OLEH KELOMPOK 6:
Regina (200204042)
Risfal hidayat(200204090)
T.A 2022
PENGANTAR
Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan Medan
Helvetia”. Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan,
nasehat dan bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini Kelompok
menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki
di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................
1.1......................................................................................................La
tar Belakang ................................................................................
1.2......................................................................................................Tu
juan penulisan .............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS...................................................................
2.1 Konsep Komunitas .....................................................................
2.1.1 Defenisi...............................................................................
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan.......................................
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
2.1.4 Peran Pewat Komunitas......................................................
2.2 Konsep Tb Paru............................................................................
2.3.1 Defenisi .............................................................................
2.3.2 Klasifikasi ..........................................................................
2.3.3 Penyebab.............................................................................
2.3.4 Patway ...............................................................................
2.3.5 Tanda Gejala.......................................................................
2.3.6 Komplikasi.........................................................................
2.4 Konsep Asuhan Komunitas .........................................................
Bab 3 Tinjauan Kasus ..................................................................................
3.1 Kasus ...........................................................................................
3.1.1 Pengkajian ........................................................................
3.1.2 Diagnosa Keperawatan......................................................
3.1.3 Intervensi Keperawatan......................................................
3.1.4 Implementasi Keperawatan................................................
3.1.5 Evaluasi Keperawatan........................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil
Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik
anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan
pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang
langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan
satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu
masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki
peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 %
dari total jumlah pasien TB dunia.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya
untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman
anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru,
pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.
TINJAUAN PUSTAKA
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
1. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas
juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:
perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.
Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2011).
2.2.2 Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan
mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu
dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C
dalam 15 – 20 menit.
2.2.3 Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan
lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel
pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial
beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post
Primer
dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC
post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru.
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
2.2.4 Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan
tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri
terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat
terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus).
Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai
kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
2.2.8 Pengobatan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton,
Norman & Miller, 2002).
Paduan Obat
Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin
(Depkes, RI, 2002)
2.2.11 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI,
2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
2.2.12 Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai
delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi
tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal
dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat
melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
2. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
3. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus
beresiko tinggi.
4. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang
berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan
interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan
Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota
Medan memiliki luas ± 1.156.147 Ha dan merupakan pecahan dari Kecamatan
Medan Sunggal Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui
proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera
Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan
Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20 Meret 1991 dirubah
namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan
Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas
7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur,
Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II. Adapun
kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X
No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah ± 1.800
m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak
ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni 1992.
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada agret komunitas tb paru di medan Helvetia menggunakan
pendekatan community as patner meliputi : data inti komunitas dan sub
sistem
1. Data inti komunitas terdiri dari
a. Demogrfi : Pada tahun 2021, kecamatan Medan Helvetia mempunyai
penduduk sebesar 164.910 jiwa. Luasnya adalah 13,16 km² dan
kepadatan penduduknya adalah 12.351 jiwa/km². Etnis [ sunting |
sunting sumber] Sebagai salah satu kecamatan di Kota Medan, suku
penduduk di kecamatan ini cukup beragam.
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000 2020
80,000 2021
60,000 2022
40,000
20,000
0
Category 1 Category 2 Category 3
Agama
Kristen
20%
Islam
Budha 50%
30%
e. Komunikasi
f. Ekonomi
g. Rekreasi
1. Persepsi
DO:
1. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
2. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57%
3. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
1.
2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi
tentang penyakit TB paru peningkatan
1. Dari hasil wawancara dengan
prevalensi penyakit
warga bahwa masyarakat yang
TB Paru di Bilalang 2
menderita TB Paru tidak
Kelurahan bilalang
memeriksakan / mengontrol
kecamatan
kesehatannya ke puskesmas
Kotamobagu utara
2. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB ke
Puskesmas
3. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/ lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela
nya
DO:
2. Jumlah penderita TB Paru TB
Paru sebanyak 23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan di dalam
rumah tampak gelap
A. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi
Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru di amal
luhur dwi kora helvetia
medan.
Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di di
amal luhur dwi kora
helvetia medan.
Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di di amal luhur dwi
kora helvetia medan.
DIAGNOSA
N
KRITERIA KEPERAWATAN
O
1 2 3
3. Besarnya resiko 5 5 4
Jumlah skor 46 49 43
Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluator
No
Keperawatan (NIC) Evaluasi
1 Manajemen Setelah dilakukan penyuluhan selama Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasisw
Kesehatan Tidak 30 menit diharapkan Manajemen 1. Tes mantoux. a
Efektif ( D.0116) Kesehatan Tidak Efektif Teratasi 2. Beri saran kepada Kader
Dengan Kriteria Hasil : masyarakat dengan hasil
yang lebih dari normal untuk
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
melakukan alternatif
1. Perilaku kesehatan masyarakat pengobatan.
dari yang buruk membaik.
2. Kemampuan masyarakat dalam Edukasi Kesehatan ( L.12383)
menjalankan perilaku sehat dari 1. Ajarkan perilaku hidup
kurang menjadi meningkat. bersih dan sehat
2. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
Perilaku Promosi Kesehatan bersih dan sehat.
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku Setelah dilakukan tindakan selama Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasisw
kesehatan 30 menit diharapkan Perilaku Psikomotor a
1. Identifikasi hambatan
cenderung kesehatan cenderung beresiko dapat masyaraka
untuk merubah perilaku
beresiko (00188) teratasi dengan Kriteria Hasil : t
2. Bantu individu untuk
Kepercayaan Mengenai
berkomitmen terhadap
kesehatan : kontrol yang diterima
rencana tindakan untuk
(1702)
merubah perilaku
1. Kemampuan masyarakat
3. Berikan contoh atau
dalam menerima dan
tunjukan perilaku yang
melaksanakan tanggung
diinginkan
jawab terkait dengan
4. Berikan informasi
keputusan kesehatan dari
mengenai perilaku yang
kurang menjadi meningkat
diinginkan
(170201)
2. Peningkatan keyakinan
bahwa tindakan sendiri yang
mengontrol hasil kesehatan
yang semula kurang menjadi
meningkat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat
dalam keputusan kesehatan
yang kurang menjadi
meningkat (170202)
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT KELURAHAN DI AMAL LUHUR DWI KORA HELVETIA MEDAN.
4. Melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan
2. Pemeliharaan Setelah diakukan tindakan 1. Lakukan pemantauan Posko Setiap hari Mahasiswa
kesehatan tidak efektif keperawatan selama 4 minggu di untuk menentukan kesehatan Warga
Desa amal luhur Kelurahan dwikora kebutuhan rujukan
Kecamatan medan helvetia Mahasiswa
diharapkan : 2. Bantu kelompok untuk Lingkup
- Masyarakat memelihara tempat untuk merubah perilaku Desa amal
pembuangan air limbah. terhadap rencana luhur
1. Tidak ada air limbah yang tindakan (kerja bakti). Tanggal 20
tergenang november Mahasiswa
2. Tidak ada lagi media untuk 3. Mengajak kelompok 2022 Kader
perkembangbiakan nyamuk untuk menanan TOGA Warga
3. Masyarakat mampu menerapkan Mahasiswa
PHBS 4. Ajarkan warga untuk Tanggal 23
melakukan PHBS november
dengan cuci tangan 6 2022
langkah Warga Mahasiswa
Kader
Setiap
5. Pemantauan jentik minggu
nyamuk
3.5 Implementasi Keperawatan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi
dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC