Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

INTERAKSI DAN KONFLIK SOSIAL DALAM PELAYANAN


KESEHATAN

Disusun Oleh:
Kelompok 2
LENI OKTAPIA 2126040023.P
PIPIT ARINDAYANTI 2126040013.P
ANGRIKA ULANDARI 2126040015.P
PERA JUNIARTI 2126040050.P
SELVI AFRIANTI 2126040204.P
RIKE AFRIANI 2126040129.P
RAHMANA FITRI 2126040201.P
CHICA MARLENA 2126040007.P
EGA APRIANTI 2126040003.P
ELMA FITRI 2126040004.P
EVLEN HERYETTY 2126040005.P
MONITA BR.GINTING 2126040001.P
LEN SUSANTI 2126040016.P
RATNA DONA HELPAYANA 2126040017.P
ATUSTI ILIANA 2126040019.P
ESTI RAHAYU 2126040094.P
PUTRI SIUN 2126040018.P

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam
atas berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang tidak terkira besarnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Interaksi Dan Konflik Sosial
Dalam Pelayanan Kesehatan. Shalawat beriring salam tak lupa kita sampaikan
kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh
sahabatnya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak terimakasih. Penulis menyadari, bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca sekalian.
Besar harapan penulis, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan
sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa.

Bengkulu, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kepentingan Pasien dengan Kepentingan Keluarga.............................
4
B. Kemampuan Petugas dengan Tuntutan Peran dari Pasien....................
15
C. Kepentingan Karier Individu dengan Kewajiban pada Pasien
Kepentingan Institusi dengan Pelayanan..............................................
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya
Pembangunan Nasional guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap manusia. Masalah kesehatan adalah
masalah yang kompleks dari berbagai promblematika kesehatan yang timbul
dari lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik yang bersifat alamiah
maupun hasil rekayasa (engineering) manusia yang memberi pengaruh pada
aspek sosial, ekonomi, maupun perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Dalam peningkatan pelayanan serta penanganan pasien secara efektif,
sebagai organisasi yang kompleks rumah sakit harus memperhatikan interaksi-
interaksi diantara petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga medis
lainnya seperti apoteker. Interaksi adalah hubungan timbal balik baik orang
perorang maupun kelompok-kelompok melalui proses komunikasi yang
membawa pada proses kerjasama. Interaksi adalah merupakan kunci dari
segalanya. Baik dokter, perawat maupun pasien harus mampu membina
komunikasi yang baik. Komunikasi adalah pemberian/penyampaian pesan
atau informasi dari seseorang/kelompok kepada orang yang dituju. Disatu sisi
interaksi sosial dapat bersifat asosiatif yang membawa pada proses kerjasama,
akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Namun di sisi lain interaksi sosial juga
dapat bersifat disasosiatif yang membawa pada persaingan,
pertentangan/pertikaian hingga memuncak jadi konflik.
Petugas kesehtan atau lebih khusus disebut dengan dokter dan perawat,
menjadi tokoh kunci dalam proses pengobatan atau penyembuhan penyakit.
Bagi masyarakat awam seorang dokter dianggap sebagai ahli pengobatan yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menyembuhkan penyakit
pasiennya. Seorang dokter diharapkan mampu membangun kerjasama dan
interaksi atau komunikasi dengan perawat berhubung dengan pelayanan
kesehatan yang akan diberikan kepada pasien. Sebaliknya, perawat juga harus

1
membangun interaksi atau komunikasi dengan dokter. Selain itu, dokter juga
dituntut untuk membangun interaksi atau komunikasi dengan pasien atau
keluarga, dan sebaliknya pasien pun harus membangun interaksi yang baik
dengan dokter. Begitupula perawat dengan pasien, perawat harus mampu
membangun komunikasi dengan pasien/keluarga. Dan sebaliknya
pasien/keluarga pun diharapkan mampu membangun komunikasi dengan
perawat sebagai pengasuhnya.
Namun di sisi lain seringkali terjadi interaksi yang tidak seimbang
antara dokter, perawat maupun pasien. Ketidakseimbangan interaksi ini dapat
disebabkan hubungan yang tidak sehat baik dokter dengan perawat, perawat
dengan pasien maupun dokter dengan pasien. Hubungan yang tidak sehat yang
dimaksud adalah terkadang dokter memberikan teguran atau perintah kepada
perawat tetapi perawat justru menilai perintah atau teguran itu dari sisi negatif
sehingga menimbulkan bentuk interaksi disasosiatif dan menyebabkan
hubungan kerjasama antar keduanya tidak berjalan dengan baik.
Selain itu antara dokter dan pasien juga terjadi ketidakseimbangan
interaksi dimana pasien hanya menunggu informasi dari dokter dan bersifat
pasif. Disatu pihak dokter sudah memberikan nasehat dan berusaha
membangun interaksi tetapi pasien tetap pasif dengan alasan kurang
pengetahuan dan bahasa/kata-kata dokter yang kurang dipahami. Sementara
dipihak lain pasien berusaha membangun komunikasi yang baik, tapi dokter
kurang memperhatikan kesehatan pasien. Begitupula interaksi yang tidak
seimbang terjadi antara perawat dan pasien dimana terkadang pasien tidak
mematuhi nasehat yang diberikan oleh perawat kepadanya. Sebaliknya
perawat kurang ramah dan sopan terhadap pasien bahkan sering memarahi
pasien dan bahkan bersikap tidak adil (pilih kasih) terhadap pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kepentingan pasien dengan kepentingan keluarga?
2. Bagaimana kemampuan petugas dengan tuntutan peran dari pasien?

2
3. Bagaimana kepentingan karier individu dengan kewajiban pada pasien
kepentingan institusi dengan pelayanan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kepentingan pasien dengan kepentingan keluarga.
2. Untuk mengetahui kemampuan petugas dengan tuntutan peran dari
pasien.
3. Untuk mengetahui kepentingan karier individu dengan kewajiban pada
pasien kepentingan institusi dengan pelayanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kepentingan Pasien dengan Kepentingan Keluarga


Prinsip pelayanan atau pendekatan dokter keluarga adalah memberikan :
1. Pelayanan yang holistic dan kemprehensif
2. Pelayanan yang berkesinambungan
3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
5. Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga , lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya (dokter keluarga harus mendiagnosis secara
holistic dan mengobati secara komprehensif).
7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika, moral dan hukum (untuk
menghindari terjadinya penyalahgunaan wewenang dokter )
8. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu ( untuk mengendalikan mutu
dan biaya agar tidak berlebih atau kekurangan ).
9. Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan (tidak mengada-ngada dan tidak
menyealahgunakan data)
Diagnosa holistik adalah tata cara diagnosa yang memperhatikan
berbagai aspek yang dimungkinkan menyebabkan penyakit pada pasien yang
bersangkutan. Hal ini bisa berkaitan antara psikis, fisik, asupan dan lingkungan
yang bisa dijabarkan lebih banyak lagi. Diagnosa secara holistik sangat penting
dilakukan sebelum melakukan terapi karena:
1. Menentukan kedalaman letak penyakit
2. Menentukan kekuatan serangan patogen penyakit
3. Menentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ dan
materi di dalamnya
4. Menentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya
5. Menentukan interfal kunjungan terapi.

4
Standar dokter keluarga
Standar pelayanan dokter keluarga
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan
medis strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna
(comprehensive), yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive and spesific protection), pemulihan kesehatan (curative),
pencegahan kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah
sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan sosial serta
sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
1) Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan
pendekatan kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan
dokter keluarga dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai
dengan standar profesi dokter keluarga serta memiliki surat ijin
pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan
keluarganya.
3) Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan
segala kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah
kesehatan pada pasien dan keluarganya.
4) Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan
segala kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan
melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk itu.

5
5) Kuratif medic
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan
pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata
pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan
bila perlu akan dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat
pelayanan kesehatan dengan strata yang lebih tinggi.
6) Rehabilitasi medik dan social
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan
segala kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya
setelah mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi
fisik, jiwa maupun sosial.
7) Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
kondisi sosial pasien dan keluarganya.
8) Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan
mediko legal dan etik kedokteran.
b. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan
pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang
menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding,
dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan

6
bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional,
efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan
diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin
dengan pendekatan diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga
menyimpulkan prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis,
derajat keparahan, serta tanda bukti terkini (evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan
terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga
melaksanakan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan
persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
konsultasi ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau
berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter
keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan
rujukan ke dokter lain yang dianggap lebih piawai dan/atau
berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan kepada dokter keluarga
lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah sakit atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan
untuk dapat dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik
dilaksanakan di klinik, maupun di tempat pasien.

7
9) Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan
tindakan medis yang rasional pada pasien, sesuai dengan
kewenangan dokter praktik di strata pertama, dan demi
kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga
melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti
(evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan
berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter
keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling
keluarga.
c. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh,
yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang
terdiri dari fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di
tengah lingkungan fisik dan sosialnya.
1) Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang
pasien sebagai manusia yang seutuhnya.
2) Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang
pasien sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan
bahwa keluarga pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
3) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di
sekitar kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan
pasien dan keluarganya.

8
d. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu,
selain merupakan kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat
proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas
program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan
kedokteran, baik dari formal maupun informal.
1) Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam
penatalaksanaan pasien yang diselenggarakan bersama, baik
bersama antar dokter-pasien-keluarga, maupun bersama antar
dokter – pasien - dokter spesialis / rumah sakit.
2) Mitra dokter – pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan
antara dokter dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
3) Mitra lintas sektoral medic
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia
pelayanan kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan
formal di sekitarnya.
4) Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medic
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan, memperhatikan
kebutuhan dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat
yang menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di
sekitarnya.
e. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara
efektif efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.
1) Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan
secara proaktif.

9
2) Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan
pada saat datang, digunakan untuk memastikan bahwa
penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai untuk pasien yang
bersangkutan.
3) Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar
mutu dan sadar biaya.
4) Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan,
pelayanan dokter keluarga menawarkan kemudian melaksanakan
pendampingan pasien, demi kepentingan pasien.
2. Standar Perilaku dalam Praktik (Standards of behaviour in practice)
a. Standar perilaku terhadap pasien (patient-physician relationship
standard)
Pelayanan dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien
untuk menyampaikan kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memperoleh penjelasan
yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan penatalaksanaan
yang akan dilaksanakannya.
1) Informasi memperoleh pelayanan
Pelayanan dokter keluarga memberikan keterangan yang
adekuat mengenai cara untuk memperoleh pelayanan yang
diinginkan.
2) Masa konsultasi
Waktu untuk konsultasi yang disediakan oleh dokter keluarga
kepada pasiennya adalah cukup bagi pasien untuk menyampaikan
keluhan dan keinginannya, cukup untuk dokter menjelaskan apa
yang diperolehnya pada anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta
cukup untuk menumbuhkan partisipasi pasien dalam melaksanakan

10
penatalaksanaan yang dipilihnya, sebisanya 10 menit untuk setiap
pasien.
3) Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada
pasien mengenai seluruh tujuan, kepentingan, keuntungan, resiko
yang berhubungan dalam hal pemeriksaan, konsultasi, rujukan,
pengobatan, tindakan dan sebagainya sehingga memungkinkan
pasien untuk dapat memutuskan segala yang akan dilakukan
terhadapnya secara puas dan terinformasi.
4) Komunikasi efektif
Dokter keluarga melaksanakan komunikasi efektif
berlandaskan rasa saling percaya.
5) Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Dokter keluarga memperhatikan hak dan kewajiban pasien,
hak dan kewajiban dokter termasuk menjunjung tinggi kerahasiaan
pasien.
b. Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (Standard of partners
relationship in practice)
Pelayanan dokter keluarga mempunyai seorang dokter keluarga
sebagai pimpinan manajemen untuk mengelola klinik secara
profesional.
1) Hubungan profesional dalam klinik
Dokter keluarga melaksanakan praktik dengan bantuan satu
atau beberapa tenaga kesehatan dan tenaga lainnya berdasarkan atas
hubungan kerja yang profesional dalam suasana kekeluargaan.
2) Bekerja dalam tim
Pada saat menyelenggarakan penatalaksanaan dalam
peningkatan derajat kesehatan pasien dan keluarga, pelayanan
dokter keluarga merupakan sebuah tim.

11
3) Pemimpin klinik
Pelayanan dokter keluarga dipimpin oleh seorang dokter
keluarga atau bila terdiri dari beberapa dokter keluarga dapat dibagi
untuk memimpin bidang manajemen yang berbeda di bawah
tanggung jawab pimpinan.
c. Standar perilaku dengan sejawat (Standard of working with colleagues)
Pelayanan dokter keluarga menghormati dan menghargai
pengetahuan, ketrampilan dan kontribusi kolega lain dalam pelayanan
kesehatan dan menjaga hubungan baik secara profesional.
1) Hubungan profesional antar profesi
Pelayananan dokter keluarga melaksanakan praktik dengan
mempunyai hubungan profesional dengan profesi medik lainnya
untuk kepentingan pasien.
2) Hubungan baik sesama dokter
Pelayanan dokter keluarga menghormati keputusan medik
yang diambil oleh dokter lain dan memperbaiki penatalaksanaan
pasien atas kepentingan pasien tanpa merugikan nama dokter lain.
3) Perkumpulan profesi
Dokter keluarga dalam pelayanan dokter keluarga adalah
anggota perkumpulan profesi yang sekaligus menjadi anggota
Ikatan Dokter Indonesia dan berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan
yang ada.
d. Standar pengembangan ilmu dan ketrampilan praktik (Standard of
knowledge and skill development)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha mengikuti kegiatan-
kegiatan ilmiah guna memelihara dan menambah ketrampilan praktik
serta meluaskan wawasan pengetahuan kedokteran sepanjang
hayatnya.
1) Mengikuti kegiatan ilmiah
Pelayanan dokter keluarga memungkinkan dokter yang
berpraktik untuk secara teratur dalam lima tahun praktiknya

12
mengikuti kegiatan - kegiatan ilmiah seperti pelatihan, seminar,
lokakarya dan pendidikan kedokteran berkelanjutan lainnya.
2) Program jaga mutu
Pelayanan dokter keluarga melakukan program jaga mutu
secara mandiri dan / atau bersama - sama dengan dokter keluarga
lainnya, secara teratur ditempat praktiknya.
3) Partisipasi dalam kegiatan pendidikan
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam
pendidikan dokter keluarga, dan berusaha untuk berpartisipasi pada
pelatihan mahasiswa kedokteran atau pelatihan dokter.
4) Penelitian dalam praktik
Pelayanan dokter keluarga mempunyai itikad baik dalam
penelitian dan berusaha untuk menyelenggarakan penelitian yang
sesuai dengan etika penelitian kedokteran, demi kepentingan
kemajuan pengetahuan kedokteran.
5) Penulisan ilmiah
Dokter keluarga pada pelayanan dokter keluarga
berpartisipasi secara aktif dan / atau pasif pada jurnal ilmiah
kedokteran.
e. Standar partisipasi dalam kegiatan masyarakat di bidang kesehatan
(standard as community leader)
Pelayanan dokter keluarga selalu berusaha berpartisipasi aktif
dalam segala kegiatan peningkatan kesehatan di sekitarnya dan siap
memberikan pendapatnya pada setiap kondisi kesehatan di daerahnya.
1) Menjadi anggota perkumpulan social
Dokter keluarga dan petugas kesehatan lainnya yang bekerja
dalam pelayanan dokter keluarga, menjadi anggota perkumpulan
sosial untuk mempeluas wawasan pergaulan.

13
2) Partisipasi dalam kegiatan kesehatan masyarakat
Bila ada kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat di sekitar
tempat praktiknya, pelayanan dokter keluarga bersedia
berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
3) Partisipasi dalam penanggulangan bencana di sekitarnya
Bila ada wabah dan bencana yang mempengaruhi kesehatan di
sekitarnya, pelayanan dokter keluarga berpartisipasi aktif dalam
penanggulangan khususnya dalam bidang kesehatan.
3. Standar Pengelolaan Praktik (Standards of practice management)
a. Standar sumber daya manusia (Standard of human resources)
Dalam pelayanan dokter keluarga, selain dokter keluarga, juga
terdapat petugas kesehatan dan pegawai lainnya yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan atau pelatihannya.
1) Dokter keluarga
Dokter keluarga yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga
adalah dokter yang bersertifikat dokter keluarga dan patut menjadi
panutan masyarakat dalam hal perilaku kesehatan.
2) Perawat
Perawat yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah
mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
3) Bidan
Bidan yang bekerja pada pelayanan dokter keluarga telah
mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
4) Administrator klinik
Pegawai administrasi yang bekerja pada pelayanan dokter
keluarga, telah mengikuti pelatihan untuk menunjang pelayanan
pendekatan kedokteran keluarga.

14
b. Standar manajemen keuangan (Standard of finance management)
Pelayanan dokter keluarga mengelola keuangannya dengan
manajemen keuangan profesional.
1) Pencatatan keuangan
Keuangan dalam praktek dokter keluarga tercatat secara
seksama dengan cara yang umum dan bersifat transparansi.
2) Jenis sistim pembiayaan praktik
Manajemen keuangan pelayanan dokter keluarga dikelola
sedemikian rupa sehingga dapat mengikuti, baik sistem pembiayaan
praupaya maupun sistim pembiayaan fee-for service
c. Standar manajemen klinik (Standard management of clinic for practice)
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan pada suatu tempat
pelayanan yang disebut klinik dengan manajemen yang profesional.
1) Pembagian kerja
Semua personil mengerti dengan jelas pembagian kerjanya
masing-masing.
2) Program pelatihan
Untuk personil yang baru mulai bekerja di klinik diadakan
pelatihan kerja (job training) terlebih dahulu.
3) Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
Seluruh personil yang bekerja di klinik mengikuti prosedur
K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) untuk pusat pelayanan
kesehatan.
4) Pembahasan administrasi klinik
Pimpinan dan staf klinik secara teratur membahas
pelaksanaan administrasi klinik

B. Kemampuan Petugas dengan Tuntutan Peran dari Pasien


Menurut Menkes, tenaga kesehatan merupakan sebuah profesi
dengan privilage yang luar biasa, karena memiliki kesempatan dan kemampuan
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

15
Dalam sambutannya, Menkes menyatakan bahwa masyarakat sangat
membutuhkan dokter yang profesional dalam tugas dan melayani dengan hati
yang dikenal dengan sebutan The Five Stars Doctor. Dalam konsep tersebut,
dokter diharapkan mampu memiliki 5 peran, yaitu: (1) Penyedia Pelayanan
Kesehatan (Care provider) yang bertanggung jawab  bagi kebutuhan fisik,
sosial, dan mental dari pasien. Memastikan bahwa pasien menerima layanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara integratif dan sesuai 
standar tertinggi yang dimiliki; (2) Pengambil Keputusan (Decision-maker)
yang mampu memberikan keputusan terbaik dengan efikasi pengobatan dan
biaya yang dibutuhkan; (3) Komunikator yang baik (Communicator) yang
mampu berkomunikasi  dengan pasien, keluarga dan lingkungan sekitar,
memberikan persuasi dan edukasi demi peningkatan kesehatan pasien; (4)
Pemimpin Masyarakat (Community Leader) yang berperan sebagai pemimpin
masyarakat serta memberikan masukan dan arahan terkait peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat; dan (5) Pengelola Manajemen (Manager) yang
memiliki kapasitas manajemen yang memadai dalam menyediakan layanan
kesehatan bermutu.
Untuk mendapatkan dokter atau tenaga kesehatan dengan kriteria tersebut,
perlu dilakukan upaya sejak saat pendidikan awal. Menkes mengakui peran
AIPKI dan Fakultas Kedokteran dalam produksi dokter dan dokter spesialis
bagi pelaksanaan kebijakan pembangunan kesehatan baik di tingkat nasional
maupun di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Saat ini tercatat 42 RS
Pendidikan dan sekitar 320 RS wahana pendidikan yang tercatat di Kemenkes.
Kami mengharapkan RS Pendidikan dan RS Wahana Pendidikan bisa menjadi
contoh bagi pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
memperhatikan patient safety.
Kini bukan lagi berbicara tentang menambah jumlah peserta didik untuk 
meningkatkan jumlah dokter, melainkan secara konsekuen bertekad
menghasilkan dokter yang siap pakai, mempunyai kompetensi yang sesuai, dan
mempunyai dampak positif pada penyebaran atau distribusi dokter.

16
Berbicara mengenai tenaga kesehatan di Indonesia, sampai dengan tahun
2012, rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk untuk dokter spesialis
adalah sebesar 9,1 (target 9); dokter umum 36 (target 40); dokter gigi 9,5
(target 11); perawat 93,6 (target 117); dan bidan 76,4 (target 75). Meski secara
nasional, rasio ketersediaan tenaga kesehatan tidak mengkhawatirkan, namun
pemerataan (ekuitas) ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan antar
wilayah adalah tantangan yang harus kita sikapi, karena masih dijumpai
disparitas antar Provinsi atau Kota/Kabupaten.
Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) didirikan
sejak 2001, sebagai satu-satunya organisasi yang mewadahi seluruh Fakultas
Kedokteran dan atau Program Studi Pendidikan Dokter di Indonesia.  AIPKI
berupaya untuk mendorong peningkatan kualitas institusi pendidikan, dan juga
terlibat dalam pengambilan kebijakan dalam bidang pendidikan dan juga
kesehatan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan oleh institusi anggota
AIPKI dilatarbelakangi dengan adanya dorongan kuat terhadap proses
penjaminan mutu secara proses ditempuh melalui akreditasi program studi dan
institusi, serta secara individu lulusan melalui uji kompetensi.
1. Hak Dan Kewajiban Pasien Dalam Pelayanan Kesehatan
Hak pasien dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk
perawatan tercantum pada UU Kesehatan no 23 tahun 1992 yaitu :
a. Pasal 14 mengungkapkan bahwa setiap orang berhak untuk
mendapatkan kesehatan optimal.
b. Pasal 53 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak atas informasi,
rahasia kedokteran, dan hak opini kedua.
c. Pasal 55 menyebutkan bahwa setiap pasien berhak mendapatkan ganti
rugi karena kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan.
2. Hak Pasien
a. Mendapatkan pelayanan kesehatan optimal /sebaik-baiknya sesuai
dengan standar profesi kedokteran.
b. Hak atas informasi yang jelas dan benar tentang penyakit dan tindakan
medis yang akan dilakukan dokter/ suster.

17
c. Hak memilih dokter dan rumah sakit yang akan merawat sang pasien.
d. Hak atas rahasia kedokteran / data penyakit, status, diagnosis dll.
e. Hak untuk memberi persetujuan / menolak atas tindakan medis yang
akan dilakukan pada pasien.
f. Hak untuk menghentikan pengobatan.
g. Hak untuk mencari pendapat kedua / pendapat dari dokter lain / Rumah
Sakit lain.
h. Hak atas isi rekaman medis / data medis.
i. Hak untuk didampingi anggota keluarga dalam keadaan kritis.
j. Hak untuk memeriksa dan menerima penjelasan tentang biaya yang
dikenakan / dokumen pembayaran / bon /bill.
k. Hak untuk mendapatkan ganti rugi kalau terjadi kelalaian dan tindakan
yang tidak mengikuti standar operasi profesi kesehatan.
3. Kewajiban Pasien
a. Memberi keterangan yang jujur tentang penyakit dan perjalanan
penyakit kepada petugas kesehatan.
b. Mematuhi nasihat dokter dan perawat
c. Harus ikut menjaga kesehatan dirinya.
d. Memenuhi imbalan jasa pelayanan.

C. Kepentingan Karier Individu dengan Kewajiban pada Pasien


Kepentingan Institusi dengan Pelayanan
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna    yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pasien
adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang  diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.  
Rumah Sakit yang dalam memjalankan fungsinya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan; melibatkan berbagai komponen; sarana prasarana, alkes,
obat, tenaga kesehatan, dll. Untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan;

18
serta menjamin bahwa pelayanan kesehatan yang baik, maka ditetapkan perihal
kewajiban rumah sakit; dalam eksistensinya.
Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban sbb :
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar
pelayanan Rumah Sakit;
3. Memberikan Pelayanan Gawat Darurat kepada pasien sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,
sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau
miskin;
6. Melaksanakan fungsi sosial;
7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
8. Menyelenggarakan rekam medis;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana
ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,
anak-anak, lanjut usia;
10. melaksanakan sistem rujukan;
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan; l. memberikan informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
12. Menghormati dan melindungi hak pasien;
13. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
14. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
15. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara
regional maupun nasional;

19
16. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
17. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by
laws);
18. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah
Sakit dalam melaksanakan tugas; dan
19. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa
rokok.
Setiap pasien mempunyai hak:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;

20
didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama
hal itu tidak mengganggu pasien lainnya;
13. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di Rumah Sakit;
14. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
15. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
16. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana; dan
17. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Pasien
Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Bab VII
Bagian Ketiga Kewajiban Pasien Pasal 31, adalah sebagai berikut:
1. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan
yang diterimanya.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan
Menteri.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan salah satu upaya
Pembangunan Nasional guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap manusia. Masalah kesehatan adalah
masalah yang kompleks dari berbagai promblematika kesehatan yang timbul
dari lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, baik yang bersifat alamiah
maupun hasil rekayasa (engineering) manusia yang memberi pengaruh pada
aspek sosial, ekonomi, maupun perilaku masyarakat untuk hidup sehat.
Dalam peningkatan pelayanan serta penanganan pasien secara efektif,
sebagai organisasi yang kompleks rumah sakit harus memperhatikan interaksi-
interaksi diantara petugas kesehatan seperti dokter, perawat dan tenaga medis
lainnya seperti apoteker. Interaksi adalah hubungan timbal balik baik orang
perorang maupun kelompok-kelompok melalui proses komunikasi yang
membawa pada proses kerjasama. Interaksi adalah merupakan kunci dari
segalanya. Baik dokter, perawat maupun pasien harus mampu membina
komunikasi yang baik. Komunikasi adalah pemberian/penyampaian pesan
atau informasi dari seseorang/kelompok kepada orang yang dituju. Disatu sisi
interaksi sosial dapat bersifat asosiatif yang membawa pada proses kerjasama,
akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Namun di sisi lain interaksi sosial juga
dapat bersifat disasosiatif yang membawa pada persaingan,
pertentangan/pertikaian hingga memuncak jadi konflik.

B. Saran
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis
strata pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive),
yaitu termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive),
pencegahan penyakit dan proteksi khusus (preventive and spesific protection),
pemulihan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation)

22
dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan
kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
1.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:


http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUAR
GA_.pdf pada 13 Desember 20124

Azwar A, Gan GL, Wonodirekso S. 2014. A Primer On Family Medicine


Practice. Singapore: Singapore International Foundation

Ikatan Dokter Indonesia, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia,


Kolegium Ilmu Kedokteran Keluarga Indonesia, 2017

Qomariyah. 2017. Sekilas Kedokteran Keluarga. Jakarta: FKUI.

Azwar A, 2016. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, Yayasan Penerbit IDI,


Cetakan 1.

24

Anda mungkin juga menyukai