Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R


DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUANG SIAK
RS. JIWA TAMPAN RIAU

Oleh Kelompok 1 :

Aulya Nafisah P031614301007


Krisdita Deborah P031614301017
Kristina Ayunda P031614301018
Lilis Meliana P031614301020
Maghfira Fitri Maulani P031614301022
Nadhya Sabrina Vista P031614301024

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN TINGKAT IV


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RIAU
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan : Laporan Seminar Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny.R


dengan Defisit Perawatan Diri di Ruang Siak RS. Jiwa
Tampan Riau
Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Aulya Nafisah
2. Krisdita Deborah
3. Kristina Ayunda
4. Lilis Meliana
5. Maghfira Fitri Maulani
6. Nadhya Sabrina Vista
Jurusan : Keperawatan
Program Studi : DIV Keperawatan

Pekanbaru, 5 September 2019

Menyetujui,

Clinical Teaching Clinical Instructure

Hj.Rusherina, S.Pd, S.Kep, M.Kes Ns.Ulia Nelma, S.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Laporan Seminar Kasus ini dengan baik meskipun mungkin ada kekurangan
didalamnya. Kami berterima kasih kepada Ibu Hj.Rusherina, S.Pd, S.Kep, M.Kes
selaku Clinical Teaching dan Ibu Ns.Ulia Nelma, S.Kep, selaku Clinical
Instructure yang telah memberikan bimbingan sehingga laporan ini selesai dengan
baik.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Asuhan Keperawatan Klien dengan
Defisit Perawatan Diri. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga laporan ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi diri kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 4 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................2
1.3. Ruang Lingkup........................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi....................................................................................................4
2.2. Rentang Respon.......................................................................................4
2.3. Etiologi....................................................................................................4
2.4. Manifestasi Klinis....................................................................................5
2.5. Pohon Masalah........................................................................................6
2.6. Klasifikasi................................................................................................6
2.7. Mekanisme Koping.................................................................................6
2.8. Penatalaksanaan Medik dan Keperawatan..............................................7
2.9. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................7
2.10. Asuhan Teoritis........................................................................................7
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian.............................................................................................10
3.2. Analisa Data...........................................................................................11
3.3. Pohon Masalah......................................................................................12
3.4. Perumusan Diagnosa.............................................................................12
3.5. Intervensi...............................................................................................13
3.6. Implementasi dan Evaluasi....................................................................16
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................19
BAB 5 PENUTUP
5.1. Kesimpulan............................................................................................22
5.2. Saran......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan seharihari.
Kebersihan harus diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Hal-hal yang sangat berpengaruh di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan,
persepsi seseorang terhadap kesehatan serta tingkat perkembangan. Jika seseorang sakit
biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena seseorang
menganggap masalah kebersihan adalah masalah yang muda, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Tarwoto & Wartonah,
2000).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan
sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak
mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intrvensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapautik yang melibatkan hubungan
kerja sama antar perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Proses keperawatan yaitu terlaksananya asuhan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan
menjadi optimal. Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan
menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi
pelaksanaan kominikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai
panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
Berdasarkan data WHO (2001), 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu
jiwanya. Menurut Dharmono (2007), penelitian yang dilakukan WHO di berbagai negara
menunjukkan sebesar 20-30 %, pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar
menunjukkan gejala gangguan jiwa. Departement of Health and Human Service (1999),
memperkirakan 51 juta penduduk Amerika dapat didiagnosis mengalami gangguan jiwa.
Dari jumlah tersebut 6,5 juta mengalami disabilitas akibat gangguan jiwa yang berat dan
4 juta diantaranya adalah anak-anak dan remaja yang mengalami keterbatasan(defisit)
perawatan diri. (Videbeck, 2008).
Peningkatan jumlah prevalensi gangguan jiwa di Indonesia semakin signifikan.
Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan dalam
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 mensinyalir 0,5% dari seluruh populasi
Indonesia mengalami gangguan jiwa berat (2008:xvi). Yusuf dkk (2018) meyakini bahwa
angka tersebut bukan merupakan gambaran yang sebenarnya. Dengan asumsi jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2018 sebesar 237,6 juta jiwa, dan menggunakan
parameter prevalensi global untuk gangguan jiwa berat yaitu 1%, maka jumlah penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia mencapai 2.400.000 orang. Sedangkan jika memakai
data Riset Kesehatan Dasar, maka jumlahnya hanya 1.100.000 orang. Riskesdas 2018
juga menemukan bahwa penderita gangguan mental emosional mencapai 9% atau sekitar
20 juta orang.
Defisit perawatan diri biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan sulit
ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).
Mengingat defisit perawatan diri menjadi salah satu penyakit yang banyak ditemui di
negara maju dan berkembang seperti Indonesia, khususnya di Riau. Menurut Kementerian
Kesehatan Riau tahun 2017 di dapatkan data prevalensi pasien yang mengalami defisit
perawatan diri sebanyak 40,7%. Prevalensi lamanya hari rawat pasien dengan waktu lebih
dari 6 minggu di Ruang Siak, RSJ Tampan Provinsi Riau terdapat sebanyak 99,7%
diantaranya terdapat 2 pasien yang mengalami defisit perawatan diri maka dari itu salah
satu dari 2 pasien diambil sebagai studi kasus oleh kelompok.
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik untuk membuat topik utama dalam
seminar kasus pada mata kuliah Keperawatan Jiwa dengan judul Asuhan Keperawatan
Klien dengan “Defisit Perawatan Diri”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam ilmu pengetahuan
keperawatan, menerapkan peroses asuhan keperawatan secara komprehensif sebagai
bentuk pelayanan keperawatan professional.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny.R dengan Defisit
Perawatan Diri.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.R dengan
Defisit Perawatan Diri.
3. Mahasiswa mampu menyusun keperawatan pada Ny.R dengan Defisit
Perawatan Diri.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada Ny.R dengan
Defisit Perawatan Diri sesuai dengan keperawatan yang telah disusun.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sesuai implementasi yang dilakukan
pada Ny.R dengan Defisit Perawatan Diri.

1.3 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan proposal
pada seminar kasus ini, yaitu hanya pada ruang lingkup seputar Asuhan Keperawatan
pada klien dengan Defisit Perawatan Diri. Ruang lingkup yang dibahas dalam proposal
seminar kasus ini mengenai bagaimana proses keperawatan pada klien dengan Defisit
Perawatan Diri. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam proposal seminar kasus ini :
1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada klien dengan Defisit Perawatan Diri
2. Tinjauan kasus pada klien dengan Defisit Perawatan Diri

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Defisit Perawatan Diri


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan dan toileting) (Nurjannah, 2004). Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Potter & Perry, 2005). Kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorag tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(Tarwoto dan Wartona 2000).

2.2 Rentang Respon


Rentang Respon Proteksi Diri

Respons Adaptif Respon Maladaptif

Polaperawatan diri Kadang perawatan Tidak melakukan


seimbang diri seimbang perawatan diri

2.3 Etiologi
Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan (2013), penyebab defisit perawatan diri adalah:
a. Faktor Predisposisi
 Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangnan
inisiatif terganggu
 Biologis
Penyakit kronis yang menyebababkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
 Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah penurunan
motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cermat, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.

2.4 Manifestasi Klinis


a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badana, memperoleh atau
mendapatkan sumber air, mengatur suhu, atau aliran air mandi, mendapatkan
perlengkapan mandi.
b. Berpakaian dan berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan pakaian,
menanggalkan pakaian serta memperoleh atau menukar pakaian. Klien juga
memiliki ketidakmampuan untuk menggunakan pakaian dalam, memilih pakaian,
menggunakan kancing, melepaskan pakaian, dan mengenakan.
c. Makan
mKlien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan,
mendapatkan makanan, membukan kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut,
melengkapi makanan, mencerna makanan.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban atau
kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,
membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

2.5 Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan (effect)

Defisit Perawatan Diri (core problem)

Harga Diri Rendah Kronis (causa)

Koping Individu Tidak Efektif

2.6 Klasifikasi
Menurut Nurjannah (2004) dalam Dermawan (2013) jenis-jenis defisit perawatan diri
adalah:
a. Kurang perawatan diri: mandi/ kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri
b. Kurang perawatan diri: mengenakan pakaian/berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri
c. Kurang perawatan diri: makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: BAB/BAK
Kurang perawatan diri BAB/BAK adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan BAB/BAK.

2.7 Mekanisme Koping


Mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor meliputi status sosial ekonomi,
keluarga, jaringan interpersonal, organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang
lebih luas, juga menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stres interpersonal
seperti kesenian, musik, atau tulisan (stuarts & sundan, 1998 dalam lili kadir, 2018).

2.8 Penatalaksaan Medik dan Keperawatan


Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade, 2011: 154) adalah
sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
b. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
d. BHSP (Bna Hubungan Saling Percaya)

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Dr.Andri (2015) pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut:
a. Laboratorium
b. CT-Scan
c. F-MRI (Fungsional MRI)
d. PET-Scan

2.10 Asuhan Keperawatan Teoritis Defisit Perawatan Diri


1. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses piker sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan
diri menurun. Deficit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi (buang air besar dan buang air
kecil) secara mandiri.

