Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TINJAUAN SOSIAL BUDAYA TENTANG


PERAWATAN PALIATIF

Dosen Mata Kuliah :


Ns. SRI FAWZIYAH, M.Kep

Di Susun Oleh
Kelompok 2
Urmaneti : 2201012012
Haryanti : 2201012011
Sutari : 2201012015
Miftahudin : 2201012014
Andi Saputra : 2201012001
Rita Ardani : 2201012019
Ahmad Nur : 2201012013
Eko Prayitno : 2201012016
Eko Prasetyo : 2201012017
Dadan Sumantri : 2201012003

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis ucapkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami penulis dari kelompok 2 dapat menyelesaikan tugas
Makalah yang berjudul “Tinjauan Sosial Budaya dalam perawatan Paliatif”.

Dalam pembuatan tugas ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:bapak Ns.Sri Fauziah,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan menjelang
ajal dan Paliatif.

Penulis menyadari didalam penulisan tugas ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.

Bungo, Februari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................. 1

B. Tujuan................................................................................................................................................ 2

C. Ruang Lingkup............................................................................................................................... 2

D. Metode Penulisan.......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

A. Pengertian ............................................................................................................. 3

B. Konsep social Budaya.......................................................................................... 3

C. Perawatan Paliatif................................................................................................. 6

D. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif ............................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 12

A. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 12

B. Saran.................................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia saat ini menghadapi tantangan professional kesehatan terhadap mereka yang
masuk dalam penderitaan menjelang akhir hayat. Mereka membutuhkan perawatan paliatif
untuk meningkatkan kualitas hidup hingga disiapkan menjelang kematian dengan damai dan
tenang. Prinsip-prinsipnya merupakan fitur integral dari semua perawatan klinis untuk
mengurangi rasa sakit dan masalah penderitaan fisik, psikososial, dan spiritual dengan
menjunjung tinggi etik perawatan paliatif. Melalui komunikasi terapeutik akan menciptakan
suasana yang nyaman bagi pasien dan keluarga untuk mencapai keberhasilan atas rencana
yang disepakati bersama.
Pemberian pelayanan perawatan paliatif dilakukan oleh tim, dokter, perawat, dan
spesialis lain yang bekerja dengan dokter untuk memberikan dukungan ekstra (CAPC, 2011)
serta fokus pendekatannya adalah kepada pasien beserta keluarganya. Peran tim paliatif
yaitu memberikan dukungan pada pasien beserta keluarganya, menyediakan dan
meningkatkan manajemen gejala fisik, emosional serta melakukan kolaborasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien serta memberikan informasi mengenai prognosis penyakit
Pasien dengan kondisi tersebut mengalami penderitaan yang memerlukan
pendekatan terintegrasi berbagai disiplin agar pasien pada akhirnya meninggal secara
bermartabat (Kemenkes, 2007). Namun hingga saat ini perawatan paliatif di Indonesia hanya
ada di beberapa instansi pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2007).
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit
melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masala
hlainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual.
(World Health Organization 2016).
Sosial budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan pikiran
dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat.aqMenurut Andreas Eppink, sosial budaya
atau kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam sebuah masyarakat
yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Sedangkan menurut Burnett, kebudayaan
1
2

adalah keseluruhan berupa kesenian, moral, adatistiadat, hukum, pengetahuan, kepercayaan,


dan kemampuan olah pikir dalam bentuk lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat dan keseluruhan bersifat kompleks.

B. Tujuan
1.Tujuan Umum
Dengan Pembauatan makalah ini dan pembahasan semoga mahasiswa dapat memahami
dan menerapkan konsep Sosial dan Budaya dalam keperawatan paliatif dalam dunia
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a.Mampu menjelaskan pengertian konsep sosial budaya Perawatan Paliatif
b. Mampu menjelaskan tujuan dari Perawatan Paliatif
c. Mampu menjelaskan lingkup Perawatan Paliatif
d. Mampu menjelaskan prinsip Perawatan Paliatif

C. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini hanya membatasi bagaimana konsep perawatan paliatif sehingga
mahasiswa mampu menjelaskannya.

D. Metode Penulisan
Dalam pembuatan ini kami menggunakan tehnik studi kepustakaan yaitu mempelajari
buku- buku sumber utk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan
penulisan makalah, mengambil bahan dari internet berupa jurnal keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Pengertian Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara
aktif pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang
dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif yang
disebabkan oleh keganasan ginekologis.Perawatan ini mencakup penderita serta
melibatkan keluarganya (Aziz,Witjaksono, & Rasjidi, 2008)
2. Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang
dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak
lagi merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert,
2003).Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi
mencegah, dan menghilangkan penderitaan.
3. Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual,
emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien,
mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative
Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang
harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai
bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Permasalahan

B. Konsep social Budaya


Konsep sosial menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang
mengenai masyarakat atau kemasyarakatan. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk
kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa
memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya
mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya

3
suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya
dengan kesehatan.
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif
meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan
keluarga serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan
untuk membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan
hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala
lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan
aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif
juga bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia
dengan baik dan tenang (Bertens, 2009). Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan
menghargai martabat serta harga diri pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)
Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh
sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat,
karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat.
Green dalam Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku manusia dari tingkat kesehatan
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour cause) dan faktor di luar
perilaku (non-behaviour cause). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga factor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
2. Faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitasfasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, air bersih dan sebagainya
3. Faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Contoh lain sosial budaya mempengaruhi kesehatan adalah pandangan suatu masyarakat
terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mereka mengalami sakit, ini akan sangat
dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kepercayaan yang ada dan tumbuh dalam masyarakat
tersebut. Misalnya masyarakat yang sangat mempercayai dukun yang memiliki kekuatan gaib
sebagai penyembuh ketika mereka sakit, dan bayi yang menderita demam atau diare berarti

4
pertanda bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa social
budaya sangat mempengaruhi kesehatan baik itu individu maupun kelompok.
Kebudayaan perilaku kesehatan yang terdapat dimasyarakat beragam dan sudah melekat
dalam kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan tersebut seringkali berupa kepercayaan gaib.
Sehingga usaha yang harus dilakukan untuk mengubah kebudayaan tersebut adalah dengan
mempelajari kebudayaan mereka dan menciptakan kebudayaan yang inovatif sesuai dengan
norma, berpola, dan benda hasil karya manusia.
1. Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku
kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah
tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan
untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.
Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah kesehatan diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga
dalam kajian sosial budaya tentang perawatan paliatif bertujuan untuk mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Budaya Masyarakat Tentang Pengobatan Pada Penyakit Paliatif
Kanker payudara merupakan penyakit yang mematikan. Jumlah penderitanya pun tak
sedikit. Sayang, banyak penderita justru memilih ke dukun alias pengobatan alternatif.
Ujung-ujungnya, malah bertambah parah. Banyak penderita yang baru berobat ke dokter
setelah menderita kanker payudara stadium tinggi.
Selain itu, fenomena dukun Ponari sempat menyita perhatian masyarakat Indonesia
beberapa tahun yang lalu, cerita kemunculan dukun Ponari dengan batu saktinya sebagai
media penyembuhan dengan cara di celupkan ke air.
Kabar tentang kehebatan ponari ini terus meluas hingga menyebabkan jumlah pasien yang
berobat kerumah Ponari dari hari kehari semakin meningkat. Tindakan masyarakat yang
datang ke Dukun Ponari itu tidak terlepas dari peran budaya yang ada di masyarakat kita
terhadap hal-hal yang bersifat mistis. Percaya terhadap kesaktian batu yang dimiliki Ponari
itu merupakan sebuah budaya yang mengakar dan bertahan dimasyarakat sebagai bagian
dari kearifan lokal.

5
Pemahaman masyarakat terhadap hal-hal yang dipercayai secara turun-temurun
merupakan bagian dari kearifan lokal yang sulit untuk dilepaskan. Hingga pemahaman
magis yang irasional terhadap pengobatan melalui dukun seperti diatas sangat dipercayai
oleh masyarakat. Peranan budaya dan kepercayaan yang ada dimasyarakat itu diperkuat
oleh rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

C. Perawatan Paliatif
Perawatan Paliatif adalah sistem perawatan terpadu untuk meningkatkan kualitas
hidup, dengan meringankan rasa nyeri dan rasa sakit lainnya, memberikan dukungan
spritual, psikososial dan memberikan dukungan terhadap keluarga pasien (Fanesa, Cherley
& Rantung, 2018). Prinsip dasar perawatan paliatif yaitu, menghormati serta menghargai
pasien dan keluarganya, hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang sesuai,
mendukung pemberian perawatan, pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk
perawatan paliatif. Perawatan paliatif disediakan untuk semua pasien yang menderita
penyakit kronis dengan kondisi yang membatasi masa hidup atau mengancam jiwa maupun
kondisi pasien yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup
(Muntamah, 2020). Paliatif berasal dari bahasa latin yaitu “Palium”, yang berarti
menyelimuti atau menyingkapi dengan kata lain selimut untuk memberikan kehangatan
atau perasaan nyaman. Dari makna kata tersebut sehingga perawatan paliatif dimaknai
sebagai pelayanan yang memberikan perasaan nyaman terhadap keluhan yang dirasakan
oleh pasien. Sehingga tujuan utama dari perawatan paliatif adalah memberikan perasaan
nyaman pada pasien dan keluarga pasien. Namun, perawatan paliatif tidak hanya mengatasi
masalah fisik pasien akan tetapi juga mencakup dari aspek psikologis, sosial, dan spritual.
Semua aspek tersebut saling berintegrasi sehingga dapat mempengaruhi satu sama lain
(Payne, 2005). Secara global pergerakan dan perkembangan perawatan paliatif dimulai di
Inggris dan Irlandia yang pada saat itu dikenal dengan istilah hospis. Lalu kemudian
berkembang dibeberapa negara Eropa, Amerika Utara, dan Australia. Kanada merupakan
Negara yang pertama mengimplementasikan perawatan paliatif di Rumah Sakit The Royal
Victoria Hospital, Montreal pada tahun 1976. Setahun kemudian perawatan paliatif juga
dibuka disalah satu rumah sakit di Inggris, The St Thomas Hospital London. Namun,
sampai sekarang ini belum semua Negara menyediakan pelayanan perawatan paliatif, hal
tersebut terjadi dengan berbagai macam kendala. Sehingga pada tahun 2011 pemetaan

6
Negara berdasarkan tingkat ketersediaan pelayanan dan fasilitas perawatan paliatif di
perbaharui.
Dari mapping tersebut diketahui Negara dengan fasilitas dan penyedian layanan yang
telah terintegrasi dengan seluruh sistem kesehatan, layanan dan fasilitas yang masih
terbatas, dan Negara yang fasilitas dan pelayanan belum tersedia. Namun, beberapa negara
dengan kategori Negara berkembang telah berhasil menginplementasikan pelayanan 15
perawatan paliatif yang terintegrasi dengan sistem pelayanan kesehatan seperti Uganda dan
India. Kedua Negara tersebut berhasil mengembangakan pelayanan perawatan paliatif
komuniti dengan melibatkan masyarakat sebagai relawan perawatan paliatif (Yodang,
2015). Sejak tahun 2007 pemerintah Indonesia, melalui kementerian kesehatan telah
menerbitkan aturan berupa kebijakan perawatan paliatif (Keputusan MENKES
No.812/Menkes/SK/VII/2007). Dasar menjadi acuan diterbitkan peraturan tersebut yaitu
kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin tinggi jumlahnya baik pada pasien
dewasa maupun pasien anak dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif
dan rehabilitative juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal.
Dalam peraturan tersebut, menjelaskan bahwa kondisi pelayanan kesehatan yang belum
mampu memberikan pelayanan yang dapat menyentuh dan memenuhi kebutuhan pasien
dengan penyakit stadium terminal yang sulit disembuhkan. Pada stadium tersebut prioritas
layanan tidak hanya berfokus pada penyembuhan, akan tetapi juga berfokus pada upaya
peningkatan kualitas hidup yang terbaik pada pasien dan keluarga pasien.
Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut maupun terminal dapat mengakses
layanan kesehatan seperti rumah sakit baik umum maupun swasta, puskesmas, rumah
perawatan, dan rumah hospis. Perawatan paliatif telah diperkenalkan dan diterapkan
dibeberapa Rumah sakit namun belum menunjukkan signifikansi. Hal tersebut diakibatkan
minimnya pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan paliatif untuk tenaga kesehatan,
dan juga jumlah tenaga kesehatan yang belajar secara formal mengenai perawatan paliatif
masih sangat minim (Yodang, 2015). Dalam memberikan pelayanan paliatif harus berpijak
pada pola : meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh individu itu sendiri, karena sifatnya
sangat spesifik, dan bersifat abstrak, sulit diukur. Walaupun demikian, seorang tenaga
medis bersama pasien yang dibantu oleh keluarga pasien harus mampu menyikapi,

7
bagaimana kualitas hidup yang diinginkan oleh penderita dan bagaimana cara meraih dan
mencapai. Tidak mempercepat atau menunda kematian, menghilangkan nyeri dan keluhan
lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan
agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya, mengusahakan dan membantu mengatasi
suasana duka cita pada keluarga pasien. Prinsip dasar terintegrasi pada model perawatan
paliatif yaitu :
1. Menghormati serta menghargai pasien dan keluarga pasien, dalam memberikan
perawatan paliatif perawat harus menghargai dan menghormati keinginan pasien dan
keluarga pasien. Sesuai dengan prinsip menghormati maka informasi tentang perawatan
paliatif harus disiapkan untuk pasien dan keluarga, yang mungkin memilih untuk
mengawali program perawatan paliatif. Kebutuhan keluarga harus diadakan/disiapkan
selama sakit dan setelah pasien meninggal untuk meningkatkan kemampuan dalam
menghadapi masalah.
2. Kesempatan atau hak mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas, pada
kondisi untuk menghilangkan nyeri dan keluhan fisik lainnya maka petugas kesehatan
harus memberikan kesempatan pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, terapi lain meliputi pendidikan, kehilangan dan penyeluhan pada keluarga,
dukungan teman, terapi musik dan dukungan spiritual pada keluarga dan saudara
kandung, serta perawatan menjelang ajal.
3. Mendukung pemberi perawat, pelayanan perawatan yang profesional harus didukung
oleh tim perawatan paliatif, rekan kerja, dan institusi untuk penanganan proses berduka
dan kematian. Dukungan dari institusi seperti penyuluhan secara rutin dan ahli psikologi
atau penanganan lain.
4. Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif, penyuluhan
kepada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan perawatan paliatif untuk pasien
dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta memperbaiki
hambatan secara ekonomi. Perawatan paliatif merupakan area kekhususan karena
sejumlah pasien meninggal serta kebutuhan akan perawatan paliatif lebih ke pemberian
jangka panjang, perawatan yang dibutuhkan tidak hanya kebutuha fisik pasien tetap juga
kebutuhan emosi, pendidikan dan kebutuhan sosial, serta keluarga.
Dalam meberikan perawatan paliatif harus dimulai saat didiagnosa dan diberikan
selama mengalami sakit da dukungan untuk keluarga pasien. Penatalaksanaan awal secara

8
total oleh tim paliatif akan memfasilitasi ke peratawan yang baik. Tempat perawatan paliatif
dapat dilaksanakan :
1. Di rumah sakit, perawatan dirumah sakit diperlukan jika pasien harus mendapatkan
perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
Pemberian perawatan paliatif harus memperhatikan kepentingan anak dan melaksanakan
tindakan yang diperlukan meskipunprognosis pasien buruk serta harus
mempertimbangkan manfaat dan resiko sehingga perlu meminta dan melibatkan keluarga.
2. Di Hospice, perawatan pasien yang berada dalam keadaan tidak memerlukan pengawasan
ketat atau tindakan khusus serta belum dapat dirawat di rumah karena memerlukan
pengawasan tenaga kesehatan. Perawatan hospice dapat dilakukan di rumah sakit, rumah,
atau rumah khusus perawatan paliatif, tetapi dengan pengawasan dokter atau tenaga
kesehatan yang tidak ketat atau perawatan hospice homecare yaiutu perawatan dirumah
dan secara teratur dikunjungi oleh dokter atau petugas kesehatan apabila diperlukan.
3. Di rumah, perawatan dilakukan di rumah sehingga keluarga lebih berperan karena sebagian
perawatan dilakukan oleh keluarga sebagai caregiver diberikan latihan pendidikan
keperawatan dasar. Perawatan di rumah hanya mungkin dilakukan bila pasien tidak
memerlukan alat khusus atau keterampilan khusus yang tidak dapat dilakukan oleh
keluarga. Perawatan paliatif merupakan pelayanan yang mencakup, pelayanan berfokus
pada kebutuhan pasien bukan pelayanan berfokus pada penyakit, menerima kematian
namun.
Prinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain,
menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal, tidak bertujuan
mempercepat atau menunda kematian, mengintegrasikan aspek psikologis, sosial dan spritual,
memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungki, memberikan dukungan
kepada keluarga sampai masa dukacita, menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan keluarga pasien, dan menghindari tindakan yang gegabah (Kementrian
Kesehatan RI, 2013). Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan,
memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada
keluarga pasien. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal
pasien siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stre menghadapi penyakit yang di
deritanya (Anita, 2016). Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa sampai akhir hayat, yang
berarti tidak memilih pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak,

9
mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada pasien. Perawatan paliatif tidak hanya
diberikan sampai pasien meninggal, tetap masih dilanjutkan dengan memberikan dukungan
kepada anggota keluarga pasien (Hanie, 2020). Perawatan paliatif mencakup pelayanan
terintegrasi antara dokter, perawat, pekerja sosial, psikologi, konselor spiritual, relawan,
apoteker, dan profesi lain yang diperlukan (Anita, 2016).
Perawatan paliatif lebih berfokus pada dukungan dan motivasi kepada pasien, kemudia
setiap keluhan yang timbul ditangani dengan pemberian obat untuk mengurangi rasa sakit.
Perawatan paliatif ini bisa mengeksplorasi individu penderita dan keluarganya bagaimana
memberikan perhatian khusus terhadap penderita, penanggulangannya, serta kesiapan untuk
menghdapi kematian. Perawatan paliatif dititikberatkan pada pengendali gejala dan keluhan,
serta bukan terhadap penyakit utama karena penyakit utama kemungkinan tidak dapat
disembuhkan. Perawatan paliatif sangat diperlukan karena setiap orang berhak dirawat dan
mati secara bermartabat, menghilangkan nyeri baik fisik, emosional, spiritual dan sosial,
perawatan paliatif adalah kebutuhan mendesak seluruh dunia untuk orang yang hidup dengan
penyakit kronis (Anita, 2016).

D. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian
yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien
yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual
(IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif
dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan
(Campbell, 2013).
1. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif yaitu
nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba
dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri
dapat
ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga
kriteria (NANDA, 2015).

10
2. Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal
yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien
takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto &
Susilawati, 2014). Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan
suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah
dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di
masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan
merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan
atau ancaman tidak spesifik
3.Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan kondisi
hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga
maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).Isolasi sosial adalah suatu keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif
dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Kelliat, 2006 ).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan


untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien dan keuarganya dalam menghadapi masalah
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa,
dengan mencegah dan meringankan penderitaan melalui identifikasi awal serta terapi dan mas
alah lain,fisik, psikososial dan spirittual.

Perilaku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan merupakan suatu tingkah laku
yang selektif, terencana, dan tanda dalam suatu sistem kesehatan yang merupakan bagian dari
budaya masyarakat yang bersangkutan. Perilaku tersebut terpola dalam kehidupan nilai sosial
budaya yang ditujukan bagi masyarakat tersebut. Perilaku merupakan tindakan atau kegiatan
yang dilakukan seseorang dan sekelompok orang untuk kepentingan atau pemenuhan
kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma kelompok yang
bersangkutan.

Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur, dan mempengaruhi


tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya mencegahan penyaki
t maupun menyembuhan diri dari penyakit. Oleh karena itu dalam memahami suatu masalah
perilaku kesehatan harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial,
dan kepribadian individu-individunya terutama dalam paliatif care.

B. Saran

Saran Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam


mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pelayanan perawatan pasien paliatif
dalam tinjauan sosial budaya. Sebagai petugas kesehatan
perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahuipengetahua
n masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan,
diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ayu Purnamaningrum, 2010, (Factors Related To The Community’s Behaviour


To Get Eye Health Servic),Universitas Diponegoro.(diakses tgl 04 februari 2023)
Dwi Hapsari, dkk.,2012,Pengaruh lingkunagn sehat dengan hidup sehat,Pusat Penelitian
danPengembangan Ekologi dan Status Kesehatan, Jakarta. (diakses tgl 04 februari 2023)
Entjang, Indan. 2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung.
Fitri Nur azizah. 2013.Aspek Sosial Mempengaruhi Kesehatan, (diakses tgl 04 februari 2023)
Lukman Hakim, dkk., 2013,Faktor sosial budaya dan orientasi masyarakat dalam berobat,
Universitas Jember (UNEJ),Jember. (Diakses tgl 04 februari 2023)
Momon sudarman,sosiologi untuk kesehatan, google book. (Diaskes 04 februari 2023)
Notoatmodjo Soekidjo, 1990,Pengantar perilaku kesehatan, FKM-UI, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai