Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA”


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana”
Dosen Pengajar : Surya Agustina, S.Kep., Ners, M.Kep

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
Ahmad Junaidi NIM : 2019.c.11a.0997
Alvina Putri NIM : 2019.c.11a.0998
Anjuwita NIM : 2019.c.11a.0999
David Elison NIM : 2019.c.11a.1003
Dinda Anjelinae S NIM : 2019.c.11a.1005
Elvant Olrando D NIM : 2019.c.11a.1007
Fordianus Candy NIM : 2019.c.11a.1010
Hepi Nopita S NIM : 2019.c.11a.1011
Islamanda NIM : 2019.c.11a.1012
Lisnawatie NIM : 2019.c.11a.1015
Lolita Amelia NIM : 2019.c.11a.1016
Muntiara Sri. M NIM : 2019.c.11a.1019
Novin Anggraini NIM : 2019.c.11a.1022
Rahmah Pebrianti NIM : 2019.c.11a. 1023
Rista Bela NIM : 2019.c.11a.1026
Sri Ayuni NIM : 2019.c.11a.1027
Stella Ratna S NIM : 2019.c.11a.1028
Valentina Jie Eka H NIM : 2019.c.11a.1032

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul “SISTEM
PENANGGULANGAN BENCANA” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak
lupa juga penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan dukungan
dari semua pihak yang telah membantu.
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman serta wawasan bagi para pembaca untuk kedepannya sehingga dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi
penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca.
Akhir kata penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan
membantu proses pembelajaran bagi para pembaca, terutama bagi mahasiswa
STIKes Eka Harap Palangkaraya.

Palangka Raya, 13
November 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
i

DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................


1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................


1

1.3 Tujuan..............................................................................................................
2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Sistem pelayanan kesehatan.............................................................................


3

2.2 Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana.........................................


12

2.3 Perencanaan penanggulangan bencana...........................................................


15

2.4 Pengembangan dan perencanaan kebijakan..................................................


16

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................
18

3.2 saran....................................................................................................................
18

iii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
19

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang rentan terjadinya bencana, hal ini
dikarenakan kondisi geologi dimana perairan Indonesia sepanjang pantai
bagian barat Sumatera, pantai bagian barat Sumatera, pantai selatan Jawa
selatan Jawa hingga perairan Nusa Tenggara, Papua dan Sulawesi terletak
diantara lempenglempeng tektonik aktif diantaranya lempeng Eurasia, Indo
Australia dan lempeng dasar Samudera Pasifik. Pergerakan lempenglempeng
tektonik tersebut menyebabkan terbentuknya jalur gempa bumi, rangkaian
gunung api aktif serta patahan patahan geologi yang merupakan zona rawan
bencana gempa bumi dan t rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor
(Haryadi anah longsor (Haryadi P, 2017). P, 2017).
Pada saat terjadi bencana, semua alur Pada saat terjadi bencana, semua
alur yang terjadi yang terjadi akan berubah secara total, termasuk al akan
berubah secara total, termasuk alur kesehatan. Pada saat tidak terjadi bencana,

iv
seorang perawat akan memprioritaskan pasien yang sedang mengalami
siatuasi yang gawat darurat terlebih dahulu. Hal tersebut akan berbeda ketika
terjadi suatu bencana dimana yang menjadi pritotas adalah korban bencana
yang notabene mengalami sedikit luka dan yang mendapat luka serius
cenderung ditinggal. Peran  perawat  perawat adalah melayani melayani
kesehatan kesehatan dan kesejahteraan kesejahteraan masyarakat, masyarakat,
tetapi peran ini menjadi menjadi tidak penting ketika terjadi bencana dimana
kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi sangat rentan. Namun hal ini
lah yang akan menjadi tantangan bagi profesi keperawatan dalam
mengembangkan mengembangkan profesionalisme dalam profesionalisme
dalam melakukan penang melakukan penanggulangan bencan gulangan
bencana dengan a dengan  berdasarkan  berdasarkan pada nilai dan moral ,
sehingga sehingga diperlukan diperlukan perawat perawat yang mampu
bertinteraksi bertinteraksi dengan masyarakat yang masih menjunjung tinggi
nilai dan moral. Dalam situasi tersebut, dibutuhkan aplikasi nilai dan moral
dalam diri seorang perawat yang baik sehingga tercipta  peran perawat yang
mampu mengharg  peran perawat yang mampu menghargai nilai dan mora ai
nilai dan moral yang dimiliki dari pasien terseb l yang dimiliki dari pasien
tersebut.
Dalam pengambilan keputusan, nilai merupakan aspek penting yang
harus diperhatikan karena akan mempengaruhi persepsi dan motivasi
seseorang. Perawat harus menciptakan suasana saling menghormati akan nilai
dan kebiasaan yang dijunjung oleh masyarakat. Suasana dalam menciptakan
penghargaan akan nilai dan moral dari individu pasien tersebut meliputi
penghargaan akan hidup,  penghargaan akan hidup, penghargaan akan
martabat, penghargaan akan martabat, dan penghargaan akan hak dan
penghargaan akan hak klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan Sistem pelayanan kesehatan?
2. Jelaskan Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana ?
3. Jelaskan Perencanaan penanggulangan bencana ?
4. Jelaskan Pengembangan dan perencanaan kebijakan ?

v
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Sistem pelayanan kesehatan
2. Mengetahui Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana
3. Mengetahui Perencanaan penanggulangan bencana
4. Mengetahui Pengembangan dan perencanaan kebijakan

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Sistem pelayanan kesehatan
2.1.1 Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat korban bencana didasarkan pada
penilaian situasiawal serta data informasi kesehatan berkelanjutan, berfungsi
untuk mencegah pertambahan/menurunkan tingkat mekatian dan jatuhnya
korban akibat penyakitmelalui pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan.
Tolok Ukur :
1. Puskesmas setempat, Puskesmas Pembantu, Bidang Desa dan Pos
kesehatan yangada.
2. Bila mungkin, RS Swasta, Balai pengobatan Swasta, LSM Lokal maupun
LSMInternasional yang terkait dengan bidang kesehatan bekerja sama
sertamengkoordinasikan upayaupaya pelayanan kesehatan bersama.

vi
3. Memakai standar pelayanan puskesmas.
4. Dalam kasus kasus tertentu rujukan dapat dilakukan melalui system
rujukan yang ada
5. 1 (satu) Pusat Kesehatan pengungsi untuk 20.000 orang.6)
6. (satu) Rumah Sakit untuk 200.000 orang

Dalam keadaan darurat terjadi perubahan angka kematian dari biasanya.


Tingkat kematian kasar :
Tolok ukur :
1. Normal rate 0,3 sampai 0,5/10.000 pddk/hari
2. Darurat terkontrol < 1/10.000pddk/hari
3. Darurat kerusakan serius > 1/10.000 pddk/hari
4. Darurat tidak terkontrol > 2/10.000pddk/hari
5. Kerusakan berat > 5/10.000 pddk/hari
Tingkat kematian bayi dibawah 5 tahun :
Tolok ukur :
1. Normal rate 1/10.000 pddk/hari
2. Darurat terkontrol < 2/10.000 pddk/hari
3. Darurat kerusakan serius > 2/10.000 pddk/hari
4. Darurat tidak terkontrol > 4/10.000 pddk/hari
2.1.2 Kesehatan Reproduksi
Kegiatan yang harus dilaksanakan pada kesehatan reproduksi adalah
1. Keluarga Berencana (KB)
2. Kesehatan Ibu dan Anak antara lain :
a. Pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pelayanan pasca keguguran.
3. Deteksi Dini dan penanggulangan PMS dan HIV/AIDS
4. Kesehatan Reproduksi Remaja
2.1.3 Kesehatan Jiwa
Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa dilakukan di lini
lapangan sampaiketingkat rujukan tertinggi, dalam bentuk kegiatan
penyuluhan, bimbingan, konseling,dalam bentuk kegiatan penyuluhan,

vii
bimbingan, konseling, yang tentunya disesuaikandengan kemampuan dan
kewenangan petugas di setiap jenjang pelayanan.
Penanggulangan penderita stress paska trauma di lini lapangan dapat
dilakukan oleh pararelawan yang tergabung dalam lembaga/organisasi
masyarakat atau keagamaan maupun petugas pemerintah ditingkat desa dan
atau kecamatan, Penanggulangan penderita stress paska trauma bisa
dilakukan dalam 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu :
1. Penyuluhan kelompok besar (lebih dari 20 orang)
2. Ahli Psikologi
3. Kader masyarakat yang telah dilatih.
Persyaratan sarana rujukan penderita Post Traumatic Stress (PTS)
1. Puskesmas
2. Klinik Psikologi
3. Rumah Sakit Umum4.Rumah sakit Khusus Jiwa
2.2 Aspek etik dan legal dalam keperawatan bencana
Nilai merupakan merupakan suatu keyakinan keyakinan personal
personal mengenai mengenai harga atas suatu ide tingkah laku, kebiasaan
atau objek yang menyususn suatu dasar standar yang mempengaruhi tingkah
laku.
Norma merupakan aturan-aturan atau Norm  Norma merupakan aturan-
aturan atau Norma yaitu atu a yaitu aturan-aturan atau pedoman ran-aturan
atau pedoman khusus mengenai tingkah laku, sikap, dan perbuatan yang
boleh dilakukan dan tidak  boleh dilakukan.  boleh dilakukan. Jika kita
berbicara kita berbicara norma, norma norma, norma di bagi di bagi menjadi
dua menjadi dua yaitu : norma : norma yang datang dari Tuhan dan norma
yang dibuat oleh manusia. Norma Agama dan  Norma Sosial, Sosial, yg
berorientasi berorientasi untuk mengatur mengatur kehidupan kehidupan
manusia manusia agar menjadi menjadi manusia yang berbudaya dan
beradab.
Etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menetukan bagaimana
sepatutnya manusia hidup di dalam mansyarakat yang menyangkut aturan-
aturan atau  prinsip  prinsip yang menentukan menentukan tingkah tingkah

viii
laku yang benar, yaitu : 1. Baik dan buruk 2. Kewajiban dan tanggung jawab
(Isnaini,2019).
Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral ke
dalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang
membimbing manusia  berfikir  berfikir dan bertindak bertindak dalam
kehidupannya kehidupannya yang dilandasi dilandasi oleh nilai-nilai nilai-
nilai yang dianutnya.
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan
dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai
dan situasi individu yang dilayani.
1) Tipe-Tipe Kode Etik
a) Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi
dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan.
 lingkup sempit : bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment pada moralitas treatment atau inovasi atau inovasi
teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia.
 lingkup luas: evaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau  bahkan  bahkan membahayakan membahayakan
kemampuan kemampuan organisme terhadap organisme terhadap
perasaan takut perasaan takut dan nyeri, y nyeri, yang meliputi
semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema dilema
yang menyangku yang menyangkut  perawatan  perawatan kesehatan
kesehatan modern, modern, aplikasi aplikasi teori etik dan prinsip
prinsip etik terhadap terhadap masalahmasalah pelayanan kesehatan
b) Clinical Ethics/Etik Klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan
pada masalah etik selama pemberian pelayanan , Ex : :adanya
persetujuan atau penolakan
c) Nursing Ethics/Etik Ethics

ix
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik.
Kode Etik ICN (International Council of Nurses 2016)
menekankan  penghormatan  penghormatan terhadap hak terhadap hak
asasi manusia, asasi manusia, kepekaan kepekaan terhadap terhadap
nilai-nilai dan nilai-nilai dan kebiasaan, kebiasaan, martabat, keadilan
dan keadilan. Perawat diharapkan untuk berlatih sesuai dengan ajaran-
ajaran ini dalam bencana dan memodifikasi praktik mereka
sebagaimana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan
bencana (Deeny, Davies, Gillespie dan Spencer 2007). Pemberian
bantuan membutuhkan perhatian terhadap adat istiadat dan budaya dan
jaminan martabat dan kerahasiaan individu. Ada potensi nilai-nilai ini
akan berkurang dalam menghadapi kebutuhan besar untuk bantuan.
Bencana mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang
sulit dalam menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan sering
dibuat untuk kebaikan yang lebih baik daripada individu. Pergeseran
fokus dari merawat individu untuk menyediakan layanan kesehatan
yang optimal di tingkat komunitas ti at komunitas tidak datang secara
dak datang secara alami banyak perawat. Misalnya, selama bencana,
seorang perawat yang bekerja di triase mungkin perlu memilih antara
dua pasien yang membutuhkan operasi, satu luka  parah dengan  parah
dengan peluang kecil untuk b peluang kecil untuk bertahan hidup d
ertahan hidup dan yang lain an yang lain dengan luka serius tapi
dengan luka serius tapi  bagus peluang pemulihan.  bagus peluang
pemulihan. Selama masa Selama masa non-bencana, pasien non-
bencana, pasien yang kritis akan yang kritis akan dikirim dikirim ke
operasi pertama, tetapi dalam bencana dengan sumber daya terbatas,
pasien dengan  peluang  peluang terbesar terbesar untuk bertahan
bertahan hidup akan menjadi menjadi yang pertama. pertama. Di
situasi situasi lain,  perawat  perawat mungkin per mungkin perlu
memberikan memberikan imunisasi imunisasi dengan vaksin terbatas

x
terbatas yang tersedia. ersedia. Merupakan hal yang sulit untuk
menentukan prioritas. Tenaga kerja keperawatan harus sadar akan
masalah praktik etis sadar akan masalah praktik etis dalam bencana di
In dalam bencana di Indonesia Agar menjadi peserta yan donesia Agar
menjadi peserta yang dihargai dan efektif dalam respons bencana.
2) Prinsip Etika Keperawatan
a) Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan
bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan
sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan orang lain
harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut  pembedaan diri.
b) Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menuntut perawat untuk
melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan
atau kejahatan.
c) Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional
ketika  perawat  perawat bekerja bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar standar praktik praktik dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d) Non-maleficence Non-maleficence (tidak merugikan) merugikan)
prinsi ini berarti berarti tidak menimbulkan menimbulkan
bahaya/cedera bahaya/cedera fisik dan psikologis psikologis pada
klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara
tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan
dokter harus mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya
transfuse darah ridak diberikan karena prinsi beneficence walaupun
pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
maleficince.
e) Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat
namun harus dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar
klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat, komprehensif,

xi
dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu.
f) Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat
adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu
perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain. orang lain.
g) Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi t formasi
tentang klien harus entang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan harus dihindari.
h) Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti
bahwa tindakan seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang
tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat bertanggung jawab
pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan, dan
masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien
perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang
memberi tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan
professional
3) Aspek Legal
a) UU no 36 tahun 2009 pasal 11 tentang kesehatan
Ayat (1) “tenaga kesehatan dikelompokkan ke dalam tenaga medis,
psikologi klinik, keperawatan, kebidanan, kefarmasian, kesehatan
lingkungan, gizi, keterapian fisik, keteknisian medis, biomedika,
kesehatan tradisional dan tenaga kesehatan lain.” 2.
b) Hak dan Kewajiban Perawat
UU no 38 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan
a. Pasal 36 (Hak)

xii
 Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai dengan kode
etik, standar  pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi,
SPO dan peru SPO dan perundangan ndangan
 Mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur dari klie/
keluarganya keluarganya
 Memperoleh fasilitas kerja sesuai standar
b. bnbPasal 37 (Kewajiban)
 Memberikan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar pelayanan profesi, SPO dan
perundangan
 Merujuk klien yang tidak dapat ditangani perawat, sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar.
c) Peran Perawat Pra Bencana
UU no 38 tahun 2014 pasal 31 tentang tenaga kesehatan
1. Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi
Klien, Perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat
individu dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;
b. Melakukan pemberdayaan masyarakat;
c. Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan
masyarakat;
d. Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
dan
e. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.
2. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan
Keperawatan, Perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan ;
b. merencanakan, merencanakan, melaksanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi mengevaluasi Pelayanan Pelayanan
Keperawatan; Keperawatan; dan
c. mengelola kasus.

xiii
3. Dalam menjalankan menjalankan tugasnya tugasnya sebagai
sebagai peneliti peneliti Keperawatan, Keperawatan, Perawat
Perawat  berwenang :
a. melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;
b. menggunakan menggunakan sumber daya pada Fasilitas
Fasilitas Pelayanan Pelayanan Kesehatan Kesehatan atas izin
pimpinan; dan
c. menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan
etika profesi dan ketentuan peraturan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan perundang-undangan.
d) Peran Perawat Saat Bencana
1. UU No 38 Tahun 2014 Pasal 35 tentang tenaga kesehat
 Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama,
Perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat
sesuai dengan kompetensinya.
 Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah
kecacatan lebih lanjut.
 Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan keadaan yang mengancam nyawa atau kecacatan
Klien.
 Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Perawat sesuai dengan hasil evaluasi
berdasarkan keilmuannya.
2. UU No 38 Tahun 2014 pasal 33 ayat (4)
Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang :
 Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak
terdapat tenaga medis;
 Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan
 Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal
tidak terdapat tenaga kefarmasian.

xiv
3. UU No 36 Tahun 2009 Pasal 63
 Penyembuhan peny Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan disele akit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan
untuk nggarakan untuk mengembalikan status kesehatan,
mengembalikan fungsi tubuh akibat  penyakit dan/atau akibat
cacat, atau menghilangkan cacat.
 Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan
dengan  pengendalian, pengobatan, dan  pengendalian,
pengobatan, dan/atau perawatan. /atau perawatan.
 Pengendalian, Pengendalian, pengobatan, pengobatan, dan/atau
dan/atau perawatan perawatan dapat dilakukan dilakukan
berdasarkan  berdasarkan ilmu kedokteran kedokteran dan ilmu
keperawatan keperawatan atau cara lain yang dapat
dipertanggung jawabkan kemanfaatan dan dapat dipertanggung
jawabkan kemanfaatan dan keamana keamanannya.
 Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang kesehatan yang mempunyai keahlian
mempunyai keahlian dan kewenangan dan kewenangan untuk
itu. untuk itu.
e) Peran Perawat Pasca Bencana
UU No. 21 Pasal 56 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Peran perawat adalah menyediakan
pelayanan keperawatan kepada korban  bencana  bencana dan ikut
melakukan melakukan rehabilitasi rehabilitasi pasca bencana bencana
seperti seperti melakukan melakukan rehabilitasi mental kepada
korban bencana.
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
Menjelaskan bahwa: –  Pasal 82 tentang pelayanan kesehatan bencana:
pelayanan kesehatan dimaksud  pada ayat (2): tanggap tanggap darurat
darurat dan paska bencana; bencana; mencakup mencakup pelayanan
pelayanan kegawat daruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan

xv
nyawa dan me n nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.  –   Pasal
83 ayat (1) setiap orang yang memberikan  pelayanan kesehatan pada
bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien.  –  Ayat
(2) Pemerintah menjamin perlindungan hukum bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
2.3 Perencanaan penanggulangan bencana
Perencanaan penanggulangan bencana dilakukan pada setiap tahapan
dalam penyelengaraan penanggulangan bencana, yakni:
1. Pra Bencana yang meliputi situasi tidak terjadi bencana dan situasi
terdapat potensi bencana
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana
3. Pasca Bencana yang dilakukan saat setelah terjadi bencana

Perencanaan Penanggulangan Bencana


Proses Penyusunan rencana penanggulangan bencana secara garis besar
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana
Tahap awal perencanaan dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur
bahaya atau ancaman resiko bencana berupa ancaman bencana atau
bahaya (hazard) dihadapi oleh wilayah tersebut dilihat dari potensi
bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya
yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana alam, bencana ulah
manusia, ataupun kedaruratan komplek.
2. Pengenalan Kerentanan
Tahap kedua perencanaan dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur
kerentanan (fullnerability) dihadapi oleh wilayah tersebut (fullnerability)
adalah keadaan atau sifat maupun perilaku manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
Kererntanan ini dapat berupa
- Kerentanan fisik

xvi
- Kerentanan ekonomi
- Kerentanan sosial
- Kerentanan lingkungan
3. Analisis kemungkinan dampak bencana
Dengan menggunakan perhitungan analisis resiko dapat ditentukan
tingkat besaran resiko yang dihadapi olah daerah yan bersangkutan
dengan memperhitungkan probabilitas dan dampak untuk setiap
ancaman.
a. Semua bahaya atau ancaman tersebut diinventarisasi dan
diperkirakan kemungkinan terjadinya (probabilitasnya).
b. Jika probabilitas diatas dilengkapi dengan perkiraan dampaknya
apabila bencana itu memeng terjadi dengan pertimbangan faktor
dampak.
c. Jika dampak inipun diberikan bobot sebagai berikut :
- 5 sangat (80%-99% wilayah hancur dan lumpuh total)
- 4 parah (60%-80% wilayah hancur)
- 3 sedang (40%60% wilayah terkena rusak)
- 2 rinngan (20%-40% wilayah yang rusak)
- 1 sangat ringan (kuran dari 20% wilayah rusak)
4. Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana
Pilihan tindakan yang dimaksud disini adalah berbagai upaya
penanggulangan yang akan dilakakukan berdasarkan perkiraan ancaman
bahaya yang akan terjadi dan kemungkinan dampak yang ditimbulkan.
Pilihan tindakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- Pencegahan mitigasi
- Kesiapsiagaan
- Tanggap darurat
- Pemulihan
5. Penenuntuan mekanisme penanggulangan dampak bencana
Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini adalah
mengacu pada UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dan
peraturan pemerintahan No 21 tahun 2008 tentang penanggulangan bencana.

xvii
Mekanisme penganggulangan bencana tersebut dibagi kedalam tiga tahapan
yaitu :
1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersipat koordinasi dan pelaksana
2. Pada saat darurat bersikap koordinasi, komando dan pelaksana.
3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi bencana
6. Alokasi tugas dan peran institusi serta sumber daya yang tersedia
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana akan memerlukan koordinasi
lintas sektor, seperti misalnya :
- Sektor pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan
daerah
- Sektor kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan dan medik termasuk
obat-obatan para medik
- Sektor sosial, merencanakan kkebutuhan pangan, sandang, kebutuhan dasar
lain untuk para pengungsi
- Sektor pekerjaan umum, merencanakan tata ruang daerah, penyiapan
lokasi dan jalur evakusi, dan kebutuhan sarana pemulihan sarana dan
prasarana
- Sektor perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuata dan
meteorologi dan merencanakan keutuhan trasportasi dan komunikasi
dan sektor-sektor lainya
- Kemudian dibutuhkan peran dari masyarakat, pihak swasta, lembaga
dan pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penilitian, media, serta
lembaga internasional.

2.4 Pengembangan dan perencanaan kebijakan


1. Setiap korban bencana dengan masalah kesehatan akan mendapatkan
pelayanankesehatan secara optimal.
2. Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit dengan peningkatan surveilans
epidemiologi.
3. Memberikan pelayanan pangan dan gizi dalam jumlah dan jenis yang
cukupuntuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan

xviii
keadaan gizi yang terdiri dari :
a. Penanggulangan masalah gizi pengungsi melalui orientasi dan
pelatihan secara professional oleh tenaga lapaangan.
b. Menyelenggarakan intervensi gizi dilaksanakan berdasarkan tingkat
kedaruratandengan memperhatikan prevalensi, keadaan penyakit,
ketersediaan sumberdaya (tenaga, dana dan sarana). kebijakan yang
ada, kondisi penampungan sera latar belakang social budaya
c. Melakukan surveilans gizi untuk memantau perkembangan jumlah
pengungsi,keadaan status gizi dan kesehatan.
d. Meningkatkan koordinasi lintas program, lintas sector, LSM, dan
ormas dalam penanggulangan masalah gizi pada setiap tahap, dengan
melibatkan tenaga ahlidibidang : gizi, sanitasi, evaluasi dan
monitoring (surveilans) serta loghistik.
e. Pemberdayaan pengungsi dibidang pemenuhan kebutuhan pangan
dilakukan sejakawal pengungsian.
f. Apabila pengungsian bertempat tinggal di pemukiman penduduk,
maka untuk penanganannya perlu dikoordinasikan dengan palayanan
kesehatan se-tempat.
4. Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media lingkunga
akibat terbatasnya sarana kesehatan lingkungn yang ada ditempat
pengungsian, melalui pengawasan dan perbaikan kualitas Kesehatan
Lingkungan dan kecukupan air bersih.
5. Memberikan bantuan teknis dalam upaya pemenuhan papan dan sandang
yang memenuhi syarat kesehatan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu ang
mengancam dan menggangg kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

