Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Organ reproduksi wanita terbagi atas organ eksterna dan interna. Organ
eksterna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi dalam
ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis, dan
sebagai tempat implantasi, dapat dikatakan berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.
2.1.1 Struktur Eksterna

Gambar 1: Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.

1. Mons Pubis
Mons Pubis atau Mons Veneris adalah jaringan lemak subkutan
berbentuk bulat yang lunak dan padat serta merupakan jaringan ikat
jarang diatas simfisis pubis. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) dan ditumbuhi Rambut berwarna hitam, kasar dan ikal
pada masa pubertas, yakni sekitar satu sampai dua tahun sebelum
awitan haid. Fungsinya sebagai bantal pada saat melakukan hubungan
sex.
2. Labia Mayora
Labia Mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang
menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawahmengelilingi labia
mayora, meatus urinarius, dan introitus vagina ( muara vagina ).
3. Labia Minor
Labia Minora, terletak diantara dua labia mayora, merupakan
lipatan kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang
ke arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.
Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung
pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina;
merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak membuat
labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia minora
membengkak, bila ada stimulusemosional atau stimulus fisik.
4. Klitoris
Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang
terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,
bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung badan
klitoris dinamai glans dan lebih sensitif daripada badannya. Saat wanita
secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris membesar. Fungsi
klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksualitas.
5. Prepusium Klitoris
Dekat sambungan anterior, labia minora kanan dan kiri memisah
menjadi bagian medial dan lateral. Bagian lateral menyatu di bagian
atas klitoris dan membentuk prepusium, penutup yang berbentuk seperti
kait. Bagian medial menyatu di bagian bawah klitoris untuk membentuk
frenulum. Kadang-kadangprepusium menutupi klitoris.
6. Vestibulum
Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra (vestibulum
minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina(vestibulum mayus,
vulvovagina, atau Bartholin). Permukaan vestibulum yang
tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodorant
semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana
jins yang ketat).

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
7. Fourchette
Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,
terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di garis
tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen.
8. Perineum
Perineum ialah daerah muscular yang ditutupi kulit antara introitus
vagina dan anus. Perineum membentuk dasar badan perineum.
Penggunaan istilah vulva dan perineum kadang-kadangtertukar.

2.1.2Struktur Intenal

1. Ovarium
Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, dibawah dan di
belakang tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi Krista iliaka
antero superior, dan ligamentum ovarii proprium.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
sangat banyak ovum primordial (primitif). Ovarium juga merupakan
tempat utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesterone,
dan androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan fungsi wanita normal.
Hormon estrogen adalah hormon seks yang di produksi oleh rahim
untuk merangsang pertumbuhan organ seks seperti payudara dan

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
rambut pubik serta mengatur sirkulasi manstrubasi. Hormon estrogen
juga menjaga kondisi kesehatan dan elasitas dinding vagina. Hormon ini
juga menjaga teksture dan fungsi payudara. pada wanita hamil hormon
estrogen membuat puting payudara membesar dan merangsang
pertumbuhan kelenjar ASI dan memperkuat dinding rahim saat terjadi
kontraksi menjelang persalinan. Hormon progesterone berfungsi untuk
menghilangkan pengaruh hormon oksitoksin yang dilepaskan oleh
kelenjar pituteri. Hormon ini juga melindungi janin dari serangan sel-sel
kekebalan tubuh dimana sel telur yang di buahi menjadi benda asing
dalam tubuh ibu. hormon androgen berfungsi untuk menyeimbangkan
antara hormon estrogen dan progesteron. ( Harunyaha,2013)
2. Tuba Falopii (Tuba Uterin)
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap
tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di
bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa di antaranya bersilia dan
beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis
saat menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan
mukosa uterus dan vagina.
3. Uterus
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum
pernah hamil, berat uterus ialah 60 g. Uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat. Derajat kepadatan ini
bervariasi bergantung kepada beberapa faktor. Misalnya, uterus
mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan
peremajaan endometrium, kehamilan dan persalinan. Fungsi-fungsi ini
esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan
fisiologis wanita.
4. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium,
dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
5. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi
bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih pendek.
Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke dalam
vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh jaringan
ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis.
6. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm,
sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.
Ceruk yang terbentuk di sekeliling serviks yang menonjol tersebut
disebut forniks: kanan, kiri, anterior dan posterior.
Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi
estrogen dan progesterone. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama
siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari
mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden
infeksi vagina meningkat.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
2.2. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan yang
memperlihatkan gejala trias (hipertensi, edema, dan proteinuria), kadang-kadang
hanya hipertensi dan edema atau hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias
dan satu gejala yang harus ada yaitu hipertensi).
Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai
dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam. Pada kondisi berat preeklampsia dapat
menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.(Nuning Saraswati
dan Mardiana / Unnes Journal of Public Health 5 (2) (2016))
Preeklamsia adalah kelainan kehamilan yang ditandai dengan tekanan
darah tinggi dan proteinuria yang signifikan setelah usia kehamilan 20 minggu.
(International Journal of Women’s Health:2017)

2.3. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui secara jelas. Penyakit ini
dianggap sebagai "maladaptation syndrome" akibat penyempitan pembuluh
darah secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga
berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin. Namun ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya pre eklamsia, diantaranya yaitu:
1. Primigravida atau primipara mudab (85%).
2. Grand multigravida
3. Sosial ekonomi rendah.
4. Gizi buruk.
5. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
6. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
7. Hipertensi kronik.
8. Diabetes mellitus.
9. Mola hidatidosa.
10. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari kehamilan ganda
atau polihidramnion (14-20%).
11. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan saudara
perempuan).
12. Hidrofetalis.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
13. Penyakit ginjal kronik.
14. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi
besar, dan diabetes mellitus.
15. Obesitas.
16. Interval antar kehamilan yang jauh.

2.4. Klasifikasi
Klasifikasi pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
2.1.3 Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan:
1. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih dari tensi
baseline (tensi sebelum kehamilan 20 minggu); dan kenaikan sistolik 30
mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, atau berada dalam interval 4-6
jam.
2. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih dalam seminggu.
3. Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 + atau 2 +
pada urin kateter atau midstream (aliran tengah).
2.1.4 Pre eklamsia berat
Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
4. Adanya gangguan serebral atau kesadaran, gangguan visus atau
penglihatan, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5. Terdapat edema paru dan sianosis
6. Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
7. Perdarahan pada retina.
8. Trombosit kurang dari 100.000/mm.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
2.5. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan  aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan  prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
berperan dalam proses terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan
tomboksan dan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan
tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif
koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati
dan bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensin I dan selanjutnya
menjadi angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit.
Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh
satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi
kebutuhan sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk
mengeluarkan aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular
akan  menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,
darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
endotheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah.
Pecahnya pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,
sedangkan sel darah merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia
hemolitik. Pada paru-paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya
kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
terjadinya edema paru. Edema paru akan menyebabkan terjadinya gangguan
pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan
memunculkan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal,
akibat pengaruh aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan
menyebabkan retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema
sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan.
Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan
permeabilitas terhadap protein akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi
dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis
menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau
anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin.
Permeabilitas terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak
protein akan lolos dari filtrasi glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada
mata, akan terjadi spasmus arteriola selanjutnya menyebabkan edema diskus
optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya diplopia dan
memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta penurunan
perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya
gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat
janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat
menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H
menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik.
Selanjutnya akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan
timbulnya muntah sehingga muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada ektremitas dapat terjadi metabolisme
anaerob yang menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2
ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya
ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga
muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
mengakibatkan seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa
keperawatan kurang pengetahuan.

2.6. Manifestasi klinis


Gambaran klinik preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti
edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria
(Saraswati, 2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu sakit
kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh perdarahan
atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan gangguan
penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-kadang pasien
buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah dan edema
(Wibowo, dkk 2015).

2.7. Pemeriksaan Diagnostik


Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
1. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
2. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
3. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
4. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
5. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
6. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
7. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

2.8. Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
2.8.1 Pencegahan

Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti


mengenai tanda-tanda sedini mungkin (preeklampsia ringan), lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus
selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia. Berikan
penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta
pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
2.8.2 Penanganan
1. Menurut Mansjoer (2017), penanganan preeklampsia ringan adalah:
a. Pada pasien rawat jalan, anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang
hari dan tidur >8 jam malam hari. Bila susah tidur, berikan
fenobarbital 1-2 x 30 mg kunjungan ulang diakukan 1 minggu
kemudian.
b. Rawat pasien jika tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan
rawat jalan, BB meningkat >1kg/minggu, selama 2 kali berturut-turut
atau tampak adanya tanda preeklampsia berat. Berikan obat
antihipertensi Metildopa 3 x 125 mg, nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau
pindolol 1-3 x 5 mg. Jangan berikan antidiuretik dan tidak perlu diet
rendah garam.
c. Jika keadaaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan
140-150/90-100mmHg, pertahanakan sampai aterm sehingga ibu
dapat berobat jalan dan anjurkan periksa tiap minggu. Kurangi dosisi
hngga mencapai dosis optimal, tekanan darah tidak boleh <
120mmHg.
2. Penanganan Preeklamsia Berat:
a. Ibu yang didiagnosa preeklamsia berat/ (preeklamsia berat disertai
keluhan-keluhan lainnya) menderita penyakit kritis dan memerlukan
penanganan yang tepat. Protokol pelaksanannya masih kontroversi
antar rumah sakit saat ini. Pengenalan temuanklinis dan
laboratorium  sangatlah penting jika terapi yang agresif dan dini perlu
dilakukan untuk mencegah mortalitas maternal dan perinatal. Serviks
yang belum siap (belum berdilatasi atau melunak) karena usia

