Anda di halaman 1dari 62

Nama dosen: Susi Susanti S.Kep, Ns. M.

Kep
Mata kuliah: Komunikasi Dasar Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah


Kebutuhan Harga Diri pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kroik di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Provinsi Sumatra Utara

OLEH :
KELOMPOK 5
EFER MANUHURY
PUPUT S
AINI YATURROFIDAH
PATTA NUR MILDANIATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


S1 KEPERAWATAN
T.A 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada allah swt, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan askep
dengan judul : “Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Harga Diri pada Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Provinsi Sumatera Utara”.
shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi muhammad saw,
penulisan ini bertujuan untuk memahami politik di indonesia.
merupakan suatu harapan pula, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya untuk penulis, kritik dan saran dari pembaca akan
sangat perlu untuk memperbaiki dalam penulisan makalah dan akan diterima
dengan senang hati. serta semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi
penulis untuk penulisan askep yang lebih baik dan bermanfaat. aamiin.

Makassar, 12 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan.............................................................................................. 3
C. Manfaat............................................................................................ 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS........................................................... 5
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Harga Diri................................................................... 5
1. Pengkajian.................................................................................. 5
2. Analisa Data............................................................................... 15
3. Rumusan Masalah...................................................................... 17
4. Perencanaan............................................................................... 17
B. Asuhan Keperawatan Kasus......................................................... 22
1. Pengkajian.................................................................................. 22
2. Analisa Data............................................................................... 29
3. Masalah Keperawatan................................................................ 34
4. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 34
5. Intervensi Keperawatan.............................................................. 35
6. Implementasi dan Evaluasi........................................................ 40
C. Fase – Fase Keperawatan Jiwa Harga Diri Rendah................... 44
BAB III PENUTUP.................................................................................... 47
A. Kesimpulan...................................................................................... 47
B. Saran ................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah bahwa setiap
manusia memiliki lima kebutuhan dasar. Tingkat pertama, termasuk
kebutuhan fisiologis seperti udara, nutrisi, air, eliminasi, istirahat dan
tidur. Tingkat kedua yaitu kebutuhan keamanan dan perlindungan,
termasuk juga keamanan fisiologis dan psikologis. Tingkat ketiga berisi
kebutuhan akan cinta dan memiliki, termasuk didalamnya hubungan
pertemanan, hubungan sosial, hubungan cinta. Tingkat keempat yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri, termasuk juga kepercayaan diri,
pendayagunaan, penghargaan dan nilai diri. Tingkat terakhir merupakan
kebutuhan aktualisasi diri, keadaan pencapaian potensi, dan mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah & beradaptasi dengan
kehidupan (Rosdalh & Kowalksi, 2012).
Manusia memerlukan perasaan stabil terhadap harga diri maupun
perasaan bahwa mereka dihargai oleh orang lain. Kebutuhan harga diri
berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan, pencapaian, rasa
cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Manusia juga
membutuhkan penghargaan atau apresiasi dari orang lain. Pada saat kedua
kebutuhan ini terpenuhi, seseorang merasa percaya diri dan berguna. Jika
kebutuhan harga diri dan penghargaan dari orang lain tidak terpenuhi,
orang tersebut mungkin tidak berdaya dan merasa rendah diri (Maslow,
1970 dalam Potter & Perry, 2005).
Harga diri rendah situasional adalah evaluasi diri negatif yang
berkembang sebagai respons terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri
positif (NANDA, 2005)
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah
berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara

1
berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptif.
Penyakit Gagal Ginjal Kronik merupakan penyakit yang sangat
berbahaya karena penyakit ini dapat berlangsung lama dan mematikan.
Disamping itu pula penyakit gagal ginjal kronik membutuhkan biaya yang
cukup banyak tetapi penyakit gagal ginjal kronik sangat sukar di
sembuhkan.
Gagal Ginjal Kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat prognetif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia atau retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah ( Brunner Sundarth, 2002 ). Gagal
ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremic) dalam darah ( Muttaqin Arif, 2011 )
Berdasarkan laporan periode Rumah Sakit Pirngadi Kota Medan di
dapatkan data dari bulan mei 2017 tercatat jumlah pasien rawat di ruang
HDU, didapatkan pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik mengalami
kebutuhan dasar harga diri dengan jumlah pasien 4 (60%) dari 6 pasien
yang masuk di Ruang HDU.
Berdasarkan kasus di Rumah Sakit Pirngadi Medan Provinsi
Sumatera Utara dengan klien Gagal Ginjal Kronik, ditemukan bahwa klien
megalami gangguan kebutuhan dasar harga diri. Ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan dasar harga diri disebabkan oleh gangguan
psikologis, dapat di gambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri dan merasa gagal mencapai keinginan.
Penulis memprioritaskan masalah kebutuhan dasar ini dikarenakan
harga diri yang terganggu dapat mempengaruhi status kesehatan klien.
Terpenuhinya harga diri menjadikan klien mampu untuk menggali

2
kemampuan dan kepercayaan dirinya sekaligus membantu proses
penyembuhan dirinya sendiri. Oleh karena itu, perawat perlu memberikan
asuhan keperawatan yang dapat membantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya terkait dengan kondisi klien yang mengalami gagal
ginjal kronik.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. R dengan prioritas masalah kebutuhan dasar
harga diri pada klien yang mengalami gagal ginjal kronik di Rumah
Sakit Pirngadi Medan Provinsi Sumatera Utara.
b. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada
Ny. R dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.
b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
Ny. R dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.
c. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan keperawatan
pada Ny. R dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.
d. Mahasiswa mampu memberikan implementasi keperawatan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan pada Ny.
R dengan masalah kebutuhan dasar harga diri.
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Ny. R dengan
masalah kebutuhan dasar harga diri.

C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi yang bermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik sekaligus
mahasiswa mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang cara

3
pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait dengan gangguan harga diri.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
institusi penyelenggara pendidikan Diploma III Keperawatan
khususnya dalam mengembangkan suatu panduan bagi mahasiswa di
dalam mempersiapkan mahasiswa untuk memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan kebutuhan harga diri.
Selain itu, hasil karya tulis ilmiah ini juga dapat digunakan oleh
institusi untuk membantu mahasiswa bagaimana mengidentifikasi
kebutuhan dasar klien dan meningkatkan kemampuan mahasiswa
membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

4
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri atau cita-
cita/harapan langsung, mengasilkan perasaan berharga. Pada kondisi tertentu
kebutuhan harga diri akan terganggu sehingga individu tersebut mengalami
harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah penilaian diri yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan
berharga. Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri atau
orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan diterima,
dicintai, dihormati oleh orang lain, serta keberhasilan yang pernah dicapai
individu dalam hidupnya (Hidayat, 2006).
Individu yang memiliki harga diri positif akan lebih percaya diri untuk
mencoba perilaku sehat yang baru dan sangat kecil kemungkinan untuk
mengalami depresi. Sedangkan gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan
merasa gagal mencapai keinginan (Boyn, 2005).

