Diajukan untuk memenuhui tugas mata kuliah Keperawatan Dasar Profesi yang
diampu oleh: Theresia Eriyani, S.Kep, Ners, M.H.Kes
Kelompok 6 (1)
Disusun Oleh :
Deisyati Rodliyah 220110160081
Farah Riski Deska 220110160023
Mohamad Faisal Nurjaman 220110166003
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjat kan kepada Allah SWT berkat rahmat dan
karunianya penyusunan laporan tugas keperawatan dasar profesi ini dapat
terselesaikan. Sholawat serta salam, tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada umatnya hingga akhir zaman.
Penulisan laporan tugas keperawatan dasar profesi ini diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat nilai mata kuliah keperawatan dasar profesi pada
program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran,
dengan tema “Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin”
Proses penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Theresia Eriyani, S.Kep, Ners, M.H.Kes yang telah memberikan arahan
dalam pengerjaan laporan.
2. Ns.Henny Yulianita, S.Kep., M.Kep sebagai pembimbing pendamping yang
telah memberikan arahan dan dukungan dalam proses penyusunan laporan.
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa untuk kelancaran
penyusunan laporan.
4. Pihak-pihak yang mungkin tidak tertulis didalam lembar ini yang telah
membantu dalam penyusunan laporan keperawatan dasar profesi ini dari
awal hingga akhir.
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kemajuan laporan ini. Semoga dengan laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya dan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...............................................................................................1
Bab II Tinjauan Teoritis......................................................................................3
2.1 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia............................................................3
2.1.1 Definisi Kebutuhan Dasar Manusia..................................................3
2.1.2 Konsep Kebutuhan Dasar manusia...................................................7
2.2 Perspektif Teori Tentang Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
Pada Pasien Post Operasi...........................................................................8
2.2.1 Definisi Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin Terhadap
Pasien Post Operasi..........................................................................8
2.2.2 Jenis Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin.................................10
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Eliminasi Urin......................12
2.2.4 Dampak Perubahan Kebutuhan Jenis Pemenuhan Eliminasi
Urin Terhadap Homeostatis Tubuh................................................13
2.2.5 Masalah Keperawatan Yang Berhubungan Dengan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin..........................................13
2.3 Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Berdasarkan Hasil Riset....................14
Bab III Intervensi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
Pada Pasien Post Operasi...................................................................................20
3.1 Bladder Training......................................................................................24
3.2 Kegel Exercise.........................................................................................26
3.3 Mobilisasi Dini.........................................................................................29
Bab IV Pembahasan..........................................................................................33
4.1 Pembahasan Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
Pada Paisen Post Operasi.........................................................................33
4.1.1 Bladder Training............................................................................35
4.1.2 Kegel Exer Cise..............................................................................39
4.1.3 Mobilisasi Dini...............................................................................42
4.2 Peran Perawat...........................................................................................44
Bab V Simpulan dan Saran................................................................................46
5.1 Simpulan..................................................................................................46
5.2 Saran.........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
urin keluar secara terus menerus pasca kateter dilepas atau pasien tidak dapat
mengendalikan urinnya (Potter & Perry, 2013).
