Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN NEOPLASIA :

KISTA OVARI

DISUSUN OLEH :

1. RIZA FITRIANI ( 20201308 )


2. RIZKY NUR BAITI ( 20201309 )
3. ROHMA AFIFAH ( 20201310 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

AKPER KARYA BAKTI HUSADA YOGYAKARTA

2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya saya diberikan kesehatan dan kesempatan sehingga saya
bisa menyelesaikan makalah KMB III yang berjudul " ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN GANGGUAN NEOPLASIA KISTA OVARI " dengan tepat waktu guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang diampu oleh Ibu Eni Purwaningsih,
S.Kep.,Ns

Tak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar menjadikan makalah ini lebih
baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bantul, 3 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Neoplasia secara harfiah diartikan sebagai pertumbuhan sel baru dalam tubuh suatu organisme. Sel baru
yang terbentuk itu disebut dengan neoplasma. Neoplasma merupakan kumpulan sel abnormal yang
terbentuk oleh sel - sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh (Robbins, 2010).
Kista ovarium adalah bentuk neoplasma pada ovarium yang bersifat jinak, memiliki struktur dinding
yang tipis, mengandung cairan serosa, dan sering terjadi pada wanita dimasa reproduksinya, sebagian besar
kista terbentuk karena perubahan kadar hormone yang terjadi selama siklus haid, produksi, dan pelepasan sel
telur dari ovarium (Owen, 2010).
Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita.
Perjalanan penyakit yang sillent killer atau secara diam diam menyebabkan banyak Wanita yang tidak
menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarim dan hanya mengetahui pada saat kista sudah dapat
teraba dari luar atau perut yang tampak membesar (Manuaba, 2010).
Kista ovarium adalah suatu jenis tumor yang berupa kantong abnormal berisi cairan yang tumbuh dalam
indung telur (ovarium). Penyebab dari kista ovarium belum diketahui dengan pasti, namun ada beberapa
faktor yang bisa menyebabkan kista ovarium yaitu riwayat keluarga dengan kanker ovarium ataupayudara,
faktor lingkungan seperti palutan zat radio aktif, ketidakseimbangan hormon estrogen maupun progesteron,
siklus haid tidak teratur, menstruasi di usia dini ,penggunaan obat pelangsing tubuh serta pola hidup yang
tidak sehat (Wahyuni, 2012).

B. Tujuan

1. Pengembangan Ilmu Keperawatan


Menambah keluasan ilmu terapan bidang keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
dengan penyakit gangguan neoplasia kista ovari.
2. Penulis
Memperoleh pemahaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien penyakit gangguan
neoplasia kista ovari.

C. Manfaat.

1. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi para
praktisi kesehatan maupun mahasiswa dan sebagai informasi serta referensi kepustakaan mengenai
masalah reproduksi khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan neoplasma kista ovarium .
2. Bagi Penulis Penulisan karya ilmiah akhir ini menjadi wadah bagi penulis dalam melakukan asuhan
keperawatan dan mampu menyelesaikan masalah pasien dengan penyakkit neoplasma kista ovarium .

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran
pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi
perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar (prawirohardjo,2009). Kista ovarium merupakan salah
satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium
disebabkan oleh ganguan (pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium
yang bersifat ganas disebut kanker ovarium. Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya yang berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (nugroho, 2010).

2. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh ganguan (pembentukan) hormone pada
hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahanbahan tambang. Seperti
penelitian yang pernah dilakukan oleh Intan Ayu Maulina (2013) dalam penelitiannya dengan judul “Asuhan
Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny.M Umur 47 Tahun dengan Post Salpingo Oophorektomi Dextra
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang” menuliskan bahwa beberapa factor resiko berkembangnya
kista ovarium, adalah wanita yang biasanya memiliki:
o Riwayat kista terdahulu
o Siklus haid tidak teratur
o Perut buncit
o Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
o Sulit hamil
o Penderita hipotiroid

3. Klasifikasi

A. Kista Ovarium Nonneoplastik


a) Kista Folikel
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada didalamnya. Terbentuk
kantung berisi cairan atau lender di dalam ovarium (dr.faisal Yatim,2005). Kista ini berasal dari
folikel degraf yang tidak sampai ber ovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh esterogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau beberapa, dan
besarnya biasanya dengan diameter 1-1½ cm. Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi sebesar jeruk
nipis.
Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena
tekanan di dalam kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan sering kali
mengandung esterogen; oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid.
Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang spontan, atau bisa terjadi rupture dan kista
menghilang pula. Dalam menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah kista yang dihadapi itu
neoplasma atau kista folikel. Umumnya, jika diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat ditunggu
dahulu karena kista folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri (Prawirohardjo, 2007).
b) Kista korpus luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista fungsional. Kista ini timbul
5
karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan
yang kadang-kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya timbul rasa sakit
yang berat di rongga panggul (dr.faisal Yatim,2005).
c) Kista theka-lutein
Disebabkan stimulasi berlebihan terhadap theka lutein oleh kadar gonadotropin yang bersirkulasi
akibat kehamilan ektopik, mola hidatidosa, terapi hormone esterogen, atau koriokarsinoma
(Sinclair,2010).
d) Polikistik kista
Menurut Yatim (2005), polikistik ovarium ditemukan pada 5- 10% perempuan usia dewasa tua
sampai usia menopause, yang timbul karena gangguan perkembangan folikel ovarium yang tidak
timbul ovulasi. Penderita polikistik ini juga sering terlihat bumilia, androgen meningkat dan prolactin
darah juga meningkat (hiperprolaktinemia). Publikasi lainmengemukakan bahwa sindrom polikistik
terdapat pada 5-10% perempuan menjelang umur menopause. Kejadian ini berkaitan dengan
gangguan hormon yang mulai terjadi pada kelompok umur tersebut. Perempuan yang menderita
polikistik dapat diketahui, antara lain:
 Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligo-menorrea).
 Tidak keluar darah menstruasi (amenorrea).
 Tidak terjadi ovulasi.
 Mandul.
 Berjerawat.
e) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germanitivum pada
permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya
jarang melebihi diameter 1 cm. kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan
histoligik ovariumtang diangkat waktu operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium;
dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus
(prawirohardjo,2007).

B. Kista neoplastic jinak


a) Kistoma ovary simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar. Dindidng kista tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya tangakai, dapat terjadi torsi
(putaran tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.diduga bahwa kista ini suatu kistadinoma serosum,
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista. Tetapi terdiri atas
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera
diperiksa secara histologic untuk mengetahui apakah ada keganasan (prawirohardjo,2007).
b) Kistadenoma ovari serosum
Kista serosa menyebabkan 20-50% dari semua neoplasma ovarium dan 35-40% kanker ovarium.
Sekitar 70% tumor serosa jinak, 5- 10% mempunyai perbatasan potensial ganas dan 20-25% ganas.
Kistadenoma serosa paling sering terjadi pada wanita berumur 30-50 tahun dan karsinoma serosa
terjadi pada wanita >40 tahun. Tumor dapat membesar hingga mengisi rongga abdomen tetapi
biasanya mencapai berat 4,5-9 kg. gejala yang dilaporkan sedikit. Kista serosa biasanya ditemukan
pada pemeriksaan rutin panggul. Kista ini tidak menghasilkan hormone. Mula-mula kista serosa
unilokuler, berisi cairan tipis kekuningan dan mempunyai kapsul fibrosa yang licin halus. Kemudian
menjadi multilokuler dan timbul pertumbuhan papiler pada permukaan dalm dan luar. Secara
histologis tumor serosa terdiri atas sel-sel epitel bersilia menyerupai tuba falopii (sel kuboid atau
6
kalumner rendah). Seringkali terdapat masa keras berkapur, kecil, menyerupai pasir, tajam (badan
psammoma) dalam kista. kista ini berdiferensiasi baik ( terutama pada wanita yang lebih muda)
sedangkan lesi anaplastic lebih lazim pada pasien yang lebih tua (benson dan pernoll, 2009).
c) Kistadenoma ovarii musinesom
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer, ia mungkin berasal dari suatu teratoma
di mana dalam mertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain
(prawirohardjo,2007).
d) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam terdapat satu lapisan sel-
sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista ini yang ditemukan oleh Sartesson dalam
tahun 1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii (prawirohardjo,2007). Kepentingan
neoplasma endometrioid bukan karena frekuensinya (kira-kira 5%). Tetapi karena kemungkinan
keganasannya (kira-kira 20% dari semua karsinoma ovarii). Karsinoma endometrioid biasanya
terjadi pada wanita umur 40-60 tahun (benson dan pernoll, 2009). e) Kista dermiod Sebenarnya kista
dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-struktur eksodermal dengan
diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak Nampak lebih menonjol daripada elemenelemen entoderm dan mesoderm.
Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari
sel telur melalui proses parthenogenesis. Kista dermoid paling sering terjadi selama usia
reproduksidini (18-30 tahun).kista dermoid dapat sangat kecil tetapi kebanyakan mencapai 0,5 jg dan
dapat jauh lebih besar (Benson dan Pernoll,2009).
4. Gejala secara umum
Menurut dr. Faisal Yatim (2005) gejala kista secara umum, antara lain:
 Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak gatal
 Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh bergerak
 Rasa nyeri segera timbul begitu siklus mentruasi selesai. Perdarahan menstruasi tidak
seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tidak
keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau siklus menstruasi tidak teratur.
 Perut membesar.
Menurut manuaba (2009) gejala (keluhan) klinis tumor indung telur, antara lain:
a. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat melakukan pemeriksaan rutin.
Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum berbahaya kecuali bila di jumpai
pada ibu yang telah mati haid (menopause atau setelah menopause). Besarnya tumor
dapat mendesak ke segala arah yang menimbulkan gangguan berkemih dan buang air
besar, terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut.
b. Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormone wanita yang paling
utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon.
Gangguan hormone selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan
gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan
hormone.
c. Gejala klinis yang terjadi karena komlikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat
berbentuk infeksi kista indung telur (demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas,
penderita tampak sakit), mengalami torsi pada tangkai (dengan gejala perut mendadak
sakit hebat, dan keadaan umum penderita cukup baik).

Menurut Yatim (2005) pemeriksaan yang biasa yang dilakukan pada perempuan yang dicurigai
menderita kista fungsional, antara lain:
7
 Pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi apakah ada pembesaran kista.
 Pemeriksaan kadar Human Chorionik Gonadotropin (HCG) di dalam serum untuk
menyisihkan ada-tidaknya kehamilan.
 Pemeriksaan USG atau CT Scan untuk mendeteksi adanya kista.
 Pemeriksaan CA-125 untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
 Pemeriksaan hormone seperti LH (Lactogenic), FSH (Folikel Stimulating), estradiol
dan esterogen.
5. Pathway

6. Patofisiologi
kista ovarium Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan kegagalan
pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan
berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang
tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan
8
sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium
(corvin, E.J 2008).

1) Komplikasi kista ovarium Menurut Sinclair (2010), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium
diantaranya: 1) Torsi Torsi (melilit) meliputi ovarium, tuba falopii, atau ligamentum rotundum pada
uterus. Jika dipertahankan, torsi ini dapar berkembang menjadi infark, peritonitis, dan kematian.
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista atau karsinoma, TAO, atau massa yang tidak
melekat, atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul di antara
wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah,
mual, dan muntah. Suatu massa nyeri tekan terlihat pada sisi yang terkena. Dapat terjadi demam dan
leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilahan; adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji,
dan adneksa gangrene dibuang. Setiap kista yag ada juga dibuang dan dievaluasi secara histologis.
2) Rupture Rupture kista folikuler menyebabkan timbulnya nyeri yang akut dan singkat. Rupture pada
kista korpus luteum, yang sangat banyak memiliki pembuluh darah, dapat menyebabkan perdarahan
yang mengancam jiwa. Nyeri akut tidak dapat dibedakan dari kehamilan ektopik yang rupture, tetapi
HCG serum negative. Nyeri tekan pelvis yang difus terdeteksi pada pemeriksaan pelvis dan
seringkali terjadi unilateral pada sisi ayng terkena. Suatu masa dapat terdeteksi melalui palpasi.
Distensi abdomen dan syok terjadi pada perdarahan hebat. Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosis, dan menunjukan massa adneksa kistik yang kompleks dengan cairan bebas
dalam kul de sak. Adanya kehamilan intrauterus dapat terdeteksi dan mengurangi kemungkinan
kehamilan ektopik. Pengangkatan kista melalui upaya bedah dibutuhkan jika pasien secara
hemodinamik tidak stabil atau jika diagnosis tidak pasti. Jika kehamilan kurang dari 12 minggu,
korpus luteum harus diangkat, suplementasi progesterone akan mempertahankan kehamilan.

7. Penatalaksanaan kista ovarium


a. Observasi Kebanyakan kista ovrium terbentuk normal yang disebut kista fungsional dimana setiap
ovulasi, telur dilepaskan keluar ovarium dan terbentuklah kantung sisa tempat telur. Kista ini
normalnya akan mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab itu, dokter
menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk meyakinkan apakah kistanya
sudah betul-betul menyusut (Yatim, 2005).
b. Pemberian hormone Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi, dengan pemberian obat pil
KB (gabungan esterogen-progesteron) boleh ditambahkan obat anti androgen progesterone
cyproteronasetat (Yatim, 2005).
c. Terapi bedah atau operasi Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala, dan ukuran
besar kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan masih menstruasi, biasanya
tidak dilakukan pengobatan dengan operasi. Tetapi bila hasil pada sonogram, gambaran kista
bukan kista fungsional dan kista berukuran besar, biasanya dokter menganjurkan untuk
mengangkat kista dengan operasi. Begitu pula bila perempuan sudah menopause dan dokter
menemukan adanya kista, sering kali dokter yang bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan
jalan operasi meskipun kejadian kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi, apabila si
permpuan berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker (Yatim, 2005).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi menurut yatim, (2005) yaitu:
 Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat
tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopidimasukan kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada
dinding perut, yaitu sayatan searah dengan rambut kemaluan.
 Apabila kistanya agak besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini
9
dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparatomi, kistabisa diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar limfe.

Metode pembedahan:
a) Laparaskopi adalah dengan pembiusan secara umum (general anastesi). Luka sayatan pada dinding
perut sekitar 1 cm. Dengan video laparaskopi bisa terlihat baik bagian-bagian rongga perut dan bagian
depan rongga panggul. Dengan kombinasi penggunaan alat pembuka (koagulator), electro surgery,
dan ultrasonic, dan ultrasonic surgery atau sinar laser dilakukan pengangkatan miom dan perbaikan
dinding uterus kaya dengan pembuluh darah, hingga perlu teknik-teknik tertentu untuk mengatasi
komplikasi perdarahan (Yatim, 2008).
b) Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Yang dimaksud pembedahan
laparatomi adalah berbagai jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, Operasi pada ovarium.
c) Ooforektomi adalah pengangkatan ovarium.
d) Histerektomi Histerrektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya
prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan
dengan alas an mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan (Prawirohardjo,
2007).

10
11

Anda mungkin juga menyukai