Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT KOLELITIASIS ( BATU EMPEDU )

KELOMPOK 8 :
1. MUH.ANDHIKA PUTRA PRATAMA
2. TASKIA AULIA
3. DEVI ANJELINA
DEFINISI

Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya
berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi
kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E).
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam
kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu
memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
ETIOLOGI

Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran, disebabkan
oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus
hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu
menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi
pada wanita. (Doenges, Marilynn, E)
MANIFESTASI KLINIS

1. Rasa nyeri dan kolik bilier


Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan
akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien
dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadaran kanan atas yang menjalar ke
punggung atau bahu kanan; rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat
dalam makan makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat kolik
melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan kontraksi kandung empedu yang
tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan
distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago
kosta 9 dan 10 kanan.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan menimbulkan gejala yang
khas, yaitu: gatah empedu yang tidak lagi dibawa kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan
penyerapan empedu ini membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses.
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang
tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu aka tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut
“Clay-colored ”
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksi aliran empedu juga akan mengganggu absorbsi vitamin A,D,E,K yang larut lemak.
Karena itu pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier
berlangsung lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
(Smeltzer, 2002).
5. Regurgitasi gas:
flatus dan sendawa
PATOFISIOLOGI

 Faktor metabolik : Cairan empedu mengandung air, HCO3, pigmen empedu, garam empedu dan kolestrol yang
tinggi dalam cairan empedu memungkinkan terbentuknya batu. Tidak dijumpai kolerasi darah dan kolestrol
empedu.

 Statis bilier : Stagnasi cairan pada empedu menyebabkan air ditarik ke kapiler, sehingga garam empedu
menjadi lebih banyak yang akan mengubah kelarutan kolestrol.

 Peradangan : Karena proses peradangan, kandung empedu menjadi berubah, sehingga keasaman cairan
empedu bertambah dan daya laru kolestrol menjadi menurun.
Dampak cholelitiasis terhadap fungsi pencernaan tergantung pada besarnya batu dan lokasi
batu. Bila besarnya batu menghambat sirkulasi dan penekanan pada jaringan maka akan
dijumpai manifestasi klinis akibat spasme duktus dan gangguan pencernaan akibat cairan
empedu yang tidak mengalir ke duodenum.

1) Bilirubin terkonjugasi akan meningkat dalam darah diakibatkan oleh absorsi cairan empedu oleh
kapiler darah sebagai dampak adanya obstruksi. Ikterus akan timbul

2) Cairan empedu tidak masuk ke duodenum, menyebabkan gangguan ingesti dan absorpsi khususnya
lemak dan vitamin yang larut dalam lemak. Dingesti dan absorbsi karbohidrat dan lemak berkurang
maka akaan menyebabkan neunasa, muntah, diare, distensi abdomen.
PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan non bedah


a. Penatalaksanaan pendukung dan diet 80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan
istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein
dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya
untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut
(monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu. Pengangkatan non bedah : dengan
lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus
koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang diarahkan kepada batu
empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik. Efek samping : petekia kulit dan
hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat setelah
arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding abdomen
pada umbilikus. d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu
empedu.
PENGKAJIAN

• Aktifitas/Istirahat Gejala : Kelemahan Tanda : Gelisah


• Sirkulasi Tanda : Takikardia, berkeringat
• Eliminasi Gejala : Perubahan warna urine dan feses Tanda : Distensi abdomen. Teraba masa pada kuadran
kanan atas. Urine gelap, pekat. Feses waran tanah liat,steatorea.
• Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia,mual. Tanda : adanya penurunan berat badan.
• Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri abdomen atas, dapat menyebar kepunggung atau bahu kanan.Kolik
epigastrium tengah sehubungan dengan makan. Nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku biala kuadran kanan atas
• Keamanan Tanda : Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gtal (Pruiritus). Kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin K)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b/d agen injuri fisik


2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan
nutrisi, faktor biologis
3. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, terpasangnya alat invasif.
4. Kurang perawatan diri b/d kelemahan
5. Kurang Pengetahuan tentang penyakit, diet dan perawatannya b/d mis interpretasi informasi
INTERVENSI

Diagnosa : Nyeri akut b/d agen injuri fisik


Manajemen nyeri :
• Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi.
• Observasi rea ksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
• Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
• Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan. • Kurangi faktor presipitasi nyeri.
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/ non farmakologis)
• Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
• Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
• Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. • Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. Administrasi analgetik
• Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
• Cek riwayat alergi
• Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
• Monitor TV
• Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
• Evaluasi efektifitas analgetik,
IMPLEMENTASI

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan


yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus implementasi, mempertahan
daya tahan tubuh, menemukan perubahan system tubuh, mencegah komplikasi.
(Wahyuni & Sri , 2016)
EVALUASI

Menurut (Wahyuni & Sri, 2016). Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan
sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemapuan klien mencapai tujuan yang
diinginkan dengan kriteria hasil pada perencanaan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai