Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

PADA KELOMPOK KHUSUS DI KOMUNITAS KELOMPOK


KERJA KESEHATAN LANSIA

Disusun Oleh :
B25-AJ1 KELOMPOK 6 :
1. RIZCHA RACHMAWATI (132225068)
2. REMA SULISTYORINI (132225071)
3. ALYA ANNISA ILMA (132225073)
4. MARIA REGINA LETO (132225075)
5. NAHASON NGGABA W. (132225081)
6. EVI NOVIA RAHMAWATI (132225043)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini.
Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan
komunitas, dimana kami sebagai mahasiswa dituntut untuk mampu memahami
materi ilmu keperawatan komunitas serta mempraktekkan asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus di komunitas kelompok kerja kesehatan lansia
di lingkungan tempat tinggal.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan, sehingga kami selalu mengharapkan kritis, saran serta
masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki makalah ini, sehingga dapat
menjadi sempurna dalam pembuatan makalah berikutnya.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini, terutama pembimbing kami
yang telah memberikan saran perbaikan sehingga makalah ini dapat selesai
dengan baik. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kami semua.

Surabaya, 06 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Juul....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................3
D. Manfaat..................................................................................................................3
BAB 2................................................................................................................................4
A. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas.....................................................4
B. Kesehatan Kerja.....................................................................................................4
C. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja............................................................................5
D. Konsep Lansia........................................................................................................5
E. Konsep Hipertensi................................................................................................10
F. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................................15
1. Pengkajian........................................................................................................15
2. Diagnosis Keperawatan Komunitas..................................................................16
3. Rencana Strategis Penyelesaian masalah..........................................................17
4. Sasaran Penerima Asuhan Keperawatan...........................................................18
5. Komponen Evaluasi.........................................................................................18
BAB 3..............................................................................................................................19
3.1. Hasil Pengkajian Winshield Survey di Desa Kalisari...................................19
3.2. Data Umum.....................................................................................................22
3.2.1 Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin........................................23
3.2.2 Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia.......................................................23
3.2.3 Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama...................................................24
3.2.4 Proporsi Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan.................................24
3.2.5 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan............................................25
3.2.6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan..............................................25
3.2.7 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendapatan............................................26
3.2.8 Proporsi Penduduk Berdasarkan Penyakit 6 bulan terakhir......................27

iii
3.3. Data Khusus....................................................................................................27
3.3.1. Data Khusus Lansia..................................................................................27
3.3.2. Data Khusus Pengkajian Psikososial Lansia.............................................28
3.3.3. Data Khusus Perilaku Kesehatan Lansia..................................................29
3.3.4. Data Khusus Pengetahuan lansia..............................................................33
3.4. Analisa data....................................................................................................34
3.5. Diagnosa Keperawatan..................................................................................36
3.6. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS.......................................37
3.7. Implementasi Keperawatan...........................................................................39
BAB 4..............................................................................................................................45
A. Kesimpulan..........................................................................................................45
B. Saran....................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................47

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan yang sempurna dan sehat baik secara fisik, mental,
sosial bebas dari penyakit dan dapat melakukan kegiatan produktif sosial dan
ekonomi. Sedangkan Komunitas adalah suatu perkumpulan orang yang tinggal
dalam wilayah yang sama dan memiliki karakteristik yang sama, seperti suku,
agama, ras, masalah dan kepentingan yang sama. Komunitas juga merupakan
kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang memiliki kesamaan tahap
tumbuh kembang atau masalah kesehatan tertentu. Keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya
secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, baik
secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Keperawatan
Komunitas adalah suatu upaya yang dilakukan oleh perawat professional kepada
kelompok masyarakat untuk membantu dan memenuhi serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat tersebut termasuk didalamnya mengatasi masalah kesehatan
yang dialami dengan menggunakan pendekatan kepada kelompok masyarakat
yang beresiko terhadap gangguan kesehatan serta untuk meningkatkan pemenuhan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan
masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan
kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan
tidak membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan danmelibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam

1
2

ilmu keperawatan yang merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan


masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan dengan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu
ditujukan kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.
Menurut BKKBN (1995) Lansia adalah individu yang berusia di atas 60
tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi
biologis, psikologis, sosial, ekonomi. Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada
tahun 2012 mencapai 28 juta jiwa sekitar 8% dari jumlah penduduk Indonesia.
Pada tahun 2014 jumlah lansia tertinggi berada di daerah Jawa Timur yaitu
berjumlah 2,7 juta jiwa. Pada tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia membengkak
menjadi 40 jutaan dan pada tahun 2050 diperkirakan akan melonjak hingga
mencapai 71,6 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2014). Seiring dengan
bertambahnya usia, lansia mengalami perubahan konsep diri, ia merasa tubuhnya
sering sakit, berubahnya peran sosial dan merasa sering ditinggalkan. Perubahan
yang terjadi pada lansia ini, diikuti dengan penurunan fungsi organ dan sel-sel
dalam tubuh yang disebut dengan penyakit degeneratif. Penyakit degenaratif ini
dapat mempengaruhi fungsi banyak organ dan jaringan mulai dari sistem saraf
pusat, tulang, sendi, serta pembuluh darah jantung. Beberapa penyakit degeneratif
yang muncul pada lansia adalah penyakit jantung, diabetes melitus, osteoporosis,
hipertensi, kanker dan lain sebagainya.
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi,
merupakan salah satu penyakit yang ditandai meningkatnya tekanan darah dalam
tubuh. Tekanan darah pada penderita hipertensi dimana sistolik ≥140 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua kali pengukuran. (Damayati, 2013).
Hipertensi pada lansia diakibatkan adanya perubahan struktur dan fungsional pada
pembuluh darah. Tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
komplikasi diantaranya stroke, infark miokard, gagal ginjal, ensefalopati, dan
kejang (Corwin, 2013). Gejala penyakit tersebut berupa pusing atau sakit kepala,
wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, tinitus (telinga berdenging),
dan gangguan pola tidur.
3

Indonesia adalah salah satu Negara yang kaya akan Budaya. Warisan
Budaya di Indonesia yang masih turun temurun salah satunya adalah batik. Batik
mayoritas dikerjakan oleh orang jawa jaman dahulu . Di beberapa kota di
Indonesia, kegiatan membatik masih menjadi salah satu mata pencaharian, yang
digunakan untuk mempertahankan hidup. Dan kebanyakan kegiatan membatik ini
dilakukan oleh komunitas lansia.
Disini ilmu komunitas masuk didalamnya. Dimana sekumpulan orang
dengan tujuan dan pekerjaan yang sama yaitu membatik berkumpul dalam suatu
tempat yang pada akhirnya disebut komunitas
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah kami paparkan diatas, sehingga kami
tertarik untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana penerapan asuhan
keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok khusus di komunitas kelompok
kerja kesehatan lansia.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami konsep asuhan keperawatan kesehatan komunitas pada kelompok
khusus, melakukan pengkajian keperawatan, merencanakan intervensi
keperawatan dan melakukan evaluasi keperawatan pada kelompok kerja kesehatan
lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep kesehatan komunitas
b. Mahasiswa mampu memahami konsep kesehtan komunitas pada
kelompok khusus di komunitas kelompok kerja kesehatan lansia
c. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan kesehatan komunitas
pada kelompok khusus di komunitas kelompok kerja kesehatan lansia
d. Mahasiswa mampu menerapkan proses asuhan keperawatan kesehatan
komunitas pada kelompok khusus di komunitas kelompok kerja kesehatan lansia
D. Manfaat
Sebagai referensi bagi semua pihak untuk mempelajari asuhan keperawatan
komunitas pada kelompok khusus di komunitas kelompok kerja kesehatan lansia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas


Berdasarkan American Nurses Association (2004) yang mendefinisikan
keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan ketrampilan
dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Praktik yang dilakukan komprehensif dan umum serta tidak terbatas pada
kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat
episodik. Keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public Health
Association (2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori
keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
keseluruhan komunitas.
B. Kesehatan Kerja
Keperawatan kesehatan kerja/ occupational health nursing (OHN) adalah
cabang khusus dari keperawatan komunitas yang merupakan aplikasi dari konsep
dan frame work dari berbagai disiplin ilmu (keperawatan, kedokteran, kesehatan
masyarakat, ilmu sosial dan perilaku, prinsip-prinsip manajemen) yang bertujuan
meningkatkan dan memelihara status kesehatan pekerja serta melindungi pekerja
dari kecelakaan kerja dan faktor risiko bahaya di tempat kerja (health hazards)
dalam konteks lingkungan kerja yang sehat dan aman (American Asscociation of
Occupational Health Nursing/ AAOHN dalam Nies & Swansons, 2002; Stanhope
& Lancaster, 2004).
Konsep dasar Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas,
beban ,dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-undang Kesehatan Tahun
1992). Konsep dasar Kesehatan kerja adalah bagaimana mengidentifikasi
masalah, mengevaluasi dan melakukan tindakan pencegahan.

4
5

C. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Menurut Efendi & Makhfudli (2009), kesehatan kerja meliputi berbagai
upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik
fisik meupun psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan
yang bertujuan untuk:
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun
kesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
3) Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktorfaktor
yang membahayakan kesehatan.
4) Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
D. Konsep Lansia
1) Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lansia merupakan keadaan dimana seseorang mengalami penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual (Hawari, 2001). Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
2) Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga katagori, yaitu:
1. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
6

3. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60


tahun ke atas dengan masalah kesehatan.
3) Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut:
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang
lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada
lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas
dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan
sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan
yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk
pula. Contoh: dalam keluarga biasanya lansia sering tidak diajak
7

berdiskusi untuk pengambilan keputusan karena dianggap kolot


atau pola pikirnya kuno, karena hal inilah biasanya lansia sering
menarik diri dari lingkungan mudah tersinggung.
4) Permasalahan Lansia Di Indonesia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta
lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Sebaran penduduk lansia pada
tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 9,58%dan yang
tinggal di perdesaan sebesar 9,97%. Terdapat perbedaan yang cukup
besar antara lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan.
Kecenderungan meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini
dapat disebabkan bahwa tidak banyak perbedaan antara rural dan
urban. Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut
UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) Pada ayat 2
disebutkan, lansia dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia
potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut Usia
Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
Sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan
orang lain. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup
mandiri dan produktif, hal ini merupakan upaya peningkatan
kesejahteraan lansia khususnya dalam bidang kesehatan. Upaya
promotif dan preventif merupakan faktor penting yang harus dilakukan
untuk mengurangi angka kesakitan pada lansia. Untuk mencapai tujuan
tresebut, harus ada koordinasi yang efektif antara lintas program terkait
di lingkungan Upaya yang dikembangkan untuk mendukung kebijakan
tersebut antara lain pada pelayanan kesehatan dasar dengan pendekatan
Pelayanan Santun Lansia, meningkatkan upaya rujukan kesehatan
melalui pengembangan Poliklinik Geriatri Terpadu di Rumah Sakit,
dan menyediakan sarana dan prasarana yang ramah bagi
8

lansia.Kesadaran setiap lansia untuk menjaga kesehatan dan


menyiapkan hari tua dengan sebaik dan sedini mungkin merupakan hal
yang sangat penting. Semua pelayanan kesehatan harus didasarkan
pada konsep pendekatan siklus hidup dengan tujuan jangka panjang,
yaitu sehat sampai memasuki lanjut usia. Pendapat lain menjelaskan
bahwa lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga
menimbulkan beberapa masalah. Permasalahan tersebut diantaranya
yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika melakukan
aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan yang mulai kabur,
indra pendengaran yang mulai berkurang serta daya tahan tubuh
yang menurun, sehingga sering sakit.
b. Masalah kognitif ( intelektual )
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal
(pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga sangat
kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada keluarga menjadi
sangat besar. Selain itu, lansia sering marah apabila ada sesuatu
yang kurang sesuai dengan kehendak pribadi dan sering stres
akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena daya
ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika
mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan
merasa gelisah ketika menemui permasalahan hidup yang cukup
serius.
9

5) Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Pelayanan merupakan hal yang dilakukan untuk memudahkan
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sosial, kesehatan,
perawatan dan meningkatkan mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan
pelayanan kesehatan pada lansia terdiri dari :
a. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
b. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan
mental.
c. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
d. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi
pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan
pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.
6) Pendekatan Perawatan Lansia
Pendekatan Fisik Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan
dengan pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa hidupnya,
perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih dapat
dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau
progresifitas penyakitnya. Pendekatan fisik secara umum bagi klien
lanjut usia dapat dibagi 2 bagian:
a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam
kebutuhannya sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan
atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia
10

ini, terutama yang berkaitan dengan kebersihan perseorangan


untuk mempertahankan kesehatan.
E. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Berdasarkan rekomendasi Join National Committee dalam The Eighth
Report of Join National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure menyatakan bahwa tekanan darah tinggi
(hipertensi) merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥140
mmHg (sistolik) dan/atau ≥ 90 mmHg. 1 Selain sebagai salah satu jenis penyakit
tidak menular, Hipertensi juga menjadi faktor risiko utama penyakit
kardiovaskuler lainnya.
2. Etiologi
Etiologi dari hipertensi terbagi dalam dua kelompok yaitu factor yang
tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah.
a. Faktor yang tidak dapat diubah
1) Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai resiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potassium terhadap sodium, individu dengan orangtua yang menderita
hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi.
2) Jenis Kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
wanita pra menopause prevalensinya lebih terlindungi darpada pria pada
usia yang sama. Wanita yang belum menpause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupkan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis yang dapat menyebabkan
hipertensi. Usia Insiden hipertensi meningkat seiring pertambahan usia.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
11