Tanda dan gejala yang tampak pada pasien yang mengalami deficit perawatan diri
adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kuli berdaki
dan bau, serta kuku panjang dan kotor.
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak
bercukur, pada pasien perempuantidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, dtandai oleh ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan buang air besar (BAB)
atau buang air kecil (BAK) tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB/BAK.
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah deficit perawatan
diri: Higiene diri, berhias, makan, dan eliminasi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Tindakan keperawatan pada pasien
1) Tujuan keperawatan
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu meakukan berhias secsra baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri

2) Tindakan keperawatan
a) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara:
- Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan alat alat untuk menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
- Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
b) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada pasien
laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan meliputi latihan
berpakaian, menyisir rambut, dan berhias/berdandan.
c) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara:
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan
- Menjelaskan cara makan yang tertib
- Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
- Mempraktikkan cara makan yang baik
d) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan cara:
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Tujuan keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah deficit
perawatan diri.
2) Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri
yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat meneruskan
melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan pasien dalam merawat
diri meningkat.
Tindakan yang dapat perawat lakukan adalah sebagai berikut
a) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
b) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
d) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu
mengingatkan pasien dalammerawat diri (sesuai jadwal yang telah
disepakati)
e) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien deficit perawatan diri.

BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Klien bernama Ny.R dirawat di Ruang Siak RS.Jiwa Tampan Riau, klien berusia
--tahun. Klien berasal Kandis kabupaten Siak. Klien beragama kristen dan belum
menikah. Klien memiliki kegiatan sehari-hari hanya di rumah. Klien memiliki
penanggung jawab yaitu adik kandung klien yang bernama Tn.A, beralamat di Kndis
kabupaten Siak.
Pada saat dikaji alasan masuk ke RS klien mengatakan bahwa klien BAB dan BAK di
kasur, sehingga keluarga dari klien membawa klien ke RS. Klien mengatakan tidak ada
anggota keluarga yang mengalami seperti dia. Pada pergelangan tangan kiri klien
ditemukan bekas luka, saat ditanya apa penyebabnya klien menjawab terkena karet.
Pada saat ditanya tanggapan klien atas masalah yang dihadapi sekarang klien hanya
menjawab tidak ada, serta tidak mampu mengambil keputusan dan masalah yang ada
pada klien. Klien hanya berbicara kepada orang lain saat ditanya, klien juga tidak mampu
memulai percakapn lebih dahulu, klien juga menghindar saat ingin disentuh dan diam
ketika pertanyaan tidak sesuai dengan keinginannya.
Klien merupakan anak ke-2 dari 7 bersaudara, terdiri dari 4 orang perempuan dan 3
orang laki-laki. Di rumah komunikasi klien terhadap orang lain kurang terjalin, tidak
mampu memulai pembicaraan. Pola asuh keluarga klien tampak kurang baik dikarenakan
terlihat dari penampilan klien dan saat ditanya tentang orang yang paling berharga dalam
hidup klien, klien menjawab tidak ada. Klien tidak dapat mengambil keputusan dengan
tepat dan masih ragu-ragu dengan apa yang klien jawab.
Saat klien ditanya persepsi tentang dirinya, klien mengatakan tidak ada. Klien masih
memiliki ingatan bahwa klien mempunyai 7 saudara. Di dalam keluarga klien
mengatakan tidak ada kegiatan yang dilakukan di rumah. Harapan klien dalam dirinya
tidak ada. Klien sulit berinteraksi dengan orang lain dan tidak mampu memulai
percakapan lebih dulu.
Selama Ny. R di RS, penampilan klien tampak tidak rapi, klien tampak tidak menyisir
rambut, badan bau dan kotor. Saat diajak berbincang – bincang, klien tidak mampu
memulai pembicaraan dengan orang lain dan hanya menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan saja. Klien juga tampak lesu, diam, hanya tidur dan tidak bersemangat, klien
juga tidak mengeluarkan ekspresi saat diajak berbicara hal yang menyenangkan maupun
yang menyedihkan. Selama pengkajian klien tidak kooperatif, dengan menjawab
pertanyaan dengan singkat, tidak mau bercerita dan jawaban blocking, seperti : gak ada,
gak mau, iya, biasa aja. Klien juga merasa tidak nyaman saat ditanya orang yang baru
klien jumpai dan membutuhkan BHSP yang kuat dan lama. Klien tidak tau tempat, tidak
mengenal orang atau mengingat nama orang, tidak mengingat umur, lingkungan sekitar
dan lain – lain. Klien memiliki gangguan daya ingat jangka panjang, dikarenakan saat
ditanya umur klien, klien mengatakan umurnya masih berusia 20 tahun. Klien juga
memiliki gangguan konsentrasi saat berhitung, klien tidak mengingkari dan mengetahui
alasan klien masuk RS tersebut.
Ny. R saat berada di RS, makanan yang datang langsung dimakan dan menghabiskan
makanan yang diberikan, klien juga tampak sering tidur dan tampak tidak adanya
gangguan pada pola istirahat dan tidur klien. Klien juga memerlukan bantuan minimal
saat mandi, yaitu mengingatkan klien untuk memakai sabun mandi setelah itu ingatkan
klien untuk menggunakan shampo saat keramas. Dikarenakan klien menggunakan sabun
pada rambutnya dan tidak menggunakan sabun pada tubuhnya. Ny. R harus sering
diingatkan untuk BAB/BAK langsung ke kamar mandi serta tidak lupa untuk
menyiramnya dengan air.
3.2 Analisa Data
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS : Defisit Perawatan Diri
- Klien mengatakan sudah mandi
- Klien mengatakan sudah mandi menggunakan sabun
- Klien mengatakan sudah menggosok gigi
- Klien mengatakan sudah menggunakan handuk
- Klien mengatakan sudah mengganti baju

DO :
- Klien tampak tidak rapi
- Klien tampak tidak bersih dan berbau (+)
- Klien tampak tidak menyisir rambut
- Klien tampak tidak mengganti baju
- Klien tampak terlihat kotor
- Klien tampak tidak menggunakan kasur
2 DS : - Isolasi Sosial
DO :
- Klien tampak tidak dapat berinteraksi dengan orang
lain
- Klien tampak diam dan menghindar
- Klien tampak tidak ada kontak mata
- Klien menjawab dengan jawaban blocking
3 DS : - Resiko Halusinasi
DO :
- Klien memiliki riwayat penyakit dahulu, klien suka
berbicara sendiri
- Klien juga ada riwayat penyakit dahulu mendengar
suara – suara

3.3 Pohon Masalah

Resiko Halusinasi (effect)

Defisit Perawatan Diri (core problem)

Isolasi Sosial (causa)

3.4 Perumusan Diagnosa


1. Defisit Perawatan Diri
2. Resiko Halusinasi
3. Isolasi Sosial

3.5 Intervensi Defisit Perawatan Diri


Dx Perencanaan
Tgl
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Defisit TUM : Klien
Perawatan Diri mampu
melakukan
perawatan diri
secara mandiri
1. Dalam 3 kali 1. Bina hubungan saling percaya :
TUK: interaksi klien □ Beri salam setiap
1. Klien dapat menunjukkan tanda- berinteraksi
membina tanda percaya □ Perkenalkan nama, nama
hubungan kepada perawat: panggilan perawat dan
saling o Wajah cerah tujuan perawat berkenalan
percaya tersenyum □ Tanyakan nama dan
dengan o Mau berkenalan panggilan kesukaan klien
perawat o Ada kontak □ Tunjukkan sikap jujur dan
mata menepati janji setiap kali
o Menerima berinteraksi
kehadiran □ Tanyakan perasaan dan
perawat masalah yang dihadapi
o Bersedia klien
menceritakan □ Buat kontrak interaksi yang
perasaannya jelas
□ Dengarkan ungkapan
perasaan klien dengan
empati
□ Penuhi kebutuhan dasar
klien

2. Klien 2. Dalam 12 kali 2. Diskusikan dengan klien :


mengetahui interaksi klien □ Penyebab klien tidak
pentingnya menyebutkan: merawat diri
perawatan o Penyebab tidak □ Manfaat menjaga
diri merawat diri perawatan diri untuk
o Manfaat keadaan fisik, mental, dan
menjaga social
perawatan diri □ Tanda-tanda perawatan diri
o Tanda-tanda yang baik
bersih dan rapih □ Penyakit atau gangguan
o Gangguan yang kesehatan yang bisa dialami
dialami jika oleh klien bila perawatan
perawatan diri diri tidak adekuat
tidak
diperhatikan

3. Klien 3.1. Dalam 4 kali 3.1. Diskusikan frekuensi mejaga


mengetahui interaksi klien perawatan diri selama ini
cara-cara menyebutkan □ Mandi
melakukan frekuensi menjaga □ Gosok gigi
perawatan perawatan diri: □ Keramas
diri o Frekuensi mandi □ Berpakaian
o Frekuensi gosok □ Berhias
gigi □ Gunting kuku
o Frekuensi 3.2. Diskusikan cara praktek
keramas perawatan diri yang baik dan
o Frekuensi ganti benar :
pakaian □ Mandi
o Frekuensi □ Gosok gigi
berhias □ Keramas
o Frekuensi □ Berpakaian
gunting kuku □ Berhias
3.2. Dalam 12 kali □ Gunting kuku
interaksi klien 3.3. Berikan pujian untuk setiap
menjelaskan cara respon klien yang positif
menjaga perawatan
diri:
o Cara mandi
o Cara gosok gigi
o Cara keramas
o Cara berpakaian
o Cara berhias
o Cara gunting
kuku

4. Klien dapat 4. Dalam… kali 4.1. Bantu klien saat merawat diri:
melaksanak interaksi klien □ Mandi
an mempraktikkan □ Gosok gigi
perawatan perawatan diri dengan □ Keramas
diri dengan dibantu olehperawat: □ Ganti pakaian
bantuan o Mandi □ Berhias
perawat o Gosok gigi □ Gunting kuku
o Keramas 4.2. Beri pujian setelah klien selesai
o Ganti pakaian melaksanakan perawatan diri
o Berhias
o Gunting kuku
5. Klien dapat 5. Dalam… kali ineraksi 5.1. Pantau klien dalam
melaksanak klien melaksanakan melaksanakan perawatan diri:
an praktek perawatan diri □ Mandi
perawatan secara mandiri: □ Gosok gigi
diri dengan o Mandi 2X □ Keramas
bantuan sehari □ Ganti pakaian
o Gosok gigi □ Berhias
sehabis makan □ Gunting kuku
o Keramas 2x 5.2. Beri pujian saat klien
seminggu melaksanakan perawatan diri
o Ganti pakaian secara mandiri
1x sehari
o Berhias sehabis
mandi
o Gunting kuku
setelah mulai
panjang
6. Klien 6.1. Dalam … kali 6.1. Diskusikan dengan keluarga:
mendapatka interaksi keluarga □ Penyebab klien tidak
n dukungan menjelaskan cara- melaksanakan perawatan
keluarga caramembantu klien diri
untuk dalam memenuhi □ Tindakan yang telah
meningkatk kebutuhan dilakukan klien selama di
an perawatan dirinya rumah sakit dalam menjaga
perawatan 6.2. Dalam … kali perawatan diri dan
diri interaksi keluarga kemajuan yang telah
menyiapkan sarana dialami oleh klien
perawatan diri klien: □ Dukungna yang bisa
sanun mandi, pasta diberikan oleh keluarga
gigi,sikat untuk meningkatkan
gigi,shampoo, kemampuan klien dalam
handuk, pakaian perawatan diri
bersih, sandal, dan 6.2. Diskusikan dengan keluarga
alat berhias tentang:
6.3. Keluarga □ Sarana yang diperlukan
memraktikkan untuk menjaga perawatan
perawatan diri pada diri klien
klien □ Anjurkan kepada keluarga
menyiapkan sarana tersebut
6.3. Diskusikan dengan keluarga
hal-hal yang perlu dilakukan
keluarga dalam perawatan diri:
□ Anjurkan keluarga untuk
mempraktekkan perawatan
diri (mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berhias
dan gunting kuku)
□ Ingatkan klien waktu
mandi, gosok gigi,
keramas, ganti baju, berjias,
berhias, dan gunting kuku
□ Bantu jika klien megalami
habatandalam perawatan
diri
□ Berikan pujian atas
keberhasilan klien
3.6 Implementasi dan Evaluasi Defisit Perawatan Diri
Kelompok melakukan implementasi dan evaluasi selama 7 hari, dimulai dari tanggal
27 Agustus 2019 didapatkan data, pasien mengatakan sudah mandi, mengatakan sudah
ganti baju, tetapi baju tampak tidak rapi, badan pasien masih bau dan penampilan kurang
bersih, sehingga pada hari itu kelompok melakukan intervensi keperawatan pasien DPD
dengan tindakan mengukur tanda-tanda vital pasien, melakukan Sp 1 pasien yaitu
menyuruh untuk mandi. Setelah dilakukan tindakan, respon subjektif pasien terhadap
tindakan pasien mengatakan “Biasa Saja”, respon objektif pasien mampu melakukan dan
menjelaskan cara mandi dengan tampak kooperatif dan masih kurang bersih. Kelompok
menganalisa Sp 1 pasien DPD teratasi sebagian, rencana untuk selanjutnya pasien masih
perlu dilatih cara menggunakan alat dan cara mandi 2x sehari, serta masukkan pada
jadwal kegiatan sehingga Rencana Tindak Lanjut untuk selanjutnya pasien mengulangi
Sp 1 DPD.
Pada hari ke-2, tanggal 28 Agustus 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun, mengatakan sudah ganti baju, badan pasien masih bau dan
penampilan pasien masih kurang bersih, sehingga kelompok melakukan intervensi
keperawatan pasien DPD dengan tindakan mengukur tanda-tanda vital, melakukan Sp 1
modifikasi DPD yaitu membantu pasien mandi. Setelah dilakukan tindakan, respon
subjektif pasien mengatakan “Biasa Saja”, respon objektif pasien tidak mampu mandi
dengan menggunakan sabun pada badannya dan badan pasien tampak kurang bersih.
Kelompok menganalisa Sp 1 pasien DPD teratasi sebagian, rencana selanjutnya masih
melatih alat dan cara mandi kemudian mandi dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian, sehingga rencana tindak lanjut untuk selanjutnya pasien masih mengulangi Sp 1
DPD.
Pada hari ke-3, tanggal 29 Agustus 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun shampoo, mengatakan sudah ganti baju, badan pasien sudah
tidak bau dan penampilan pasien sudah mulai bersih, sehingga kelompok masih
melakukan intervensi keperawatan pasien DPD dengan tindakan mengukur tanda-tanda
vital, melakukan Sp 1 modifikasi DPD yaitu membantu pasien mandi. Setelah dilakukan
tindakan, respon subjektif pasien mengatakan “Harum”, respon objektif pasien sudah
mampu mandi dengan menggunakan sabun dan shampoo pada badannya dengan
pengawasan anggota kelompok dari luar kamar mandi dan badan pasien tampak bersih.
Kelompok menganalisa Sp 1 pasien DPD teratasi, rencana selanjutnya masih melatih alat
dan cara mandi, kemudian ceklis jadwal kegiatan harian bahwa pasien mampu mandi
secara mandiri, sehingga rencana tindak lanjut untuk pasien evaluasi Sp 1 DPD dan
melakukan Sp 4 yaitu Toileting.
Pada hari ke-4, tanggal 30 Agustus 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun dan shampoo, mengatakan sudah ber bedak, pasien tindak
menyisir rambut , Buang Air Kecil di lantai sebelah tempat tidur, sehingga kelompok
masih melakukan intervensi keperawatan pasien DPD dengan tindakan mengukur tanda-
tanda vital, melakukan Sp 4 DPD yaitu Toileting. Setelah dilakukan tindakan, respon
subjektif pasien mengatakan “Biasa Aja”, respon objektif pasien sudah mampu
menjelaskan toileting dengan baik dan benar, pasien kooperatif, tetapi klien BAK di lantai
sebelah tempat tidur. Kelompok menganalisa Sp 4 pasien DPD teratasi sebagian, rencana
selanjutnya melatih alat dan cara toileting yang baik dan benar, dan masukkan pada
jadwal kegiatan harian pasien, kemudian rencana tindak lanjut untuk pasien Sp 4 DPD
yaitu Toileting.
Pada hari ke-5, tanggal 31 Agustus 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun dan shampoo, mengatakan sudah ber bedak, pasien tindak
menyisir rambut , Buang Air Kecil di lantai sebelah tempat tidur, sehingga kelompok
melakukan intervensi keperawatan pasien DPD dengan tindakan mengukur tanda-tanda
vital, melakukan Sp 4 DPD yaitu Toileting. Setelah dilakukan tindakan, respon subjektif
pasien mengatakan “Iya”, respon objektif pasien sudah mampu menjelaskan toileting
dengan baik dan benar, pasien kooperatif, tetapi klien BAK di lantai sebelah tempat tidur.
Kelompok menganalisa Sp 4 pasien DPD teratasi sebagian, rencana selanjutnya masih
melatih alat dan cara toileting yang baik dan benar, dan ceklis pada jadwal kegiatan
harian pasien masih membutuhkan bantuan, kemudian rencana tindak lanjut untuk pasien
mengulang Sp 4 DPD yaitu Toileting.
Pada hari ke-6, tanggal 2 September 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun dan shampoo, mengatakan sudah ber bedak, rambut pasien
tampak sudah disisir , Buang Air Kecil sudah di WC, BAB di WC tetapi tidak disiram
dengan bersih, sehingga kelompok masih melakukan intervensi keperawatan pasien DPD
dengan tindakan mengukur tanda-tanda vital, melakukan Sp 4 DPD yaitu Toileting.
Setelah dilakukan tindakan, respon subjektif pasien mengatakan “Sudah mandi, sudah
tidak BAK di lantai sebelah tempat tidur, sudah BAB di WC”, respon objektif pasien
sudah mampu menjelaskan toileting dengan baik dan benar, pasien kooperatif, tetapi BAB
klien di WC tidak disiram dengan bersih. Kelompok menganalisa Sp 4 pasien DPD masih
teratasi sebagian, rencana selanjutnya ceklis melatih alat dan cara toileting pada jadwal
kegiatan harian pasien pada kolom bantuan, kemudian rencana tindak lanjut untuk pasien
mengulang Sp 4 DPD yaitu Toileting.
Pada hari ke-7, tanggal 3 September 2019 didapatkan data pasien mengatakan sudah
mandi menggunakan sabun dan shampoo, mengatakan sudah ber bedak, rambut pasien
tampak sudah disisir , Buang Air Kecil sudah di WC, BAB di WC sudah disiram dengan
bersih, sehingga kelompok masih melakukan intervensi keperawatan pasien DPD dengan
tindakan mengukur tanda-tanda vital, melakukan Sp 4 DPD yaitu Toileting. Setelah
dilakukan tindakan, respon subjektif pasien mengatakan “Sudah mandi, sudah tidak BAK
di lantai sebelah tempat tidur, sudah BAB di WC”, respon objektif pasien sudah mampu
menjelaskan toileting dengan baik dan benar, pasien kooperatif, tetapi BAB klien di WC
sudah disiram dengan bersih. Kelompok menganalisa Sp 4 pasien DPD masih teratasi
sebagian, rencana selanjutnya ceklis melatih alat dan cara toileting pada jadwal kegiatan
harian pasien pada kolom bantuan, latih cara toileting dan selalu ingatkan kembali Sp
1,2,3,dan 4 DPD serta masukkan kedalam jadwa kegiatan harian pasien, kemudian
rencana tindak lanjut untuk pasien mengulang Sp 1, 2, 3, dan 4 DPD.
BAB 4
PEMBAHASAN

Kelompok melakukan Asuhan Keperawatan kepada Ny.R selama 7 hari dimulai dari tanggal
27 Agustus s/d 3 September 2019. Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Rentang respon pada tinjauan teoritis sesuai dengan tinjauan kasus, Ny.R berada di
tengah-tengah antara respon adaptif dengan respon maladaptif ysitu termasuk ke dalam
kategori “kadang perawatan diri seimbang”.
Etiologi dalam tinjauan teoritis sesuai dengan tinjauan kasus, Defisit Perawatan Diri
pada Ny.R disebabkan oleh kemampuan realitas yang kurang pada klien menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Manifestasi klinis menurut Direja (2011) sesuai dengan pengkajian yang ditemukan
pada klien, seperti : Pertama klien tidak mampu dalam membersihkan badannya, sesuai
dengan Ny.R yang tidak mampu menggosok badan dengan sabun dan tidak mampu
keramas menggunakan shampo. Kedua klien tidak mampu membersihkan diri setelah
BAB/BAK dengan tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil, sesuai dengan Ny.R yang
tidak bersih menyiram BAB/BAK.
Saat pengkajian causa dan effect yang muncul pada pohon masalah tidak sesuai
dengan tinjauan teoritis. Causa pada tinjauan teoritis disebabkan oleh Harga Diri Rendah
sementara tinjauan teoritis pada pengkajian disebabkan oleh Isolasi Sosial. Defisit
Perawatan Diri pada tinjauan teori mengakibatkan resiko tinggi perilaku kekerasan,
sementara pada pengkajian mengakibatkan resiko halusinasi. Perbedaan ini disebabkan
oleh data-data yang telah ditemukan pada saat pengkajian, data tersebut bisa dilihat pada
tabel analisa data.
Menurut Nurjannah (2004) jenis-jenis DPD ada 4 yaitu kurang perawatan diri pada
saat mandi, berhias, makan, BAB/BAK. Pada Ny.R ditemukan kurang perawatan diri saat
mandi dan BAB/BAK. Ny.R masih harus selalu diingatkan untuk menggosok badan
menggunakan sabun dan keramas menggunakan shampo. Ny.R juga harus diingatkan
untuk tidak menahan BAB/BAK, segera pergi ke kamar mandi dan tidak lupa pula
menyiram sampai bersih.
Penatalaksanaan medik dan keperawatan menurut Herdman (2011) sudah sesuai
dengan implementasi yang dilakukan oleh perawat, diantaranya : Pertama membina
hubungan saling percaya : Ny.R sudah banyak perubahan dari awal pertemuan sampai
dengan hari ke-7, dimana Ny.R sudah mau tersenyum serta membalas lambaian tangan
perawat. Kedua menerapkan lingkungan yang mendukung : Ny.R tidak suka apabila
terlalu ramai perawat yang memberi pertanyaan kepada dirinya, biasanya Ny.R hanya
diam saja apabila sudah bosan menjawab. Ketiga membimbing dan menolong klien dalam
melakukan perawatan diri : perawat selalu mengingatkan Ny.R untuk BAB/BAK di
kamar mandi, setiap kali Ny.R mandi perawat juga selalu mengingatkan untuk
menggosok badan dengan sabun dan keramas menggunakan shampo.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan kasus didapatkan diagnosa yang sesuai dengan tinjauan teoritis yaitu Defisit
Perawatan Diri.

3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan yang dilakukan oleh kelompok sesuai dengan intervensi yang telah
dibakukan untuk klien dengan diagnosa Defisit Perawatan Diri.

4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam melakukan proses keperawatan sesuai
dengan rencana tindakan yang telah dibakukan serta dalam tindakan yang dilakukan
berdasarkan strategi pelaksaan terdiri dari Sp 1 sampai Sp 4 sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhan klien. Sp 1 dilakukan selama 3 hari , Sp 2 dan 3 tidak dilakukan
dikarenakan klien sudah mampu melakukannya dengan baik dan benar, Sp 4 dilakukan
selama 4 hari. Dari tindakan selama 7 hari didapatkan evaluasi, pasien dapat melakukan
cara mandi secara baik dan benar serta dapat melakukan toileting dengan benar sesuai
yang telah diajarkan kepada klien, namun klien masih perlu diingatkan dan dibimbing
dalam mengulangi serta melakukan kegiatan mandi maupun toileting.

5. Kendala
Ditemukan kendala pada Ny.R yaitu susah untuk menggali informasi lebih dalam
karena ketika diberi pertanyaan terbuka, Ny.R selalu menjawab dengan jawaban blocking.
Emosi Ny.R juga suka berubah-ubah seperti pada tanggal 27-29 Agustus 2019 Ny.R tidak
mau keluar dari kamar walaupun sudah dilakukan dengan berbagai cara. Pada tanggal 30-
31 Agustus, 2 September 2019 Ny.R mau keluar dari kamar hanya dengan satu kali
ajakan. Lalu pada tanggal 3 September 2019 Ny.R tidak mau keluar kamar walaupun
sudah dilakukan dengan berbagai cara. Bina hubungan saling percaya harus dilakukan
semaksimal mungkin dan tanpa menekan Ny.R.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus keperawatan pada Ny.R dengan gangguan defisit perawatan
diri maka kelompok dapat menarik kesimpulan yaitu asuhan keperawatan kepada Ny.R
dalam waktu 7 hari yang dilakukan oleh kelompok, di dapatkan bahwa Ny.R mampu
melakukan perawatan diri dengan baik yang diajarkan dan dibimbing oleh kelompok
sesuai dengan tindakan keperawatan. Klien tidak dapat melakukannya dalam proses yang
singkat namun membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dengan mengajari klien cara
mandi yang benar, dikarenakan klien hanya mengetahui cara mandi yang benar namun
tidak melakukan dengan tepat. Klien sudah dapat melakukan Sp 2 dan 3 dengan baik,
namun klien tidak mampu melakukan Sp 4 yaitu toileting. Saat klien ingin BAK, klien
tidak dapat melakukannya di kamar mandi dan saat klien ingin BAB, klien melakukannya
di lantai kamar mandi dan tidak disiram dengan bersih. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa Ny. R sudah mengalami kemajuan menjadi lebih baik selama 7 hari, kelompok
melakukan proses kegiatan. Walaupun terkadang klien masih perlu diingatkan kembali
serta dibimbing.

5.2 Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran bagi:
1. Rumah Sakit
Diharapkan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan dapat memberikan pelayanan
kepada klien jiwa dengan seoptimal mungkin serta meningkatkan fasilitas yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Tampan.
2. Institusi Pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemberian tugas yang merupakan fasilitas bagi
mahasiswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui
praktek klinik di Rumah Sakit Jiwa Tampan
3. Penulis
Penulis diharapkan untuk dapat memanfaatkan waktu dengan seefektif mungkin
sehingga dapat lebih optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Direja, Herman Ade.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Keliat, Budi Anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Saputra, Dino. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Defisit
Perawatan Diri. PDF.
Yusuf, Rizky Fitryasari. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai