C
DENGAN GANGGUANKEBUTUHAN DASAR
AKTUALISASI DIRI
OLEH :
Tri Berger
NIM : 2019.C.11a.1031
Pembimbing Lahan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukursayaucapkankepadaTuhan Yang MahaEsa.
Berkatlimpahanrahmatdan karunia-Nya
sehinggasayadapatmenyelesaikanLaporanPendahuluan dan Juga
AsuhanKeperawatandenganjudulLaporanpendahuluan dan asuhan keperawatan
pada Tn.C dengan diagnosaCa Mammae” Laporanpendahuluan dan
asuhankeperawataninidisusundalamrangkauntukmemenuhiataupunmelengkapitug
asmatakuliahPraktikPraklinikKeperawatan I.
LaporanPendahuluan dan juga
asuhankeperawataninitidaklepasdaribantuanberbagaipihak.Oleh karenaitu,
sayainginmengucapkanterimakasihkepada :
1. Ibu Maria Adelheid ,S.Pd,.M.KesSelakuKetua STIKES Eka HarapPalangka Raya.
2. Ibu MeilithaCarolina ,Ners., M.KepSelakuKetua Program StudiNers STIKES Eka
HarapPalangka Raya.
3. Ibu MeidaSintaAraini,S.Kep.,NersSelakuPenanggung Jawab Mata
KuliahPraktikPraklinikKeperawatan I.
4. RimbaAprianti., S.Kep., NersSelakudosenpembimbingAkademik di
ruangPendengaran
5. SecaraKhususkepadapihakdariRumahSakit Doris Sylvanus yang
telahmemberikanizintempat.
Saya menyadaribahwalaporanpendahuluan dan juga
asuhankeperawataninimungkinterdapatkesalahan dan jauhdari kata sempurna.
Oleh karenaitu, sayamengharapkan saran dan kritik yang membangundaripembaca
danmudah-mudahanlaporanpendahuluan dan juga
asuhankeperawataninidapatmencapaisasaran yang diharapkansehinggadapat
bermanfaatbagikitasemua.
Palangka Raya, 10Maret 2021
Penyusun
Tri Berger
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN...........................................................................................
LEMBAR PENGASAHAN............................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Tujuan ..............................................................................................3
1.3 Manfaat ............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
2.1 Konsep DasarKebutuhan Aktualisasi Diri.......................................5
2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri........................................................5
2.1.2 Ciri-ciri aktualisasi Diri.............................................................6
2.1.3 Aspek-aspek Aktualisasi Diri....................................................6
2.1.4 Karakteristik Aktualisasi Diri....................................................7
2.1.5Faktor-faktor Aktualisasi Diri....................................................8
2.2Menajemen Asuhan Keperawatan......................................................9
2.2.1 Pengkajian keperawatan............................................................9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................11
2.2.3 Intervensi keperawatan..............................................................12
2.2.4 Implementasi Keperawatan.......................................................30
2.2.5 Evaluasi Keperawatan...............................................................30
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS...........................................31
3.1 Pengkajian........................................................................................31
3.2 Diagnosa...........................................................................................38
3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................41
3.4 Implementasi dan Evaluasi...............................................................43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................45
3.1 Kesimpulan .......................................................................................45
3.2 Saran .................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................47
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
obat-obatan antipsikotik. Adapun penatalaksanaan non-farmakologis dari
harga diri rendah dapat meliputi pemberian terapi-terapi modalitas (Direja,
2011).
Seseorang yang menderita harga diri rendah cenderumg mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan gangguan konsep diri : harga diri
rendah dimana klien merasa tidak percaya diri. Selain itu klien merasa gagal
mencapai keinginan mengkritik diri sendiri, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial (Yosep, 2007).
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perlaku seseorang sesuai dengan ideal diri.
Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
tanpa syarat walaupun melakukan kesalahan,kekalahan tanpa merasa sebagai
seseorang yang penting dan berharga (Stuart & Sundeen 1998). Kebutuhan
dasar manusia menurut H.Maslow pada dasarnya mempunyai lima hierarki (1)
kebutuhan fisiologis (physioogical needs) (2) kebutuhan rasa aman (safety
needs) (3) kebutuhan kasih sayang (love needs) (4) kebutuhan harga diri (esteem
needs) (5) kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Peran perawat dalam menangani pasien harga diri rendah di rumah sakit
salah satunya melakukan penerapan standar asuhan keperawatan yang
mencakup penerapan strategi pelaksanaan harga diri rendah. Strategi
pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan terjadwal yang
diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan
jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien harga diri rendah
mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki klien, mengoptimalkan
aspek positif yang masih dimilikinya serta minum obat dengan teratur (Akemat
dan Keliat, 2010).
2
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Bagi klien
3
pemenuhan kebutuhan dasar yang terkait dengan gangguan harga diri
rendah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aktualisasi diri
adalah terungkapnya suatu keadaan seseorang yang selama ini terselubung atau
tersembunyi yang mana suatu saat pasti terungkap dengan sendirinya sebagai
tanda atau ciri khas yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Adapun ciri – ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
6
Artinya individu tidak terlalu terpengaruh oleh tekanan sosial yang
cenderung menyeragamkan. Dengan kata lain individu tersebut merupakan orang
yang non-konformistis, berperilaku otonom dan mampu membuat keputusan
sendiri meskipun berbeda dengan pandangan masyarakat.
2. Penerimaan diri
3. Minat sosial
4. Kreativitas
Maslow menyatakan jumlah orang yang telah berada pada level aktualisasi
diri hanya 1 persen dari populasi dunia. Mereka yang telah berada pada level
aktualisasi diri ini akan terlihat mengalami perubahan pola pikir yang lebih
matang dibanding sebelumnya.
Salah satu karakter yang paling terlihat dari orang ini ialah mereka merasa
dunia tidak berbatas. Mereka sangat visioner, suka menjajal hal-hal baru, namun
tidak melupakan bahwa mereka juga punya kekurangan sehingga masih
membutuhkan bantuan orang lain.
1. Realistis
7
Orang yang telah mencapai aktualisasi diri tidak takut untuk mengambil
langkah yang berisiko. Namun, ia melakukannya berdasarkan hitungan
yang realistis sehingga tidak bertindak secara gegabah.
2. Tidak diskriminatif
Aktualisasi diri membuat seseorang dapat menerima dirinya sendiri
maupun orang lain dengan apa adanya. Mereka juga memperlakukan
orang lain dengan sama baiknya serta tidak memandang status, latar
belakang, kondisi sosial-ekonomi, maupun budayanya.
3. Berjiwa sosial
Orang yang telah berada pada level aktualisasi diri memiliki etika personal
dan tanggung jawab yang besar pada diri dan lingkungannya. Membantu
sesama adalah salah satu cara mereka untuk mencapai kebahagiaan.
4. Mandiri
Meski memiliki jiwa sosial, orang dengan aktualisasi diri sangatlah
mandiri. Ia dapat tetap merasa bahagia tanpa harus mengorbankan
kebahagiaan orang lain.
5. Menghargai privasi
Orang dengan aktualisasi diri sangat menghargai privasi. Saat-saat
kesendirian inilah yang membuat mereka menyadari potensi maupun nilai
diri sendiri yang dapat dioptimalkan untuk kesejahteraaan diri maupun
lingkungannya.
6. Selera humor yang baik
Menjadi matang atau dewasa dengan aktualisasi diri bukan berarti mereka
tidak punya sense of humor. Namun, mereka lebih suka ‘menertawakan
diri sendiri’ dibanding menjadikan kekurangan orang lain sebagai bahan
candaan.
7. Spontan
Aktualisasi diri akan membuat seseorang lebih terbuka, tidak kaku, dan
spontan dalam menjalankan norma-norma yang ada di sekitarnya. Namun,
mereka juga mampu menunjukkan perilaku yang luhur dan tidak
menyinggung adat-istiadat setempat.
8. Menghargai proses
8
Orang dengan aktualisasi diri mengukur keberhasilan berdasarkan proses
yang dilalui, bukan semata soal hasil yang dicapai. Selama ada kemajuan
dan mereka menikmati proses tersebut, maka bisa dibilang tujuan dari
perjalanan mereka telah tercapai.
2.3 Pengkajian
9
sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien yang bertjuan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Identitas
1) Identitas Pasien
b. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
3) Alergi
1) Pola Bernapas
2) Pola makan-minum
3) Pola Eliminasi
6) Pola Berpakaian
8) Pola Aman
10
10) Pola Komunikasi
e. Pengkajian Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi Kusuma
2016) diagnosa keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI, 2017):
11
h. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/fungsi tubuh
(D.0083).
i. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi traumatis
(D.0101).
2.3.3 Intervensi Keperawatan
2) Kriteria hasil :
c) meringis menurun
e) gelisah menurun
i) diaforesis menurun
l) anoreksia menurun
12
n) uterus teraba membulat menurun
v) fokus membaik
x) perilaku membaik
3)Intervensi :
Observasi
nyeri
13
h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan
Terapeutik
pencahayaan, kebisingan)
meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
2) Kriteria hasil :
a) Elastisitas meningkat
14
b) Hidrasi meningkat
f) Nyeri menurun
g) Perdarahan menurun
h) Kemerahan menurun
i) Hematoma menurun
l) Nekrosis menurun
o) Sensasi membaik
p) Tekstur membaik
3)Intervensi :
Observasi
Terapeutik
15
c) bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
Edukasi
Kolaborasi
menurun(D.0005).
2) Kriteria hasil :
16
c) Diameter thoraks anterior-posterior meningkat
f) Dispnea menurun
i) Ortopnea menurun
3)Intervensi :
Observasi
Terapeutik
17
e) Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik
Edukasi
Kolaborasi
2)Kriteria hasil :
d) demam menurun
e) kemerahan menurun
f) bengkak menurun
g) vesikel menurun
k) piuria menurun
18
l) periode malaise menurun
n) letargi menurun
c) cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
Edukasi
19
f) anjurkan meningkatkan asupan cairan kolaborasi
metabolisme (D.0019).
2) Kriteria hasil :
meningkat
l) Sariawan menurun
n) Diare menurun
20
q) Frekuensi makan membaik
3)Intervensi :
Observasi
Terapeutik
21
g) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
b) Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
(D.0111).
i) perilaku membaik
22
3)Intervensi :
Observasi
Terapeutik
Edukasi
2) Kriteria hasil:
23
f) anoreksia menurun
g) palpitasi menurun
k) diaforesis menurun
l) tremor menurun
m) pucat menurun
n) konsentrasi membaik
s) orientasi membaik
3)Intervensi :
Terapeutik
a) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
24
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
Edukasi
a) Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang mungkin dialami
Kolaborasi
a)Kolaborasi pemberian obat antiansietas, Jika perlu
(D.0083).
2) Kriteria hasil :
25
e) verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun
3)Intervensi :
Observasi
perkembangan
b) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkalt citra tubuh
Terapeutik
26
d) Diskusikan kondisi stres yang mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,
penyakit. pembedahan)
realistis
citra tubuh
Edukasi
sebaya)
kelompok
(D.0086).
2) Kriteria hasil :
27
d) minat mencoba hal baru meningkat
g) konsentrasi meningkat
h) tidur meningkat
k) aktif meningkat
3)Intervensi
Observasi
a) Identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap harga diri
Terapeutik
28
a) Memotivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
lebih tinggi
jelas
diri
Edukasi
lain
29
h) Latih pernyataan/kemampuan pasitif diri
menangani situasi
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan
(Bararah & Jauhar, 2013).
30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Nim : 2019.C.11a.1031
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 58 Tahun
Suku/Bangsa : Dayak
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
31
Pasienmengeluhmerasakannyeri pada payudarakiri. Selainitubenjolan yang
terdapatpasienmemilikiluka pada benjolan yang
muncul.pasienmengeluhkanpenyakit pada 3 tahun yang lalu. Di payudara kiri ada
benjolan pada luka. Pasien sudah menjalanipengobatan alternatif selama 3 tahun
tanpa membuahkan hasil.Ada benjolan di payudara kiri berdiameter kira-kira
10cm dan sudah ada luka.Pemberian ObatIV Cefim 1gr, IV Cefim 1gr/12 jam, IV
Ketorolac 1A/12 jam 30mg, IV Tranexamat 500gr 1A/8 jam. Pasien mendapatkan
obat golongan onsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID).
GENOGRAM KELUARGA
-----------------------------
Ny.E
-----------------------------
Keterangan gambar
: Laki-laki
: Perempuan
32
- - - - - : Satu Rumah
: Meninggal
33
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (Troklearis) pasien dapat menggerakkan bola mata
ke atas dan ke bawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (Trigeminus) pasien dapat menggerakkan rahang ke
semua arah
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (Abdosen) pasien dapat menggerkan mata ke
semua sisi
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (Fasialis) pasien dapat menerima rangsangan
wajahnya
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (Vestibuloakustikus) pasien dapat mendegarkan
orang berbicara
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (Glosafaringus) pasien dapat menelan
3.1.3.6.10 nervus Kranial X (Vagus) tidak dilakukan
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (Aksesorius) pasien dapat menggerakkan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (Hipoglosus) pasien dapat menjulurkan lidahnya.
Uji koordinasi ekstrimitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif,
ekstrimitas bawah tumit ke jempol kaki positif. Uji kestabilan tubuh positif. Bisep
kanan dan kiri skala +2 Trisep, kanan dan kiri skala +2 . Brakidioradialis kanan
dan kri skala +2 refleks lainnya normal.
3.1.3.7 EliminasiUrin (Bladder) :
Suhu kulit Hangat, Warna kulit Normal, Tugor Baik, Tetur Halus, Tesktur
rambut Halus dan beruban, Distribusi rambut Merata, Bentuk kuku Simetris.
34
Masalah keperawatan: Tidak ada Masalah Keperawatan
Gerakan bola mataBergerak normal, Visus Mata kanan (VOD) + Mata kiri
(VOS) + Slera Normal/putih, Konjungtivaanemis, fungsipendengaranberdengung,
Korneabening, Hidung / PenciumanBentukSimetris.
Masalahkeperawatan: TidakadaMasalahKeperawatan
MasalahKeperawatan :Tidakadamasalahkeperawatan
35
Jumlah minuman/cc/24 jam !500 cc/hari !500 cc/hari
Keluhan/masalah
Masalah Keperawatan :
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari hari bisa tidur, tidak ada keluahan
untuk kebiasaan tidurnya. Biasa pasien tidur antara jam 23.00-05.00
3.1.4.6Aktivitas Sehari-hari
36
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Leukosit 10,1 (4,4 – 11,3)
Eritrosit 4,24 ( 4,1 – 5,1)
Haemoglobin 5,1 (12,3-15,3)
Trombosit 356 (350-470)
Masa perdarahan 2’9” (<6 menit)
Masa Penjendalan 7’48” (<12 menit)
GDS 174 (70-140)
SGOT 28 (<31)
SGPT 21 (<32)
Ureum (10-50) (10-50)
Creatinin 1,1 (0.5-1.1)
HbsAg Negatif
Hematologi tanggal :
10/03/2021
11,2 (12,3-15,3)
Hemoglobin
Mahasiswa,
Tri Berger
37
ANALISIS DATA
DS :
2 - Pasien mengatakan cemas mau melakukan
operasi Krisis situasi
DO : (prosedur tindaka
Nampak gelisah
3 DS :
- R: payudara kiri
- S : Skala nyeri 4
38
T: saat bergerak.
Agen injuri
Q: terasa tersayat-sayat,
S: skala: 5,
39
PRIORITAS MASALAH
5. Resiko Infeksi
40
-
RENCANA KEPERAWATAN
2. Kurang pengetahuan
tentang prosedur tindakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahua pasien tentang
operasi b.d kurang asuhan keperawatan selama 1x20 tindakan operasi
terpapar informasi menit pasien akan mengethaui 2. Jelaskan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan, tindakan opreasi
dengan KH: 3. Libatkan keluarga dalam pemberian
-pasien mengatakan sudah pendidikan kesehatan.
memahami tentang tindakana 4. Jelaskan secara tepat
operasi kemungkinan komplikasi dan perdarahan,
41
-
resiko yang
akan terjadi, dan nyeri.
meningkatkan penampilan.
5. Dorong keluarga untuk memberikan
dukungan dan selalu mendampingi pasien.
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOA
Jam
DX.1 Cemas b.d krisis 1. Melakukan pendekatan yang - S: Pasien merasa lebih tenan
situasi (prosedur tindakan tenang. - O: wajah tampak lebih tenan
operasi) 2. Menjelaskan prosedur tindakan dan gelisah, suami mendampin
Rabu,10/03/2021 apa yang dirasakan selama operasi
Jam 09:30 Wib tindakan. - A: Masalah teratasi
3. Memberikan informasi tentang - P: Hentikan intervensi
diagnosa, tindakan dan prognosis.
4. Menyarankan pasien untuk relaksasi
nafas dalam. Mendorong keluarga
untuk mendampingi pasien.
44
-
kesehatan
4. Menjelaskan kemungkinan
komplikasi dan perdarahan, resiko
yang akan terjadi, dan nyeri.
5. mendorong keluarga untuk
membantu pasien
dalam merubah perilaku hidup sehat
- S: Pasien mengatakan nyeri
S: -
1. Mencuci tangan sebelum
O: Masih Terpasang drain, Baluta
dan sesudah dari tempat pasien.
rembes, tidak ada tanda infeksi pad
2. Mengajarkan teknik cuci
TD: 120/70, N: 76 RR:18, S:36,3oC
tangan kepada pasien dankeluarga
A: Masalah belum
3. Menerapkan universal
Teratasi
precaution.
P:Lanjutkan
4. Menerapkan prinsip steril saat
46
-
47
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang
terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi
kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui
memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan
aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow
dan Kalish. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan yaitu: “Pribadi
48
-
49
-
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
50
-
51
-
ABSTRAK
ABSTRACT
The second most common cancer case in Indonesia is breast cancer which its
healing is difficult to be predicted. The breast cancer sufferers undergo
uncertainty, depression, and psychological pressure. This condition decreases the
patient’s optimism of healing. This research aimed to identify factors affecting the
breast cancer patients’ optimism of healing. This study applied cross sectional
design with 96 respondents. Factors affecting significantly against respondents’
healing optimism were social support (p value = 0,015) and stress (p value =
0,022). The most influencing factor was social support (â = 0,055). It is
recommended that the further research will be more focused on the nursing
52
-
intervention that used to raise social supports for breast cancer patients.
Keywords: Breast cancer, optimism, sosial support
LATAR BELAKANG
Antoni, Petronis, & Weiss, 2005). Belum banyak informasi tentang tingkat
optimisme terhadap kesembuhan pasien kanker payudara serta faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat optimisme pasien tersebut di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta.
METODE
Rerata umur responden 43 tahun, memiliki 2 anak, rerata skor harga diri 8,3
(sedang), rerata skor dukungan sosial responden sebesar 48,78 (sedang), sebagian
besar responden memiliki tingkat stres dalam kategori sedang (21), rerata skor self
efficacy responden 23,90 (tidak percaya diri).
Tabel 1. Rerata umur, status paritas, harga diri, dukungan sosial, stres, koping, self
efficacy dan optimisme kesembuhan responden di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Desember 2012 (n= 96)
Variabel Mean SD Min – 95%
Mak IK
Umur 42,58 7,798 25 – 57 41,00 –
44,16
Status 2,00 1,421 0 – 5 1,67 –
54
-
paritas 2,25
Harga diri 8,30 4,871 3 – 21 7,32 –
9,29
Dukungan 48,78 15,14 23 - 70 45,71 –
sosial 51,85
Stres 21.02 4,287 9 – 30 20,15 –
21,89
Koping 31,55 4,959 23 - 38 30,55 –
32,56
Self efficacy 23,90 6,378 14 - 52 22,60 –
25,19
Optimisme 10,36 3,186 4 –21 9,72 –
kesembuhan 11,01
Distribusi tingkat pendidikan responden tidak merata untuk masing-masing
tingkat pendidikan. Paling banyak responden berpendidikan SLTP (42,7%).
Sedangkan dari aspek status perkawinan mayoritas responden memiliki status
menikah (69,8%). Hasil ini dapat dilihat pada tabel 2.
Tingkat pendidikan
SD 24 25,0
SLTP 41 42,7
SLTA 28 29,2
PT 3 3,1
Status perkawinan
Belum Menikah 29 30,2
Menikah 67 69,8
Hasil analisis bivariat diperoleh bahwa stres dan dukungan sosial secara
signifikan mempengaruhi optimisme kesembuhan responden (p value: 0,022 dan
0,015). Sedangkan r hitung dukungan sosial didapat sebesar 0,247 artinya arah
hubungan positif dengan keeratan hubungan kategori lemah. Semakin baik
55
-
Tabel 3. Analisis faktor umur, status paritas, harga diri, dukungan sosial, stres,
koping &self efficacy terhadap optimisme kesembuhan responden di
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta Desember 2012 (n=96)
Variabel Optimisme
Kesembuhan
r p value
Umur 0,139 0,176
Status paritas 0,046 0,655
Harga diri 0,060 0,559
Dukungan 0,247 0,015*
sosial
Stres - 0,234 0,022*
Koping - 0,111 0,284
Self efficacy 0,001 0,994
* signifikan pada á < 0,05
Hasil analisis hubungan tingkat pendidikan dan status perkawinan
terhadap optimisme kesembuhan responden menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan dan status perkawinan tidak mempengaruhi optimisme
kesembuhan responden p value> 0,05.
57
-
Hasil analisis diperoleh nilai R Square sebesar 0,106. Nilai R Square tersebut
tidak ada perubahan lebih dari 10% bila dibandingkan dengan R Square
sebelum variabel umur dikeluarkan.
Tabel 5 menjelaskan tentang hasil analisis multivariat variabel stres dan
dukungan sosial. Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R Square)
diperoleh 0,106 berarti 10,6% optimisme kesembuhan responden dijelaskan
oleh stres dan dukungan sosial. Faktor yang dominan mempengaruhi
optimisme kesembuhan responden dapat diketahui berdasarkan pvalue.
Berdasarkan uji statistik p value berturut-turut adalah dukungan sosial (p=
0,023) dan stres (p= 0,033).
Tabel 6.Hasil analisis multivariat variabel stres dan dukungan sosial terhadap
optimisme kesembuhan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Desember 2012 (n=96).
Variabel R p value Coefficients
Square B
Stres 0,033 -0,183
Dukungan 0,106 0,023 0,055
sosial
58
-
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Haekens, Enajat, Keymulen, dan
Hulst. (2011) bahwa harga diri pasien kanker payudara setelah menjalani operasi
termasuk dalam kategori tinggi dan 80% pasien menyatakan keyakinannya akan
kesembuhan setelah operasi. Tidak ada pengaruh koping terhadap optimisme
kesembuhan responden. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Wang,
et al. (2012) tentang strategi koping pasien kanker payudara di Cina. Strategi
koping yang dipakai oleh responden dalam menghadapi masalah psikologis
selama sakit terdiri dari empat macam yaitu “active coping style”, “abreaction
coping style”, “self-relaxing”, and “avoidance coping style.” Hasilnya mayoritas
responden menggunakan “active coping style” (berfokus pada penyelesaian
masalah) dan memiliki harapan positif terhadap kesehatannya.
Responden pada penelitian ini menggunakan koping berupa perilaku
menghindar dan emotional focused coping. Sedangkan pada penelitian lain
menggunakan “active coping style” yaitu berfokus pada penyelesaian masalah.
Problem focused coping digunakan untuk mencari solusi terhadap masalah yang
timbul akibat adanya tekanan berupa menggunakan keterampilan yang dimiliki
untuk mengatasi masalah secara langsung (Mukwato, Mweemba, Makukula, &
Makoleka, 2010. Pada umumnya saat menghadapi tekanan, seseorang dapat
menggunakan kombinasi dari kedua koping tersebut contohnya dengan cara
mencari dukungan sosial. Keberhasilan dalam menggunakan koping terletak pada
fleksibilitas. Penggunaan koping secara fleksibel dapat meningkatkan kemampuan
seseorang untuk berubah dan beradaptasi dengan berbagai situasi yang penuh
tekanan
(Mukwato, Mweemba, Makukula, &
Makoleka, 2010).
Self efficacy tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden hal ini
dikarenakan mayoritas responden memiliki kategori cukup dan skor optimisme
kesembuhannya rendah. Hanya satu persen responden kategori self efficacy sangat
percaya diri dengan optimisme kesembuhan rendah. Sehingga secara klinis, self
efficacy tidak mempengaruhi optimisme kesembuhan responden karena baik
responden dengan kategori cukup percaya diri dan sangat percaya diri memiliki
skor optimisme dalam kategori rendah. Hal ini berkaitan dengan aspek efficacy
tentang pengetahuan personal tentang kondisinya dan juga situasi baru yang penuh
tekanan seperti terbatasnya informasi terkait penyakit (Karademas, 2006).
Dukungan sosial dan stress sebagai faktor dominan mempengaruhi optimisme
kesembuhan pasien kanker payudara. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat,
60
-
dan konflik pada kehidupan baik pribadi maupun dengan lingkungan sekitar,
merasa khawatir, malu dan tidak percaya diri karena salah satu bagian tubuhnya
tidak normal seperti dahulu (Karademas, Karvelis, & Argyropoulou, 2007; Nayak,
2008).
Penelitian ini rerata umur pasien kanker payudara adalah 43 tahun, memiliki
2 anak, mayoritas tamat SLTP dan status perkawinannya mayoritas sudah
menikah,. Memiliki optimisme kesembuhan yang rendah. Faktor dominan yang
mempengaruhi optimisme kesembuhan pasien kanker payudara adalah stres (p =
0,022), dukungan sosial (p = 0,015). Semakin tinggi stres semakin menurun skor
optimisme kesembuhan responden. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
agar lebih fokus pada intervensi keperawatan yang digunakan untuk meningkatkan
dukungan sosial pada pasien kanker payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Carver CS, Smith RG, Antoni MH, Petronis VM, Weiss S. Optimistic personality
and psychosocial well-being during treatment predict psychosocial wellbeing
among long-term survivors of breast cancer. Health Psychology. 2005; 5:
508-516.
Carver CS, Scheier MF, Segerstrom SC. Optimism. Clinical Psychology
Review. 2010; 30: 879-889.
Fournier M, Ridder D, Bensing J. How optimism contributes to the adaptation of
chronic illness. A prospective study into the enduring effects of optimism on
adaptation moderated by controllability of chronic illness. Personality and
Individual Differences. 2002; 33: 1163-1183.
Haekens, Enajat, Keymulen, Hulst. Selfesteem and patients’ satisfaction after deep
inferior epigastric perforator flap breast reconstruction. Plastic Surgical
Nurses. 2011; 31 (4): 160-166.
Karademas EC, Karvelis S, Argyropoulou. Short communication: stres-related
predictors of optimism in breast cancer survivors. Stres and Health. 2007;
23:, 161-168.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
62
-
Mosim MA, Zietsch BP, Shekar SN, Wright MJ, Martin. Genetic and
environmental influences on optimism and its relationship to mental and self-
rated health:A Study of Aging Twins. Springer Science Business Media.
2009; DOI 10.1007/s10519-009-9287-7.
Nayak J. Factors influencing stres and coping strategies among the degree college
teachers of Dharwad city, Karnataka. Tesis. Dharwad University of
Agricultural Sciences, 2008.
Ozkan S, Ogce F. Importance of social support for functional status in breast
cancer patients. Asian Pacific Journal
of Cancer Prevention. 2008; 9: 601604.
Sari,R Dukungan sosial pada pasien kanker payudara di masa dewasa tengah.
Skripsi. Universitas
Gunadarma. Jakarta, 2009
Rahmah AF, Widuri EL. Post traumatic growth pada penderita kanker payudara.
Humanitas. 2011; VIII (2): 115-128.
Social Issues Research Centre.Optimism. (on line). http://www.group@sirc.org.
2012.
Optimism. (on line). http://www.group@sirc.org. 2012.
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 2019.C.11a.1031
63
-
64
-
65
-
66
-
67