Anda di halaman 1dari 58

STUDI LITERATUR: PERAN DUKUNGAN SOSIAL PADA

KEPATUHAN PASIEN DM DALAM MELAKUKAN PROSES


MANAGEMEN PERAWATAN DIRI

CRITICAL REVIEW

Diajukan untuk Memenuhi Capaian Kompetensi Pada Program Profesi Ners


Angkatan 41 Stase Keperawatan Dasar Pada Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran

Disusun oleh:

Ananda Azaria Zandra 220110160031

Deanny Melati Sukma 220110166012

Lena Murni Mutiara 220110166072

Pembimbing:
Theresia Eriyani, S.Kep., Ners, MHKes
NIP. 19780131 201411 2 001

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDUNG
2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS...........................................................................................4
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia............................................................4
a. Kebutuhan Fisiologis (Faal)......................................................................4
b. Kebutuhan akan rasa aman........................................................................4
c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta.......................................5
d. Kebutuhan Akan Harga Diri.....................................................................5
e. Aktualisasi Diri.........................................................................................5
2.2 Perspektif Teori Tentang Pemenuhan Kebutuhan Self Care...................6
2.3 Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Berdasarkan Tema Studi
Kasus yang di Telaah.......................................................................................14
2.3.1 Intervensi berdasarkan teoritis..........................................................14
a) Sumber data yang digunakan..................................................................17
b) Strategi Pencarian dan Kata kunci yang digunakan................................18
c) Kriteria inklusi yang digunakan..............................................................18
d) Proses Pemilihan Literatur......................................................................18
BAB III..................................................................................................................28
INTERVENSI KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN.....................28
3.1. Jenis Tindakan Keperawatan Berdasarkan Evidance......................28
3.2. Hasil Temuan Panduan Pelaksanaan..............................................29
3.3. Mekanisme Pencarian Referensi..........................................................32
BAB IV..................................................................................................................34
PEMBAHASAN....................................................................................................34

2
BAB V...................................................................................................................37
SIMPULAN DAN SARAN...................................................................................37
5.1. Kesimpulan............................................................................................37
5.2 Saran............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
LAMPIRAN...........................................................................................................42

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis menahun yang diderita

seumur hidup serta membutuhkan pengobatan jangka panjang (Perkeni, 2011).

Saat ini DM menjadi jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan

pada setiap tahunnya. Menurut data statistik World Health Organization (WHO)

tahun 2016 secara global menyatakan pada tahun 2015 prevalensi DM mengalami

peningkatan empat kali lipat dibandingkan tahun 1980 sebesar 415 juta orang.

Pada tahun 2012 DM menjadi salah satu penyakit yang mengakibatkan kematian

3,7 juta orang di dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh DM sering dialami

sebelum usia 70 tahun (WHO, 2015). International Diabetes Federation (IDF)

tahun 2015 memperkirakan angka prevalensi DM akan terus meningkat menjadi

642 di tahun 2040 mendatang. Permasalahan yang sama juga terjadi di Indonesia,

Sample Registration Survey pada tahun 2014 menyebutkan DM menempati urutan

ketiga dengan angka kematian terbesar di Indonesia sebesar 6,7%. IDF (2017)

menyatakan bahwa epidemi DM di Indonesia masih mengalami peningkatan.

Peningkatan angka penyandang DM terjadi dengan signifikan, dari 6,9% pada

tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018 pada usia 20-79 tahun dengan jumlah

sebanyak 10,3 juta orang (Kemenkes RI, 2019).

DM jika tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi diantaranya stroke,

gagal jantung, nefropati, retinopati dan neuropati (Wu, Ding, Tanaka, & Zhang,

1
2014). Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan komplikasi pada pasien

DM diantaranya dukungan sosial dan perilaku perawatan diri (Akoit, 2015). Self-

care adalah prilaku yang dilakukan oleh individu dengan DM maupun yang

beresiko DM agar bisa atau berhasil dalam mengelola penyakitnya sendiri

(Shrivastava, Shrivastava, & Ramasamy, 2013). Ketika seseorang telah

terdiagnosis DM hal penting yang perlu dilakukan yaitu adaptasi perilaku

perawatan diri (self-care). Perilaku self-care bagi penderita DM meliputi; aktivitas

fisik (olah raga), pengaturan diet, kontrol kadar glukosa darah, pengobatan, serta

pencegahan komplikasi. Mematuhi serangkaian tindakan self-care secara rutin

yang akan berlangsung seumur hidup pada dasarnya merupakan tantangan yang

besar dan bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi penderita DM di daerah rural tidak disiplin melakukan self-care

activity antara lain: pengetahuan yang rendah, dukungan keluarga yang kurang,

serta pemanfaatan pelayanan kesehatan yang belum optimal.

Terdapat pengelolaan penyakit DM menurut Perkeni (2011) terdiri dari 5

pilar antara lain pengaturan diet, latihan fisik, obat, monitoring glukosa dan

edukasi. Penyakit DM merupakan penyakit yang membutuhkan perawatan jangka

panjang dan keterlibatan keluarga sehingga membutuhkan strategi perawatan,

salah satunya melalui pemberdayaan pasien. Kurangnya self-care yang baik juga

dapat memnyebabkan terjadinya penyakit lain (Shrivastava et al., 2013). Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi self care seseorang diantaranya usia,

pendidikan, pengetahuan, hubungan pasien dengan dokter, dan lama menderita

DM. Penelitian lain memaparkan jenis kelamin dan pendapatan juga menjadi

2
faktor yang mempengaruhi self care pasien DM (Ayele, Tesfa, Abebe, Tilahun, &

Girma, 2012).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis memutuskan untuk melihat

bagaimana intervensi pemenuhan kebutuhan self care pada individu dengan

Diabetes Militus.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dna telusur fenomena kebutuhan lapangan

pasien DM Tipe-2, maka dapat diruumuskan masalah yang perlu diidentifikasi

lebih lanjut adalah: “Bagaimana cara melakukan perawatan diri pada pasien

dewasa dengan DM Tipe 2 untuk mempertahanlan pola hidup sehat atau

management DM?”.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow dalam (Berman, A; Snyder, S & Frandsen,

2016) terdapat beberapa tingkatan kebutuhan kebutuhan manusia yakni sebagai

berikut:

a. Kebutuhan Fisiologis (Faal)

Kebutuhan ini adalah tingkatan kebutuhan yang paling dasar, paling kuat

dan paling jelas antara kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk

mempertahankan hidup secara fisik, yaitu yaitu kebutuhan akan makan, minum,

tempat berteduh, seks, tidur, oksigen dan pemuasan terhadap kebutuhan -

kebutuhan itu sangat penting dalam kelangsungan hidup.

b. Kebutuhan akan rasa aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul

seperangkat kebuthan-kebuutuhan yang baru yang kurang-lebih dapat di

kategorikan (keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, kebebasan

dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum,

batas-batas; kekuatan pada diri pelindung, dan sebagainya). Kebutuhan ini

merupakan pengatur perilaku eksklusif, yang menyerap semua kapasitas

organisme bagi usaha memuaskan kebutuhan itu, dan layaklah apabila organisme

itu kita gambarkan sebagai suatu mekanisme pencari keselamatan.

4
c. Kebutuhan akan Rasa Memiliki dan Rasa Cinta

Apabila kebutuhan-kebutuhan Faal (fisiologi) dan keselamatan cukup

terpenuhi, maka akan muncul kebutuhankebutuhan akan cinta, rasa kasih, dan rasa

memiliki, dan seluruh jalur yang telah di gambarkan diulangi kembali dengan

menempatkan hal-hal ini sebagai titik pusat yang baru. Menurut Maslow, cinta

menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang,

termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akam ada rasa

takut, sedangkan berbagai bentuk pertahanan pun akan runtuh.

d. Kebutuhan Akan Harga Diri

Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang

patologis) mempunyai kebutuhan atau menginginakan penilaian terhadap dirinya

yang mantap, mmpunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa

hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan akan orang-orang lainnya.

e. Aktualisasi Diri

“If all o these needs are not met, and then the human being will be

managed by physical needs, while the other may be disappeared or neglected”.

Aktualisasi diri dapat didefenisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan

penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita. kita

harus menjadi menurut potensi kita untuk menjadi. Meskipun kebutuhan-

kebutuhan dalam tingkat yang lebih rendah di puaskan, seperti merasa aman

secara fisik maupun emosional, mempunyai perasaan memiliki dan cinta serta

merasa bahwa diri kita adalah individu-individu yang berharga, namun kita akan

merasa kecewa, tidak tenang dan tidak puas jika kita gagal berusaha untuk

memuaskan kebutuuhan akan aktulisasi diri.

5
2.2 Perspektif Teori Tentang Pemenuhan Kebutuhan Self Care

2.2.1 Definisi Self Care

Self care menurut Orem adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam

mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam

keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Self care

merupakan aktivitas menyeluruh dari individu secara mandiri dalam

meningkatkan dan mempertahankan kehidupan serta kesejahteraannya.

2.2.2 Jenis Self Care

a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan

diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk mempertahankan

hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan.

b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang kompleks

dari individu atau orang-orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan

memenuhi kebutuhannya yang ditujukan untuk melakukan fungsi dan

perkembangan tubuh. Self Care Agency ini dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan usia, pengalaman hidup, orientasi sosial kultural tentang

kesehatan dan sumber-sumber lain yang ada pada dirinya.

c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care demands) adalah

tindakan perawatan diri secara total yang dilakukan dalam jangka waktu

tertentu untuk memenuhi seluruh kebutuhan perawatan diri individu melalui

cara-cara tertentu seperti, pengaturan nilai-nilai terkait dengan keadekuatan

pemenuhan udara, cairan serta pemenuhan elemen-elemen aktivitas yang

dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (upaya promodi, pencegahan,

pemeliharaan dan penyediaan kebutuhan).

6
2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Care

Ada beberapa faktor kondisi dasar yang sangat berpengaruh terhadap

kebutuhan dan kemampuan seseorang untuk melakukan perawatan diri. Faktor

kondisi dasar ini adalah faktor yang mempengaruhi semua orang. Dalam (Gao et

al., 2013) faktor-faktor dasar tersebut adalah sebagai berikut:

a. Usia

Umur mempunyai hubungan yang positif terhadap perilaku self care DM.

Semakin meningkat usia maka akan terjadi peningkatan dalam perilaku self care

DM. Peningkatan usia menyebabkan terjadinya peningkatan kedewasaan/

kematangan seseorang sehingga penderita dapat berfikir secara rasional tentang

manfaat yang akan dicapai jika penderita melakukan perilaku self care DM secara

adekuat dalam kehidupan sehari-hari (Gaol, 2019)

b. Jenis kelamin

Terdapat perbedaan antara kedua jenis kelamin dalam menerapkan

perilaku self care. Penderita DM yang berjenis kelamin laki-laki memiliki

perilaku self care yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan

oleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang dimiliki oleh penderita DM

berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan, sehingga berpengaruh dalam

melakukan perilaku self care (Gaol, 2019)

c. Kondisi perkembangan

Kondisi perkembangan yang dimaksud mencakup kondisi seseorang baik

secara fisik, fungsional, kognitif maupun kondisi tingkat psiko-sosialnya.

7
d. Kondisi kesehatan

Hal ini mencakup kondisi kesehatan seseorang pada saat ini dan masa lalu

serta persepsi mereka tentang kesehatan nya secara pribadi.

e. Orientasi sosial budaya

Hal ini meliputi system yang saling terkait dari lingkungan sosial

seseorang, keyakinan spiritual, hubungan sosial dan fungsi kesatuan keluarga.

f. Sistem perawatan kesehatan

Hal ini mencakup sumber daya dimana perawatan kesehatan dapat diakses

dan tersedia untuk seseorang sebagai modalitas diagnostik dan pengobatan.

g. Faktor sistem keluarga

Hal ini mencakup peran ataupun hubungan antar anggota keluarga dan

orang lain yang cukup berpengaruh, dan peran masing-masing orang dalam

keluarganya.

h. Pola hidup

Hal ini mencakup kegiatan yang biasa dilakukan seseorang dalam

kehidupannya sehari-hari.

i. Faktor lingkungan

Hal ini meliputi pengaturan tempat seseorang biasanya melakukan

perawatan diri, dan lingkungan rumah yang ditempatinya.

j. Sumber daya yang tersedia

Hal yang dimaksud mencakup termasukkondisi ekonomi, tenaga, badan

ataulembagaserta waktu yang tersedia

8
2.2.4 Dampak Perubahan Kebutuhan Self Care Terhadap Homeostatis

Tubuh

Model Orem’s dalam (Junianty, Nursiswati, & Emaliyawati, 2012)

menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care atau yang disebut sebagai self care

requisite, yaitu

a. Kebutuhan perawatan diri universal (Universal self care requisite)

Hal yang umum bagi seluruh manusia meliputi pemenuhan kebutuhan

yaitu:

1) Pemenuhan kebutuhan udara, pemenuhan kebutuhan udara menurut Orem

yaitu bernapas tanpa menggunakan peralatan oksigen.

2) Pemenuhan kebutuhan air atau minum tanpa adanya gangguan, menurut

Orem kebutuhan air sesuai kebutuhan individu masing-masing atau 6-8

gelas air/hari.

3) Pemenuhan kebutuhan makanan tanpa gangguan, seperti dapat mengambil

makanan atau peralatan makanan tanpa bantuan.

4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan kebersihan permukaan tubuh atau

bagian bagian tubuh.Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses

eliminasi, seperti kemampuan individu dalam eliminasi membutuhkan

bantuan atau melakukan secara mandiri seperti BAK dan BAB.

Menyediakan peralatan kebersihan diri dan dapat melakukan tanpa

gangguan.

5) Pemenuhan kebutuhan akifitas dan istrahat. Kebutuhan aktivitas untuk

menjaga keseimbangan gerakan fisik seperti berolah raga dan menjaga pola

tidur atau istirahat, memahami gejala-gejala yang mengganggu intensitas

9
tidur. Menggunakan kemampuan diri sendiri dan nilai serta norma saat

istirahat maupun beraktivitas.

6) Pemenuhan kebutuhan menyendiri dan interaksi sosial. Menjalin hubungan

atau berinteraksi dengan teman sebaya atau saudara serta mampu

beradaptasi dengan lingkungan.

7) Pemenuhan pencegahan dari bahaya pada kehidupan manusia. Bahaya yang

dimaksud berdasarkan Orem adalah mengerti jenis bahaya yang

mebahayakan diri sendiri, mengambil tindakan untuk mencegah bahaya dan

melindungi diri sendiri dari situasi yang berbahaya.

8) Peningkatan perkembangan dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi,

keterbatasan dan keinginan manusia pada umumnya. Hal-hal ini dapat

mempengaruhi kondisi tubuh yang dapat mempertahankan fungsi dan

struktur tubuh manusia dan mendukung untuk pertumbuhan serta

perkembangan manusia.

b. Kebutuhan Perkembangan Perawatan Diri (Development self care requisite)

Kebutuhan yang dihubungkan pada proses perkembangan dapat

dipengaruhi oleh kondisi dan kejadian tertentu sehingga dapat berupa tahapan-

tahapan yang berbeda pada setiap individu, seperti perubahan kondisi tubuh dan

status sosial. Tahap perkembangan diri sesuai tahap perkembangan yang dapat

terjadi pada manusia adalah :

1) Penyediaan kondisi-kondisi yang mendukung proses perkembangan.

Memfasilitasi individu dalam tahap perkembangan seperti sekolah.

2) Keterlibatan dalam pengembangan diri. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang

mendukung perkembangannya.

10
3) Pencegahan terhadap gangguan yang mengancam.

Beberapa hal yang dapat mengganggu kebutuhan perkembangan perawatan

diri pada anak menurut Orem yaitu :

● Kurangnya pendidikan anak usia sekolah.

● Masalah adaptasi sosial.

● Kegagalan individu untuk sehat.

● Kehilangan orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara dan teman.

● Perubahan mendadak dari tempat tinggal ke lingkungan yang asing.

● Kesehatan yang buruk atau cacat

c. Kebutuhan Perawatan Diri Pada Kondisi Adanya Penyimpangan Kesehatan

(Health Deviation Self Care Requisite)

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penyimpangan dalam aspek struktur dan

fungsi manusia. Seseorang yang sakit, terluka mengalami kondisi patologis

tertentu, kecacatan atau ketidakmampuan seseorang atau seseorang yang

menjalani pengobatan tetap membutuhkan perawatan diri. Adapun kebutuhan

perawatan diri pada kondiri penyimpangan kesehatan atau perubahan kesehatan

antara lain:

1) Pencarian bantuan kesehatan.

2) Kesadaran akan resiko munculnya masalah akibat pengobatan atau perawatan

yang dijalani.

3) Melakukan diagnostik, terapi, dan rehabilitatif, memahami efek buruk dari

perawatan.

4) Adanya modifikasi gambaran atau konsep diri.

11
5) Penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan status kesehatan.

2.2.5 Masalah Keperawatan yang Berhubungan dengan Pemenuhan

Kebutuhan Self Care

Perawatan yang dapat diberikan berdasarkan model keperawatan Orem

dalam (Gao et al., 2013) adalah:

1. Udara (educative/supportif)

Perawat harus mampu memberikan penjelasan tentang hubungan penyakit

Hipertensi dengan merokok yaitu menghisap udara yang mengandung zat kimia

aktif dari rokok.

2. Air (enducative/supportif)

Perawat harus mampu meyakinkan adanya hydration-rist yang cukup dari

polidipsia (sering haus) yang memicu Hiperglicemia (kadar gula yang tinggi

dalam darah).

3. Activity and rest (adecative/supportif)

Perawat menginformasikan pada pasien tentang kegiatan aktivitas yang

cocok untuk pasien Diabetes Melitus.

4. Elimination (educative/supportif)

Klien membutuhkan monitoring bagaimana melakukan Buang Air Besar

(BAB) dan Buang Air Kecil (BAK).

5. Food (portial compensatory)

Perawat menganjurkan atau mengatur pola diet yang cocok untuk pasien

dengan Hipertensi dan mengalami Diabetes Melitusserta mengontrol gula darah

setelah makan.

12
6. Solitude and social interaction (partial compensatory)

Interaksi sosial dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi

dengan tingkah sosial yang mengarah pada perilaku yang adaptif (baik).

7. Hazard prevention (partial compensatory)

Perawat memberikan pendidikan pada pasien tentang kelebihan dan

kekurangan pengobatan yang akan diambil oleh pasien pada penyakit yang

dialaminya saat ini.

8. Promote Normality (partial compensatory)

Perawat diharapkan dapat membantu pasien untuk mengembalikan diri

pada kehidupan normal pasien, sehingga menjadi normal kembali. Kilen dewasa

dengan diabetes militus menurut teori self care Orem dipandang sebagai individu

yang memiliki kemampuan untuk merawat dirinya sendiri untuk memenuhi

kebutuhan hidup, memelihara kesehatan dan mencapai kesejahteraan. Kondisi

klien yang dapat mempengaruhi self-care dapat berasal dari faktor internal (dari

dalam diri individu) dan eksternal (dari luar diri individu), faktor internal meliputi

usia, tinggi badan, berat badan, budaya/suku, status perkawinan, agama,

pendidikan dan pekerjaan. Adapun faktor luar meliputi dukungan keluarga dan

budaya masyarakan dimana klien tinggal.

Klien dengan kondisi tersebut membutuhkan perawatan diri yang bersifat

kontinunatau berkelanjutan. Adanya perawatan diri yang baik akan mencapai

kondisi yang sejahtera. Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang

di alami oleh klien dengan Diabetes Melitus menurut Orem disebut dengan self

care-deficit. Menurut Orem peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien

13
sejauh mana klien mampu untuk merawat dirinya sendiri dan mengklasifisikannya

sesuai dengan klafisikasi kemampuan klien.

Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk menjadi 3 teori

yang saling berhubungan :

1. Teori perawatan diri (self care theory): menggambarkan dan menjelaskan

tujuan dan cara individu melakukan perawatan dirinya.

2. Teori defisit perawatan diri (deficit self care theory): menggambarkan dan

menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam melakukan

perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.

3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory): menggambarkan dan

menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan dipertahankan

oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produktif.]

2.3 Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Berdasarkan Tema Studi Kasus

yang di Telaah

2.3.1 Intervensi berdasarkan teoritis

Perawatan diri yang dibutuhkan penderita diabetes melitus untuk

mempertahankan dan meningkatkan kondisi kesehatannya meliputi diet

(pengaturan pola makan), latihan fisik (olahraga), monitoring gula darah,

manajemen obat dan perawatan kaki (Perkeni, 2011).

1. Manajemen diet (pengaturan pola makan)

Pada pasien diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan

dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurunan glukosa darah atau insulin(Perkeni, 2011).

Berdasarkan Konsesus yang telah disusun oleh PERKENI (2011) terkait dengan

14
manajemen diet diabetes, komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:

karbohidrat sebesar 45-65% total asupan energi, lemak sekitar 20-25% kebutuhan

kalori dan tidak diperkenankan melebihi total asupan energi, protein sebesar 10-

20% total asupan energi, natrium untuk penyandang diabetes sama dengan anjuran

untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-7

gram (1 sendok teh) garam dapur, serat sebesar ± 25 g/hari.

2. Latihan fisik (olahraga)

Latihan jasmani adalah bagian yang sangat penting dari rencana

manajemen perawatan diri pasien diabetes. Latihan jasmani yang teratur telah

menunjukkan peningkatan terhadap kontrol kadar glukosa darah, mengurangi

faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular, berkontribusi dalam proses

penurunan berat badan, dan meningkatkan kesejahteraan (American Diabetes

Association, 2018).

3. Monitoring gula darah

Monitoring kadar gula darah adalah kemampuan atau perilaku pasien

dalam melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur 2x sebulan baik secara

mandiri maupun dengan bantuan tenaga kesehatan. Kadar gula darah adalah angka

yang ditunjukkan nilai glukosa darah puasa pada penderita DM. Alat yang

digunakan peneliti yaitu menggunakan GCU (Glucose Cholesterol Uric Acid.

Pengukuran dilakukan pada minggu pertama dan minggu

terakhir yaitu minggu ke 3. Pada kelompok intervensi akan

dilakukan edukasi pada minggu pertama dengan memberikan

materi seputar Diabetes menggunakan leaflet, setelah itu

15
minggu kedua dilakukan konseling pada responden. Pada

kelompok control diukur kadar glukosa darah pada hari ke

1 dan hari terakhir minggu ke 3 tanpa diberikan intervensi.

Data berupa skor kadar glukosa darah, skala yang

digunakan yaitu interval. Jenis pemeriksaan yang diujikan

yaitu gula darah puasa karena lebih efektif. Penderita DM

yaitu responden yang berumur ≥ 45 tahun ke atas baik

laki-laki maupun perempuan yang menderita Diabetes

Mellitus dengan kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dl (Putri,

2017).

4. Manajemen obat

Manajemen diet dan latihan fisik / jasmani sebenarnya sudah sangat cukup

efektif untuk dapat mengontrol keadaan metabolik pasien diabetes, akan tetapi

kebanyakan dari pasien diabetes kurang disiplin dalam mengikuti program

manajemen diet dan latihan fisik yang telah dirancang oleh tenaga kesehatan,

sehingga dokter harus memberikan pengobatan farmakologi untuk memperbaiki

keadaan hiperglikemik pasien diabetes. Sehingga diperlukan manajemen obat bagi

pasien diabetes (Perkeni, 2011).

5. Perawatan kaki

Perawatan kaki pada pasien DM merupakan sebagian upaya pencegahan

primer yang bertujuan untuk mencegah terjadinya resiko ulkus diabetik. Untuk

seluruh pasien dengan DM, pengkajian yang komprehensive pada kaki bertujuan

untuk mengidentifikasi resiko terjadinya ulkus. Pengkajian kaki yang seharusnya

16
dilakukan inspeksi, pengkajian tekanan nadi kaki, pengukuran kehilangin sensasi

(10g monofilament) dan refleks tumit (American Diabetes Association, 2018).

2.3.2 Intervensi Berdasarkan Fokus Tema Studi Kasus

Menurut Schweyer (2015) Long term condition yang dijalani oleh pasien

DM membuat pasien tersebut beresiko mengalami penurunan status kesehatan dan

kondisi mental yang tidak stabil selama menjalani proses perawatan penyakit

Diabeter Mellitus tipe-2. Selain itu, kondisi LCT menjadi tantangan tersendiri

bagi pasien dan keluarga dalam bidang ekonomi, sehingga modifikasi

management perawatan diri pada pasien DM merupakan langkah alteratif yang

dapat ditempuh oleh penyintas DM. Menurut (Suyanto & Sulistyowati, 2020)

secara mandiri sangat rentan terhadap kepatuhan melakukan proses perawatan,

sehingga teridentifikasi beberapa faktor pencetus kepatuhan pasien DM selama

melakukan proses perawatan, dan salah satu faktor pencetus terbesar adalah

dukungan sosial yang pasien dapatkan dari lingkungannya (Alshehri, Altuwaylie,

Alqhtani, Albawab, & Almalki, 2020). Hal tersebut melandasi fokus penentuan

yang penulis tentukan dalam memilih jenis intervensi keperawatan yang akan

dijadikan bahan telaahan dalam kritik literatur kali ini. Adapun fokus intervensi

yang penulis pilih adalah domain Promote Normality: Peran Dukungan Sosial

pada kepatuhan pasien DM dalam melakukan proses managemen perawatan diri.

2.3.3 Metode Pengumpulan Data

a) Sumber data yang digunakan


Pencarian literatur yang digunakan dalam memeroleh artikel yang sesuai

dengan topik penelitian menggunakan pangkalan data Pubmed dan Ebscohost

17
dengan menggunakan kata kunci yang sama atau dengan padanan kata yang saling

memiliki definisi yang serupa.

b) Strategi Pencarian dan Kata kunci yang digunakan


Dalam melakukan strategi pencarian, penulis menggunakan teknik pencarian

Bolean Searching sehingga penulisan kata kunci dalam bahasa inggris menjadi

“Self-Care” AND “Diabetes Mellitus Type-2” AND “Adult” AND “Maintance

Healthy-lifestyle”. Sementara untuk mencari literatur dalam bahasa Indonesia,

kata kunci yang digunakan menjadi “Perawatan diri” AND “ Diabetes Mellitus

Tipe-2” AND “Dewasa” AND “Pemeliharaan Pola Hidup Sehat.” Untuk strategi

pencarian menggunakan bahasa Indonesia, hasilnya peneliti tidak menemukan

artikel yang terkait dengan kompetensi perawat dalam memberikan perawatan diri

pada pasien DM Tipe-2.

c) Kriteria inklusi yang digunakan


Kriteria inklusi yang dirumuskan oleh penulis meliputi jurnal keperawatan

(nursing journal), tahun terbit artikel selama 8 tahun terakhir (2013-2021), artikel

berbahasa Indonesia dan Inggris, tersedia dalam bentuk free full text, Referensi

tersedia, Rentang Usia sampel 19-64 tahun, memiliki struktur kelengkapan nomor

jurnal, volume jurnal, tahun diterbitkan dan penerbit jurnal.

d) Proses Pemilihan Literatur


Tabel 1. Jumlah Artikel yang Didapatkan dan Dianalisis

Pangkalan data yang digunakan Jumlah Jumlah artikel


keseluruhan yang di analisis
artikel yang
didapatkan

Pubmed 7 2

Ebscoohost 455 2

Total Artikel yang didapatkan 462 4

18
Setelah dilakukan mekanisme pencarian artikel melalui pangkalan data

yang telah ditentukan, didapatkan hasil 462 artikel. Tahap selanjutnya, artikel

yang sudah didapatkan oleh penulis akan dilakukan pemilihan literatur untuk

mendapatkan artikel yang sesuai dengan topik dan pertanyaan penelitian.

