Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYULUHAN HIV/AIDS RW 03 KELURAHAN CAKRA

Kelompok III

Apolonaris Atawolo (201411004) Andrea Natasha (201411038)

Cendi Claudio (201411006) Isabela Yosevina (201411047)

Florensia Uba Ruron ( 201411010) Maria Beatrix (201411051)

Lasmaroha Silaban (201411019) Meta Suryanti (201411056)

Maria Xaveriana ( 201411023) Renata Ryanti (201411060)

Mismadonaria Sihotang (201411026) Velisia Nouvena Dee (201411068)

Stefanus Prasetyo ( 201411031) Yohana Riang Toby (201411070)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS

S1 KEPERAWATAN-A

JAKARTA

2017
1. Latar belakang
Kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Indonesia bagaikan gunung
es dimana yang hanya muncul sedikit dipermukaan tapi banyak yang tersembunyi.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KemenkesRI) (2017) kasus
HIV yang terjadi di Indonesia cendrung meningkat dari tahun 2011 - 2016. Pada
tahun 2016 terdapat 41.250 kasus yang telah dilaporkan.
Dari kasus tersebut, berdasarkan pembagian kelompok umur untuk
kelompok umur 15 -19 tahun terdapat 3,7 % kasus dan kelompok umur 20 – 24
tahun terdapat 17,3% kasus HIV positif. Berdasarkan hasil laporan Dinas kesehatan
DKI Jakarta (2016) selama tahun 2016 terdapat 6.022 kasus baru yang ada
diwilayah tersebut. Dari 6.022 kasus baru tersebut, terdapat 3,29% kasus
merupakan kelompok umur 15 – 19 tahun dan 19,66% kasus merupakan kelompok
umur 20 – 24 tahun.
Berdasarkan data dari puskesmas kelurahan, wilayah RW 03 Kelurahan
Cakra ditemukan kasus HIV remaja sebanyak 2% selama 3 tahun terakhir. Dari
keseluruhan remaja di RW 03 terdapat 20% remaja yang putus sekolah. Di wilayah
RW 03 ini, 25% penduduk memiliki stigma yang buruk terhadap penderita HIV dan
sebanyak 35 % penduduk tidak mengenal penyakit HIV dan cara penularan.
Terdapat 1 orang remaja meninggal akibat dari HIV/AIDS satu tahun yang lalu. Di
wilayah RW 03 juga di temukan sejak 2 tahun terakhir terdapat kasus narkoba pada
remaja yang mulai muncul dan terdapat beberapa warung internet tempat remaja
bermain game online dan tempat remaja biasa berkumpul untuk merokok.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya HIV adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai HIV dan tingginya stigma dan diskriminasi
yang muncul di masyarakat terhadap Orang dengan HIV (Febrianti 2017). Stigma
digambarkan sebagai “cap buruk” yang sangat memojokkan penderita HIV di mata
orang lain.
Masyarakat diharapkan memiliki pengetahuan mengenai HIV dan proses
penyebaran HIV AIDS, sehingga dapat mencegah perilaku beresiko tertular HIV.
Masyarakat juga sangat penting memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), sehingga tidak terjadi diskriminasi terhadap
ODHA, hal ini akan membantu para penderita HIV dalam proses pengobatan yang
lebih patuh dan meningkatkan harga diri para penderita, sehingga penyakit infeksi
lainnya dapat di cegah. Oleh karena itu, kami akan mengadakan penyuluhan
HIV/AIDS di RW 03 Kelurahan Cakra.

2. Masalah keperawatan komunitas


Tinggi angka prevalensi HIV pada remaja di RW 03
3. Rencana kegiatan
a. Topik : “Mari Mengenal HIV”
b. Tujuan aktivitas/tindakan
c. Sasaran dan target : Total keseluruhan peserta yang hadir sebanyak 50 orang
yang tediri dari:
- Remaja RW 03
- Orang tua dari remaja RW 03
d. Metode
- Presentasi
- Diskusi
e. Media
- Poster
- Leaflet
- LCD proyektor
- Laptop
- Sound sistem
- Mic
- Kamera
f. Waktu : 9 Desember 2017 pukul 09.00-12.00
g. Tempat : Balai warga
h. Strategi pelaksaan :

No. Waktu Kegiatan Acara PJ


1. 08.00-09.00 Persiapan tempat dan Persiapan Meta, kader
pengaturan media
2. 09.00 – a. Salam pembuka Pembukaan Bella (MC)
b. Doa
09.15
c. Perkenalan panitia
d. Penjelasan alasan dan
tujuan diadakan kegiatan
e. Kontrak waktu
3. 09.15 – Penyuluhan tentang HIV Inti Renata
10.00 (moderator),
10.00 – Pemutaran Video Florensia,
10.10 Yohana
10.10 – Tanya jawab
10.30

11.15 – Tanya jawab


11.30
4 11.30 – Evaluasi pemahaman Penutup Bella (MC)
11.45 peserta
11.45 – Doa penutup, foto bersama
12.00 dan ramah tamah

i. Seting kegiatan :
j. Pengorganisasian kelompok
1) Ketua panitia : Apolonaris B Atawolo
Job description:
a) Memimpin pertemuan kepanitiaan
b) Membentuk staffing kepanitiaan
c) Membuat konsep kegiatan
d) Membuat keputusan rapat
e) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
f) Berkonsultasi dengan pembimbing
2) Sekretaris : Andrea Natasha Loen
Job description:
a) Membuat surat undangan
b) Membuat laporan pendahuluan
c) Membuat notulensi
d) Membuat laporan kepanitiaan
e) Berkoordinasi dengan ketua panitia
3) Bendahara : Mismadonaria
Job description:
a) Mengatur pengeluaran dan pemasukan keuangan kepanitiaan
b) Berkoordinasi dengan seksi seksi dan ketua panitia
4) Seksi acara : Lasma R
Job description:
a) Membuat konsep acara
b) Membuat rundown acara
c) Membuat laporan acara
d) Me-lobby panitia
e) Berkoordinasi dengan seksi-seksi lain
f) Membuat perincian keperluan acara
g) Mengkoordinir acara selama kegiatan berlangsung
h) Menentukan pembawa acara
i) Menyiapkan penyaji dan kata sambutan
Tugas-tugas bagian seksi acara
1. MC : Isabela Yosefina
Job Description:
a. Membuka dan menutup acara
b. Membacakan susunan acara
c. Memimpin ice breaking
2. Moderator : Renata R
Job Description:
a. Mengatur dan mengendalikan jalannya diskusi
b. Menyimpulkan hasil diskusi
3. Pemateri 1 : Yohana Riang Tobi
4. Pemateri 2 : Florensia Uba Ruron
5. Observer : Maria Xaveriana
Job Description:
a. Mengobservasi berlangsungnya kegiatan secara umum
b. Menilai tugas-tugas dari setiap seksi
c. Menyampaikan hasi observasi
d. Membuat laporan hasi kegiatan dalam bentuk ketikan
5) Seksi usaha dana : Cendi Claudio Agfurtiansyah Putra
Job Description:
a) Mencari dana
b) Mengajukan proposal kepada sponsorship
c) Berkoordinasi dengan setiap seksi dan ketua panitia
6) Perlengkapan : Meta Suryanti
Job Description:
a) Membuat rincian perlengkapan setiap seksi
b) Menyediakan keperluan acara seperti media yang akan di gunkan
selama acara berlangsung
c) Berkoordinasi dengan setiap seksi dan ketua panitia
d) Menyediakan tempat
7) Humas : Velicia Novena Dee
Job Description:
a) Menghubungi RW setempat untuk melakukan kontrak pelaksanaan
acara
b) Menghubungi kelurahan setempat sehubungan dengan diadakannya
acara penyuluhan.
c) Berkoordinasi dengan seluruh kader setempat sehubungan dengan akan
dilaksanakannya acara penyuluhan.
d) Mengantarkan undangan
8) Konsumsi: Maria Beatrix BB
Job Description:
a) Bekerja sama dengan ibu kader/warga dalam penyediaan konsumsi.
b) Membagikan konsumsi kepada seluruh peserta yang hadir dan panitia
9) Dokumentasi: Stefanus Prasetyo
Job Description:
a) Mendokumentasikan seluruh rangkaian acara dari awal hingga akhir
acara.
4. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
1) Laporan pendahuluan sudah dikonsultasikan kepada pembimbing.
2) Tempat sudah ditentukan.
3) Undangan sudah disebar.
4) Media penyuluhan sudah tersedia.
b. Evaluasi proses
1) Semua peserta yang diundang hadir dan mengikuti penyuluhan dengan
baik hingga selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat acara berlangsung.
3) Seluruh peserta aktif saat proses diskusi berlangsung.
4) Tidak ada kendala secara teknis saat penyuluhan dilakukan.
c. Evaluasi hasil
1) Semua peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh panitia.
Lampiran Materi

1. Definisi HIV
a. HIV merupakan sebuah virus yang menyebar melalui cairan tubuh yang
menyerang sistem imun tubuh khususnya sel CD4 yang sering disebut sel T
(HIV.gov, 2017).
b. HIV merupakan golongan retrovirus yang ditemukan pada cairan tubuh seperti
darah, cairan mani, cairan vagina, dan ASI yang menurunkan kekebalan tubuh
manusia (KPA, 2010).
c. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan sebuah virus yang
menyerang sistem imum di dalam tubuh tepatnya menyerang sel darah putih
yaitu sel T atau yang disebut CD4. Virus ini membuat replikasi dirinya didalam
sel CD4 (Avert,2017).
2. Epidemiologi Penyakit HIV di Dunia dan Indonesia

Menurut UNAIDS dan WHO jumlah penderita HIV di dunia pada tahun
2015 berjumlah 36,7 juta orang. jumlah orang yang baru terinfeksi HIV di dunia
pada tahun 2015 berjumlah 2,1 juta orang. Jumlah kematian karena AIDS pada
tahun 2015 di dunia berjumlah 1,1 juta orang. sedangkan data mengenai jumlah
penderita HIV dan AIDS di Indonesia dari tahun 2005-2017 tergambar pada grafik
berikut:

3. Populasi Kunci Terkait Penyakit HIV


Sumber: Pemodelan HIV 2012, Ditjen PP&PL

4. Cara Penularan Penyakit HIV (KPA, 2010):


a. Lewat darah
 Transfusi darah/produk darah yang sudah tercemah HIV
 Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai secara
bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik di kalangan
pengguna narkotika suntik, melalui pemakaian jarum suntik yang berulang
kali dalam kegiatan lain, misalnya: penyuntikan obat, imunisasi,
pemakaian alat tusuk yang tembus kulit, misalnya alat tindik, tato, alat
facial wajah.
b. Lewat cairan mani dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk ke dalam vagina/anus), tanpa
menggunakan kondom sehingga memungkinkan kontak cairan mani atau
cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) atau kontak cairan mani
yang terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
c. Lewat ASI
Penularan ini memungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif dan
melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi ini berkisar hingga 30%, artinya dari
setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir
dengan HIV positif.

5. Tanda dan Gejala serta Stage HIV (AVERT, 2017):


Tanda dan Gejala HIV sangat erat kaitannya dengan tingkatan HIV yang dialami
seseorang. Menurut AVERT (2017) ada tiga tingkatan HIV sampai dengan
seseorang mencapai tahap AIDS:
a. Infeksi primer akut
Tahapan ini terjadi sekitar 1-4 minggu setelah seseorang terinfeksi HIV.
Beberapa orang akan megalami gejala seperti flu. Gejala ini tidak bertahan
lama, mungkin 1-2 minggu dan dapat timbul gejala lainnya seperti demam,
ruam tubuh, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar, sakit kepala, keluhan
nyeri perut, nyeri sendi dan otot. Gejala ini dapat terjadi karena system imun
tubuh bereaksi dengan virus HIV dengan mencoba untuk menghancurkan virus
yang ada di dalam tubuh dengan memproduksi antibody HIV. Lamanya stage
ini berbeda pada setiap orang, tergantung pada sistem imunnya. Proses ini
disebut seroconvertion yang akan berakhir pada beberapa bulan.
b. Asimtomatik stage
Ketika stage seroconvertion ini selesai seseorang akan merasa lebih baik
(‘sembuh’) selama 10-15 tahun kedepan. Padahal virus HIV ini masih aktif di
dalam tubuh dan menginfeksi sel baru dan terus bereplikasi di dalam tubuh,
tetapi tidak memperlihatkan tanda dan gejala lainnya. Seiring berjalannya
waktu hal ini dapat mengakibatkan banyak sekali kerusakan pada sistem tubuh
seseorang.
c. Infeksi HIV Simtomatik
Pada stage ke tiga dari infeksi HIV, ada banyak kerusakan yang terjadi pada
sistem imun. Pada stage ini seseorang akan lebih sering mengalami infeksi
bakteri dan jamur. Infeksi ini disebut sebagai infeksi oportunistik. Gejala yang
timbul pada stage ini yaitu: penurunan BB, diare kronis, keringat berlebih pada
malam hari (diaphoresis), demam, batuk yang berkepanjangan, masalah pada
mulut dan kulit, infeksi regular, serta penyakit dalam lainnya (tuberculosis,
meningitis, dll)
d. AIDS
AIDS bukan merupakan suatu virus atau penyakit melainkan suatu kumpulan
khusus dari tanda dan gejala. Tidak ada test khusus untuk mendiagnosis AIDS,
karena AIDS merupakan kumpulan dari berbagai infeksi oportunistik dan
penyakit yang diakibatkan dari kerusakan sistem imun.

6. Deteksi Dini Penyakit HIV dan Test Diagnostik


Menurut KPA (2010) seseorang harus melakukan test HIV ketika melakukan
perilaku beresiko seperti:
a. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan pengaman.
b. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
c. Ketika seseorang menyadari perilakunya ternyata kontak dengan penderita HIV
(merasa khawatir dirinya terinfeksi HIV)

Walaupun seseorang tidak meakukan perilaku seperti di atas, namun


seseorang dan pasangannya tetap dianjurkan untuk melakukan test HIV dan
pemeriksaan penyakit seksual lainnya secara rutin setiap tahun. Jika sesorang
melakukan salah satu atau lebih dari ketiga hal diatas, yang harus dilakukan
pertama kali adalah (KPA, 2010):

a. Mendatangi pelayanan kesehatan dan berkonsultasi secepatnya. Jika sudah


bertemu dengan petugas kesehatan dalam waktu 72 jam, seseorang dapat
disarankan untuk melakukan Post Exposure Profilaxis (PEP) untuk mencegah
terjadinya infeksi. Ini merupakan bentuk pengobatan darurat HIV yang akan
mengurangi kesempatan terjadinya infeksi HIV. Tenaga kesehatan akan
memberikan PEP jika tenaga kesehatan merasa bahwa seseorang berada dalam
resiko tinggi terkena HIV, dan seseorang akan dianjurkan untuk datang kembali
melakukan test pada tanggal yang akan ditentukan (3 bulan setelah terjadinya
paparan).
b. Ketika memutuskan untuk melakukan test HIV, seseorang sangat wajar untuk
mengalami kekhawatiran terhadap test yang akan dilakukan, tetapi seseorang
tidak perlu merasa khawatir karena hal itu merupakan pilihan yang tepat yang
dapat dilakukan untuk kesehatannya. Test untuk HIV merupakan proses yang
sederhana dan biasanya hanya membutuhkan sedikit sampel dari darah atau
cairan mukosa mulut, prosesnya sangat mudah, tidak sakit, terjamin
kerahasiaannya dan biasanya gratis.

Ada 4 jenis test HIV (AVERT, 2017):

a. Third generation HIV test (ELISA antibodi)


Test ini dapat dilakukan 3 bulan setelah terjadi paparan dan seseorang dapat
mengetahui hasil test yang telah dilakukannya antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Hal yang diperlukan untuk test ini adalah antibodi HIV yang
dapat ditemukan pada darah, saliva atau urine. Jika antibodinya ditemukan
pada cairan tubuh tersebut, hal ini menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi
virus HIV.
b. Four generation HIV test (ELISA combined antigen/antibodi)
Test ini dapat dilakukan 1 bulan setelah terjadi paparan dan seseorang dapat
mengetahui hasil test yang telah dilakukannya antara beberapa hari sampai
beberapa minggu. Tes ini bertujuan untuk melihat adanya antigen P24 yang
merupakan bagian dari virus HIV yang banyak terdapat dalam darah pada
minggu pertama setelah terjadi infeksi, tetapi baru dapat terdeteksi setelah 1
bulan terjadinya paparan.
c. Rapid HIV Test
Test ini dapat dilakukan 3 bulan setelah terjadi paparan dan seseorang dapat
mengetahui hasil test yang telah dilakukannya dalam 20 menit. Tes ini
bertujuan untuk melihat adanya antibodi HIV yang terdapat di dalam darah. Tes
ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari jari seseorang. Keakuratan
dari Rapid HIV Test ini lebih rendah dari ELISA test, oleh karena itu
dianjurkan untuk melakukan test laboratorium.
d. Self Testing-kits
Test ini dapat dilakukan 3 bulan setelah terjadi paparan dan seseorang dapat
mengetahui hasil test yang telah dilakukannya dalam 20 menit. Tes ini
bertujuan untuk melihat adanya antibodi HIV yang terdapat di dalam darah.
Prinsip dari melakukan test ini sama halnya dengan melakukan Rapid HIV
Test, perbedaannya adalah test ini dilakukan oleh klien sendiri, sehingga klien
akan merasa lebih nyaman karena hanya klien sendiri yang mengetahui
hasilnya. Namun, setelah mengetahui hasilnya, klien harus mengunjungi
pelayanan kesehatan untuk mengikuti rencana tindak lanjut mengenai hasil
yang didapat.
7. Pengobatan Penyakit HIV (AVERT, 2017):

HIV tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dilakukan pengobatan untuk tetap
mempertahankan kondisi kesehatan agar tetap dalm kondisi yang baik. Satu-
satunya pengobatan untuk mengobati HIV adalah dengan Antiretroviral Therapy
(ART). Tujuan ARV adalah untuk menjaga level virus HIV di dalam tubuh (viral
load) dalam kadar yang rendah (<1000) dan meningkatkan CD4. Ketika sudah
mengkonsumsi ARV secara teratur dan dinyatakan bahwa virus di dalam tubuh
sudah tidak terdeteksi, yang perlu dilakukan bukan berhenti mengkonsumsi ARV
melainkan tetap teratur mengkonsumsi ARV untuk mencegah penularan kepada
orang lain (AVERT, 2017).

Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang mengalami resistensi obat


ARV adalah ketidakpatuhan. Jika seseorang terkadang lupa mengkonsumsi obatnya
secara tepat waktu, maka orang tersebut akan mengalami resistensi obat. Semakin
sering seseorang lupa untuk mengkonsumsi ARV maka semakin tinggi resiko virus
HIV menjadi resisten terhadap jenis obat yang dikonsumsi saat ini. Itu berarti
bahwa obat ARV tersebut tidak dapat bekerja untuk menekan perkembangan virus
HIV walaupun orang tersebuh mengkonsumsinya setiap hari (AVERT, 2017). WHO
(2017) merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan viral load dan CD4 6
bulan setelah seseorang mengkonsumsi ARV untuk melihat ada atau tidaknya
resistensi obat. Hal yang harus dilakukan jika seseorang mengalami resistensi obat
adalah segera mengunjungi fasilitas kesehatan.

8. Cara Pencegahan Penularan Penyakit HIV (KPA, 2010):


a. Menghindari hubungan seks di luar nikah/berganti-ganti pasangan.
b. Pemakaian kondom pada mereka yang memiliki pasangan HIV positif.
c. Menggunakan jarum suntik dan alat tusuk lainnya yang terjamin sterilitasnya.
d. Staining darah donor.
e. Perempuan dengan HIV positif agar tidak hamil dan bila hamil mengikuti
program pencegahan HIV dari ibu ke anak.
9. Cara Melindungi Diri dari HIV (KPA, 2010):
a. Tidak melakukan hubungan seks seblum menikah.
b. Setelah menikah, setialah pada pasangan anda.
c. Gunakan kondom, apabila pasangan Anda adalah HIV positif.
d. Janganlah melakukan hubungan seks dengan orang yang berperilaku seks
berisiko, misalnya pekerja seks.
e. Janganlah terlibat narkotika dan pemakaian jarum suntik bersama-sama.
10. Stigma dan Diskriminasi
a. HIV tidak ditularkan dengan cara berikut:
 Berciuman
 Berpelukan, berjabat tangan
 Pemakaian WC, wastafel atau kamar mandi bersama
 Mandi bersama
 Berenang di kolam renang
 Gigitan nyamuk atau serangan lain
 Membuang ingus, batuk dan meludah
 Berkeringat
 Pemakaian piring, alat makan/minum atau makan bersama-sama.
b. Hal-hal yang tidak dapat mencegah atau mengobati HIV:
 Membersihkan alat genitalia setelah melakukan hubungan seksual.
 Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang masih perawan atau
perjaka.
 Penggunaan obat-obatan herbal dan hal-hal gaib (dukun)
 Menggunakan pil kontasepsi
c. Ketakutan seseorang untuk menjalankan test HIV:
WHO dan UNAIDS di dalam AVERT (2017) mengatakan bahwa stigma dan
diskriminasi merupakan alasan utama mengapa seseorang tidak mau
melakukan test HIV, mengungkapkan statusnya sebagai penderita HIV dan
tidak mau mengkonsumsi obat ARV.
11. Tips – tips mengenai HIV:
a. Ketika seseorang didiagnosis menderita HIV, orang tersebut harus menjalin
hubungan yang intens dengan tenaga kesehatan agar mendapat pengawasan
yang lebih dalam menjalani pengobatan, manajemen efek samping dan
penggantian pengobatan jika dibutuhkan.
b. Jika salah satu pasangan menderita HIV dan ingin memiliki anak, sebaiknya
tetap menggunakan kondom saat berhubungan tetapi kondom tersebut
dilubangi sebesar jarum agar sperma tetap dapat masuk dan mencegah
terjadinya penularan.
c. Jika seseorang mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV, sangat disarankan
untuk memulai terapi HIV secepatnya.
d. Jika seorang penderita HIV menjalankan pengobatan secara tepat dan benar
akan membuat orang tersebut tetap sehat dan mengurangi kemungkinan untuk
menularkan kepada orang lain (terutama pada ibu yang sedang mengandung
dan menyusui).
e. Lakukan pengobatan dan gaya hidup yang benar agar dapat hidup selayaknya
orang sehat seperti biasanya.
DAFTAR PUSTAKA

AVERT.org. (2017). Information on HIV.

HIV.gov. (2017, Mei 15). Retrieved from What Are HIV and AIDS:
https://www.hiv.gov/hiv-basics/overview/about-hiv-and-aids/what-are-hiv-and-
aids (diakses tanggal 6 November 2017, pukul 14.34)

Komisi Penanggulangan AIDS. (2010). HIV AIDS Infeksi Menular Seksual dan
Narkoba. Jakarta: KPAN

Lewis, S. L., Bucher, L., & Heitkemper, M. M. (2017). Medical Surgical Nursing. St.
Louis Missouri: Elsevier.

WHO. (2016, November). Retrieved from HIV/AIDS:


http://www.who.int/features/qa/71/en/
Lampiran.

Anda mungkin juga menyukai