2. Faktor Penyebab Harga Diri Rendah


Kondisi harga diri rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi, terjadinya harga diri rendah akibat penolakan orang tua
yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor Prespitasi
Faktor prespitasi, terjadinya harga diri rendah biasanyanya akibat
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan
atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah

5
dapat terjadi secara:
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu akan sesuatu (korban perkosaaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba).
Gangguan pada klien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena:
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemsangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien gangguan
fisik.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Kondisi ini dapat ditemukan pad klien gangguan fisik yang kronis
atau pada klien gangguan jiwa.
Baik faktor predisposisi maupun prespitasi diatas bila mempengaruhi
seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap
akan mempengaruhi terhadap koping individu terebut sehingga menjadi
tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi
pada klien tidak dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan
klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri),
yang menyebabkan klien asyik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
Menurut Peplau dan Sulivan (2013), harga diri berkaitan dengan
pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan bayi sampai
lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak dapat dipersalahkan,
ditekan sehingga perasaan amanya tidak terpenuhi dan merasa ditolak
6
oleh lingkungan dan apabila koping yang diberikan tidak efektif akan
menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan (2013), lingkungan
sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya
perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan
sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku akibat harga diri.

3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah


Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang
lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga
diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi untuk berubah serta cenderung merasa aman.
Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
negatif dan menganggap sebagai ancaman.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara Kozier berikut:
Level of self esteem range from high to low. A person who has high self
esteem deals actively with the environtment, adapts effectively to change, and
fells secure.a person with low self esteem sees the environment as negative and
threatening (Driever dalam Kozier, 2003:845).
Self esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan
fungsi ego, dimana anak-anak yang beradaptasi terhadap lingkungan internal dan
eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan
menunjukkan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga
diri rendah cenderung untuk mempersepsikan lingkungan negatif dan sangat
mengancam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi
egonya (Otong, 1995:297).

Sebuah hasil riset menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan


oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak
optimal (Malhi, 2008).
Dalam tinjuan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri
7
rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya sering
tidak dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa
awal sering gagal disekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah
muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.

Adaptif Mal-adaptif

Aktualisasi Konsep diri harga diri Kerancuan depers


o-
Diri Positif rendah Identitas nalisasi

Gambar 2.1.4. Respon Konsep Diri (Stuart & Sundeen, 1998)

Keterangan :

1. Respon adaptif adala respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi suatu
masalah dapat menyelesaikannya secara baik, antara lain:
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi mas
lalu akan diri dan perasaannya.
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam menghadapi masalah.

8
2. Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon mal-
adaptif gangguan konsep diri adalah:
a. Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
b. Kekacauan identitas
Kekacauan diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan kehidupan
dalam mencapai tujuan.
c. Depersonalisasi
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kepribadian yang kurang sehat, tidak
mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada rasa percaya
diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

4. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah


Adapun tanda dan gejala harga diri rendah adalah, Damayanti (2008), sebagai
berikut :
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih
banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara pelan.

5. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah


Batasan karakteristik menurut Nanda – 1 (2012), yaitu :
a. Bergantung pada pendapat orang lain.
b. Individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
c. Melebih – lebihkan umpan balik negative tentag diri sendiri.
d. Secara berlebihan mencari penguatan.

9
e. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
f. Enggan mencoba situasi baru, enggan mencoba hal baru.
g. Perilaku bimbang, kontak mata kurang.
h. Perilaku tidak asertif.
i. Sering kali mencari penegasan, pasif.
j. Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri. Ekspresi rasa
bersalah.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Harga Diri
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan unsur utama dari proses
keperawatan. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu
penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi
kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi, mengenal maslah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Rohmah, 2009). Jadi
pengkajian meliputi pengumpulan data analisa data dan diagnosa keperawatan :
a. Pengumpulan data

Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai statuskesehatan dan


kemungkinan adanya masalah yang memerlukan intervensi dari perawat.
Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu didapat secara nyata
dan melaui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh
klien dan keluarganya. Adanya data ini di dapat melalui wawancara perawat
pada klien dan keluarganya. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan,
umumnya yang dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis
pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
b. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelmain, pendidikan, agama, pekerjaan,
status marital, suku/bangsa, alamat, nomor

10
medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, dan
diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab.
c. Alasan masuk
Tanya kepada pihak klien/keluarga atau pihak yang berkaitan dan tuliskan hasilnya,
apa yang menyebabkan klien datang kerumah sakit, dan Apa yang sudah dilakukan
klien/keluarga sebelum atau sesudah berobat kerumah sakit.
d. Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
(Stuart, 2006).
1. Riwayat ganguan jiwa
2. Pengobatan
3. Aniaya
4. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
5. Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan
e. Pengkajian fisik
Tanda-tanda vital , Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernafasan klien, berat badan, dan tinggi badan.
f. Pengkajian psikososial
1. Genogram
Kaji meliputi gambaran klien dengan tiga generasi ke atas, pola asuh,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan dengan anggota
keluarga lainnya. Keluarga dari klein sebelumnya pernah mengalami
penyakit gangguan kejiwaan, pola asuh yang kurang dari orang tuanya
saat/sejak dari kecil, jarang diikitsertakan dalam pengambilan keputusan,
dan hubungan klien dengan keluarga lainnya kurang harmonis.
Penjelasan :
Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya, jelaskan masalah
yang terkait dengan pola asuh kelurga terhadap klien dan anggota keluarga
lainnya, pola komunikasi,pola pengambilan keputusan, dan faktor herediter
(Azizah : 2011).

11
2. Konsep diri
a. Gambaran`diri
Disukai dan tidak disukai, klien akan mengatakan tidak ada keluhan
apapun.
b. Identitas diri
Kaji bagaiman kepuasan klien terhadap jenis kelaminnya, status
sebelum dirawat dirumah sakit. Klien merasa tidak berdaya dan rendah
diri sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan atau
diharapkan dikeluarga maupun masyarakat
c. Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
d. Ideal diri
Tanyakan harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran. Harapan
klien terhadap lingkungan (keluarga, sekola, tempat kerja,
masyarakat),harapan klien terhadap penyakitnya.
e. Harga diri
Pasien mengejek dan mengkritiki diri sendiri, menurunkan martabat,
menolak kemampuan yang dimiliki yang nyata dan perasaan dirinya
lebih penting.

3. Hubungan sosial
a. Klien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan

b. Pasien merasa berada dilingkungan yang mengancam.

c. Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada klien.

d. Klien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam


dan mengeksploitasi orang lain

4. Spiritual
a. Falsafah hidup
Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan
hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan
penyembuhannya.