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
kehamilan dan sifat agresif penyakit ini mendukung dilakukannya
operasi sesaria. Induksi persalinan yang lama dapat meningkatkan
morbiditas maternal.
b. Segera rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infuse
Dekstrose 5% dengan kecepatan 15-20 tetes permenit. Dosisi awal
MgSO4 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2 g perjam ddalam drip
infuse sampai tekanan darah antara 140-150/90-100 mmHg. Syarat
pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat, RR>16 kali permenit,
dan dieresis dalam 4 jam sebelumnya (0.5ml/kg BB/jam) adalah  >
100cc. Selama pemberian MgSO4, perhatikan tekanan darah, suhu,
perasaan panas, serta wajah merah.
c. Berikan nifedipin 9-3-4 x 10 mg per oral. Jika pada jam ke 4 diastolik
belum turun sampai 20%, tambahkan 10 mg oral. Jika tekanan
diastolic meningkat ≥110mmHG, berikan tambahan suglingual.
Tujuannya adalah penurunan tekanan darah 20% dalam 6 jam,
kemudian diharapkan stabil antara 140-150/90-100mmHg.
d. Periksa tekanan darah, nadi, dan pernapasan tiap jam. Pasang
kateter urin dan kantong urin. Ukur urin tiap 6 jam. Jika < 100ml/4
jam, kurangi dosis MgSO4 menjadi 1g/jam.

2.9. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan
kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia
(Prawirohardjo, 2017).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian (Natiqotul,
2016).

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
2.10. Askep teori
2.10.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Umur biasanya sering terjadi pada primigravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
b. Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tekanan
darah, adanya edema, pusing, nyeri epigastrium, mual, muntah,
penglihatan kabur, pertambahan berat badan yang berlebihan yaitu
naik > 1 kg/minggu, pembengkakan ditungkai, muka, dan bagian
tubuh lainnya, dan urin keruh dan atau sedikit (pada pre eklamsia
berat < 400 ml/24 jam).
c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
d. Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
f. Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.
g. Pola Aktivitas : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan,
penambahan berat badan atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+,
reflek patologis -/-.
Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
a. Eliminasi
Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes
celup, oliguria
b. Makanan / cairan
Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan
penurunan , muntah-muntah
Tanda : Biasanya nyeri epigastrium,
c. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut.

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
Tanda : Cemas.
d. Neurosensori
Gejala : Biasanya terjadi hipertensi
Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala,
ikterus, gangguan penglihatan.
Tanda : Biasanya klien gelisah,
f. Pernafasan
Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki,
Whezing, sonor
Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising
atau tidak.
g. Keamanan
Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan
spontan.
h. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
2. Data Obyektif
a. Airway
Gejala : Biasanya tidak ada obstruksi jalan napas
b. Breathing
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksigen.
c. Circulation
Gejala : Terjadi perdarahan pervaginam
d. Tanda tanda Vital
Tekanan darah > 140/90 mm Hg
Nadi > 100 x/menit
RR > 24 x/menit
Suhu > 37,5 dan kadang normal
e. Abdomen
Gejala :
Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm,
apakah adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020
Palpasi :
Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc.
Xyphoideus teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian –
bagian kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk
pintu atas panggul
Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
f. Genetetalia : Keluar cairan dan darah.
g. Ekstremitas : Biasanya terdapat edema pada ekstremitas

1. Diagnosa keperawatan
1. ntoleransi aktifitas b/d ketidak seimbangan suplai oksigen
2. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpaparnya informasi
3. Resiko cidera pada janin b/d mal posisi janin
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens pencedera fisik
5. resiko cidera pada ibu b/d penyakit penyerta (ht)

Profesi Ners STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo. 2020

Anda mungkin juga menyukai