Mekanisme pemilihan literatur dilakukan dengan merumuskan kriteria inklusi

yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Hasil dari penyortiran tersebut, didapatkan 9

artikel yang sesuai. Setelah didapatkan 9 artikel yang sesuai dengan kriteria

inklusi, peneliti melakukan screening untuk melakukan pengecekan kembali

apakah isi dari artikel yang sudah terpilih sesuai dengan pertanyaan penelitian

yang sudah peneliti tetapkan. Proses screening dilakukan peneliti dengan

membaca abstrak, tujuan, dan hasil dari artikel. Dari proses ini, terdapat 5 artikel

dengan konten isi jurnal yang belum sesuai dengan pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan oleh penulis. Sehingga total artikel yang akan dianalisis oleh

peneliti berjumlah 4 artikel.

19
Bagan 3. Diagram Proses Pemilihan literatur

Pangkalan Data: Ebscohost,Pubmed,


Kata Kunci: Self-care. Diabetes Mellitus type-2,
Adult, Maintance Healhty-Lifestyle

Jumlah artikel hasil pencarian


menggunakan kata kunci melalui
pangkalan data
(n= 462)

Dilakukan pemeriksaan sesuai kriteria inklusi


dan kriteria eksklusi yang telah dirancang
Kriteria Inklusi:
jurnal keperawatan (nursing journal)
Tahun terbit artikel selama 8 tahun terakhir
(2013-2021) Jumlah artikel hasil yang
Artikel berbahasa Indonesia dan Inggris
Tersedia dalam bentuk free full text tidak sesuai kriteria
Referensi tersedia (n= 453)
Rentang Usia sampel 19-64 tahun
memiliki struktur kelengkapan nomor jurnal,
volume jurnal, tahun diterbitkan dan penerbit
jurnal.

Jumlah artikel hasil penyortiran


berdasarkan kriteria inklusi
(n= 9)

Dilakukan pengecekan ulang dan Didapati sejumlah 5 artikel yang


screening abstrak, tujuan, dan tidak sesuai dengan pertanyaan
hasil penelitian penelitian

Jumlah artikel hasil penyortiran


berdasarkan screening abstrak,
tujuan, dan hasil penelitian
(n= 4)

Artikel yang dibaca keseluruhan,


ditelaah, dan digunakan dalam
kajian literatur
(n=20
4)
2.3.4 Proses Analisis

Dalam proses analisis, penulis menggunakan dan mengadopsi alat bantu

critical appraisal tool kit milik Public Health Agency of Canada (CAT Tool Kit)

untuk melakukan ekstraksi data sehingga penulis memiliki batasan dan konten

yang jelas selama proses analisis. Adapun konten kritisi yang penulis jadikan

panduan meliputi struktur kelengkapan jurnal (nomor jurnal, volume jurnal, tahun

diterbitkan dan penerbit jurnal), konten isi jurnal (judul, tujuan penelitian, metode,

teori yang digunakan, hasil), kelebihan dan kekurangan dari jurnal penelitian.

Setelah 4 artikel terkumpul, penulis akan melakukan telaah visual terhadap

artikel yang sudah terkumpul. Hal-hal yang menjadi fokus telaahan oleh peneliti

meliputi jenis artikel yang akan diteliti, metode penelitian yang digunakan,

mekanisme penentual sampel penelitian, jumlah responden yang terlibat, tujuan

dan manfaat penelitian, variabel penelitian, deskripsi hasil penelitian, dan

kesesuaian hasil dan konten artikel terhadap pertanyaan yang sudah dirancang

oleh peneliti. Hasil dari telaah visual yang dilakukan peneliti akan dimasukan ke

dalam tabel bantuan analisis artikel (Lampiran 1). Hasil dari telaah artikel tersebut

berupa bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada pasien DM tipe-2 yang

dapat menjaga pemeliharaan proses managemen perawatan diri sehingga pasien

dapatmempertahankan pola hidup sehatnya.

Bentuk penyajian informasi dari hasil telaah jurnal yang penulis pilih

adalah tabel informasi ringkasan hasil telusur jurnal yang (Tabel 1). Tujuan dari

penyajian informasi tersebut dalam bentuk tabel untuk mempermudah pembaca

menyerap informasi yang diberikan. Untuk menghindari kesalah pahaman dan

kesalahan arti dari artikel yang dianalisis, peneliti akan menyerahkan hasil

21
telaahan artikel atau literatur kepada pembimbing untuk meminta ulasan kembali

terkait jurnal yang di analisis.

2.3.5 Hasil Temuan Intervensi

Berdasarkan empat jurnal yang dianalisis, ditemukan hasil bahwa bentuk

dukungan sosial yang dapat diberikan oleh keluarga atau kerabat terdekat kepada

pasien DM tipe-2 meliputi:

22
Tabel 2. Bentuk Dukungan Sosial

TAHUN
NO PENULIS BENTUK DUKUNGAN SOSIAL
TERBIT

1 Oftedal, B 2014 1. Domain nutrisi:

- Membuat makanan khusus untuk penderita DM

- Memperbaharui tempat penyimpanan makanan

- Menyesuaikan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Domain Aktivitas fisik

- Menemani melakukan aktivitas fisik yang dianjurkan

2 Shayeghian 2015 Menciptakan jenis koping positif bagi pasien DM.

et al.,

3 Trevizani, 2019 Edukasi mengenai nutrisi dan aktivitas fisik yang perlu

Doreto, dilakukan oleh pasien DM tipe-2

Lima, &

Marques

4 McLeod et 2020 Melakukan pendampingan dalam menggunakan aplikasi

al pemantauan pengobatan DM.

Menurut (Oftedal, 2014), bentuk dukungan yang dpaat dilakukan oleh keluarga

atau kerabat terdekat seperti teman dan sebagainya dapat berbentuk:

1) Pemberian dukungan pada domain nutrisi

- Membuat makanan khusus untuk penderita DM.

Dalam hal ini, keluarga atau kerabat terdekat dapat melakukan aktivitas

membuat makanan yang akan dikonsumsi oleh penderita DM dengan khusus

23
(home made). Hal ini akan menunjukan bentuk rasa perhatian, sehingga penderita

diabetes tidak merasa harus berjuang sendiri. Langkah ini pun dapat dimodifikasi

untuk memodifikasi tampilan dari makanan yang akan disajikan. Seperti,

dirancang sesuai dengan apa yang penderita diabetes sukai.

- Memperbaharui tempat penyimpanan makanan.

Pasien dengan diabetes dihimbau untuk selalu mengatur kadar glukosa

dalam darah. Hal ini berdampak pada jenis makanan apa saja yang boleh dan tidak

untuk dikonsumsi. Sehingga, perlu diperhatikan bahwa modifikasi tempat

penyimpanan makanan perlu diperbaharui. Hal ini dilakukan untuk membatasi

akses penderita diabetes terhadap makanan diluar yang sudah direncanakan sesuai

dengan manajemen nutrisi. Karena tidak dapat dipungkiri, setiap pendamping atau

keluarga pasien tidak dapat mendampingi secara 24 jam full setiap pergerakan

yang dilakukan oleh pasien dengan diabetes.

- Menyesuaikan jenis makanan yang dikonsumsi

Bagi pasien diabetes, pemantauan dan kepatuhan etrhadap nutrisi akan

sangat diperhatikan. Akan dilakukan perhitungan kebutuhan kalori, kandungan

nutrisi yang dibutuhkan tubuh, bahkan hingga jenis makanan yang dapat

dikonsumsi dan dilaranag. Hal tersebut dilakukan guna membatasi pelonjakan

nilai glukosa darah. Sehingga, keluarga atau kerabat yang tinggal dengan pasien

diabetes, lebih baik turut menyesuaikan jenis makanan yang dikonsumsi dan

menghindari jenis makanan yang tidak dapat dikonsumsi oleh pasien diabetes. Hal

ini dilakukan untuk menghindari cheating diet pada pasien diabetes.

2) Domain aktivitas fisik.

24
Aktivitas fisik merupakan salah satu intervensi perawatan dan manajemen

diri bagi pasien diabetes. Hal pun turut penting dilakukan oleh pasien diabetes

guna meningkatkan sensitivitas insulin dan menhaga berat badan pasien diabetes.

Langkah yang dapat dilakukan oleh keluarga dan kerabat terdekat adalah

menemani pasien diabetes melakukan aktivitas fisik. Seperti, menemani jalan

pagi, melakukan aktivitas fisik kelas aerobik ringan, dan lain sebagainya. Hal ini

dilakukan dengan tujuan membangkitkan motivasi pasien diabetes dalam

melakukan aktivitas fisik sehari-hari.

Jika (Oftedal, 2014) melakukan peninjauan bentuk dukungan sosial yang

dapat dilakukan oleh keluarga dan kerabat terdekat pada domain fungsi tubuh,

(Shayeghian et al., 2015) melakukan peninjauan bentuk dukungan sosial yang

dapat dilakukan dengan pendekatan psikososial. Aspek psikososial ini

termanifestasikan dalam bentuk menciptakan koping posiitf bagi pasien diabetes

agar tetap tercipta rasa semangat dalam menjalani program manajemen diri bagi

penyandang diabetes. Sehingga dapat tercipta kepatuhan pasien selama proses

perawatan. Adapun bentuk koping postif yang dimaksud perlu dilakukan

pengkajian kembali. Menurut penelitian ini, langkah utama yang dapat dilakukan

adalah melakukan pengkajian dan mengenali hal-hal apa saja yang dapat

memotivasi dan membangkitkan suasana hati penderita diabetes. Setelah itu,

keluarga atau kerabat terdekat dapat membantu menciptakan suasana tersebut

(Shayeghian et al., 2015).

(Trevizani et al., 2019) menambahkan bahwa langkah yang perlu dipersiapkan

sebelum memberikan dukungan sosial kepada pasien diabetes adalah

mempersiapkan diri dengan membekali pengetahuan (edukasi diri) mengenai

25
diabetes. Dimulai dari penyebab, faktor pemicu, tata laksana perawatan medis

yang diperlukan, perawatan diri dan manajemen diri pasien yang dibutuhkan, serta

jenis pelayanan kesehatan apa saja yang dapat diakses dalam kondisi tertentu saat

pasien membutuhkan bantuan pusat layanan kesehatan.

Selain melakukan dukungan bagi pasien diabetes yang menjalankan

perawatan secara langsung di bawah pantauan pusat kesehatan primer,

perkembangan teknologi yang pesat (tele-medicine) membuat fasilitas layanan

kesehatan berinovasi dalam melakukan pemantauan pasien diabetes. Menurut

(McLeod et al., 2020), berkembangnya ranah fasyankes ke arah tele-medicine

menjadi bahan sorotan baru untuk dilakukan penelitian berkaitan dengan

pendampingan dan dukungan keluarga pada pasien diabetes. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa, walaupun pemantauan kepatuhan lebih memandirikan pasien

dengan menghadirkan program aplikasi pemantauan, ternyata peran dukungan

sosial tetap menjadi faktor penting yang memengaruhi stabilitas pola hidup sehat

bagi pasien diabetes yang akan berpengaruh pula pada kadar glukosa darah

pasien.

Kategorisasi penulis tentang bentuk dukungan sosial yang dilakukan kepada

pasien diabetes.

Berdasarkan empat jurnal yang sudah dianalisis, peneliti mencoba

mengkategorisasikan jenis dukungan sosial yang dapat dilakukan oleh pasien dan

keluarga kepada pasien diabetes untuk menjaga kepatuhan pasien dalam menjalani

perawatan diri, yakni:

26
Tabel 3. Kategorisasi oleh penulis

KATEGORISASI DUKUNGAN
NO JENIS TINDAKAN
SOSIAL

1 Tahap persiapan Edukasi mengenai nutrisi dan


aktivitas fisik yang perlu dilakukan
oleh pasien DM tipe-2

2 Tahap Pelaksanaan Domain Fungsi Tubuh:

a) Nutrisi:

- Membuat makanan khusus


untuk penderita DM

- Memperbaharui tempat
penyimpanan makanan

- Menyesuaikan jenis makanan


yang dikonsumsi

b) Domain Aktivitas fisik

- Menemani melakukan aktivitas


fisik yang dianjurkan

c) Domain Psikologis:

- Menciptakan jenis koping positif


bagi pasien DM.

- Melakukan pendampingan dalam


menggunakan aplikasi
pemantauan pengobatan DM.

27
BAB III

INTERVENSI KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN

3.1. Jenis Tindakan Keperawatan Berdasarkan Evidance

Diagnosis diabetes telah digambarkan sebagai beban psikologis seumur hidup

pada pasien dan keluarganya. Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa

kondisi pasien dengan diabetes memiliki tekanan emosional yang tinggi.

Dukungan sosial memainkan peran penting pada pasien diabetes dan penting

dalam memungkinkan mereka mengatasi penyakit secara efektif, terutama

keluarga. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ditemukan hubungan terbalik

antara tekanan emosional dan dukungan sosial keluarga. Dimana, jika kondisi

dukungan sosial keluarga bersifat positif dan adekuat maka tekanan emosional

pada pasien diabetes berstatus rendah (Ramkisson, Pillay, & Sibanda, 2017).

Menurut (Ramkisson et al., 2017), tenaga kesehatan perlu melakukan edukasi

khusus bagi keluarga pasien dengan diabetes sehinga dapat memberikan dukungan

sosial yang positif sehingga dapat membantu pasien diabetes mengatasi

penyakitnya dan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan. Bagi pasien

diabetes, dibutuhkan kepatuhan dalam managemen perawatan dengan tujuan

menghindari komplikasi jangka panjang dari penyakit tersebut.

Perawatan diri pada pasien diabetes merupakan aspek penting dari

manajemen penyakit dan anggota keluarga dapat memainkan peran penting dalam

manajemen perawatan pasien DM Tipe-2, dengan melibatkan keluarga dalam

intervensi perawatan diri dapat secara positif mempengaruhi kondisi pasien

28
diabetes dalam menjalankan pola hidup sehat (Baig, Benitez, Quinn, & Burnet,

2015). Perawatan diri secara mandiri pada pasien diabetes mengacu pada aktivitas

sehari-hari yang dilakukan individu untuk mengendalikan penyakit mereka dan

meminimalkan dampaknya pada kesehatan dan fungsi fisik mereka. Dalam hal ini

peran keluarga dalam memberikan dukungan sosial sangat dibutuhkan untuk

menyukseskan menciptakan pola hidup sehat bagi pasien diabetes (Kadirvelu,

Sadasivan, & Ng, 2012).

Berdasarkan paparan fenomena tersebut, penulis berfokus pada intervensi

perawatan pada domain “Promosi kesehatan: Edukasi promosi kesehatan pada

keluarga pasien dengan diabetes tipe-2 guna menyukseskan manajemen

perawatan diri.”

3.2. Hasil Temuan Panduan Pelaksanaan

Pada tahun 2019, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni)

mengeluarkan buku panduan yang berjudul “Pengelolaan dan Pencegahan

Diabetes Melitus Tipe-2 Dewasa di Indonesia 2019.” Dalam buku panduan

tersebut dijelaskan tentang penatalaksanaan medis, klinis dan mandiri pasien

diabetes. Dalam salah satu sub-bab penjelasan terdapat bagian yang membahas

mengenai materi edukasi yang penting dimiliki untuk menunjang perawatan

diabetes, adapun materi tersebut meliputi (Soelistijo et al., 2019).

Tabel 4. Materi Edukasi

29
KATEGORI MATERI
NO MATERI EDUKASI
EDUKASI

1 Materi edukasi tingkat 1) Materi tentang perjalanan penyakit DM


Awal
2) Makna perlunya pengendalian dan
pemantauan DM secara berkelanjutan

3) Penyulit DM dan risikonya

4) Intervensi non-farmakologi dan


farmakologi serta target pengobatan

5) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas


fisik, dan obat lain

6) Cara pemantauan glukosa darah dan


pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri

7) Mengenal gejala dan penanganan awal


hipoglikemia

8) Pentingnya latihan jasmani yang teratur

9) Pentingnya perawatan kaki

10) Cara menggunakan fasilitas perawatan


kesehatan

2. Materi edukasi tingkat 1) Mengenal dan mencegah penyulit akut


Awal DM

2) Pengetahuan mengenai penyulit menahun


DM

3) Penatalaksanaan DM selama menderita


penyakit lain

4) Rencana untuk kegiatan khusus (seperti:


olahraga, prestasi, dll)

5) Hasil penelitian dan pengetahuan terkini


(update informasi) seputar DM

6) Pemeliharaan atau perawatan kaki

30
Sumber: Buku Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe-2 Dewasa di Indonesia 2019

hal.33-34

Jika dilakukan peninjauan dan pencarian dokumen panduan di negara lain,

Amerika (sebagai negara yang sering dijadikan sebagai rujukan pengetahuan dan

pengembangan seputar penyakit komorbis seperti diabetes) mengeluarkan buku

panduan dengan judul “Diabetes Care” yang diperbaharui berdasarkan penelitian-

penelitian terbaru. Adapun buku panduan tersebut diterbitkan oleh lembaga

American Diabetes Asociation (ADA). Dalam buku panduan tersebut, dijelaskan

mengenai langkah-langkah yang perlu domain sosial lakukan dalam mendukung

pasien diabetes dalam menjalankan manajemen perawatan diabetes. Adapun

panduan tersebut meliputi (Sataloff, Johns, & Kost, 2019):

Tabel 5. Rekomendasi Tindakan Persiapan Psikososial

NO REKOMENDASI TINDAKAN

1 1) Mengarahkan untuk Melakukan integrasi dan koordinasi dengan


pusat pelayanan primer untuk tindakan kolaboratif dan medis yang
perlu dilakukan dengan pendekatan berpusat pada pasien dan
keluarga sehingga kualitas hidup pasien tetap menjadi hal prioritas.

2) Melakukan skrining psikososial. Apa saja hal yang dapat membuat


penyintas tertekan, harapan pasien terhadap proses perawatan, sikap
keluarga dan lingkungan terhadap manajemen diabetes,
memperhatikan hal-hal yang dapat memengaruhi suasana hati pasien
di lingkungan keluarga (termasuk masalah bidang ekonomi)

3) Kaji riwayat kejiwaan dan psikologis keluarga dan pasien

4) Mempertimbangkan kondisi yang mungkin muncul akibat depresi


dan kecemasan serta alternatif yang dapat dilakuakan oleh keluarga.

31
Dalam buku panduan manajemen diabetes tipe-2 yang diterbitkan oleh

The Canadian Diabetes Association (2018), ditambahkan bahwa dalam

melakukan perawatan diabetes yang berpusat pada pasien dan keluarga, hal

tambahan yang dapat keluarga dan pasien lakukan saat melakuakn perawatan diri

di rumah adalah dengan membuat manajemen action plan selama proses

perawatan, adapun tahapan yang perlu dilakukan dalam mrancang action plan

harian ini adalah:

Tabel 6. Rekomendasi tindakan

Dalam merancang action Plan

NO REKOMENDASI TINDAKAN

1. Bantu pasien merumuskan perubahan apa yang ia harapkan selama proses


perawatan

2 Bantu pasien merumuskan tujuan yang akan ia capai di bulan berikutnya


(sebagai hasil dari perencanaan selama satu bulan)

3 Membuat action plan secara detail, meliputi:

- Jenis kegiatan

- Waktu kegiatan

- Tempat/lokasi kegiatan

- Batas waktu pelaksanaan

4 Bantu pasien mengidentifikasi hal apa yang dapat menghambat tercapainya


tujuan serta tantangan apa yang mungkin akan dihadapi

5 Bantu pasien membuat rencana dalam menghadapi hambatan dan tantangan


selama proses perawatan

32
6 Bantu pasien mengidentifikasi dukungan seperti apa yang ia harapkan dan
butuhkan

7 Konfirmasi tingkat kepercayaan diri pasien dalam mecapai tujuan yang


sudah ditetapkan

8 Melakukan follow-up sebagai metode evaluasi dari action plan yang sudah
dirancang dalam kurun waktu tertentu.

Sumber: Sherifali Rn, Berard Rn, Gucciardi, Macdonald Rn, & Macneill Bnsc (2018). Available

at: https://guidelines.diabetes.ca/docs/patient-resources/managing-my-diabetes-my-action-

plan.pdf

3.3. Mekanisme Pencarian Referensi

Dalam melakuakn pencarian referensi panduan, penulis menggunakan teknik

pencarian casual searching. Pada strategi pencarian ini, peneliti hanya berfokus

pada informasi yang peneliti butuhkan pada sumber informasi yang ditentukan

dan dianggap dapat memenuhi kebutuhan informasi peneliti menggunakan kata

kunci yang telah ditentukan. Dalam penerapan strategi pencarian ini, penulis

menggunakan mesin pencari Google dengan menggunakan kalimat pencarian

“guidline for management DM type 2 from home” degan kriteria inklusi

pemilihan artikel meliputi berasal dari situs website milik pemerintah, atau

lembaga organisasi yang bekerjasama dan/atau dibawahi oleh pemerintah suatu

negara sehingga kewenangan dan legalitas atas artikel yang dibagikan dapat

dipertanggungjawabkan

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pertahun 2018, kasus

diabetes melitus di Indonesia dengan rentang usia 25-64 tahun berada di angka

11,5%. Jika dibandingkan dengan data riskesdas pada tahun 2013, kasus diabetes

dalam tiga tahun terakhir mengalami peningkatan sebanyak 2% dari jumlah total

penderita. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan penyakit diabets di

Indonesia cukup progresif (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Hal yang perlu

dikhawtairkan sebagai dampak progresifnya peningkatan penderita kasus diabetes

adalah beban ekonomi dan kualiats dari kondisi kesehatan penderita diabetes

(McLeod et al., 2020). Penyebab dari meningkatnya beban ekonomi dan kualitas

kesehatan yang berpotensi mengalami penurunan pada psien diabetes adalah

status pengobatan penyakit diabetes yang bersifat Long term condition. Artinya,

penyakit jenis ini memiliki kondisi perawatan seumur hidup, tidak dapat

disembuhkan, dan bersifat kronis. Menurut McLeod et al., (2020), dampak

terbesar yang dialami oleh penderita pasien diabetes adalah sangat berpeluang

menderita mental disorder akibat rasa putus asa, kejenuhan, dan penurunan

semangat atau motivasi selama menjalani proses perawatan.

Sedangkan menurut teori kebutuhan dasar Abraham maslow, dijelaskan

bahwa kebutuhan dasar manusia akan terus muncul selama manusia tersebut

menghembuskan nafasnya. Artinya, terlepas dari apapun kondisi fisiologis

individu, akan selalu ada aspek kebutuhan dasar manusia yang ahrus dipenuhi.

Pada pasien diabetes melitus, aspek perawtan diri akan menjadi domain penting

34
untuk diperhatikan. Selain untuk mewujudkan kualitas hidup dari pasien diabetes,

perawatan diri seringkali menjadi faktor utama beban ekonomi pada pasien

diabetes meningkat.sehingga, aspek ini perlu dimanajemen sedemikian rupa agar

kesulitan yang dihadapi oleh pasien dan keluarga dapat lebih disederhanakan

(McLeod et al., 2020).

Adapun faktor terbesar yang dapat menyukseskan proses perawatan diri

pada pasien diabetes adalah dukungan sosial yang pasien dapatkan((Gao et al.,

2013). Berdasarkan hal tersebut, penulis berhasil merumuskan intervensi

keperawatan yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tingkat kepatuhan

apsien diabetes dalam menjalankan program perawatn diri untuk mewujudkan

kualitas hidup yang lebih optimal dan sesuai dengan yang direncanakan. Adapun

intervensi yang berhasil teridentifikasi Edukasi mengenai nutrisi dan aktivitas

fisik yang perlu dilakukan oleh pasien DM tipe-2, domain Fungsi Tubuh: meliputi

Nutrisi: Membuat makanan khusus untuk penderita DM, Memperbaharui tempat

penyimpanan makanan, Menyesuaikan jenis makanan yang dikonsumsi, Domain

Aktivitas fisik meliputi: menemani melakukan aktivitas fisik yang dianjurkan, dan

Domain Psikologis: Menciptakan jenis koping positif bagi pasien DM serta

Melakukan pendampingan dalam menggunakan aplikasi pemantauan pengobatan

DM (McLeod et al., 2020; (Oftedal, 2014); (Shayeghian et al., 2015); Trevizani et

al., 2019).

Setelah dilakukan analisis terhadap hasil temuan intervensi, penulis

mencoba melakukan pencarian panduan tindakan dalam memberikan dukungan

sosial kepada pasien diabetes. Hal tersebut dilakuakn agar hasil penelitian dapat

diterapkan dilapangan secara ajeg sesuai dengan dilindungi payung hukum

35
tertentu sehingga tanggung jawab dan tangguh gugat atas intervensi yang

dilakukan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu, telusur panduan dilakukan

guna mencari standardisasi dari proses intervensi yang akan dilakukan. Adapun

penemuan panduan yang ditemukan berdasarkan hasil pencarian didapati hasil:

1) Panduan pengelolaah dan pencegahan diabetes di Indonesia. Dalam buku

panduan ini terdapat jenis materi edukasi yang dapat diberikan kepada tim

dukungan sosial pasien diabetes. Sehingga, individu yang melakukan dukungan

kepada pasien diabetes dapat memiliki standardisasi ilmu pengetahuan yang

dilakukan. Buku panduan ini diterbitkan oleh Perkeni pada tahun 2019.

Kekurangan dari buku panduan ini, hanya diperuntukan untuk tenaga kesehatan

yang bertugas, sehingga keluarga merupakan pihak etrsier yang menjalankan

proses perawatan

2) Panduan Global Diabetes di Negara Kanada.

Di negara Kanada, panduan global penatalaksanaan diabetes sudah

dirancang sedemikian rupa sehingga keluarga atau kerbaat terdekat dapat

langsung menjadi pelaku primer proses perawatan diri pada pasien diabetes.

3) Panduan Global yang dikeluakan oleh ADA.

Dalam panduan yang dikeluarkan oleh ADA, berupa rekomendasi

tindakan mempersiapkan kondisi psikososial bagi pasien diabetes. Dalam hal ini,

prinsip yang digunakan berpusat pada pasien dan keluarga. Sehingga keluarga

diminta untuk terlibat aktif dalam proses perawatan dengan bimbingan tenaga

kesehatan yang terkait.

36
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Diabetes merupakan kondisi penyakit yang dimana dalam melakukan proses

perawatan harus dilakukan secara seumur hidup. Selain itu sifat penyakit yang kronis dan

tidak dapat disembuhkan, menjadikan status pengobatan pada diabetes bersifat long term

condition. Diketahui faktor terbesar yang dapat mensukseskan proses perawatan diri pada

pasien diabetes melitus yaitu dengan dukungan sosial. Maka dari itu intervensi yang

harus dilakukan berfokus untuk mempertahankan tingkat kepatuhan pasien. Adapun

bentuk intervensi lain yaitu edukasi mengenai nutrisi dan aktivitas fisik terhadap fungsi

tubuh, aktivitas fisik dan psikologis.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis

Semoga Critical Review ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan

terkait dukungan sosial pada kepatuhan pasien DM dalam melakukan proses manajemen

perawatan diri.

5.2.2 Bagi Masyarakat

Semoga baik keluarga maupun penderita diabetes melitus kedepannya selain

dapat lebih memperhatikan hal-hal yang mendukung ke arah terjaganya perawatan diri

pada penderita diabetes. Selain itu pemberian dukungan sosial yang perlu ditingkatkan

pada penderita DM agar lebih percaya diri, tidak memiliki kecemasan yang berlebih,

sehingga proses pengobatan dapat dilakukan secara maksimal.

37
5.2.3 Bagi Praktik Keperawatan

Kedepannya diharapkan terdapat pengembangan intervensi keperawatan yang

dapat dilakukan di ranah komunitas dengan tujuan pencapaian terhadap kebutuhan dasar

manusia.

38
DAFTAR PUSTAKA

Akoit, E. E. (2015). Dukungan Sosial Dan Perilaku Perawatan Diri Penyandang

Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Info Kesehatan, 14(2), 952–966. Retrieved from

http://jurnal.poltekeskupang.ac.id/index.php/infokes/article/view/89

Alshehri, K. A., Altuwaylie, T. M., Alqhtani, A., Albawab, A. A., & Almalki, A.

H. (2020). Type 2 Diabetic Patients Adherence Towards Their Medications.

Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.6932

American Diabetes Association. (2018). Diabetes Care - Standards of medical

care in diabetes 2018. In The Journal of Clinical and Applied Research and

Education.

Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T., & Girma, E. (2012). Self care

behavior among patients with diabetes in harari, eastern ethiopia: The health

belief model perspective. PLoS ONE, 7(4).

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0035515

Baig, A. A., Benitez, A., Quinn, M. T., & Burnet, D. L. (2015). Family

interventions to improve diabetes outcomes for adults. Annals of the New York

Academy of Sciences. https://doi.org/10.1111/nyas.12844

Berman, A; Snyder, S & Frandsen, G. (2016). Kozier & ERB’S Fundamentals of

Nursing: Concepts, Process, and Practice. In Pearson Education Inc.

Gao, J., Wang, J., Zheng, P., Haardörfer, R., Kegler, M. C., Zhu, Y., & Fu, H.

(2013). Effects of self-care, self-efficacy, social support on glycemic control in

39
adults with type 2 diabetes. BMC Family Practice. https://doi.org/10.1186/1471-

2296-14-66

Gaol, M. J. L. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Care pada

Penderita DM di Puskesmas Pancur Batu Tahun 2019. Poltekes Kemenkes Medan,

2(1), 1. Retrieved from http://poltekkes.aplikasi-

akademik.com/xmlui/handle/123456789/2147

Junianty, S., Nursiswati, & Emaliyawati, E. (2012). HUBUNGAN TINGKAT

SELF CARE DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PASIEN DM TIPE 2

DI RUANG RAWAT INAP RSUD. Jurnal Universitas Padjajaran.

Kadirvelu, A., Sadasivan, S., & Ng, S. H. (2012). Social support in type II

diabetes care: A case of too little, too late. Diabetes, Metabolic Syndrome and

Obesity: Targets and Therapy. https://doi.org/10.2147/DMSO.S37183

Kemenkes RI. (2019). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian

Kesehatan RI.

Oftedal, B. (2014). Perceived support from family and friends among adults with

type 2 diabetes. European Diabetes Nursing, 11(2), 43–48.

https://doi.org/10.1002/edn.247

Perkeni. (2011). Konsensus Pengolahan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2

Di Indonesia. In Perkumpulan Endokrin Indonesia.

Putri, L. R. (2017). Gambaran Self Care Penderita Diabetes Melitus (DM) di

Wilayah Kerja Puskesmas Srondol Semarang. Skripsi.

40
Ramkisson, S., Pillay, B. J., & Sibanda, W. (2017). Social support and coping in

adults with type 2 diabetes. African Journal of Primary Health Care and Family

Medicine. https://doi.org/10.4102/phcfm.v9i1.1405

Shayeghian, Z., Aguilar-Vafaie, M. E., Besharat, M. A., Amiri, P., Parvin, M.,

Gillani, K. R., & Hassanabadi, H. (2015). Self-care activities and glycated

haemoglobin in Iranian patients with type 2 diabetes: Can coping styles and social

support have a buffering role? Psychology and Health, 30(2), 153–164.

https://doi.org/10.1080/08870446.2014.951651

Shrivastava, S. R. B. L., Shrivastava, P. S., & Ramasamy, J. (2013). Role of self-

care in management of diabetes mellitus. Journal of Diabetes and Metabolic

Disorders. https://doi.org/10.1186/2251-6581-12-14

Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W., Kusnadi,

Y., … Ikhsan, R. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus

tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Suyanto, S., & Sulistyowati, D. (2020). Meningkatkan motivasi dan efikasi diri

penderita diabetes tipe 2 dalam pencegahan kaki diabetik menggunakan dukungan

kelompok. Holistik Jurnal Kesehatan. https://doi.org/10.33024/hjk.v13i4.2250

World Health Organization. (2015). Diabetes. Fact Sheet N312.

Wu, Y., Ding, Y., Tanaka, Y., & Zhang, W. (2014). Risk factors contributing to

type 2 diabetes and recent advances in the treatment and prevention. International

Journal of Medical Sciences. https://doi.org/10.7150/ijms.10001

41
LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel analisis Jurnal

Pertanyaan penelitian:

“Bagaimana cara melakukan perawatan diri pada pasien dewasa dengan DM Tipe 2 untuk

mempertahanlan pola hidup sehat atau management DM?”

Tujuan Pencarian Literatur:

1. Preventing complications and increasing awareness to participate in self-management/

self-care

Reference Theory:

- Self-care model (American Diabetis Association)

- Diabetes self-management behaviour (DSM Behaviour)

- 5 Pilar penderita diabetes (PERKENI)

Keywords:

DM type 2 AND Adult AND Self-Care/Self-Management AND Life-Style

Kriteria
Database Keyword Kriteria Inclusi
Eksklusi

EBSCOHOST P: 1. Teks lengkap -

DM type-2 in Adult 2. 8 tahun terakhir (2013-2021)

I: 3. Referensi tersedia

Social Support 4. Bahasa inggris

O: 5. Rentang Usia dewasa: 19-64

42
Maintance Healthy-Lifestyle

PUBMED P: 6. Teks lengkap -

DM type-2 in Adult 7. 8 tahun terakhir (2013-2021)

I: 8. Referensi tersedia

Social Support 9. Bahasa inggris

O: 10. Rentang Usia dewasa: 19-64

Maintance Healthy-Lifestyle

43
Tabel 7. Tabel Analisis Jurnal

No Judul & Penulis Tujuan Populasi, Jenis Teori/Konsep yang Variabel & Hasil Kelebihan Dan

Penelitian sempel & Penelitian menjadi kerangka Instrumen Kekurangan

Teknik pemikiran Penelitian

sampling

1 Judul: Tujuan dari 100 orang Deskriptif Perawatan diri diabetes Variabel: Hasil penelitian Kekurangan:

penelitian ini dewasa (60% Kuantitatif merupakan elemen menunjukkan bahwa


Self-care - Ketergantungan pada
adalah untuk perempuan, usia kunci dalam pengaruh utama gaya koping
activities and Perawatan Diri desain korelasional
mengetahui 40-70 tahun) manajemen efektif terhadap HbA1c itu
glycated yang tidak
efek utama dengan tipe 2 keseluruhan - penting. Diantaranya strategi
haemoglobin in memungkinkan untuk
dan peran koping yang diidentifikasi
Iranian patients diabetes. Begitu juga - menarik kesimpulan
moderasi dari dalam penelitian ini sebagai
with type 2 pentingnya faktor tentang arah kausalitas
-
koping yang 'efektif' seperti,
diabetes: Can psikososial untuk antara perawatan diri,
Tipe 2
Penanganan Aktif,
coping styles and style dan sukses dalam dukungan sosial, gaya
Intrumen: Perencanaan, Pembingkaian
social support dukungan melakukan koping dan HbA1c,
Ulang Positif, Penerimaan,
have a buffering sosial dalam Kuisioner selain itu responden
manajemen terhadap dll. Kemudian penelitian ini

44
role? hubungan penyakit. aktivitas menunjukkan bahwa yang berpartisipasi

antara perawatan diri kegiatan perawatan diri tidak dalam penelitian ini

aktivitas diabetes bergantung pada gaya merupakan sampel

Penulis: perawatan diri (SDSCA); Skala koping, akan efektif atau kenyamanan dari

dan HbA1c Multidimensi dari tidak efektif untuk populasi umum


Zeinab
skala Dukungan memberikan efeknya pada
Shayeghiana , tingkat pada membatasi generalisasi
Sosial yang kontrol hemoglobin
Maria E. Aguilar- pasien Iran temuan untuk populasi
Dirasakan; glikemik.
Vafaiea, dengan DM lain.
kuesioner COPE
Mohammad Ali tipe 2 Temuan penting lainnya
singkat dan tes
Besharatb , Parisa melibatkan dukungan sosial,
darah
Amiric , yang memiliki nilai penting

Mahmoud efek pada HbA1c dan efek

Parvind , Kobra moderator pada hubungan

Roohi Gillanie antara aktivitas perawatan

and Hamidreza diri


Hassanabadif
dan HbA1c. Berdasarkan

45
temuan ini, dapat dikatakan

bahwa kehadiran dukungan

sosial yang dirasakan

mempengaruhi perilaku

pasien (kegiatan perawatan

diri) yang berujung pada

penurunan kadar HbA1c,

telah ditemukan pada pasien

Iran dengan

DM tipe 2.

Berdasarkan hal ini maka hal

yang harus lebih

diperhatikan diantaranya:

menangani aktivitas

46
perawatan diri.

koping dan dukungan sosial

mungkin berguna untuk

mengidentifikasi pasien

yang membutuhkan

konseling dan dukungan

khusus untuk meningkatkan

aktivitas perawatan diri dan

tingkat HbA1c.

2 BetaMe: impact Mengevaluasi Populasi: Psien Experimenta DM Tipe 2 merupakan Variabel: hasil dari penelitian ini, Kekurangan: Penelitian

of a efektivitas dari DM tipe 2 yang l jenis penyakit yang Program dikategorisasikan dalam dua ini masih dalam tahap

comprehensive program mendapatkan memunculkan kondisi kesehatan Digital jenis, yakni: pengembangan dan

digital kesehatan perawatan LCT (Long Term komprehensif pemantauan selama 12


a.
berbasis kesehatan di Condition) dalam yang bulan kedepan (Pilot
health programme HbA1C pada pasien yang

47
on HbA1c and teknologi Yankes primer menjalani perawatan. termanifestasikan mengikuti program research)

weight (website) pada dan Pusat Hal ini akan dalam: BB, kesehatan berbasis virtual

pasien dewasa Perawatan berdampak pada beban Lingkar perut, selama 12 bulan (hasil
at 12 months for
dengan DM kesehatan ekonomi pasien beserta Tekanan darah, menunjukan rentang normal) Kelebihan:
people with
tipe 2 dan pra- Masyarakat keluarga yang Aktivitas fisik
diabetes and b. pola pengembangan
DM menanggung hal harian
lingkar pinggang pada 12 penelitian mengikut
pre-diabetes: tersebut. Kondisi LCT
bulang, perubahan tekanan trend dan issue
study protocol for Sample: ini pun berdasarkan
darah perkembangan global,
a beberapa penelitian Instrumen:
430 sehingga sangat sesai
sebelumnya beresiko c.
randomised Melon Health’s dengan karakteristik
menurunkan status
controlled trial platform perubahan management populasi dunia saat ini.
kesehatan pasien dan
perawatan diri pada pasien
kondisi ketahanan
(tingkat kepatuhan), perilaku

Penulis: mental yang menurun


pasien (yang dikur
secara kronis.
menggunakan ADL-DM
McLeod et al.,
Sehingga, para peneliti
sclae, kualitas hidup pasien
(2020)
berinovasi untuk

48
melakukan modivikasi DM.

pemantauan kepatuhan
Berdasarkan fase percobaan
pada pasien DM dalam
penelitian, menunjukan
menjalani perawatan
bahwa ada perbedaan hasil
diri yakni dengan
primer, sekunder, dan
memanfaatkan
tambahan pada pasien yang
teknologi sebagai
mengikuti percobaan selama
media yang
4 bulan masa pemantauan.
memfasilitasi proses
Pasien dengan dukungan
perawatan diri bagi
sosial yang positif memiliki
pasien DM dan pra-
hasil yang lebih optimal jika
DM tipe 2.
dibandingkan dengan pasien

tanpa dukaungan sosial.

3 Judul: Perceived Mendeskripsik 19 orang Kualitatif DM tipe 2 merupakan - berdasarkan hasil penelitian Kelemahan: dalam

support from an bagaimana dewasa dengan Deskriptif salah satu penyakit kualitatif ini, dihasilkan 3 jurnal tidak dilakukan

family and friends pengaruh DM tipe 2 dengan tantangan tema besar, yakni: pembahasan

dukungan terbesar berdasarkan

49
among adults with keluarga dan mempertahankan 1. karakteristik peserta,

type 2 diabetes kerabat keberlangsungan dari misalkan jenis kelamin,


2.
terdekat dalam management DM yang atau latar belakang tipe

pengelolaan dilakukan. Adapun 3. keluarga yang akan

Penulis: pasien dewasa managemen DM tipe informasi membantu memberikan

dengan DM dua yang dilakukan dukungan pasien.


Bjørg Oftedal, dari tiga sub tema tersebut,
tipe 2. lebih mengarah pada Karena jika kita
RNT, MSc, PhD didapati hasil bahwa yang
pengaturan pola lakukan identifikasi
paling berpengaruh terhadap
kegiatan harian yang lanjutan, bisa saja
management diabetes yang
dilakukan guna pasien merasa
dilakukan oleh pasien DM
mewujudkan dekonstruktif karena
dalah dukungan praktisi.
kesejahteraan dan kondisi eksternal
Dalam hal ini yang
meningkatkan kualitas seperti karakteristik
dilakukan teridentifasi
hidup dari setiap pasien keluarga yang tidak ada
didalam dua domain, yakni
DM tipe standarisasi atau
nutrisi dan aktivitas fisik.
2.Management kriteria tertentu.
Dimana, setiap pasien
kegiatan harian pada
dengan DM, ketika

50
psien DM yang keluarga/teman terdekat

dilakukan meliputi: menemani berolahraga,


Kelemahan:
memodifikasi tempat
1.
penyimpanan makanan dalam sesi
melakukan pemecahan
(lebih tidak mudah pembahasan, penulis
masalah (kaitannya
dijangkau oleh pasien), sudah melakukan
dengan tingkat stres
menyesuaikan jenis kategorisasi sub tema
yang dirasakan)
makanan yg dikonsumsi, dan dari tiga tema besar,

2. membuat makanan khusus yang mana hal tersebut

berhubungan dengan yang boleh dikonsumsi oleh dapat mempermudah

menjaga kaki dari pasien DM,merupakan menyimpulkan

penderita DM tetap upaya kontruktif bagi pasien tindakan.

terlindungi DM. Sedangkan dua

dukungan lainnya dianggap


3.
kurang mendukung, dan
4.
bahkan sebaliknya,
medikamentosa
menciptakan dekonstruktif

51
5. terhadap pasien yang

olahraga menjalani management DM

tipe 2.
6.

4  Studi ini Populasi: Quasy - Variabel: Berdasarkan hasil penelitian Kelebihan:


Judul:
bertujuan eksperiment menejemen diri responden menunjukan
Penderita DM di Intervensi layak dan
Improving Self- mengevaluasi al pada pasien DM perubahan kearah yang lebih
Napoli, Italia efektif untuk mengatasi
Management of kelayakan dari tipe 2 baik dibuktikan dengan
Selatan dengan pola makan, aktivitas
Type 2 Diabetes pendidikan status berat badan yang
130 sampel dan Instrument: fisik dan dapat
in Overweight yang ditingkatkan dan kontrol
menggunakan Short-form 12 meningkatkan satus
and Inactive terintegrasi, glikemik pada peserta, efek
teknik sample: pertanyaan, kesehatan.
Patients Through motivasi, dan pendidikan dan program
purposive kuesioner khusus
an Educational intervensi motivasi diungkapkan oleh
sampling yang sebelumnya
and Motivational pelatihan yang perilaku, persepsi, dan

Intervention bertujuan hanya divalidasi keyakinan yang dinyatakan

Addressing Diet untuk dalam intervensi pada akhir dari intervensi.

and Physical meningkatkan lain yang Adapun perilaku terkait

Activity: A manajemen penyakit, perbaikan umum

52
diabetes pada diberikan terdaftar mengenai hampir
Prospective Study
pasien dengan semua item itu dipilih
in Naples, South oleh Pusat
DM tipe 2 sebagai indikator
Italy Pencegahan
untuk manajemen diri yang baik.
Nasional dan
Penulis: meningkatkan Kemudian tingkat kepuasan

derajat Pengendalian terkait kondisi mereka


Francesca Galle,
kesehatan, Penyakit meningkat hal ini
Valeria Di
persepsi Kementerian membuktikan bahwa
Onofrio, Assunta
kesehatan, dan Italia responden mengalami
Cirella, Mirella
kualitas hidup. perbaikan, sementara
Kesehatan
Di Dio,
Tujuan akhir kekhawatiran dan rasa malu
Alessandra Miele,
adalah untuk tentang beberapa aspek
Tiziana Spinosa,
mewujudkan khusus yang terkait dengan
Giorgio Liguori
model DSME penyakit menurun yang

(Diabetes Self artinya responden mulai

Manajemen memahami yang

Education) di menjadikannya lebih

53
seting percaya diri kembali.

komunitas Berdasarkan hal itu

yang dapat peningkatan kesejahteraan

dijadikan psikologis dan kualitas

acuan hidup harus diperhatikan

pelaksanaan sebagai elemen kunci.

secara

terintegrasi

jalur

perawatan

kesehatan

untuk diabetes

tipe 2 di Italia.

54
55

Anda mungkin juga menyukai