakan, dan komplikasi dari penyakit/tindakan,
konsekuensi, jika medical model digunakan dalam praktek kebidanan. Model
Medical Merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti Kesehatan. Model ini
lebih banyak digunakan dalam bidang kedokteran dan lebih berfokus pada proses
penyakit dan mengobati ketidak sempurnaan.
Respek adalah mengakui, menghargai dan menerima siswa apa adanya,
tidak membodoh-bodohkan siswa, terbuka menerima pendapat dan pandangan
siswa tanpa menilai atau mencela, terbuka untuk berkomunikasi dengan siswa dan
tidak hanya menghargai akademik, memberi keamanan psikologis dan memberi
pengalaman sukses kepada siswa). Salah satu prinsip dasar dalam berkomunikasi
secara efektif adalah dengan memberikan penghargaan jujur dan tulus Kebutuhan
untuk dihargai merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Dalam konsep
manajerial, supaya dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain
melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberikan penghargaan yang tulus.

14
Respek merupakan penghargaan tanpa syarat sebagai salah satu kondisi untuk
merubah kepribadian secara konstruktif.

D. LATIHAN
1. Teori yang mendukung praktik krbidanan adalah
a. komunikasi
b. konsepsi
c. persalinan dan kelahiran
d. semua benar
2. cara merangsang produk asi yang benar adalah
a. berikan botol atau kempeng
b. menghisap sesering mungkin bisa meningkatkan produksi asi
c. jangan hisap sesering mungkin agar tidak timbul rasa nyeri
d. perlihatkan tanda menyusui seperlunya
3. body of knowledge kebidanan dalam ilmu besar
a. psikologi
b. anatomi
c. microbiology
d. fisikabiokimia
4. Teori rnesteine iedenbach adalah kecuali
a. persiapan menjadi orang tua
b. pelayanan materlitas
c. memberikan dukungan dalam mencari pertolongan
d. memvalidasi bantuan yang diberikan
5. yang termasuk ruang lingkup asuhan kebidanan kecuali
a. asuhan kebidanan kepada ibu hamil
b. asuhan kebidanan kepada ibu bersalin
c. asuhan kebidanan kepada ibu nifas
d. pekerjaan seumur hidup

15
DAFTAR PUSTAKA

Septina, Y., Keb, M. T., Srimulyawati, T., & Keb, M. T. (2020). Pengantar Praktik
Ilmu Kebidanan. Penerbit Lindan Bestari.
ANJANI, A. D., SUNESNI, S. S., & AULIA, D. L. N. (2022). PENGANTAR
PRAKTIK KEBIDANAN. CV Pena Persada.
Ani, M., Azizah, N., Rahmawati, V. E., Mardiah, A., Febriyeni, F., Astuti, E. D., ... &
Jazul, L. (2021). Pengantar Kebidanan. Yayasan Kita Menulis.
Nia Desriva, S. S. T. (2021). MODEL–MODEL KOMUNIKASI. Komunikasi dan
Konseling dalam Praktik Kebidanan, 37.
Andarwulan, S., Hakiki, M., Nurjanah, S., Primadewi, K., Pratiwi, E. N., Lisnawati,
L., ... & Widyastuti, R. (2022). Teori Dasar Kebidanan. Yayasan Penerbit
Muhammad Zaini.
Ulfah, R., ST, S., & Km, M. (2020). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Media Sains
Indonesia.
Amalia, M., & ST, S. (2022). KONSEP KEBIDANAN; Buku Penerbit Lovrinz.
LovRinz Publishing.

16
PEMBELAJARAN
MODEL PRAKTIK KEBIDANAN
MINGGU KEEMPAT

DOSEN PEMBIMBING : TAUFIANIE ROSSITA,SST,MKM

DISUSUN OLEH :

 Yena (22270001)
 Viola febrianti (22270009)
 Cendy cehlla lestari (22270015)
 Pintri murah rezeki (22270021)
 Nurelza mayori pratiwi (22270043)

PRODI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022
A. PENDAHULUAN
1. Tujuan Internasional Khusus
Setelah mempelajari pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan model
praktik kebidanan.
2. Entry Behaviour
Mengkaji dan memahami model praktik kebidanan.
3. Keterkaitan dengan Materi lain
Memahami pembelajaran ini akan memudahkan mahasiswa mempelajarai tentang model
praktik kebidanan.
4. Penting nya mempelajari model praktik kebidanan
Agar kita bisa memahami apa itu model praktik kebidanan dan dapat menerapkan nya.
5. Petunjuk mempelajari isi pembelajaran
a. Bacalah tujuan mempelajari isi pembelajaran ini dan kemampuan yang harus dicapai.
b. Baca dan pahami setiap isi pembelajaran.
c. Tanyakan pada dosen pengampu bila ada hal-hal yang perlu di klarifikasi atau
memerlukan pemahaman lebih lanjut.
d. Buatlah ringkasan setiap sub pembelajaran agar melatih kemampuan memahami hal-
hal yang penting.
e. Jawab dan isi pertanyaan yang telah di sediakan.

B. PENYAJI MATERI

1. MODEL PRAKTIK KEBIDANAN


Model adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan kerangka
kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Sedangkan Konseptual
model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar suatu disiplin.
Model konseptual kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu hubungan
saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi kebidanan
dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan angka
kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio sesaria pada persalinan.
Model praktik bidan memiliki 4 unsur :
a. Primary care
b. Continuity of care
c. Collaborative care
d. Partnership
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk
membantu manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti
kesehatan.tujuannya adalah sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan
tindakan.
Model Kebidanan adalah Suatu bentuk pedoman atau acuan yang merupakan
kerangka kerja seorang bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Sedangkan
Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang menjadi dasar suatu
disiplin. Model konseptual kebidanan ini dapat dijadikan tolak ukur bagi bidan
dalam memberikan pelayanan kebidanan pada klien sehingga akan terbina suatu
hubungan saling percaya dalam pelaksanaan askeb. Dengan ini diharapkan profesi
kebidanan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya menurunkan
angka kesakitan, trauma persalinan, kematian & kejadian seksio sesaria pada
persalinan.

Model Praktik kebidanan yaitu model yang di kembangkan untuk membantu


manusia dalam memahami proses sakit sehat dalam arti kesehatan yang bertujuan
sebagai kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan.
Tantangan Profesi bidan dalam pelayanan
• Kebebasan pemilihan tempat persalinan

• Pengaruh medik yang sangat besar

• Banyak bidan memilih untuk bekerja di Fasilitas kesehatan

• Persalinan dengan tindakan meningkat drastis


• AKI (angka kematian ibu) dan AKB (angka kematian bayi) masih tinggi.

Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan keprofesiannya berpegang pada

paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan, perilaku,

pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan.

2. Rasional/Subjektif
a. Definisi Rasional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna dari kata rasional
adalah menurut pikiran dan pertimbangan yang logis. Senada dengan definisi
tersebut, kamus Oxford menjelaskan rasional memiliki makna berdasarkan atau
sesuai dengan nalar atau logika, mampu berpikir secara bijaksana atau logis, dan
memiliki kemampuan bernalar. Para ahli mengungkapkan bahwa pemikiran
rasional merupakan kemampuan seseorang untuk menarik kesimpulan yang
berdasar dan dapat dibenarkan atau didukung oleh data, aturan, serta logika.
Rasional, artinya biologi sebagai ilmu sains merupakan hasil dari kegiatan
berfikir secara logis dengan menggunakan nalar atau rasio yang hasilnya dapat
diterima nalar manusia sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu biologi bukan
sekadar tahayul atau mitos yang beredar di masyarakat. Rasional merupakan kata
sifat yang berkaitan dengan kemampuan seseorang berpikir relevan dan logis,
didukung data tepercaya, serta dibenarkan oleh aturan yang berlaku.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasional merupakan


kata sifat yang berkaitan dengan kemampuan seseorang berpikir relevan dan
logis, didukung data tepercaya, serta dibenarkan oleh aturan yang berlaku.

Obyektif, biologi sebagai ilmu sains merupakan ilmu yang berisi


kebenaran apa adanya serta tidak mengada-ngada karena segala sesuatunya
didasarkan atas data-data yang valid dan tanpa pengaruh dari berbagai
pendapat atau pandangan pribadi sekelompok orang.

b. Tanda-tanda orang yang rasional


Orang yang berpikir secara rasional rasional memiliki karakterisitik tertentu yang
bisa dikenali. Tanda-tanda orang rasional adalah sebagai berikut:

 Orang-orang yang berpikir rasional selalu berpikir jauh ke depan tentang


tujuan dan masa depan dibandingkan memikirkan masa lalu.
 Orang yang berpikir rasional tidak mudah terbawa arus. Mereka
membutuhkan alasan yang pasti dan masuk akal, serta rencana yang jelas,
sebelum setuju mengikuti atau melakukan sesuatu.
 Orang rasional akan membuat perencanaan yang jelas sebelum melakukan
sesuatu. Bukan saja merencanakannya, mereka adalah orang yang
menjalankan apa yang telah direncanakan.
 Sebelum membuat keputusan, seseorang yang rasional juga akan
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan, pro dan kontra dari
sesuatu. Mereka juga akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dan serinci mungkin karena penting untuk mengambil keputusan
berdasarkan fakta.
 Orang yang rasional sangat mudah mendapatkan informasi yang
dibutuhkan karena sebelumnya telah banyak mengoleksi informasi untuk
berbagai hal dan mengetahui sumber-sumber tepercaya.
 Sebagai orang yang rasional, Anda juga tidak pernah membiarkan
emosi menghalangi Anda untuk melakukan sesuatu yang benar untuk
dilakukan. Terlepas dari apa pun yang Anda rasakan.

c. Pentingnya proses berpikir rasional

Lantas apa pentingnya berpikir rasional? Ada banyak manfaat yang dapat
diperoleh dari proses berpikir rasional. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1).Dapat berpikir kritis
Pola pikir rasional dapat memungkinkan Anda untuk mengetahui
langkah-langkah berpikir sebelum sampai pada kesimpulan. Dengan
demikian, Anda akan mampu mengkritisi proses berpikir Anda sendiri jika
ada sesuatu yang terasa tidak relevan
2). Membantu mempelajari keterampilan baru
Salah satu manfaat pola pikir rasional adalah membantu mempelajari
keterampilan baru. Saat hendak mempelajari hal baru, pola pikir ini akan
membantu Anda memecah tindakan menjadi langkah demi langkah yang
realistis untuk mencapai tujuan.Dengan demikian, bukan saja Anda dapat
meningkatkan pemikiran Anda sendiri, tetapi Anda juga dapat membantu
orang lain meningkatkan pemikiran mereka dengan metode tersebut.
3).Mendapatkan solusi terbaik pada setiap situasi
Pengalaman memang bisa menjadi pelajaran atau guru yang terbaik.
Namun seiring waktu, situasi terus berganti dengan cepat sehingga bertindak
atau memecahkan masalah hanya berdasarkan pada firasat dan pengalaman
saja tidak cukup.Situasi yang pernah terjadi sebelumnya belum tentu akan
mendapatkan hasil yang sama saat ini. Dengan berpikir rasional, Anda akan
mencoba mengumpulkan data dan fakta terbaru sebelum mengambil sebuah
kesimpulan.Jadi, dengan berpikir rasional, Anda akan tahu bahwa solusi lama
belum tentu berlaku untuk situasi baru.
4).Mudah beradaptasi
Rasional adalah sebuah proses berpikir dengan kemampuan
menggunakan pertimbangan berbeda dalam situasi yang juga berbeda.Oleh
karena itu, saat berada dalam situasi baru atau asing, orang yang berpikir
rasional adalah mereka yang mampu membuat penyesuaian dan selalu
mempertimbangan hal-hal baru untuk mencapai tujuan.
5).Contoh penerapan sifat rasional dalam praktik kebidanan

Ketika kita menemukan pasien hamil G1PₒAₒ hamil 38 minggu, dengan


keluhan perutnya terasa mengencang sejak 5 jam yang lalu. Setelah dilakukan
VT, pembukaan 3, janin letak sunsang, hal yang harus kita lakukan sebagai bidan
adalah merujuk pasien ke rumah sakit karena letak bayi sunsang bukan wewenang
seorang bidan disertakan alat medis yang tidak memadai, ketika kita menolong
persalinan sunsang dengan persalinan normal maka akan beresiko besar atau
menyebabkan kematian.
3. Lingkungan Yang Terpadu

Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada


waktu melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun
budaya. Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan
masyarakat.
Lingkungan terpadu merupakan ruangan yang memberikan pelayanan dalam
lingkup kebidanan setri (cabang kedokteran yang berhubungan dengan kehamilan dan
persalinan, termasuk proses sebelum, selama, dan setelah wanita melahirkan) dan
gyginecologi (ilmu ini fokus pada kesehatan tubuh dan kesehatan organ reproduksi)
baik normal maupun tidak normal.
 Tujuan adanya lingkungan terpadu
1. Meningkatkan kepuasan pelanggan
2. Angka kematian ibu dan bayi berkurang setiap tahunya
3. SDM mengikuti pelatihan
 Contoh fasilitas ruang kebidanan terpadu

Meja ginetologi, lemari obat dan alat, ruang observasi, ruang bersalin ruang
isolasi ruang transsisi ruang scm-4.
4. Antisipasi Keadaan Normal
a. Definisi Antisipasi Keadaan Normal
Antisipasi keadaan Normal merupakan perhitungan tentang hal-hal yang akan
terjadi atau belum terjadi selama keadaan di mana seseorang yang sempurna fisik
mental dan sosialnya, tidak mengidap penyakiit tertentu.
Antisipasi keadaan normal mempengaruhi persepsi tentang masa depan dan
bagaimana menyikapi situasi yang akan datang. Antisipasi keadaan normal didasari
oleh kemampuan orang mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di masa depan
berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalunya.

b. Prinsi Dalam Keadaan Normal


1).Antisipasi pengaturan
mempengaruhi persepsi tentang masa depan dan bagaimana menyikapi
situasi yang akan datang. Antisipasi pengaturan didasari oleh kemampuan orang
mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan pengalaman-
pengalaman di masa lalunya.
Secara umum ada dua jenis antisipasi pengaturan yaitu
a) antisipasi untuk menghindari kesakitan dan
b) antisipasi memperoleh kenikmatan.

Pengaturan-diri yang dilakukan orang secara umum mengandung dua


antisipasi ini, yaitu menghindari kesakitan yang diantisipasi dan mendekati
kenikmatan yang diantisipasi. Ada orang yang antisipasi pengaturannya didasari
oleh antisipasi terhadap kesakitan sehingga ia cenderung melakukan tingkahlaku
menghindari dari kesakitan. Di pihak lain, ada orang yang pengaturan antipasinya
didasari oleh antisipasi terhadap kenikmatan yang mungkin diperoleh sehingga ia
cenderung menampilkan tingkahlaku mendekati hal-hal yang diantisipasi
menghasilkan kenikmatan
c. Rujukan pengaturan
adalah gambaran-gambaran emosional yang dirujuk oleh seseorang dalam
kegiatan- kegiatan mengatur dirinya. Variasi gambaran emosional itu terdiri dari
muatan emosi yang menyenangkan dan muatan emosi yang menyakitkan.
Gambaran-gambaran itu diperoleh dari pengalaman-pengalaman masa lalu. Jika
di masa lalu seseorang lebih banyak mengalami kejadian-kejadian yang
menyakitkan, maka besar kemungkinan bahwa ia selalu merujuk kepada situasi
yang menyakitkan. Sebaliknya, jika di masa lalu ia banyak mengalami
kesenangan, maka besar kemungkinannya ia selalu merujuk kepada situasi yang
menyenangkan.
Ada dua jenis rujukan pengaturan.
1) pengaturan penghindaran hal-hal yang menghambat pencapaian tujuan
dengan rujukan keadaan-akhir yang tak diinginkan, disingkat dengan istilah
“rujukan pengaturan-diri kepada keadaan akhir yang tak diinginkan”.
2) pengaturan pendekatan terhadap hal-hal yang mempermudah pencapaian
tujuan dengan rujukan keadaan-akhir yang diinginkan atau hal-hal yang
menyenangkan yang ingin dicapai.

Jenis kedua ini disingkat dengan istilah “rujukan pengaturan-diri kepada hal-hal
menyenangkan yang ingin dicapai. Fokus pengaturan adalah kecenderungan
tingkahlaku yang ditampilkan seseorang dalam mengatur dirinya; bisa disebut
sebagai strategi penentuan tingkahlaku
dalam rangka pencapaian tujuan.
Ada dua fokus pengaturan
1) fokus pengaturan prevensi (pencegahan)
2) fokus pengaturan promosi.
d. Fokus pengaturan
prevensi memiliki ciri-ciri:
1) Secara strategis menghindari kesalahan pencapaian keadaan yang ingin
dicapai (dan menghindari tingkahlaku yang mendekatkan pada keadaan yang
tak diinginkan)
2) Memastikan penolakan yang tepat
3) Memastikan diri menentang kehendak yang menjauhkan dari pencapaian
tujuan dan menghindari kesalahan tindakan.

Fokus pengaturan promosi memiliki ciri-ciri:


1) Secara strategis mendekati hal-hal yang mendukung pencapaian keadaan yang
diinginkan (dan mendekati tingkahlaku yang tidak sesuai dengan keadaan
yang tak diinginkan)
2) Memastikan pencapaian sasaran.
3) memastikan tidak ada kelalaian dan langkah yang terlewat.