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas


jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensi aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Anggaraini, dkk, 2009).
b. Faktor yang dapat diubah
1) Obesitas
Merupakan ciri khas penderita hipertensi, walaupun belum diketahui
secara pasti hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, namun
terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita
obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada dengan berat badan
normal. Memang tidak semua penderita hipertensi berbadan gemuk,
orang kurus pun tidak tertutup kemungkinan terserang hipertensi.
Kenyataannya orang gemuk menjadi peluang terkena hipertensi lebih
besar.
2) Asupan Garam
Seseorang yang terlalu berlebihan mengkomsumsi garam (NaCl) yang
berlebih dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah
volume darah, akibatnya jantung harus bekerja keras dan tekanan darah
menjadi naik.
3) Makanan dan Gaya hidup
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan makanan.
Sebagian faktor gaya hidup yang menyebabkan hipertensi, antara lain
konsumsi kopi berlebihan, minum alkohol, kurang olahraga, stres, dan
merokok. Faktor makanan mencakup: kegemukan, konsumsi rendah
garam, konsumsi garam yang berlebihan, tingginya asupan lemak
(Sunanto, 2009). Seseorang yang tidak aktif secara fisik memiliki resiko
30-50% lebih besar untuk mengalami hipertensi. Selain meningkatkan
perasaan sehat dan kemampuan untuk mengatasi stres, keuntungan
latihan aerobik yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C,
12

menurunnya kadar LDL, menurunnya tekanan darah, berkurangnya


obesitas, berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat, dan
konsumsi oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi
insulin (Anggaraini, 2009).
3. Klasifikasi
Kriteria Penyakit Hipertensi Menurut Joint National Committe
No Kriteria Tekanan darah
Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
2 Perbatasan (high normal) 130-139 85-89
3. Hipertensi
Derajat 1 :Ringan 140-159 90-99
Derajat 2: sedang 160-179 100-109
Derajat 3: Berat 180-209 110-119
Derajat 4: sangat berat >210 >120
Sumber: Aspiani, 2014
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf sinpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis, pada titik ini neuron
preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimna dengna dilepaskannya neropinefrin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokonstriktor. Saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenalin
juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifasi vasokonstriksi. Medula
adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
13

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan


aliran darah ke ginjal menyebabkan pelepasan renin (Kartika, 2014).
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan fungsional
pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan
darah. Perubahan tersebut meliputi ateroklorosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2008).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tekanan darah tinggi yaitu sakit kepala, tengkuk terasa
berat, perdarahan di hidung, pusing yang terkadang juga terjadi pada seseorang
dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak
terobati, dapat timbul gejalagejala seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak nafas, gelisah, pandangan kabur (karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal) (Ruhyanuddin, 2007).
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan untuk memantapkan
diagnosa.
a. EKG (elektro kardiograf atau rekam jantung).
b. Pemeriksaan darah kimia (kreatinin, BUN).
c. Radiografi dada (Pudiastuti, 2013).
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Farmakologi
14

1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromox, Lasix, Aldactone, Dyrenium Diuretic


bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung
dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan airnya.
2) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot pada jantung atau
arteri. Sebagian penyekat saluran kalsium bersifat lebih spesifik untuk
saluran lambat kalsium otot jantung; sebagian yang lain lebih spesifik
untuk saluran kalsium otot polos vascular. Dengan demikian, berbagai
penyekat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR.
3) Penghambat enzim menghambat angiotensin 2 atau inhibitor ACE
berfungsi untuk menurunkan angiotensin 2 dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiotensin 1 menjadi angiotensin 2.
Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan menurunkan TPR,
dan secara tidak langsung dengan menurunkan sekresi aldosterone, yang
akhirnya menigkatkan pengeluaran natrium pada urin kemudian
menurunkan volume plasma dan curah jantung. d) Antagonis (penyekat)
respetor beta (β-blocker),terutama penyekat selektif, bekerja pada reseptor
beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
4) Antagonis reseptor alfa (β-blocker) menghambat reseptor alfa di otot polos
vascular yang secara normal berespon terhadap rangsangan saraf simpatis
dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.
5) Vasodilator arterior langsung dapat digunakan untuk menurunkan TPR.
Misalnya: Natrium, Nitroprusida, Nikardipin, Hidralazin, Nitrogliserin,
dan lain-lain (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Hafiz 2011).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
1) Pengaturan Diet
Beberapa diet yang dianjurkan :
1. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah
pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat
mengurangi stimulasi system reninangiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah intake sodium yang
dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
15

2. Diet garam potasium, dapat menurunkan tekanan darah tapi


mekanismenya belum jelas. Pemberian Potasium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh nitric
oxide pada dinding vascular.
3. Diet kaya buah dan sayur.
4. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
2) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan
dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup juga
berkurang.
3) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan
jantung. Olahraga teratur selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu
minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya
arterosklerosis akibat hipertensi.
4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk
mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok diketahui
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja
jantung. e) Mengkonsumsi tanaman herbal Penyakit hipertensi dapat
diturunkan melalui tanaman herbal seperti daun salam, seledri, mengkudu
dan bawang putih
F. Konsep Asuhan Keperawatan
Konsep asuhan keperawatan merupakan suatu pedoman dalam melakukan
pendekatan proses keperawatan secara berkelanjutan dalam upaya menyelesaikan
masalah kesehatan yang meliputi pengkajian, analisa dan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas adalah tahap awal dalam proses asuhan
keperawatan. Disini perawat berusaha menggali serta mendapatkan data dan
16

informasi tentang kondisi kesehatan suatu komunitas. Terdapat 4 kegiatan


yang dilakukan pada tahap ini, yaitu :
1. Pengumpulan Data
Suatu proses mendapatkan informasi yang signifikan mengenai kondisi
klien yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus sehingga
mendapatkan data baik subjektif maupun objektif yang nantinya mampu
menggambarkan kondisi kesehatan komunitas tersebut. Sumber data yang
digunakan untuk menggali informasi bisa berupa data primer yang didapat
melalui survei langsung dan pengamatan epidemologi ataupun secara
sekunder yang didapat dari data pendukung, misalnya dari Instansi,
Sarana Pelayanan Kesehatan, Sekolah, dan lain sebagainya. Begitu pula
dengan cara mengumpulan data, dapat dilakukan secara wawancara
langsung, melalui kuesioner/angket, observasi langsung, melalui
pemeriksaan ataupun modifikasi antara keempat cara tersebut.
2. Pengorganisasian Data
Dalam proses pengakajian perlu adanya suatu pengorganisasian data agar
data yang kita peroleh, dapat mencakup semua komponen yang kita
perlukan nantinya. Yaitu meliputi data inti komunitas termasuk
didalamnya data demografi (usia, jenis kelamin, ras, etnis), tipe keluarga,
status perkawinan, agama, nilai-nilai dan keyakinan. Selanjutnya data
subsistem yaitu mengenai lingkungan fisik, pelayanan kesehatan,
ekonomi, pendidikan, media komunikasi dan rekreasi. Dan yang terakhir
data pesepsi meliputi tempat tinggal dan persepsi umum.
3. Validasi Data
Merupakan verifikasi data untuk mengkonfirmasi kembali bahwa data
yang didapat betul-betul akurat dan nyata. Karena informasi yang didapat
akan menjadi acuan dalam perumusan diagnosis keperawatan dan
intervensinya.
4. Pendokumentasian Data
Tahap mencatat data-data yang didapat dari klien, secara akurat dan
factual bukan merupakan interpretasi dari perawat.
17

2. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Sebelum perawat melakukan perumusan diagnosis, perawat perlu
melakukan analisa data yaitu berupa mempelajari dan memeriksa data yang
gunanya untuk menetukan kebutuhan kesehatan komunitas, kekuatan
komunitas dan tren penggunaan layanan kesehatan. Kemudian barulah
perawat melakukan perumusan diagnosis keperawatan. Secara umum
keperawatan komunitas meliputi keperawaatm individu, keluarga, dan
komunitas itu sendiri, maka perlu hati-hati dalam penentuan diagnosis
keperawatan. Diagnosis yang dimaksud harus ditujukan kepada komunitas
tersebut. Ada tiga bagian dalam diagnosis ini, yaitu menggambarkan masalah,
respon atau keadaan, identifikasi factor penyebab yang berkaitan dengan
masalah serta tanda gejala yang merupakan karakteristik masalah.
3. Rencana Strategis Penyelesaian masalah
Merupakan tahap lanjutan setelah perumusan diagnosis keperawatan yang
bertujuan untuk menentukan kebutuhan komunitas secara efektif, dituangkan
dalam suatu perencanaan yang terperinci yang digunakan untuk membantu
klien mencapai kondisi optimumnya. Ada 3 tahap dalam perencanaan
strategis ini yaitu:
1. Memprioritaskan Diagnosis Keperawatan
Ada scoring aspek yang digunakan dalam proses memprioritaskan
diagnosis keperawatan. Aspeknya adalah sebagai berikut:
a. Resiko terjadinya masalah tersebut di komunitas
b. Resiko parah dari masalah tersebut
c. Potensial untuk dilakukan pendidikan
d. Minat dari masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut
e. Kemungkinan masalah tersebut diatasi
f. Kesesuaian dengan program pemerintah
g. Tersedianya tempat untuk mengatasi masalah
h. Tersedianya waktu untuk mengatasi masalah
i. Tersedianya dana untuk mengatasi masalah
j. Tersedianya fasilitas untuk mengatasi masalah
k. Tersedianya sumber daya manusia untuk mengatasi masalah
18

Untuk setiap masalah kesehatan diberikan bobot nilai pada setiap aspek
dengan range 1-5. Rinciannya sebagai berikut:
a. Sangat rendah =1
b. Rendah =2
c. Cukup =3
d. Tinggi =4
e. Sangat Tinggi =5
2. Menetapkan Sasaran
Sasaran adalah hasil yang diharapkan setelah intervensi ini dilakukan.
3. Menetapkan Tujuan
Tujuan adalah pernyataan hasil ayng diharapkan dan dapat diukur,
dibatasi waktu, dan berorientasi pada kegiatan.
4. Menetapkan Rencana Intervensi
Rencana intervensi keperawatan komuniats mengarah pada promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan dan manajemen
krisis.
4. Sasaran Penerima Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan komunitas secara umum meliputi asuhan keperawatan
individu, keluarga dan komunitas. Sehingga dalam menentukan sasaran
penerima asuhan keperawatan harus dipertegas dan diperjelas, bahwa disini
asuhan keperawatan berfokus pada program kesehatan komunitas yang telah
disepakati pada tahap perencanaan. Sehingga pada tahap implementasi ini,
lebih berfokus bagaimana mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
dengan melakukan upaya-upaya berupa promosi kesehatan, edukasi,
pemeliharaan kesehatan, mencegah penyakit, serta mengatasi kondisi-kondisi
yang tidak sehat.
5. Komponen Evaluasi
Merupakan suatu prosedur untuk menilai tentang keberhasilan pencapaian
tujuan kegiatan. Evaluasi ini dilakukan dengan cara membandingkan dengan
standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Komponen evaluasi antara
lain sebagai berikut:
1. Evaluasi menjadi bagian integral dari desain program
2. Evaluasi direncanakan dengan baik sejak awal
19

3. Pelaksanaan evaluasi mendapat dukungan dari seluruh pemangku


kepentingan
4. Evaluasi menjadi bagian dari tanggung jawab pemimpin program
5. Evaluasi memperoleh alokasi sumber daya yang memadai.
20

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk


memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan
rasional yang didasarkan pada kebutuhan dan masalah aktual dimasyarakat.
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan yang berperan
penting dalam menentukan masalah kesehatan. Data pengkajian dilakukan
terhadap komunitas posyandu lansia Srikandi di Desa Kalisari kecamatan
Gayungan Kota Surabaya, pada periode 10 - 12 Semtemper 2022 dengan metode
wawancara didapatkan data pengamatan melalui komponen Windshield Survey.
3.1. Hasil Pengkajian Winshield Survey di Desa Kalisari

Wilayah Desa Kalisari yang terletak pada kecamatan Gayungan mayoritas


penduduknya pedagang. Sebagian besar rumah berupa permanen dengan lantai
keramik dan dinding tembok, ada beberapa rumah yang semi permanen dari kayu
dan anyaman bamboo.

Inti Komunitas Deskripsi


1. Sejarah Desa Kalisari terletak kurang lebih 3 KM kearah
utara dari Desa Banyumas, dengan luas wilayah 320
H, yang terdiri dari pemukiman umum seluas 255 H,
serta pekarangan /ladang 50 H. Terbentuk sejak
tahun 1600-an. Desa Kalisari merupakan tempat
sebuah wilayah hutan tanpa penghuni. Sampai pada
suatu hari datanglah Mbah Sapanyana, beliau
seorang pengembara, dan dalam pengembaraannya
sampailah ke hutan yang merupakan cikal bakal
Kalisari. Desa Kalisari semakin lama semaikin rame
hingga sekarang Desa Kalisari dipenuhi oleh
pemukiman penduduk. Secara umum Desa Kalisari
terbagi menjadi 4 RW dan 20 RT yang terdiri dari
800 KK dengan jumlah penduduk 2.800 jiwa.
2. Demografi Mayoritas penduduk berjenis kelamin perempuan,
sebanyak 1.900 jiwa, dan berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 900 jiwa, kategori usia produktif (18-45
tahun) sebanyak 975 jiwa, usia (45-60) sebanyak 425
jiwa, kategori lansia (>60 tahun) sebanyak 100 jiwa,
21

kategori remaja (13-18 tahun) sebanyak 615 jiwa,


kategori anak usia sekolah (4-13 tahun) sebanyak 545
anak, dan kategori balita (0-5 tahun) sebanyak 140
balita
3. Vital Statistic -
4. Kelompok Etnis Mayoritas suku Jawa
5. Nilai dan Keyakinan 70 % Islam
19% Kristen
9 % Hindu
2 % Aliran Kepercayaan
Terdapat sarana ibadah terdiri dari, masjid 7 buah,
gereja 2 buah, pura 1 buah, untuk aliran kepercayaan
tidak memiliki tempat ibadah
I. Subsistem
1. Lingkungan Fisik Bangunan : Status kepemilikan rata-rata milik
sendiri, berupa bangunan permanen dengan lantai
keramik dan dinding tembok. Dan ada beberapa
rumah yang semi permanen dari kayu dan lantai
plester.
Arsitektur : rumah desain sederhana, tinggi plafon
minimal 4 M, dengan ventilasi yang cukup baik.
Saluran air bersih tersedia (PDAM) , jaringan
saluran air kotor (got) tersedia dan mengalir ke
sungai. Seperti pada umumnya rumah di desa. Desa
Kalisari
letaknya jauh dari TPA, akan tetapi pembuangan
sampah dikelola masing masing RT. Halaman :
sebagian besar rumah tidak memiliki halaman yang
cukup luas.
2. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan meliputi poskesdes dengan tiga
& Sosial orang bidan, satu posyandu balita dan satu posyandu
lansia. Untuk fasilitas umum , RW 004 menggunakan
balai desa untuk berbagai kegiatan, satu lapangan
sepak bola, dan satu lapangan voli.
Anak-anak : Kegiatan anak- anak setiap pagi pergi ke
sekolah, sepulang sekolah mereka istirahat siang,
setelah istirahat siang mereka les serta mengaji.
Beberapa diantaranya ada yang bermain di lapangan.

- Remaja : banyak remaja yang nongkrong dengan


teman sebayanya yang laki- laki biasanya bermain
game online, ada beberapa remaja yang bergabung
22

dalam club volly dan sepak bola setiap hari minggu


malakukan pertandingan volly dan sepak bola, yang
perempuan biasanya berkumpul bercerita dengan
teman sebayanya.
- Dewasa : Laki- laki dewasa biasanya tidak ada di
rumah ada yang di kantor bekerja sebagai PNS,
wiraswasta dan lain-lain, beberapa perempuan juga
di kantor karena bekerja sebagai PNS dan karyawan
swasta. ada yang mengikuti suami kerja. da yang
fokus mengurus rumah tangga masing- masing.
- Lansia : sebagian lansia masih bekerja sebagai
pedagang. Lansia jarang datang ke posyandu lansia.
Banyak lansia yang mengalami hipertensi. Belum
ada senam hipertensi pada kegiatan posyyandu.
3. Ekonomi Untuk pusat kegiatan ekonomi, terdapat pasar
tradisional, yang dilaksanakan setiap hari, toko
kelontong 4 buah, warung 5 buah, dan home industry
pembuatan kerupuk. Terdapat rumah potong hewan
skala kecil. Untuk penghasilan rata rata mayoritas
penduduk di RW 004, > 3 jt/bulan , dan < 3 jt/bulan
kurang dari 10
4. Keamanan & Sebagian warga RW 004 memiliki kendaraan yang
Transportasi paling banyak kendaraan roda 2, kemudian roda 4,
ada yang memiliki sepeda ontel, ada yang berjalan
kaki. Memiliki 2 buah Poskamling yang dijaga
secara bergiliran antar warga.
5. Pemerintah & Di RW 004 bila ada kegiatan pemerintahan
Politik dilaksanakan di balai desa, dan bila ada kagiatan RW
biasanya dilaksanakan disalah satu rumah warga, atau
rumah ketua RW.
6. Komunikasi Bahasa yang digunakan warga RW 004 pada
umumnya berbahasa Jawa. Sebagian besar warga
memiliki televisi dan telepon genggam. Apabila ada
informasi yang perlu disampaikan biasanya
disampaikan melalui ketua RT masing masing
7. Pendidikan Warga RW 004 sebagian besar berpendidikan
terakhir SMA, urutan kedua berpendidikan D III,
kemudian warga berpendidikan SMP dan beberapa
tidak sekolah, hanya sebagian kecil yang
berpendidikan perguruan tinggi.
Sedangkan untuk fasilitas pendidikan, tersedia satu
KB/TK/PAUD, tiga SD Negeri, untuk SMP dan
23

SMA berada di Kecamatan dan kabupaten.

8. Rekreasi Ziarah makam Mbah Sapanyana yang kononnya


dianggap sebagai pendiri desa Kalisari.
Pesta kembang api saat malam takbiran, pawai ogoh
ogoh pada saat perayaan nyepi.
II. Persepsi
1. Penduduk Seperti pada umumnya kehidupan di desa, yang
masih menjunjung tinggi nilai kebersamaan,
toleransi yang cukup baik, antar umat
beragama.saling gotong royong sehingga tercipta
masyarakat yang damai dan harmonis meskipun
mempunyai perbedaan keyakinan sampai saat ini
belum pernah terjadi adanya sebuah konflik.
2. Persepsi Anda Secara umum, lansia di RW 004 belum memahami
tentang hipertensi, baik definisi, penyebab, tanda dan
gejala ataupun cara pencegahan hipertensi. Rata-rata
hal tersebut terjadi karena beberapa hal diantaranya
kurangnya pengetahuan dan pengintegrasian dalam
pengambilan keputusan dan kurangnya dukungan
keluarga terhadap kesehatan lansia.
3 Tokoh masyarakat, Ketua RT mengatakan bahwa sudah ada posyandu
Petugas Kesehatan lansia yang diadakan 1x/bulan, tetapi lansia jarang
datang ke posyandu, padahal banyak lansia yang
mengalami hipertensi. Menurut kader RW 004 dari
100 lansia adda 67 lansia yang mengalami hipertensi.

3.2. Data Umum

Jumlah lansia yang telah di kaji di RW 004 posyandu lansia Srikandi Desa
Kalisari kecamatan Gayungan Kota Surabaya sebanyak 100 lansia dengan jumlah
total keseluruhan 2.800 warga.
24

3.2.1 Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Chart Title
2000 1900
1800

1600

1400

1200
Series1
1000 900
800

600

400

200

0
Laki-laki Perempuan

Gambar 2.1 Jumlah penduduk RW 004 Desa Kalisari


Gambar di atas menunjukkan mayoritas penduduk berjenis kelamin
perempuan sebanyak 1900 orang.
3.2.2 Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia

Chart Title
1200

1000 975

800

615 Series1
600 545

425
400

200 140
100

0
0-5 tahun 4-13 tahun 13-18 tahun 18-45 tahun 45-60 tahun >60 tahun

Gambar 2.2 Proporsi penduduk berdasarkan usia di RW 004 Desa Kalisari


Gambar diatas menunjukkan bahwa proporsi penduduk RW 004 Desa
Kalisari berdasarkan usia pada saat dilakukan survey yang terbanyak yaitu
kategori usia produktif (18-45 tahun) sebanyak 975 orang. Hal tersebut
menunjukan bahwa sebagian besar penduduk RW 004 Desa Kalisari dalam
rentang usia produktif.
25

3.2.3 Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama

Chart Title
2500

2000

1500

1000

500

0
ISLAM KRISTEN HINDU ALIRAN KEPERCAYAAN

Gambar 2.3 Proporsi penduduk berdasarkan agama RW 004 Desa Kalisari.


Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan agama
yang dianut pada saat dilakukan survey yaitu mayoritas penduduk beragama Islam
sebanyak 965 orang.
3.2.4 Proporsi Penduduk Berdasarkan Status Perkawinan

Chart Title
1600

1380
1400
1259
1200

1000
Series1
800

600

400

200 161

0
Kawin Tidak Kawin Janda/Duda

Gambar 2.4 Proporsi penduduk berdasarkan status perkawinan warga RW 004


Desa Kalisari
Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan status
perkawinan pada saat dilakukan survey yang terbanyak yaitu sebanyak 1380
orang sudah menikah.
26

3.2.5 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Chart Title
1200

999
1000

800
648
Series1
600
453 471

400

200 165
64
0
Tidak Sekolah TK SD SMP SMA Perguruan
Tinggi

Gambar 2.5 Proporsi penduduk berdasarkan


pendidikan terakhir RW 004 Desa Kalisari.
Gambar diatas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan
pendidikan terakhir pada saat dilakukan survey yang terbanyak yaitu pendidikan
SMA sebanyak 999 orang.
3.2.6 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Chart Title
1400
1300

1200

1000

800
Series1

600
479
430
400 333
243
200
15 0
0
PNS Pegawai Wiraswasta Petani Nelayan Tidak Bekerja Lain-lain
Swasta

Gambar 2.6 Proporsi penduduk berdasarkan pekerjaan di RW 004 Desa Kalisari.

Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan status


pekerjaan pada semua rentang usia saat dilakukan survei, mayoritas penduduk
tidak bekerja sebanyak 1230 orang, 123 orang ini terdiri dari penduduk usia
balita, anak sekolah dan lansia.
27

3.2.7 Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendapatan

Chart Title
800
708
700

600

500 480
Series1
400
312
300

200

100

0
<1 jt 1-<3 jt >3 jt

Gambar 2.7 Proporsi penduduk berdasarkan pendapatan di RW 002 Desa Kalisari

Chart Title
900 847
800

700

600

500 Series1

387
400

300 266

200

100

0
<1 jt 1-<3 jt >3 jt

Gambar 2.7 Proporsi penduduk berdasarkan pengeluaran di RW 002 Desa


Kalisari
Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi keluarga berdasarkan
pendapatan saat dilakukan survey, mayoritas keluarga berpendapatan 1- <3 jt
perbulan sebanyak 708 keluarga dan pengeluaran mayoritas 1- <3 jt perbulan
sebanyak 847 keluarga.
28

3.2.8 Proporsi Penduduk Berdasarkan Penyakit 6 bulan terakhir

Chart Title
1400
1256
1200

1000

800
Series1
600
468
400 345
298

200 109
87 55 90
34 43
0
0

DM
C
A

L
KE
G

IN
SI

AL

DH

TA
TB
ISP

AR
UN
EN

LA
RO
NJ

GA
DI

-
RT

NT

GI

ST

IN
PE

JA

LA
HI

Gambar 2.8 Proporsi penduduk berdasarkan penyakit yang diderita selama 6 bulan terakhir di RW 004 Desa
Kalisari.

Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi penduduk berdasarkan penyakit


yang diderita selama 6 bulan terakhir saat dilakukan survey mayoritas penduduk
mengalami penyakit ISPA sebanyak 1256 orang.

3.3. Data Khusus

3.3.1. Data Khusus Lansia


a. Jumlah Lansia bedasarkan jenis kelamin
Chart Title
70

60 58

50
42
40 Series1

30

20

10

0
Laki-laki Perempuan

Gambar 2.9 Jumlah Lansia di RW 004 Desa Kalisari.


Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi Lansia perempuan
lebih banyak aripada lansia laki-laki.
b. Pekerjaan lansia
29

Chart Title
60 57

50

40 39

Series1
30

20

10
4

0
Pensiunan PNS Wirraswasta Tidak bekerja

Gambar 2.10 Data Pekerjaan Lansia di RW 004 Desa Kalisari.


Gambar di atas menunjukkan bahwa proporsi Lansia yang bekerja
lebih banyak yaitu 57 lansia.
c. Penyakit yang diderita lansia saat ini

Chart Title
80

70 67

60

50
Series1
40

30

19 19
20

10 6
4 5
2
0
0
Hipertensi Ginjal Jantung Stroke DM Gatal Diare Nyeri sendi

Gambar 2.11 Proporsi penyakit yang dierita lansia saat ini di RW 004 Desa Kalisari.
Gambar di atas menunjukkan penyakit paling banak yyang dderita
lansia saat in adalah hipertensi denagn 67 orang, diikuti DM.
3.3.2. Data Khusus Pengkajian Psikososial Lansia
a. Interaksi Lansia dengan orang lain
30

Chart Title
120

100 98

80

Series1
60

40

20

0
Baik Ada Masalah

Gambar 2.12 Proporsi interaksi lansia dengan orang lain di RW 004 Desa
Kalisari.
Gambar di atas menunjukkan interaksi social lansia dengan orang
lain baik dengan 98 orang, yang memiliki masalah sebanyak 2 orang
dengan penyakit stroke ringan.
b. Interaksi lansia dengan keluarga

Chart Title
60

51
50

40 38

Series1
30

20

11
10

0
Baik kadang-kadang baik Tidak baik

Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar hubungan


lansia engan keluarga kadang-kadang baik. Hubungan lansia yang tidak
baik dipengaruhi beberapa factor salah satunya lansia serring bersifat
egosentris.
3.3.3. Data Khusus Perilaku Kesehatan Lansia
a. Kebiasaan Merokok
31

18

22
60

<3 batang sehari >3 batang sehari Tiak merokok

Gambar 2.13 Kebasaan Merokok lansia di RW 004 Desa Kalisari.


Gambar di atas menunjukkan beberapa lansia masih merokok
dengan yang paling besar 22 orang lansia merokok >3 batang sehari.
b. Kebiasaan Minum Kopi
3
7

23

67

Tidak minum 1 gelas /hari 2 gelas/hari >3 gelas/ hari

Gambar 2.14 Kebiasaan minum kopi pada lansia di RW 004 Desa Kalisari.
Gambar di atas menunjukkan 67 orang lansia tidak minum kopi dan
paling banyak minum kopi 1 gelas/ hari ada 23 orang lansia.
c. Kebiasaan Makan Manis
11
20

69

Sering Kadang-kadang Jarang

Gambar 2.15 Kebiasaan makan manis pada lansia di RW 004 Desa Kalisari.
32

Ket: sering 3-4/minggu, kadang-kadang 3-4x/bulan, jarang: 1-2x/bulan.


Gambar di atas menunjukkan kebiasaan makan manis pada lansia
dengan data paling banyak ada 69 orang lansia 3-4x/bulan makan-
makanan manis.
d. Kebiasaan Makan Asin
2

43

55

Sering Kadang-kadang Jarang

Gambar di atas menunjukkan kebiasaan makan asin pada lansia


dengan data paling banyak ada 55 orang lansia 3-4x/bulan makan-
makanan asin.
e. Kebiasaan Makan Makanan Berlemak / Bersantan/Goreng-Gorengan

14
19

77

Sering Kadang-kadang Jarang

Gambar di atas menunjukkan kebiasaan makan makanan


berlemak / bersantan/goreng-gorengan pada lansia dengan data paling
banyak ada 77 orang lansia 3-4x/bulan.
f. Posyandu
33

28

72

Rutin Tiak Rutin Tidak Pernah

Gambar di atas menunjukan bahwa proporsi berdasarkan


pemeriksaan ke Posyandu pada lansia adalah sebanayk 72 orang lansia
tidak rutin datang ke Posyandu.
g. Frekuensi Makan Lansia
7 9

34

55

1x/hari 2x/hari 3x/hari tidak teratur

Gambar di atas menunjukan bahwa proporsi berdasarkan frekuensi


makan pada lansia adalah sebanayk 55 orang lansia makan 3x/hari, lansia
yang makan 1x/hari mengatakn pagi hari hanya minum susu, dan makan
pada sore hari. Lansia dengan kebiasaan makan 2x/hari makn pada waktu
pagi-siang sekitar jam 9-11 dan sore sekitar 2-4 sore.
h. Frekuensi Minum Lansia
34

34

66

<3 gelas 4-7 gelas >8 gelas

Gambar di atas menunjukan bahwa proporsi berdasarkan frekuensi


makan pada lansia adalah sebanyak 66 orang lansia minum 4-7 gelas/hari.
3.3.4. Data Khusus Pengetahuan lansia
Jumlah Lansia yang telah dikaji di RW 004 Desa Kalisari sebanyak 100
orang
a. Berdasarkan Pengetahuan Tentang Makanan Sehat

Chart Title
5

51
44

sudah tahu dan jelas sudah tahu tapi kurang jelas beelum tahu

Gambar di atas menunjukkan ada 51 orang lansia yang belum tahu


tentang makanan sehat itu sepertia apa. Lansia mengatakan makan
hanya sesuai apa yang mereka inginkan.
b. Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit Yang Diderita
35

44

50

sudah tahu dan jelas sudah tahu tapi kurang jelas beelum tahu

Gambar di atas menunjukkan pengetahuan lansia tentang penyakit


yang diderita lansia ada 44 lansia yang belum tahu tentang penyakit yang
diderita terutama hipertensi . Lansia mengatakan mereka sering pusing
kurang tahu tentang penyakit hipertensi, tidak tahu cara pencegahan dan
menangani hipertensi. Lansia juga menyampaikan bahwa keluarga yang
tinggal satu rumah jarang mengingatkan jadwal posyandu lansia.

3.4. Analisa data

N DATA MASALAH
O
1 DS: Manajemen Kesehatan
- Lansia mengatakan bahwa keluarganya Tidak Efektif (D.0116)
jarang mengingatkan jadwal posyandu
lansia
- Ketua RW 4 mengatakan bahwa sudah
ada posyandu lansia diadakan 1x/bulan
- Beberapa lansia mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga kesehatan dan cara
menangani penyakit hipertensi
- Lansia mengatakan kurang mengerti
tentang penyakit hipertensi
- Ketua kader RW 4 mengatakan dari
100 lansia, ada 80 lansia memiliki
riwayat hipertensi
36

DO :
- Dari 100 lansia terdapat 80 lansia TD
diatas 140/90 mmHg
- Beberapa lansia tampak sering
bertanya tentang penyakit hipertensi

3.5. Diagnosa Keperawatan

1. Manajemen Tidak Efektif b/d kekurangan dukungan sosial ditandai dengan


lansia mengatakan keluarganya jarang mengingatkan jadwal posyandu, ketua
RW 004 mengatakan bahwa sudah ada posyandu lansia diadakan 1x/bulan,
beberapa lansia mengatakan tidak tahu bagaimana menjaga kesehatan dan
cara menangani penyakit hipertensi, lansia mengatakan kurang mengerti
tentang penyakit hipertensi, ketua kader RW 004 mengatakan dari 100 lansia,
ada 80 lansia memiliki riwayat hipertensi, dari 100 lansia terdapat 80 lansia
TD diatas 140/90 mmHg, beberapa lansia tampak sering bertanya tentang
penyakit hipertensi.
37

3.6. INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS

N DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


O KEPERAWATAN HASIL
1. Manajemen Kesehatan Tidak Setelah dilakukan asuhan Pelibatan Keluarga (I.14525)
Efektif (D.0116) keperawatan selama 2x24 jam, Observasi :
manajemen kesehatan meningkat. 1. Identifikasi kesiapan keluarga untuk
terlibat dalam perawatan
Kriteria hasil : Terapeutik :
Ekspektasi L.12104 1. Motivasi keluarga mengembangkan aspek
1. Melakukan tindakan untuk positif rencana perawatan
mengurangi faktor resiko 2. Fasilitasi keluarga membuat keputusan
meningkat perawatan
2. Menerapkan program Edukasi :
perawatan meningkat 1. Jelaskan kondisi pasien kepada keluarga
3. Aktivitas hidup sehari-hari 2. Informasikan tingkat ketergantungan
efektif memenuhi tujuan pasien kepada keluarga
kesehatan meningkat 3. Anjurkan keluarga dalam perawatan
4. Verbalisasi kesulitan dalam
menjalani program
38

perawatan/pengobatan Edukasi Kesehatan (I.12383)


menurun Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan berupa leaflet hipertensi
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
berupa senam hipertensi
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat
39

3.7. Implementasi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Par


O dan Jam af
1. Manajemen Kesehatan Tidak 10/09/2022 Pelibatan Keluarga (I.14525) S : Lansia mengatakan Kel
Efektif (D.0116) 10.00 1. Mengidentifikasi kesiapan keluarga bahwa keluarganya 6
untuk terlibat dalam perawatan belum mengingatkan
2. Memotivasi keluarga tentang jadwal
mengembangkan aspek positif posyandu lansia
rencana perawatan O : beberapa lansia
3. Memfasilitasi keluarga membuat tampak sering bertanya
keputusan perawatan tentang penyakit
4. Menjelaskan kondisi pasien kepada hipertensi
keluarga Obervasi TTV
5. Menginformasikan tingkat TD : 140/90 mmHg
ketergantungan pasien kepada N : 90x/m
keluarga S : 36,7 C
6. Menganjurkan keluarga dalam RR: 20x/m
perawatan A : Masalah manajemen
kesehatan belum
40

Edukasi Kesehatan (I.12383) teratasi


1. Mengidentifikasi kesiapan dan P : Lanjutkan Intervensi
kemampuan menerima informasi
2. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan berupa leaflet
hipertensi
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
4. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat berupa senam hipertensi
7. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

1. Manajemen Kesehatan Tidak 10/09/2022 Pelibatan Keluarga (I.14525) S : Lansia mengatakan Kel
41

Efektif (D.0116) 10.00 1. Mengidentifikasi kesiapan keluarga bahwa keluarganya 6


untuk terlibat dalam perawatan sudah mengingatkan
2. Memotivasi keluarga tentang jadwal
mengembangkan aspek positif posyandu lansia, dan
rencana perawatan sudah mengerti tentang
3. Memfasilitasi keluarga membuat definisi, penyebab,
keputusan perawatan tanda gejala dan cara
4. Menjelaskan kondisi pasien kepada mencegah hipertensi.
keluarga O : semua lansia
5. Menginformasikan tingkat mampu menjelaskan
ketergantungan pasien kepada tentang penyakit
keluarga hipertensi
6. Menganjurkan keluarga dalam Obervasi TTV
perawatan TD : 130/90 mmHg
N : 90x/m
Edukasi Kesehatan (I.12383) S : 36,7 C
1. Mengidentifikasi kesiapan dan RR: 20x/m
kemampuan menerima informasi A : Masalah manajemen
2. Menyediakan materi dan media kesehatan teratasi
42

pendidikan kesehatan berupa leaflet P : Hentikan Intervensi


hipertensi
3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
4. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
5. Menjelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
6. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat berupa senam hipertensi
7. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan pada
kelompok khusus lansia dengan hipertensi di RW 4 Desa Kalisari
Kecamatan Gayungan, didapatkan banyak masalah kesehatan yang dialami
lansia tersebut, salah satunya adalah manajemen kesehatan tidak efektif
dimana tidak adanya pola pengaturan dan pengintegrasian penanganan
masalah kesehatan kedalam kebiasaan hidup sehari-hari tidak memuaskan
untuk mencapai status kesehatan yang diharapkan. Banyak faktor yang
menjadi penyebab munculnya masalah tersebut, salah satunya adalah
kekurangan dukungan sosial. Dan disinilah peran perawat sangat
dibutuhkan dalam memberikan edukasi serta pendidikan kesehatan kepada
lansia. Asuhan keperawatan yang perawat lakukan diantaranya melakukan
intervensi baik kepada lansia ataupun keluarga, dimana keluarga adalah
orang terdekat yang tinggal ataupun berhubungan langsung dengan lansia,
selain itu perawat juga perlu menanamkan pengetahuan kepada lansia,
serta penggerak masyarakat agar integrasi kesehatan dapat tercipta,
harapannya semua dapat berkolaborasi, sehingga mampu mengatasi
masalah kesehatan yang dialami oleh lansia, tentunya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal pada lanjut usia.

B. Saran
1. Bagi masyarakat
Masyarakat diharapkan memiliki motivasi yang kuat dalam menjaga
kesehatan serta menerapkan pola hidup yang sehat dalam kehidupan
sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam
meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
2. Bagi Layanan Kesehatan
Diharapkan layanan kesehatan termasuk posyandu, poskesdes ataupun
puskesmas mampu menyediakan fasilitas yang memenuhi kriteria dan

43
44

diharapkan masyarakat serta mampu meningkatkan dalam pelayanan


kesehatan, termasuk melakukan survey dan evaluasi terhadap program
pelayanan yang dijalankan.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu memahami serta menerapkan sebagai
acuan dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas, serta mampu
memodifikasi ataupun melakukan penambahan baik dari diagnosis
ataupun intervensi agar asuhan keperawatan dalam komunitas
terlaksana dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006) Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.
Jakarta:EGC.
Efendi, F., & Makhfudli, M. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori
dan praktik dalam keperawatan.
Ferry & Makhfudli. 2009. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta:
Salemba Medika.
Jurnal Ilmiah Permas. 2 April 2022
Mataram, S. Y. (2022). KONSEP DASAR, PALSAFAH DAN PARADIGMA
KEPERAWATAN KOMUNITAS. Ilmu Keperawatan Komunitas dan
Gerontik, 1.
Nies, M.A., & Swanson, J. 2002. Community Health Nursing: Promoting the
health of aggregates. Philadelphia: W.B. Saunders Co.
Nurkholifah, S.N. 2017. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Prasetyo, E. (2021). Asuhan Keperawatan Komunitas Dalam Upaya Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Di RT 03 RW V Korong Gadang Kuranji
Padang Tahun 2021 (Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Alifah Padang).
Sari, A. (2019). Gambaran konsep diri pada lansia di Panti Wedha Pangesti
Lawang (Doctoral dissertation, Poltekkes RS dr. Soepraoen).

45

Anda mungkin juga menyukai