2
2
3
4
2. Imogine King
b. Bladder Training
Bladder training merupakan penatalaksanaan melatih
kandung kemih yang bertujuan untuk mengembangkan tonus
otot dan spingter kandung kemih agar berfungsi optimal. Pada
perawatan maternitas, Bladder training dilakukan pada ibu yang
telah mengalami gangguan berkemih seperti inkontinensia urin
atau retensio urin. Bladder training dapat mulai dilakukan
sebelum masalah berkemih terjadi pada ibu postpartum,
12
Penulis : transuretheral prostat (28 pasien pada berkemih pemenuhan kebutuhan Efek jangka
1. Funda Büyükyilmaz kelompok setelah eliminai urin panjang terkait
2. Yeliz Culha intervensi yang pelepasan bladder training
3. Hande Zümreler menerima bladder kateter belum diketahui
4. Murat Özer training & 22 3. Catatan harian dan bias
5. Mehmet Gokhan pasien kelompok pasien mungkin terjadi
Culha kontrol) karena pada
6. Alper Ötünçtemur Intervensi catatan harian
Teknik Sampling : Keperawatan : pasien bersifat
Tahun : 2020 Purposive Bladder Training laporan pribadi
Sampling (Pada hari ke-2
dan ke-3 post op
kateter urin pada
pasien dijepit
dengan interval 4
jam dan
kemudian
dibiarkan terbuka
selama 5 menit,
tindakan ini
dilakukan terus
selama 24 jam)
3 Judul : “Perbedaan Mengetahui Populasi : 50 Quasi Variabel : 1. Hasil uji Maan Whitney Kekuatan :
Efektivitas Bladder perbedaan efektifitas pasien operasi Experimental 1. Usia menunjukan nilai p= Intervensi
Training Dengan Kegel bladder training dan dengan general (Post Test 2. Waktu BAK 0,861 (p≥0.05) artinya dilakukan secara
Exercise Dan Bladder kegel exercise anastesi di RSUD Only Control pertama pasca tidak ada perbedaan langsung dan
Training Terhadap Waktu terhadap waktu Ambarawa Group katerisasi urin yang bermakna antara intervensi yang
18
BAK Pertama Pasca eliminasi BAK Design) Intervensi bladder training dan diberikan tidak
Katerisasi Urin Pada peertama pasca Sampel : 36 Keperawatan : bladder training dengan hanya satu tapi
Pasien Post Operasi katerisasi urin pada Resonden 1. Bladder kegel exercise terhadap dua sekaligus
Dengan General Anastesi pasien post operasi Training waktu BAK pertama
Di RSUD Ambarawa” dengan general Teknik Sampling : 2. Kegel pasca katerisasi urin
Kekurangan :
anastesi di RSUD Accidental Exercise pada pasien post operasi
Responden
Penulis : Ambarawa Sampling general anastesi.
terbatas
1. Eva Agustin 2. Kombinasi bladder
2. Sri Puguh Kristyawati training dan kegel
3. M. Syamsul Arief exercise memiliki waktu
BAK pertama pasca
Tahun : 2016 katerisasi urin lebih
cepat yaitu 15 menit,
dibandingkan dengan
yang hanya diberi
bladder training yaitu
20 menit.
4 Judul : “Influence of Untuk mengetahui Populasi : Pria RCT Variabel : PMFT yang dilakukan pada Kekuatan :
Preoperative and apakah pasien yang melakukan 1. Karakteristik pasien sebelum operasi dan Sampel yang
Postoperative Pelvic dengan tambahan prostatektomi pasien sesudah operasi tidak digunakan
Floor Muscle Training PMFT pre oprasi radikal terbuka atau 2. Kejadian menunjukan adanya durasi banyak,
(PMFT) Compared with dapat mengatasi prostatektomi kontinensia yang lebih pendek terkait pemantauan
Postoperative PMFT on inkontinensia urin radikal laparoskopi 3. Kehilangan inkotinensia urin post intervensi
Urinary Incontinence lebih cepat dengan bantuan urin pada operasi dibandingkan berkala sampai
After Radical dibandingkan robot di RS bulan ke-1, pasien yang hanya 12 bulan
Prostatectomy: A dengan pasien yang Universitas Leuven ke-3, ke-6 & melakukan PMFT sesudah
Randomized Controlled melakukan PMFT ke-12 setelah operasi Kekurangan :
19
5 Judul : “Efektifitas Mengetahui Populasi : Pasien Quasi Variabel : Mobilisasi dini yang Kekuatan :
Mobilisasi Dini Terhadap keefektifitasan post operasi Experimental 1. Usia dilakukan sesegera Intervensi
Respon Berkemih Pada mobilisasi dini abdomen di ruang (Post Test 2. Jenis mungkin efektif dan dilakukan secara
Pasien Post Operasi terhadap respon rawat inap RS Only Control Kelamin berpengaruh untuk pasien langsung
Abdomen Di RS Panti berkemih pada Panti Wilasa Group 3. Respon paska bedah abdomen
Wilasa Citarum pasien post operasi Citarum Semarang Design) Berkemih terhadap kemampuan
Kekurangan :
Semarang” abdomen di RS Panti berkemih, yang ditujukan
Responden
Wilasa Citarum Sampel : 30 Intervensi dari hasil uji statistik ada
terbatas
Penulis : Semarang Responden Keperawatan : perbedaan yang singnifikan
1. Muslikah 1. Mobilisasi efektivitas mobilisasi dini
2. Ismonah Teknik Sampling : Dini segera mungkin terhadap
3. Wulandari Meika Purposive respon berkemih (p–value =
Sampling 0,000).
20
Tahun : 2015
BAB III
INTERVENSI KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
ELIMINASI URIN PADA PASIEN POST OPERASI
21
Responden penelitian ini dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok
pembanding yaitu ke-
22
23
lompok yang dilakukan intervensi bladder training sejak dini dan kelompok
kontrol yang dilakukan intervensi bladder training sebelum pelepasan kateter urin
yang masing-masing terdiri dari 15 pasien. Selain membandingkan keefektifan
bladder training sejak dini dengan bladder training sebelum pelepasan kateter
urin, penelitian ini juga berfokus pada jenis kelamin, usia dan respon berkemih.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pasien laki-laki lebih dominan yaitu 18 pasien
dengan usia paling banyak dewasa akhir sebanyak 12 pasien, hal ini karena jenis
kelamin mempengaruhi kemampuan berkemih dengan perbedaan struktur anatomi
dan usisa mempengaruhi kemampuan berkemih akibat penurunan respon
berkemih seiring bertambahnya usia. Untuk Respon berkemih pada kedua
kelompok yang paling banyak adalah spontan yaitu 6 pasien.
Penelitian kedua yang juga sama menyoroti intervensi keperawatan
bladder training pada pasien post operasi yaitu penelitian oleh Büyükyilmaz et al.
(2020). Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental yang
dilaksanakan pada Maret 2018 – Agustus 2018 di klinik urologi pada RS
Universitas di Istanbul, Turki. Sampel pada penelitian ini adalah pasien post
operasi BPH sebanyak 50 pasien dengan 28 pasien kelompok eksperimen
(menerima bladder training) dan 22 pasien kelompok kontrol. Pada kelompok
eksperimen, pasien dilakukan bladder training dengan intervensi menjepit kateter
urin pada interval 4 jam dan kemudian dibiarkan terbuka selama 5 menit pada hari
kedua post operasi. Penjepitan kateter urin pada kelompok eksperimen dibuka
ketika mereka melaporkan rasa urgensi buang air sebelum menyelesaikan interval
4 jam tersebut. Intervensi ini diulang selama 24 jam sampai hari ke-3 post operasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia pasien adalah 66 tahun
dengan 40% pasien memiliki riwayat penyakit kronis. Pada kelompok
eksperimen, rata-rata waktu urgensi pertama dan waktu buang air pertama setelah
pelepasan kateter lebih lama dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada
kelompok eksperimen, volume sebelum buang air, volume buang air, dan volume
setelah buang air lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Pada catatan harian
kelompok eksperimen, frekuensi harian mikturisi dan nokturia lebih rendah
disbanding kelompok kontrol. Maka bladder training yang diberikan dengan
24
menekan menjepit kateter pada hari kedua post operasi memberikan efek positif
yang signifikan pada pemenuhan kebutuhan eliminasi urin.
Pada artikel penelitian yang ketiga yang dilakukan Agustin et. al pada tahun
2016 menjabarkan tentang intervensi keperawatan bladder training yang
dikombinasikan dengan kegel exercise. Pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara bladder training dan bladder
training dengan kaegle exercise terhadap waktu BAK Pertama pasca katerisasi
urin pada pasien post operasi general anastesi yang ditunjukan dari hasil uji
Maan Whitney dengan nilai p= 0,861 (p≥0.05). Hasil penelitian juga menyatakan
bahwa kombinasi bladder training dan kaegle exercise memiliki keefektifan lebih
baik dalam waktu BAK pertama pasca katerisasi urin yaitu 15 menit,
dibandingkan dengan yang hanya diberi bladder training yaitu 20 menit.
Kombinasi antara intervensi bladder training dan kegel exercise tersebut sangat
bermanfaat untuk melatih kembali otot kandung kemih agar kembali normal. Hal
ini dikarenakan adanya tambahan intervensi kegel exercise dapat meningkatkan
kekuatan fungsi sfrigter eksternal pada kandung kemih.
Pada penelitian Agustin et.al (2016) ini dilakukan kepada 36 responden
dengan dibagi kedalam 2 kelompok, 18 responden kelompok intervensi dan 18
responden kelompok kontrol. Diketahui bahwa usia responden yang terpasang
kateter paling banyak yaitu pada usia 26-35 tahun sebanyak 24 responden
(66,7%). Hal ini menunjukan bahwa pada penelitian ini termasuk dalam usia
dewasa dimana struktur maupun fungsional dari kandung kemih dan sfringter
masih baik dan dapat cepat kembali berkontraksi.
Pada artikel keempat yang diteliti oleh Geraerts et. al (2013) intervensi
keperawatan yang lakukan adalah PMFT (Pelvic Floor Muscle Training) atau
kegel exercise. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Leuven
dengan sampel sebanyak 180 pasien yang akan melakukan prostatektomi. 91
pasien kelompok eksperimen dan 89 pasien kelompok kontrol. Intervensi yang
diberikan pada kelompok eksperimen adalah PMFT dilakukan 3 minggu sebelum
prostatektomi dan dilanjutkan sesudah prostatektomi sedangkan pada kelompok
kontrol PMFT dilakukan hanya sesudah prostatektomi. Hasil dari penelitian ini
menunjukan median waktu untuk kontinens adalah 30 hari pada kelompok kontrol
25
dan 31 hari pada kelompok eksperimen (p = 0,878). Median jumlah untuk hari
pertama inkontinensia urin adalah 124 gram pada kelompok kontrol dan 108 gram
pada kelompok eksperimen (p = 0,880). Tetapi, pasien dengan PMFT yang kuat
memerlukan waktu yang lebih sedikit untuk kontinens. 65% pasien benar-benar
kontinens selama 3 hari pada periode pre operasi dan 30% memiliki jumlah kecil
pada kehilangan urin (1-10 g/d). Kaplan-Meier analisis pada waktu untuk
kontinens mengindikasikan bahwa pasien tanpa kehilangan urin saat pre operasi
menjadi kontinens lebih cepat dibanding pasien yang inkontinensia saat pre
operasi. Maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah PMFT yang dilakukan pada
pasien sebelum operasi dan sesudah operasi tidak menunjukan danya durasi yang
lebih pendek terkait inkontinensia urin post operasi dibandingkan pasien yang
hanya melakukan PMFT sesudah operasi.
Pada artikel penelitian yang kelima yang dilakukan oleh Muslikah et. al
pada tahun 2015 membahas tentang intervensi keperawatan mobilisasi dini.
Pada penelitian ini yang dilakukan di RS Panti Wilasa Cotarum Semarang
didapatkan bahwa mobilisasi dini yang dilakukan sesegera mungkin efektif dan
berpengaruh untuk pasien paska bedah abdomen terhadap kemampuan berkemih,
yang ditujukan dari hasil rata-rata efektivitas responden dengan mobilisasi dini
pada kelompok intervensi terhadap respon berkemih adalah 357.13 menit
sedangkan pada kelompok kontrol rata – rata 457.00 menit (p value = 0,000). Hal
ini dikarenakan pada kondisi imobilisasi/posisi berbaring untuk waktu yang lama,
gravitasi akan menghambat proses berkemih akibatnya proses pengosongan
kandung kemih manjadi terhambat dan tidak tuntas.
Selain itu pada penelitian ini juga diteliti variabel lain seperti usia dan jenis
kelamin, dengan usia responden didominasi dengan kelompok usia dewasa
kisaran 26-35 tahun dimana struktur dan fungsional kandung kemih sudah cukup
baik sehingga mobilisasi dini yang dilakukan dapat memberikan rangsangan
kontraksi kandung kemih lebih baik yang berdampak kandung kemih cepat
kembali berkontraksi secara normal sehingga respon berkemih pun bisa maksimal
dan jenis kelamin pada responden yang ditemukan pada penelitian ini rata yang
menunjukan bahwa mobilisasi dini memberikan dampak yang berbeda pada jenis
kelamin laki-laki dan perempuan tergantung keluhan berkemih pasien.
26
7. Jelaskan pada pasien untuk minum air secara adekuat, hal ini
dibutuhkan untuk memastikan produksi urin adekuat yang dapat
menstimulasi refleks berkemih.
8. Gunakan pengalas untuk mempertahankan tempat tidur dan
linen tetap kering. Hindari penggunaan diaper, menghindari
persepsi boleh mengompol.
9. Bantu pasien dengan program latihan bladder ini
dikombinasikan dengan program latihan otot pelvis yang
bertujuan untuk menguatkan otot dasar panggul.
10. Berikan reward positif untuk mendorong kemampuan berkemih.
Puji pasien bila dapat melakukan berkemih di toilet dan
mempertahankan untuk tidak mengompol.
11. Sedangkan untuk di luar negeri, penelitian oleh Büyükyilmaz et
al. (2020) mengintervensikan bladder training kepada pasien
pada penelitiannya di Turkey dengan cara kateter urin pada
pasien dijepit dengan interval 4 jam dan kemudian dibiarkan
terbuka selama 5 menit, tindakan ini dilakukan terus selama 24
jam pada hari ke-2 dan ke-3 post op.
yang dilakukan hanya latihan ringan seperti latihan dasar dan latihan
membayangkan suatu tindakan intervensi (McCabe et. al, 2017)
Sedangkan untuk prosedur kegel exercise post operasi di luar negeri
ditemukan dalam online book karangan Rosdahl & Kowalski tahun
2008 yang berjudul Text Book Of Basic Nursing Edition 9 yang
menuliskan prosedur kegel exercise yang dapat diajarkan perawat
kepada pasien secara mandiri, berikut prosedurnya :
1. Temukan otot panggul sekitar alat kelamin dengan
menghentikan atau menahan aliran urin, otot-otot yang
digunakan untuk menghentikan aliran urin adalah otot panggul
bawah
2. Cek kekuatan otot sekitar vagina dengan meletakan tangan
terbuka di vagina dan kencangkan otot panggul dengan
kotraksikan otat tersebut
3. Latihan
a) Latihan A : Kencangkan otot panggul dengan tangan terbuka
dan tahan 3 detik, kemudian lepaskan dan diulangi
b) Latihan B : Kontraksi dan Relaksasikan otot secara cepat 10-
25 kali dan ulangi
c) Latihan C : Bayangkan duduk diatas baskom air dengan
vagina terendam diair, kemudian tahan selama 3 detik
d) Latihan D : dorong keluar seperti saat buang air besar yang
hanya dilakukan dengan vagina, tahan 3 detik
e) Dalam satu kali sesi latihan, ulangi latihan A,C, dan D
sebanyak 10 kali dan latihan B 1 kali. Lakukan 3 kali sesi
dalam 1 hari
f) Hindari latihan kegel ini untuk menahan kencing dan
dilakukan saat kandung kemih kosong
g) Pertimbangan Keperawatan : jika pasien terpasang kateter,
lebih baik latihan dilakukan saat setelah kateter dilepas.
e. Selain itu untuk di luar negeri terdapat cara melakukan kagel exercise
secara umum untuk pasien yang menderita inkontinensia urin yang
31
3. Tahap kerja
Pada 6 jam pertama post SC
a. Menjaga privasi klien
b. Mengatur posisi senyaman mungkin dan berikan lingkungan yang
tenang
c. Anjurkan pasien distraksi nafas dalam dengan tarik nafas perlahan-
lahan lewat hidung dan kelurkan lewat mulut sambil mengencangkan
dinding perut sebanyak 3 kali kurang lebih selama 1 menit
d. Latihan gerak tangan, lakukan gerakan abduksi dan adduksi pada jati
tangan, lengan dan siku selama setengah menit
e. Tetap pada posisi berbaring, kedua lengan diluruskan diatas kepala
dengan telapak tangan menghadap ke atas
f. Lakukan gerakan menarik keatas secara bergantian sebanyak 5-10 kali
g. Latihan gerak kaki yaitu dengan menggerakan abduksi dan adduksi,
rotasi pada seluruh bagian kaki
Pada 6-10 jam berikutnya
a. Latihan miring kanan dan kiri
b. Latihan dilakukan dengan miring kesalah satu bagian terlebih dahulu,
bagian lutut fleksi keduanya selama setengah menit, turunkan salah
satu kaki, anjurkan ibu berpegangan pada pelindung tempat tidur
dengan menarik badan kearah berlawanan kaki yang ditekuk. Tahan
selama 1 menit dan lakukan hal yang sama ke sisi yang lain
Pada 24 jam post SC
a. Posisikan semi fowler 30-40 secara perlahan selama 1-2 jam sambil
mengobsevasi nadi, jika mengeluh pusing turunkan tempat tidur secara
perlahan
b. Bila tidak ada keluhan selama waktu yang ditentukan ubah posisi
pasien sampai posisi duduk
Pada hari ke 2 post SC
a. Lakukan latihan duduk secara mandiri jika tidak pusing, perlahan kaki
diturunkan Pada hari ke 3 post SC 1. Pasien duduk dan menurunkan
kaki kearah lantai
b. Jika pasien merasa kuat dibolehkan berdiri secara mandiri, atau dengan
posisi dipapah dengan kedua tangan peganga pada perawat atau
keluarga, jika pasien tidak pusing dianjurkan untuk latihan berjalan
disekitar tempat tidur
Evaluasi dan Tindak Lanjut
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Menganjurkan klien untuk melakukan kembali setiap latihan dengan pengawasan
keluarga
3. Salam terapeutik dengan klien
4. Mencuci tangan
Dokumentasi
1. Dokumentasikan : nama klien, tanggal dan jam oerekaman, dan respon pasien
2. Paraf dan nama jelas dicantumkan pada catatan pasien
PEMBAHASAN
35
36
Fenomena yang sering terjadi pada pasien post operasi terutama pada
operasi abdomen dan ekstremitas mengengah sampai bawah banyak
ditemukan pasien yang mengalami gangguan pemenuhan eliminasi urin
seperti retensi urin maupun inkontinensia urin. Manajemen pemenuhan
37
pada hari 0 post operasi, dibantu berjalan setidaknya dua kali sehari,
dan dibantu duduk di kursi selama bangun di siang hari. Tidak ada
penjelasan yang mendekati prosedur tersebut pada artikel yang
ditemukan. Seluruh artikel penelitian hanya menyebutkan melakukan
mobilisasi dini saja.
c. Durasi waktu mobilisasi dini seperti dilakukan satu kali per hari
selama 7 hari
5.1 Simpulan
Selain itu, kegel exercise dan mobilisasi dini dapat membantu pasien
post operasi untuk lebih cepat mengembalikan fungsi berkemih normal.
Kedua intervensi tersebut tidak cukup sering dilakukan dibanding intervensi
bladder training. Intervensi kegel exercise dilakukan untuk memperkuat otot
dasar panggul sehingga dapat membantu proses perkemihan. Mobilisasi
dinipun dilakukan untuk membantu otot-otot tubuh kembali normal namun
48
tidak banyak penelitian yang mengindikasikan keberhasilan mobilisasi dini
dalam mengatasi gangguan urin pada pasien post operasi.
49
50
5.2 Saran
A Aziz, A.H. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan, 1. Salemba Medika.
Agustin, E., Kristyawati, S. P., & Arief, M. S. (2017). Perbedaan Efektivitas Bladder Trainning
Dengan Keagle Execise Dan Bladder Trainning Terhadap Waktu Bak Pertama Pasca
Kateterisasi Urin Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anastesi Di Rsud Ambarawa.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 1–10.
Agustin, E., Kristyawati, S. P., Arief, M. S. (2016). Perbedaan Efektivitas Bladder Training
Dengan Kegel Exercise Dan Bladder Training Terhadap Waktu BAK Pertama Pasca
Katerisasi Urin Pada Pasien Post Operasi Dengan General Anastesi Di RSUD Ambarawa.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Angelia, S. L., Ismonah, & Arif, S. (2015). Efektivitas Bladder Training Sejak Dini dan Sebelum
Pelepasan Kateter Urin Terhadap Terjadinya Inkontinensia Urine Pada Pasien Paska
Operasi di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), II(3),
144–151.
Asih, A., Indrayani, T., & Carolin, B. T. (2020). PENGARUH BLADDER TRAINING
TERHADAP ELIMINASI BUANG AIR KECIL PADA IBU POSTPARTUM DI
WILAYAH PUSKESMAS TAKTAKAN KOTA SERANG TAHUN 2020. Asian Research
of Midwifery Basic Science Journal, 1(1), 166-173.
Astriana, W. (2019). Pengetahuan Mobilisasi Dini Dengan Kemandirian Merawat Dirinya Dan
Bayinya Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea. JKAB: Jurnal Kesehatan
Abdurrahman, 8(2), 12-18.
Bayhakki, Yetti K., Mustikasari. (2011). Bladder Training Modifikasi Cara Kozier Pada Pasien
Pasca Bedah Ortopedi Yang Terpasang Kateter Urin. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Vol.12, No.1
Berman, A., Snyder, S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing
Concepts, Process, and Practice (Tenth Edit). New Jersey: Pearson Education.
Büyükyilmaz, F., Culha, Y., Zümreler, H., Özer, M., Culha, M. G., & Ötünçtemur, A. (2020). The
effects of bladder training on bladder functions after transurethral resection of prostate.
Journal of Clinical Nursing, 29(11–12), 1913–1919. https://doi.org/10.1111/jocn.14939
Büyükyilmaz, F., Culha, Y., Zümreler, H., Özer, M., Culha, M. G., & Ötünçtemur, A. (2020). The
effects of bladder training on bladder functions after transurethral resection of prostate.
Journal of Clinical Nursing, 29(11–12), 1913–1919. https://doi.org/10.1111/jocn.14939
Chang, J. I., Lam, V., & Patel, M. I. (2016). Preoperative Pelvic Floor Muscle Exercise and
Postprostatectomy Incontinence: A Systematic Review and Meta-analysis. European
Urology, 69(3), 460–467. https://doi.org/10.1016/j.eururo.2015.11.004
Dorey, G. (2013). Pelvic floor exercises after radical prostatectomy. British Journal of Nursing,
22(9 SUPPL.).
Eriyani, T., Shalahuddin, I., & Maulana, I. (2018). PENGARUH MOBILISASI DINI
TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA. Media
Informasi, 14(2), 182-190.
Frayoga, F., & Nurhayati, N. (2018). Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap Pemulihan Kandung
Kemih Pasca Pembedahan dengan Anastesi Spinal. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik,
13(2), 226. https://doi.org/10.26630/jkep.v13i2.936
Geller, E. J. (2014). Prevention and management of postoperative urinary retention after
urogynecologic surgery. International Journal of Women’s Health, 6(1), 829–838.
https://doi.org/10.2147/IJWH.S55383
Geraerts, I., Van Poppel, H., Devoogdt, N., Joniau, S., Van Cleynenbreugel, B., De Groef, A., &
Van Kampen, M. (2013). Influence of preoperative and postoperative pelvic floor muscle
training (PFMT) compared with postoperative PFMT on urinary incontinence after radical
prostatectomy: A randomized controlled trial. European Urology, 64(5), 766–772.
https://doi.org/10.1016/j.eururo.2013.01.013
Geraerts, I., Van Poppel, H., Devoogdt, N., Joniau, S., Van Cleynenbreugel, B., De Groef, A., &
Van Kampen, M. (2013). Influence of preoperative and postoperative pelvic floor muscle
training (PFMT) compared with postoperative PFMT on urinary incontinence after radical
prostatectomy: A randomized controlled trial. European Urology, 64(5), 766–772.
https://doi.org/10.1016/j.eururo.2013.01.013
Ginting, D. S. (2020). Peran Perawat Sebagai Edukator Dalam Pengimplementasian Discharge
Planning Untuk Proses Asuhan Keperawatan. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Gultom, L., dan Hutabarat, J. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo: Zifatama Jawara
Hansen, B. S., Soreide, E., Warland, A. M., & Nilsen, O. B. (2011). Risk factors of post ‐operative
urinary retention in hospitalised patients. Anaesthesiologica Scandinavica.
https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1399-6576.2011.02416.x
Hendren, S. (2013). Urinary catheter management. Clinics in Colon and Rectal Surgery, 26(3),
178–181. https://doi.org/10.1055/s-0033-1351135
Hidaya, A.A. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Heal Books
Jackson, J., Davies, P., Leggett, N., Nugawela, M. D., Scott, L. J., Leach, V., … Whiting, P.
(2019). Systematic review of interventions for the prevention and treatment of
postoperative urinary retention. BJS Open, 3(1), 11–23. https://doi.org/10.1002/bjs5.50114
Kasiati & Rosmalawati N,W,D. (2016). KEBUTUGAN DASAR MANUSIA I. KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, cetakan pertama.
Kemenkes RI. (2016). Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan: Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan
Lucas, M. G., Betretdinova, D., Berghmans, L. C., Bosch, J. L. H. R., Burkhard, F. C., Cruz, F., …
Pickard, R. S. (2015). EAU guidelines on urinary incontinence. European Association of
Urology.
Maas, M. L., Buckwalter, K. C., Hardy, M. D., Tripp-Reimer, T., Titler, M. G., & Specht, J. P.
(2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik, Diagnosis NANDA, Kriteria Hasil NOC,
Intervensi NIC. Jakarta: EGC.
McCabe, L., Young, K., Ferguson S. (2017). Patient Education : Pelvic Floor “Kagel” Exercise.
Toronto: UHN (University Health Network)
Meika, W. (2015). Efektifitas Mobilisasi Dini terhadap Respon Berkemih pada Pasien Post
Operasi Abdomen Di RS Panti Wilasa Citarum Semarang. Karya Ilmiah.
Pearsall, E., McCluskey, S., Aarts, MA., McLeod R. (2017). A Clinical Practice Guideline
developed by the University of Toronto’s Best Practice Surgery. Diakses online pada 26
Febuari 2021 di http://bestpracticeinsurgery.ca/wp-
content/uploads/2017/11/ERAS_BPS_FINAL_Nov2017.pdf
penurunan frekuensi buang air kecil pada wanita usai 50-60 tahun. Pustaka UNUD
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
Pratiwi, A. N., Siswanti, J., & Sudiarto. (2017). PENGARUH BLADDER TRAINING SECARA
DINI TERHADAP INKONTINENSIA URIN PADA PASIEN POST OPERASI BPH di
RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS. Retrieved from http://repository.poltekkes-
smg.ac.id/index.php?p=show_detail&id=12813&keywords=
Rismawati. (2015). Asuhan Keperawatan Dengan Penerapan Mobilisasi Dini Untuk
Meningkatkan Kemandirian Pasien Post Sc Di Ruang Bougenvile RSUD Kebumen. Diakses
25 Febuari 2021 dari : http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/486/1/DWI520TINA
%20RISMAWATI%20NIM.%20A01401881.pdf
Rosdahl, C. B. & Kowalski, M. T. (2008). Textbook of Basic Nursing Ninth Edition. Lippincott
Williams & Wilkins
RSHS. (2014). Mobilisasi Dini Pasca Operasi. Diakses online pad 25 Febuari 2021 di
http://web.rshs.or.id/mobilisasi-dini-pasca operasi/#:~:text=Apa%20itu%20Moblisasi
%20Dini%3F,alat%20sesuai%20dengan%20kondisi%20pasien.
Shabrini, L. A., Ismonah, & Arif, S. (2015). Efektivitas Bladder Training Sejak Dini dan Sebelum
Pelepasan Kateter Urin Terhadap Terjadinya Inkontinensia Urine Pada Pasien Paska
Operasi di SMC RS Telogorejo. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan (JIKK), II(3),
144–151.
Smeltzer ,S, C., & Bare, B.G. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8
Vol.1. Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Steggal, M., Treacy, C., & Jones, M. (2013). Post-operative urinary retention. Nursing standard
(Royal College of Nursing (Great Britain) : 1987), 28(5), 43–48.
https://doi.org/10.7748/ns2013.10.28.5.43.e7926
Sulistyaningsih, D. R. (2015). Latihan Otot Dasar Panggul Efektif Untuk Mengatasi Inkontinensia
Urin Pada Klien Post Operasi Prostatectomy. Nurscope : Jurnal Penelitian Dan Pemikiran
Ilmiah Keperawatan, 1(2), 1. https://doi.org/10.30659/nurscope.1.2.1-8
Vikaningrum, M. (2020). STUDI DOKUMENTASI GANGGUAN ELIMINASI URIN PADA
PASIEN AN.“M” DENGAN HYPOSPADIA TYPE CORONAL POST CHORDECTOMY
DAN URETROPLASTY. Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.
Yuniarti, S. (2014). Peran perawat sebagai care giver nurse role as a care giver. Jurnal
Keperawatan, VII(1), 13–17.