12
b. Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan
Pasien mengakui adanya tuhan tetapi kurang yakin terhadap
Tuhan, putus asa karena tuhan tidak memberikan sesuatu yang
diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.
5. Status mental
a. Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat
untuk melakukan perawatan diri. Kemunduran dalam tingkat kebersihan
dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.
Bila seorang perempuan yang mempunyai ketakutan seksual mungkin
berpakaian netral, tetapi apabila wanita berpaian, bersolek, dan berprilaku
seakan-akan hendak membangkitkan rangsangan seksual maka adanya
kemungkinan hysteria. Bau badan karena tidak mandi merupakan tanda
dini suatu gangguan jiwa (Marammis, 2005).
b. Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah,
sedikit bicara, inkoheren, dan bloking (Yosep, 2009).
c. Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi
Yosep, 2009).
d. Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang
pesimis (Yosep, 2009).
e. Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon
bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep, 2009).
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya kurang kooperatif dan mudah tersinggung (Yosep,
2009).
g. Persepsi

13
Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau
member perintah. (Keliat: 2006).
h. Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang
sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi samapai
pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang
berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan).
Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan
antara satu kalimat dengan kalimat lainnya, serta klien tidak
menyadarinya). Fight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari
satu toipik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis
dan tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti
secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali).
Jelaskan apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah
keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006).
i. Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009)
j. Tingkat kesadaran
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi
(klien mengatakan malu bila bertemu orang lain karena dirinya
mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor (gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan
yang di ulang-ulang, anggota tubuh klien dalam sikap canggung
yang dipertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari
semua yang terjadi dilingkunganya) diperoleh melalui observaasi,
orientasi waktu, tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melaui
wawancara, jelaskan data objektif dan data subjektif yang terkait
dengan hal-hal diatas. Masalah keperawatan sesuai dengan data,
jelaskan apa yang dilakukan klien saat wawancara. (Keliat :
2006).
k. Memori

14
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun
memori jangka panjang. (Keliat : 2006).
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak
mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena
merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami gangguan dalam
berhitung. (Keliat : 2006).
m. Kemampuan menilai
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya:
berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah
diberikan penjelasa klien masih tidak mampu mengambil
keputusan), jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah
keperawatan sesuai dengan data. (Keliat: 2006).
n. Daya tilik diri
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak
menyadari mempunyai gangguan jiwa. (Keliat: 2006).

2. Analisa Data
Analisa adalah kemampuan mengkaitkan data menghubungkan data tersebut
dengan konsep diri, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien
(Rohman, 2009).

Data mayor dan data minor pada gangguan konsep diri : harga Diri rendah
yaitu :

Deskripsi Data mayor Data minor

6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Deskripsi : Ide, pikiran perasaan yang negatif tentang dirinya
Data Mayor Subyektif: - Mengeluh hidup tidak bernakna
a. Tidak memiliki kelebihan apapun
b.Merasa jelek

15
Data Mayor Objektif: - Kontak mata kurang

16
c.Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

Data Minor Subyektif: - Mengatakan malas


d. Putus asa ingin mati
Data Minor Obyektif: - Tampak malasmalasan
e.Produktifita s menurun

3. Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) dari individu atau kelompok ketika perawat secara legal
mengidentifikasi dan dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan
(Rohmah, 2009).
Menurut Fitria (2009) masalah keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan gangguan harga diri rendah adalah:
a) Gangguan harga diri rendah kronik
b) Koping individu tidak efektif
c) Gangguan sensori persepsi : halusinasi
d) Isolasi sosial
e) Resiko prilaku kekerasan

4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah
mengurangi, mengatasi maslah-maslah yang telah di identifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan maslah dengan efektif dan
efisien (Rohmah, 2009).
Berdasarkan diagnosa diatas pelaksaan ditetapkan dalam suatu tujuan,
kriteria evaluasi, intervensi, dan rasional. Tujuan umum berfokus pada
penyelesaian masalah dari diagnosa tertentu, dan didapat jika serangkaian
tujuan khusus telah tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian sistem

17
dari diagnosa tertentu, tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien
yang perlu dicapai atau dimiliki klien.
Jika harga diri klien sangat rendah berarti mereka gagal untuk merawat
diri mereka sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan perawat untuk
memenuhi kebutuhan lain seperti kebutuhan nutrisi, kebutuhan rasa aman dan
nyaman serta tindakan keperawatan untuk meningkatkan harga diri klien.
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga
diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan (Purba, Jenny
Marlindawati, dkk. 2008)
a. Tindakan keperawatan pada pasien:
A. Tujuan
1. Pasien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki.
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang digunakan
3. Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai
kemampuan
4. Pasien dapat berlatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan
5. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya

B. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien. Untuk membantu pasien dapat
mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien, saudara dapat:
 Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah
kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien
dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali
bertemu pasien penilaian negatif.

2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat


digunakan. Untuk tindakan tersebut, saudara dapat:

18
 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
dapat digunakan saat ini setelah mengalami bencana.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar
yang aktif

3. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan yang


sesuai dengan kemampuan. Tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan adalah:
 Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari
 Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat
pasien lakukan secara mandiri, mana aktivitas yang dapat
memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas
apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau
lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara
pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.

4. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai


kemampuan pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut
saudara dapat melakukan:
 Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan
kegiatan ( yang sudah dipilih pasien ) yang akan
dilatihkan.
 Bersama pasien dan keluarga mempragakan beberapa
kegiatan yang akan dilakukan pasien.
 Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan
yang diperlihatkan pasien.

19
5. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai
kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan. Untuk
mencapai tujuan dari tindakan keperawatan tersebut, saudara
dapat melakukan hal-hal berikut:
 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan yang telah dilatihkan.
 Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan
pasien setiap hari.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan
perubahan setiap aktivitas.
 Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama
pasien dan keluarga.
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
 Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas
yang dilakukan pasien.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah
dirumah menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
A. Tujuan:
 Keluarga dapat membantu pasien mengidentifikasikan
kemampuan yang dimiliki.
 Keluarga memfasilitasi aktivitas pasien yang sesuai
kemampuan.
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan latihan yang dilakukan, dan memberi pujian
atas keberhasilan pasien.
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan
kemampuan pasien.

20
B. Tindakan Keperawatan:
 Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang
ada pada pasien.
 Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki
pasien dan memuji pasien atas kemampuannya.
 Anjuran keluarga untuk memotivasi pasien dalam
melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan pada pasien
dengan perawat.
 Ajarkan keluarga cara mengamati perkembangan
perubahan prilaku pasien.

21
C. Asuhan Keperawatan Kasus

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI

RUMAH SAKIT PIRNGADI KOTA

MEDAN SUMATERA UTARA

FORMAT PENGKAJIAN

1 . Biodata

Nama/Inisial : Ny. R

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 53 tahun

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. SM Raja No. 99 Dairi, Kecamatan Tiga Lingga

Tanggal masuk RS : 05 Mei 2017

Ruangan/kamar : HDU ( High Dependency Unit

) Golongan darah :O

Tanggal pengkajian : 10 Mei 2017

Diagnosa medis : CKD Stage

I. ALASAN MASUK

22
Klien datang dengan kesadaran menurun, dan tiba-tiba 1 hari ini BAK sedikit
dan klien adalah pasien Hemodialisa. Keluarga juga mengatakan bahwa Ny. R
sering berputus asa dan bosan hidup karena memikirkan penyakitnya.

II. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien merasa dirinya serba kekurangan karena penyakitnya yang
membuat dirinya menjadi tidak bisa berbuat apa-apa
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Perawatan selama di rumah sakit dan obat-obatan
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasa sedih dan kesal
2. Bagaimana dilihat
Pasien terkadang melamun sendiri di atas tempat tidur

III. GENOGRAM

NB : Perempuan

: laki-laki

: Klien

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk ke rumah sakit.
23
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi.
D. Lama dirawat
Sebelumnya klien dirawat selama 1 bulan.
E. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Klien mengatakan orangtuanya tidak memiliki penyakit yang serius.
B. Saudara kandung
Klien mengatakan saudaranya tidak memiliki penyakit yang serius.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan sebelumnya tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan ayah dan ibunya sudah meninggal dunia.

VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL


A. Prsepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan sudah bosan hidup karena penyakitnya tidak juga sembuh
selama ia minum obat secara teratur.

B. Konsep diri
- Gambaran diri : Klien mengatakan sangat menyukai
matanya yang berwarna cokelat.
- Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi seorang
pengusaha butik.
- Harga diri : Klien mengatakan merasa malu pada
dirinya
24
sendiri dan orang lain karena penyakitnya, klien
juga menganggap dirinya sangat lemah karena
tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, dan klien
juga mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
lagi karena penyakit yang di alaminya.
- Peran diri : Klien mengatakan merasa gagal karena
menjadi seorang ibu sekaligus nenek yang tidak
berguna.
- Identitas : Sebagai seorang ibu, klien merasa sangat
bodoh karena saat klien sehat, klien tidak mau
mendengarkan nasihat orang disekitarnya.

C. Keadaan emosi
Klien terkadang tampak sedih, lesu, tidak bersemangat, dan kurang dalam
berkontak mata.
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti :
Suami dan anak-anak
- Hubungan dengan keluarga :
Baik dan harmonis
- Hubungan dengan orang lain :
Klien mengatakan tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang lain dan
klien lebih suka menyendiri
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien malu karena sekarang ia tidak bisa seperti dulu danklien
mengatakan malu dengan kondisinya jika bergaul takutadanya penolakan
dan dicela oleh teman-temannya.
E. Spriritual
- Nilai dan keyakinan :
Klien menganut agama Kristen Protestan.
- Kegiatan ibadah :
Klien mengatakan dulu sebelum sakit sering beribadah tetapi setelah
masuk ke rumah sakit, klien tidak pernah beribadah.

25
VII. STATUS MENTAL
 Tingkat kesadaran : Compos mentis, klien dalam
keadaan sadar ketika diberi
pertanyaan
 Penampilan : Klien tampak kumal dan kurang
rapi
 Pembicaraan : Klien berbicara dengan lambat
 Alam perasaan : Lesu, klien tampak tidak terlalu
bersemangat dan tampak sedih
 Afek : Tidak sesuai
 Interaksi selama wawancara : Klien kooperatif tetapi kurang
dalam kontak mata saat berbicara dan
selalu menunduk.
 Persepsi : Klien mengatakan tidak
mengalami gangguan persepsi.
 Proses pikir : Pengulangan pembicaraan.
 Isi pikir : Rendah diri ini dibuktikan ketika
berbicara klien selalu mengatakan malu
karena kondisipenyakitnya yang membuat
klien tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
 Memori : Klien tidak memiliki
gangguan dalam mengingat.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Kondisi fisik klien terlihat lemah.

B. Tanda-Tanda Vital
- Suhu tubuh : 37,4° celcius
- Tekanan darah : 151/70 mmHg
- Nadi : 86x/i

26
- Pernafasan : 22x/i
- Tinggi Badan : 150 cm
- Berat Badan : 57 kg

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


A. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : Klien kadang selera kadang
tidak
- Nyeri ulu hati : Tidak ditemukan ulu nyeri
hati
- Alergi : Klien tidak memiliki alergi
- Mual dan muntah : Tidak mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri : Klien memisahkan diri saat
makan
- Waktu pemberian makan : 07.00 pagi, 12.00 siang, dan
18.00 sore

- Jumlah dan jenis makan : Seporsi nasi dengan


lauk pauk dan sayur
- Waktu pemberian cairan/minum : 50cc setiap 8 jam sekali
- Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah makan
dan minum

B. Perawatan diri/personal Hygiene


- Kebersihan tubuh : Klien tampak bersih
- Kebersihan gigi mulut : Tidak dilakukan
pemeriksaan
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku pendek dan jorok

C. Pola kegiatan/aktifitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total :

27
Klien melakukan aktifitas mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara bantuan.
- Uraikan aktifitas ibadah pasien selama dirawat/sakit :
Selama di rumah sakit klien jarang melakukan ibadah

D. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 kali sehari
- Karakter feses : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Riwayat perdarahan : Tidak dilakukan pemeriksaan
- BAB terakhir : Pagi hari tadi
- Diare : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Penggunaan laksatif : Tidak pernah

2. BAK
- Pola BAK : 200cc sehari
- Karakter urine : Tidak dilakukan
pemeriksaan
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak dilakukan
pemeriksaan
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Ada
- Penggunaan diuretik : Tidak pernah

X. Mekanisme Koping
- Maladaptif
Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti penyakitnya tiba-tiba
kambuh, klien langsung berteriak dan kadang menangis berlebihan hingga
tengah malam. Klien tidak memperdulikan istirahat dan kesehatannya.

28
2. Analisa Data

29
No Data Penyebab Diagnosa
Keperawatan
1 DS: Gagal Ginjal Kronik Harga diri rendah
1. Klien mengatakan situasional
merasa malu pada
dirinya sendiri dan Ketidakmampuan
orang lain karena beraktivitas
penyakitnya.
2. Klien merasa
semua adalah Harga diri rendah
kesalahannya situasional
karena tidak
mendengarkan
nasihat dari orang
terdekatnya
semasa masih
sehat.
3. Klien mengatakan
dengan kondisi nya
sekarang klien
tidak bisa
beraktivitas seperti
dulu lagi.
4. Klien merasa malu
karena kondisinya
yang sangat lemah.
5. Klien mengatakan
dirinya tidak
berguna lagi
karena penyakit
yang di alaminya.
DO:
1. Klien tampak lesu
dan tidak
30
31
bersemangat.
2. Klien selalu
menunduk dan
menghindari
kontak mata
dengan perawat.
3. Klien menjawab
dengan bimbang
4. Klien tampak sedih

2 DS: Gagal Ginjal Kronik Keputusasaan


1. Klien mengatakan
Ia jarang bergaul
maupun Ketidakmampuan
berosialisasi beraktivitas
dengan orang lain
karena klien takut
adanya penolakan.
Harga diri rendah
2. Klien mengatakan situasional
lebih baik
menyendiri
daripada Keputusasaan
bergabung dengan
temannya yang
lain karena takut di
cela.

3. Klien mengatakan
hidupnya tidak
berguna karena
penyakit yang di
alaminya

32
33
DO:
1. Klien sering
menyendiri ketika
makan.
2. Kurang dalam
kontak mata.
3. Afek sedih
4. Klien kurang
komunikatif.
5. Kurang aktif dalam
fisik maupun
verbal.

3. Masalah Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional
b. Keputusasaan

4. Diagnosa Keperawatan
a. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan proses pikir
ditandai dengan klien merasa malu pada dirinya sendiri dan orang lain,
bimbang, tampak lesu, sedih, tidak bersemangat, dan menghindari kontak
mata dengan orang lain.
b. Keputusasaan berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat
ditandai dengan klien tampak tidak yakin dengan kemampuannya, klien
mengatakan hidupnya tidak berguna dan tidak mau bergaul dengan orang
lain karena takut di cela, lebih banyak menunduk, kurang komunikatif,
kurang aktif dalam fisik maupun verbal, kurang dalam kontak mata, dan afek
sedih.

34
5. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Harga diri Tujuan dan kriteria hasil:
rendah NOC : self esteem situasional
situasional Dalam waktu 4 hari klien akan menunjukkan peningkatan harga
diri dengan indikator:
1. Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal dengan
skala 3.
2. Penerimaan keterbatasan diri dengan skala 3.
3. Mempertahankan kontak mata dengan skala 3.
4. Menerima kritik dari orang lain dengan skala 3.
5. Melatih perilaku yang yang dapat meningkatkan harga diri
dengan skala 3.
Rencana tindakan Rasional
NIC : self esteem 1. Pemahaman klien tentang
enchancement pandangan harga diri klien
Defenisi: Membantu klien mengidentifikasi kepada
untuk meningkatkan penyebab harga diri.
penilaian pribadi tentang 2. Kemampuan positif yang
harga dirinya. dimiliki klien dapat
1. Kaji pemahaman klien meningkatkan percaya diri.
tentang harga diri. 3. Kegiatan positif akan
2. Bantu klien untuk meningkatkan harga diri
mengidentifikasi klien.
kemampuan dan aspek 4. Sikap penerimaan diri salah.
positif yang dimiliki. 5. Tujuan realistis untuk
3. Bantu klien mencapai harga diri yang
menggunakan lebih tinggi.
kemampuan positif 6. Lingkungan mempengaruhi
yang dimiliki klien. minat klien dalam
meningkatkan harga diri.
4. Bantu klien untuk 7. Penghargaan dan pujian akan
menemukan memotifasi klien dalam

35
penerimaan diri. kemajuan yang telah
5. Bantu klien untuk dilakukan.
menetapkan tujuan 8. Kritik diri akan membuat
yang realistis. klien mampu mengenali
6. Fasilitiasi lingkungan dirinya.
dan kegiatan yang akan
meningkatkan harga
diri.
7. Berikan penghargaan
/ pujian terhadap klien
atas kemajuan klien.
8. Eksplorasi alasan untuk
kritik diri atau rasa
bersalah.
NOC : self-awareness
Dalam waktu 4 hari klien akan mennjukkan peningkatan
kesadaran diri dengan indikator:
1. Membedakan diri dari lainnya dan lingkungan dengan skala
4.
2. Mengenali kemampuan fisik pribadi, mental, emosional
serta keterbatasan dengan skala 4.
3. Menyatakan perasaan ke orang lain dengan skala 4.
Rencana tindakan Rasional

NIC : self awareness 1. Mengenali diri sendiri dapat


enchancement meningkatkan kesadara diri.
Defenisi : membantu klien 2. Setiap manusia itu unik, oleh
untuk menyelidiki dan karena itu kesadaran dirilah
memahami pemikirannya, yang membuat seseorang
perasaan, motivasi, dan diterima.
perilaku.
3. Tanggapan umum terhadap
1. Kaji klien untuk
berbagai situasi membuat
mengenali dan
seseorang mengenal
mendiskusikan

36
37
pemikiran dan pribadinya.
perasaan. 4. Penyakit (gangguan jiwa) erat
2. Bantu klien untuk kaitannya dengan konsep diri,
menyadari bahwa ataupun harga diri.
semua orang adalah 5. Hal negatif juga diketahui
unik. klien agar klien tidak selalu
3. Fasilitasi klien merasa paling benar.
mengidentifikasi 6. Motivasi merupakan salah
tentang pola tanggapan satu faktor penyembuh orang
umum terhadap yang memiliki harga diri
berbagai hasil. rendah.
4. Bantu klien untuk 7. Pandangan orang lain dapat
mengidentifikasi meningkatkan harga diri.
dampak penyakit atas
konsep diri.
5. Bantu klien untuk sadar
akan hal negatif tentang
dirinya.
6. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
sumber motivasi.
7. Ajarkan klien untuk
mengungkapkan
pandangan orang lain
tentang dirinya

Diagnosa Perencanaan
Keputusasaan Tujuan dan kriteria hasil
NOC : Hopelessness
1. Identifikasi area harapan dalam hidup, memperluas

38
mekanisme koping pasien.
2. Berpartisipasi sebagai sukarelawa, pada aktifitas organisasi,
atau pada kegiatan keagamaan.
3. Berpatisipasi dalam aktifitas pengalihan dengan orang lain.
Rencana Tindakan Rasional
NIC : Hope inspiration 1. Area harapan hidup yang
Definisi : fasilitasi setiap positif dapat membantu
harapan masa depan yang pasien dalam meningkatkan
positif. percaya diri.
1. Bantu pasien dan 2. Agar pasien dapat
keluarga untuk percaya diri dan dapat
mengidentifikasi area berharap secara positif.
harapan dalam hidup 3. Melibatkan klien dalam
2. Bantu pasien tentang aktivitas kelompok, akan
siatuasi saat ini adalah mengurangi rasa kesepian
situasi yang sementara. yang dialami klien.
3. Dorong klien untuk 4. Meningkatkan rasa percaya
terlibat dalam aktivitas diri dengan cara beribadah.
kelompok atau individu. 5. Meningkatkan rasa percaya
4. Bantu pasien diri klien atas kemampuan
mengembangkan diri dalam berinteraksi dengan
secara spiritual. orang lain.
5. Berikan umpan balik
yang positif ketika klien
mampu menggunakan
keterampilan interaksi
sosial yang efektif.

