Anda di halaman 1dari 11

A.

ANATOMI FISIOLOGI GENETALIA WANITA

Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan


tidak dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia
terdiri dari:
1. Rahim (uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr.Terletak
dipanggul kecil diantara rectum dan di depannya terletak kandung
kemih. Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligament yang kuat,
sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat
kehamilan.Rahim juga merupakan jalan lahir yang penting dan
mempunyai kemampuan untuk mendorong jalan lahir.
Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak pada pangkal saluran telur.Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan
b) Korpus uteri
Bagian uteri yang terbesar pada kehamilan, bagian berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uuteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
innternum.Lapisan-lapisan uterus meliputi endometrium,
myometrium, dan parametrium.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dengan panjang 12 cm merupakan bagian yang
paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital
dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan
ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya
pembuahan (fertilitas).
3. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul dan
digantung ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding
panggul oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur
merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi.
Indung telur mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti
kanan dan kiri.
4. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan,
yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif terhadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.

B. Definisi
Kista Ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon
yang beisi cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air,
darah , nanah, atau cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista
banyak terjadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi (Dewi, 2015)
Kista ovarium juga merupakan rongga berbentuk kantong berisi
cairan di dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional
karena terbentuk setelah sel telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista
fungsional akan mengerut dan menyusut setelah beberapa waktu (1-3
bulan), demikian pula yang terjadi bila seseorang perempuan sudah
menopause, kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas
indung telur (Yatim, 2015).
C. Etiologi
Menurut Nugroho (2013), kista ovarium disebabkan oleh
gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan
ovarium. Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah
bahan karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat
arang, bahan-bahan tambang.
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah
sebagai berikut :
a) Riwayat kista terdahulu
b) Siklus haid tidak teratur
c) Perut buncit
d) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
e) Sulit hamil
f) Penderita hipotiroid
D. Patofisiologi
Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih mudah atau
folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya
membesar sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa
ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke
rahim melalui saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi,
folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan
terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika terjadi
gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista. Kista juga dapat
terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon
LH tinggi pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan
andorogen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal yang
mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium
(Corvin, 2015)
E. Manifestasi klinis
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Tetapi, terkadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
a) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b) Nyeri selama berhubungan seksual
c) Masa diperut bagian bawah dan biasanya bagian-bagian organ
tubuh lainnya sudah terkena
d) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
e) Wanita post menoupause : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus atau asietas
F. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro ( 2014) klasifikasi kista ovarium antara lain:
1. Kista Ovarium Non Neoplastik
Kista ovarium non neoplastik , antara lain:
a) Kista Folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel. Kista ini
berdiameter 1-1 cm Kista ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis.
Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa
lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista,
terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan
sering kali mengandung estrogen, oleh sebab itu kista kadang-
kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama
kelamaan mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur
dan kista menghilang.
b) Kista Korpus Luteum Korpus luteum disebut kista korpus luteum
jika berukuran > 3 cm , kadangkadang diameter kista ini dapat
sebesar 10 cm, rata-rata 4 cm. Dalam keadaan normal korpus
luteum lama kelamaan mengecil dan menjadi korpus albikans.
Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah
coklat. Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amonorea diikuti oleh pendarahan yang
tidak teratur.
c) Kista Teka Lutein Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan
jarang terjadi dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum.
Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan.
Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan (misalnya
mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium polikistik dan
pemberian zat perangsang ovulasi. Gejala yang timbul biasanya
rasa penuh atau menekan pada pelpis (Benson, 2014).
Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan.
d) Kista Inkusi Germinal Tumor ini lebih banyak terdapat pada
wanita usia lanjut, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm.
Kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan
histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak
di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel, berisi cairan jernih.
e) Kista Endometrium Kista ini endometriosis yang berlokasi di
ovarium. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavun uteri.
Jaringan endometrium terdapat di dalam miometrium atau pun di
luar uterus.

2. Kista Ovarium Neoplastik


Kista ovarium neoplastik, antara lain:
a) Kistoma Ovarii Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding
kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan berwarna kuning.
Pada dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubungan
adanya tangkai dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala
gejala mendadak.
b) Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua
neeoplasma ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker ovarium.
Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar
(>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis
dan terutama ditemukan pada dua kelompok umur (10-30 tahun
dan >40 tahun). Biasanya tidak menimbulkan gejala selain rasa
penuh akibat adanya massa dalam perut.
c) Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin dan berwarna keabuabuan. Ciri khas kista ini
ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50 % dan keluar pada permukaan kista sebesar 5 %. Isi kista cair,
kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.
d) Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai
lapisan epitel endometrium. Kista ini ditemukan oleh Sartesson
tahun 1969, kista ini tidak ada hubungannya dengan
endometriosis ovarii.
e) Kista Dermoid
Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih dan keabu-abuan, dan agak tipis. Pada umumnya terdapat
satu daerah pada dinding bagian dalam yang menonjol dan
padat. Kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi)
dengan gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.
G. Pemeriksaan penunjang
Terdapat beberapa metode yang dapat membantu menegakkan
diagnosis, yaitu sebagai berikut (Manuaba, 2014) :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor tersebut.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas tumor
apakah berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kemih.Apakah tumor kistik atau solid dan dapatkan dibedakan
pula antara ciran dalam ringga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna unruk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi
dalam tumor.
4. Parasentesis
Pungsi asietes berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu
diperhatikan bahwa tindakan ini dapat mencemarkan kavum
peritonei dengan isi kista dinding kista tertusuk (Prawirohardjo,
2014).
H. Penatalaksanaan
a) Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup
dimonitor(dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional
akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus
haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker)
(Nugroho, 2014).
b) Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut seperti torsi, maka
tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak
ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terelbih
dahulu dengan seksama. Bila pembedahan mengangkat seluruh
ovarium termasuk tuba fallopi, maka disebut
salpingooophorectomy.
I. Komplikasi
Kista Ovarium Komplikasi kista ovarium diantaranya:
a) Torsi kista ovarium Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat
hamil/pascapartum. Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan
muntah, torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan
sehingga tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen,
timbulnya torsi karena ada tumor dalam perut. Terapi yang
dilakukan adalah tindakan laparotomi.
b) Perdarahan Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung
pada kistanya. Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri
mendadak. Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan
memerlukan tindakan laparotomi. Tidak ada patokan mengenai
ukuran besar kista yang berpotensi pecah. Pecahnya kista
menyebabkan pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya
perdarahan
c) Infeksi kista ovarium Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi
asenden dari serviks, tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai
abses. Keluhan infeksi kista ovarii yaitu badan panas, nyeri pada
abdomen, perut terasa tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi
dan laboratorium untuk mengetahui adanya infeksi pada kista.
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
     1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
     2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
     3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah,
ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa
mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
    4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista  ovarium.
    5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan
sampai amenorhea.
6.pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,frekuensi,banyaknya,jenis
makanan,pantangan makanan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola sekresi yaitu kebiasaan membuang air besar meliputi
frekuensi,jumlah,konsintensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi,jumlah dan warna
c. Istirahat
menggambarkan pola kebiasaan tidur pasien biasanya klien mengalami
kesulitan tidur karena nyeri yang dirasakan
d. Aktivitas
Menggambarkan pola kebiasaan biasanya mengalami gangguan dalam
aktivitas karena nyeri yang dirasakan
    7. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala: mengkaji bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala, apakah
terdapat nyeri tekan di kepala, kebersihan rambut, apakah rambut
rontok/tidak, mengkaji kebersihan telinga dan gangguan pendengaran
b. Wajah; mengkaji bentuk wajah, kulit wajah, apakah terdapat nyeri tekan dan
edema pada wajah
c. Mata; mengkaji bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil, nyeri tekan pada
bola mata, warna mukosa konjungtiva, dan mengkaji gangguan penglihatan
d. Hidung; mengkaji bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, adanya secret
dan adanya nyeri tekan pada hidung dan adanya polip/tidak
e. Mulut; mengkaji bentuk mulut, bentuk gigi, nyeri tekan pada lidah, gusi,
mengkaji integritas jaringan pada bibir
f. Leher; mengkaji bentuk leher, warna kulit pada leher apakah terdapat nyeri
tekan pada leher, apakah terdapat pembesaran kelenjar limfe dan
parotis/tidak
g. Dada; mengkaji bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan,
pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri
tekan, batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret, bunyi paru
dan suara napas
h. Payudara; mengkaji Payudara: pembesaran, putting susu (menonjol/
mendatar, adakah nyeri dan lecet putting), ASI / kolostrum sudah keluar,
adakah pembengkakan, radang atau benjolan abnormal
i. Abdomen :nyeri tekan pada abdome, teraba massa pada abdomen.
j. Integumen; mengkaji warna kulit,benjolan, nyeri tekan pada kulit
k. Ekstremitas; mengkaji warna kulit, bentuk, nyeri tekan, kekuatan otot,
adanya oedema

  
   
DAFTAR PUSTAKA

Benson. 2015 Buku Saku Obsetri Dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC
Dewi. 2015 Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri , Yogyakarta : Nuha Medika
Manuaba. 2014 Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Jakarta : EGC
Nugroho. 2013 Asuhan Keperawatan Maternitas , Jakarta : Salemba Medika
Yatim. 2015 Ilmu Kandungan Yayasan bina Pustaka Edisi 2 , Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai