Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN AGREGAT DALAM KOMUNITAS

MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT


INFEKSI TBC/ISPA

OLEH KELOMPOK 6:

Regina (200204042)

Risfal hidayat(200204090)

Syarifah kama alfayet(200204051)

Dosen pengampu : Ns.Siska Evi,MNS

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

T.A 2022
PENGANTAR

Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
kelompok dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan Medan
Helvetia”. Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan,
nasehat dan bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini Kelompok
menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki
di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 13 November 2022

Kelompok

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................
1.1......................................................................................................La
tar Belakang ................................................................................
1.2......................................................................................................Tu
juan penulisan .............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS...................................................................
2.1 Konsep Komunitas .....................................................................
2.1.1 Defenisi...............................................................................
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan.......................................
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
2.1.4 Peran Pewat Komunitas......................................................
2.2 Konsep Tb Paru............................................................................
2.3.1 Defenisi .............................................................................
2.3.2 Klasifikasi ..........................................................................
2.3.3 Penyebab.............................................................................
2.3.4 Patway ...............................................................................
2.3.5 Tanda Gejala.......................................................................
2.3.6 Komplikasi.........................................................................
2.4 Konsep Asuhan Komunitas .........................................................
Bab 3 Tinjauan Kasus ..................................................................................
3.1 Kasus ...........................................................................................
3.1.1 Pengkajian ........................................................................
3.1.2 Diagnosa Keperawatan......................................................
3.1.3 Intervensi Keperawatan......................................................
3.1.4 Implementasi Keperawatan................................................
3.1.5 Evaluasi Keperawatan........................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K,
2010). Di Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan
masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep
Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional
terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara
komprehensif.

Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan


untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas
mengatasi stressor melalui pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa melalui
pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh
masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan
suatu proses dalam upaya meningkatkan kesehatan.

Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses


keperawatan. Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi,
tetapi prosesnya memiliki kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan
kesehatan masyarakat, seorang perawat kesehatan komunitas harus mampu
memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut yang akan tampak pada
rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap
pengkajian, analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010).

Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek


pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya
dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari
pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan masalah dengan
melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan


empat pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa
terkait empat pendekatan yaitu pendekatan individu, keluarga,dan kelompok
masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa mengelola
satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa
melalui pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan
Patuk sampai kegiatan evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait
masalah yang muncul.

Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu


harus diakui relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan
kesehatan yang telah menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan
pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum dapat
menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan
sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya
penyakit degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi
sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian
tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus
ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang
ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi
yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan
masyarakat.

Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri
ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil
Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang pada semua orang, baik
anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah ditularkan
pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang
langsung ke bagian tubuh lainnya.

TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%
dari semua penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan
satu-satunya bentuk dari TB yang dapat menular. TB merupakan salah satu
masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki
peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia
setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 %
dari total jumlah pasien TB dunia.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru


dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia
pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada
lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang angka kejadian TBC
evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa
kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk. Secara
global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data
ini menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.

Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya


kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman
tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet
dan berada diudara disekitar penderita TB. Untuk membatasi terjadinya
penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk
menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini
adalah penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan
kepada pasien TB tipe menular.

Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya
untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman
anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru,
pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway,
pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian
komunitas dengan masalah TB Paru.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui klasifikasi TB pru
4. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru
6. Untuk mengetahui cara penularan Tb Paru
7. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik
8. Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
10. Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru
11. Untuk mengetahui Prognosis TB Paru
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas


2.1.1 Defenisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).

2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran
dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan
tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan;
baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi
maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
1. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas
juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:
perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.
Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2011).

2.1.4 Peran Perawat Komuitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan
interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan
seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses
keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan
pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan
perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi
perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan
dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien
terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab


membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit.  Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak
terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-
pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and
Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya
atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan
adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimbing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, keterampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care
Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada
masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.

2.2 Konsep TB Paru


2.2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain
menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium
tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut biasanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang
lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).

Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa


yang hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling
banyak adalah paru-paru.

2.2.2 Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan
mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung.
3. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu
dalam keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C
dalam 15 – 20 menit.

2.2.3 Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan
tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Dalam suasana gelap dan
lembab kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan menempel
pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial
beserta gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post
Primer
dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC
post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru.
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

2.2.4 Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan
tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri
terbawa masuk ke organ lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan
paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan
disebut sarang primer atau efek efek primer. Sarang primer ini dapat
terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer ini akan
timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus).
Sarang primer, limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai
kompleks primer (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan


meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang)
Ghon, ataupun bisa berkomplikasi dan menyebar secara
perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya, secara bronkhogen
pada paru yang bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga
kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

2.2.5 Tanda Dan Gejala


Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai
berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza,
terkadang sampai 40-410 C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk
non produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk
produktif. Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya
pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi
ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari
(Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000).
2.2.6 Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita
TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TBC dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang
rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi hamper
seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari
dan udara tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri
tuberculosis berkembang dengan baik dan membahayakan orang
yang tinggal didalam rumah.

2.2.7 Penegakan Diagnistic TB Paru


Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan
pemerikasaan patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar
untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah pemeriksaan
mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi
Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes
RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan
pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan
pengobatan.

2.2.8 Pengobatan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton,
Norman & Miller, 2002).

Sistem pengobatan klien tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus


disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar
dan bosan untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien
diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus
diminum harus disesuaikan dengan kategori pengobatan yang
diberikan (Depkes RI, 1997).

Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek


selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H),
Rifampicin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin
(Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberkulosis tabel 1 adalah
paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan
tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI,
2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix
Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti tuberkulosis dalam
satu kemasan (WHO, 2002).

Paduan Obat

Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis

I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)

TBC Paru BTA (-) Ro (+)


dengan kerusakan jaringan paru
yang luas
TBC ekstra paru sakit berat

II 2HRZES atau 5H3R3E3 TBC paru BTA (+), kambuh


1HRZE
TBC paru BTA (+), gagal

TBC paru BTA (+),


pengobatan ulang karena lalai
berobat

TBC paru BTA (-) Ro (+)


2HRZ
III 4H3R3 TBC ekstra paru

Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin
(Depkes, RI, 2002)

Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat


dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan berapa
kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh 2HRZ
artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam jangka
waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya INH,
Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam
seminggu (Depkes RI, 2002).

Efek samping yang ditimbulkan dari obat-obat tersebut adalah : INH :


Hepatotoksik. Rifampicin dapat terjadi sindrom flu dan hepatotoksik.
Pada Streptomisin dapat mengakibatkan nefrotoksik, gangguan nervus
VIII cranial. Pirazinamid dapat mengakibatkan hepatotoksik dan
hiperurisemia. Etambutol dapat mengakibatkan neurosis optika,
nefrotoksik, skin rash atau dermatitis. Efek samping dari obat anti
tuberkulosis yang tersering terjadi pada klien adalah pusing, mual,
muntah-muntah, gatal-gatal, mata kabur dan nyeri otot atau tulang
(Depkes RI, 2002). Agar pengobatan berhasil, efek samping dapat
terdeteksi secara dini dan dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
terdekat, maka diperlukan pengawas minum obat karena
ketidakteraturan minum obat dapat menyebabkan resistensi terhadap
obat.

Upaya untuk mencegah terjadinya resistensi, terapi tuberkulosis paru


dilakukan dengan memakai paduan obat, sedikitnya 2 macam obat
yang bakterisid. Dengan memakai obat ini, kemungkinan resistensi
awal dapat diabaikan karena jarang ditemukan resistensi terhadap 2
macam obat atau lebih, dan pola resistensi yang terbanyak ditemukan
ialah INH (Soeparman, 1990; Depkes RI, 2001). Peran perawat
komunitas untuk menghindari terjadinya resistensi obat adalah dengan
selalu memantau pengobatan dengan kunjungan rumah dan
memberikan penyuluhan akibat ketidakteraturan minum obat.

Selain menggunakan OATS ada metode lain yang dapat digunakan


yaitu: Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) Adalah
nama suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar di
dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB paru. Strategi
ini terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Dukungan politik para pemimpin disetiap jenjang sehongga
program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan oun akan
tersedia.
2. Mikroskop sebagai komponene utama untuk mendiagnosa TB paru
melalui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan
penemuan secara pasif.
3. Pengawasan minum obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan
ikut mengawasi pasien minum obat seluruh obatnya sehngga dapat
dipastikan bahwa pasien betul minum seluruh obat dan diharapkan
keswembuhan pada akhir masa pengobatannya
4. Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian
dari sistem surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien
dapat berjalan.
5. Panduan obat anti TB paru jangka pendek yang benar, termasuk
dosis, dan jangka waktu yang tepat sangat penting untuk
keberhasilan pengobatan.

2.2.9 Penatalaksaan Keperawatan


Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB
atau tidak. Sering kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan
mungkin tidak pernah ditemukan. Pada saat yang sama, kontak erat
pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani “follow-
up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai
penyakit aktif atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling
umum adalah batuk produktif dan berkeringat malam hari.

Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB


mencakup batu produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi
tuberkulin dengan indurasi 10 mm atau lebih dan rotgen dada yang
menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2003). 

2.2.10 Penatalaksanaan Diet


Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna
memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut
serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas
normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
1. Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai
berat badan normal
2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak
meningkatkan kadar albumin serum yang rendah (75-100 gram)
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energy total
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total
5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total
6. Macam diet untuk penyakit TBC:
a. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I)
b. Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB)
c. Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
d. Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)

2.2.11 Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI,
2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan :
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

2.2.12 Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi
oleh basil tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai
delapan minggu setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi
tidaklah lengkap sehingga masih mungkin terjadi super infeksi
meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal
dengan sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat
melemahkan seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
2. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
3. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus
beresiko tinggi.
4. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang
berpotensi tertular interprestasi melalui penggunaan dan
interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat imunisasi BCG.

2.2.13 Pemeriksaan Diagnostik


1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2
hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,
penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis
merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto
toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu
memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan
aktifitas penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya
kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura
(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada
limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis
kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat
(presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.
Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan
bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto
toraks dan lain-lain.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2011).

Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan


melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas


dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011):

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.

2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).

c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Asuhan keperawatan agret dalam komunitas penyakit Tb paru di Kecamatan
Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah Kota
Medan memiliki luas ± 1.156.147 Ha dan merupakan pecahan dari Kecamatan
Medan Sunggal Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu  melalui
proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera
Utara Nomor : 138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan
Walikota Medan Nomor :  138/595/SK/1991 tanggal 20 Meret 1991 dirubah
namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan
Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas
7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur,
Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing C-II. Adapun
kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan Beringin X
No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah ± 1.800
m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak
ketiga/masyarakat yang diresmikan pemakaiannya pada tanggal 04 Juni 1992.
3.1 Pengkajian
Pengkajian pada agret komunitas tb paru di medan Helvetia menggunakan
pendekatan community as patner meliputi : data inti komunitas dan sub
sistem
1. Data inti komunitas terdiri dari
a. Demogrfi : Pada tahun 2021, kecamatan Medan Helvetia mempunyai
penduduk sebesar 164.910 jiwa. Luasnya adalah 13,16 km² dan
kepadatan penduduknya adalah 12.351 jiwa/km². Etnis [ sunting |
sunting sumber] Sebagai salah satu kecamatan di Kota Medan, suku
penduduk di kecamatan ini cukup beragam.
180,000
160,000
140,000
120,000
100,000 2020
80,000 2021
60,000 2022
40,000
20,000
0
Category 1 Category 2 Category 3