Rencana Tindakan Rasional


NIC : Activities therapy 1. Kemampuan klien akan
Defenisi : resep dan bantuan meningkatkan partisipasi
dengan physical, cognitive pada kegiatan tertentu.
spesific, sosial, dan aktivitas 2. Komitmen merupakan salah

39
rohani untuk meningkatkan satu cara meningkatkan
cakupan, frekwensi, atau sebuah terapi.
janga waktu dari suatu 3. Kemampuan yang dimiliki
individu atau aktivitas klien salah satu cara
kelompok. meningkatkan sosialisasi.
1. Tentukan kemampuan 4. Motivasi dan penguatan
klien untuk berpartisipasi sangat penting bagi klien
dalam kegiatan spesifik. harga diri rendah agar klien
2. Kaji peningkatan terus bersemangat.
komitmen klien untuk
meningkatkan frekuensi
dan berbagai aktivitas.
3. Bantu klien untuk
memilih aktivitas dan
tujuan bagi kegiatan
sesuai dengan
kemampuan fisk,
psikologis dan sosial.
4. Bantu klien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.

40
6. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Dx Implementasi Evaluasi


Tanggal
Rabu, Harga 1. Mengkaji pemahaman SOAP
10 Mei Diri klien tentang harga S: Klien mengatakan bahwa
2017 Rendah diri dengan keluarga menganggap klien
Situasio menanyakan kepada lemah dan hanya membuat
nal klien bagaimana susah keluarga.
pendapat orang lain -Klien mengatakan ingin segera
tentang klien menurut sembuh dan kembali ke rumah.
klien. O: Klien terlihat baik saat
2. Membantu berkomunikasi.
mengungkapkan -Klien menunjukkan ekspresi
penerimaan diri secara senang pada skala 3 ketika
verbal dengan skala 3. diberi pujian.
3. Membantu klien -Klien masih belum terlalu
menerima keterbatasan mampu mengungkapkan diri
diri dengan skala 3. (skala 1).
4. Membantu klien -Klien belum terlalu dapat
menerima kritik dari menerima keterbatasan diri
orang lain dengan (skala 2).
skala 3. -Klien dapat menerima kritik
5. Mengidentifikasi dari orang lain (skala 3).
kemampuan dan aspek -Klien tidak mampu
positif yang dimiliki. mempertahankan kontak mata
6. Mengkaji kemampuan dalam waktu lama (skala 2).
positif yang dimiliki A: Harga diri rendah
klien. situasional (+)
7. Memotivasi dalam P: intervensi dilanjutkan
menetapkan tujuan -Bantu klien untuk mampu
yang realistis. mengungkapkan diri hingga
8. Membantu klien skala 3
mempertahankan

41
kontak mata dengan -Bantu klien menerima
skala 3. keterbatasan diri hingga skala
9. Memberikan 3.
penghargaan / pujian -Bantu klien menerima kritik
kepada klien atas dari orang lain hingga skala 4.
kemajuan klien. -bantu klien melatih perilaku
untuk meningkatkan harga diri
hingga skala 4.
-Bantu klien mempertahankan
kontak mata dalam waktu lama
hingga skala 3.
-Pantau aktifitas.
Kamis, Harga 1. Membantu klien SOAP
11 Mei Diri membedakan diri dari S:
2017 Rendah lainnya dan -Klien mengatakan
Kronis lingkungan dengan perasaannya masih sedikit
skala 4. kesal dan sedih.
2. Mengkaji klien untuk -Klien mengatakan mengerti
mengenali dan kalau setiap manusia itu unik.
mendiskusikan -Klien mengatakan dampak
pemikiran dan penyakit yang dialaminya
perasaan. adalah dia tidak dapat
3. Membantu klien untuk melakukan pekerjaan dengan
menyadari bahwa percaya diri.
semua orang adalah -Klien dapat menyatakan
unik. perasaannya pada orang lain
4. Membantu klien untuk (skala 3).
mengidentifikasi -Klien mengatakan bahwa
dampak penyakit atas pasien sadar penyakit yang
harga diri. diderita membuat dirinya jauh
dari keluarga dan teman-
5. Membantu klien
temannya.
mengenali kemampuan
-Klien mengatakan sumber
fisik pribadi, mental,

42
43
emosional, serta motivasinya adalah keluarga
keterbatasan dengan terutama suami dan anak-
skala 4. anaknya.
6. Membantu klien O: klien mulai mampu
menyatakan perasaan membedakan diri dari orang
ke orang lain dengan lain ataupun lingkungannya
skala 4. (skala 1).
7. Membantu klien untuk -Klien mampu mengenali
sadar akan hal negatif kemampuan fisiknya, tetapi
tentang diri. untuk kemampuan mental dan
8. Membantu klien untuk emosional klien belum mampu
mengidentifikasi (skala 1).
sumber motivasi. -klien tampak senang dengan
(skala 4) dengan perbincangan
yang dilakukan oleh perawat.
A: Harga diri rendah
situasional (+)
P: intervensi dilanjutkan.
- Bantu klien membedakan diri
dari orang lain ataupun
lingkungannya hingga skala 4.
-Bantu klien mengenali
kemampuan fisik, mental dan
emosional klien hingga (skala
4)
-Bantu klien menyatakan
perasaannya pada orang lain
hingga (skala 4)
-Pantau kegiatan klien.
Jum’at, Keputus 1. Memotivasi klien SOAP
12 Mei asaan untuk meningkatkan S : Klien mengatakan sudah
2017 hubungan interaksi mampu berinteraksi dengan
dan membantu pasien teman sekamar atau perawat.

44
45
dan keluarga untuk - Klien mengatakan mampu
mengidentifikasi area memotivasi diri sendiri agar
harapan dalam hidup. tidak rendah diri.
2. Membantu klien - Klien sudah paham bahwa
mengetahui bahwa kondisi ini adalah sementara
situasi saat ini adalah - Klien mengatakan belum
sementara. mau terlibat dalam aktivitas
3. Ajarkan beribadah..
bersosialisasi agar O :Klien mulai dapat
meningkatkan harga berkomunikasi dengan teman
diri. sekamarnya dan juga perawat.
4. Mendorong klien -Klien belum mau beribadah
untuk terlibat dalam bersama.
aktivitas beribadah. -Klien mulai berinteraksi
5. Memberikan umpan didalam kamarnya.
balik yang positif -Wajah klien mengalami
ketika klien mampu perubahan suasana ceria.
menggunakan A : Keputusasaan (+)
keterampilan P : Intervensi dilanjutkan.
interaksi sosial yang -Bantu klien untuk tetap
efektif. berinterkasi dengan teman satu
6. Membantu klien ruangan, anggota keluarga,
untuk pegawai rumah sakit.
mengembangkan -Bantu klien berpartisipasi
motivasi diri dan sebagai sukarelawan, pada
penguatan. aktifitas organisasi, atau pada
kegiatan keagamaan.
-Pantau aktifitas.

46
Dialog dengan Pasien Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Contoh dialog sesuai Satuan Pelaksana pada pasien gangguan jiwa dengan Gangguan
Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Prolog
Disebuah ruang drupadi terdapat pasien gangguan jiwa bernama Tn. I . Pasien masuk rumah sakit
jiwa karena klien gelisah, suka marah-marah, mudah tersinggung dan sering melamun sendiri .
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna lagi karena tidak bisa membiayai sekolah
anaknya dan menafkahi istirinya dan membanggakan orang tuanya karena merasa kurang
beruntung dan malu dengan keadaannya sekarang yang tidak bekerja karena di PHK ,sehingga
klien menyendiri dan tidak mau bergaul dengan temannya.Diagnosa keperawatan untuk pasien
yaitu gangguan konsep diri:harga diri rendah.

SP 1 Klien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Perawat : Selamat pagi ibu…


Klien : Selamat pagi sus…
Perawat : Perkenalkan pak nama saya Nurse Putri yang bertugas pagi ini. Nama
bapak siapa? Dan senang dipanggil siapa?
Klien : Nama saya Bapak I, dan saya senang di panggil Pak I .
Perawat Oh, jadi Bapak senangnya dipanggil Pak I saja. Baik Pak I, Saya lihat dari
tadi bapak melamun, ada yang sedang dipikirkan?
Klien : Banyak.
Perawat : Bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol dulu pak?
Klien : Boleh. tapi sebentar saja ya?
Perawat : Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya?
Klien : 30 menit saja.
Perawat : Baiklah pak kita ngobrol-ngobrolnya 30 menit. Dimana kita ngobrolnya
pak?
Klien : Disini saja nggak apa-apa.
47
Perawat : Baiklah pak, bisa kita mulai sekarang ya pak?
Klien : Iya
Perawat : Baiklah pak, tadi bapak bilang ada banyak hal yang bapak pikirkan. Kalau
boleh saya tau apa yang bapak pikirkan?
Klien : Saya merasa kalau saya ini sudah tidak berguna, Sus.
Perawat : Apa yang membuat bapak bisa berpikir seperti itu?
Klien : Saya malu sus, saya merasa tidak berguna sebagai ayah dan suami karena
tidak bekerja karena kena PHK . Anak saya baru mau masuk SMP dimana
perlu banyak biaya. Anak dan istri saya sampai harus bekerja membantu
kebutuhan ekonomi. Saya merasa malu tidak bisa memenuhi kewajiban saya
sebagai tulang punggung.
Perawat : Baik, Pasti berat untuk bapak menghadapi ini semua. Sekarang coba
bapak sebutkan kegiatan apa saja yang biasa dan bisa bapak lakukan di
rumah.
Klien : Dulu kalau waktu saya senggang saya suka menggambar,
menyapu,memasak, dan memberikan makan burung saya
Perawat : Wah bagus sekali pak , ada 4 kemampuan dan kegiatan yang bapak miliki.
Nah, bapak dari ke 4 kegiatan ini apa yang masih bisa bapak kerjakan
dirumah sakit...?” kegiatan menggambar bisa bapak kerjakan di rumah sakit.
Klien : menggambar dan menyapu
Perawat : Bagus sekali, bapak ada 2 kegiatan yang masih bisa bapak dikerjakan
dirumah sakit ini, Bagaimana kalau kita menggambar?. Bagaimana pak apa
bapak mau?
Klien : Mau sus
Perawat : Baik, Kalau begitu saya akan s ambilkan buku gambarnya pak. Mohon
tunggu sebentar ya, pak. Saya ambilkan.
Klien : (mengangguk).
Perawat : (datang dengan membawa buku gambar ). Ini buku gambarnya dan
pensilnya pak. Bisa kita mulai sekarang?
Klien : (mengangguk) Beberapa saat kemudian.
Perawat : Coba mana, Pak. Hasil menggambar bapak sudah selesai apa belum?
(Berdiri untuk melihat hasil gambaran). Wah, bagus sekali pak . bapak
berbakat sekali. Hasil gambar bapak   benar-benar seperti nyata.
Klien : Terima kasih (tersenyum).
48
Perawat : Bapak bisa mengembangkan kembali bakat bapak sehingga bapak bisa
menjadikannya sebagai penghasilan tambahan keluarga.
Klien : (Tampak berpikir lalu mengangguk) Suster benar juga.
Perawat : Baik pak, Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol-ngobrol?
Setelah bapak melakukan kegiatan melukis tadi?
Klien : Saya merasa bisa mengalihkan pikiran saya sebentar Sus .
Perawat : Baiklah Pak .Coba Bapak lakukan lagi kegiatan tadi. Kita bisa coba
terapkan jadwal menggambar bapak sehari sekali atau dua hari sekali untuk
menyelesaikan sedikit demi sedikit lukisan yang belum jadi. Apakah
bapak setuju?
Klien : Tidak masalah (mengangguk).
Perawat : Baik, besok kita akan bertemu kembali untuk ngobrol-ngobrol kembali
mengenai kemampuan bapak yang lain. Bapak tau itu apa?
Klien : Tau sus Menyapu lantai
Perawat : Iya bagus sekali pak , menyapu lantai, kalau begitu kita akan latihan
menyapu lantai besok ya pak . apakah bapak bersedia?.
Klien : Iya, saya bersedia.
Perawat : Kira-kira besok bapak maunya kita ketemu jam berapa?
Klien : Jam 09.00 saja.
Perawat : Baik. Jadi pak I maunya kita ketemu jam 09.00 WITA ya. Tempatnya
dimana?
Klien : Di ruang ini saja.
Perawat : Tempatnya di ruang ini saja, ya. Baik pak sampai jumpa besok.
Selamat pagi menjelang siang. Terimakasih pak
Klien : Iya Sus,,

49
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada Ny. R dengan masalah
kebutuhan dasar harga diri selama beberapa hari, yaitu pada tanggal 10 sampai
12 Mei 2016. Sebagai langkah dalam penyusunan karya tulis ilmiah dapat
ditarik kesimpulan.

Hasil pengkajian terhadap Ny. R menunjukkan bahwa klien mengeluh


bahwa keluarganya menganggap klien lemah karena kondisinya yang tidak bisa
beraktivitas seperti layaknya klien dahulu sewaktu sehat. Klien menyesal
karena tidak mendengarkan nasihat orang terdekatnya sewaktu sehat. Semenjak
itu klien merasa dirinya tidak berguna dan bodoh karena tidak mau
mendengarkan nasehat orang terdekatnya. Semenjak di rawat di Rumah Sakit,
klien banyak menghabiskan waktunya di Rumah Sakit. Klien tampak murung
dan kontak mata kurang pada lawan bicaranya. Berdasarkan data tersebut dapat
ditegakkan masalah keperawatan yaitu harga diri rendah kronis dan isolasi
sosial.

Adapun intervensi dan implementasi yang utama dilakukan pada Ny. R


telah diperbuat adalah meningkatkan kepercayaan diri klien dengan semaksimal
dan seefektif mungkin sesuai dengan perencanaan sebelumnya sehingga
hasilnya klien sudah mampu menilai dirinya secara positif, klien terlihat baik
saat berkomunikasi, klien menunjukkan ekspresi senang ketika diberi pujian,
klien dapat menerima kritik dari orang lain, klien mampu mengenali
kemampuan fisiknya, klien mulai dapat berkomunikasi dengan teman
sekamarnya dan juga perawat, dan wajah klien mengalami perubahan suasana
ceria.

Dimana klien sudah mengalami sedikit kemajuan sebelum dilakukan


intervensi dan implementasi pada klien. Sedangkan evaluasi dari asuhan
keperawatan Ny. R dengan masalah kebutuhan dasar harga diri rendah kronik
di Rumah Sakit Pirngadi Kota Medan dimana kedua masalah itu belum teratasi
sepenuhnya dan intervensi masih perlu untuk dilanjutkan oleh pihak rumah
sakit.
50
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan pelayanan keperawatan, pengetahuan dan
pemahaman tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan
dasar harga diri rendah, penulis menekankan pentingnya mengatasi atau
mengurangi masalah harga diri rendah yang bisa terjadi pada klien dapat
terpenuhi dengan baik.

b. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya lebih
dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan
masalah harga diri rendahnya sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan
yang bersifat komprehensif dan dapat meminimalkan waktu rawatan klien di
rumah sakit.

c. Bagi Institusi Pendidikan


Hasil karya tulis ilmiah ini disarankan sebagai informasi tambahan berupa
situasi terkini tentang kebutuhan dasar manusia pada masalah harga diri dan
keterkaitan masalah keperawatan lain yang dikarenakan oleh masalah harga
diri pada pasien dengan gangguan harga diri rendah dalam pelaksanaan oleh
perawat.

d. Bagi Klien
Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan
perawat dan tim kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses
penyembuhan klien sekaligus meningkatkan kesiapan keluarga dalam
merawat klien di rumah sehingga kesehatan klien membaik.

51
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2009). Pengantar Kebutuhan Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Bulechek, G. M. dkk. (2013). Nursing Interventions Classfication (NIC)
(6th ed.). USA: Mosby.
Carpenito, L. J. (1998). Diagnosa Keperawatan: Pada Praktik klinis.
Jakarta: EGC.
Dalami, E. dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah
Psikososial. Jakarta: Trans Info Media.
Herdman, T. H. (2012). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC.
Moread, dkk. (2013). Nursing Outcame Classification (NOC). Fifth
Edition.USA: Mosby.
Patricia, G. dkk. (2013). Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik.
Jakarta: EGC.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan (7th ed.). Jakarta: EGC.
Purba, J. M. dkk. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono, R. & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperwatan Jiwa.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

52
Lampiran 1

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Hari/ Waktu Implementasi dan Evaluasi


Tanggal
Harga diri Rabu, 10 10.00 – 1. Mengexplorasi kembali alasan untuk
rendah Mei 2017 11.00 kritik diri atau rasa bersalah.
WIB 2. Mengidentifikasi dan mengkaji
kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien.
3. Memotivasi klien dalam menetapkan
tujuan yang realistis
4. Memberikan penghargaan pujian
kepada klien atas kemajuan klien.
5. Memberikan jadwal kegiatan harian
klien

SOAP
S:
-Klien mengatakan bahwa dirinya tidak
berguna dan klien malu dengan kondisinya.
-Klien mengatakan senang dengan motivasi
yang diberikan.
O:
-Klien terlihat senang ketika melatih
kemampuan positifnya.
-Klien belum mampu melakukan
kemampuan seperti menyapu dan mengepel
dengan baik.
A:
-Harga diri rendah (+).
P:

53
-Intervensi dilanjutkan
-Pantau kegiatan sehari-hari pasien
Harga diri Kamis, 10.00 – 9. Mengkaji klien untuk mengenali dan
rendah 11 Mei 11.00 mendiskusikan pemikiran dan perasaan.
2017 WIB 10. Membantu klien untuk
menyadari bahwa semua orang
adalah unik.
11. Membantu klien untuk mengidentifikasi
dampak penyakit atas harga diri.
12. Membantu klien untuk sadar akan hal
negatif tentang diri.
13. Membantu klien untuk mengidentifikasi
sumber motivasi.
14. Melatih kemampuan positif lain
yang dimiliki pasien seperti
bernyanyi.

54
SOAP
S:
-Klien mengatakan perasaannya masih
sedikit kesal dan sedih.
-Klien mengatakan mengerti kalau setiap
manusia itu unik.
-Klien mengatakan dampak penyakit yang
dialaminya adalah dia tidak dapat
melakukan pekerjaan dengan percaya diri.
-Klien mengatakan bahwa pasien sadar
penyakit yang diderita membuat dirinya
jauh dari keluarga dan teman-temannya.
-Klien mengatakan sumber motivasinya
adalah keluarga terutama suami dan anak-
anaknya.
-Klien mengatakan ternyata banyak
kemampuan yang dimilikinya selama ini.
O:

55
- Klien merasa senang dengan perbincangan
yang dilakukan.
- Klien sangat antusias melakukan
kemampuan yang dilatih.
- Klien mampu mengenali
kemampuan fisiknya
A:
-Harga diri rendah (+)
P:
-Intervensi dilanjutkan.
-Pantau kegiatan sehari-hari.

Keputusas Jum’at, 10.00 – 1. Memotivasi klien untuk


aan 12 Mei 11.00 meningkatkan hubungan interaksi.
2016 WIB 2. Memberi tahu klien bahwa kondisi saat
ini adalah sementara
3. Membantu klien untuk meningkatkan
harga diri.
4. Ajarkan bersosialisasi agar
meningkatkan harga diri.
5 .Mendorong klien untuk terlibat dalam
aktivitas beribadah.
6 .Memberikan umpan balik yang positif
ketika klien mampu menggunakan
keterampilan interaksi sosial yang
efektif.
7 .Membantu klien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan.

SOAP
S:

56
57
-Klien mengatakan sudah mampu
berinteraksi dengan teman sekamar atau
perawat.
-Klien mengatakan mampu memotivasi diri
sendiri agar tidak rendah diri.
-Klien sudah mampu menerima bahwa
kondisinya adalah sementara.
-Klien mengatakan belum mau terlibat
dalam aktivitas beribadah
-Klien mampu mengerjakan aktivitas sesuai
dengan jadwal yang telah disusun.
O:
-Klien mulai dapat berkomunikasi dengan
teman sekamarnya.
-Klien belum mau beribadah bersama.
-Klien mulai menerima kondisi nya yang
sementara
-Wajah klien mengalami perubahan suasana
ceria.
A:
-Keputusasaan (+)
P:
-Intervensi dilanjutkan
-Pantau kegiatan klien sehari-hari.

58

Anda mungkin juga menyukai