DISUSUN OLEH :
1. Resti Amelia P1337420920020
2. Agung Sekar Palupi P1337420920139
3. Alfania Zulfa P1337420920134
4. Amilya Latifah Nur P1337420920155
5. Anggun Julia Syafitri P1337420920019
6. Puji Prihati P1337420920026
7. Basuki P1337420920183
8. Siti Wahyuni P1337420920184
C. Manfaat
Dapat mengaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP) khususnya
studi kasus tentang pelaksanaan cara terapi murottal (Al-Qur’an) untuk menurunkan
kecemasan ibu hamil dengan NOK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal
tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.
4. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif
lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
5. Pathway
Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium
Cemas
Port d’entry
Gangguan metabolisme
Self care
defisit
6. Komplikasi
a. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
b. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
a. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
8. Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kiste.
b. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.
9. Manifestasi klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar
rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah
3. Penyebab Kecemasan
Menurut Keliat, dkk (2013:15) penyebab kecemasan dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Genetik dan Early Learning
Gangguan ansietas cenderung diturunkan dalam keluarga. Bila ibu, bapak
atau keluarga dekat lainnya menderita ansietas, anaknya kemungkinan besar
mengalami ansietas.
b. Biokimia Otak
Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak (biokimiawi otak)
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan neorotransmiter serotonin dan
dopamine.
c. Mekanisme Fight–Fight
Apabila seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan menyiapkan diri untuk
mempertahankan diri (fight) atau melarikan diri dari situasi dari situasi yang
membahayakan tersebut (fight). Mekanisme fight–fight tersebut
menyebabkan denyut jantung meningkat, pupil dilatasi, dan tubuh
menyiapkan diri terhadap situasi berbahaya tersebut.
6. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau dalam Suliswati (2015:109), ada 4 tingkat kecemasan:
a. Kecemasan Ringan
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan
indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
1) Seseorang yang menghadapi ujian akhir.
2) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
3) Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
4) Individu yang tiba–tiba dikejar anjing menggonggong.
b. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang lain.
1) Pasangan suami–istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan
risiko tinggi.
2) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan).
3) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil
yan kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal–hal lain.
1) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang
dicintai karena bencana alam.
2) Individu dalam penyanderaan.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: individu dengan
kepribadian pecah/depersonalisasi.
Menurut Saputro & Fazris pada tahun 2017 dalam Chrisnawati & Aldino
(2019) terdapat lima tingkatan kecemasan pada skala HARS yang
ditentukan dengan cara menjumlahkan skor dari 14 simptom (gejala).
Adapun tingkatan kecemasan menurut skala HARS, diantaranya:
Skor <14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14-20 = Kecemasan ringan
Skor 21-27 = Kecemasan sedang
Skor 28-41 = Kecemasan berat
Skor 42-56 = Kecemasaan berat sekali
7. Penangan Kecemasan
Miltenberger dalam Listyarini & Faidah, 2016 menyatakan bahwa terdapat 6
penanganan terhadap kecemasan, diantaranya:
a. Relaksasi otot (progressive muscle relaxation),
b. Pernafasan diafragma,
c. Imagery Training/Guided Imagery,
d. Biofeedbeck,
e. Hypnosis
f. Terapi Murottal
C. Konsep Terapi Murottal (Al-Qur’an)
1. Definisi murottal
Murottal adalah rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang
qori (pembaca Al-qur’an) (Siswantinah, 2011). Murottal juga dapat diartikan
sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang qori
(pembaca Al-qur’an), direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat
serta harmonis (Purna, 2006).
Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif
bagi pendengarnya (Widayarti, 2011). Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang
dibacakan secara tartil dan benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa.
Lantunan ayat-ayat Al-qr’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia
yang meruoakan instrumen penyembuhan dan alat yang paling mudah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan
hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru,
2008).