5. Seni Dalam Praktik Kebidanan


1. Definisi Senin dalalm praktik kebidanan

Seni dalam praktik kebidanan adalah kemampuan seorang bidan dalam


melakukan asuhan atau praktik kebidanan kepada pasien dengan keterampilan dan
kemampuan yang dia miliki. Keberhasilan seorang bidan dalam melakukan debut
sangat bergantung pada seni yang ia miliki, karena seni merupakan kemampuan
yang ia memiliki sebagai bidan.
Banyak seni yang dapat diaplikasikan oleh para tenaga kesehatan
khususnya bidan untuk membantu pasiennya, macam-maçam seni itu memiliki
manfaat masing-masing yang dapat membantu proses pemberian pelayanan
kesehatan yang nyaman dan memuaskan.

2. Seni Dalam Praktik Kebidanan

Diantaranya seni yang sering diaplikasikan oleh seorang bidan adalah sebagai
berikut:
a. Dukungan psikis dari suami

dukungan psikis dari suami sangat membantu proses mempersembahkan


pelayanan kesehatan dalam praktek kebidanan. Hal itu telah dibuktikan
dengan banyak dan hasilnya memang benar-benar terbukti. Dukungan psikis
dari suami dapat menambah dukungan dan semangat seorang ibu dalam
proses persalinan. Perasaan seorang ibu yang tengah berjuang melahirkan
bayinya harus mendapat dukungan psikis dari keluarga khususnya suami
karena dukungan itu sendiri merupakan obat yang mujarab yang dapat
membantu untuk mencapai keberhasilan.
b. Posisi ibu saat melahirkan

Seni dalam praktik kebidanan dapat diterapkan dalam seni bidan dalam
mengatur posisi seorang ibu yang akan melahirkan. Seorang bidan biarkan ibu
bersalin dan melahirkan sendiri posisi persalinan yang diinginkannya dan
bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan kebebasan untuk
memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman. Manfaat
posisi berdasarkan pilhan ibu:
1) Sedikit rasa sakit dan
2) Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek.
3) Laserasi perineum lebih sedikit.

Macam-macam posisi yang dapat dipilih oleh seorang ibu:


1) Posisi terlentang (terlentang).
2) Posisi duduk/setengah duduk.
3) Posisi jongkok/ berdiri.
4) Berbaring miring kekiri.

c. Teknik persalinan IMD ( Inisiasi Menyusui Dini)

IMD atau Inisiasi. Menyusui dini adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, di mana bayi diletakkan di dada ibu dan dibiarkan
bergerak untuk mencari menempatkan susu ibu sendiri. menurut mencari
diperkirakan sebanyak 22% kematian bayi baru lahir dapat di cegah bila bayi
di susui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Pada satu jam pertama
ini bayi harus disusukan pada ibu, bukan untuk mempersembahkan nutrisi
tetapi untuk belajar menyusu atau menerima di sini menempatkan susu dan
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI kolostrum (depkes),
kolostrum ini sangat berguna bagi bayi.

3. Cara Pendekatan Pengaplikasian Seni Dalam Praktik Kebidanan

Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab
memberikan pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan bersama pelayanan kebidanan yang diberikan selsama 24 selai
secara bersenang-senang. bidan harus memilikiketerampilan profesional, ataupun
global. Agar bidan dapat menjalankan peran dengan baik, maka perlu adanya
pendekatan sosial budaya yang dapat memberikan jembatani pelayanannya
kepada pasien.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui
pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan
yang dapat digunakan atau diterapkan oleh para bidan dalam melakukan
pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya paguyuban, kesenian
tradisional, agama dan sistem ban jar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan
oleh petugas, tidak ada sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar
adanya.
Pelayanan kebidanan yang optimal dalam meningkatkan dan
mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam secara
terus-menerus. Bidan harus memiliki keterampilan profesional, ataupun global.
Menjalankan peran dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya
yang dapat menjembati pelayanannya untuk pasien. Tercapainya pelayanan
kebidanan yang optimal, perlu adanya tenaga bidan yang profesional dan dapat
andal dalam memberikan pelayanan kebidanan berdasarkan prinsip-kaidah
profesi, antara lain:
a. Memiliki pengetahuan yang adekuat.
b. Menggunakan pendekatan kebidanan.

Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi,melalui


pendekatan sosial dan budaya yang akurat. Bentuk-bentuk pendekatan yang dapat
digunakan dengan berbagai cara misalnya paguyuban, kesenian tradisional, agama
dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan masyarakat
menerima bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan g una meningkatkan
guna bidan.

C. RANGKUMAN
Model praktik kebidanan merupakan model yang dikembangkan untuk membantu
manusia dalam memahami proses sehat sakit dalam arti kesehatan.tujuannya adalah
sebagian kerangka kerja untuk pemahaman dan tindakan. Mutu pelayanan kebidanan
adalah tingkat kesempurnaan dan standar yang telah di tetapkan dalam memberikan
pelayanan kebidanan untuk mengurangi tingkat kematian.Mutu pelayanan kebidanan
menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas
pada klien. Evidance Based adalah proses sistematis untuk mencari,menilai,dan
menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk pengambilan keputusan klinis.
Role model merupakan suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik
sehingga dapat dijadikan sebagai model acuan atau contoh. Kami sebagai penulis
menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan serta sangat jauh dari kata
sempurna.tentunya kami akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber
yang dapat di pertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah ini.

D. LATIHAN
1. Yang merupakan lingkup tingkat pelayanan kesehatan dasar promosi kesehatan
adalah…..
A. Health promotion
B. Spesifik protection
C. Disability limitation
D. Health prevention
E. Early diagnosis and prompt treatment

Jawaban: A. Health promotion

2. Salah satu upaya promosi kesehatan saat hamil meliputi ...


A. Pemberian ASI.
B. Latihan/Senam Nifas.
C. Nutrisi Bagi Bayi.
D. PenKes Gizi Ibu Menyusui.
E. Meyakinkan Ibu Menyusui Bahwa Tidak Ada Pantangan Makan Selama
Menyusui.
Jawaban: B. Latihan/Senam Nifas

3. Berikut yang bukan hambatan dalam penyelenggaraan promkes adalah...


A. Struktur dan sikap medical establishment
B. Hambatan individual
C. Jaringan koperasi dan perencanaan yg rumit
D. Tdpt jurang pemisah ant pengemb teknologi perub yg efektif n penggunaan
teknologi oleh pelaksana
E. Terdapat hambatan masyarakat
Jawaban: E. Terdapat hambatan masyarakat

4. Tugas bidan dalam pelayanan kesehatan promkes sebagai berikut, kecuali..


A. Fasilitator
B. Motivator
C. Edukator
D. Advokator
E. Rehabilitator
Jawaban: E. Rehabilitator

5. Tujuan memberikan promosi kesehatan pada ibu nifas adalah


A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan normal
B. Ibu nifas akan bergantung pada bidan
C. Ibu nifas akan melewati masa nifas yang kurang baik
D. Ibu nifas akan bergantung oleh pelayanan kesehatan
E. Ibu nifas akan berhati hati dalam masa nifasnya
Jawaban: A. Ibu nifas dapat menghadapi masa nifas dengan baik dan
normal
E. DAFTAR PUSTAKA

Tajmiati, Atit (dkk), 2016 modul konsep kebidanan dan etikolegal dalam praktik
kebidanan surakarta: politiknik kesehatan kementrian kesehatan Surakarta
Dilla, silvia, 2019 modul seni dalam praktik bidan: Jakarta Kostania, Gita.
"Model Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan Berkesinambungan dalam Praktik
Kebidanan Prodi D. IV Kebidanan." Jurnal Kebidanan dan Kesehatan Tradisional 5.1
(2020): 1-13.
Kostania, G. (2020). Model Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan
Berkesinambungan dalam Praktik Kebidanan Prodi D. IV Kebidanan. Jurnal Kebidanan
dan Kesehatan Tradisional, 5(1), 1-13.

KOSTANIA, Gita. Model Pelaksanaan dan Evaluasi Asuhan Kebidanan


Berkesinambungan dalam Praktik Kebidanan Prodi D. IV Kebidanan. Jurnal Kebidanan
dan Kesehatan Tradisional, 2020, 5.1: 1-13.
Septina, Y., Keb, M. T., Srimulyawati, T., & Keb, M. T. (2020). Pengantar Praktik Ilmu
Kebidanan. Penerbit Lindan Bestari.
Purwandani,Atik.Konsep Kebidanan: Sejarah Profesionalisme.Jakarta: EGC.2008.
Sarwono Prawirohardjo.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Nurmayati.2011.Mutu Pelayanan Kebidanan.Jakarta: Trans Info Media.
Kartika,Sofia,1994.Buku Saku Bidan Desa.Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai