B. Definisi
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon
yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air,
darah , nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista
banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2015)
Kista ovarium juga merupakan rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional
karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista
fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa waktu (1-3
bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas
indung telur (Yatim, 2015).
C. Etiologi
Menurut Nugroho (2013), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah
bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat
arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah
sebagai berikut :
a) Riwayat kista terdahulu
b) Siklus haid tidak teratur
c) Perut buncit
d) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e) Sulit hamil
f) Penderita hipotiroid
D. Patofisiologi
Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau
folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya
membesar sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa
ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke
rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi,
folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan
terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi
gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista. Kista juga dapat
terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan
andorogen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang
mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium
(Corvin, 2015)
E. Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Tetapi, terkadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
a) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b) Nyeri selama berhubungan seksual
c) Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ
tubuh lainnya sudah terkena
d) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
e) Wanita post menoupause : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus atau asietas
F. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro ( 2014) klasifikasi kista ovarium antara lain:
1. Kista Ovarium Non Neoplastik
Kista ovarium non neoplastik , antara lain:
a) Kista Folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Kista ini
berdiameter 1-1 cm Kista ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis.
Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa
lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista,
terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan
sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-
kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama
kelamaan mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur
dan kista menghilang.
b) Kista Korpus Luteum Korpus luteum disebut kista korpus luteum
jika berukuran > 3 cm , kadangkadang diameter kista ini dapat
sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm. Dalam keadaan normal korpus
luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi korpus albikans.
Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah
coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amonorea diikuti oleh pendarahan yang
tidak teratur.
c) Kista Teka Lutein Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan
jarang terjadi dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum.
Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan.
Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya
mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan
pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya
rasa penuh atau menekan pada pelpis (Benson, 2014).
Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.
d) Kista Inkusi Germinal Tumor ini lebih banyak terdapat pada
wanita usia lanjut, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan
histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak
di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel, berisi cairan jernih.
e) Kista Endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di
ovarium. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri.
Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium atau pun di
luar uterus.
DAFTAR PUSTAKA
Benson. 2015 Buku Saku Obsetri Dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC
Dewi. 2015 Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri , Yogyakarta : Nuha Medika
Manuaba. 2014 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Jakarta : EGC
Nugroho. 2013 Asuhan Keperawatan Maternitas , Jakarta : Salemba Medika
Yatim. 2015 Ilmu Kandungan Yayasan bina Pustaka Edisi 2 , Jakarta : Salemba
Medika