Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PENYAKIT TB PARU

Dosen Pembimbing : Ns. Yayah Choeriyah, S.Kep., M.KM

Disusun Oleh : Kelompok 2

Eva Nurmala Santi 19216054


Eva Silfiah 19216055
Fatihatussa’diyah 19216059
Fitri Nurhaliza 19216064
Gadis Indah Alaqram Abidin 19216068
Lina Rosiani 19216089
Melen Heli Ayoga Samudra 19216097
Muhamad Qurtusi Yasin 19216104
Muhammad Arief Rahman Hakim 19216106

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI TANGERANG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpah ramat serta karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS dengan Penyakit TB Paru” ini dengan lancar dan pada waktu yang telah
ditentukan.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ns.
Yayah Choeriyah, S.Kep., M.KM Selaku dosen pembimbing dan kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini tentunya tidak lepas dari kekurangan dan kelemahan
sehingga saran dan kritik diharapkan untuk menambah pengetahuan kami yang lebih baik
kedepannya. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kekurangan
atau kesalahan dalam mengerjakan tugas ini.

Tangerang, 05 Juli 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian TB Paru...........................................................................................................5
2.2 Etiologi..............................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi......................................................................................................................6
2.4 Klasifikasi.........................................................................................................................6
2.5 Tanda dan Gejala..............................................................................................................8
2.6 Cara Penularan..................................................................................................................8
2.7 Komplikasi........................................................................................................................9
2.8 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................9
2.9 Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN................................................................................................................12
3.1.1 Data Geografi...........................................................................................................12
3.1.2 Data Demografi.......................................................................................................13
3.2 ANALISA DATA...........................................................................................................25
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................29
3.4 Penapisan Masalah..........................................................................................................29
3.5 Perencanaan....................................................................................................................31
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................33
4.2 Saran................................................................................................................................33

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan
pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Di
Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang
dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan
kesehatan professional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk
menekan stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan
penyakit ini bisa melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung
terhadap seluruh masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya
meningkatkan kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.
Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki
kesamaan. Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat
kesehatan komunitas harus mampu memberi perhatian terhadap elemen-elemen tersebut
yang akan tampak pada rangkaian kegiatan dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa
data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (R. Fallen & R Budi
Dwi K, 2010).

1
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan
kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih
aktif dalam usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan
keperawatan komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai
penanggulangan masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga,dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersama-sama oleh mahasiswa melalui
pengkajian data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan Patuk sampai kegiatan
evaluasi terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui
relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah
menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang
sudah dicapai belum dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara
menyeluruh, bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin
meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC,
DHF dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan.
Tantangan lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah
kesehatan kerja, kesehatan lingkungan, masalah obat- obatan; dan perubahan dalam
bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang
akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru
namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat

2
menyerang pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini
sangat mudah ditularkan pada orang lain, bakteri Microbacterium tuberculosis masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut
dapat menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem
saluran limfe, saluran napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB
yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia.
Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar
5,8 % dari total jumlah pasien TB dunia.
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan
kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009
adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif.
Laporan WHO tentang angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009,
2010 menunjukkan bahwa kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 100.000 penduduk.
Secara global, angka kejadian kasus kejadian TBC 128 per 100.000 penduduk. Data ini
menunjukkan bahwa kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang
terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta
yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita
TB. Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi
untuk menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly
Observed Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah
penemuan dan penyembuhan pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe
menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem
respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan

3
penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB
paru

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari TB paru
2. Apa saja Etiologi TB Paru
3. Apa saja Patofisiologi TB paru
4. Apa sajakah Klasifikasi TB paru
5. Apa saja Tanda dan Gejala Tb Paru
6. Bagaimana Cara Penularan Diagnostik
7. Apa sajakah Komplikasi TB Paru
8. Jelaskan Pemeriksaan penunjang TB Paru
9. Apa saja Penatalaksanaan yang dapat dilakukan

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas
dengan masalah TB Paru
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi TB paru
2. Untuk mengetahui Etiologi TB Paru
3. Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru
4. Untuk mengetahui Klasifikasi TB paru
5. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Tb Paru
6. Untuk mengetahui Cara Penularan Diagnostik
7. Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang TB Paru
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan penderita TB Paru

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian TB Paru


Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan
kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri dalam paru. Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh
pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin atau bicara.
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang
disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui
dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008).
Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang
ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan
asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar
0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi
lingkungan (Ginanjar, 2010).

2.2 Etiologi
Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis Batang
Tahan Asam (BTA) positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman
ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman Tuberkulosis
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran
nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.
Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut.
5
Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut
dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

2.3 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC)
terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan
melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang
mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari
satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung
dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

2.4 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum
pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi
dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+) Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA
positif adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-) Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif.
TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan

6
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran
foto rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita
yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan Tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali
lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti
2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA (+).

7
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan
gejala yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini
membuang/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai
batuk purulent (menghasilkan sputum)
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot dan keringat di waktu di malam hari

2.6 Cara Penularan


Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh penderita
penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita meludah ke tanah
kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu penyakit ini disebut “Airbone
Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan.
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya , sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang serta berkembangbiak
di paru-paru.

8
2.7 Komplikasi
Komplikasi dari TB paru adalah :
a. Pleuritis tuberkulosa
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Tuberkulosa milier
d. Meningitis tuberkulosa

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA
diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3
kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan
kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang
kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA negatif.
c. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum). Positif jika diketemukan bakteri
taham asam.
d. Skin test (PPD, Mantoux) Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :
1) indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil
negative
2) indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan
3) indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif
4) indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat
5) reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin
e. Rontgen dada

9
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
perkembangan Tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium
Tuberkulosis.
g. Biopsi jaringan paru
Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya
nekrosis.
h. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.
i. Analisa gas darah (AGD)
Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan
jaringan paru.
j. Pemeriksaan fungsi paru
Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai
akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura
(akibat dari tuberkulosis kronis)

2.9 Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru


a. Pengobatan TBC Paru Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:
1) Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per
hari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek
bakteri sidal), menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih
lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat
2) Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri
yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis
diatur berdasarkan berat badan yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan
lebih dari 50 kg.

10
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis
(hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-
lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi
negatif. Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir
bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum
BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA dilakukan pada
permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap
pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi
pengobatan. Bila fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan bila nantsi timbul
kasus kambuh.
b. Perawatan bagi penderita tuberkulosis
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
1) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang
terdekat yaitu keluarga.
2) Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
3) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
4) Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
5) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua,
kelima dan enam
6) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang
baik
c. Pencegahan penularan TBC Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
1) Menutup mulut bila batuk
2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah
tertutup yang diberi lisol
3) Makan makanan bergizi
4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah makassar kelurahan , Kecamatan tallo


utar menggunakan pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi
pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatakan kader kesehatan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, pimpinan wilayah tersebut.

3.1 PENGKAJIAN
Data inti komunitas meliputi :

3.1.1 Data Geografi


a) Lokasi
Propinsi daerah tingkat 1              : Sulawesi selatan
Kabupaten / kotamadya                : Kota makassar
Kecamatan                                    : Tallo
Kelurahan                                      : Buloa
b) Luas Wilayah                                 : ±3000m2
c) Batas daerah/wilayah
Utara                                             : kecamatan selat makassar
Selatan                                          : kecamatan bontoala
Barat                                             : kecamatan ujung tanah
Timur                                            : kecamatan tamalanrea
d) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman

12
3.1.2 Data Demografi
Jumlah Penduduk                    :  529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis kelamin Frequency %
1. Laki-laki 258 49
2. Perempuan 271 51
Total 529 100

Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian


besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%), dan laki-
laki 258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.

b. Berdasarkan kelompok usia


No Umur/tahun Frequency %
1. Bayi/balita (0-5) 19 4
2. Anak-anak 60 11
3. Remaja 69 13
4. Dewasa 343 65
5. Lansia 38 7
Total 529 100

13
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi
yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan kelompok umur yang terendah
adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%).

c. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Frequency %
1. Bugis 450 85
2. Makassar 50 9
3. Jawa 29 6
Total 529 100

Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa suku


mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang (6%)

d. Berdasarkan agama

14
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Frequency %
1. Islam 465 88
2. Kristen 35 7
3. Katolik 29 5
4. Hindu 0 0
5. Budha 0 0
Total 529 100

Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan


bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan yang beragama katolik
29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%) , hindu, budha tidak ada.

e. Pendidikan
No Pendidikan Frequency %
1. Tidak tamat SD 80 15
2. SD 180 34
3. SMP 100 19
4. SMA 115 22
5. Tidak tamat D1,D2,D3 10 1,8
6. TAMAT S1 24 4,5
7. >S1 1 0,1
8. BELUM SEKOLAH 19 3,5
Total 529 100

15
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa tingkat
pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%), sedangkan yang
terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan
informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet.
Pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB
Paru.

f. Data status kesehatan


a) Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 3 orang
b) Pemeriksaan kehamilan
Teratur                         :3 orang           (100%)
Tidak teratur               : -  orang          (0%)
c) Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap                      : 18 orang          ( 94,74%)
Belum lengkap            : 1 orang          (5,26 %)
Jumlah balita               :19 orang
d) Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur                         :16 orang         (84,2 %)
Tidak teratur               : 3 orang          (15,8 %)
e) Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
Lengkap                      : 16 orang        (84,2%)

16
Belum lengkap            : 3 orang          (15,8 %)
DS: Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi anaknya belum
lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur karena takut
dengan efek imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk mengurus semuanya
f) Status gizi balita berdasar KMS
Garis hijau                   : 10 orang         (52,6  %)
Garis kuning                : 9 orang          (47,3  %)
Garis merah                 : -  orang          (0%)   
DS=Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada balita yang
pernah berada di garis merah pada status gizinya.
g) Keluarga berencana
i. Jumlah PUS                            : 69 orang
ii. Keikut sertaan PUS pada program KB
Ikut program KB                    : 48 orang        (69,5%)
Belum ikut program KB         :  21  orang      (30,4%)
iii. Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD                             : 1 orang          (1,4%)
PIL                              : 7 orang          (10,1%)
Kondom                      : 6 orang          (8,7%)
Suntik                         : 34 orang        (49,3%)
Tdak KB                     :  21 orang       (30,4%)
DS= dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB karena
takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain karena ingin
memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa rumit
DO= Dari jumlah PUS tersebut 67 % kurang mengerti tentang KB dan 33 % cukup
mengerti tentang KB
h) Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja                    : 69 orang        (13  %)
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul                      : 34 orang        ( 49,3 %)
Kursus                                     :  2   orang       ( 2,9 %)

17
Olahraga                                  :  15 orang       ( 21,7%)
Remaja masjid/gereja              : 8  orang         (11,6 %)
Lain-lain { di rumah }             : 10 orang        ( 14,5 %)
i) Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia           :38 orang          (2,07 %)
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah                           : 17orang         (44,7%)
HT,Gout Atritis,Jantung,
RPD : Strok,Paru-Paru
Tidak ada masalah                  :21 orang          (55,26%)
j) Distribusi penyakit di masyarakat
1) TB Paru : 23 orang         (43,5%)
2) ISPA : 5 orang           (11,3%)
3) Hipertensi : 21 orang        (47,7%)
4) DM : 8 orang           (18,18%)
5) Asma : 2 orang           (4,5%)
6) Vertigo : 1 orang           (2,27%)
7) Gastritis : 2 orang           (4,5%)
8) Otot Dan Tulang : 11 orang         (25%)
9) Hipotensi : 1 Orang           (2,27%)
10) Faringitis : 1 Orang           (2,27%)
11) Batu Ginjal : 2 orang           (4,5%)
DS= Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan / mengontrol kesehatannya ke
puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga
sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB akibat kesibukan kerja.
Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-
kadang meludah/ berdahak di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak
ada pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang yang sehat.

D0= warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak   23%

18
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak   57%
3.1.1 Data Subsystem meliputi
1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum

b. Penyediaan air bersih


i. PAM                 : 136 KK(99,3%)                    
ii. Sumur             : 1 KK(0,7%)
c. Penyediaan air minum
i. PAM : 75 KK(54,7%)                     
ii. Aqua : 62 KK(45,3%)                     
d. Pemanfaatan air minum
i. PAM : 75KK (54,7%)                      
ii. Air minum steril          : 62 KK (45,3%)
e. Pengelolaan air minum
i. Selalu dimasak                        : 118 KK   (86,1%)
ii. Kadang-kadang dimasak       : 14  KK     (10,2%)
iii. Tidak pernah dimasak             : 5 KK       (3,6%)
f. Saluran pembuangan air/ sampah
i. Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas                    : 137 KK (100%)
ii. Pembuangan air limbah
Got                                          : 137  KK (100%)
iii. Keadaan pembuangan air limbah
1. Meluber kemana – mana      : 1 KK   (0,73%)
2. Lancar                                   : 136 KK  (99,27%)
g. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
a) Ya                                  : 7 KK  (5,1%)
b) Tidak                              : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak

19
Diluar rumah                  : 7 KK (100%)
h. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban                      : 137 KK (100%)                       
2) Macam jamban yang dimiliki
a) Septi tank                            : 129 KK (94,2%)
b) Sumur cemplung                 : 8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
a) Bersih : 132  KK (96,4%)          
b) Kotor : 5 KK  (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
a) WC umum : -KK               (%)
b) Jamban tetangga : -KK               (%)
c) Sungai : -KK               (%)
d) Sawah : -KK               (%)
i. Keadaan rumah
2) Type rumah
a) Type A (tembok)                   : 134 KK         (97,8%)          
a) Type B ( ½ tembok)              : 3 KK             (2,2%)            
3) Status rumah
a) MIlik Rumah sendiri            : 135 KK         (98,5%)          
a) Kontrak                                : 2 KK             (1,5%)            
4) Lantai Rumah
Tegel / semen                            : 137 KK         (100%)
5) Ventilasi
a) Ada                                      : 90  KK           (65,69%)
b) Tidak ada                             : 47  KK           (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga  yang memiliki
ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
6) Luas kamar tidur

20
a) Memenuhi syarat              :115  KK         (83,9%)
a) Tidak memenuhi syarat    :22 KK            (16,1%)
7) Penerangan rumah oleh matahari
a) Baik                                  : 70 KK           (51,1%)
a) Cukup                               : 23 KK           (16,79%)
b) Kurang                              : 44 KK           (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak gelap
8) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
1. Memiliki : 18 KK (13,1%)
2. Tidak memiliki       : 119 KK (86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya                  : 18 KK (100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman       : 18 KK (100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih        :18 KK (100%)

2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan


a. Fasilitas umum
1) Sarana Pendidikan Formal
2) jumlah TK                    : 1 Buah
3) Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
4) Jumlah SLTP/sederajat        : 1 Buah
5) Jumlah SMU/sederajat : - Buah
6) Jumlah PT/sederajat :- Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
1) Karang taruna : 1 Kelompok
2) Pengajian : 1 Kelompok
3) Ceramah Agama : 2 X/Bulan

21
4) PKK : 2 X / Bulan
c. Sarana ibadah
1) Jumlah masjid :2 Buah
2) Mushola :1 Buah              
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : - Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 16 Km
Puskesmas : - Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : - buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 Buah
Puskesmas : 1.Buah
Rumah Sakit : - Buah
Praktek Dokterwasta : - Buah
Praktek Bidan : - Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang Gigi : - Buah

22
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
i. PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
ii. Pegawai swa sta : 28  jiwa (12,8%)
iii. Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
iv. Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
v. Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
b. Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
1. Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
2. Penduduk tidak bekerja : 194  jiwa (47,08%)
c. Pusat kegiatan ekonomi
1. pasar tradisional : -buah
2. Pasar swalayan : - buah
3. Pasar kelontong : - buah
d. Penghasilan rata – rata perbulan
1. < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)              
2. Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)          
3. Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)          
4. >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
e. Pengeluaran rata – rata perbulan                       
4. Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)              
5. 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)          
6. >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
e. Kepemilikian industry
Ada
f. Jenis industri kecil
Makanan
4. Keamanan dan transportrasi
a. Keamanan
i. Sarana keamanan

23
1. Poskamling :  1 Buah
2. Pemadam Kebakaran :  - Buah
3. Instansi Polisi :  - Buah
b. Transportasi
1) Fasilitas Tranportasi                                      
ii. Jalan raya :500 m
iii. Jalan tol :-m
iv. Jalan setapak : 300 m
2) Alat transportasi yang dimiliki
a) Tidak Punya                   :  13 jiwa   (9%)
b) Sepeda Pancal               :  31 Jiwa   (21,7%)
c) Mobil                              :  10 Jiwa   (6,9%)
d) Sepeda Motor                 :  85 Jiwa   (59,4 % )
e) Becak                             : 4 Jiwa     (2,8%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan / kendaraan umum         :  13 jiwa         (9,5%)
b) Kendaraan pribadi                                 :  124 jiwa       (90,5%)
5. Politik dan Pemerintahan
a. Stuktur organisasi pemerintahan
Ada
b. Kelompok pelayanan kepada masyarakat ( PKK, karang taruna, panti, LKMD, posyandu)
Ada
c. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Ada
d. Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan
Tidak ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa          (39,4%)
2) TV : 129 jiwa        (94,2%)
3) Telepon :137  jiwa        (100%)

24
i. Majalah / Koran : 31 jiwa          (22,6%)
b. Rekreasi
1) Tempat Wisata Alam :- Buah
2) Kolam Renang :- Buah
3) Taman Kota :- Buah
4) Bioskop :- Buah

3.2 ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1. DS: Kurang pengetahuan Resiko
a. Dari hasil wawancara tentang perawatan penularan
dengan warga bahwa penyakit TB paru penyakit TB
Mayoritas masyarakat paru di
tidak tahu tentang makassar
perawatan TB Paru Kelurahan
sehingga mereka kadang- buloa
kadang meludah/ kecamatan
berdahak di sembarang tallo
tempat (kadang di got, di
jalan umum)
b. Tidak ada pengkhususan
alat tenun dan alat makan
antara penderita dengan
orang yang sehat.

DO:
1. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB
paru sebanyak   23%
2. Warga yang tidak
memilki cukup

25
pengetahuan TB paru
sebanyak   57%
3. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10
%)
Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dn
ruangan di dalam rumah
tampak gelap

2. DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi


1. Dari hasil wawancara tentang penyakit TB peningkatan
dengan warga bahwa paru prevalensi
masyarakat yang penyakit TB
menderita TB Paru tidak Paru di
memeriksakan / makassar
mengontrol Kelurahan
kesehatannya ke buloa
puskesmas kecamatan
2. Dari hasil wawancara tallo
dengan warga bahwa
mayoritas masyarakat
tidak rutin mengambil
obat TB ke Puskesmas
3. Dari hasil wawancara
dengan warga bahwa
sebagian masyarakat

26
banyak yang mengalami
putus obat dan kambuh
akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga
karena bosan/ lupa tidak
minum obat TB akibat
kesibukan kerja.
4. Hasil wawancara
menunjukan bahwa
sebanyak 60 % dari
warga  yang memiliki
ventilasi, tidak pernah
membuka jendela nya
DO:
2. Jumlah penderita TB
Paru TB Paru sebanyak
23 orang (43,5%)
3. Warga yang belum
memiliki ventilasi
sebanyak 47 KK (34,31
%)
4. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang
sebanyak 44 KK (23,10
%)
Hasil survey menunjukan
bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang
pencahayaan sehingga
tampak gelap dan ruangan
di dalam rumah tampak

27
gelap
3. DS: Kurangnya peranan Kurang
1. Dari hasil wawancara fasilitas pelayanan pengetahuan
ternyata warga kesehatan tentang
masyarakat belum pernah perawatan TB
mendapatkan informasi paru di
tentang penyakit TB paru makassar
baik dari tenaga kesehatan Kelurahan
maupun melalui leaflet. Buloa
2. Dari hasil wawancara kecamatan
ternyata Pada daerah tallo
tersebut belum pernah
diadakan penyuluhan
kesehatan tentang
penyakit TB Paru.
DO:
1. fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut hanya terdapat 1
buah puskesmas pembantu
2. Pendidikan warga yang
lulusan SD sebanyak 180
KK (47,2 %)
3. Pendidikan warga yang
lulusan SD sebanyak 101
KK (26,5 %)
4. Warga yang tidak
bersekolah sebanyak 24
KK (6,3%)
5. Warga yang memilki
pengetahuan tentang TB

28
paru sebanyak   23%
6. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB
paru sebanyak   57%

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko penularan penyakit TB paru di makassar Kelurahan Buloa kecamatan tallo
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di makassar Kelurahan Buloa
kecamatan tallo berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di makassar Kelurahan Buloa
kecamatan tallo berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan
kesehatan

3.4 Penapisan Masalah

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO KRITERIA
1 2 3

1. Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5

2. Jumlah yang beresiko 4 5 4

3. Besarnya resiko 5 5 4

4. Kemungkinan untuk penkes 5 5 5

5. Minat masyarakat 2 4 4

6. Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4

7. Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5

29
8. Sumber daya tempat 4 4 3

9. Sumber daya waktu 3 4 3

10. Sumber daya dana 4 4 2

11. Susmber daya peralatan 3 4 2

12. Sumber daya orang 2 3 2

Jumlah skor 46 49 43

Keterangan:
1 : Sangat rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5: Sangat Tinggi

c. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Utama


1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di makassar Kelurahan buloa
kecamatan tallo berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
2. Resiko penularan penyakit TB paru makassar Kelurahan buloa kecamatan tallo
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di makassar Kelurahan buloa
kecamatan tallo berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan

30
3.5 Perencanaan

No Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi factor
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat internal dan eksternal
diharakan tidak terjadi dapat: yang dapat
peningkatan prevalensi 1. Semua penduduk yang meningkatkan atau
penyakit TB menderita TB Paru menurunkan motivasi
memeriksakan untuk memeriksakan
kesehatannya ke diri ke puskesmas
puskesmas 2. Identifikasi penyebab
2. Masyarakat rutin masyarakat tidak
mengambil obat TB di engambil obat di
puskesmas puskesmas
3. Masyarakat yang 3. Identifikasi penyebab
menderita TB Paru tidak masyarakat putus obat
mengalami putus obat dan 4. Beri penyuluhan
Rutin minum obat tentang tentang
4. Masyarakat membuka penyakit TB Paru dan
jendela kamarnya akibat bila tidak
5. Warga yang belum mengkonsumsi obat
memiliki ventilasi dapat dengan benar serta
membuat ventilasi penyebab putus obat
6. Pencahayaan yang cukup
2 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Berikan penyuluhan
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat tentang perawatan
diharakan tidak terjadi dapat: penyakit TB pru
penyakit TB paru 1. Masyarakat tahu tentang 2. Jelaskan kepada
perawatan TB Paru masyarakat untuk
2. Masyarakat dapat mengkususkan alat
mengkhususan alat tenun tenun dan makan
dan alat makan antara antara penderita TB

31
penderita dengan orang dan orang sehat
yang sehat. 3. Jelaskan kepada
4. Warga yang memilki masyarakat pentingnya
pengetahuan tentang TB penerangan rumah
paru oleh matahari
5. Warga memilki cukup 4. Anjurkan masyarakat
pengetahuan TB paru untuk meiliki
6. Penerangan rumah oleh pencahayaan dalam
matahari cukup rumah yang terang
7. Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
3 Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
keperawatan selama 2 minggu keperawatan masyarakat pengetahuan
diharapkan pengetahuan dapat: masyarakat tentang
masyarkat meningkat tentang 1. Pengetahuan masyarakat TB Paru
TB Paru serta peranan fasilitas tentang TB Paru meningkat 2. Lakukan penyuluhan
pelayanan kesehatan (80%) kesehatan tentang TB
meningkat 2. Masyarakat mengetahui paru(pengertian,
tentang TB paru, penyebab, penyebab, cara
cara pencegahan dan pencegahan dan
penularan penularan)
3. Adanya penyuluhan dari 3. Anjurkan untuk
tenaga kesehatan tentang meningkatkan
TB Paru fasilitas pelayanan
4. Fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat

32
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberculosis paru sampai saat ini masih merupakan problem kesehatan yang
masih sulit terpecahkan..Penyakit TBC dianggap menakutkan karena bila menyerang
paru-paru dan tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru
sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu penularannya sangat mudah, yaitu
melalui dahak penderita yang keluar bersama batuknya, kemudian mengering dan
menjadi droplet di udara sehingga dapat mengenai siapa saja. Penyakit TBC semakin
banyak menjangkiti populasi karena semakin rendah daya tahan tubuh. Selain itu
kurangnya perhatian terhadap kebersihan linkungan(udara) dan gizi yang seimbang
semakin memperberat angka kejadiannya.

4.2 Saran
Kasus penyakit TB paru sangat terkait dengan faktor prilaku dan lingkungan,karena
faktor lingkungan, sanitasi dan hygiene terutama terkait dengan keberadaan kuman, dan
proses penularan penyakit TBC. Sedangkan faktor perilaku sangat berpengaruh pada
kesembuhan dan bagaimana mencegah untuk tidak terinfeksi kuman TB. Pola hidup sehat
adalah kuncinya, karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman TBC.
Dengan pola hidup sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk
memberikan perlindungan, sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman TBC tidak
akan timbul gejala.
Saran kepada petugas kesehatan
1. Kepada petugas kesehatan perlu memberikan lebih pengetahuan kepada Pasien
tentang penyakit TB Paru.
2. Pada petugas kesehatan harus lebih berperan aktif dalam peningkatan pengobatan
bagi Pasien penyakit TB.Paru(Zanita, 2019)

33
DAFTAR PUSTAKA

Zanita. (2019). Penatalaksanaan TB Paru. Jurnal Kesehatan, 53(9), 1689–1699.


http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf

34

Anda mungkin juga menyukai