Anda di halaman 1dari 47

DISKUSI REFLESI KASUS

PENERAPAN EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)


TERAPI MUROTTAL (AL-QUR’AN) UNTUK MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN PADA IBU HAMIL DENGAN NOK
DI RUANG OBSTETRI RSUP DR. KARIADI KOTA SEMARANG

DISUSUN OLEH :
1. Resti Amelia P1337420920020
2. Agung Sekar Palupi P1337420920139
3. Alfania Zulfa P1337420920134
4. Amilya Latifah Nur P1337420920155
5. Anggun Julia Syafitri P1337420920019
6. Puji Prihati P1337420920026
7. Basuki P1337420920183
8. Siti Wahyuni P1337420920184

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja
bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung
pada aktivitas intinya. Homeostasis antara proliferasi sel dan kematian sel yang
terprogram (apoptosis) secara normal dipertahankan untuk menyediakan integritas
jaringan dan organ. (Sahil MF. 2007)
Mutasi pada DNA sel menyebabkan kemungkinan terjadinya neoplasma
sehingga terdapat gangguan pada proses regulasi homeostasis sel. Karsinogenesis
akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol
dan pembentukan tumor atau neoplasma. (Sahil MF. 2007)
Neoplasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Pada sel neoplasma terjadi perubahan
sifat. Pertumbuhan tidak terkontrol yang seringnya terjadi dengan cepat itu dapat
mengarah ke pertumbuhan jinak maupun ganas (kanker). (Sahil MF. 2007)
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak
menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa
dikatakan adanya pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Pada
umumnya kista ini tidak mengganggu dan akan hilang dengan sendirinya. Kista
yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur) disebut kista ovarium
atau tumor ovarium. (Wiknjosastro, Hanifa. 2007). Walaupun demikian tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Perjalanan
penyakit ini sering disebut sillent killer atau secara diam diam menyebabkan
banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium
dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat teraba dari luar atau membesar.
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian mana
saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe kista
ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya terbentuk
selama siklus menstruasi normal. Kista ovarium merupakan 6 kasus tumor
terbanyak dan merupakan penyebab kematian oleh karena keganasan ginekologi.
Terdapat variasi yang luas insidensi kista ovarium, rata-rata tertinggi terdapat di
Negara Skandinavia (14,5-15,3 per 100.000 populasi),
Hasil laporan bulan Desember 2014 di ruang Pepaya RSUD Cengkareng dari 10
kasus terbanyak yang menyebabkan wanita di rawat, kista ovarium menempati
urutan ke-7 dengan jumlah 6 pasien dari 10 penyakit terbanyak tersebut. Artinya,
kista ovarium merupakan penyebab angka kesakitan pada wanita dan menyebabkan
wanita harus dirawat di RS.
Kista ovarium menimbulkan beragam manifestasi klinis pada pasien.
Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa ketidaknyamanan pada abdomen, sulit
buang air kecil, nyeri panggul, dan nyeri saat senggama serta gangguan menstruasi,
serta kecemasan (ansietas). Selain menggunakan penanaganan farmakologi,
kecemasan juga dapat ditangani dengan teknik non farmakologi. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan yaitu terapi murrotal alquran
bagi pasien yang beragama islam. Adapun pengaruh terapi mendengarkan ayat-ayat
Al-Quran berupa, adanya perubahan perubahan arus listrik di otot, perubahan
sirkulasi darah,perubahan detak jantung dan kadar darah pada kulit. Perubahan
tersebut menunjukan adanya relaksasi atau penurunan ketegangan urat saraf
reflektif yang mengakibatkan terjadinya pelonggaran pembuluh nadi dan
penambahan kadar darah dalam kulit, diiringi dengan penurunan frekuensi detak
jantung. Terapi murotal bekerja pada otak, dimana ketika didorong oleh rangsangan
dari luar (terapi AlQur’an), maka otak maka memproduksi zat kimia yang disebut
neuropeptide. Molekul ini akan menangkutkan kedalam reseptor – reseptor mereka
yang ada di dalam tubuh dan akan memberikan umpan balik berupa kenikmatan
atau kenyamanan (Yusri, 2006; Faradisi, 2009; Mottaghi, Esmaili, & Rohani, 2011)
Berdasarkan penjabaran tersebut penulis tertarik untuk melakukan Evidence
Based Nursing Practice (EBNP) berupa terapi murottal (Al-Qur’an) untuk
menurunkan kecemasan ibu hamil dengan NOK di ruangan Obstetri RSUP
DR.Kariadi Kota Semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas penerapan Evidence Based Nursing
Practice (EBNP) berupa t terapi murottal (Al-Qur’an) untuk menurunkan
kecemasan ibu hamil dengan NOK di ruangan Obstetri RSUP DR.Kariadi Kota
Semarang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum dilakukan intervensi terapi
murottal (Al-Qur’an)
b. Mengetahui tingkat kecemasan pasien sesudah dilakukan intervensi terapi
murottal (Al-Qur’an
c. Mengevaluasi respon pasien selama melakukan terapi murottal (Al-Qur’an
terhadap kecemasan ibu hamil dengan NOK

C. Manfaat
Dapat mengaplikasikan hasil Evidence Based Nursing Practice (EBNP) khususnya
studi kasus tentang pelaksanaan cara terapi murottal (Al-Qur’an) untuk menurunkan
kecemasan ibu hamil dengan NOK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Neoplasma Ovarium Kistik (NOK)


1. Definisi
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista
adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006). Kista ovarium merupakan
suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan
yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2005).
Neoplasma Ovarium Kistik adalah bentuk padat atau kista yang dapat
tumbuh secara alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka
besar yang dapat menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini
dari keganasan.

2. Jenis - Jenis Kista Ovarium


Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional.
a) Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks.
2) Kista fungsional.
a) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di
antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche
kurang dari 12 tahun.
b) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
c) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
d) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
b. Kista neoplasma
1) Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
2) Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen mengalahkan
elemen yang lain
3) Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
4) Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
5) Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis.

3. Etiologi
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa kasus,
folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian yang
nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil
ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal
tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut dengan Kista Dermoid.

4. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif
lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat
menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan
pemberian HCG
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal. Endometrioma
adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.

5. Pathway

Degenerasi Infeksi
ovarium ovarium

Histerektomi Kistoma pembesaran Ruptur


ovari ovarium ovarium

Kurang Oovorektomi Resiko


informasi
perdarahan
Luka operasi
Kurang Gangguan
pengetahuan Diskontinuitas perfusi
jaringan jaringan

Cemas
Port d’entry

anestesi Resti injuri


Pembatasan
Resiko
Komplikasi nutrisi
infeksi
peritonia Peristaltic Nervus
Metabolisme usus vagus
menurun menurun
Peritonitis
Reflex
Hipolisis Absorbsi air menelan
Resiko Nyeri di kolon
perdarahan
Asam laktat Resiko
Resiko aspirasi
konstipasi
keletihan

Gangguan metabolisme

Self care
defisit
6. Komplikasi
a. Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
b. Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.

7. Pemeriksaan penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
a. Ultrasonografi (USG)Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara
frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini
dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan
kista, membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista
cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi
material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
b. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
c. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
8. Penatalaksanaan medis
a. Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral
dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kiste.
b. Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan
pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan
oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi
abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita
abdomen yang ketat.

9. Manifestasi klinis
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar
rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala
berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
a. Perut terasa penuh, berat, kembung
b. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
c. Haid tidak teratur
d. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
e. Nyeri sanggama
f. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
a. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
b. Nyeri bersamaan dengan demam
c. Rasa ingin muntah

B. Konsep Dasar Kecemasan


1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian individu
yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
khusus penyebabnya (Dalami, dkk 2014). Menurut Prasetyono pada tahun 2005
dalam Ireel, dkk (2018) kecemasan adalah penjelmaan dari berbagai proses
emosi yang bercampur baur, yang terjadi manakala seseorang sedang
mengalamai berbagai tekanan–tekanan atau ketegangan (stress) seperti perasaan
frustasi dan pertentangan batin (konflik batin). Menurut Walasary, dkk (2015)
kecemasan adalah pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik. Menurut Keliat, dkk (2013:15) kecemasan adalah suatu keadaan
perasaan yang kompleks berkaitan dengan perasaan takut, sering disertai oleh
sensasi fisik seperti jantung berdebar, napas pendek atau nyeri dada. Kecemasan
berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya objek/sumber
yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu.
Sedangkan kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang
secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan
adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu
atau tidak berdaya (Suliswati dkk, 2015).
Berdasarkan pendapat dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan
respon emosional yang diakibatkan oleh adanya tekanan yang dianggap
mengancam tanpa objek yang spesifik.

2. Tanda dan Gejala Kecemasan


Salah satu alat ukur kecemasan yang sering digunakan adalah Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang
dilakukan oleh Purnama pada tahun 2015 terhadap tingkat kecemasan menjelang
persalinan pada ibu hamil dan penelitian oleh Shadri, dkk pada tahun 2018
terhadap tingkat kecemasan siswa mengikuti aktivitas konseling kelompok.
Menurut Chrisnawati & Aldino (2019) HARS menggunakan serangkaian
pertanyaan dengan jawaban yang harus diisi oleh pasien sesuai dengan kondisi
yang dirasakan oleh pasien tersebut. Jawaban yang diberikan merupakan skala
(angka) 0, 1, 2, 3, atau 4. yang menunjukan tingkat gangguan dan setelah pasien
menjawab sesuai apa yang dirasakannya, maka hasilnya dapat dihitung dengan
menjumlahkan total skor yang didapat dari setiap soal (pernyataan). Validitas
instrumen HARS ditunjukan pada bagian Corrected Item-Total Correlation
seluruh soal memiliki nilai positif dan lebih besar dari syarat 0.05, sedangkan
reliabilitas ditunjukan dengan nilai Cronbach’s Alpha adalah 0.793 dengan
jumlah item 14 butir lebih besar dari 0.6, maka kuisoner yang digunakan
terbukti reliabel (0.793>0.6).
Menurut Saputro & Fazris pada tahun 2017 dalam Chrisnawati & Aldino
(2019), Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) pertama kali dikembangkan
oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan
baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk
mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa. Skala HARS
penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:
a. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah
tersinggung.
b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan lesu,
tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.
c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal
sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada kerumunan
orang banyak.
d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan
mimpi menakutkan.
e. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.
f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,
sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
g. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,
suara tidak stabil.
h. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa
lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.
i. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,
perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang sekejap.
j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik
napas, napas pendek/ sesak.
k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan,
nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung,
mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan turun, susah buang air
besar.
l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan air seni,
amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah, dan
impotensi.
m. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, dan
bulu roma berdiri.
n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut
kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan muka
merah.
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan
kategori:
0 = Tidak ada gejala sama sekali
1 = Satu gejala yang ada
2 = Sedang/separuh gejala yang ada
3 = Berat/ lebih dari separuh gejala yang ada
4 = Sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14
dengan hasil:
Skor <14 = tidak ada kecemasan
Skor 14-20 = kecemasan ringan
Skor 21-27 = kecemasan sedang
Skor 28-41 = kecemasan berat
Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali
Sedangkan menurut Keliat, dkk (2011:15) adapun tanda dan gejala dari
kecemasan antara lain :
a. Fisik : berupa sefalgia, jantung berdebar keras dan insomnia minimal 1
bulan, pusing, berkeringat, denyut jantung cepat atau keras, mulut kering,
nyeri perut, agitasi, tidak bisa santai, tremor.
b. Mental : berupa ketegangan mental, (cemas/bingung, rasa tegang atau gugup,
konsentrasi buruk)
Menurut Nevid, dkk dalam Annisa & Ifdil (2016) ada beberapa ciri-ciri
kecemasan, yaitu:
a. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya:
1) Kegelisahan, kegugupan
2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
3) Sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi
4) Kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada
5) Banyak berkeringat
6) Telapak tangan yang berkeringat
7) Pening atau pingsan
8) Mulut atau kerongkongan terasa kering
9) Sulit berbicara
10) Sulit bernafas
11) Bernafas pendek
12) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang
13) Suara yang bergetar
14) Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin
15) Pusing
16) Merasa lemas atau mati rasa
17) Sulit menelan
18) Kerongkongan merasa tersekat
19) Leher atau punggung terasa kaku
20) sensasi seperti tercekik atau tertahan
21) Tangan yang dingin dan lembab
22) Terdapat gangguan sakit perut atau mual
23) Panas dingin
24) Sering buang air kecil
25) Wajah terasa memerah
26) Diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”
b. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya:
1) Perilaku menghindar
2) Perilaku melekat dan dependen, dan
3) Perilaku terguncang
c. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:
1) Khawatir tentang sesuatu.
2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang
terjadi di masa depan.
3) Keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa
ada penjelasan yang jelas.
4) Terpaku pada sensasi ketubuhan.
5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan.
6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian.
7) Ketakutan akan kehilangan kontrol.
8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah.
9) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan.
10) Berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan.
11) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi.
12) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele.
13) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang.
14) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan
pingsan.
15) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan.
16) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.
17) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu
yang salah secara medis.
18) Khawatir akan ditinggal sendirian, dan
19) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.

3. Penyebab Kecemasan
Menurut Keliat, dkk (2013:15) penyebab kecemasan dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Genetik dan Early Learning
Gangguan ansietas cenderung diturunkan dalam keluarga. Bila ibu, bapak
atau keluarga dekat lainnya menderita ansietas, anaknya kemungkinan besar
mengalami ansietas.
b. Biokimia Otak
Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak (biokimiawi otak)
yang berhubungan dengan ketidakseimbangan neorotransmiter serotonin dan
dopamine.
c. Mekanisme Fight–Fight
Apabila seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan menyiapkan diri untuk
mempertahankan diri (fight) atau melarikan diri dari situasi dari situasi yang
membahayakan tersebut (fight). Mekanisme fight–fight tersebut
menyebabkan denyut jantung meningkat, pupil dilatasi, dan tubuh
menyiapkan diri terhadap situasi berbahaya tersebut.

4. Stresor yang Mempengaruhi Kecemasan


Menurut Suliswati (2015) terdapat stresor yang dapat mempengaruhi timbulnya
kecemasan, diantaranya:
a. Stresor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut
dapat berupa:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidaknyamanan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat memengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress
akan memengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan memengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
b. Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (missal:
kehamilan).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

5. Macam – Macam Kecemasan


Adapun macam–macam kecemasan menurut Sundari (2005:51), diantaranya:
a. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah. Misalnya: seseorang
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya atau
keyakinannya.
b. Kecemasan karena akibat melihat dan mengetahui bahaya yang mengancam
dirinya.
c. Kecemasan dalam bentuk yang kurang jelas, apa yang ditakuti tidak
seimbang, bahkan yang ditakuti itu hal/benda yang tidak berbahaya.
Menurut Lazarus dalam Nurlaila (2011), kecemasan dibedakan menjadi dua
yaitu:
a. State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu
yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Misalnya mengikuti ujian, menjalani
operasi. Keadaan tersebut ditentukan oleh perasaan ketegangan yang
subjektif.
b. Trait anxiety adalah disposisi untuk menjadi cemas didalam menghadapi
berbagai macam situasi (gambaran kepribadian) serta merupakan ciri atau
sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk
mengintepretasikan suatu keadaan sebagai suatu ancaman. Jadi kecemasan
ini merupakan pola kepribadian dan keadaan tersebut menetap pada individu
(bersifat bawaan), berhubungan dengan kepribadaian yang dimilikinya.

6. Tingkat Kecemasan
Menurut Peplau dalam Suliswati (2015:109), ada 4 tingkat kecemasan:

Respon Adaptive Respon Maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

a. Kecemasan Ringan
Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan
indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan
masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
1) Seseorang yang menghadapi ujian akhir.
2) Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan.
3) Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
4) Individu yang tiba–tiba dikejar anjing menggonggong.
b. Kecemasan Sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi
penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan
arahan orang lain.
1) Pasangan suami–istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan
risiko tinggi.
2) Keluarga yang menghadapi perpecahan (berantakan).
3) Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
c. Kecemasan Berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil
yan kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal–hal lain.
1) Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang
dicintai karena bencana alam.
2) Individu dalam penyanderaan.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena
hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun
dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan
hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya
disertai dengan disorganisasi kepribadian. Contohnya: individu dengan
kepribadian pecah/depersonalisasi.
Menurut Saputro & Fazris pada tahun 2017 dalam Chrisnawati & Aldino
(2019) terdapat lima tingkatan kecemasan pada skala HARS yang
ditentukan dengan cara menjumlahkan skor dari 14 simptom (gejala).
Adapun tingkatan kecemasan menurut skala HARS, diantaranya:
Skor <14 = Tidak ada kecemasan
Skor 14-20 = Kecemasan ringan
Skor 21-27 = Kecemasan sedang
Skor 28-41 = Kecemasan berat
Skor 42-56 = Kecemasaan berat sekali

7. Penangan Kecemasan
Miltenberger dalam Listyarini & Faidah, 2016 menyatakan bahwa terdapat 6
penanganan terhadap kecemasan, diantaranya:
a. Relaksasi otot (progressive muscle relaxation),
b. Pernafasan diafragma,
c. Imagery Training/Guided Imagery,
d. Biofeedbeck,
e. Hypnosis
f. Terapi Murottal
C. Konsep Terapi Murottal (Al-Qur’an)
1. Definisi murottal
Murottal adalah rekaman suara Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang
qori (pembaca Al-qur’an) (Siswantinah, 2011). Murottal juga dapat diartikan
sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur’an yang dilagukan oleh seorang qori
(pembaca Al-qur’an), direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat
serta harmonis (Purna, 2006).
Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif
bagi pendengarnya (Widayarti, 2011). Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang
dibacakan secara tartil dan benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa.
Lantunan ayat-ayat Al-qr’an secara fisik mengandung unsur-unsur manusia
yang meruoakan instrumen penyembuhan dan alat yang paling mudah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan
hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak (Heru,
2008).

2. Manfaat Terapi Murottal


Heru (2008) mengemukakan bahwa lantunan Al-qur’an secara fisik
mengandung unsur suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan
instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon endofrin alami, meningkat
perasaan rileks, mengalihkan perhatian, rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang
otak.
Murottal (ayat-ayat Al-qur’an) yang dibacakan dengan tartil mempunyai
beberapa manfaat antara lain:
a. Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012)
b. Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012)
c. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) dapat menyebabkan otak
memancarkan gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang
(Assegaf, 2013)
d. Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011)
Terapi murottal (membaca Al-qur’an) secara teratur adalah obat nomor satu
dalam menyembuhkan kecemasan (Gray, 2010).

3. Mekanisme Murottal Al-Qur’an sebagai Terapi


Setelah lisan kita membaca Al-qur’an atau mendengarkan bacaan Al-
qur’an impuls atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga
pembacanya.kemudian telinga memulai proses mendengarkan. Secara fisiologi
pendengaran merupakan proses dimana telinga menerima gelombang suara,
membedakan frekuensi dan mengirim informasi kesususnan saraf pusat. Setiap
bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi atau getaran udara akan diterima oleh
telinga. Getaran tersebut diubah menjadi impuls mekanik di telinga tengah dan
diubah menjadi impuls elektrik ditelinga dalam dan diteruskan melalui saraf
pendengaran menuju ke korteks pendengaran diotak.
Getaran suara bacaan Al-qur’an akan ditangkap oleh daun telinga yang
akan dialihkan ke lubang telinga dan mengenai membran timpani (membrane
yang ada di dalam telinga) sehingga membuat bergetar. Getaran ini akan
diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang bertautan antara satu dengan
lainnya. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium daan
ion natrium menjadi aliran listrikmelalui saraf N.VII (Vestibule Cokhlearis)
menuju otak tepatnya diarea pendengaran. Area ini bertanggung jawab unuk
menganalisis suara kompleks ingatan jangka pendek, perbandingan nada,
menghambat respon motorik yang diinginkan, pendengaran yang serius dan
sebagainya.
Dari daerah pendengaran sekunder (area interprestasi auditorik) sinyal
bacaan Al-qur’an akan diteruskan kebagian posterotemporalis lobus temporalis
otak yang dikenal dengan area wernicke. Diarea inilah sinyal dari area asosiasi
somatic, visual, dan auditorik bertemu satu sama lain. Area ini sering disebut
dengan berbagai nama yang menyatakan bahwa area ini mempunyai
kepentingan menyeluruh, area interprestasi umum, area diagnostik, area
pengetahuan, dan area asosiasi tersier. Area wernicke adalah area untuk
interprestasi menafsirkan atau memberi kesan bahasa dan sangat erat
hubungannya dengan area pendengaran primer sekunder. Hubungan yang erat
ini mungkin akibat peristiwa pengenalan bahasa yang diawali oleh pendengaran.
Setelah diolah diarea wernicke maka melalui berkas yang
menghubungkan dengan area asosiasi prefrontal (pemaknaan peristiwa) sinyal-
sinyal diarea wernicke dikirim ke area asosiasi prefrontal. Sementara itu
disamping diantarkan ke korteks auditorik primer dari thalamus, juga diantarkan
ke amigdala (tempat penyimpanan memory emosi) yang merupakan bagian
terpenting dari sistem limbik (sistem yang mempengaruhi emosi dan
perilaku).disamping menerima sinyal dari talamus (salah satu bagian otak yang
berfungsi menerima pesan dari indra yang diteruskan kebagian otak lain).
Amigdala juga menerima sinyal dari semua bagian korteks limbik
(emosi/perilaku) seperti juga neokorteks lobus temporal (korteks atau lapisan
otak yang hanya ada pada manusis), parietal (bagian otak tengah) dan oksipital
(otak belakang) terutama diarea asosiasi auditorik dan area asosiasi visual.
Talamus juga menjalankan simyal ke neokorteks (area otak yang
berfungsi untuk berfikir atau mengolah data serta informasi yang masuk keotak).
Di neokorteks sinyal disusun menjadi benda yang difahami dan dipilah-pilah
menurut maknanya, sehingga otak mengenali masing-masing objek dan arti
kehadiranya. Kemudian amigdala menjalankan sinyal ke hipokampus.
Hipokampus sangat penting untuk membantu otak dalam menyimpan ingatan
yang baru. Hal ini dimungkinkan karena hipokampus merupakan salah satu dari
sekian banyak jalur keluar penting yang berasal dari area “ganjaran” dan
“hukuman”. Diantara motivasi-motivasi itu terdapat dorongan dalam otak untuk
mengingat pengalaman-pengalaman, pikiran-pikiran yang menyenangkan, dan
tidak menyenangkan. Walaupun demikian membaca Al-qur’an tanpa mengetahui
maknanya juga tetap bermanfaat apabila pembacanya dengan keikhlasan dan
kerendahan hati. Sebab Al-qur’an akan memberikan kesan positif pada
hipokampus dan amigdala sehingga menimbulkan suasana hati yang positif.
Selain dengan membaca Al-qur’an kita juga dapat memperoleh manfaat dengan
hanya mendengarkannya, namun efek yang ditimbulkan tidak sehebat bila kita
membacanya dengan lisan Walaupun tidak memahami makna ayat-ayat Al-
qur’an yang kita dengar, tetapi apabila kita mendengarkannya dengan keikhlasan
dan cinta, Al-qur’an akan tetap berpengaruh positif terhadap suasana hati melalui
kesan yang ditimbulkan dalam amigdala dan hipokampus.

4. Pengaruh Murottal Terhadap Kecemasan


Murottal bekerja pada otak dimana ketika didorong dengan rangsangan
terapi murottal maka otak akan memproduki zat kimia yang disebut zat
neuropetide. Molekul ini akan menyangkut kedalam reseptor-reseptor dan
memberikan umpan balik berupa kenikmatan dan kenyamanan (Abdurrochman,
2008).
Mendengarkan ayat-ayat suci Al-qur’an, seorang muslim baik mereka
yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang
angat besar. Secara umum mereka merasakan adanya penurunan depresi,
kesedihan dan ketenangan jiwa (Siswantinah, 2011).
Mendengarkan murottal Al-qur’an terdapat juga faktor keyakinan, yaitu
agama islam. Umat Islam mempercayai bahwa Al-qur’an adalah kitab suci yang
mengandung firman-firmanNya daan merupakan pedoman hidup manusia.
Sehingga dengan mendengarkannya akan membawa subjek merasa lebih dekat
dengan Tuhan serta menuntun subjek untuk mengingat dan menyerahkan segala
permasalahan yang dimiliki kepada Tuhan, hal ini akan menambah keadaan
relaks
BAB III
HASIL PENERAPAN EBNP
I. Pengkajian
A. Data umum klien
1. Inisial klien : Ny. E
2. Usia : 36 Tahun
3. Status perkawinan : Kamin
4. Pendidikan terakhir : S1

B. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu


Keadaan
Jenis Masalah
No Tahun Penolong Bayi Saat
Persalinan Kehamilan
Lahir
1. 2011 Normal Bidan BB 3 Kg, Pj -
48
2. 2014 Normal Bidan 3,2 Kg , 52 Mual TM 1
Cm
3. 2017 SC Dokter 3,1 50 Cm -
4. 2020 Rencana SC Dokter - Klien mengeluh
nyeri pada perut
sebelah kanan
Klien mengeluh
kehamilan terasa
lebih besar

C. Riwayat ginekologi
1. Masalah ginekologi : Pada kehamilan ke 4 mengeluh nyeri pada perut
sebelah kanan dan kehamilan lebih besar
dibanding kehamilan sebelumnya.
2. Riwayat KB : Klien menggunakan pil KB

D. Riwayat kehamilan saat ini :


1. HPHT : 18 agustus 2020
2. Taksiran Partus : 25 Mei 2021
3. BB sebelum hamil : 65 kg
4. TD sebelum hamil : 120/70 mmhg

TB/B Presentasi Usia Keluha Data


Tgl TD TFU DJJ
B Janin Gestasi n lain
27/4/2 138/10 150/79 52 Kepala 146 36 Nyeri, -
1 1 perut
lebih
besar

E. Data umum kesehatan saat ini


1. Status obstetri : G4P3A0 H 36 m
2. Keadaan umum : Baik
3. Kesadaran : Kompos mentis TB : 150 BB: 75 kg
4. Tanda Vital : TD : 138/79 HR: 106 T:36,6 RR: 22
5. Pemeriksaan fisik
 Kepala dan leher
 Kepala : Simetris, pertumbuhan rambut merata, rambut
ikal, kulit kepala bersih
 Mata : Ikterik (-)
 Hidung : Bersih, tidak ada polip
 Mulutl : Mukosa bibir tidak kering, tidak ada gigi palsu,
ada 2 gigi berlubang
 Telinga : Bersih
 Leher : Tidak ada pembesaran
 Dada
 Jantung : Tidak ada nyeri tekan, pekak di area jantung,
bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan.
 Paru : Tidak nampak kesulitan bernapas, tidak
menggunakan otot bantu pernapasan,suara napas
vesikuler, tidak ada suara napas tambahan
 Payudara : Simetris, tidak ada benjolan
 Puting susu : Menonjol
 Pengeluaran Asi : Asi belum keluar
 Eliminasi
 Urin : 10-12 kali/ hari, tidak ada masalah
 BAB : 1-2 x/ hari
 Istirahat
 Pola tidur : kebiasaan tidur : tidak ada lama : 7 jam,
frekuensi: 2 kali sehari

 Pola tidur saat ini : tidur siang pukul14.00 sampai 15.00, dan malam
pukul 23.00 samapi pukul 05.00. Klien mengeluh
sulit tidur saat mersa nyeri dan sering terbangun
saat tidur.
 Abdomen
 TFU : 52 CM
 Leopold 1 : Teraba bulat, tidak melenting
 Leopold 2 : Pada perut kanan teraba keras, pada bagian sebelah kiri
teraba bagian lebih kecil
 Leopold 3 : Bagian terbawah terasa bulat dan melenting dan masih
bisa
digoyangkan
 Leopold 4 : -
 DJJ : 146 x/menit/ teratur
 Linea nigra : ada
 Striase : ada
 Fungsi pencernaan : normal
 Pengkajian Nyeri
 P : nyeri pada perut sebelah kanan
 Q : nyeri seperti tersayat
 R : nyeri disebelah kanan
 S : skala nyeri 6 (skala 1-10)
 T : nyeri terasa saat awal kehamilan, dan frekuensi
dan intensitas meniningkat seriring penambahan
usia kehamilan. Nyeri sering terasa saat klien
kelelahan
 Mobilisasi dan latihan
 Tingkat mobilisasi: klien masih mampu melakukan kegiatan sehari
hari, seperti mengajar via zoom dan memasak
 Latihan senam : klien tidak pernah melakukan senam hamil
 Nutrisi dan cairan
 Asupan nutrisi : klien makan dengan frekuensi sering dengan
jumalh yang sedikit
 napsu makan : baik / tidak
 Asupan cairan : klien minum 1,5 hingga 2 liter / hari
cukup/ kurang
 Ekstrmitas
 Ekstremitas atas :
- Edema : ya/ tidak, lokasi : -
- Varises : ya, tidak, lokasi : -
 Ekstremitas atas
- Edema : ya/ tidak, lokasi : -
- Varises : ya, tidak, lokasi : -

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematologi
Hemoglobin 10,6 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 34,8 % 32-65
Eritrosit 4,53 106/ul 4.4-5.9
Mch 23,4 Pg 27-32
Mcv 76,8 Fl 76-96
Mchc 30,5 g/dl 29-36
Leukosit 9,5 103/ul 3,6-11
Trombosit 290 103/ul 150-400
Rdw 16,7 % 11,6-14,8
Mpv 10,2 Fl 4-11
Kimia klinik
Glukosa sewaktu 63 Mg/dl 80-160
Sgot 19 u/l 15-34
Sgpt 15 u/l 15-60
Ureum 10 Mg/dl 15-39
Kreatinin 0,7 Mg/dl 0,6-1,3
Elektrolit
Natrium 138 Mmol/l 136-145
Calium 3,5 Mmol/l 3,5-5,0
Chlorida 103 Mmol/l 9,5-105

G. Terapi Farmakologi
Dexametasone 6 mg/12 jam
Dopamet metildepa 500 mg/ 8 jam
Ampicilin sulbactam 1,5 gr/ 8 jam
Bupivacain
Metoclopramid 10 mg/12 jam
Omeprazol40 mg/12 jam
Vit k 10 mg/12 jam
Asam tranexamat 500 mg/8 jam
Ca glucona 1 gr/12 jam

II. Analisa Masalah


N
DATA ETIOLOGI
O PROBLEM
1. DS: Nyeri akut NOK
1. P : Nyeri pada perut sebelah kanan
Q : Nyeri seperti tersayat Pre operasi
R : Nyeri terasa di sebelah kanan perut
S : 6 (1-10) Pembesaran
T : Nyeri sudah terasa saat awal massa pada
kehamilan, dan frekuensi dan intensitas ovarium
meningkat seiring penambahan usia
kehamilan. Nyeri sering terasa saat klien Penekanan saraf
kelelahan. pada sel tumor
DO:
1. Klien tampak lemah Nyeri akut
2. Pasien dengan G4P3A0 36 M (Agen pencedera
3. BB pada tanggal 26 April 2021: 79 kg fisiologis)
4. Tb : 150 cm
5. TFU : 52 cm
6. Tanda – tanda vital pada tanggal
27/04/2021
Pernapasan : 22 x per menit

Suhu : 36,1oC

Nadi : 98 x /menit

TD : 138/101 mmhg
2. DS : Ansietas NOK
1. Klien mengatakan cemas akan keadaanya
dirinya dan anaknya Pre operasi
2. Klien mengatakan tidak berani untuk
mencari tau informasi tentang penyakitnya Kurang terpapar
karena merasa sangat takut dengan informasi
informasi yang akan didapatkan
3. Klien mengatakan sulit tidur semenjak Kurang
mengetahui ada gangguan pada pengetahuan
kehamilannya
4. Klien mengatakan nafsu makannya Ansietas
menurun setelah mengetahui keadaannya
5. Klien mengatakan sangat bingung dengan (Kurang terpapar
kondisinya informasi)
DO:
1. Klien tampak cemas
2. Klien tampak gelisah
3. klien tampak tegang
4. TTV pada tanggal 27/04/2021
Pernapasan : 22 x / menit
Suhu : 36,1oC
Nadi : 98 x /menit
TD : 138/101 mmHg

III. Problem List


N
Tanggal Ditemukan DX KEP TTD
O
Nyeri akut b.d agen pencedera
1. 27 April 2021 Anggun
fisiologis (D.0077)
Ansietas b.d kurang terpapar
2. 27 April 2021 Anggun
informasi (D.0080)