C. Riwayat ginekologi
1. Masalah ginekologi : Pada kehamilan ke 4 mengeluh nyeri pada perut
sebelah kanan dan kehamilan lebih besar
dibanding kehamilan sebelumnya.
2. Riwayat KB : Klien menggunakan pil KB
Pola tidur saat ini : tidur siang pukul14.00 sampai 15.00, dan malam
pukul 23.00 samapi pukul 05.00. Klien mengeluh
sulit tidur saat mersa nyeri dan sering terbangun
saat tidur.
Abdomen
TFU : 52 CM
Leopold 1 : Teraba bulat, tidak melenting
Leopold 2 : Pada perut kanan teraba keras, pada bagian sebelah kiri
teraba bagian lebih kecil
Leopold 3 : Bagian terbawah terasa bulat dan melenting dan masih
bisa
digoyangkan
Leopold 4 : -
DJJ : 146 x/menit/ teratur
Linea nigra : ada
Striase : ada
Fungsi pencernaan : normal
Pengkajian Nyeri
P : nyeri pada perut sebelah kanan
Q : nyeri seperti tersayat
R : nyeri disebelah kanan
S : skala nyeri 6 (skala 1-10)
T : nyeri terasa saat awal kehamilan, dan frekuensi
dan intensitas meniningkat seriring penambahan
usia kehamilan. Nyeri sering terasa saat klien
kelelahan
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi: klien masih mampu melakukan kegiatan sehari
hari, seperti mengajar via zoom dan memasak
Latihan senam : klien tidak pernah melakukan senam hamil
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : klien makan dengan frekuensi sering dengan
jumalh yang sedikit
napsu makan : baik / tidak
Asupan cairan : klien minum 1,5 hingga 2 liter / hari
cukup/ kurang
Ekstrmitas
Ekstremitas atas :
- Edema : ya/ tidak, lokasi : -
- Varises : ya, tidak, lokasi : -
Ekstremitas atas
- Edema : ya/ tidak, lokasi : -
- Varises : ya, tidak, lokasi : -
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 10,6 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 34,8 % 32-65
Eritrosit 4,53 106/ul 4.4-5.9
Mch 23,4 Pg 27-32
Mcv 76,8 Fl 76-96
Mchc 30,5 g/dl 29-36
Leukosit 9,5 103/ul 3,6-11
Trombosit 290 103/ul 150-400
Rdw 16,7 % 11,6-14,8
Mpv 10,2 Fl 4-11
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 63 Mg/dl 80-160
Sgot 19 u/l 15-34
Sgpt 15 u/l 15-60
Ureum 10 Mg/dl 15-39
Kreatinin 0,7 Mg/dl 0,6-1,3
Elektrolit
Natrium 138 Mmol/l 136-145
Calium 3,5 Mmol/l 3,5-5,0
Chlorida 103 Mmol/l 9,5-105
G. Terapi Farmakologi
Dexametasone 6 mg/12 jam
Dopamet metildepa 500 mg/ 8 jam
Ampicilin sulbactam 1,5 gr/ 8 jam
Bupivacain
Metoclopramid 10 mg/12 jam
Omeprazol40 mg/12 jam
Vit k 10 mg/12 jam
Asam tranexamat 500 mg/8 jam
Ca glucona 1 gr/12 jam
Suhu : 36,1oC
Nadi : 98 x /menit
TD : 138/101 mmhg
2. DS : Ansietas NOK
1. Klien mengatakan cemas akan keadaanya
dirinya dan anaknya Pre operasi
2. Klien mengatakan tidak berani untuk
mencari tau informasi tentang penyakitnya Kurang terpapar
karena merasa sangat takut dengan informasi
informasi yang akan didapatkan
3. Klien mengatakan sulit tidur semenjak Kurang
mengetahui ada gangguan pada pengetahuan
kehamilannya
4. Klien mengatakan nafsu makannya Ansietas
menurun setelah mengetahui keadaannya
5. Klien mengatakan sangat bingung dengan (Kurang terpapar
kondisinya informasi)
DO:
1. Klien tampak cemas
2. Klien tampak gelisah
3. klien tampak tegang
4. TTV pada tanggal 27/04/2021
Pernapasan : 22 x / menit
Suhu : 36,1oC
Nadi : 98 x /menit
TD : 138/101 mmHg
V. Implementasi Keperawatan
Hari, No. Dx Implementasi Respon TTD
tanggal,
jam
Rabu, 28 01 1. Memantauan nyeri Anggun
April 2021 Mengidentifikasi faktor Klien mengatakan nyeri
13.10 pencetus dan pereda muncul saat ketika klien
nyeri beraktifitas dan mereda
Memonitor kualitas nyeri ketika klien beritirahat
Memonitor lokasi dan Klien mengatakan nyeri
penyebaran nyeri seperti tersayat
Memonitor nyeri dengan Klien mengatakan lokasi
menggunakan skala nyeri pada perut sebelah
kanan
Klien mengatakan skala
nyeri 6
13.15 01
2. Melakukan pegaturan posisi
Klien mengatakan merasa
Memonitor status
sesak ketika berbaring
oksigenasi sebelum dan
Klien mengatakan merasa
sesudah mengubah posisi
lebih rileks setelah
Meninggikan tempat tidur
dilakukan pengaturan
bagian kepala
posisi dengan meninggikan
Memotivasi terlibat dalam
tempat tidur bagian kepala
perubahan posisi, sesuai
kebutuhan Klien mengatakan dapat
melakukan perubahan
posisi secara mandiri
dengan menggunakan
bantal
13.30 01
14.40 02
6. Menganjurkan melakukan Sebelum dilakukan
teknik menenangkan hingga penerapan terapi
perasaan menjadi tenang murottal tingkat
(terapi Murottal) kecemasan klien : 22
(kecemasan sedang),
setelah dilakukan terapi
murottal Tingkat
kecemasan klien : 15
(kecemasan ringan
Kamis, 01 1. Memantauan nyeri
29 April Memonitor nyeri dengan Klien mengatakan skala
2021 menggunakan skala nyeri 3
Pukul
12.06 2. Melakukan pegaturan posisi
Memonitor status Klien mengatakan
oksigenasi sebelum dan terasa sesak saat
sesudah mengubah posisi berbaring
Meninggikan tempat tidur Klien mengatakan sesak
bagian kepala berkurang saat tempat
tidur bagian kepala
ditinggikan
O:
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni & Deswita
pada tahun 2013 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murotal
terhadap tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Jenis penelitian ini
menggunakan quasy eksperimen dengan pendekatan one group pretest-posttest.
Subjek penelitian adalah 12 orang ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja
Puskesmas Andalas Padang dan pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Analisa data menggunakan wilcoxon dan hasil penelitian
membuktikan ada pengaruh terapi murotal terhadap tingkat kecemasan
menghadapi persalinan pada ibu trimester ketiga p = 0,007.
Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh Wati,
dkk pada tahun 2020 dengan judul pengaruh terapi murottal al – qur’an terhadap
tingkat kecemasan pasien pre angiografi koroner. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh terapi murottal al- qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien
pre angiografi koroner di ruang Cath Lab RSUD Raden Mattaher Jambi. Desain
penelitian yang digunakan kuantitatif dengan rancangan pre test post test with
control grup desain. Teknik pengambilan sample menggunakan purposive
sampling dengan sample 20 orang yang bertempat di Ruang Cath Lab RSUD
Raden Mattaher Jambi dan pengambilan data menggunakan kuisioner ZSAS
pengolahan data menggunakan uji paired T- test dan Independen T-test.
Didapatkan rerata nilai kecemasan pada kelompok intervensi sebelum diberikan
terapi murottal sebesar 62,80 (cemas sedang) dan sesudah diberikan terapi
murottal terjadi penurunan menjadi 49,20 (cemas ringan). Sedangkan pada
kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murottal didapatkan nilai rerata
sebesar 58,30 (cemas ringan) dan sesudah diberikan terapi murottal terjadi
peningkatan menjadi 62,80 (cemas sedang).Ada pengaruh terapi murottal al-
qur’an dengan tingkat kecemasan pasien pre angiografi koroner di ruang Cath
Lab RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2019. Sehingga terapi murottal al-
qur’an ini dapat dipakai sebagai salah satu intervensi untuk mengatasi kecemasan
pada pasien pre angiografi koroner.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Dr. Al Qadhi, direktur utama Islamic
Medicine Institute For Education and Research di Florida, Amerika Serikat,
tentang pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur‟an pada manusia terhadap
perspektif fisiologis dan psikologis. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
bacaan Al-Qur‟an menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, bahwa
mendengarkan ayat suci Al-Qur‟an mampu mendatangkan ketenangan dan
menurunkan ketegangan otot syaraf reflektif, menyembuhkan penyakit serta
pengaruh positif yang sangat signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres)
pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif. 9 Hal ini menjelaskan mengapa
saat mengengarkan musik atau suara tertentu dengan tempo yang tinggi detak
jantung meningkat. Saat mendegar musik atau murottal dengan tempo (BPM)
yang rendah (55- 70 bpm), detak jantung akan melambat dan tubuh akam
menjadi relaks. Endorfin yang merupakan zat „candu‟ alamiah di otak, akan
dilepaskan saat tubuh merasa rileks. Hormon-hormon stres yang meliputi
AdreronocorticotripoicHormone (ACTH), Prolactin, dan Growth Hormone
(GH), dalam darah akan serasi kadarnya saat mendengarkan musik. 15
Mekanisme terapi murottal terhadap perubahan kecemasan pada sistem indra
pendengaran terdapat telinga yang terdiri dari tiga bagian : telinga luar, tengah,
dan dalam. Telinga luar dan telinga dalam menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam yang berisi cairan. Tepatnya di koklea sebuah reseptor
yang mengubah suara menjadi impuls saraf. Sistem pendengaran ini akan
mampu membedakan atau mengidentifikasi suara “apa” dan “dimana”. 19
Telinga mengubah gelombang suara menjadi gerakan bergetar membran basilaris
yang menekuk rambut-rambut reseptor maju mundur. Deformasi mekanis ini
menghasikan potensial aksi yang dikirim ke otak, gelombang suara di
terjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh otak sebagai sensasi
suara. Indra pendengaran telinga ini berhubungan erat dengan sistem persarafan
terutama saraf kranalis dan saraf pusat. Batang otak menggunakan masukan
pendengaran atau audiotorik dan nukleus genikuantum medialis di thalamus
untuk menyalurkan sinyal ke korteks terutama temporalis kiri dan kanan karena
serat saraf audiotorik bersilangan secara parsial di batang otak, oleh karena itu
gangguan di salah satu sisi sebelah batang otak sama sekali tidak mempengaruhi
sinyal listrik dari impuls gelombang suara sampai ke korteks selebri. Lobus
temporalis tersebut akan mengintegrasikan berbagai suara menjadi berarti
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion natrium
menjadi aliran listrik yang melalui saraf nervus VIII (vestibule cokhlearis)
menuju ke otak, tepatnya di area pendengaran. Setelah mengalami perubahan
potensial aksi yang dihasilkan oleh saraf auditorius, perambatan potensial aksi ke
korteks auditorius (yang bertanggung jawab untuk menganalisa suara yang
kompleks, ingatan jangka pendek, perbandingan nada, menghambat respon
motorik yang tidak diinginkan, pendengaran yang serius, dan sebagainya.
Diterima oleh lobus temporal otak untuk mempresepikan suara. Talamus sebagai
pemancar impuls akan meneruskan rangsang ke amigdala (tempat penyimpanan
memori emosi) yang merupakan bagian penting dari system limbik (yang
mempengaruhi emosi dan perilaku). Dengan adanya stimulasi terapi murottal Al-
Qur‟an atau gelombang suara dapat menstimulasi pengaktifan dopamine yang
secara fisiologis berperan dalam meningkatkan kewaspadaan seseorang. Selain
itu stimulasi terapi Murottal AlQur‟an atau gelombang suara dapat memberikan
efek ketenangan dengan merangsang opioid (morfin) dan serotonin di dalam
tubuh yang memungkinkan perubahan fisiologis yang menunjukan adanya
penurunan derajat ketegangan sistem saraf otonom (automatic nervous system).
12 Sama halnya membaca Al-Qur‟an mempengaruhi proses kimiawi yang terjadi
dalam tubuh manusia sehingga dapat berfungsi aktif dan sempurna.
Persenyawaan kimia gen yang melibatkan AND (Asam Deoksiribo Nukleat) dan
ARN (Asam Ribo Nukleat) mengatur kode-kode, kemudian diterjemahkan dalam
bentuk hormon-hormon dan enzim-enzim. Semuanya dapat dipengaruhi
sekaligus menurunkan menurunkan emosi (temperamental) pada diri manusia
secara kimiawi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi
pendengarnya. Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan
benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qr’an secara fisik
mengandung unsur-unsur manusia yang meruoakan instrumen penyembuhan dan alat
yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress,
mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak. Suara dapat
menurunkan hormon-hormon endofrin alami, meningkat perasaan rileks,
mengalihkan perhatian, rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
Murottal (ayat-ayat Al-qur’an) yang dibacakan dengan tartil mempunyai beberapa
manfaat antara lain:
e. Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012)
f. Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012)
g. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) dapat menyebabkan otak memancarkan
gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf, 2013)
h. Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011)
Terapi murottal (membaca Al-qur’an) secara teratur adalah obat nomor satu dalam
menyembuhkan kecemasan (Gray, 2010).
B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, terapi Murottal Al-Quran dapat diaplikasikan oleh petugas
kesehatan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada ibu dengan NOK dalam
menghadapi berbagai pengobatan yang akan dijalaninya.
DAFTAR PUSTAKA
HR, Risnawati. 2017. Efektivitas Terapi Murottal AL-Qur’an Dan Terapi Musik Terhadap
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Smester VII UIN Alauddin
Makassar. (Skripsi)) No. 2. Diaskes pada 5 Desember 2020.
Anggarawati, Desy & Siti Nurina Hakim. 2018. Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa SMA
Dalam Menghadapi Ujian Nasional. Jurnal Riset Dan Konseptual 3(4). Januari 4,
2020 http://www.jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant
Annisa, Dona Fitri & Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety)Pada Lanjut Usia
(Lansia).5(2).1412-9760.Januari4,2020. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
Chrisnawati, Giantika & Tutuk Aldino. 2019. Aplikasi pengukuran tingkat kecemasan
berdasarkan skala hars berbasis android. 5(2). 2442-2436. Februari 15, 2020.
https://www.researchgate.net/publication/336064533_Aplikasi_Pengukuran_Tingkat_
Kecemasan_Berdasarkan_Skala_Hars_Berbasis_Android
Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans
Info Media
Demak, Indah Puspitasari Kiay & Suherman. 2016. Hubungan umur, jenis kelamin
mahasiswa dan pendapatan orang tua dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa
pendidikan sarjana program studi pendidikan dokter FKIK universitas tadulako. 3(1).
Maret 26, 2020.
Purwanto, Heri. 2012. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Repi, dkk. 2018. Aku, Remaja yang Positif. Jakarta : Elex Media Komputindo
Wahyuni & Deswita. 2013. Pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan
menghadapi persalinan pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas andalas. Ners
jurnal keperawatan. Vol 9 (2). 111-122.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/59