Anda di halaman 1dari 66

HIPERTERMIA (DEMAM BERDARAH DENGUE/DBD) PADA NONA L

DI RUANG SAMBILOTO RUMAH SAKIT TK II KARTIKA HUSADA

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :
EGA PUTRI FUJI RAHAYU
NIM. SRP21318034

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2022
HIPERTERMIA (DEMAM BERDARAH DENGUE/DBD) PADA NONA L
DI RUANG SAMBILOTO RUMAH SAKIT TK II KARTIKA HUSADA

KARYA ILMIAH AKHIR (KIA)


ILMU KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :
EGA PUTRI FUJI RAHAYU
NIM. SRP21318034

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN
SIDANG KARYA ILMIAH AKHIR

Judul Karya Ilmiah Akhir : Hipertermia (Demam Berdarah Dengue/DBD) Pada


Nona L di Ruang Sambiloto Rumah Sakit TK II Kartika
Husada
Nama : Ega Putri Fuji Rahayu
NIM : SRP21318034
Program Studi : Profesi Ners Keperawatan Reguler A

Menyetujui,
Pembimbing

Ns. Indri Erwhani, M.Pd., M.Kep


NIDN : 1122097701

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep


NIDN 1124058601

ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA AKHIR ILMIAH (KIA)

Oleh :
EGA PUTRI FUJI RAHAYU
NIM. SRP21318034

Telah dipertahankan dihadapan dewan Penguji Karya Ilmiah Akhir,


Program Studi Ners Kelas Reguler A
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak
Tanggal : 07 Juli 2022

Disetujui,

Pembimbing Penguji

Ns. Indri Erwhani, M.Pd., M.Kep DR. Wida Kuswida B,S.KP. M.Kes
NIDN : 1122097701 NIDN : 404126601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ners

Ns. Indah Dwi Rahayu, M.Kep


NIDN : 1124058601

iii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah benar-benar hasil
pekerjaan saya. Adapun Kutipan atau seduran hanya sebatas referensi semata dan apabila
dikemudian hari Karya Ilmiah Akhir yang saya buat ini terbukti meniru atau menjiplak karya
orang lain, saya bersedia mendapat sanksi akademis maupun sanksi pidana dari lembaga yang
berwenang.

Pontianak, Juli 2022


Hormat Saya,

Ega Putri Fuji Rahayu


NIM. SRP21318034

iv
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
Karya Ilmiah Akhir, Juli 2022

EGA PUTRI FUJI RAHAYU


putriiegaa888@gmail.com

Hipertermia (Demam Berdarah Dengue/DBD) Pada Nona L di Ruang Sambiloto


Rumah Sakit TK II Kartika Husada
xi + 50 halaman + 1 gambar + 1 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh salah satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk
terutama aedes aegypti dan aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis
di antaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD).
Metode Penyelesaian Masalah : Metode penyelesaian masalah pada Karya Ilmiah Akhir ini
adalah menggunakan strategi pelaksanaan diagnosis asuhan keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan.
Hasil : Berdasarkan analisis data subjektif dan objektif, penulis merumuskan 4 masalah
keperawatan yaitu hipertermia, resiko defisit nutrisi, intoleransi aktivitas, risiko perdarahan.
Setelah penulis melakukan intervensi dan implementasi didapatkan hasil 1 diagnosis
keperawatan yang teratasi dan 3 diagnosis keperawatan teratasi sebagian.
Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD)

Daftar Pustaka : 29 (2011-2021)

v
STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK
NURSING PROFESSION PROGRAM (NERS)
Final Scientific Work, July 2022

EGA PUTRI FUJI RAHAYU


putriiegaa888@gmail.com

Hypertermia (Dengue Haemorrhagic Fever/DHF) in Miss L In The Sambiloto Room At


The Kartika Husada Kindergarten II Hospital
xi + 50 page + 1 picture + 1 attachment

ABSTRACT

Background : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by one of


4 different dengue viruses and is transmitted through mosquitoes, especially aedes aegypti
and aedes albopictus which are found in tropical and subtropical areas including the islands in
Indonesia to northern Australia.
Objective : To be able to carry out nursing care for clients with Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF).
Problem Solving Methods : The method of solving problems in this Final Scientific Work is
to use the strategy of implementing nursing care diagnoses, interventions, implementation
and evaluation of nursing.
Results : Based on subjective and objective data analysis, the authors formulated 4 nursing
problems, namely hypertermia, risk of nutritional deficit, activity intolerance, risk of
bleeding. After the authors intervened and implemented the result, 1 nursing diagnosis was
resolved and 3 nursing diagnoses were partially resolved.
Keywords : Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

Bibliography : 29 (2011-2021)

vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah segaja puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan seluruh rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan kesempatan dan
kesehatan untuk menjalankan kehidupan ini menjadi lebih baik dengan penuh kasih
sayang-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan, terlimpahkan kepada Nabi
kita Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan dan kebodohan ke
zaman yang terang benderang seperti sekarang ini serta kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmia Akhir dengan judul ”
Asuhan Keperawatan Pada Nona L Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah
Sakit Kartika Husada Tingkat II”.
Selama penyusunan Karya Akhir Ilmiah, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, kakak, abang dan keluarga yang selalu memberikan doa,
semangat, dukungan moril serta kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.
2. Ns. Haryanto, S.Kep, Ns, MSN, Ph. D. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
3. Ns. Indri Erwhani, M.Pd., M.Kep Selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan, motivasi dan masukan sehingga dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir pada waktunya.
4. Dosen dan seluruh civitas akademik STIK Muhammadiyah Pontianak yang telah
banyak membantu baik dalam ilmu yang diberikan maupun hal lain yang
membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir.
5. Teman-teman satu angkatan Program Studi Ners Tahap Profesi Reguler A
Angkatan 2022 STIK Muhammadiyah Pontianak yang saling membantu dan
memberikan motivasi dalam proses menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir.
6. Teman-teman seperjuangan, Zulfaniah Triani Ningsih, Imamatul Aili, Fitri
Handayani, Meli Diana, Megawati yang selalu memberikan dukungan moral saat
penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

vii
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuan,
perhatian, motivasi dan kerja sama kepada penulis dalam menyusun Karya Ilmiah
Akhir.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu, waktu dan kemampuan. Untuk itu penulis
memgharapkan tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini. Atas bantuan dari semua pihak penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga mendapatkan imbalan yang
setimpal dari Allah SWT. Aamiin.

Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khairot


Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pontianak, Juli 2022

Ega Putri Fuji Rahayu


SRP21318034

viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................vii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan Penelitian......................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum .......................................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ......................................................................................................... 3
C. Sistematika Penulisan.................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 5
A. Konsep Hipertermia .................................................................................................... 5
1. Definisi .................................................................................................................... 5
2. Etiologi .................................................................................................................... 5
3. Patofisiologi ............................................................................................................. 5
4. Tanda dan Gejala ..................................................................................................... 6
B. Konsep Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).............................................................. 6
1. Definisi .................................................................................................................... 6
2. Etiologi .................................................................................................................... 7
3. Klasifikasi ................................................................................................................ 7
4. Patofisiologi ............................................................................................................. 8
5. Pathway ................................................................................................................. 10
6. Manifestasi Klinis .................................................................................................. 11
7. Komplikasi............................................................................................................. 12
8. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................................... 12
9. Penatalaksanaan ..................................................................................................... 13
C. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................................... 15
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................. 28
A. Pengkajian keperawatan ............................................................................................ 28
1. Data Biografi ......................................................................................................... 28
2. Riwayat Keluarga .................................................................................................. 28
3. Riwayat Pekerjaan ................................................................................................. 29

ix
4. Riwayat Lingkungan Hidup................................................................................... 29
5. Riwayat rekreasi .................................................................................................... 29
6. Sistem pendukung.................................................................................................. 29
7. Deskripsi kekhususan ............................................................................................ 29
8. Status kesehatan ..................................................................................................... 29
9. Obat-obatan ........................................................................................................... 30
10. Aktivitas Hidup Sehari-hari ................................................................................... 30
11. Pengkajian/Tinjauan Sistem .................................................................................. 31
12. Status Kognitif / Afektif / Sosial ........................................................................... 33
13. Data Penunjang ...................................................................................................... 33
B. Analisis Data ............................................................................................................. 34
C. Diagnosis Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ....... 34
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................................... 42
A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan ................................................................ 42
1. Pengkajian ............................................................................................................. 42
2. Diagnosis Keperawatan ......................................................................................... 43
3. Rencana Keperawatan ........................................................................................... 44
4. Implementasi Keperawatan ................................................................................... 46
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................................... 46
B. Pembahasan praktik profesi keperawatan dalam pencapaian target kompetensi ...... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 48
A. Kesimpulan................................................................................................................ 48
B. Saran .......................................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 50
LEMBAR KONSULTASI ..................................................................................................... 52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. 54

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)................................................. 10

xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
salah satu dari 4 virus dengue berbeda dan ditularkan melalui nyamuk terutama aedes
aegypti dan aedes albopictus yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis di antaranya
kepulauan di Indonesia hingga bagian utara Australia. Menurut data (WHO, 2016)
penyakit demam berdarah dengue pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara pada tahun
1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar keberbagai negara. Sebelum tahun 1970,
hanya 9 negara yang mengalami wabah DHF, namun sekarang DHF menjadi penyakit
endemik pada lebih dari 100 negara diantaranya adalah dari 100 negara diantaranya
adalah Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat. Amerika,
Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi kasus DHF. Jumlah di
Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat telah melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008
dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun 2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35
juta kasus di Amerika dimana 37.687 kasus merupakan DHF berat (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
Saat ini bukan hanya terjadi peningkatan jumlah kasus DHF tetapi penyebaran di
luar daerah tropis dan subtropis, setidaknya 500.000 penderita DHF memerlukan rawat
inap setiap tahunnya. Dimana proporsi penderita sebagian besar adalah anak-anak dan
2,5% diantaranya dilaporkan meninggal dunia. Morbilitas dan mortalitas DHF bervariasi
dan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imun, kondisi vector nyamuk,
transmisi virus dengue, virulensi virus dan kondisi geografi setempat (Kemenkes RI,
2018).
Menurut data WHO, Asia Pasifik menanggung 75% dari beban dengue di dunia
antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan
kasus DHF terbesar diantara 30 negara wilayah endemis. Kasus DHF yang terjadi di
Indonesia dengan jumlah kasus 68.407 tahun 2017 mengalami penurunan yang
signifikan dari tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus (WHO, 2018).
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) disebutkan distribusi penyakit suspek DHF sejak
minggu pertama 2018 hingga akhir bulan desember 2018 tertinggi ada di Jawa Timur

1
2

dengan jumlah suspek DHF 700 orang, diikuti Jawa Tengah 512 orang dan Jawa Barat
401 orang. Peningkatan kasus DHF terjadi di beberapa daerah seperti Kabupaten Kuala
Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah, Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT,
Sulawesi Utara dan daerah Barat Provinsi NTT, Sulawesi Utara dan daerah lainnya di
Indonesia (Kemenkes RI, 2018).
Secara nasional, jumlah kasus hingga tanggal 3 Februari 2019 adalah sebanyak
16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa
Timur, Jawa Tengah, NTT dan Kupang. Data sebelumnya pada 29 Januari 2019, jumlah
kasus DHF mencapai 13.683 dengan jumlah meninggal dunia 133 jiwa (Kemenkes RI,
2019).
Berdasarkan data Dinkes Kalbar (2022) mencatat ada peningkatan kasus kematian
terkait Demam Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2021. Data Dinkes Kalbar mencatat
pada tahun 2020 ada 4 kasus kematian akibat DBD sementara ditahun 2021 ada 6 kasus
kematian akibat DBD. Secara umum, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
pada tahun 2020 ada 784 kasus sedangkan tahun 2021 ada 663 kasus DBD.
Faktor penyebab DHF pada umumnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
perilaku manusia. Mulai dari perilaku tidak menguras bak, membiarkan genangan air di
sekitar tempat tinggal. Belum lagi saat ini telah masuk musim hujan dengan potensi
penyebaran DHF lebih tinggi. Penderita DHF umumnya terkena demam tinggi dan
mengalami penurunan jumlah trombosit secara drastis yang dapat membahayakan jiwa.
Inilah yang membuat orang tua terkadang menganggap remeh. Sehingga hanya diberikan
obat dan menunggu hingga beberapa hari sebelum dibawa ke dokter atau puskesmas.
Kondisi ini tentu bisa parah bila pasien terlambat dirujuk dan tidak dapat tertangani
dengan cepat (Wang et al, 2019).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani dapat mengalami Dengue Syok
Syndrome (DSS) yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini dikarenakan pasien
mengalami hipovolemi atau defisit volume cairan akibat meningkatnya permeabilitas
kapiler darah sehingga darah menuju luar pembuluh. Saat ini angka kejadian DHF di
rumah sakit semakin meningkat, tidak hanya pada kasus anak tetapi pada remaja dan
juga dewasa (Pare et al, 2020).
Menurut penelitian Asri et al (2017) faktor perilaku berupa pengetahuan, sikap dan
tindakan sangat berperan dalam penularan DHF selain faktor lingkungan dan vektor atau
keberadaan jentik. Dalam penularan penyakit DHF, perilaku masyarakat juga
mempunyai peranan yang cukup penting. Namun, perilaku tersebut harus didukung oleh
3

pengetahuan, sikap dan tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan dengan benar.
Namun, faktanya sekarang ini masih ada anggapan di masyarakat yang menunjukkan
perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa DHF hanya terjadi di daerah kumuh dan
pencegahan demam berdarah hanya dapat dilakukan dengan pengasapan atau fogging.
Padahal pemerintah telah melakukan banyak program selain dengan pengasapan dan
yang paling efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus (Kemenkes RI, 2018).
Program kegiatan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus
diperlukan peran perawat sebagai edukator untuk melakukan upaya tersebut melalui
upaya promotive dan perawat harus memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF di rumah sakit.
Keterampilan yang sangat dibutuhkan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi tanda-
tanda syok dan kecepatan dalam menangani pasien yang mengalami Dengue Syok
Syndrome (DSS). Selain itu ditambah dengan perilaku hidup bersih dan sehat,
memberantas jentik nyamuk di rumah dan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk
seperti tidur dengan memasang kelambu, menggunakan lotion pengusir nyamuk dan
menanam tanaman pengusir nyamuk (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus Hipertermia
(Demam Berdarah Dengue/DBD) Pada Nona L Di Rumah Sakit TK II Kartika Husada.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penulisan ini adalah memberi gambaran tentang asuhan
keperawatan pada Nona L dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit
TK II Kartika Husada.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu meggambarkan pengkajian pada Nona L dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Nona L dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada Nona L dengan kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
d. Mampu melakukan implementasi pada Nona L dengan kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
4

e. Mampu melakukan evaluasi pada Nona L dengan kasus Demam Berdarah


Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik lapangan pada
asuhan keperawatan pada Nona L dengan kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada.
g. Menganalisis faktor pendukung dan penghambat asuhan keperawatan pada
Nona L dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Rumah Sakit Tingkat II
Kartika Husada.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada Karya Ilmiah Akhir ini terdiri dari lima BAB yaitu BAB
I pendahuluan, pada BAB ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika
penulisan. Bagian inti dari sebuah tulisan ilmiah dibuka dengan pendahuluan.
Pendahuluan menghadirkan spesifikasi yang menjadi perhatian penulis dan menjelaskan
strategi yang dikembangkan oleh penulis untuk membuat tulisan ilmiah. BAB II
Landasan Teori, berisi hasil penelusuran literatur atau studi kepustakaan mengenai
masalah yang dibahas dan konsep serta teori yang melandasi penyelesaian masalah.
Pendekatan yang digunakan adalah masalah keperawatan utama yang dialami klien
selama dalam masa perawatan. BAB III Asuhan Keperawatan. BAB ini menggambarkan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada Nona L dengan Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada. Asuhan keperawatan ini dilakukan
dari awal pengkajian. BAB IV Pembahasan, memberikan ulasan dan bahasan diagnosis
keperawatan dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Tingkat II
Kartika Husada yang ditinjau dari sudut pandang teori dan konsep. Pembahasan
difokuskan pada aspek pengkajian dan diagnosis keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. BAB V Kesimpulan dan Saran. Terakhir di bab ini, merujuk
pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Bagaimana teori ditetapkan dalam situasi
yang nyata serta hasil yang diperoleh, hambatan atau kemudahan yang dialami. Saran
merupakan ulasan usulan operasional yang ditunjukkan untuk mengatasi atau
mengurangi hambatan-hambatan yang muncul saat melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam kesimpulan.
BAB II

LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Hipertermia

1. Definisi
Demam merupakan kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu tubuh
adalah bagian dari reaksi biologis kompleks yang diatur dan dikontrol oleh sistem
susunan saraf pusat. Demam merupakan gambaran karakteristik dari kenaikan suhu
tubuh yang dikarenakan oleh karena penyakit infeksi dan non-infeksi (Saraswati,
2015).
Hipertermia merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8o C (100o F) per oral atau 38,8o C (101O F) per
rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Capernitto, 2014).
Hipertermi adalah suhu tubuh meningkat diatas rentang normal (SDKI, 2017).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
hipertermi adalah keadaan dimana suhu inti tubuh diatas batas normal fisiologis
sehingga menyebabkan peningkatan suhu tubuh dari individu.

2. Etiologi
Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu :
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebihan
h. Penggunaan inkubator

3. Patofisiologi
Hipertermia menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga
permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran
menyebabkan cairan dari intravaskuler berpindah ke ekstravaskuler sehingga terjadi

5
6

kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume


plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan berakibat terjadinya syok
hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

4. Tanda dan Gejala


Hipertermia terdiri dari tanda dan gejala mayor dan tanda gejala minor. Adapun
tanda dan gejala mayor dan tanda dan gejala minor menurut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016) yaitu :
a. Tanda dan gejala mayor
Suhu tubuh diatas normal (37,5o C)
b. Tanda dan gejala minor
1) Kulit kemerahan
2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi dimana otot-otot tubuh berkontraksi secara
tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperature yang tinggi.
3) Takikardi
Takikardi adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana denyut jantung
yang lebih cepat dari denyut jantung normal.
4) Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana pernapasan
yang cepat dan dangkal.
5) Kulit terasa hangat
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga kulit terasa hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

B. Konsep Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

1. Definisi
Demam dengue atau DF dan Demam Berdarah Dengue atau DBD (Dengue
Haemorrhagic Fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DHF terjadi pembesaran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukkan cairan dirongga tubuh. sindrom renjatan
dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma, 2015).
7

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi arbovirus (artropod
born virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti atau oleh aedes
aebopictus (Wijayaningsih, 2017).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup
tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan, 2018).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa Demam
Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk kedalam tubuh seseorang melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.

2. Etiologi
Virus dengue merupakan penyebab dari penyakit DHF. Virus dengue merupakan
virus kelompok B atau arthropode-bornevirus. Virus dengue menular melalui
suntikan nyamuk aedes aegepty atau nyamuk aedes albopictus yang terinfeksi oleh
virus saat menghisap darah seseorang yang sehat. Penularan penyakit DHF bisa
terjadi pada manusia ke manusia atau manusia ke hewan ataupun sebaliknya. Manusia
yang sedang sakit DHF kemungkinan bisa menularkan ke manusia lainnya yang sehat,
tergantung dari sistem imunitas dari masing-masing individu untuk melawan virus
tersebut. Dalam waktu 3 sampai 14 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh, tubuh
akan memberikan tanda dan gejala sebagai perlawanan alami dari dalam. Gejala
umum yang dialami penderita penyakit DHF yakni demam disertai menggigil, pusing,
pegal-pegal (Handayani, 2019).

3. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himakonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit atau
perdarahan di tempat lain.
8

c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding
pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular
ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat
dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus
(Murwani, 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus
akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah
pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani, 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma
ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan atau syok. Hemakonsentrasi atau peningkatan hematokrit
>20% menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau pembesaran
9

sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena
(Murwani, 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura
dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik (Murwani, 2018).
10

5. Pathway

Gambar 2.1
(Sumber : Hidayat, 2014)
11

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma, 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekia atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosa DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik.
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis atau pupura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi) saluran cerna, tempat
bekas suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a) Peningkatan nilai hematokrit >20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
b) Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat.
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura.
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
1) Penurunan kesadaran, gelisah
12

2) Nadi cepat, lemah


3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun <20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

7. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan Dengue Shock Syndrome (DSS) atau Sindrom Syok
Dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok
ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi
menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80
mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan
kulit ujung jari, hidung, telinga dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria
atau anuria (Pangaribuan, 2017).

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain
adalah (Wijayaningsih, 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai
pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemakonsentrasi.
3) Pada pemeriksaan kimia darah : hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test). Uji serologi didasarkan
atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk
menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi
antigen-antibody. Ada tiga kategori yaitu primer, sekunder dan tersier. Reaksi
primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi
sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung sangat
cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody atau antigen
dengan flouresens, radioaktif atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan
13

lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro
seperti prestipitasi, flokulasi dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan
reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi Hemaglutinasi Inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Netralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untk virus dengue.
Menggunakan metode Plague Reduction Neutralization Test (PRNT). Plaque
adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat
terhadap sel di sekitar yang tidak bisa terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI)
dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.

9. Penatalaksanaan
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai
akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obatr
penurun panas (Rampengan, 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok
Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase dan untuk
diagnosis DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF
tanpa syok sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF
disertai dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit
meliputi :
1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, munrah dan
diare.
14

2) Berikan paracetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen


karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang :
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti linger laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setaip jam serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intavena
biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh
kapiler spontan setelah pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka akan berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
Menurut WHO (2016) enatalaksanaan Dengeu Hemorrhagic Fever
Dengan Syok meliputi :
a) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara
nasal.
b) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
c) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20
ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
d) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemaglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah
atau komponen.
e) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler atau perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hinggal 10
ml/kg BB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tidap 4-6 jam
sesuai kondisi klinis laboratorium.
f) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat diberikan setelah 36-48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang
terlalu banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.
15

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan
hal yang penting dilakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun
selama pasien dirawat di rumah sakit (Widyorini et al, 2017).
a. Identitas pasien
1) Identitas klien meliputi :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,
suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS),
nomor register dan diagnostik medik.
2) Identitas penanggung jawab meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan serta status hubungan dengan
pasien.
b. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-
7 dan anak semakin lemah. kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua akan dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
16

apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar).
h. pola kebiasaan
1) nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang dan
menurun.
2) Eliminasi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare atau
konstipasi. sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
3) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur
maupun istirahatnya berkurang.
4) Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk
aedes aegypty.
5) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
2) Grade II yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga serta nadi lemah,
kecil dan tidak teratur.
3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
4) Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat
dan kulit tampak biru.
j. Sistem integumen
17

1) Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun dan muncul keringat dingin
dan lembab.
2) Kuku sianosis atau tidak.
3) Kepala dan leher : Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis
pada grade II, III dan IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut
kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade
II, III dan IV).
4) Dada : Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorax
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
(+), ronchi (+) yang biasanya terdapat pada grade II, III dan IV.
5) Abdomen : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan
asites.
6) Ekstremitas : Dingin serta nyeri otot sendi dan tulang.
k. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
1) HB dan PVC meningkat (≥20%).
2) Trombositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).
4) IgD dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia
dan hiponatremia.
6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
2. Diagnosis Keperawatan (SDKI, 2016)
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
a. D. 0130 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal.
18

b. D. 0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk


makan).
c. D. 0023 Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan kebocoran plasma darah.
d. D. 0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri.
e. D. 0005 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
f. D. 0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring.
g. D. 0039 Risiko syok ditandai dengan kekurangan kekurangan volume cairan.
h. D. 0012 Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia).
i. D. 0111 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
j. D. 0080 Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjekan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pola napas membaik dengan kriteria hasil :
1) Kapasitas vital meningkat
2) Dispneu menurun
3) Frekuensi napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
b) Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
b) Posisikan semi-fowler atau fowler
c) Berikan minum hangat
d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
19

e) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik


f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
h) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
b. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
termoregulasi membaik dengan kriteria hasil :
1) Menggigil menurun
2) kulit merah menurun
3) Suhu tubuh membaik
4) Tekanan darah membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor haluaran urine
e) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan oral
e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
g) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
20

h) Berikan oksigen, jika perlu


Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Gelisah menurun
4) Pola napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi respons nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri pada kualitas hidup
g) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
h) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompret hangat/dingin, terapi bermain)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
21

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
d. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
status nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Frekuensi makan membaik
3) Nafsu makan membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor berat badan
h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
f) Berikan suplemen makanan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
22

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri


antiemetik), jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
e. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
status cairan membaik dengan kriteria hasil :
1) Turgor kulit meningkat
2) Output urine meningkat
3) Tekanan darah dan nadi membaik
4) Kadar Hb membaik
Intervensi :
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan posisi modified Trendelenburg
c) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCL, RL)
b) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d) Kolaborasi pemberian produk darah
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi nadi meningkat
23

2) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat


3) Frekuensi napas membaik
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
g. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keparawatan diharapkan
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil :
1) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
24

a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan Kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
h. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil :
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
2) Perilaku gelisah menurun
3) Konsentrasi membaik
Intervensi :
Observasi :
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
d) Anjurkan untuk melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
25

f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan


g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
i. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tingkat perdarahan menurun dengan kriteria hasil :
1) Kelembapan kulit meingkat
2) Hemoglobin membaik
3) Hematokrit membaik
Intervensi :
Observasi
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
c) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
d) Monitor koagulasi (mis. prothrombin time (PTP, partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik
a) Pertahan bed rest selama perdarahaned rest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif, jika perlu
c) Gunakan kasur pencegah dekubitus
d) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
d) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
e) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
f) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
c) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
j. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
26

Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


tingkat syok menurun dengan kriteria hasil :
1) Tingkat kesadaran meningkat
2) Tekanan darah, frekuensi nadi, dan napas membaik
Intervensi :
Observasi :
a) Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
TD, MAP)
b) Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
c) Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
d) Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
e) periksa riwayat alergi
Terapeutik
a) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
b) Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
c) Pasang jalur IV, jika perlu
d) Pasang kateter, urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
e) Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
a) Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
b) Jelaskan tanda dan gejala awal syok
c) Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala awal syok
d) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
e) Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
c) Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
4. Impelementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. implementasi merupakan langkah keempat dari proses
keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka
membantu klien untuk mencegah, mengurangi dan menghilangkan dampak atau
respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2016).
27

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan dan evaluasi (Ali, 2016). Evaluasi merupakan tahap
akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini menggambarkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada Nona L
dengan hipertermia (Demam Berdarah Dengue/DBD) di Ruang Sambiloto Rumah Sakit TK
II Kartika Husada. Asuhan keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 22
Oktober sampai dengan 24 Oktober 2021.

A. Pengkajian keperawatan

1. Data Biografi
Pasien berinisial L berjenis kelamin perempuan, pasien lahir pada tanggal 06
September 2007. Pasien beragama islam. Pasien memiliki tinggi badan 155 cm dan
berat badan 40 kg. Nona L berpakaian rapi dan bersih dengan ciri-ciri tubuh tidak
terlalu tinggi, kurus, warna kulit hitam dan tampak sedikit kering, rambut berwarna
hitam, mata terlihat simetris dan alis tidak begitu tebal. Orang yang dapat dihubungi
adalah ayah pasien yang berinisial Tn. R berumur 43 tahun.

2. Riwayat Keluarga

28
29

Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-Laki meninggal
: Perempuan Meninggal
: Tinggal Serumah
: Pasien
Tidak ada riwayat penyakit kronis pada keluarga.

3. Riwayat Pekerjaan
Nona L mengatakan kesehariannya ia bekerja sebagai pelajar.

4. Riwayat Lingkungan Hidup


Nona L mengatakan ia tinggal dirumah pribadi bersama orang tuanya dengan
memiliki 3 kamar. Kondisi tempat tinggal Nona L berpendudukan padat, banyak
genangan-genangan air dan salah satu warga ada yang terjangkit demam berdarah
dengue. Derajat privasi pasien baik dan Nona L mengatakan tetangganya sangat baik
dan ramah.

5. Riwayat rekreasi
Nona L mengatakan ia sering berjalan-jalan kerumah temannya disekitar tempat
tinggalnya, terkadang ia juga sering jalan-jalan kerumah teman satu sekolah
dengannya.

6. Sistem pendukung
Orang tua pasien mengatakan kalau pasien sakit sering dibawa kerumah sakit atau
puskesmas terdekat.

7. Deskripsi kekhususan
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien serta orang tua pasien rutin berdoa
serta menjalankan sholat 5 waktu untuk kesembuhan anaknya.

8. Status kesehatan
Orang tua pasien mengatakan bahwa Nona L mengalami demam selama 5 hari
dan batuk selama 2 hari. Saat perjalanan ke rumah sakit, pasien mengalami mual dan
muntah 1 kali. Pasien tampak lemah dan pucat. Klien mengatakan susah untuk tidur
dan sering terbangun karena sering merasa mual dan ingin muntah.
30

9. Obat-obatan
Tabel 3.1 obat-obatan
No Nama Obat Dosis
1. Infus RL drip vit. C 30 tpm
2. Injeksi ranitidine 2x1 ampul
3. Injeksi antrain 2x1 ampul
4. Flucadex 3x1 (dilarutkan)

Orang Tua pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah melakukan imunisasi
dan ia juga tidak memiliki alergi obat maupun makanan. Saat sakit pasien hanya
meminum madu dan jika sudah cukup parah pasien dibawa berobat ke rumah sakit
atau puskesmas terdekat.

10. Aktivitas Hidup Sehari-hari


a. Indeks Katz : A / B / C / D / E / F / G
b. Oksigenasi : Nona L mengatakan ia sedang tidak menggunakan oksigen
c. Cairan dan Elektrolit : Nona L minum 3-4x sehari (setiap satu gelas jumlahnya
± 4000cc)
d. Nutrisi : Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan 2x sehari
dengan porsi yang dihabiskan. Namun, ketika pasien sakit pasien makan 2x sehari
dengan 1/2 porsi yang disiapkan. Jenis nutrisi yang dikatakan memenuhi nutrisi
yang seimbang seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Jenis makanan
yang dikonsumsi klien adalah seperti bubur kasar, lauk, sayur, buah dan air putih.
Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien tidak nafsu makan karena selalu
merasa mual dan ingin muntah ketika mengkonsumsi makanan.
e. Eliminasi : Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit pasien BAB 2x sehari
sedangkan setelah sakit 1x sehari dengan konsistensi feses saat sebelum sakit
keras dan setelah sakit lunak. Warna sebelum sakit coklat sedangkan setelah sakit
kuning pucat. Sedangkan untuk BAK, orang tua pasien mengatakan sebelum
sakit, frekuensi BAK pasien 3x sehari dengan jumlah 1700 cc/hari sedangkan
sakit frekuensi BAK pasien 2-3x sehari dengan jumlah 1200 cc/hari.
f. Aktivitas : Nona L mengatakan sebelum sakit aktivitas pasien yaitu pergi sekolah
dan ketika diwaktu senggang pasien senang menonton tv. Namun, setelah pasien
sakit aktivitasnya memerlukan bantuan keluarga, pasien hanya bisa bed rest
sambil memainkan ponselnya.
31

g. Istirahat dan Tidur : Nona L mengatakan sebelum sakit pasien tidur siang dari
jam 2 sampai dengan tidak menentu, tidur malam dari jam 21/00 atau 22.00
sampai dengan tidak menentu serta tidak ada kesulitan tidur sedangkan ketika
pasien sakit, pasien tidur siang jam 10 sampai tidak menentu, tidur malam dari
jam 22.00 sampai tidak menentu. Nona L mengatakan sering terbangun bisa 2-3
kali karena merasa mual dan ingin muntah ketika sedang tidur.
h. Personal Hygienie : Nona L sebelum sakit mandi 2-3 x sehari dengan sabun, oral
hygienie, gosok gigi 3x sehari dengan pasta gigi, cuci rambut 2x sehari dengan
shampo dan melakukannya mandiri. Namun, ketika sakit, pasien mandi 1-2x
sehari dengan sabun, gosok gigi 2x sehari dengan pasta namun dengan bantuan.
i. Seksual : Nona L mengatakan ia menarche umur 13 tahun dengan menstruasi
teratur setiap bulan (siklus 28 hari) dan tidak ada keluhan.
j. Rekreasi : Nona L mengatakan setiap tahun saat lebaran ia dan kedua orang tua
nya selalu mengunjungi rumah keluarganya.
k. Psikologis : Nona L mengatakan bahwa ia merasa cemas dan gelisah akibat
penyakit yang diderita nya.

11. Pengkajian/Tinjauan Sistem


a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran : Composmentis
2) Skala koma glasgow : verbal = 5, motorik = 6, eye = 4, nilai (15)
3) Tanda-tanda vital : TD = 110/80 mmHg, Temp = 38,1o C, RR = 20x/menit, N
= 115x/menit.
4) Sistem pernapasan : Saat di inspeksi bentuk dada simetris kiri/kanan, irama
pernafasan mengikuti gerakan dada, frekuensi pernafasan 21x/menit, tipe
pernapasan normal. Saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan, auskultasi bunyi
napas vesikuler tidak ada bunyi napas tambahan, saat diperkusi terdengar
sonor pada kedua lapang paru. Nona L tidak ada keluhan sesak napas
5) Sistem integument : Kulit Nona L tampak adanya ptechiae, turgor kulit
menurun, kulit teraba hangat, mukosa bibir kering, wajah tampak merah,
muncul keringat dingin dan lembab dan tidak ada alergi.
6) Sistem perkemihan : Orang tua pasien mengatakan sebelum sakit pasien
BAB 2x sehari sedangkan setelah sakit 1x sehari dengan konsistensi feses
saat sebelum sakit keras dan setelah sakit lunak. Warna sebelum sakit coklat
32

sedangkan setelah sakit kuning pucat. Sedangkan untuk BAK, orang tua
pasien mengatakan sebelum sakit, frekuensi BAK pasien 3x sehari dengan
jumlah 1700 cc/hari sedangkan sakit frekuensi BAK pasien 2-3x sehari
dengan jumlah 1200 cc/hari.
7) Sistem muskuloskeletal : Nona L mengatakan nyeri otot dan tulang, saat
diraba ekstremitas pasien teraba dingin.
P = ketika demam
Q = rasanya seperti ditusuk-tusuk
R = pada daerah otot dan tulang
S = skala nyeri sedang (6)
T = selama 2-7 hari
8) Sistem endokrin : Baik, saat di inspeksi tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan.
9) Sistem immune : Orang tua pasien mengatakan Nona L dulu pernah terkena
dengue haemmorhagic fever (DHF) ketika masih menempuh Sekolah Dasar
dan dibawa kerumah sakit hingga melewati masa kritis selama 7 hari.
10) Sistem gastrointestinal : Nona L mengalami mual dan 1 kali muntah.
11) Sistem reproduksi : Nona L mengatakan bahwa ia tidak ada masalah dengan
sistem reproduksinya.
12) Sistem persyarafan : Nona L mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit
saraf maupun penyakit dari kelainan saraf ini terlihat saat pasien bisa
beraktivitas dan berkomunikasi dengan baik dan lancar.
13) Sistem penglihatan : Bentuk mata Nona L simetris, konjungtiva anemis dan
reflek pupil baik terhadap cahaya. Pasien tidak memakai alat bantu
penglihatan.
14) Sistem pendengaran : Nona L mengatakan ia tidak memiliki gangguan
pendengaran, saat dilakukan wawancara Nona L dapat mendengar dan
merespon dengan baik. Saat di inspeksi bentuk telinga simetris, saat di
palpasi tidak ada benjolan dan nyeri tekan. Pasien tidak memakai alat bantu
pendengaran.
15) Sistem pengecapan : Nona L mengatakan bahwa makanan terasa hambar
dan sering merasa mual dan ingin muntah.
16) Sistem Penciuman : Nona L mengatakan bahwa ia tidak memiliki gangguan
penciuman karena Nona L dapat membedakan bau yang wangi dan bau tidak
33

sedap. Saat di inspeksi hidung pasien tidak terdapat secret/cairan, bentuk


hidung simetris antara kiri dan kanan. Saat di palpasi tidak ada nyeri tekan
pada sinus dan tidak ada benjolan.
17) Tactil respon : Tactil respon Nona L baik.

12. Status Kognitif / Afektif / Sosial


a. Kognitif : pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik, dapat memberikan
jawaban saat dilakukan anamnesa dan pengkajian.
b. Afektif : pasien memperhatikan perawat saat perawat menjelaskan dan
melakukan pengkajian.
c. Sosial : pasien dapat berinteraksi dengan baik terhadap orang disekitarnya.

13. Data Penunjang


Nama : Nona L
Tanggal : 21 oktober 2021
a. Antigen rapid test : negatif
b. Dengue NS1 Ag : positif
c. Darah lengkap :
WBC = 2.67
HGB = 13,5 g/dL
HCT = 38,2
PLT = 109.000
34

B. Analisis Data
1. Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak nafsu makan. Data Objektif : Pasien
tampak pucat, bibir pasien tampak pecah-pecah, pasien tampak menghabiskan ½ porsi
makanan, pasien tampak lemah dan lesu. TTV : TD : 110/80 mmHg, S = 38,1o C, N :
115x/menit, RR : 20x/menit. Problem : Resiko defisit nutrisi. Etiologi :
Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien.
2. Data Subjektif : Pasien mengatakan badannya terasa menggigil. Data Objektif :
Kulit pasien teraba hangat, wajah pasien tampak merah, takikardi. TTV : TD : 110/80
mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR : 20x/menit. Problem : Hipertermia.
Etiologi : Proses penyakit.
3. Data Subjektif : Pasien mengatakan badannya terasa lemah, ibu pasien mengatakan
bahwa aktivitas pasien memerlukan bantuan. Data Objektif : Pasien tampak
terbaring lemah ditempat tidur. TTV : TD : 110/80 mmHg, S = 38,1o C, N :
115x/menit, RR : 20x/menit. Problem : Intoleransi aktivitas. Etiologi : Tirah baring.
4. Data Subjektif : Ibu pasien mengatakan tubuh anaknya terasa panas, pasien
mengatakan lemas. Data Objektif : HT : 38,2 %, HGB : 13,5 mgdl, PLT : 109.000,
TTV : TD : 110/80 mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR : 20x/menit. Problem :
Resiko perdarahan. Etiologi : gangguan koagulasi.

C. Diagnosis Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Dalam penulisan atau penerapan diagnosis, intervensi, implementasi dan evaluasi
keperawatan dalam asuhan keperawatan ini, penulis merujuk kepada sumber Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI, 2018) serta Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019) untuk
tahap evaluasi keperawatannya. Bisa dilihat dari penarapan dibawah ini sebagai berikut :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan : Data
Subjektif : Pasien mengatakan badannya terasa menggigil. Data Objektif : Kulit
pasien teraba hangat, wajah pasien tampak merah, takikardi. TTV : TD : 110/80
mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR : 20x/menit.
Perencanaan :
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan suhu
tubuh pasien berada pada rentang normal dengan kriteria hasil : suhu tubuh
membaik, menggigil menurun dan kulit merah menurun.
35

Intervensi Keperawatan : Manajemen hipertermia : Observasi : a. Identifikasi


penyebeb hipertermia. b. Monitor suhu tubuh. c. Monitor komplikasi akibat
hipertermia. Terapeutik : a. Sediakan lingkungan yang dingin. b. Longgarkan atau
lepaskan pakaian. c. Berikan cairan oral. d. Lakukan pendinginan eksternal. Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring. Kolaborasi : a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.
Implementasi :
Implementasi hari pertama tanggal 22 oktober 2021 pada pukul 10.30 WIB
adalah : D : DS : pasien mengatakan badannya terasa menggigil. DO : kulit pasien
teraba hangat, kulit pasien tampak merah. TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 115x/menit,
RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia. b.
Melonggarkan atau melepaskan pakaian. c. Melakukan pendinginan ekstrenal
(kompres hangat). d. Berkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena. R : DS
: pasien mengatakan masih menggigil. DO : kulit pasien masih tampak merah.
Implementasi implementasi hari kedua tanggal 23 oktober 2021 pada pukul 10.20
WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan badannya masih terasa menggigil. DO :
kulit pasien tampak tidak terlalu merah. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit,
RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia. b.
melonggarkan atau melepaskan pakaian. c. Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena. d. Melakukan pendinginan eksternal (kompres hangat). R : DS :
pasien mengatakan menggigilnya sedikit berkurang. DO : kulit pasien tampak tidak
merah.
Implementasi hari ketiga tanggal 24 oktober 2021 pada pukul 06.30 WIB adalah :
D : DS : pasien mengatakan tidak menggigil lagi. DO : kulit pasien tidak teraba
hangat, kulit pasien tampak tidak merah. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit,
RR : 21x/menit, S : 36,6o C. A : a. Mengidentifikasi penyebab hipertermia. b.
melonggarkan atau melepaskan pakaian. c. Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena. d. Melakukan pendinginan eksternal (kompres hangat). R : DS :
pasien mengatakan tidak menggigil. DO : suhu tubuh pasien normal.
Evaluasi
Evaluasi tanggal 22 oktober 2021, S : pasien mengatakan masih menggigil. O :
kulit pasien masih tampak merah. TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 115x/menit, RR :
20x/menit, S : 38,1o C. A : masalah belum teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
36

Evaluasi tanggal 23 oktober 2021, S : pasien mengatakan menggigilnya sedikit


berkurang. O : kulit pasien tampak tidak merah. TTV : TD : 120/70 mmHg, N :
84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : masalah teratasi sebagian. P : intervensi
dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 24 oktober 2021, S : pasien mengatakan tidak menggigil. O :
suhu tubuh pasien normal. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/menit,
S : 36,6o C. A : masalah teratasi. P : intervensi dihentikan.
2. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien ditandai dengan : Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak nafus makan.
Data Objektif : Pasien tampak pucat, bibir pasien tampak pecah-pecah, pasien
tampak menghabiskan ½ porsi makanan, pasien tampak lemah dan lesu. TTV : TD :
110/80 mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR : 20x/menit.
Perencanaan :
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil : nafsu makan membaik, porsi makanan
yang dihabiskan meningkat dan frekuensi makan membaik.
Intervensi Keperawatan : Edukasi diet : Observasi : a. Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga menerima informasi. b. Identifikasi tingkat pengetahuan saat ini.
c. Identifikasi kebiasaan pola makan saat ini dan masa lalu. d. Identifikasi persepsi
pasien dan keluarga tentang diet yang diprogramkan. e. Identifikasi keterbatasan
finansial untuk menyediakan makanan. Terapeutik : a. Persiapkan materi, media dan
alat peraga. b. Jadwalkan waktu yang tepat untk memberikan pendidikan kesehatan. c.
Berikan pasien dan keluarga bertanya. Edukasi : a. Jelaskan tujuan kepatuhan diet
terhadap kesehatan. b. Informasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang. c.
Anjurkan mempertahankan posisi semi fowler (30-45 derajat) 20-30 menit setelah
makan.
Implementasi :
Implementasi hari pertama tanggal 22 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 10.00 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan tidak
nafsu makan. DO : pasien tampak pucat. TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 115x/menit,
RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : a. Mengidentifikasi kemampuan pasien dan keluarga
menerima informasi. b. Memberikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya. c.
Menginformasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang. d. Menganjurkan
mempertahankan posisi semifowler (30-45o) 20-30 menit setelah makan. R : DS :
37

keluarga pasien bertanya tentang makanan yang diperbolehkan dan dilarang. DO :


keluarga pasien tampak sedang berdiskusi.
Implementasi hari kedua tanggal 23 oktober 2021 tindakan yang diberikan kepada
Nona L pada pukul 10.00 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan sudah mau
makan walau hanya ¼ porsi yang disiapkan. DO : pasien masih tampak pucat. TTV :
TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : a.
Mengidentifikasi kemampuan pasien dan keluarga menerima informasi. b.
Memberikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya. c. Menginformasikan
makanan yang diperbolehkan dan dilarang. d. Menganjurkan mempertahankan posisi
semi fowler (30-45o) 20-30 menit setelah makan. e. Menganjurkan pasien untuk
makan sedikit tapi sering. R : DS : ibu pasien mengatakan selalu memposisikan
pasien semi fowler kurang lebih 20 menit setelah makan, ibu pasien mengatakan
mengerti tentang makanan yang diperbolehkan dan dilarang. DO : tampak makanan
yang diperbolehkan untuk pasien diatas meja pasien.
Implementasi hari ketiga tanggal 24 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 06.00 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan sudah
menghabiskan 1/5 porsi makanan yang disiapkan. DO : pasien tampak sudah tidak
pucat, mukosa bibir pasien lembab. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR :
21x/menit, S : 36,6o C. A : a. Mengidentifikasi kemampuan pasien dan keluarga
menerima informasi. b. Memberikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya. c.
Menginformasikan makanan yang diperbolehkan dan dilarang. d. Menganjurkan
mempertahankan posisi semi fowler (30-45o) 20-30 menit setelah makan. e.
Menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering. R : DS : ibu pasien
mengatakan selalu memberikan makanan kepada pasien yang diperbolehkan saja. DO
: nafsu makan pasien membaik.
Evaluasi :
Evaluasi tanggal 22 oktober 2021, S : keluarga pasien bertanya tentang makanan
yang diperbolehkan dan dilarang. O : keluarga pasien tampak sedang berdiskusi. TTV
: TD : 110/80 mmHg, N : 115x/menit, RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : masalah belum
teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 23 oktober 2021, S : ibu pasien mengatakan selalu
memposisikan pasien semi fowler kurang lebih 20 menit setelah makan, ibu pasien
mengatakan mengerti tentang makanan yang diperbolehkan dan dilarang. O : tampak
makanan yang diperbolehkan untuk pasien diatas meja pasien. TTV : TD : 120/70
38

mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : masalah teratasi sebagian. P :


intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 24 oktober 2021, S : ibu pasien mengatakan selalu memberikan
makanan kepada pasien yang diperbolehkan saja. O : nafsu makan pasien membaik.
TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,6o C. A : masalah
teratasi sebagian. P : intervensi dilanjutkan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring ditandai dengan : Data
Subjektif : Pasien mengatakan badannya terasa lemah, ibu pasien mengatakan bahwa
aktivitas pasien memerlukan bantuan. Data Objektif : Pasien tampak terbaring lemah
ditempat tidur. TTV : TD : 110/80 mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR :
20x/menit.
Perencanaan :
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
aktivitas sehari-hari pasien kembali normal dengan kriteria hasil : keluhan lelah
menurun, frekuensi nadi menurun dan dyspnea saat beraktivitas menurun.
Intervensi Keperawatan : Manajemen energi : Observasi : a. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan. b. Monitor pola dan jam tidur. c.
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas. Terapeutik : a.
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus. b. Berikan aktivitas distraksi yang
menyenangkan. Edukasi : a. Anjurkan tirah baring. b. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap. c. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan. Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
Implementasi :
Implementasi hari pertama tanggal 22 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 10.50 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan badannya
terasa lemah. DO : pasien tampak terbaring lemah. TTV : TD : 110/80 mmHg, N :
115x/menit, RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : a. Mengidentifikasi tubuh yang
mengalami kelelahan. b. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas. c. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan. R : DS : pasien
mengatakan masih lemah untuk melakukan aktivitas. DO : pasien tampak masih
berbaring ditempat tidur.
Implementasi hari kedua tanggal 23 oktober 2021 tindakan yang diberikan kepada
Nona L pada pukul 10.35 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan badannya tidak
terlalu lemah seperti sebelumnya. DO : pasien menggerak-gerakkan kakinya. TTV :
39

TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : a.


Mengidentifikasi tubuh yang mengalami kelelahan. b. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas. c. Memberikan aktivitas distraksi yang
menenangkan. d. Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. R : DS : pasien
mengatakan ingin duduk ditempat tidur dan dibantu oleh ibunya. DO : pasien duduk
ditempat tidur dan berpegang dibesi tempat tidur.
Implementasi hari ketiga tanggal 24 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 06.45 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan badannya
tidak lemah lagi. DO : pasien menggerak-gerakkan badannya. TTV : TD : 120/80
mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,6o C. A : a. Mengidentifikasi tubuh
yang mengalami kelelahan. b. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas. c. Memberikan aktivitas distraksi yang menenangkan. d.
Menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap. R : DS : pasien mengatakan ingin
duduk. DO : pasien dapat duduk dengan mandiri.
Evaluasi :
Evaluasi tanggal 22 oktober 2021, S : pasien mengatakan masih lemah untuk
melakukan aktivitas. O : pasien tampak masih berbaring ditempat tidur. TTV : TD :
110/80 mmHg, N : 115x/menit, RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : masalah belum
teratasi. P : intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 23 oktober 2021, S : pasien mengatakan ingin duduk ditempat
tidur dan dibantu oleh ibunya. O : pasien duduk ditempat tidur dan berpegang dibesi
tempat tidur. TTV : TD : 120/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C.
A : masalah teratasi sebagian. P : intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 24 oktober 2021, S : pasien mengatakan ingin duduk. O : pasien
dapat duduk dengan mandiri. TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR :
21x/menit, S : 36,6o C. A : masalah teratasi sebagian. P : intervensi dilanjutkan.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi ditandai dengan :
Data Subjektif : Ibu pasien mengatakan tubuh anaknya terasa panas, pasien
mengatakan lemas. Data Objektif : HT : 38,2 %, HB : 13,5 g/dl, PLT : 109.000. TTV
: TD : 110/80 mmHg, S = 38,1o C, N : 115x/menit, RR : 20x/menit.
Perencanaan :
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
perdarahan tidak terjadi dengan kriteri hasil : kelembapan kulit meningkat dan
hemoglobin, hematokrit dan trombosit membaik.
40

Intervensi Keperawatan : Pencegahan perdarahan : Observasi : a. Monitor tanda


dan gejala perdarahan. b. Monitor nilai HT/HB. c. Monitor tanda-tanda vital. d.
Monitor koagulasi (platelet). Terapeutik : a. Batasi tindakan invasif. b. Gunakan
kasur pencegah dekubitus. c. Hindari pengukuran suhu rektal. Edukasi : a. Jelaskan
tanda dan gejala perdarahan. b. Anjurkan meningkatkan cairan untuk menghindari
konstipasi. c. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K. d. Anjurkan
segera melapor jika terjadi perdarahan. Kolaborasi : a. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan. b. Kolaborasi pemberian pelunak tinja.
Implementasi :
Implementasi hari pertama tanggal 22 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 11.00 WIB adalah : D : DS : Ibu pasien mengatakan tubuh
anaknya terasa panas. DO : pasien tampak lemah. TTV : TD : 110/80 mmHg, N :
115x/menit, RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : a. Memonitor TTV. b. Memonitor nilai
PLT. c. Menganjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan. d. menganjurkan
menggunakan kaos kaki. e. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi. R : DS : ibu pasien mengatakan sudah memasangkan kaos
kaki pada pasien. DO : ibu pasien memberikan pasien minum.
Implementasi hari kedua tanggal 23 oktober 2021 tindakan yang diberikan kepada
Nona L pada pukul 10.50 WIB adalah : D : DS : ibu pasien mengatakan anaknya
masih sedikit lemah. DO : HCT : 41 %, HGB : 14,5 g/dl, PLT : 97.000, TTV : TD :
120/70 mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : a. Memonitor nilai
HCT, HGB, PLT. b. Memonitor TTV. c. Menganjurkan meningkatkan asupan cairan.
d. Menjelaskan tanda dan gejala risiko perdarahan. e. menganjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan. R : DS : orang tua pasien mengatakan mengerti dengan yang
disampaikan. DO : orang tua pasien tampak sedang berdiskusi.
Implementasi hari ketiga tanggal 24 oktober 2021 tindakan yang diberikan
kepada Nona L pada pukul 07.00 WIB adalah : D : DS : pasien mengatakan sudah
mulai bertenaga.. DO : pasien tampak masih sedikit lemas. HCT : 39,4 %, HCB : 13,9
mg/dl, PLT : 40.000, TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/menit, S :
36,6o C. A : a. Memonitor nilai HCT, HGB, PLT. b. Memonitor TTV. c.
Menganjurkan meningkatkan asupan cairan. d. Menjelaskan tanda dan gejala risiko
perdarahan. e. menganjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan. R : DS : orang
tua pasien mengerti dengan yang disampaikan. DO : pasien terlihat lebih bugar.
Evaluasi :
41

Evaluasi tanggal 22 oktober 2021, S : ibu pasien mengatakan anaknya masih


demam. O : HT : 41 %, HB : 14,5 g/dl, PLT : 97.000. TTV : TD : 110/80 mmHg, N :
115x/menit, RR : 20x/menit, S : 38,1o C. A : masalah belum teratasi. P : intervensi
dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 23 oktober 2021, S : ibu pasien mengatakan anaknya masih
terasa lemah. O : HCT : 39,4 %, HGB : 13,9 mg/dl, PLT : 40.000, TTV : TD : 120/70
mmHg, N : 84x/menit, RR : 21x/menit, S : 37,7o C. A : masalah teratasi sebagian. P :
intervensi dilanjutkan.
Evaluasi tanggal 24 oktober 2021, S : pasien mengatakan anaknya sudah mulai
bertenaga . O : HCT : 42,9 %, HCB : 15,5 mg/dl, PLT : 36000 TTV : TD : 120/80
mmHg, N : 80x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,6o C. A : masalah teratasi sebagian. P :
intervensi dilanjutkan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Bab ini memberikan ulasan dan bahasan mengenai asuhan keperawatan yang diberikan
kepada Nona L ditinjau dari sudut pandang konsep dan teori. Pembahasan difokuskan pada
aspek pengkajian dan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

A. Pembahasan Proses Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi, 2012). Pengkajian
adalah proses untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam menentukan
diagnosa keperawatan.
Dalam tahap pengkajian ini, penulis melaksanakan pengkajian secara
komprehensif kepada Nona L di tanggal 21 oktober 2021 dengan cara wawancara
secara langsung dan pengamatan/observasi kepada klien dan keluarga untuk
menunjang data yang diperlukan dalam pengkajian. Penulis mengumpulkan data
dengan wawancara untuk mengumpulkan informasi serta keluhan atau masalah
kesehatan yang dialami Nona L dengan sistemik dan terus-menerus. Pada wawancara
ini sehingga memperoleh informasi kemudian dimasukkan dalam data subjektif yaitu
bersumber dari klien dan keluarga serta penulis juga melakukan pengamatan secara
langsung yaitu data objektif mengamati secara langsung keadaan Nona L keluhan dan
tanda gejala yang dialami Nona L. Pada pengkajian ini data subjektif dan data objektif
merujuk pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Sehingga
didapatkan informasi sebagai berikut :
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) hipertermia terdiri dari tanda dan
gejala mayor dan tanda gejala minor. Adapun tanda dan gejala mayor yaitu suhu
tubuh diatas normal (37,5o C) sedangkan tanda dan gejala minor adalah kulit
kemerahan, kejang, takikardi, takipnea dan kulit terasa hangat.
Saat dilakukan pengkajian yang ditemukan pada Nona L dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) terdapat beberapa tanda dan gejala yang sama dan tidak

42
43

sama dengan yang ada diteori hipertermi. Tanda dan gejala yang sama adalah suhu
tubuh klien diatas normal (S : 38,1o C), kulit klien teraba hangat, wajah klien tampak
merah dan takikardi (N : 115x/menit). Sedangkan tanda dan gejala yang tidak
ditemukan pada kasus Nona L dengan yang ada diteori adalah klien mengalami
kejang dan takipnea.
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) manifestasi klinis demam dengue adalah
penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi
klinis antara lain nyeri kepala, nyeri retro-orbital, myalgia atau arthralgia, ruam kulit,
manifestasi perdarahan seperti petekia atau uji bending positif, leukopenia,
pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Saat dilakukan pengkajian subjektif penulis mendapatkan informasi dari
wawancara kepada Nona L dan keluarga yang mengatakan bahwa pada tanggal 20
oktober Nona L dibawa ke rumah sakit karena demam sudah 2 hari disertai muntah 3
kali, nyeri perut, nyeri otot (myalgia), tidak nafsu makan, badannya terasa lemah,
terdapat petekie pada kulit dan ruam, pemeriksaan serologi dengue posistif. Ibu klien
juga mengatakan aktivitas klien dibantu keluarga. Sedangkan tanda dan gejala yang
tidak ditemukan pada Nona L dengan yang ada diteori adalah klien mengalami nyeri
retro-orbital.
Selama melakukan pengkajian ada beberapa faktor penunjang dan faktor
penghambat. Faktor penunjang antara lain klien dan keluarga menunjukkan sikap
yang sangat kooperatif sedangkan faktor penghambatnya adalah terbatasnya waktu
pengkajian yang diberikan.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan mengubah (Nursalam, 2011).
Diganosa utama yang ditegakkkan pada Nona L dengan Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) setelah didapatkan data atau informasi dari pengkajian yang telah
dilakukan sehingga diagnosis dapat ditentukan merujuk pada Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) dari buku Persatuan Perawat Nasional Indonesia
44

(PPNI). Dalam penentuan diagnosis klien Nona L (14 tahun) penulis menspesifikkan
dengan diagnosa utama atau prioritas untuk lebih memfokuskan pada asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien sehingga lebih maksimal dalam pemberian
asuhan keperawatan yang diberikan dan dapat memenuhi tujuan dan kriteria hasil
sesuai yang diharapkan.
Pada diagnosa utama atau prioritas pada Nona L ada hipertermia berhubungan
dengan proses penyakit. Didukung oleh teori Wijayaningsih (2017) Dengue
Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Hal ini didukung oleh penelitian Erna (2020) tentang perawatan klien
dengue haemorrhagic fever (DHF) dengan masalah hipertermi berbasis teori
kenyamanan kolbaca di ruang melati RSUD Bangil Pasuruan menunjukkan bahwa
penelitian pada dua klien yang berbeda didapatkan bahwa klien mengalami DHF
memiliki masalah yang sama yaitu hipertermi. Hal ini dikarenakan, apabila tindakan
dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan mengakibatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam dapat membahayakan
keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menimbulkan
komplikasi seperti hipertermia, kejang dan penurunan kesadaran (Murwani, 2011).
Berdasarkan teori terdapat 10 diagnosa keperawatan yang muncul. Diagnosa
keperawatan berdasarkan teori Hipertermia, Defisit nutrisi, Hipovolemia, Intoleransi
aktivitas, Pola napas tidak efektif, Nyeri akut, Resiko syok, Resiko perdarahan,
Defisit pengetahuan, Ansietas (SDKI, 2016). Sedangkan diagnosa keperawatan yang
ditegakkan penulis pada kasus Nona L ada 4 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu
hipertermia b/d proses penyakit, resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien, intoleransi aktivitas b/d tirah baring dan resiko perdarahan b/d
gangguan koagulasi. Diagnosa-diagnosa yang diangkat pada kasus yaitu berdasarkan
keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien.

3. Rencana Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengkoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada
diagnosis keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis keperawatan
dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2011).
45

Pada intervensi atau rencana, proses keperawatan setelah data terkumpul, di


analisa dan ditentukan rencana keperawatan. Perencanaan juga disusun berdasarkan
prioritas masalah, tujuan dari tindakan, penentuan kriteria hasil dan rencana tindakan
pada masing-masing diagnosa keperawatan.
Rencana keperawatan yang penulis susun dalam Karya Ilmiah Akhir ini
menggunakan referensi dari Nurarif (2015). Pada pelaksanaannya disesuaikan dengan
kasus dan kebutuhan klien. SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) digunakan
pada saat merumuskan tujuan keperawatan dan kriteria hasil. Sedangkan SIKI
(Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) digunakan sebagai referensi dalam
merumuskan intervensi keperawatan.
Penentuan intervensi keperawatan dalam Karya Ilmiah Akhir ini menggunakan
referensi dengan mempertimbangkan jenis intervensi/tindakan yang sesuai dengan
kemampuan perawat, kondisi klien, penilaian efektivitas dan efisiensi keberhasilan
mengatasi masalah klien. Pada Karya Ilmiah Akhir ini menggunakan beberapa
intervensi salah satunya adalah dengan melakukan manajemen hipertermia dengan
mengidentifikasi penyebab hipertermia, melonggarkan atau melepaskan pakaian klien,
berkolaborasi dengan pemberian cairan dan elektrolit intravena serta melakukan
pendinginan eksternal yaitu dengan melakukan kompres hangat pada dahi klien. Hasil
penelitian Rehana dkk (2021) tentang manajemen hipertermia pada asuhan
keperawatan anak kejang demam menunjukkan bahwa An. A mengalami demam
sejak dua hari dan kejang selama lima menit, sedangkan An. N mengalami demam
sepanjang malam dan kejang dua kali selama satu menit. Implementasi keperawatan
berfokus utama diagnosa hipertermia memiliki tujuan mempertahankan suhu tubuh
dalam batas normal, mencegah kejang berulang. Hasil evaluasi suhu tubuh pasien
dalam batas normal dan serangan kejang tidak terjadi. Sejalan dengan penelitian Arfah
(2021) tentang pengaruh kompres hangat terhadap suhu tubuh anak dengan demam
berdarah dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum daerah deli serdang lubuk pakam
menunjukkan bahwa rata-rata pengukuran pretest adalah 38,7o C sedangkan posttest
adalah 37,1o C. Dengan nilai signifikan 0,03 yang lebih rendah dari nilai signifikan
0,05 yang berarti Ho ditolak artinya ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan
suhu tubuh pada anak usia 5-12 tahun penderita demam berdarah di ruang memori
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
46

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).
Pada tahapan implementasi keperawatan ini penulis melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan rencana atau intervensi keperawatan yang mengacu pada
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan telah dimodifikasi sesuai
dengan kondisi kemungkinan sumber daya yang ada.
Implementasi keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2021 hingga
24 Oktober 2021. Secara umum, intervensi yang telah direncanakan pada diagnosa
keperawatan dapat diimplementasikan baik yang bersifat mandiri maupun kolaborasi.
Teori ini sejalan dengan kasus pada Nona L untuk mengatasi hipertermia dengan
mengidentifikasi penyebab hipertermia, melonggarkan atau melepaskan pakaian klien,
berkolaborasi dengan pemberian cairan dan elektrolit intravena serta melakukan
pendinginan eksternal yaitu dengan melakukan kompres hangat pada dahi klien.
Partisipasi dari klien dan keluarga yang kooperatif sangat berperan penting, sehingga
penulis mendapatkan respon yang baik pula ketika melakukan implementasi
keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan
implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor kealpaan
yang terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi
intervensi (Nursalam, 2011).
Evaluasi keperawatan pada karya ilmiah akhir ini dilakukan selama 3 hari yaitu
pada tanggal 22-24 oktober 2021. Tujuan dari evaluasi keperawatan adalah untuk
mengakhiri, memodifikasi atau meneruskan rencana tindakan keperawatan yang telah
diberikan kepada klien dengan terlebih dahulu menganalisa masalah kesehatan klien
apakah tidak teratasi, teratasi sebagian atau masalah dengan teratasi dengan
membandingkan antara tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada rencana
asuhan keperawatan dengan evaluasi keperawatan.
Berdasarkan evaluasi penulis dari empat diagnosa keperawatan yang ditegakkan
pada Nona L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari dari hasil evaluasi
47

menunjukkan bahwa 1 diagnosa keperawatan teratasi antara lain : Hipertermia.


Sedangkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa 3 diagnosa keperawatan yang teratasi
sebagian antara lain : defisit nutrisi, intoleransi aktivitas dan resiko perdarahan.
Faktor penghambat implementasi dalam asuhan keperawatan untuk hal ini
disebabkan karena klien kurang kooperatif saat dilakukan implementasi untuk ketiga
diagnosa tersebut.

B. Pembahasan praktik profesi keperawatan dalam pencapaian target kompetensi


Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul asuhan keperawatan pada Demam Berdarah
Dengue (DBD), Karya Ilmiah Akhir ini penulis menjalankan peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dilakukan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditemukan diagnosa keperawatan agar
bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangan.
Target kompetensi yang didapatkan penulis sesuai dengan tujuan awal dilakukan
penulisan Karya Ilmiah Akhir adalah memperoleh pengalaman yang nyata dalam
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Demam Berdarah Dengue (DBD)
melalui pengkajian dan diagnosis keperawatan, perencanaan, impelementasi serta
evaluasi keperawatan.
Penulisan Karya Ilmiah Akhir dalam pemberian asuhan keperawatan, penulis dapat
melakukan dengan baik tanpa mengalami hambatan karena didukung oleh proses
keperawatan yang sesuai dengan konsep yang didapat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang ditulis merujuk pada masalah dan tujuan penulisan. Bagaimana teori
diterapkan dalam situasi yang nyata serta hasil yang diperoleh, hambatan atau kemudahan
yang dialami. Saran adalah usulan operasional (nyata) yang diajukan untuk mengatasi atau
mengurangi hambatan-hambatan yang muncul pada saat melakukan asuhan keperawatan
pada Nona L sesuai dengan apa saja yang dijelaskan dalam kesimpulan.

A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dalam menyusun karya ilmiah akhir
ini, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya :
1. Asuhan keperawatan pada Nona L dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) penulis
menegakkan 4 diagnosa keperawatan yaitu hipertermia, defisit nutrisi, intoleransi
aktivitas dan resiko perdarahan.
2. Berdasarkan dari keempat diagnosa keperawatan yang diangkat pada Nona L setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama proses keerawatan 3 hari yaitu pada tanggal
22-24 Oktober 2021 menunjukkan bahwa hanya 1 diagnosa yang teratasi.
3. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pada
asuhan keperawatan, kondisi klien serta sarana prasarana yang ada di rumah sakit
dengan memperhatikan beberapa aspek yaitu mengarah pada tujuan yang akan dicapai
dan melibatkan kerjasama yang baik dengan klien dan keluarga.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran
sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya pada
klien dengan Nona L, yaitu :
1. Untuk Keluarga
Diharapkan sebagai keluarga, mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
hipertermia terutama hipertermia yang dialami oleh pasien.

48
49

2. Untuk Mahasiswa/i
Penulisan Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Berdarah
Dengue (DBD).
50

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A. Aziz. (2014). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Arfah, dkk. (2021). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Suhu Tubuh Anak Dengan
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam. Elisabeth Health Journal Vol 6 No 1.
Asri, dkk. (2017). “Community Social Capital on Fi Ghiting Dengue Fever in Suburban
Surabaya, Indonesia : A Qualitative Study“. International Journal of Nursing Sciences
4(4): 374-77.
Capernitto, LJ. (2014). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik Edisi 6.
Jakarta : EGC.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. (2022). Kasus Demam Berdarah Dengue.
Jakarta : Kemenkes RI.
Erna, H. R. (2020). Perawatan Klien Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) Dengan Masalah
Hipertermi Berbasis Teori Kenyamanan Kolbaca Di Ruang Melati RSUD Bangil
Pasuruan. Program Studi Diploma III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Insan Cendekia Medika. Jombang.
Handayani. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) Dengan Hipertermia di RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2019. Diploma
thesis. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.
Hermawan, Diki. (2018). Hubungan Karakteristik Klien Dengan Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Info Datin. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Anak Indonesia. Jakarta : Pemberdayaan,
Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Nasional Dinas Kesehatan. Jakarta.
Rehana, dkk. (2021). Manajemen Hipertermi Pada Asuhan Keperawatan Anak Kejang
Demam. Jurnal Keperawatan Merdeka Vol 1 No 2.
Murwani. (2018). Kasus Hipertermi pada DHF. 6-27.
51

Muwarni, Arita. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 2. Jakarta : Mediaction Jogja.
Nursalam. (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika.
Pangaribuan, A, dkk. (2017). Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue Sari
Pediatri. 332-40.
Pare, Guillaume et al. (2020). ”Genetic Risk For Dengue Haemorrhagic Fever and Dengue
Fever in Multiple Ancestries”. Ebio Medicine 51 :
102584.https://doi.org/10.1016/j.ebiom.2019.11.045.
Rampengan, T. H. (2017). Pnyakit Infeksi Tropik Pada Aanak. Jakarta : EGC.
Saraswati, N, dkk. (2015). Karakteristik Tersangka Demam Tifoid Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode Tahun 2015. Syifa Medika. Vol 3
(No. 1).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan ke-3. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan.. Edisi 1 Cetakan ke-2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan ke-2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat.
Wang, Wen-hung et al. (2019). ”International Jurnal of Infectous Disease A Clinical and
Epidemiologi Survey of Largest Outbreak in Southern Taiwan in 2015”. International
Journal of Infectious Disease 88:88-99.http://doi.org/10.1016/j.ijid.2019.09.007.
WHO. (2016). Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.
WHO. (2018). Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.
Widyorini et al. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wijayaningsih. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengue Haemorrhagic
Fever (DHF) Dengan Masalah Hipertermia. 1-9.
52

LEMBAR KONSULTASI

Hari/Tanggal Materi/BAB Masukan & TTD TTD Pembimbing


Perbaikan Mahasiswa
1 Feb 2022 Konsul BAB Perbaikan
III BAB III

14 Feb 2022 Konsul revisi Perbaikan


BAB III analisa data

26 Feb 2022 Konsul BAB Perbaikan


I-V

11 April Konsul BAB Perbaikan


2022 I-V

20 Juni 2021 Konsul BAB Perbaikan


I-V

26 Juni 2022 Konsul BAB Perbaikan


I-V judul, konsep
dasar, studi
kasus,
pembahasan,
daftar
pustaka
27 Juni 2022 Konsul BAB Cek
I-V penulisan,
daftar
pustaka,
rumusan
SDKI
28 Juni 2022 Konsul revisi ACC

11 Juli 2022 Konsul revisi Cek


judul, kata penulisan
53

pengantar,
abstrak,
pathway,
pembahasan
13 Juli 2022 Konsul ACC
penulisan
54

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ega Putri Fuji Rahayu


Tempat Tanggal Lahir : Kubu, 01 Juli 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum menikah
Status Dalam Keluarga : 3 dari 4 bersaudara
Alamat Sekarang : Tanjung Raya II Komplek Saigon Residence D26
No HP : 083152826920
Emai; : putriiegaa888@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Sudarimin
Ibu : Suhaini
Riwayat Pendidikan
1. SDN 22 Kubu : Lulusan 2006-2011
2. SMPN 01 Kubu : Lulusan 2011-2014
3. SMAN 01 Kubu : Lulusan 2014-2017
4. Program Studi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak tahun 2017-sekarang

Anda mungkin juga menyukai