IV. Intervensi Keperawatan


Intervensi
No Hari/Tanggal Dx
Tujuan Tindakan Ttd
1. Selasa , 27 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Pemantauan nyeri
tindakan
April 2021  Identifikasi faktor
keperawatan
selama 2 x 24 pencetus dan pereda
jam, diharapkan
nyeri
masalah nyeri
teratasi dengan  Monitor kualitas
kriteria hasil :
 Kemampuan nyeri
nyeri  Monitor lokasi dan
menurun
penyebaran nyeri
 Meringis
menurun  Monitor nyeri
 Gelisah dengan
menurun
menggunakan skala
 Kesulitan
tidur  Dokumentasikan
menurun hasil pemantauan
 Frekuensi 2. Pegaturan posisi
nadi
membaik  Monitor status
 Pola napas oksigenasi sebelum
membaik dan sesudah
 Pola tidur
mengubah posisi
membaik
 Tempatkan pada
posisi terupetik
 Atur posisi untuk
mengurangi sesak
 Tinggikan tempat
tidur bagian kepala
 Motivasi terlibat
dalam perubahan
posisi, sesuai
kebutuhan
 hindari pada posisi
yang dapat
meningkatkan nyeri
3. Edukasi teknik nafas
 Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
 Jelaskan tujuan dan
manfat teknik nafas
 Jelaskan prosedur
teknik nafas
 Anjurkan
memposisikan tubuh
senyaman mungkin
 Anjurkan menutup
mata dan konsetrasi
penuh
 Anjurkan
melakukan inspirasi
dengan menghirup
udara dari hidung
secara perlahan
 Anjurkan
melakukan ekspirasi
dengan
menghembuskan
udara dari mulut
mencucu secara
perlajan
 Demonstrsikan
menarik nafas
selama 4 detik,
menahan nafas
selama 2 detik dan
menghembuskan
nafas selama 8 detik
4. Manajemen nyeri
 Identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
 Identifikasi skala
nyeri
 Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas bidup
 Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
 Control lingkungann
yang memperberat
rasa nyeri
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
2. Selasa , 27 Ansietas Setelah dilakukan 1. Reduksi ansietas
tindakan
April 2021  Identifikasi saat
keperawatan
selama 2 x 24 tingkat ansietas
jam, diharapkan
berubah
masalah
kecemasan  Monitor tanda tanda
teratasi dengan
kriteria hasil : ansietas
 Verbalisasi  Ciptakan suasana
kebingunan teraupetik untuk
menurun menumbuhkan
 Verbalisasi kepercayaan
khawatir  Temani pasien untuk
akibat kondisi mengurangi
yang dihadapi kecemasan
menurn  Pahami situasi yang
 Prilaku membuat ansiets
gelisah  Dengan dengan
menurn penuh perhatian
 Prilaku tegang  Gunakan
menurun pendekatan yang
 Frekuensi tenang dan
perafasan meyakinkan
menurun  Informasikan secara
 Frekuensi factual mengenai
nadi menurun diagnosis,
 Tekanan pengobatan dan
darah prognosis
menurun  Anjurkan keluarga
 Pola tidr untuk tetap besama
membaik pasien
 Anjurkan
mengungkapkan
peasaan dan persepsi
2. Dukungan emosi
 Fasilitasi
mengungkapakan
perasaan cemas
marah atau sedih
 Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan
 Kuragi tuntan
berpikir saat saki
atau lelah
3. Anjurkan melakukan
teknik menenangkan
hingga perasaan menjadi
tenang (Terapi Murottal)

V. Implementasi Keperawatan
Hari, No. Dx Implementasi Respon TTD
tanggal,
jam
Rabu, 28 01 1. Memantauan nyeri Anggun
April 2021  Mengidentifikasi faktor  Klien mengatakan nyeri
13.10 pencetus dan pereda muncul saat ketika klien
nyeri beraktifitas dan mereda
 Memonitor kualitas nyeri ketika klien beritirahat
 Memonitor lokasi dan  Klien mengatakan nyeri
penyebaran nyeri seperti tersayat
 Memonitor nyeri dengan  Klien mengatakan lokasi
menggunakan skala nyeri pada perut sebelah
kanan
 Klien mengatakan skala
nyeri 6

13.15 01
2. Melakukan pegaturan posisi
 Klien mengatakan merasa
 Memonitor status
sesak ketika berbaring
oksigenasi sebelum dan
 Klien mengatakan merasa
sesudah mengubah posisi
lebih rileks setelah
 Meninggikan tempat tidur
dilakukan pengaturan
bagian kepala
posisi dengan meninggikan
 Memotivasi terlibat dalam
tempat tidur bagian kepala
perubahan posisi, sesuai
kebutuhan  Klien mengatakan dapat
melakukan perubahan
posisi secara mandiri
dengan menggunakan
bantal
13.30 01

3. Melakukan manajemen nyeri  Klien mengatakan merasa


 Memberikan teknik non lebih rileks dan nyeri
farmakologis untuk berkurang dengan skala 5
mengurangi nyeri (teknik
nafas dalam)
14.35 02

4. Mereduksi ansietas  Klien mengatakan tidak

 Memonitor tanda tanda berani untuk mencari tahu

ansietas lebih lanjut tentang

 Menemani pasien untuk keadaannya dan sangat


mengurangi kecemasan khawatir dengan keadaanya
 Menginformasikan  Klien dapat berkomuniasi
secara factual mengenai dengan baik saat ditemani
diagnosis, pengobatan oleh perawat
dan prognosis  Klien tampak
 Menganjurkan keluarga mendengarkan dengan
untuk tetap besama antusias saat diberikan
pasien
informasi mengenai
keadaannya
 Klien mengatakan selalu
ada anggota keluarga yang
menemaninya secara
bergantian

14.35 02  klien mengatakan selalu

5. Melakukan Teknik berdoa setiap kali

menenangkan melaksanakan sholat

 Menganjurkan berdoa, lima waktu dan

berzikir, membaca kitab mengatakan dengan

suci, ibadah sesuai agama berdoa menjadi lebih

yang dianut tenang dan dapat


mengurangi rasa cemas
terhadap keadaannya

14.40 02
6. Menganjurkan melakukan  Sebelum dilakukan
teknik menenangkan hingga penerapan terapi
perasaan menjadi tenang murottal tingkat
(terapi Murottal) kecemasan klien : 22
(kecemasan sedang),
setelah dilakukan terapi
murottal Tingkat
kecemasan klien : 15
(kecemasan ringan
Kamis, 01 1. Memantauan nyeri
29 April  Memonitor nyeri dengan  Klien mengatakan skala
2021 menggunakan skala nyeri 3
Pukul
12.06 2. Melakukan pegaturan posisi
 Memonitor status  Klien mengatakan
oksigenasi sebelum dan terasa sesak saat
sesudah mengubah posisi berbaring
 Meninggikan tempat tidur  Klien mengatakan sesak
bagian kepala berkurang saat tempat
tidur bagian kepala
ditinggikan

3. Melakukan manajemen nyeri  Klien mengatakan skala


 Memberikan teknik non nyeri 3
farmakologis untuk
mengurangi nyeri (teknik
nafas dalam)

4. Menganjurkan melakukan  Sebelum dilakukan


teknik menenangkan hingga penerapan terapi
perasaan menjadi tenang murottal tingkat
(terapi Murottal) kecemasan klien : 21
dan setelah dilakukan
terapi murottal Tingkat
kecemasan klien 14

VI. Evaluasi Keperawatan


No Tanggal Dx Catatan Keperawatan Tanda
Tangan
1. Kamis Nyeri S: Anggun
29 April akut
 Klien mengatakan nyeri berkurang
2021
 Klien mengatakan merasa lebih rileks
 Klien mengatakan skala nyeri yang dirasakan berkurang
menjadi 2
O:
 Klien tampak dapat melakukan teknik nafas sesuai yang
diinstruksikan dengan benar
 Klien tampak lebih rileks setelah dilakukan teknik nafas
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dillanjutkan secara mandiri

2. Kamis Ansietas S : Anggun


29 Apil
 Klien mengatakan masih cemas dengan keadaanya tetapi
2021
merasa lebih memahami dan mengerti dengan kondisi
kesehatan
 Klien mengatakan merasa lebih tenang dan kecemasan
berkurang setelah dilakuan terapi murottal Alqur’am
 Klien mengatakan merasa lebih tenang saat ada keluarga
yang mendampinginya di rumah sakit

O:

 Pada implementasi hari kedua tanggal 29 April 2021,


Sebelum dilakukan penerapan terapi murottal tingkat
kecemasan klien : 21 (kecemasan sedang)
 setelah dilakukan terapi murottal Tingkat kecemasan klien
14 (kecemasan ringan)
 rata rata penurunan tingkat kecemasan pasien setelah
dilakukan implementasi selama 2 hari adalah 7,3
 Keluarga (suami) tampak mendamping klien selama klien
di rawat di rumah sakit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan (terapi murottal)

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian sesudah diberikan terdapat penurunan tingkat


kecemasan seblum dan sesudah dilaukan terapi murottal (Al-Qur’an). Hasil ini
senada dengan beberapa penelitian yang terkait, meskipun waktu dan lama
penelitian berbeda, akan tetapi terdapat adanya pengaruh terapi murottal (Al-
Qur’an) terhadap tingkat kecemasan ibu hamil dengan NOK.

Hasil ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni & Deswita
pada tahun 2013 dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh terapi murotal
terhadap tingkat kecemasan menghadapi persalinan. Jenis penelitian ini
menggunakan quasy eksperimen dengan pendekatan one group pretest-posttest.
Subjek penelitian adalah 12 orang ibu hamil trimester ketiga di wilayah kerja
Puskesmas Andalas Padang dan pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Analisa data menggunakan wilcoxon dan hasil penelitian
membuktikan ada pengaruh terapi murotal terhadap tingkat kecemasan
menghadapi persalinan pada ibu trimester ketiga p = 0,007.

Penelitian lain yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh Wati,
dkk pada tahun 2020 dengan judul pengaruh terapi murottal al – qur’an terhadap
tingkat kecemasan pasien pre angiografi koroner. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh terapi murottal al- qur’an terhadap tingkat kecemasan pasien
pre angiografi koroner di ruang Cath Lab RSUD Raden Mattaher Jambi. Desain
penelitian yang digunakan kuantitatif dengan rancangan pre test post test with
control grup desain. Teknik pengambilan sample menggunakan purposive
sampling dengan sample 20 orang yang bertempat di Ruang Cath Lab RSUD
Raden Mattaher Jambi dan pengambilan data menggunakan kuisioner ZSAS
pengolahan data menggunakan uji paired T- test dan Independen T-test.
Didapatkan rerata nilai kecemasan pada kelompok intervensi sebelum diberikan
terapi murottal sebesar 62,80 (cemas sedang) dan sesudah diberikan terapi
murottal terjadi penurunan menjadi 49,20 (cemas ringan). Sedangkan pada
kelompok kontrol sebelum diberikan terapi murottal didapatkan nilai rerata
sebesar 58,30 (cemas ringan) dan sesudah diberikan terapi murottal terjadi
peningkatan menjadi 62,80 (cemas sedang).Ada pengaruh terapi murottal al-
qur’an dengan tingkat kecemasan pasien pre angiografi koroner di ruang Cath
Lab RSUD Raden Mattaher Jambi tahun 2019. Sehingga terapi murottal al-
qur’an ini dapat dipakai sebagai salah satu intervensi untuk mengatasi kecemasan
pada pasien pre angiografi koroner.

Murottal Al-Qur‟an merupakan rekaman suara Al-Qur‟an yang dilagukan


oleh seorang Qori’. Murottal atau lantunan suara dengan bacaan Al-Qur‟an
secara fisik mengandung unsur suara manusia, suara manusia merupakan
instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah
dijangkau. Suara dapat menurunkan hormonhormon stres, mengaktifkan hormon
endorphin yang alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian
dari rasa takut, cemas dan tegang. Memperbaiki system kimia tubuh sehingga
menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, dan
denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam
dan metabolisme yang lebih baik. 2 Seorang Qori’ (pembaca Al-Qur‟an)
memiliki karakteristik vokal suara yang merdu, Pitch atau nada yang mendukung
arti bacaannya, Tempo sesuai dengan tajwid dan lafalnya, Timbre dalam warna
dan kualitas suara yang terbaik sehingga digabungkan menjadi suara yang
Harmony. Tidak hanya menghasilkan suara yang indah tetapi juga
menyampaikan arti dari bacaan Al-Qur‟an tersebut secara baik. Hal ini
mempengaruhi emosional serta mendukung dalam terapi untuk memberikan efek
relaksasi

Hasil penelitian yang telah dilakukan Dr. Al Qadhi, direktur utama Islamic
Medicine Institute For Education and Research di Florida, Amerika Serikat,
tentang pengaruh mendengarkan ayat suci Al-Qur‟an pada manusia terhadap
perspektif fisiologis dan psikologis. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa
bacaan Al-Qur‟an menimbulkan efek relaksasi hingga 65%, bahwa
mendengarkan ayat suci Al-Qur‟an mampu mendatangkan ketenangan dan
menurunkan ketegangan otot syaraf reflektif, menyembuhkan penyakit serta
pengaruh positif yang sangat signifikan dalam menurunkan ketegangan (stres)
pada pengukuran kualitatif maupun kuantitatif. 9 Hal ini menjelaskan mengapa
saat mengengarkan musik atau suara tertentu dengan tempo yang tinggi detak
jantung meningkat. Saat mendegar musik atau murottal dengan tempo (BPM)
yang rendah (55- 70 bpm), detak jantung akan melambat dan tubuh akam
menjadi relaks. Endorfin yang merupakan zat „candu‟ alamiah di otak, akan
dilepaskan saat tubuh merasa rileks. Hormon-hormon stres yang meliputi
AdreronocorticotripoicHormone (ACTH), Prolactin, dan Growth Hormone
(GH), dalam darah akan serasi kadarnya saat mendengarkan musik. 15
Mekanisme terapi murottal terhadap perubahan kecemasan pada sistem indra
pendengaran terdapat telinga yang terdiri dari tiga bagian : telinga luar, tengah,
dan dalam. Telinga luar dan telinga dalam menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam yang berisi cairan. Tepatnya di koklea sebuah reseptor
yang mengubah suara menjadi impuls saraf. Sistem pendengaran ini akan
mampu membedakan atau mengidentifikasi suara “apa” dan “dimana”. 19
Telinga mengubah gelombang suara menjadi gerakan bergetar membran basilaris
yang menekuk rambut-rambut reseptor maju mundur. Deformasi mekanis ini
menghasikan potensial aksi yang dikirim ke otak, gelombang suara di
terjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat diterima oleh otak sebagai sensasi
suara. Indra pendengaran telinga ini berhubungan erat dengan sistem persarafan
terutama saraf kranalis dan saraf pusat. Batang otak menggunakan masukan
pendengaran atau audiotorik dan nukleus genikuantum medialis di thalamus
untuk menyalurkan sinyal ke korteks terutama temporalis kiri dan kanan karena
serat saraf audiotorik bersilangan secara parsial di batang otak, oleh karena itu
gangguan di salah satu sisi sebelah batang otak sama sekali tidak mempengaruhi
sinyal listrik dari impuls gelombang suara sampai ke korteks selebri. Lobus
temporalis tersebut akan mengintegrasikan berbagai suara menjadi berarti
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion natrium
menjadi aliran listrik yang melalui saraf nervus VIII (vestibule cokhlearis)
menuju ke otak, tepatnya di area pendengaran. Setelah mengalami perubahan
potensial aksi yang dihasilkan oleh saraf auditorius, perambatan potensial aksi ke
korteks auditorius (yang bertanggung jawab untuk menganalisa suara yang
kompleks, ingatan jangka pendek, perbandingan nada, menghambat respon
motorik yang tidak diinginkan, pendengaran yang serius, dan sebagainya.
Diterima oleh lobus temporal otak untuk mempresepikan suara. Talamus sebagai
pemancar impuls akan meneruskan rangsang ke amigdala (tempat penyimpanan
memori emosi) yang merupakan bagian penting dari system limbik (yang
mempengaruhi emosi dan perilaku). Dengan adanya stimulasi terapi murottal Al-
Qur‟an atau gelombang suara dapat menstimulasi pengaktifan dopamine yang
secara fisiologis berperan dalam meningkatkan kewaspadaan seseorang. Selain
itu stimulasi terapi Murottal AlQur‟an atau gelombang suara dapat memberikan
efek ketenangan dengan merangsang opioid (morfin) dan serotonin di dalam
tubuh yang memungkinkan perubahan fisiologis yang menunjukan adanya
penurunan derajat ketegangan sistem saraf otonom (automatic nervous system).
12 Sama halnya membaca Al-Qur‟an mempengaruhi proses kimiawi yang terjadi
dalam tubuh manusia sehingga dapat berfungsi aktif dan sempurna.
Persenyawaan kimia gen yang melibatkan AND (Asam Deoksiribo Nukleat) dan
ARN (Asam Ribo Nukleat) mengatur kode-kode, kemudian diterjemahkan dalam
bentuk hormon-hormon dan enzim-enzim. Semuanya dapat dipengaruhi
sekaligus menurunkan menurunkan emosi (temperamental) pada diri manusia
secara kimiawi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Murotal merupakan salah satu musik yang memiliki pengaruh positif bagi
pendengarnya. Mendengarkan ayat-ayat Al-qur’an yang dibacakan secara tartil dan
benar, akan mendatangkan ketenangan jiwa. Lantunan ayat-ayat Al-qr’an secara fisik
mengandung unsur-unsur manusia yang meruoakan instrumen penyembuhan dan alat
yang paling mudah dijangkau. Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress,
mengaktifkan hormon endofrin alami, meningkatkan perasaan rileks, memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi dan aktivitas gelombang otak. Suara dapat
menurunkan hormon-hormon endofrin alami, meningkat perasaan rileks,
mengalihkan perhatian, rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia
tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
Murottal (ayat-ayat Al-qur’an) yang dibacakan dengan tartil mempunyai beberapa
manfaat antara lain:
e. Memberikan rasa rileks (Upoyo, 2012)
f. Meningkatkan rasa rileks (Heru, 2012)
g. Terapi murottal (membaca Al-qur’an) dapat menyebabkan otak memancarkan
gelombang theta yang menimbulkan rasa tenang (Assegaf, 2013)
h. Memberikan perubahan fisiologis (Siswantinah, 2011)
Terapi murottal (membaca Al-qur’an) secara teratur adalah obat nomor satu dalam
menyembuhkan kecemasan (Gray, 2010).

B. Saran
Bagi tenaga kesehatan, terapi Murottal Al-Quran dapat diaplikasikan oleh petugas
kesehatan untuk mengurangi tingkat kecemasan pada ibu dengan NOK dalam
menghadapi berbagai pengobatan yang akan dijalaninya.
DAFTAR PUSTAKA

HR, Risnawati. 2017. Efektivitas Terapi Murottal AL-Qur’an Dan Terapi Musik Terhadap
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan Smester VII UIN Alauddin
Makassar. (Skripsi)) No. 2. Diaskes pada 5 Desember 2020.

Anggarawati, Desy & Siti Nurina Hakim. 2018. Kontrol Diri Dan Kecemasan Siswa SMA
Dalam Menghadapi Ujian Nasional. Jurnal Riset Dan Konseptual 3(4). Januari 4,
2020 http://www.jurnal.unublitar.ac.id/index.php/briliant

Annisa, Dona Fitri & Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety)Pada Lanjut Usia
(Lansia).5(2).1412-9760.Januari4,2020. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

Chrisnawati, Giantika & Tutuk Aldino. 2019. Aplikasi pengukuran tingkat kecemasan
berdasarkan skala hars berbasis android. 5(2). 2442-2436. Februari 15, 2020.
https://www.researchgate.net/publication/336064533_Aplikasi_Pengukuran_Tingkat_
Kecemasan_Berdasarkan_Skala_Hars_Berbasis_Android

Dalami, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans
Info Media

Demak, Indah Puspitasari Kiay & Suherman. 2016. Hubungan umur, jenis kelamin
mahasiswa dan pendapatan orang tua dengan tingkat kecemasan pada mahasiswa
pendidikan sarjana program studi pendidikan dokter FKIK universitas tadulako. 3(1).
Maret 26, 2020.

Jahja, Yudrik. 2015. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Keliat, dkk. 2013. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin & Rahmita Nuril Amalian.2019.Terapi Komplementer


Konsep dan Aplikasi Dalam Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru

Purwanto, Heri. 2012. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Repi, dkk. 2018. Aku, Remaja yang Positif. Jakarta : Elex Media Komputindo
Wahyuni & Deswita. 2013. Pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan
menghadapi persalinan pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas andalas. Ners
jurnal keperawatan. Vol 9 (2). 111-122.
http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/59

Anda mungkin juga menyukai