xix
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis ( pak psikologis
(UU 24/2007). Aspek etik UU 24/2007). Aspek etik dan legal dalam
keperawatan bencana diperlukan agar perawat dapat membuat suatu
keputusan yang tidak melawan yang tidak melawan nilai yang ada, yang
ada, ketika sedang bekerja di rua ketika sedang bekerja di ruangan ataupun
ketika b ngan ataupun ketika bencana yang mengharu yang mengharuskan
perawat bekerja lebih skan perawat bekerja lebih cepat dan tepat, cepat dan
tepat, baik dalam diri perawat baik dalam diri perawat maupun masyarakat,
perawat harus bekerja profesional dengan disertai moral kompeten. Bencana
mengharuskan perawat untuk membuat pilihan etis yang sulit dalam
menghadapi sumber daya yang langka. Keputusan sering dibuat untuk
kebaikan yang lebih baik daripada individu. yang lebih baik daripada
individu. Secara legal perawat memiliki hak dan kewajibannya dalam
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan. Perawat harus memiliki kemampuan untuk menilai keadaan
dengan cepat dan sesuai dengan keilmuan atau kompetensi yang ia miliki
untuk mengambil keputusan secara professional. Peran perawat sebelum
bencana terjadi adalah memberikan konseling dan penyuluhan, melakukan
pemberdayaan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan
dan meningkatkan pengetahuan terhadap bencana. Perawat juga memiliki
peran saat terjadi bencana atau dalam keadaan darurat yaitu perawat dapat
melakukan tindakan medis dan pemberian pengobatan sesuai dengan
kompetensinya yang bertujuan untuk menyelamatkan nyawa klien dan
mencegah kecacatan. Saat pasca  bencana perawat  bencana perawat
berperan untuk berperan untuk melakukan pelayanan melakukan pelayanan
kesehatan dan kesehatan dan melakukan perawatan melakukan perawatan
kepada klien yang terkena bencana dan melakukan rehabilitasi mental
terhadap klien yang trauma karena terkena dampak dari bencana.
3.2 Saran
Untuk menerapkan Makalah keperawatan bencana ini, hendaknya kita
berpedoman dari segala bentuk aspek keperawatan itu sendiri, sehingga
dapat tercapai asuhan keperawatan yang sesuai.

xx
Penulis masih dalam tahap belajar dalam penulisan makalah ini yang
tentunya banyak kesalahan baik dalam segi penulisan maupun segi isi
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapakan saran dan kritik yang
dapat memperbaiki kesalahan-keasalahan tersebut dalam penulisan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta. Nuha


medika
Sanburg, Russel. 2000. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan.
Jagarta. EGC
Undang-Und Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 ang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Tahun 2009 Tentang Kesehatan,
PDF diakses Kesehatan, PDF diakses

xxi
pada 14 Septe pada 14 September 2019 mber 2019
Undang- Undang Repu Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun
blik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Kepera 2014 Tentang
Keperawatan, PDF watan, PDF
diakses pada 18 September 2019
Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 21 Peraturan Pemerintan
Republik Indonesia Nomor 21 Tahu 2008 Tentang Penyelengga hu 2008
Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, PDF diakses pada 18 September 2019
Elon, Yunus. Aspek Etik dan Legal dalam Keperawatan Gawat Darurat,
Emergency and
Critis Universitas Advent Indonesia, PDF Diakses pada 15 Septembe September
2019
Widyastuti, Merina. Aspek Legal Keperawatan Bencana, PPT diakses pada 14
September
2019

xxii

Anda mungkin juga menyukai