Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TN.

C
DENGAN GANGGUANKEBUTUHAN DASAR
AKTUALISASI DIRI

OLEH :
Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Asuhan keperawatan Tn. C dengan gangguan Kebutuhan dasar
aktualisasi diri: harga Diri rendah

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 1 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ns.

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukursayaucapkankepadaTuhan Yang MahaEsa.
Berkatlimpahanrahmatdan karunia-Nya
sehinggasayadapatmenyelesaikanLaporanPendahuluan dan Juga
AsuhanKeperawatandenganjudulLaporanpendahuluan dan asuhan keperawatan
pada Tn.C dengan diagnosaCa Mammae” Laporanpendahuluan dan
asuhankeperawataninidisusundalamrangkauntukmemenuhiataupunmelengkapitug
asmatakuliahPraktikPraklinikKeperawatan I.
LaporanPendahuluan dan juga
asuhankeperawataninitidaklepasdaribantuanberbagaipihak.Oleh karenaitu,
sayainginmengucapkanterimakasihkepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.KesSelakuKetua STIKES Eka HarapPalangka Raya.
2. Ibu MeilithaCarolina ,Ners., M.KepSelakuKetua Program StudiNers STIKES Eka
HarapPalangka Raya.
3. Ibu MeidaSintaAraini,S.Kep.,NersSelakuPenanggung Jawab Mata
KuliahPraktikPraklinikKeperawatan I.
4. RimbaAprianti., S.Kep., NersSelakudosenpembimbingAkademik di
ruangPendengaran
5. SecaraKhususkepadapihakdariRumahSakit Doris Sylvanus yang
telahmemberikanizintempat.
Saya menyadaribahwalaporanpendahuluan dan juga
asuhankeperawataninimungkinterdapatkesalahan dan jauhdari kata sempurna.
Oleh karenaitu, sayamengharapkan saran dan kritik yang membangundaripembaca
danmudah-mudahanlaporanpendahuluan dan juga
asuhankeperawataninidapatmencapaisasaran yang diharapkansehinggadapat
bermanfaatbagikitasemua.
Palangka Raya, 10Maret 2021
Penyusun

Tri Berger

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBAR PENGASAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................3
1.3 Manfaat ............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Konsep DasarKebutuhan Aktualisasi Diri.......................................5
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri........................................................5
2.1.2 Ciri-ciri aktualisasi Diri.............................................................6
2.1.3 Aspek-aspek Aktualisasi Diri....................................................6
2.1.4 Karakteristik Aktualisasi Diri....................................................7
2.1.5Faktor-faktor Aktualisasi Diri....................................................8
2.2Menajemen Asuhan Keperawatan......................................................9
2.2.1 Pengkajian keperawatan............................................................9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................11
2.2.3 Intervensi keperawatan..............................................................12
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................30
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................30
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS...........................................31
3.1 Pengkajian........................................................................................31
3.2 Diagnosa...........................................................................................38
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................41
3.4 Implementasi dan Evaluasi...............................................................43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................45
3.1 Kesimpulan .......................................................................................45
3.2 Saran .................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................47

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan


sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan
bahagia, sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis,
kesehatan jiwa diterjemahkan sebagai suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang.
Perkembangan tersebut berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Febriani,
2008). Himpitan hidup yang semakin berat di alami hampir oleh semua
kalangan masyarakat sehingga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa
(Intan, 2010).
Menurut WHO (2016), masalah gangguan jiwa di seluruh dunia sudah
menjadi masalah yang sangat serius. WHO menyatakan paling tidak ada 1 dari
4 orang di dunia mengalami masalah mental, diperkirakan ada sekitar 450 juta
orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Data Riskesdas tahun 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk
usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk.
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di daerah khusus pasien
dengan HDR jika tidak segera ditangani akan memberikan dampak yang buruk
bagi penderita, orang lain, ataupun lingkungan disekitarnya. Untuk meminimalkan
dampak yang ditimbulkan dibutuhkan peran perawat yang optimal dan cermat
untuk melakukan pendekatan dan membantu klien memecahkan masalah yang
dihadapinya dengan memberikan penatalaksanaan. Penatalaksanaan yang
diberikan antara lain meliputi farmakologis dan non-farmakologis.
Penatalaksanaan farmakologis antara lain dengan memberikan

1
obat-obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari
harga diri rendah dapat meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja,
2011).
Seseorang yang menderita harga diri rendah cenderumg mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan gangguan konsep diri : harga diri
rendah dimana klien merasa tidak percaya diri. Selain itu klien merasa gagal
mencapai keinginan mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial (Yosep, 2007).
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perlaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan,kekalahan tanpa merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen 1998). Kebutuhan
dasar manusia menurut H.Maslow pada dasarnya mempunyai lima hierarki (1)
kebutuhan fisiologis (physioogical needs) (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs) (3) kebutuhan kasih sayang (love needs) (4) kebutuhan harga diri (esteem
needs) (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Peran perawat dalam menangani pasien harga diri rendah di rumah sakit
salah satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang
mencakup penerapan strategi pelaksanaan harga diri rendah. Strategi
pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah
mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki klien, mengoptimalkan
aspek positif yang masih dimilikinya serta minum obat dengan teratur (Akemat
dan Keliat, 2010).

2
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Karya Tulisan Ilmiah ini agar mahasiswa memperoleh pengalaman nyata


dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah
demgan prioritas masalah kebutuhan dasar aktualisasi diri.
1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien


dengan masalah kebutuhan harga diri.
2. Mahasiswa mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan harga diri.
3. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan harga diri.
4. Mahasiswa mampu meleksanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan masalah kebutuhan harga diri.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan harga diri.

1.3 Manfaat

1. Bagi klien

Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk membantu klien


mengatasi harga diri rendahnya,sehingga klien dapat melakukan kegiatan
sehari-hari dengan bekerja sama dengan orang lain dan mampu
memandang dirinya secara positif.
2. Bagi Mahasiswa

Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai


informasi yangbermakna bagi mahasiswa dalam memberikan asuahan
keperawatan pada kliendengan gangguan harga diri rendah sekaligus
mahasiswa mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang cara

3
pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait dengan gangguan harga diri
rendah.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Aktualisasi Diri

2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri

Maslow (dalam Jarvis, 2015) mendefinisikan bahwa aktualisasi diri adalah


menemukan pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri. Maslow
menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang
sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka
lakukan. Adhani (dalam Kurnia & Shinta, 2015) berpendapat bahwa aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang disukai.
Pengerjaan itu dilakukan dengan gairah sesuai dengan potensi yang ada didalam
dirinya. Hal ini merupakan kebutuhan pencapaian tertinggi manusia.

Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan


dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk
menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan
bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari
kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan
semacam itu. Mereka mengekspresikan kebutuhan dasar kemanusiaan secara
alami, dan tidak mau ditekan oleh budaya (Alwisol, 2016).

Rogers (dalam Syafitri, 2014) mengatakan bahwa aktualisasi diri adalah


kecenderungan untuk melihat ke depan menuju perkembangan kepribadian.
Konsep aktualisasi diri merujuk pada kecenderungan organisme untuk tumbuh
dari makhluk yang sederhana menjadi suatu yang kompleks, lalu berubah dari
ketergantungan menuju kemandirian dari sesuatu yang tetap dan kaku menuju
proses perubahan dan kebebasan berekspresi. Sedangkan Aktualisasi diri atau
self-actulization dalam psikologi humanistik yaitu kecenderungan untuk berjuang
menjadi apapun yang mampu kita raih, motif yang mendorong kita untuk
mencapai potensi yang penuh dan mengekspresikan kemampuan kita yang unik.

5
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri
adalah terungkapnya suatu keadaan seseorang yang selama ini terselubung atau
tersembunyi yang mana suatu saat pasti terungkap dengan sendirinya sebagai
tanda atau ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain.

2.1.2 Ciri-ciri aktualisasi Diri

Maslow (dalam Jarvis, 2015) menggambarkan manusia yang sudah


mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya
dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan.

Adapun ciri – ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:

a. Memiliki persepsi akurat tentang realitas


b. Menikmati pengalaman baru
c. Memiliki kecendrungan untuk mencapai pengalaman puncak
d. Memiliki standar moral yang jelas
e. Memiliki selera humor
f. Merasa bersaudara dengan semua manusia
g. Memiliki hubungan pertemanan yang erat
h. Bersikap demokratis dalam menerima orang lain
i. Membutuhkan privasi
j. Bebas dari budaya dan lingkungan
k. Kreatif
l. Spontan
m. Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri
n. Mengakui sifat dasar manusia
o. Tidak selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain

2.1.3Aspek-aspek aktualisasi diri

Maslow (dalam Kurnia & Shinta, 2015) menyatakan aspek-aspek aktualisasi


diri ada empat yaitu:
1. Penolakan terhadap penyeragaman

6
Artinya individu tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan sosial yang
cenderung menyeragamkan. Dengan kata lain individu tersebut merupakan orang
yang non-konformistis, berperilaku otonom dan mampu membuat keputusan
sendiri meskipun berbeda dengan pandangan masyarakat.

2. Penerimaan diri

Individu yang sudah terpenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya cenderung


dapat menerima diri, orang lain dan lingkungan.

3. Minat sosial

Individu yang memiliki minat sosial tinggi mempunyai rasa per-saudaraan


yang tinggi pada orang lain, penuh simpati dan berkeprimanusiaan. Sifat minat
sosial itu juga dilengkapi dengan etika yang kuat serta bersifat spiritual.

4. Kreativitas

Individu yang mampu mengak¬tualisasikan diri juga memiliki kesegaran


apresiasi, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang yang unik. Hal
yang remeh justru dipandang dengan rasa takjub.

2.1.4Karakteristik Aktualisasi Diri

Maslow menyatakan jumlah orang yang telah berada pada level aktualisasi
diri hanya 1 persen dari populasi dunia. Mereka yang telah berada pada level
aktualisasi diri ini akan terlihat mengalami perubahan pola pikir yang lebih
matang dibanding sebelumnya.

Salah satu karakter yang paling terlihat dari orang ini ialah mereka merasa
dunia tidak berbatas. Mereka sangat visioner, suka menjajal hal-hal baru, namun
tidak melupakan bahwa mereka juga punya kekurangan sehingga masih
membutuhkan bantuan orang lain.

Aktualisasi diri akan memunculkan beberapa karakteristik berikut:

1. Realistis

7
Orang yang telah mencapai aktualisasi diri tidak takut untuk mengambil
langkah yang berisiko. Namun, ia melakukannya berdasarkan hitungan
yang realistis sehingga tidak bertindak secara gegabah.
2. Tidak diskriminatif
Aktualisasi diri membuat seseorang dapat menerima dirinya sendiri
maupun orang lain dengan apa adanya. Mereka juga memperlakukan
orang lain dengan sama baiknya serta tidak memandang status, latar
belakang, kondisi sosial-ekonomi, maupun budayanya.
3. Berjiwa sosial
Orang yang telah berada pada level aktualisasi diri memiliki etika personal
dan tanggung jawab yang besar pada diri dan lingkungannya. Membantu
sesama adalah salah satu cara mereka untuk mencapai kebahagiaan.
4. Mandiri
Meski memiliki jiwa sosial, orang dengan aktualisasi diri sangatlah
mandiri. Ia dapat tetap merasa bahagia tanpa harus mengorbankan
kebahagiaan orang lain.
5. Menghargai privasi
Orang dengan aktualisasi diri sangat menghargai privasi. Saat-saat
kesendirian inilah yang membuat mereka menyadari potensi maupun nilai
diri sendiri yang dapat dioptimalkan untuk kesejahteraaan diri maupun
lingkungannya.
6. Selera humor yang baik
Menjadi matang atau dewasa dengan aktualisasi diri bukan berarti mereka
tidak punya sense of humor. Namun, mereka lebih suka ‘menertawakan
diri sendiri’ dibanding menjadikan kekurangan orang lain sebagai bahan
candaan.
7. Spontan
Aktualisasi diri akan membuat seseorang lebih terbuka, tidak kaku, dan
spontan dalam menjalankan norma-norma yang ada di sekitarnya. Namun,
mereka juga mampu menunjukkan perilaku yang luhur dan tidak
menyinggung adat-istiadat setempat.
8. Menghargai proses

8
Orang dengan aktualisasi diri mengukur keberhasilan berdasarkan proses
yang dilalui, bukan semata soal hasil yang dicapai. Selama ada kemajuan
dan mereka menikmati proses tersebut, maka bisa dibilang tujuan dari
perjalanan mereka telah tercapai.

2.2.5Faktor-faktor Aktualisasi Diri

1) Kreativitas, merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang


beraktualisasi diri. Kreativitas bagi mereka adalah suatu sikap. Individu ini
asli, inventif dan inovatif meski tidak harus menghasilkan sesuatu.
2) Kepribadian, yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu yang terdiri
dari sistemsistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri yan
unik (khusus) dari individu terhadap lingkungan.
3) Transendensi, yaitu lebih tinggi, unggul, agung, melampaui superlatif arti
yang lain tidak tergantung dan tersendiri. Individu yang beraktualisasi diri
akan berusaha menjadi yang terbaik.
4) Demokratis, orang yang beraktualisasi diri bertingkah laku lebih dalam
daripada toleransi. Meski individu menyadari bahwa perbedaan-perbedaan
dengan orang lain, tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa
memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Individu siap
mendengarkan dan belajar pada siapa saja yang dapat mengajarkan itu pada
dirinya
5) Hubungan sosial, yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang
lain dalam lingkungannya.

2.3 Pengkajian

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Dalam asuhan keperawatan dalam lima langkah pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi yang ada

pengkajian menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada

keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun

9
sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan

mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi

yang dialami (Desmawati, 2019).

1. Pengkajian

a. Pengkajian Identitas

1) Identitas Pasien

2) Identitas Penanggung Jawab

b. Status Kesehatan

1) Keluhan Utama

2) Penyakit yang pernah dialami

3) Alergi

4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

5) Riwayat Penyakit Keluarga

6) Diagnosa Medis dan therapy :

d. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

1) Pola Bernapas

2) Pola makan-minum

3) Pola Eliminasi

4) Pola aktivitas dan latihan

5) Pola istirahat dan tidur

6) Pola Berpakaian

7) Pola rasa nyaman

8) Pola Aman

9) Pola Kebersihan Diri

10
10) Pola Komunikasi

11) Pola Beribadah

12) Pola Produktifitas

13) Pola Rekreasi

14) Pola Kebutuhan Belajar

e. Pengkajian Fisik

f. Pemeriksaan Penunjang

g. Data laboratorium yang berhubungan

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut model keperawatan Virginia Henderson berfokus pada

keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat maupun

sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan

mengembalikan kemandirian, kemampuan dan pengetahuan terhadap kondisi

yang dialami (Desmawati, 2019).

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi Kusuma

2016) diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI, 2017):

a. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).


b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi
(D.0129).
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru menurun
(D.0005).
d. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D.0142).
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019).
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111).
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

11
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi tubuh
(D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis
(D.0101).
2.3.3 Intervensi Keperawatan

Interensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan kriteria hasil
berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SLKI DPP PPNI,
2019) :

a.Nyeri kronis berhubungan dengan adanya penekanan saraf (D.0078).

1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspetasi tingkat nyeri menurun.

2) Kriteria hasil :

a) kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

b) keluhan nyeri menurun

c) meringis menurun

d) sikap protektif menurun

e) gelisah menurun

f) kesulitan tidur menurun

g) menarik diri menurun

h) berfokus pada diri sendiri menurun

i) diaforesis menurun

j) perasaan depresi (tertekan ) menurun

k) perasaan takut mengalami cedera berulang menurun

l) anoreksia menurun

m) perineum terasa tertekan menurun

12
n) uterus teraba membulat menurun

o) ketegangan otot menurun

p) pupil dilatasi menurun

q) muntah menurun mual menurun

r) frekuensi nadi membaik

s) pola nafas membaik

t) tekanan darah membaik

u) proses berpikir membaik

v) fokus membaik

w) fungsi berkemih membaik

x) perilaku membaik

y) nafsu makan membaik

z) pola tidur membaik

3)Intervensi :

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

a) Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas

nyeri

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respons nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

13
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

i) Monitor efek samping penggunaan analgesic

Terapeutik

a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,

teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,

pencahayaan, kebisingan)

c) Fasilitasi istirahat dan tidur

d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

e) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a)Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan prubahan sirkulasi (D.0129).

1) Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan


ekspetasi integritas kulit dan jaringan meingkat.

2) Kriteria hasil :

a) Elastisitas meningkat

14
b) Hidrasi meningkat

c) Perfusi jaringan meningkat

d) Kerusakan jaringan menurun

e) Kerusakan lapisan kulit menurun

f) Nyeri menurun

g) Perdarahan menurun

h) Kemerahan menurun

i) Hematoma menurun

j) Pigmentasi abnormal menurun

k) Jaringan parut menurun

l) Nekrosis menurun

m) Abrasi kornea menurun

n) Suhu kulit membaik

o) Sensasi membaik

p) Tekstur membaik

q) Pertumbuhan rambut membaik

3)Intervensi :

Perawatan luka (I.14564)

Observasi

a) monitor karakteristik luka

b) monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik

a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan

b) cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu

15
c) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan

d) bersihkan jaringan nekrotik

e) berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu

f) pasang balutan sesuai jenis luka

g) pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka

h) ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase

i) jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien

j) berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5


gram/kgBB/hari

k) Berikan suplemen vitamin dan mineral

l) berikan terapi tens, jika perlu

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein

c) ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi

a) kolaborasi prosedur debridement, jika perlu

b) kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

c.Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru

menurun(D.0005).

1) Tujuan umum : setelah dilakukantindakan keperawatan diharapkan


ekspektasi pola napas membaik.

2) Kriteria hasil :

a) Ventilasi semenit meningkat

b) Kapasitas vital meningkat

16
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat

d) Tekanan ekspirasi meningkat

e) Tekanan inspirasi meningkat

f) Dispnea menurun

g) Penggunaan otot bantu napas menurun

h) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

i) Ortopnea menurun

j) Pernapasan pursed-lip menurun

k) Pernapasan cuping hidung menurun

l) Frekuensi napas membaik

m) Kedalaman napas membaik

n) Ekskursi dada membaik

3)Intervensi :

Manajemen jalan napas (I.01011)

Observasi

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

b) Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing, ronkhi


kering)

c) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)

Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chinlift (jaw-thrust

jika curiga trauma servikal)

b) Posisikan semi-Fowler atau Fowler

c) Berikan minum hangat

d) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

17
e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

f) Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

g) Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

h) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,jika tidak kontraindikasi

b) Anjurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

d.Resiko infeksi berhubungan dengn penyakit kronis (D.0142).

1)Tujuan umum : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ekspetasi

tingkat infeksi menurun.

2)Kriteria hasil :

a) kebersihan tangan meningkat

b) kebersihan badan meningkat

c) nafsu makan meningkat

d) demam menurun

e) kemerahan menurun

f) bengkak menurun

g) vesikel menurun

h) cairan berbau busuk menurun

i) sputum berwarna hijau menurun

j) drainase purulen menurun

k) piuria menurun

18
l) periode malaise menurun

m) periode menggigil menurun

n) letargi menurun

o) gangguan kognitif menurun

p) kadar sel darah putih membaik

q) kultur darah membaik

r) kultur urine membaik

s) kultur sputum membaik

t) kultur area luka membaik

u) kultur feses membaik

v) kadar sel darah putih membaik

3)Intervensi pencegahan infeksi(I.14539) observasi

a)monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik terapeutik

a) Batasi jumlah pengunjung

b) berikan perawatan kulit pada area edema

c) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan

pasien

d) pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi

Edukasi

a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

b) ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

c) Ajarkan etika batuk

d) ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

e) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

19
f) anjurkan meningkatkan asupan cairan kolaborasi

a)Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

e.Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan

metabolisme (D.0019).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diarapkan

ekspetasi status nutrisi membaik

2) Kriteria hasil :

a) Kekuatan otot pengunyah meningkat

b) Kekuatan otot menelan meningkat

c) Serum albumin meningkat

d) Verbalisasi keinginan untk meningkatkan nutrisi meningkat

e) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat

f) Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat

g) Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat meningkat

h) Penyiapan dam penyimpanan minuman yang aman meningkat

i) Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan tujuan kesehatan

meningkat

j) Perasaan cepat kenyang menurun

k) Nyeri abdomen menurun

l) Sariawan menurun

m) Rambut rontok menurun

n) Diare menurun

o) Berat badan membaik

p) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik

20
q) Frekuensi makan membaik

r) Nafsu makan membaik

s) Bising usus membaik

t) Tebal lipatan kulit trisep membaik

u) Membran mukosa membaik

3)Intervensi :

Manajemen nutrisi (I.03119)

Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik

f) Monitor asupan makanan

g) Monitor berat badan

h) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu

b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)

c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

d) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

e) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

f) Berikan suplemen makanan, jika perlu

21
g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral

dapat ditoleransi

Edukasi

a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

b) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,

antiemetik), jika perlu

b) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

f.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111).

1)Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

ekspektasi tingkat pengetahuan meningkat 2)Kriteria hasil :

a) perilaku sesuai anjuran meningkat

b) verbalisasi minat dalam belajar meningkat

c) kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat

d) kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang

sesuai dengan topik meningkat

e) perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat

f) pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun

g) persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

h) menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun

i) perilaku membaik

22
3)Intervensi :

Edukasi Kesehatan (I.12383)

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan

motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

a) Sediakan materi dan medla pendidikan kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi

a) Jekaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat

g.Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan

ekspektasi tingkat ansietas menurun

2) Kriteria hasil:

a) verbalisasi kebingungan menurun

b) verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

c) perilaku gelisah menurun

d) perilaku tegang menurun

e) keluhan pusing menurun

23
f) anoreksia menurun

g) palpitasi menurun

h) frekuensi pernapasan menurun

i) frekuensi nadi menurun

j) tekanan darah menurun

k) diaforesis menurun

l) tremor menurun

m) pucat menurun

n) konsentrasi membaik

o) pola tidur membaik

p) perasaan keberdayaan membaik

q) kontak mata membaik

r) pola berkemih membaik

s) orientasi membaik

3)Intervensi :

Reduksi Ansietas (I. 09314)


Observasi
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi, waktu, stresor)

b) Identifikasi kermampuan mengambili.keputusan

c) Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)

Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan

b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan

c) Pahami situasi yang mernbuat ansietas

24
d) Dengarkan dengan penuh perhatian

e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

f) Tempalkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan

g) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan

h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami

b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pangobatan, dan


prognosis

c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jlka perlu

d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitir, sasual kebutuhan

e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi

f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan

g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat

h) Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
a)Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu

h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi tubuh

(D.0083).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan

ekspektasi citra tubuh meningkat

2) Kriteria hasil :

a) Melihat bagian tubuh meningkat

b) menyentuh bagian tubuh meningkat

c) verbalisasi kecacatan bagian tubuh meningkat

d) verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat

25
e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

f) verbalisasi kekhawatiran terhadap penolakan/reaksi orang lain menurun

g) verbalisasi perubahan gaya hidup menurun

h) menyembunyikan bagian tubuh berlebihan menurun

i) menunjukkan bagian tubuh berlebihan menurun

j) fokus pada bagian tubuh menurun

k) fokus pada penampilan masa lalu

l) menurun fokus pada kekuatan masa lalu menurun

m) respon non verbal pada perubahan tubuh membaik

n) hubungan sosial membaik

3)Intervensi :

Promosi citra tubuh (I.09305)

Observasi

a) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap

perkembangan

b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt citra tubuh

c) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial

d) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri

e) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah

Terapeutik

a) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

b) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

c) Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan

26
d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,

penyakit. pembedahan)

e) Diskusikan cara mengembangken harapan citra tubah secara

realistis

f) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan

citra tubuh

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh

b) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh

c) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig, kosmetik)

d) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok

sebaya)

e) Latih fungsi tubuh yang dimiliki

f) Latih peningkatan penapilan diri (mis. berdandan)

g) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun

kelompok

i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis

(D.0086).

1) Tujuan umum: setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan

ekspektasi harga diri meningkat.

2) Kriteria hasil :

a) Penilaian diri positif meningkat

b) perasaan memiliki kelebihan/ kemampuan positif meningkat

c) penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri meningkat

27
d) minat mencoba hal baru meningkat

e) berjalan menampakan wajah meningkat

f) postur tubuh menampakan wajah meningkat

g) konsentrasi meningkat

h) tidur meningkat

i) kontak mata meningkat

j) gairah aktivitas meningkat

k) aktif meningkat

l) percaya diri berbicara meningkat

m) perilaku esertif meningkat

n) kemampuan membuat keputusan meningkat

o) perasaan malu menurun

p) perasaan bersalah menurun

q) perasaan tidak mampu melakukan apapun menurun

r) meremehkan kemampuan mengatasi masalah menurun

s) ketergantungan pada penguatan secara berlebihan menurun

t) pencarian penguatan secara berlebihan menurun

3)Intervensi

Promosi Harga diri (I. 09331)

Observasi

a) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri

b) Monitor verballsasi yang merendahkan diri sendiri

c) Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan

Terapeutik

28
a) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri

b) Memotivasi menerima tantangan atau hal baru

c) Diskusikan pernyataan tentang harga diri

d) Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri

e) Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri

f) Diskusikan persepsi negatif diri

g) Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah

h) Disukusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang

lebih tinggi

i) Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang

jelas

j) Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan

k) Falisitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga

diri

Edukasi

a) Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam

perkembangan konsep positif diri pasien

b) Ankurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki

c) Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang

lain

d) Aniurkan membuka diri terhadap kritik negatif

e) Anjurkan mengevaluasi perilaku

f) Ajarkan cara mengatasi bullying

g) Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri

29
h) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri

i) Latih cara berfikir dan berperilaku positif

j) Latih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam

menangani situasi

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan perawat
berfokus pada keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan
sehat maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis
tindakan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan
rujukan/ ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini (Desmawati,
2019).

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah & Jauhar, 2013).

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Tri Berger

Nim : 2019.C.11a.1031

Ruang Praktek : Aster

Tanggal Praktek : 10 Maret 2021

Tanggal & Jam Pengkajian : 10 Maret 2021 &09:00 WIB

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. E

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Dayak

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Jl. Menteng

Tgl MRS : 10 Maret 2021

Diagnosa Medis : Carsinoma Mammae

3.1.2 Riwayat kesehatan/perawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :

Pasien mengatakan nyeri payudara kiri, terasa seperti tertusuk tusukpayudara


kiri Skala nyeri 4 saat bergerak.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :

31
Pasienmengeluhmerasakannyeri pada payudarakiri. Selainitubenjolan yang
terdapatpasienmemilikiluka pada benjolan yang
muncul.pasienmengeluhkanpenyakit pada 3 tahun yang lalu. Di payudara kiri ada
benjolan pada luka. Pasien sudah menjalanipengobatan alternatif selama 3 tahun
tanpa membuahkan hasil.Ada benjolan di payudara kiri berdiameter kira-kira
10cm dan sudah ada luka.Pemberian ObatIV Cefim 1gr, IV Cefim 1gr/12 jam, IV
Ketorolac 1A/12 jam 30mg, IV Tranexamat 500gr 1A/8 jam. Pasien mendapatkan
obat golongan onsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID).

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (Riwayat Penyakit dan Riwayat


Operasi)

Pasien mengatakan dulu di payudara kanan pernah ada benjolan, kemudian


diobati diobati dengan pengobatan alternatif dan akhirnya benjolan hilang di
payudara kanan hilang. Kemudian muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun
menjalani pengobatan alternatif benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan malah
ada luka.

3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga :

Ibu kandung mengalami hipertensi dan anak pertama Ny. E mengalami


kankerotak di usia 25 tahun .

GENOGRAM KELUARGA

-----------------------------

Ny.E

-----------------------------

Keterangan gambar

: Laki-laki

: Perempuan

32
- - - - - : Satu Rumah

: Meninggal

3.1.3 Pemeriksaan fisik


3.1.3.1 Keadaan Umum : Compos Mentis, agak gelisah
3.1.3.2 Status Mental :
Tingkat KesadaranCompos Mentis, Ekspresi Wajah
Tampakgelisah,Bentuk badanSedang, Cara berbaring/bergerakBaik,
BicaraJelas, Suasana HatiSedih, PenampilanBersih,Fungsi
kognitifOrientasiwaktupasienmengetahui tentangmalam dan siang, Orientasi
orang pasienmengetahuipetugaskesehatan dan keluarga,
OrientasiTempatpasienmengetahuibahwabeliauberada di RumahSakit.

3.1.3.3 Tanda-tanda Vital :

Suhu/T 37,00C Axilla, Nadi/HR 84 x/mt, Pernapasan/RR 20 x/menit,


Tekanan Darah/TD130/80 mmHg.

3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)

Bentuk Dada Simestris, kebiasaanmerokoktidakada, nyeri dada ada.

3.1.3.5. Cardiovasculer (Bleeding)

Nyeri dada ada,pusing, pucat Capillary refill > 2 detik.

3.1.3.6 Persyarafan (Brain)


Nilai GCS 4 (spontan membuka mata) Verbal 5 (berbicara dengan baik dan
jelas) Motorik 6 (mengikuti perintah dengan baik) Total nilai GCS 15 (Compas
Mentis), Nyeri dada sebelah kiri, gelisah. Uji Syaraf Kranial :

3.1.3.6.1 Nervus Kranial I (Olfaktorius) pasien dapat mencium aroma minyak


ayu putih
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (Optikus) pasien dapat melihat dengan baik
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (Okulomotorus) pasien dapat menggerakkan
konjungtiva dan feklek pupil

33
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Troklearis) pasien dapat menggerakkan bola mata
ke atas dan ke bawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminus) pasien dapat menggerakkan rahang ke
semua arah
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdosen) pasien dapat menggerkan mata ke
semua sisi
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasialis) pasien dapat menerima rangsangan
wajahnya
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) pasien dapat mendegarkan
orang berbicara
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosafaringus) pasien dapat menelan
3.1.3.6.10 nervus Kranial X (Vagus) tidak dilakukan
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Aksesorius) pasien dapat menggerakkan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosus) pasien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif,
ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh positif. Bisep
kanan dan kiri skala +2 Trisep, kanan dan kiri skala +2 . Brakidioradialis kanan
dan kri skala +2 refleks lainnya normal.
3.1.3.7 EliminasiUrin (Bladder) :

ProduksiUrine 1200 ml 1x7 jam (Dinas Pagi),


Warnakuning,Baukhasamoniak.

3.1.3.8 EliminasiAlvi (Bowel) :

Bibirpucat, Gigi tidakLengkap, Gusi Merah Muda, Lidah Normal,


MukosaLembab Tonsil, Rectum tidakadalesiataugangguan, Nyeri pada
tenggorokan, BAB 1x sehariwarnakuningkonstitasipadat,Nyeri tekanlokasi dada,
Benjolan lokasi dada sebelah kiri.

3.1.3.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone) :

Bengkak, lokasi dada sebelah kiri

3.1.3.10 Kulit – Rambut - Kuku

Suhu kulit Hangat, Warna kulit Normal, Tugor Baik, Tetur Halus, Tesktur
rambut Halus dan beruban, Distribusi rambut Merata, Bentuk kuku Simetris.

34
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan

3.1.3.11 Sistem Pengindraan

Gerakan bola mataBergerak normal, Visus Mata kanan (VOD) + Mata kiri
(VOS) + Slera Normal/putih, Konjungtivaanemis, fungsipendengaranberdengung,
Korneabening, Hidung / PenciumanBentukSimetris.

Masalahkeperawatan: TidakadaMasalahKeperawatan

3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe


MassaTidak, Jaringan P, KelenjarLimfeTidakteraba,
KelenjarTyroidTidakterabaMetabolismeLeherBebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


Tidakadakemerahan, tidakadagatal-gatal,tidakadaperdarahan,
tidakadakeputihan, keberisihancukup, payudaraNyeri tekan, putting menonjol.

MasalahKeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan

3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :

Pasien mengetahui keadaanya. Pasien mengatakan malu dengan orang lain


dan dirinya sendiri karena penyakit yang dideritanya, Pasien ingin cepat sembuh
untuk melakukan aktivitasnya seperti dulu sebelum sakit.

3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme

TB 152 cm, BB sekarang 64 Kg, BB sebelum sekitar 66 Kg, Diet Lunak,


Kesukuran menelan Tidak.

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit

Frekeunsi/hari 2x1 3x1

Porsi 1 Porsi 1 Porsi

Nafsu makan Baik Baik

Jenis Makanan Nasi,Lauk,Sayur Nasi,Lauk,Sayur

Jenis Minuman Air Mineral Air Mineral

35
Jumlah minuman/cc/24 jam !500 cc/hari !500 cc/hari

Kebiasaan Makan Siang,Sore Pagi,Siang,Malam

Keluhan/masalah

Masalah Keperawatan :

3.1.4.3Pola istirahat dan tidur :

Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari hari bisa tidur, tidak ada keluahan
untuk kebiasaan tidurnya. Biasa pasien tidur antara jam 23.00-05.00

Saat sakit : Pasien mengatakan kadang-kadang terbangun karena nyeri


payudara kiri

3.1.4.4 Kognitif :Pasien mengatakan tidak tahu dengan penyakitnya.

3.1.4.5 Konsep Diri :

3.1.4.6Aktivitas Sehari-hari

Sebelum sakit : pasien mengatakan ibu rumah tangga yang membantu


suaminya berjualan angkringan

Saat sakit : Pasien hanya tiduran saja

3.1.4.7 Koping-Toleransi terhadap Stress

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


3.1.5 Sosial – Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi Baik dengan petugas kesehatan
3.1.5.2 Bahasa sehari-hari Indonesia dan Dayak.
3.1.5.3 Hubungan dengan Keluarga Harmonis baik-baik saja
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain baik-baik saja
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat, Anak dan Keluarga
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang, Membersihkan Rumah.
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah, Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Salama klien
sakit hanya bisa berdoa ditempat tidur
3.1.6 Data Penunjang ( Radiologis. Laboratorium, Penunjang Lain)

Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 10 / 03/ 2021

36
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 10,1 (4,4 – 11,3)
Eritrosit 4,24 ( 4,1 – 5,1)
Haemoglobin 5,1 (12,3-15,3)
Trombosit 356 (350-470)
Masa perdarahan 2’9” (<6 menit)
Masa Penjendalan 7’48” (<12 menit)
GDS 174 (70-140)
SGOT 28 (<31)
SGPT 21 (<32)
Ureum (10-50) (10-50)
Creatinin 1,1 (0.5-1.1)
HbsAg Negatif

Hematologi tanggal :
10/03/2021
11,2 (12,3-15,3)
Hemoglobin

3.1.7 Penatalaksanaan Medis

No Nama Obat Dosis Rute


1 Inj. Cefim 1 gram IV
2 Inj. Cefim 1 gr/12 1 gram IV
jam
3 Inj. Ketorolac 1A/12 30mg IV
jam
4 Inj. Asam 500 mg IV
Tranexamat 1A/8 jam

Palangka Raya 10 Maret 2021

Mahasiswa,

Tri Berger

37
ANALISIS DATA

NO Tanggal ditemukan DATA KEMUNGKINA

1 Rabu 10/03/2021 DS: Kurang terpapar

Jam 09:00 - Pasien mengatakan tidak tahu tentang


penyakitnya.

- Pasien mengatakan selama ini hanya periksa


ke pengobatan alternatif.

DO: Pasien tidak mampu menjawab

DS :
2 - Pasien mengatakan cemas mau melakukan
operasi Krisis situasi
DO : (prosedur tindaka
Nampak gelisah

3 DS :

- Pasien mengatkan nyeri payudara sebelah kiri Agen injuri biolo


DO : payudara
- P: pasien mengatakan nyeri payudara kiri

- Q: terasa seperti tertusuk tusuk

- R: payudara kiri

- S : Skala nyeri 4

38
T: saat bergerak.

Agen injuri

4 Rabu 10/03/2021 DS: Pasien mengatakan nyeri luka operasi fisik

Jam 11:30 DO: (tindakan operasi

P: nyeri luka operasi,

Q: terasa tersayat-sayat,

R: pada dada kiri,

S: skala: 5,

T: terus menerus setelah operasi.

DS: - Prosedur invasif


operasi)
5. DO: tindakan radikal mastektomi, terpasang drain
di dada kiri, terpasang infus di tangan kanan,

DS:-Pasien mengatakan merasa malu setelah operasi


payudara kirinya tidak ada dan merasa tubuhnya
menjadi berubah bentuk. Prosedur bedah
6
DO: -Pasien tampak menutupi payudara kirinya
dengan selimut.

39
PRIORITAS MASALAH

1. Cemas b.d krisis situasi (prosedur tindakan operasi)

2. Kurang pengetahuan tentang prosedur tindakan operasi b.d kurang terpapar


informasi

3. Nyeri akut b.d agen injuri biologis (luka payudara)

4 Nyeri akut b.d ageninjuri fisiologis (tindakan operasi)

5. Resiko Infeksi

6. Gangguan citra tubuh b.d prosedur bedah.

40
-

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. E

Ruang Rawat : Aster

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi


1. Cemas b.d krisis situasi Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang tenang.

(prosedur tindakan keperawatan 2. Jelaskan prosedur tindakan dan apa ya


operasi) 1x24 jam dirasakan selama tindakan.
tingkat kecemasan pasien 3. Berikan informasi yang actual tenta
menurun, dengan KH: diagnosa, tindakan dan prognosis.
- Pasien mengatakan cemasnya 4. Ajarkan teknik Relaksasi nafas dalam.
berkuran 5. Motivasi keluarga untuk mendampin
Pasienmenunju kkan cemas pasien.
berkurang, wajah tampak lebih
rileks

2. Kurang pengetahuan
tentang prosedur tindakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahua pasien tentang
operasi b.d kurang asuhan keperawatan selama 1x20 tindakan operasi
terpapar informasi menit pasien akan mengethaui 2. Jelaskan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan, tindakan opreasi
dengan KH: 3. Libatkan keluarga dalam pemberian
-pasien mengatakan sudah pendidikan kesehatan.
memahami tentang tindakana 4. Jelaskan secara tepat
operasi kemungkinan komplikasi dan perdarahan,

41
-

resiko yang
akan terjadi, dan nyeri.

3. Nyeri akut b.d agen


injuri biologis (luka
payudara) Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan 3x24 jam nyeri 2. Observasi respon nonverbal dari nyeri.
pasien 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi s (relaksasi
berkurang,dengan 4. Kolaborasi pemberian terapi anti nyeri.
KH: 5. Monitor tandatanda vital pasien.
- Pasien mengatakan nyeri 6. Tingkatkan istirahat.
berkurang
( skala 0-3)
4 Nyeri akut b.d ageninjuri
- Pasien tidak tampak
fisiologis
kesakitan/ menahan nyeri
(tindakan operasi)

Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


keperawatan 3x24 jam nyeri komprehensif, meliputi: lokas
pasien menurun, dengan kualitas,intensitas nyeri, onset nyeri
Kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal dari nyeri.
- Pasien tidak melaporkan 3. Ajarkan teknik non farmakologis
nyeri (relaksasi).
(VAS :0-2) 4. Kolaborasi pemberian terapi anti nyeri
5. Resiko Infeksi
- Tidak 5. Monitor tandatanda vital pasien.
Menunjukkanekspresi nyeri
42
-

Tidak menangis 6. Tingkatkan istirahat.

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan 3x24 jam, pasien 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah dar
tidak mengalami infeksi,
tempat pasien.
dengan Kriteria Hasil:
- Tidak ada rembesan luka 2. Ajarkan teknik cuci tangan kepada
operasi. pasien dan keluarga.
- Tidak ada
3. Terapkan universal precaution.
tanda tanda infeksi
4. Terapkan prinsip steril saat melakukan
perawatan luka.
6. Gangguan citra tubuh 5. Dorong pasien untuk meningkatkannut
b.d prosedur bedah. 6. Berikan antibiotik bila perlu.
7. Batasi pengunjung
8. Dressing infus setiap 2 hari sekali.

Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji secara verbal dan non verbal


keperawatan 3x20 menit
resposi pasien terhadap tubuhnya
gangguan citr tubuh pasien dapat
teratasi dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan tentang pengobatan, perawata
- Pasien tidak malu kemajuan dan
terhadap perubahan tampilan
prognosis
fisik
- PasienMengatakan 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan
Menerima keadaan fisiknya perasaanny.
setelah tindakan operasi
4. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan- tindakan yang ak
43
-

meningkatkan penampilan.
5. Dorong keluarga untuk memberikan
dukungan dan selalu mendampingi pasien.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOA
Jam

DX.1 Cemas b.d krisis 1. Melakukan pendekatan yang - S: Pasien merasa lebih tenan
situasi (prosedur tindakan tenang. - O: wajah tampak lebih tenan
operasi) 2. Menjelaskan prosedur tindakan dan gelisah, suami mendampin
Rabu,10/03/2021 apa yang dirasakan selama operasi
Jam 09:30 Wib tindakan. - A: Masalah teratasi
3. Memberikan informasi tentang - P: Hentikan intervensi
diagnosa, tindakan dan prognosis.
4. Menyarankan pasien untuk relaksasi
nafas dalam. Mendorong keluarga
untuk mendampingi pasien.

DX. 2 Kurang pengetahuan - S: Pasien mengatakan meng


tentang prosedur tindakan 1. Mengkaji tingkat pengetahuan
penyakitnya dan mau operasi.
operasi b.d kurang terpapar pasien proses penyakitnya.
- O: pasien mampu menjawab
informasi 2. Menjelaskan tentang proses
diberikan pendidikan kesehata
penyakitnya pada pasien
- A: masalah teratasi
Jam 09:30 Wib 3. Melibatkan keluarga saat
- P: Hentikan intervensi
pemberian pendidikan

44
-

kesehatan
4. Menjelaskan kemungkinan
komplikasi dan perdarahan, resiko
yang akan terjadi, dan nyeri.
5. mendorong keluarga untuk
membantu pasien
dalam merubah perilaku hidup sehat
- S: Pasien mengatakan nyeri

DX. 3 Nyeri akut b.d agen - O:

injuri biologis (luka - P:Pasien mengatakan nyeri d


1. Melakukan pengkajian nyeri - Q: terasa seperti tertusuk- tu
payudara)
secara komprehensif, meliputi: S: skala 4,
Jam 09:30 Wib lokasi, kualitas, intensitas nyeri, onset T: setiap kali gerak.
nyeri. - TD; 130/90 N; 78
2Mengobservasi reaksi nonverbal dari S; 36,9
nyeri. - A: Masalah belum teratasi
3Mengajarkan teknik nonfarmakologis - P:Lanjutkan intervensi Renc
(relaksasi). dikamar operasi
4 Memonitor tanda-tanda vital pasien.

DX. 4 Nyeri akut b.d


S: Pasien mengatakan Luka operasi
ageninjuri fisiologis
terasa tersayat-sa
(tindakan operasi)
O:
1. Melakukan pengkajian nyeri
Jam 21:00 Wib P: nyeri luka operasi,
secara komprehensif, meliputi:
45
-

lokasi, kualitas, intensitas nyeri, Q: terasa tersayat-sayat,


onset nyeri R: dada kiri,
2. Mengobservasi reaksi S: skala 5,
nonverbal dari nyeri. T: terus menerus
3. Mengajarkanteknik setelah operasi.
nonfarmakologis (relaksasi). TD: 130/80, N:
4. Memberikan injeksi 88, RR: 20, S:
Ketorolac 30mg IV 37oC.
5. Monitor tanda-tanda vital Pasien terlihat meringis menahan sa
pasien.
6. Menganjurkan pasienuntuk A:Masalahbelum Teratasi

istirahat. P:Lanjutkan intervensi Evaluasi pen


Evaluasi kemampuan relaksasi
Pemberian anti nyeri
Tingkatkanistirahat pasien

DX. 5 Resiko Infeksi

Jam 21:00 Wib

S: -
1. Mencuci tangan sebelum
O: Masih Terpasang drain, Baluta
dan sesudah dari tempat pasien.
rembes, tidak ada tanda infeksi pad
2. Mengajarkan teknik cuci
TD: 120/70, N: 76 RR:18, S:36,3oC
tangan kepada pasien dankeluarga
A: Masalah belum
3. Menerapkan universal
Teratasi
precaution.
P:Lanjutkan
4. Menerapkan prinsip steril saat
46
-

melakukan perawatan luka. intervensi:Terapkan universal preca


5. Mendorong pasien untuk Terapkanprinsip steril saat melaku
meningkatkan nutrisi. Batasi pengunjung
6. Memerikan antibiotik bila
perlu.
Gangguan citra tubuh b.d
prosedur bedah. 7. Membatasi pengunjung.
8. Memonitor tanda infeksi
Jam 21:00 Wib

S:Pasien mengatakan Payudara kiri


1. Mengkaji secara verbal dan terasa berat sebelah dan tidak seimb
non verbal respon pasien O:Pasien berusaha Menutupi dada
bagian dadanya.
terhadap perubahan tubuhnya
A: Masalah belum teratasi.
2. Memberikan informasi tentang P:Lanjutkan intervensi Bantu menen
pengobatan, perawatan, kemajuan citra tubuh berpengaruh pada pening
Bantupasien mengidentifikasi cara u
dan prognosis
dampak dari adanya perubahan ben
3. Memotivasi pasien untuk kosmetik
mengungkapkan perasaannya
4. Membantu pasien untuk
mengidentifikasi tindakan-
tindakan yang akan meningkatkan
penampilan.
5. Mendorong keluarga untuk
memberikan dukungan dan selalu
mendampingi pasien.

47
-

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi
kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui
memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow
dan Kalish. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan yaitu: “Pribadi

48
-

yang teraktualisasi seseorang yang menggunakan dan memanfaatkan secara penuh


bakat, kapasitas, dan potensi diri.
Orang-orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya itu merasa sukses dan
mencapai kepuasaan. Mereka dapat meraih kebahagiaan yang hakiki
dibandingkan orang yang tidak mengalami aktualisasi diri. Pada umumnya
orangorang yang dapat mengaktualisasikan dirinya bercirikan jujur, menjadi
dirinya sendiri, tepat dalam mengekspresikan pikiran dan emosi-emosinya,
melihat dengan jernih, berusaha mencari dan menghadapi emosi dari pada
menghindari, dan memiliki kemampuan jauh diatas rata-rata Orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau
hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal)
keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk
melakukan sesuatu. Menurut Maslow (1970), ada beberapa 11 karakteristik yang
menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri antara lain : mampu melihat
realitas secara lebih efisisen, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa
adanya, spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran, terpusat pada persoalan,
membutuhkan kesendirian, otonomi (kemandiriaan terhadap kebudayaan dan
lingkungan), kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan, kesadaran sosial,
hubungan interpersonal, demokratis, rasa humor yang bermakna dan etis,
kreativitas, independensi, dan pengalaman puncak (peak experiance).
.

49
-

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa yang hendak melakukan asuhan keperawatan hendaknya


lebih dahulu memahami tentang kebutuhan dasar klien yang terkait dengan
masalah harga diri rendah sehingga mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif.
4.2.2 Bagi Klien

Sebaiknya klien mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik


dengan perawat dan tim kesehatan lainnya serta untuk mempercepat proses
penyembuhan klien sekaligus meningkatkan kesiapan keluarga dalam
merawat klien di rumah sehingga kesehatan klien membaik.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan


Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.
Direja. (2011). Konsep dan Aplikasi Keperawatan jiwa.
Intan. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. A (2010). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan. Edisi 7.
Jakarta :EGC.

50
-

Purba, J. M (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


MasalahPsikososial dan Gangguan Jiwa.
Stuart dan Sundeen (2006). Asuhan Keperawatan Jiwa :Graha Ilmu.
WHO. (2016). Buku Ajar : Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
SugengLaksono. (2018). KaryaTulisIlmiahAsuhanKeperawatan Pada Ny E
DenganKarsinomaMamae Di Ruang BougenvileRsud Kota Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2147
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing diagnosis
handbook, an evidence-based guide to planning care. 11th ed. St. Louis:
Elsevier.
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals Of
Nursing (10th ed,). USA: Pearson Education.
SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). StandarIntervensiKeperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). StandarLuaranKeperawatan Indonesia

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPTIMISME KESEMBUHAN


PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

Identification of Factors Affecting The Breast Cancer Patients Optimism Of


Healing

Aryanti Wardiyah1, Yati Afiyanti2, Tri Budiati3


Keperawatan Maternitas, Fakultas
1,2,3

Ilmu Keperawatan, Universitas

51
-

Indonesia, Kampus UI Depok, 16424.


E-mail:
1)
aryanti.wardiyah@gmail.com

ABSTRAK

Kasus kanker terbanyak kedua di Indonesia adalah kanker payudara yang


kesembuhannya sulit untuk diprediksi. Penderita kanker payudara mengalami
ketidakpastian, depresi, dan tekanan psikologis. Kondisi ini menyebabkan
optimisme terhadap kesembuhan pasien menurun. Penelitian ini bertujuan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi optimisme terhadap kesembuhan
pada pasien kanker payudara. Desain penelitian menggunakan cross sectional
pada 96 responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap
optimisme kesembuhan responden adalah dukungan sosial (pvalue = 0,015) dan
stres (p value = 0,022). Faktor yang paling mempengaruhi adalah dukungan sosial
(â = 0,055). Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar lebih fokus pada
intervensi keperawatan yang digunakan untuk meningkatkan dukungan sosial
pada pasien kanker payudara.

Kata Kunci : Kanker Payudara, Optimisme, Dukungan Sosial

ABSTRACT

The second most common cancer case in Indonesia is breast cancer which its
healing is difficult to be predicted. The breast cancer sufferers undergo
uncertainty, depression, and psychological pressure. This condition decreases the
patient’s optimism of healing. This research aimed to identify factors affecting the
breast cancer patients’ optimism of healing. This study applied cross sectional
design with 96 respondents. Factors affecting significantly against respondents’

healing optimism were social support (p value = 0,015) and stress (p value =
0,022). The most influencing factor was social support (â = 0,055). It is
recommended that the further research will be more focused on the nursing

52
-

intervention that used to raise social supports for breast cancer patients.
Keywords: Breast cancer, optimism, sosial support

LATAR BELAKANG

Kanker payudara merupakan penyakit dengan kasus kanker terbanyak kedua


di Indonesia. Penderita kanker payudara di Indonesia semakin bertambah setiap
tahun. Pada tahun 2005 jumlahnya 7.850 kasus, meningkat pada tahun 2006,
jumlah penderita kanker menjadi 8.328 kasus, tahun 2007 sebanyak 8.277 kasus.
Hal yang sama terjadi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, tercatat
sebanyak 318 pasien kanker payudara yang dirawat inap, 5824 pasien yang
berobat ke poli bedah pada tahun 2011, pada tahun 2012 tercatat 253 di rawat
inap dan 5597 pasien yang berobat ke poli bedah (Profil Kesehatan Indonesia,
2010; Rekam RSCM, 2012).
Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan bagi perempuan di
Indonesia. Perempuan yang terdiagnosis kanker payudara membutuhkan adaptasi
terhadap kondisinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adaptasi seseorang
yang baru saja terdiagnosa kanker adalah optimisme terhadap kesembuhan. Hal
tersebut penting bagi penderita kanker payudara karena berperan meningkatkan
harapan positif terhadap kesembuhan pasien. Optimisme terhadap kesembuhan
pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: umur, status paritas, tingkat
pendidikan, status perkawinan, harga diri, dukungan keluarga, status kesehatan,
stres, koping serta self efficacy (Karademas, Karvelis & Argylopoulou, 2007;
Mosim, Zietsch, Shekar, & Wright, & Martin, 2009).
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi optimisme penderita
kanker payudara penting untuk dilakukan. Beberapa alasan pentingnya penelitian
ini antara lain: kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling ditakuti
oleh para wanita, aspek psikologis khususnya tentang optimisme kesembuhan
pasien belum menjadi pertimbangan dalam memutuskan terapi. Pencegahan
semakin memburuknya kondisi penderita kanker payudara dapat diminimalisir
dengan meningkatkan optimisme terhadap kesembuhan dari penyakitnya.
Optimisme kesembuhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
adaptasi pada kondisi kronis seperti penyakit kanker payudara (Carver, Smith,
53
-

Antoni, Petronis, & Weiss, 2005). Belum banyak informasi tentang tingkat
optimisme terhadap kesembuhan pasien kanker payudara serta faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat optimisme pasien tersebut di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta.

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Besar sampel


pada penelitian ini adalah 96 orang, menggunakan convenience sampling sebagai
metode pengambilan sampel. Alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner
untuk mengukur optimisme kesembuhan responden menggunakan Life
Orientation Test-Revised (LOT-R). Pengukuran skor harga diri menggunakan
Rosenberg Self-Esteem Scale, skor dukungan sosial menggunakan
Multidimensional Scale of Perceived Sosial Support (MSPSS). Kuesioner untuk
mengukur skor stres menggunakan Perceived Stres Scale, kemudian self efficacy
menggunakan Cancer Behavior InventoryBrief (CBI-B) dan koping
menggunakan Cancer CopingQuestionnaire.Analisis multivariat menggunakan
regresi linier antara umur, status paritas, harga diri, dukungan sosial, stres, koping,
self efficacy terhadap optimisme kesembuhan pasien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rerata umur responden 43 tahun, memiliki 2 anak, rerata skor harga diri 8,3
(sedang), rerata skor dukungan sosial responden sebesar 48,78 (sedang), sebagian
besar responden memiliki tingkat stres dalam kategori sedang (21), rerata skor self
efficacy responden 23,90 (tidak percaya diri).

Tabel 1. Rerata umur, status paritas, harga diri, dukungan sosial, stres, koping, self
efficacy dan optimisme kesembuhan responden di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Desember 2012 (n= 96)
Variabel Mean SD Min – 95%
Mak IK
Umur 42,58 7,798 25 – 57 41,00 –
44,16
Status 2,00 1,421 0 – 5 1,67 –

54
-

paritas 2,25
Harga diri 8,30 4,871 3 – 21 7,32 –
9,29
Dukungan 48,78 15,14 23 - 70 45,71 –
sosial 51,85
Stres 21.02 4,287 9 – 30 20,15 –
21,89
Koping 31,55 4,959 23 - 38 30,55 –
32,56
Self efficacy 23,90 6,378 14 - 52 22,60 –
25,19
Optimisme 10,36 3,186 4 –21 9,72 –
kesembuhan 11,01
Distribusi tingkat pendidikan responden tidak merata untuk masing-masing
tingkat pendidikan. Paling banyak responden berpendidikan SLTP (42,7%).
Sedangkan dari aspek status perkawinan mayoritas responden memiliki status
menikah (69,8%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi tingkat pendidikan & status perkawinan responden di RSUPN


Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Desember 2012 (n=96)
Variabel n %

Tingkat pendidikan
SD 24 25,0
SLTP 41 42,7
SLTA 28 29,2
PT 3 3,1
Status perkawinan
Belum Menikah 29 30,2
Menikah 67 69,8
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa stres dan dukungan sosial secara
signifikan mempengaruhi optimisme kesembuhan responden (p value: 0,022 dan
0,015). Sedangkan r hitung dukungan sosial didapat sebesar 0,247 artinya arah
hubungan positif dengan keeratan hubungan kategori lemah. Semakin baik
55
-

dukungan sosial yang dimiliki pasien, maka optimisme kesembuhannya


meningkat. Nilai r hitung stres didapat sebesar - 0,234 artinya arah hubungan
negatif dengan keeratan hubungan kategori lemah. Penjelasan hasil analisis
bivariat masingmasing variabel terhadap optimisme kesembuhan responden (tabel
5.3)

Tabel 3. Analisis faktor umur, status paritas, harga diri, dukungan sosial, stres,
koping &self efficacy terhadap optimisme kesembuhan responden di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta Desember 2012 (n=96)
Variabel Optimisme
Kesembuhan
r p value
Umur 0,139 0,176
Status paritas 0,046 0,655
Harga diri 0,060 0,559
Dukungan 0,247 0,015*
sosial
Stres - 0,234 0,022*
Koping - 0,111 0,284
Self efficacy 0,001 0,994
* signifikan pada á < 0,05
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dan status perkawinan
terhadap optimisme kesembuhan responden menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan dan status perkawinan tidak mempengaruhi optimisme
kesembuhan responden p value> 0,05.

Tabel 4. Faktor tingkat pendidikan & status perkawinan terhadap


optimisme kesembuhan responden di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Desember 2012 (n=96).
Variabel Optimisme kesembuhan
Mean SD 95% IK n p value
Tingkat
pendidikan
SD 9,79 2,934 8,55 – 24
56
-

SLTP 11,00 4,733 11,03 41


9,51 –
12,49 0,611
SLTA 10,36 2,392 9,43 – 28
11,28
PT 9,67 1,155 6,80 – 3
12,54
Status
perkawinan
Belum 10,31 2,206 -1,852 29
menikah – 1,398 0,782
Menikah 10,34 4,154 -1,852 67
– 1,398

Analisis multivariat, kandidat yang masuk dalam pemodelan


multivariat dengan pertimbangan wald test (p value< 0,25). Variabel
yang masuk dalam kandidat model adalah umur, dukungan sosial & stres.
Uji statistik diperoleh nilai R Square sebesar 0,113, berarti ketiga
variabel (umur, stres dan dukungan sosial) dapat menjelaskan variabel
optimisme kesembuhan sebesar 11,3% dan sisanya dijelaskan oleh
variabel lain. Nilai p value masing-masing variabel adalah umur (0,394),
stres (0,038) dan dukungan sosial (0,035). Dengan demikian variabel
umur dikeluarkan dari model karena memiliki p value> 0,05.
Tabel 5. Hasil analisis multivariat variabel umur, stres dan dukungan sosial
terhadap optimisme kesembuhan di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Desember 2012 (n=96)
Variabel R Square p value Coefficients
B
Umur 0,394 0,040
Stres 0,113 0,038 -0.178
Dukunga 0,035 0,052
n sosial

57
-

Hasil analisis diperoleh nilai R Square sebesar 0,106. Nilai R Square tersebut
tidak ada perubahan lebih dari 10% bila dibandingkan dengan R Square
sebelum variabel umur dikeluarkan.
Tabel 5 menjelaskan tentang hasil analisis multivariat variabel stres dan
dukungan sosial. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R Square)
diperoleh 0,106 berarti 10,6% optimisme kesembuhan responden dijelaskan
oleh stres dan dukungan sosial. Faktor yang dominan mempengaruhi
optimisme kesembuhan responden dapat diketahui berdasarkan pvalue.
Berdasarkan uji statistik p value berturut-turut adalah dukungan sosial (p=
0,023) dan stres (p= 0,033).

Tabel 6.Hasil analisis multivariat variabel stres dan dukungan sosial terhadap
optimisme kesembuhan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Desember 2012 (n=96).
Variabel R p value Coefficients
Square B
Stres 0,033 -0,183
Dukungan 0,106 0,023 0,055
sosial

Umur tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden


disebabkan karena mayoritas responden memiliki skor optimisme
kesembuhan dalam kategori rendah. Pengalaman tentang optimisme
kesembuhan diperoleh melalui focus group discussion tentang pengalaman
responden saat sakit, sudut pandang responden mengenai optimisme
kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Pada responden dengan umur
lebih dari 50 tahun memiliki optimisme kesembuhan lebih tinggi
dibandingkan responden dengan umur 25 tahun. Semakin bertambah usia
seseorang mulai menyadari bahwa mereka tidak seharusnya menjadi pesimis,
sebaliknya mereka bisa menjadi lebih optimis karena telah mengenal diri
mereka sendiri dan tahu apa yang mereka inginkan (Socialissue research
center, 2009). Semakin tua umur seseorang maka memiliki harapan positif
terhadap kesembuhannya (Carver dan Scheier, 2007; Fournier, Ridder, &
Bensing, 2002).

58
-

Status paritas tidak memberikan pengaruh terhadap optimisme kesembuhan


responden. Kehadiran anak memiliki arti penting bagi orang tua Optimisme
kesembuhan memiliki hubungan dengan kebermaknaan responden bagi anak yang
dimilikinya. Salah satu faktor eksternal yang memotivasi responden untuk
melakukan pengobatan anak sebagai life expectation. Harapan responden adalah
dapat sembuh dari penyakitnya dan dapat merawat anakanaknya tumbuh dewasa
(Rahmah & Widuri, 2011). Sejalan dengan penelitian Carver, Scheier, &
Segerstrom (2005) bahwa anak merupakan salah satu sumber optimisme
kesembuhan bagi responden.
Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden.
Hal ini didukung oleh temuan Carver, et al. (2005) tentang faktor yang
mempengaruhi adaptasi pasien kanker payudara. Penelitian dilakukan pada 163
pasien yang sedang menjalani kemoterapi, temuan ini menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan tinggi tidak memberikan pengaruh terhadap optimisme kesembuhan
pasien kanker payudara. Rerata skor optimisme kesembuhan responden dengan
tingkat pendidikan SLTP termasuk dalam kategori rendah. Hal ini akan
mempengaruhi responden dalam usaha mencari informasi tentang kesembuhan
kanker payudara.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga
kemampuan mencari informasi, serta pengetahuan tentang suatu hal termasuk
tentang kanker payudara.
Status perkawinan responden tidak mempengaruhi optimisme
kesembuhannya. Temuan ini berbeda dengan Carver (2005) menjelaskan bahwa
adanya dukungan yang besar dari pasangan dapat memberikan efek positif
terhadap optimisme kesembuhan. Lamanya menikah mempengaruhi pasien
kanker payudara dalam memaknai arti pernikahan, bagi pasien yang baru menikah
menganggap kebutuhan seksual masih menjadi prioritas dalam hubungan dengan
pasangan. Salah satu hal yang penting dalam kebutuhan seksual adalah fungsi
payudara. Pasien kanker payudara akan merasa lebih percaya diri melayani suami
jika memiliki payudara yang sehat. Hal yang berbeda terjadi pada pasien yang
telah lama menikah, mereka memaknai pernikahan sebagai suatu ikatan kasih
sayang, saling memiliki, menghargai, dan saling menjaga satu sama lain. Pasien
sudah memasuki tahap kematangan emosional, kedekatan dengan Tuhan dan siap
menghadapi kematian. Hal ini mungkin menyebabkan tingkat optimisme terhadap
kesembuhan pada pasien kanker payudara menjadi rendah.
Harga diri tidak mempengaruhi optimisme terhadap kesembuhan responden.
59
-

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Haekens, Enajat, Keymulen, dan
Hulst. (2011) bahwa harga diri pasien kanker payudara setelah menjalani operasi
termasuk dalam kategori tinggi dan 80% pasien menyatakan keyakinannya akan
kesembuhan setelah operasi. Tidak ada pengaruh koping terhadap optimisme
kesembuhan responden. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Wang,
et al. (2012) tentang strategi koping pasien kanker payudara di Cina. Strategi
koping yang dipakai oleh responden dalam menghadapi masalah psikologis
selama sakit terdiri dari empat macam yaitu “active coping style”, “abreaction
coping style”, “self-relaxing”, and “avoidance coping style.” Hasilnya mayoritas
responden menggunakan “active coping style” (berfokus pada penyelesaian
masalah) dan memiliki harapan positif terhadap kesehatannya.
Responden pada penelitian ini menggunakan koping berupa perilaku
menghindar dan emotional focused coping. Sedangkan pada penelitian lain
menggunakan “active coping style” yaitu berfokus pada penyelesaian masalah.
Problem focused coping digunakan untuk mencari solusi terhadap masalah yang
timbul akibat adanya tekanan berupa menggunakan keterampilan yang dimiliki
untuk mengatasi masalah secara langsung (Mukwato, Mweemba, Makukula, &
Makoleka, 2010. Pada umumnya saat menghadapi tekanan, seseorang dapat
menggunakan kombinasi dari kedua koping tersebut contohnya dengan cara
mencari dukungan sosial. Keberhasilan dalam menggunakan koping terletak pada
fleksibilitas. Penggunaan koping secara fleksibel dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berubah dan beradaptasi dengan berbagai situasi yang penuh
tekanan
(Mukwato, Mweemba, Makukula, &
Makoleka, 2010).
Self efficacy tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden hal ini
dikarenakan mayoritas responden memiliki kategori cukup dan skor optimisme
kesembuhannya rendah. Hanya satu persen responden kategori self efficacy sangat
percaya diri dengan optimisme kesembuhan rendah. Sehingga secara klinis, self
efficacy tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden karena baik
responden dengan kategori cukup percaya diri dan sangat percaya diri memiliki
skor optimisme dalam kategori rendah. Hal ini berkaitan dengan aspek efficacy
tentang pengetahuan personal tentang kondisinya dan juga situasi baru yang penuh
tekanan seperti terbatasnya informasi terkait penyakit (Karademas, 2006).
Dukungan sosial dan stress sebagai faktor dominan mempengaruhi optimisme
kesembuhan pasien kanker payudara. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat,
60
-

teman dan petugas kesehatan memberikan arti khusus bagi optimisme


kesembuhan responden. Dukungan keluarga memiliki peranan penting bagi
pencegahan masalah psikologis yang kerap muncul pada pasien kanker payudara
(Ozkan & Ogze, 2008).
Dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan
perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan
individu(Ozkan & Ogze, 2008). Hasil penelitian ini didapatkan adanya pengaruh
dukungan sosial terhadap optimisme kesembuhan responden. Rerata dukungan
sosial responden dalam kategori sedang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ozkan dan Ogze, (2008) menyatakan
bahwa dukungan keluarga memiliki peranan penting bagi pencegahan masalah
psikologis yang kerap muncul pada pasien kanker payudara. Dukungan yang
diberikan oleh anggota keluarga (orang tua) terhadap pasien dapat menurunkan
depresi pasien, meningkatkan ketenangan dan semangat bagi kesembuhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2009) menjelaskan bahwa pada perempuan
yang terkena kanker payudara kelompok ibu rumah tangga maupun perempuan
yang bekerja di kantor. Kedua kelompok tersebut merasakan manfaat positif
dukungan sosial terhadap semangat kesembuhan mereka. Adanya dukungan sosial
dari teman, keluarga dapat menghilangkan tekanan psikologis, rasa malu, sedih,
putus asa dan merasa semangat menjalani pengobatan. Sumber dukungan sosial
terbesar berasal dari orang yang berarti dan memiliki kedekatan emosional seperti
suami jika sudah menikah, pacar, sahabat atau rekan kerja. Adapun bentuk
dukungan sosial yang diberikan berupa perhatian, mendengarkan keluhan-keluhan
responden (Sari, 2009).
Sama halnya dengan bentuk dukungan yang diterima responden pada
penelitian ini berupa perhatian, mendampingi responden berobat serta selalu
mendukung keputusan responden terkait pengobatan termasuk operasi
pengangkatan payudara. Dukungan sosial yang didapatkan responden
memberikan manfaat bagi responden untuk mengatasi masalah psikologis,
beradaptasi terhadap stres. Sehingga dengan adanya dukungan sosial, responden
dapat meningkatkan semangat hidup responden dan akan berdampak
padapeningkatan optimisme kesembuhan responden.
Stres tidak hanya memberikan pengaruh pada kesehatan fisik tetapi juga pada
kesehatan mental. Begitu juga pada penderita kanker payudara, stres yang dialami
disini berkaitan dengan penyakit yang diderita, khususnya pada penderita yang
memiliki karakteristik pribadinya adalah feminim. Penderita akan mengalami stres
61
-

dan konflik pada kehidupan baik pribadi maupun dengan lingkungan sekitar,
merasa khawatir, malu dan tidak percaya diri karena salah satu bagian tubuhnya
tidak normal seperti dahulu (Karademas, Karvelis, & Argyropoulou, 2007; Nayak,
2008).

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini rerata umur pasien kanker payudara adalah 43 tahun, memiliki
2 anak, mayoritas tamat SLTP dan status perkawinannya mayoritas sudah
menikah,. Memiliki optimisme kesembuhan yang rendah. Faktor dominan yang
mempengaruhi optimisme kesembuhan pasien kanker payudara adalah stres (p =
0,022), dukungan sosial (p = 0,015). Semakin tinggi stres semakin menurun skor
optimisme kesembuhan responden. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
agar lebih fokus pada intervensi keperawatan yang digunakan untuk meningkatkan
dukungan sosial pada pasien kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA

Carver CS, Smith RG, Antoni MH, Petronis VM, Weiss S. Optimistic personality
and psychosocial well-being during treatment predict psychosocial wellbeing
among long-term survivors of breast cancer. Health Psychology. 2005; 5:
508-516.
Carver CS, Scheier MF, Segerstrom SC. Optimism. Clinical Psychology
Review. 2010; 30: 879-889.
Fournier M, Ridder D, Bensing J. How optimism contributes to the adaptation of
chronic illness. A prospective study into the enduring effects of optimism on
adaptation moderated by controllability of chronic illness. Personality and
Individual Differences. 2002; 33: 1163-1183.
Haekens, Enajat, Keymulen, Hulst. Selfesteem and patients’ satisfaction after deep
inferior epigastric perforator flap breast reconstruction. Plastic Surgical
Nurses. 2011; 31 (4): 160-166.
Karademas EC, Karvelis S, Argyropoulou. Short communication: stres-related
predictors of optimism in breast cancer survivors. Stres and Health. 2007;
23:, 161-168.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

62
-

Mosim MA, Zietsch BP, Shekar SN, Wright MJ, Martin. Genetic and
environmental influences on optimism and its relationship to mental and self-
rated health:A Study of Aging Twins. Springer Science Business Media.
2009; DOI 10.1007/s10519-009-9287-7.
Nayak J. Factors influencing stres and coping strategies among the degree college
teachers of Dharwad city, Karnataka. Tesis. Dharwad University of
Agricultural Sciences, 2008.
Ozkan S, Ogce F. Importance of social support for functional status in breast
cancer patients. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention. 2008; 9: 601604.
Sari,R Dukungan sosial pada pasien kanker payudara di masa dewasa tengah.
Skripsi. Universitas
Gunadarma. Jakarta, 2009
Rahmah AF, Widuri EL. Post traumatic growth pada penderita kanker payudara.
Humanitas. 2011; VIII (2): 115-128.
Social Issues Research Centre.Optimism. (on line). http://www.group@sirc.org.
2012.
Optimism. (on line). http://www.group@sirc.org. 2012.

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Tri Berger

NIM : 2019.C.11a.1031

Tingkat / Prodi : II-A / S1 Keperawatan

63
-

Pembimbing :RimbaAprianti, S Kep, Ners

N Hari/ CatatanPembimbing Tanda Tangan


O Tanggal
1 Selasa, 9-3 1. Melakukan Bimbingan Pre
Conference
2021
2. Tambahkan lembar Konsul
Pukul:08.0 3. Perbaikan Judul, Kata pengantar,
Daftar isi
0 Wib
4. Perhatikan sistematika Penulisan
5. Cantumkan Daftar Pustaka dan
cari referensi 10 terakhir

Sarjana Keperawatan Ners Reguler


is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
Topic: Bimbingan Askep KDM
Aktualisasi Diri Kel. 6 PPK 1 Kelas
2A
Time: Mar 9, 2021 08:00 AM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/
87039678959?
pwd=TWJZTXUybFRjNXNzQUlJ
UjdyZTRwdz09
Meeting ID: 870 3967 8959
Passcode: 453840
Join by Skype for Business
https://us02web.zoom.us/skype/
87039678959

64
-

2 Rabu, 10- 1.Melakukan bimbingan askep


03 2021 Sarjana Keperawatan Ners Reguler
Pukul:09.0 is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
0 wib
Topic: Bimbingan Askep PPK I Kel.
6 Tk. 2A
Time: Mar 10, 2021 09:00 AM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/
83278204150?
pwd=RHRoQ2pWOXA0aVl6VjlkT
UFSeTdjdz09

Meeting ID: 832 7820 4150


Passcode: 971694

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/
83278204150

65
-

3 Senin ,15 - 1. Bimbingan Post conference


03-2021 Sarjana Keperawatan Ners Reguler
Pukul : is inviting you to a scheduled Zoom
meeting.
10.00 wib
Topic: Bimbngan Post konference
PPK I kelompok 6 Tk. 2A
Time: Mar 15, 2021 10:00 AM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/
85893954100?
pwd=elBhaHZCdTNJZ3RDVXhiei8
zRTZLUT09

Meeting ID: 858 9395 4100


Passcode: 267105

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/
85893954100

66
-

67

Anda mungkin juga menyukai