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Sekunder 1. Usia
(angket, KK) Balita : 17
Remaja : 66
Dewasa : 52
Pertengahan : 116
Lansia : 37
2. Jenis Kelamin
Laki-laki : 48,5% (184 orang)
Perempuan :52,1% (196 orang)
3. Suku Bangsa : Jawa,Aceh, Batak, Karo
4. Tingkat Pendidikan : status pendidikan di
mayoritas SMP-SMA
Data Primer Berdasarakan hasil pengkajian melalui angket
(Angket) didapatkan hasil :
- mayoritas warga mengalami masalah
kesehatan athritis,ostereoporosis dan Stroke.
Dan sebagian kecil hanya mengalami
masalah kesehatan seperti batuk dan flu.
- lansia mengatakan tidak tahu bagaimana
menjaga kesehatan dan cara menangani
penyakit seperti : tb paru
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil :
- Kapten muslim mengatakan dari jumlah
penduduk orang dewasa mayoritas
mempunyai riwayat HT .
- TB Paru mengatakan belum dilakukan batuk
efektif

2. Nilai kepercayaan dan agama :


Agama yang dianut masyrakat ada berbagai macam islam, budha, Kristen

Agama
Kristen
20%

Islam
Budha 50%
30%

3. Pengakajian sub sistem


a. Lingkungan
Teknik Pengkajian Hal yang dikaji
Data Primer - Keadaan lingkungan rumah mayoritas
- Observasi kurang bersih dan ada beberapa yang
- Wawancara bersih
- Keadaan perumahan cukup bersih
tidak ada genangan air
- Jarak antar rumah satu dengan yang
lain sangat dekat, tidak ada pagar
- Kualitas air bersih berasal dari sumur
dan PDAM
- Kualitas udara kurang baik dekat
dengan area pabrik dan dekat sungai
- Pengkajian sampah :
Terdapat tong sampah di setiap rumah
warga, pembuangan sampah per 3 hari
dikelola oleh petugas TPA. Tetapi
masyarakat tidak melakukan
pemilahan sampah bahkan kadang
membakarnya (5%).
- Terdapat vektor nyamuk (35%), tikus
(30%), kecoa (25%), dan kucing
(10%). Serta saat dilakukan
pemeriksaan ditemukan jentik nyamuk
pada 8 rumah warga.
b. Pendidikan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Tidak terdapat sekolah di lingkungan,
- Observasi sekolah terletak dikawasan kelurahan dan
- Wawancara kota
- Terdapat sekolah non formal yaitu TPQ di
masjid

c. Keamanan dan transportasi

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Masyarakat menggunakan transportasi
- Angket/ pribadi 88% dan kendaraan umum 12%
kuisioner dalam mobilisasi
- Akses mendapatkan transportasi mudah
dekat dengan jalan raya, pasar, dan
penggunaan aplikasi online.
- Observasi - Kondisi lalulintas jalan ramai lancar dan
kondisi jalanan baik.
- Dekat dengan kantor pemadam kebakaran
dan SatpolPP
- Tidak ada alat pemadam kebakaran
- Wawancara Kondisi lingkungan sekitar warga aman.

d. Politik dan pemerintahan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Kegiatan politik yang ada di masyarakat :
- Wawancara - Kebijakan kesehatan oleh Puskesmas
Sibela difasilitasi oleh kader kesehatan per
RT
- Masyarakat ikut serta dalam pengambilan
keputusan melalui musyawarah warga
- Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia
dan balita, dilakukan sebulan sekali yang
diikuti seluruh lansia dan balita RW : 02.
- Angket - masyarakat ikut serta dalam posyandu
lansia dan balita
- ikut serta dalam kegiatan posyandu 1 kali
sebulan
- masyarakat ikut serta dalam JKN
- Observasi - Akses menuju pelayanan kesehatan mudah
dan dekat

e. Komunikasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Mendapatkan informasi layanan kesehatan dari
- Angket kader posyandu
- Observasi - Perkumpulan warga melalui acara
pengajian dan PKK
- Penyebaran informasi melalui grup
whatsapp masing-masing kader

f. Ekonomi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Tingkat ekonomi rendah-menengah dengan
- Angket penghasilan rata-rata > Rp. 1.668.700,-
- Observasi Dekat dengan kawasan pabrik, pertokoan dan
dekat dengan Pasar sei kambing

g. Rekreasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat sering menghabiskan waktu
- Angket luang dengan menonton TV (90%)
- Wawancara - Wilayah kapten muslim dekat dengan
Taman Jurug
- Observasi - Anak-anak bermain di tanah kosong dekat
rumah warga
- Tidak ada fasilitas rekreasi bagi warga

1. Persepsi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat mengatakan pentingnya
- Wawancara bersosialisasi antar warga dalam suatu
dengan TOGA, komunitas
TOMA, Petugas - Masyarakat mengatakan jika sumber
Puskesmas dan kekuatan yang dimiliki adalah dukungan
beberapa dan kerjasama dari semua warga
masyarakat - Masalah kesehatan yang sering dialami
dan dikeluhkan warga yaitu atrhitis
rematik dan osteroporesis

1.2 Analisa Data


No Data Etiologi Problem

1. DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan


tentang perawatan penyakit TB paru di
- Dari hasil wawancara dengan
penyakit TB paru Bilalang 2 Kelurahan
warga bahwa Mayoritas
Bilalang kecamatan
masyarakat tidak tahu tentang
kotamobagu utara
perawatan TB Paru sehingga
mereka kadang-kadang meludah/
berdahak di sembarang tempat
(kadang di got, di jalan umum)
- Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.

DO:
1. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak   23%
2. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak  
57%
3. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap

1.
2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi
tentang penyakit TB paru peningkatan
1. Dari hasil wawancara dengan
prevalensi penyakit
warga bahwa masyarakat yang
TB Paru di Bilalang 2
menderita TB Paru tidak
Kelurahan bilalang
memeriksakan / mengontrol
kecamatan
kesehatannya ke puskesmas
Kotamobagu utara
2. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin
mengambil obat TB ke
Puskesmas
3. Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan/ lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60 % dari
warga  yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela
nya
DO:
2. Jumlah penderita TB Paru TB
Paru sebanyak 23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10 %)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak
gelap dan ruangan di dalam
rumah tampak gelap

3. DS: Kurangnya peranan Kurang pengetahuan


fasilitas pelayanan tentang perawatan TB
1. Dari hasil wawancara ternyata
kesehatan paru di Bilalang 2
warga masyarakat belum pernah
Kelurahan Bilalang
mendapatkan informasi tentang
kecamatan
penyakit TB paru baik dari tenaga
kotamobagu utara
kesehatan maupun melalui leaflet.
2. Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru.
DO:

1. fasilitas pelayanan kesehatan di


daerah tersebut hanya terdapat 1
buah puskesmas pembantu
2. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 180 KK (47,2 %)
3. Pendidikan warga yang lulusan SD
sebanyak 101 KK (26,5 %)
4. Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
5. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak   23%
6. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak  
57%

A. Penapisan Masalah
Perhatian Tingkat Kemungkinan
 Poin
Masalah Kesehatan masyarakat bahaya untuk dikelola Skor
prevalensi

Resiko penularan 4 3 4 3 14
penyakit TB paru di amal
luhur dwi kora helvetia
medan.

Resiko terjadi 4 4 4 3 15
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di di
amal luhur dwi kora
helvetia medan.

Kurang pengetahuan 1 3 3 3 10
tentang perawatan TB
paru di di amal luhur dwi
kora helvetia medan.

DIAGNOSA
N
KRITERIA KEPERAWATAN
O
1 2 3

1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5

2. Jumlah yang beresiko 4 5 4

3. Besarnya resiko 5 5 4

4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5


5. Minat masyarakat 2 4 4

6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4

7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5

8. Sumber daya tempat 4 4 3

9. Sumber daya waktu 3 4 3

10. Sumber daya dana 4 4 2

11. Sumber daya peralatan 3 4 2

12. Sumber daya orang 2 3 2

Jumlah skor 46 49 43

Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi

3.2 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama


1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di amal luhur
helvetia medan berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang
penyakit TB paru
2. Resiko penularan penyakit TB paru di amal luhur helvetia medan utara
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit
TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di amal luhur helvetia
medan berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan
3.3 Perencanaan
No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi

1 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor


keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat internal dan eksternal
diharakan tidak terjadi dapat: yang dapat
peningkatan prevalensi meningkatkan atau
1. Semua penduduk yang
penyakit TB menurunkan motivasi
menderita TB Paru
untuk memeriksakan
memeriksakan
diri ke puskesmas
kesehatannya ke
2. Identifikasi penyebab
puskesmas
masyarakat tidak
2. Masyarakat rutin
engambil obat di
mengambil obat TB di
puskesmas
puskesmas
3. Identifikasi penyebab
3. Masyarakat yang
masyarakat putus obat
menderita TB Paru tidak
4. Beri penyuluhan
mengalami putus obat dan
tentang tentang
Rutin minum obat
penyakit TB Paru dan
4. Masyarakat membuka
akibat bila tidak
jendela kamarnya
mengkonsumsi obat
5. Warga yang belum
dengan benar serta
memiliki ventilasi dapat
penyebab putus obat
membuat ventilasi
6. Pencahayaan yang cukup
2 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat tentang perawatan
diharapkan tidak terjadi dapat: penyakit TB pru
penyakit TB paru 2. Jelaskan kepada
1. Masyarakat tahu tentang
masyarakat untuk
perawatan TB Paru
mengkususkan alat
2. Masyarakat dapat
tenun dan makan
mengkhususan alat tenun
antara penderita TB
dan alat makan antara
dan orang sehat
penderita dengan orang
3. Jelaskan kepada
yang sehat.
masyarakat pentingnya
4. Warga yang memilki
penerangan rumah
pengetahuan tentang TB oleh matahari
paru 4. Anjurkan masyarakat
5. Warga memilki cukup untuk meiliki
pengetahuan TB paru pencahayaan dalam
6. Penerangan rumah oleh rumah yang terang
matahari cukup
7. Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
3 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat pengetahuan
diharapkan pengetahuan dapat: masyarakat tentang
masyarkat meningkat tentang TB Paru
1. Pengetahuan masyarakat
TB Paru serta peranan fasilitas 2. Lakukan penyuluhan
tentang TB Paru meningkat
pelayanan kesehatan kesehatan tentang TB
(80%)
meningkat paru(pengertian,
2. Masyarakat mengetahui
penyebab, cara
tentang TB paru, penyebab,
pencegahan dan
cara pencegahan dan
penularan)
penularan
3. Anjurkan untuk
3. Adanya penyuluhan dari
meningkatkan
tenaga kesehatan tentang
fasilitas pelayanan
TB Paru
kesehatan
4. Fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat
3.4 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluator
No
Keperawatan (NIC) Evaluasi

1 Manajemen Setelah dilakukan penyuluhan selama Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasisw
Kesehatan Tidak 30 menit diharapkan Manajemen 1. Tes mantoux. a
Efektif ( D.0116) Kesehatan Tidak Efektif Teratasi 2. Beri saran kepada Kader
Dengan Kriteria Hasil : masyarakat dengan hasil
yang lebih dari normal untuk
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
melakukan alternatif
1. Perilaku kesehatan masyarakat pengobatan.
dari yang buruk membaik.
2. Kemampuan masyarakat dalam Edukasi Kesehatan ( L.12383)
menjalankan perilaku sehat dari 1. Ajarkan perilaku hidup
kurang menjadi meningkat. bersih dan sehat
2. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
Perilaku Promosi Kesehatan bersih dan sehat.
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku Setelah dilakukan tindakan selama Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasisw
kesehatan 30 menit diharapkan Perilaku Psikomotor a
1. Identifikasi hambatan
cenderung kesehatan cenderung beresiko dapat masyaraka
untuk merubah perilaku
beresiko (00188) teratasi dengan Kriteria Hasil : t
2. Bantu individu untuk
Kepercayaan Mengenai
berkomitmen terhadap
kesehatan : kontrol yang diterima
rencana tindakan untuk
(1702)
merubah perilaku
1. Kemampuan masyarakat
3. Berikan contoh atau
dalam menerima dan
tunjukan perilaku yang
melaksanakan tanggung
diinginkan
jawab terkait dengan
4. Berikan informasi
keputusan kesehatan dari
mengenai perilaku yang
kurang menjadi meningkat
diinginkan
(170201)
2. Peningkatan keyakinan
bahwa tindakan sendiri yang
mengontrol hasil kesehatan
yang semula kurang menjadi
meningkat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat
dalam keputusan kesehatan
yang kurang menjadi
meningkat (170202)
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT KELURAHAN DI AMAL LUHUR DWI KORA HELVETIA MEDAN.

No. Waktu & Penanggung


Masalah Tujuan Kegiatan Tempat
Dx sasaran Jawab
1 Manajemen kesehatan Setelah diakukan tindakan 1. Tes mantoux. Posko Setiap hari Mahasiswa
tidak efektif keperawatan selama 4 minggu di kesehatan warga dan Tokoh
Kelurahan dwi kora Kecamatan Masyarakat
medan Helvetia diharapkan : 2. Beri saran kepada Posko
Setiap hari
- Diharapkan meningkat derajat pasien dengan hasil kesehatan Mahasiswa
kesehatan masyarakat yang lebih dari normal Warga dan Kader
untuk melakukan
alternatif pengobatan. Mahasiswa
Minggu,14
Lapangan dan Kader
november
3. Mengadakan dan
2022
mengajak lansia untuk
mengikuti senam warga
osteoporosis Posko Mahasiswa
kesehatan dan warga ka

4. Melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan
2. Pemeliharaan Setelah diakukan tindakan 1. Lakukan pemantauan Posko Setiap hari Mahasiswa
kesehatan tidak efektif keperawatan selama 4 minggu di untuk menentukan kesehatan Warga
Desa amal luhur Kelurahan dwikora kebutuhan rujukan
Kecamatan medan helvetia Mahasiswa
diharapkan : 2. Bantu kelompok untuk Lingkup
- Masyarakat memelihara tempat untuk merubah perilaku Desa amal
pembuangan air limbah. terhadap rencana luhur
1. Tidak ada air limbah yang tindakan (kerja bakti). Tanggal 20
tergenang november Mahasiswa
2. Tidak ada lagi media untuk 3. Mengajak kelompok 2022 Kader
perkembangbiakan nyamuk untuk menanan TOGA Warga
3. Masyarakat mampu menerapkan Mahasiswa
PHBS 4. Ajarkan warga untuk Tanggal 23
melakukan PHBS november
dengan cuci tangan 6 2022
langkah Warga Mahasiswa
Kader
Setiap
5. Pemantauan jentik minggu
nyamuk
3.5 Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi Formatif


1 13 November 11.00 WIB Melakukan Evaluasi Struktur :
2022 pemeriksaan tekanan - Pemeriksaan dilakukan oleh mahasiswa praktikan yang
darah bertempat di posko kesehatan
- Kegiatan dilakukan setiap hari
Evaluasi Proses :
- Pengecekan tekanan darah menggunakan
sphygnomanometer dan stetoskop
- Warga yang melakukan pemeriksaan sebelumnya
didata dan dicek berat badan
- Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian diberikan
pendidikan kesehatan.
Evaluasi Hasil :
- Masyarakat sangat antusias dan mendatangi posko
kesehatan untuk pengecekan tekanan darah
- Tekanan darah pasien 140/90 mmHg
- Dilakukan pengukuran berat badan, dan pendidikan
kesehatan hipertensi
2 13 November 09.00 WIB Pemantauan jentik Evaluasi Struktur :
2022 nyamuk - Pemeriksaan dilakukan bersama dengan ibu kader
PKK dan mahasiswa
- Pemeriksaan ditujukan bagi seluruh rumah warga RT
04
- Mahasiswa menyiapkan senter dan ceklist pemeriksaan
Evaluasi Proses :
- Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB
- Kelompok dibagi menjadi 3 tim untuk melakukan
pengecekan rumah di 3 wilayah pembagian. Masing-
masing tim ditemani oleh ibu kader PKK
Evaluasi Hasil :
- Ditemukan 8 rumah terdapat jentik nyamuk
- Warga dihimabau untuk memperhatikan kebersihan
lingkungan
- Warga diberikan ceklist pemeriksaan jentik yang
ditempelkan pada depan rumah
1. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Manajemen kesehatan tidak S : warga X mengatakan jika tidak tahu tentang penyakit hipertensinya
efektif dan mengeluh kepala pening, dan belum mengerti senam hipertensi
O : 9,5 mg/dl, saat ditanya riwayat darah tinggi pasien tidak mampu
menjawab
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Pemeliharaan kesehatan S : warga X mengatakan jika belum mampu memilah sampahnya dan
tidak efektif mengatakan jika dirumahnya banyak nyamuk
O : terdapat jentik nyamuk di genangan air, di kamar mandi, dan
wadah penyimpanan air
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2. Rencana Tindak Lanjut

Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Tanggung


Kesehatan jawab
Manajemen Untuk meningkatkan 1. Cek kesehatan Warga - Posko Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran 2. Pendidikan kesehatan Warga
efektif masyarakat akan kesehatan
kesehatan mengenai 3. Ajarkan Batuk
pencegahan dan Efektif
penanganan penyakit
Pemeliharaan Untuk meningkatkan 1. Pendidikan Warga Rumah Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran kesehatan Kepala Warga
efektif masyarakat dalam 2. Pemeriksaan desa
menerapkan pola jentik nyamuk
hidup bersih dan 3. Penanaman
sehat TOGA
4. Kerja bakti
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis
yang dapat menyerang hampir seluruh organ tubuh, namun yang paling banyak
adalah paru-paru. Kuman TBC tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi
karena kuman berada dalam sifat dormant yaitu kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan TBC aktif kembali. Selain itu kuman ini juga bersifat aerob
yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya.
Peran perawat kesehatan yang paling utama yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan di komunitas. Salah satu fungsi peran perawat komunitas yaitu
memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan memberikan
pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di komunitas.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi
dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Compston,Juliet.2016.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat.


Corwin, Elizabet J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cosman, Felicia. 2019. Osteoporosis: Panduan Lengkap agar Tulang Anda Tetap
Sehat. Solo: Bintang Pustaka.
Handayani, Sri, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal”. Jakarta : EGC.
Junaidi, Iskandar. 2017. Osteoporosis. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Lane,
Nancy E. 2001. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis. Jakarta : Fajar.
Muttaqin, Arif. 2018. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Nurarif, A.H &Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta :
MediaAction.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2015.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1. Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Efendi Ferry, Makhfudli. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba
Medika : Jakarta

Fallen R., Dwi Budi R. (2010). Keperawatan Kommunitas. Nuha Medika :


Yogyakarta Mubarak

Faisalado Candra widyanto (2016) Keperawatan komunitas dengan pendekatan


praktis Nuha medika : Yogyakarta

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai