Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS LANSIA

(MAKALAH)

DISUSUN OLEH :

1. LUTFI ALAWIYAH 1814401051


2. MELLY OKTARI 1814401065
3. RIKA YULIANTI 1814401087

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGKARANG

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Lansia” Selesainya  penyusunan ini
berkat bantuan dari berbagai pihak dan berbagai referensi. Penulis menyadari
bahwa ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan
komplementer. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan penulis
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................4


B. Rumusan Masalah............................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................4
D. Metode Penulisan............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN DAN PUSKESMAS.................................6


B. MANAJEMEN PROGRAM.................................................................7
a. Penyusunan Rencana Lima Tahunan.........................................8
b. Penyusunan Rencana Tahunan..................................................22
C. PENGGERAKAN DAN PELAKSANAAN...............................................25
a. Lokakarya Mini Bulanan.............................................................26
b. Lokakarya Mini Tribulanan........................................................33
D. PENGAWASAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN..............................38

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................39
B. Saran......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau
tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh
manusia, baik secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas
adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan
manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi
keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan
masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi
harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “ sehat sakit “
atau kesehatan tersebut.

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama
dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guna meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat
secara keseluruhan. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah

4
suatu sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan masyarakat.

Praktik keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak


membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan
dan melibatkan masyarakat. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
perawatan kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
preventif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh melalui
proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal.

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,


dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok siswa di sekolah. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas pelajar intervensi dibuat untuk seluruh
pelajar dan lingkungan sekolah sehingga diharapkan suatu hasil yang berarti untuk
civitas akademika sendiri.

Professional kesehatan lebih banyak meluangkan waktu dengan lansia dalam perawatan
kesehatan, karena itu mereka harus berfokus untuk mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan khususnya. Lansia memerlukan bantuan yang lebih besar dalam identifikasi,
definisi, dan resolusi masalah yang mempengaruhi mereka. Insiden masalah kesehatan
kronis yang lebih besar, kemajuan teknologi dan masalah ekonomi, social, dan
kesehatan kontemporer masa kini mendorong professional perawatan kesehatan
berfokus pada peningkatan harapan dan kualitas hidup.

Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks terhadap
kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan peningkatan taraf
kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah masalah karena
dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat semakin besarnya

5
beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, terutama dalam
menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia. Hal ini karena
pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan
spiritual yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-
hari sehingga menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan
baik fisik maupun mental. Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis,
namun diperkirakan setengah dari populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan 18% diantaranya sama sekali tidak mampu
beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik, diperkirakan 85% dari kelompok umur 65
tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia?
2. Perubahan apa saja yang terjadi pada lansia?
3. Permasalahan apa yang timbul pada lansia?
4. Bagaimana peran perawat terhadap lansia?

C. TUJUAN
a. Tujuan umum
Agar mahasiswa /mahasiswi keperawatan Universitas Jenderal Soedirman
memperoleh informasi dan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Kelompok Khusus Lansia.
b. Tujuan khusus
a) Mampu menjelaskan konsep teori tentang kelompok khusus lansia.
b) Mampu melaksanakan pengkajian pada kelompok khusus lansia dengan masalah
yang ada.
c) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada komunitas kelompok khusus
lansia.
d) Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia.

6
e) Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok khusus lansia.
f) Mampu meyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada
kelompok khusus lansia yang bermasalah.

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad selanjutnya (Potter &
Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan
aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan
fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang
sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa
kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif
sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya


secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri
dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

8
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada tingkat kemampuan
fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif.
Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung
atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan
kebutuhan mereka.

a. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia
antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan
secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,
kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala
usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi,
membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik.
Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.

Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa


kebutuhan manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah
kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya.
(2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan
dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan
hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs)
adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain
melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan
sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik,
rohani maupun daya pikir berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat
untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan.

9
Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap
lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri
orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut
tidak terpenuhi akan timbul masalah-masalah dalam kehidupan orang lanjut usia
yang akan menurunkan kemandiriannya (Ismayadi, 2004).

b. Teori – teori Proses Menua                                                                                   


Sebenarnya secara individual
a) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b) Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c) Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:


1. Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.
Setiap spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di
putar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak berputar.. Jadi menurut konsep ini jika jam
ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau
penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung oleh kenyatan bahwa ini
cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya perbedaan
harapan hidup yang nyata.
2. Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul – molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3. Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori
akumulasi dari produk sisa”.
5. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

10
6. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7. Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh
menjadi lemah dan sakit.
8. “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9. Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok
atom ) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat
regenerasi.
11. Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
12. Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel-
sel mati.

c. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia


Perubahan – perubahan fisik
a) Sel
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
3. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
4. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
5. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%

11
b) Sistem pernafasan
1. Cepat menurunnya persarafan
2. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
3. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif
terhadap perubahan  suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
4. Kurangnya sensitif pada sentuhan

c) Sistem Pendengaran
1. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau
daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau
nada – nada tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi
pada usia diatas 65 tahun.
2. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya
kreatin
4. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa atau stres

d) Sistem penglihatan
1. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan
pada lensa menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
3. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
menjadi lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
4. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya
membedakan warna biru atau hijau.

e) Sistem kardiovaskuler
1. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi
kaku.

12
2. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
3. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65
mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak).
4. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal
kurang lebih 90 mmHg

f) Sistem pengaturan temperatur tubuh


Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu
menetapkan suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang
mempengaruhinya yang sering ditemui antara lain:
1. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35
derajat celcius ini akibat metabolisme menurun.
2. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak
sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.

g) Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas silia
2. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
bernafas menurun.
3. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
4. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri
tidak berganti
5. Kemampuan untuk batuk berkurang
6. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan
menurun seiring dengan pertambahan usia.

13
h) Sistem gastrointestinal
1. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
2. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
3. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun
4. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
5. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah
6. Menciutnya ovari dan uterus
7. Atropi payudara
8. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur – angsur.
9. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
10. Selaut lendir menurun

i) Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50% fungsi tubulus berkurang.
1. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai
200ml, atau dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria
susah dikosongkan sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
2. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
3. Atrofi vulva

j) Sistem Endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
3. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam
pembuluh darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
4. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
5. Menurunnya produksi aldosteron

14
6. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan
testosteron

k) Sistem kulit
1. Kulit keriput atau mengkerut
2. Permukaan kulit kasar dan bersisik
3. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
4. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
5. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
6. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
7. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku
kaki tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
8. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

l) Sistem muskoloskeletal
1. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
2. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
3. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
4. Persendian membesar dan kaku
5. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
6. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

B. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
a) Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia
untuk mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru.
Selanjutnya, lansia mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka
sendiri sebagai orangtua dan okupasi.

15
b) Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami
beberapa penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan
berarti kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan
terbesar dalam mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan
untuk terlibat dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka
mengalami perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa
dalam sistem nilai mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa
menghormati diri sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
c) Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-
the night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan
lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka
pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih
aman, lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup
setelah kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung
lebih khawatir tentang apa  yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka
sebenarnya, mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka
sendiri secara egosentris. (Stanley & Beare, 2006).

C. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA LANSIA


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
a. Permasalah Umum
a) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan
bagi lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat
menjadi 209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28%
(Anwar,1994 ). Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk

16
lansia dalam waktu 1990-2000 sebesar 41%  dan merupakan yang tertinggi
didunia ( Darmojo, 1999:1).
b) Jumlah lansia miskin makin banyak
c) Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d) Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansi
e) Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f) Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi
pada kehidupan dan penghidupan lansia.

b. Permasalahan Khusus
a) Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal ( alami ) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan
dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan
terlihat pada jaringan organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput,
rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh,
pendengaran juga berkurang, daya penciuman berkurang,tinggi badan menyusut
karena proses ostoporosis yang berakibat badan bungkuk, tulang keropos
masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah patah, elastisitas jaringan
paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di
dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan tekanan
darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat
terutama pada pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b) Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui
nasehat atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan
sendi, kelainan prostat dan inkotenensia

17
D. SIKAP PERAWAT TERHADAP LANSIA
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan
membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang
optimal. Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan
kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan.
Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan
profesional.

Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,


malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau
kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan
meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat
gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi ,
penelitian dan administrasi.

Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat
harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan
penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap
tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas
perawatan jangka panjang memberi tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali
memandang diri sendiri sebagai pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang
mereka seperti itu. Perawat dapat meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang
merasa bahwa hidup tidak lagi berharga.

Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai
anggota keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim
dalam pelayanan kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan
pendekatan asuhan yang positif bagi klien lansia.

18
Pendekatan perawatan lanjut usia:
a. Fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
a) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan
orang lain.
b) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.

b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter,
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi
dan sebagai sahabat yang akrab.

c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan
dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama
klien lanjut usia untuk menciptakan sosialisasi mereka.

E. PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi tubuh, dan
situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk etiologi fisiologis,
psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada lanjut usia yag dirawat
(Kushariyadi, 2010).

Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan pengkajian


secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan subsistem yang
mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang pendidikan, pekerjaan,
agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang subsistem sebagai
berikut :.

19
a) Data inti
1. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital StatistikData demograf
kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk lansia dalam
wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik, pekerjaan, agama,
nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas
yang dapat dicontohkan sebagai berikut :
Jumlah penduduk : 987 jiwa
1) Laki – laki : 523 jiwa
2) Perempuan : 464 jiwa

Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan


hingga lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di
komunitas tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya
meninggal.
Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih
mengenal nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya.
Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang
masih terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa
diantaranya beragama nasrani

b) Data subsistem
1. Lingkungan fisik
1) Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau panas,
apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu pernafasan warga
atau tidak.
2) Kualitas air

20
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
3) Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan lansia,
contohnya seperti pabrik.
4) Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling berdempetan.

c) Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan warga.

d) Keamanan dan transportasi


Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam atau
polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak. Sarana
transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari menggunakan
kendaraan umum atau kendaraan pribadi.

e) Politik dan pemerintahan


Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.

f) Pelayanan social dan kesehatan


Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian fasilitas
pelayanan kesehatan.

g) Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas tersebut
untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan informasi dari

21
luar  misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang diberikan kepada
komunitas.

h) Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau tidak,
bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

i) Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk
mengurangi stress.

b. Analisis data
a) Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
b) Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
c) Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, lingkungan
fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku dengan lingkungan.
d) Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.

No. Data Problem Etiologi


1 Ds: Diabetes pada lansia Kebiasaan hidup lansia yang tidak
- Kader posyandu terkontrol
mengatakan 35% lansia
menderita diabetes
namun jarang
memeriksakan

22
kondisinya.
Do:
- Lansia menkonsumsi
makanan dengan tidak
terkontrol dan hanya
berada di rumah setiap
harinya
2 DS: Bidan desa Hipertensi Ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
mengatakan lansia posyandu lansia
banyak yang menderita
hipertensi dan lansia
malas mengikuti
posyandu lansia yang
diselengarakan setiap
bulannya.
3. Ds: Resiko kerusakan Perubahan status kesehatan
-     Banyak warga yang integritas kulit
mengeluh gatal-gatal
pada tubuhnya.
Do:
-    Tubuh terlihat
bintik-bintik merah.

c. Diagnosa            :
1. Diabetes berhubungan dengan kebiasaan hidup lansia yang tidak terkontrol.
2. Hipertensi berhubungan dengan ketidakpatuhan lansia dalam mengikuti
posyandu lansia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status
kesehatan.

d. Kriteria Penapisan

23
Dx. Kep Kriteria penapisan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Dx. 1 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 42
Dx. 2 4 3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 40
Dx.3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 39

Keterangan :
1. Sesuai degan peran perawat komunitas.
2. Jumlah yang beresiko
3. Besarnya resiko
4. Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
5. Minat masyarakat
6. Kemungkinan untuk diatasi
7. Sesuai program pemerintah
8. Sumber daya tempat
9. Sumber daya waktu
10. Sumber daya dana
11. Sumber daya peralatan
12. Sumber daya manusia

Skor :
1 = sangat rendah
2 = rendah
3 = cukup
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
Jumlah skor 121

e. Rencana Tindakan

Diagnosa Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang


Diabetes berhubungan Setelah dilakukan Setelah dilakukan

24
dengan kebiasaan hidup tindakan keperawatan tindakan keperawatan
lansia yang tidak selama 4 minggu, selama 8 minggu,
terkontrol ditandai komunitas diharapkan: komunitas diharapkan
dengan 35 % lansia 1.      Lansia mampu angka diabetes (kadar
menderita diabetes mengontrol asupan glukosa) pada lansia
makanan sehari harinya dapat menurun
dan dapat melakukan
sedikit aktivitas.
2.      Lansia rutin setiap
bulannya menghadiri
kegiatan posyandu lansia
yang diadakan.

F. PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA

a. iklan1

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah


merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa
tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan kelu-arga dan masyarakat sesuai
dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada
kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia
melalui beberapa jenjang.

Pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan


kesehatan lansia tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan adalah Rumah Sakit. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk
masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan

25
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui
pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program
Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

b. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga


terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.

c. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia


Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan
pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada
yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada
juga hanya menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut:
a) Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b) Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus
juga dilakukan di meja II ini.
c) Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi.

26
d. Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara
lain :
a) Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia
akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam
kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan
pengalaman ini, pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b) Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau. Jarak
posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan
atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini
berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia
merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa
harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c) Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia
untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam
mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu. Penilaian pribadi atau sikap
yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan
lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik tersebut,
lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di

27
posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu
cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila
individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons

e. Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia


Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik
dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada
usia lanjut di Posyandu Lansia seperti tercantum dalam situs Pemerintah Kota
adalah:

a) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam


kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes mellitus)
g) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. dan
i) Penyuluhan Kesehatan.
j) Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat
seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek

28
kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia,
gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk pelaksanaan Program
KUnjungan Lansia ini minimal dapat dilakukan 1 bulan sekali atau sesuai dengan
program pelayanan kesehatn puskesmas setempat.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana


dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat
terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan
laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

G. ANALISA DATA KOMUNITAS LANSIA

N
o Data Masalah Penyebab

1 Angket : dari 63 Orang Lansia Tingginya angka


terdapat, penyakit
degeneratif (Darah
-          53 Orang ( 84,1% ) lansia tidak
tinggi,Rematik,
pernah mendengar tentang posyandu
Jantung, Gula) yang
lansia
diderita oleh lansia
-          55 Orang ( 87,3% ) lansia
berkeinginan dibentuknya posyandu
lansia

-          50 Orang Lansia ( 90,9% ) lansia


menginginkan adanya pemeriksaan
kesehatan dan pengobatan

-          27 Orang lansia ( 34,6% ) lansia


menderita penyakit darah tinggi

29
-          15 Orang ( 19,2% ) lansia
menderita rematik

-          18 Orang ( 23,1% ) lansia


menderita demam

-          9 Orang ( 11,5% ) lansia


menderita sesak nafas

-          6 Orang ( 7,7% ) lansia


menderita penyakit jantung

-          3 Orang ( 3,8% ) lansia


menderita penyakit gula

-          26 Orang ( 41,3% ) lansia tidak


memeriksakan kesehatan secara rutin

-          20 Orang ( 29%) lansia hanya


melakukan kegiatan rumah tangga
setiap hari

-          28 Orang ( 43,8% ) lansia


berkebun

-          31 Orang ( 49,2% ) lansia tidak


ikut dalam kegiatan sosial di desa

Wawancara :

-          Wawancara dengan Petugas


kesehatan di desa usul belum
terbentuk posyandu lansia

-          Wawancara dengan Lansia


mengatakan malas memeriksakan
kesehatan karena jarak ke pelayanan

30
kesehatan jauh

Observasi :

-          Berdasarkan hasil observasi


saat pengkajian ditemukan 3 lansia
menderita stroke

-          Tidak terdapatnya posyandu


lansia

H. PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Mempengaruhi
perkembangan keperawatan. Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir perkembangan
keperawatan mencapai kemajuan yang cukup bermakna, hal ini bermula dari
kesepakatan bersama Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, yang telah
menerima keperawatan sebagai pelayanan professional (professional service), yang
terus berkembang sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan/keperawatan yang bermutu tinggi yang sejalan dengan perkembangan IPTEK.

Majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan
gizi dan sanitasi, dan meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi merupakan
factor yang mempengaruhi meningkatnya harapan hidup manusia, sehingga usia
harapan hidup rata-rata meningkat pada tahun 1971 adalah 46,6 tahun, pada akhir
pelita VI (1999) diperkirakan menjadi 67,5 tahun. Dengan demikian populasi lanjut usia
akan meningkat pula. Jika pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun keatas berjumlah
± 10 juta jiwa, yaitu 5,5 % dari total populasi penduduk, maka pada tahun 2020 jumlsh
tersebut diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat menjadi 29 juta jiwa yaitu : 11,4 %
dari total populasi penduduk(lembaga demografi FE-UI, 1993).

31
Perkembangan struktur penduduk ini perlu diantisipasi secara dini, karena perubahan
struktur penduduk ini akan membawa dampak terhadap berbagai aspek termasuk
pelayanan kesehatan. Kalau selama ini konsentrasi kita adalah bagaimana memberikan
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya kepada penduduk usia muda dan balita
dengan berbagai fasilitas, maka pada masa-masa mendatang pelayanan terhadap
penduduk lanjut usia dengan fasilitas yang sesuai dengan keunikan kelompok ini perlu
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Dengan demikian diharapkan melalui
peningkatan kemandirian lanjut usia dan penyediaan fasilitas yang sesuai, maka lanjut
usia dapat memberikan kontribusi bagi keluarga dan masyarakat dalam pembangunan
bangsa dan Negara.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan bidang khusus dalam keperawatan yaitu
keperawatan gerontik yang akan menangani masalah kondisi kesehatan pada lanjut usia
yang heterogen dari usia, social, budaya dsb.

a. Pengertian
Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu
yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul
pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau
kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia.

b. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan


ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun
sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat.
a) Batasan-batasan lanjut usia Belum didapatkan jawaban yang memuaskan
b) Menurut undang-undang No.13/th 1998 Bab I pasal 1 ayat 2  seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas

c. Perubahan – perubahan yang terjadi pada lanjut usia


a) Perubahan Fisik
Sel

32
1. Lebih sedikit jumlahnya
2. Lebih besar ukurannya
3. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler
Sistem Persyarafan
1. Hubungan persyarafan menurun
2. Lambat dalam merespon dan beraksi khususnya dengan stress
3. Mengecilnya syaraf panca indra
Sistem Pendengaran
1. Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga, terutama bunyi atau
suara-suara yang tinggi, suara yang tidak jelas dan sulit mengerti kata-kata.
2. Membrane timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
System penglihatan
1. Spingter pupil timbul skerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4. Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya
gelap.
5. Hilangnya daya akomodasi
6. Menurunnya lapang pandang.
7. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
System kardiovaskuler
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
2. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun.
3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah : kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmhg---mengakibatkan
pusing mendadak.
4. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari
pembuluh darah perifer.

33
System respirasi
1. Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2. Menurunnya aktifitas dari silia.
3. Paru-paru kehilngan elastisitas, kapasitas residu meningkat, napas lebih
berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dan kedalaman bernapas
menurun
4. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5. O2 pada arteri menjadi 75 mmhg
6. Co2 pada arteri tidak berganti
7. Kemampuan untuk batuk berkurang
System Gastrointestinal
1. Kehilangan gigi, penyebab utama adanya Periodontal disesase yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun
2. Indera pengecap menurun. Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender,
atrofi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saari saraf pengecap di
lidah terutama rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.
3. Esophagus melbar
4. Lambung. Rasa lapar menurun(sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu pengosongan menurun.
5. Peristaltic melemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorpsi melemah.
7. Hati/lever. Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan
berkurangnya aliran darah.
System genitor urinaria
1. Ginjal
mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50%, penyaringan diglomerulus menurun sampai 50%.
2. vesika urinary
otot menjadi lemah, kapsitas menurun sampai 200 ml atau menyebabkan
frekuensi berkemih meningkat. Vesika urinary susah dikosongkan pada pria
lanjut usia sehingga menyebabkan retensi urin.
3. pembesaran prostate 75% dialami oleh pria usia 65 tahun

34
4. atropi vulva
5. vagina, selaput lender menjadi kering, elastisitas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi kurang.
6. daya seksual
orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya. Tidak ada
batasan umur tertentu dimana fungsi seksual cenderung menurun secara
bertahap setiap tahun, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus sampai tua.
System endokrin
1. Produksi dari hampir semua hormone menurun
2. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3. Menurnnya aktifitas tiroid
4. Menurunnya produksi aldosteron
5. Menurunnya sekresi hormone kelamin.
System integument
1. Kulit mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak
2. Kulit kpala dan rambut menipis berwarna kelabu
3. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
4. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi
kuku jari menjadi keras dan rapuh
5. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk
6. Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
System muskuloskletal
1. Tulang kehilngan density(cairan) dan makin rapuh
2. Kifosis
3. Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbats
4. Discus invertebralis menipis dan menjadi pendek
5. Persendian membesar dan menjadi kaku
6. Tendon mengkerut dan mengalami sceloris
7. Atrofi serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot kram
dan menjadi tremor

35
b) Perubahan-Perubahan Mental
Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1. Perubahan fisik, khusunya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan
5. Lingkungan
Yang mengalami perubahan :
Ingatan jangka pendek cenderung berkurang,Tidak ada perubahan pada
kemampuan matematika dan verbalisasi, Sensitivitas emosi meningkat.

c) Perubahan-Perubahan Psikososial
1. Memasuki masa pension
2. Merasakan sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup
4. Meningktanya biaya-biaya hidup pada penghasilan sulit akibat
pemberhentian dari jabatan, bertambahnya biaya pengobatan
5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
6. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social
7. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilngan hubungan dengan teman-teman
dan family
8. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. Perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d) Perubahan pada spiritual
1. Lebih mendalami agama
2. Makin dewasa dalam berfikir dan bertindak

d. Lingkup peran dan tanggung jawab perawat gerontik


Lingkup ASKEP gerontik
a) Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
b) perawatan yang ditujukan u/ pemenuhan kebutuhan akibat proses penuaan
c) pemulihan ditujukan u/ upaya mengatasi keterbatasan akibat proses penuaan.

36
Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik :
1. Sebagai pelaku/pemberi askep
2. sebagai pendidik
3. sebagai motivator
4. sebagai advokasi klien
5. sebagai konselor

e. Tanggung jawab perwata gerontik:


1. Membantu klien m’oleh kesehatan scr optimal
2. membantu klien u/ memelihara kesehatannya
3. membantu klien menerima kondisinya(lansia)
4. membantu klien menghadapi ajal dgn diperlakukan scr manusiawi sampai
meninggal.

f. Sifat pelayanan/asuhan keperawatan gerontik


1. INDEPENDEN
2. DEPENDEN
3. HUMANISTIK
4. HOLISTIK

g. Model pemberian pelayanan/asuhan keperawatan gerontik


1. MODEL KASUS
2. MODEL TIM
3. MODEL PRIMER

I. ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU PADA LANSIA


a. PENGERTIAN
a) ASKEP Lansia ad/ su/ rangkaian kegiatan dari proses keperawatan yang ditujukan
pada lansia.

37
b) Kegiatan Perawat : melakukan pengkajian(biofisik, psikologis, kultural, dan
spiritual)membuat Dx.Kep,intervensi, implementasi, evaluasi!

b. TUJUAN
Adapun tujuan dari pemberian asuhan keperawatan :
1. Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dgn upaya
promosi,preventif, rehabilitatif
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dengan jalan perawatan dan
pencegahan
3. Membantu mempertahankan serta membesarkan semangat hidup lansia
4. Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit tertentu
5. Membantu lansia menghadapi kematian dengan damai dan dalam lingkungan
yang nyaman
6. Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses keperawatan.

c. SASARAN ASKEP GERONTIK :


1. Klien di keluarga
2. Klien di panti (sebagai individu a/ kelompok)
3. Kelompok Masyarakat (Posyandu Lansia/karang Wreda)

d. HAL-HAL YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN :


1. Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial
2. Efek dari penyakit dan ketidakmampuan/keterbatasan(disability) pd status
fungsional
3. Menurunnya efesiensi dari mekanisme homeostatis
4. Kurang/belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien
5. Perubahan respon terhadap penyakit
6. Kerusakan fungsi kognitif

Fokus asuhan keperawatan yang dilakukan adalah peningkatan kesehatan, pencegahan


penyakit serta mengoptimalkan fungsi fisik dan mental lansia. Selain itu asuhan
keperawatan dilakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada

38
lansia sebagai akibat mekanisme adaptasi yang tidak efektif. Masalah atau gangguan
umum yang terjadi pada lansia antara lain:
1. Gangguan Muskuloskletal yaitu rematik, osteoporosis
2. Gangguan Kardiovaskuler yaitu hipertensi, stroke, gagal jantung
3. Gangguan Respirasi yaitu penyempitan saluran nafas kronis, asma, dll
Asuhan keperawatan yang dilakukan ditujukan pada aspek biologis, psikologis, sosialis
dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan(intervensi keperawatan), pelaksanaan(implementasi) dan
evaluasi, dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

a) PENGKAJIAN
Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,
social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.
1. Fisik / Biologis
Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji
dengan menanyakan tentang:
1) Pandangan lansia tentang kesehatannya
2) Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
3) Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
4) Kebiasaan lansia merawat diri sendiri
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
6) Kebiasaan gerak badan / olahraga
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
9) Masalah-masalah seksual yang dirasakan

b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan
dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument,

39
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi
sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.
1. Psikologis
Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk
melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji
alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam
penyelesaian masalahnya.
Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir
yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada lansia meliputi :
1) Apakah mengenal masalah-masalah utamanya
2) Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
3) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
4) Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
5) Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
6) Apakah mudah untuk menyesuaikan diri
7) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
8) Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

2. Sosial – Ekonomi
Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman
sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam
organisasi social.

Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka
peroleh. Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun
terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa
dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya
sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Apa saja kesibukan lansia
2) Dari mana saja sumber keuangannya
3) Dengan siapa ia tinggal

40
4) Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
6) Siapa saja yang biasa mengunjunginya
7) Seberapa besar ketergantungannya
8) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada

3. Spiritual
Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik,
keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan
lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan.
Yang perlu dikaji pada lansia :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah
4) Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas
dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan
yang mungkin timbul pada lansia.
Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain :
I. Fisik / biologi
i. Gangguan Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pemasukan makanan yang tidak adekuat
ii. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan
iii. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam
merawat diri
iv. Resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat

41
v. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif
vi. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
vii. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas
atau adanya sekret pada jalan napas
viii. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain

II. Psikologis - sosial


i. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
ii. Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
iii. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial
iv. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
v. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
mengungkapkan perasaan secara tepat
vi. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.

III. Spiritual
i. Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
ii. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan
menghadapi kematian
iii. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
iv. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan
ibadah secara tepat.
c) PERENCANAAN
Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan
tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang
melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga
dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik,
psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan
dasar antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

42
2. Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3. Memelihara kebersihan diri
4. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

d) Tindakan Keperawatan :
1. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti
kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga
dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia
dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial.

Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan


rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh
diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus
akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang.

Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan


timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan
atau makan berlebihan.
Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi
kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia
menolak makan atau makan berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :


a. Gizi berlebihan
Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia
penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat
menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, penyempitan
pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya.

43
b. Gizi berkurang
Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat
badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat
menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya :
rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital.
Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan
penyakit, serta ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan
makanan yang salah dari usia mudah.
c. Kekurangan vitamin
Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam
makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam
makanan.
d. Kelebihan vitamin
Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter,
yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin
ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.

Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada
orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama,
bentuk dan pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
a) Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah
1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan
usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing
manis, dll).
b) Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang
mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses
metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis.
c)Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan
timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 %
- 20 %dr total kalori yg dibutuhkan.
d) Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan
kebutuhan didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.

44
e) Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah
konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

45
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri
dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia
meliputi usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut
(elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90
tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Teori – teori Proses Menua 
Sebenarnya secara individual
a) Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
b) Masing – masing lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
c) Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
makalah agar dapat mengetahui cara berfikir.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam
pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar lebih mengerti tentang pembuatan askep komunitas
lansia.

46
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Basford, Lynn. & Slevin, Oliver. (2006). Teori & Praktik Keperawatan Pendekatan Integral
pada Asuhan Pasien. Jakarta : EGC
Ismayadi. (2004). Asuhan Keperawatan Dengan Reumatik (Artritis Treumatoid) Pada Lansia.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia dengan Demensia pada Home
Care. Universita Muhammadiyah Malang
Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta: EGC
Potter, Patricia. A. & Anne Griffin Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC
Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd
Stanlet, Mickey. & Beare, Patricia Gauntlett. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
kedua. Jakarta : EGC

Anonim, 1999, Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia. Jakarta : Depkes RI


Nugroho.W. ,2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia
www.iinaza.wordpress.com : All About Posyandu
www.library.usu.ac.id : Posyandu dan Kader Kesehatan
www.gizi.ned : Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu
www.puskesmas-oke.blogspot.com : Pengelolaan Posyandu Lansia
www.damandiri.or.id. /file/ratnasuhartini

47

Anda mungkin juga menyukai