Anda di halaman 1dari 20

A.

ANATOMI FISIOLOGI PERSALINAN NORMAL

1. Bidang Pintu Tengah Pangul


Pintu tengah panggul merupakan bidang dengan ukuran-ukuran terkecil.
Bidang ini terdapat setinggi spina ischiadica dan memotong sacrum lebih
kurang 1 sampai 2 cm, di atas sacrum. Bidang ini paling sulit penilaiannya
dalam ilmu kebidanan karena ukurannya paling kecil dan sulit mengukurnya,
sehingga memerlukan pengukuran secara rontgenologi.
2. Bidang Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul merupakan pintu keluar panggul yang dimulai dari
bidang dengan dimensi terkecil sampai pintu keluar anatomik. Pintu bawah
panggul terdiri dari dua daerah yang kurang lebih berbentuk segitiga dengan
dasar yang sama, yaitu garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadicum
kiri dan kanan. Puncak dari segitiga yang belakang adalah ujung os sakrum,
dan batas-batas lateralnya adalah ligamentum sakroiskiadika dan tuberositas
iskii.
3. Bagian lunak panggul
Dasar panggul terdiri dari jaringan lunak yang menutupi pintu bawah
panggul, dan dilalui oleh saluran uretra, vagina, dan rektum.

4. Bidang hodge
Bidang Hodge berguna untuk menentukan seberapa jauhnya bagian
depan janin itu turun ke dalam rongga panggul, maka Hodge telah menentukan
beberpa bidang khayalan dalam panggul :
HI : Sama dengan pintu atas panggul

H II : Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah symphysis


H III : Sejajar dengan H I melalui spinae ischiadicae

H IV : Sejajar dengan H I melalui ujung os coccygis

5. Bentuk panggul
Selain dari ukuran-ukuran panggul, bentuk panggul pun menentukan
ramalan persalinan. Caldwell-Moloy membagi 4 bentuk dasar panggul
berdasarkan bentuk segmen posterior dan anterior dari pintu atas panggul.
Segmen posterior adalah bagian yang terdapat di sebelah belakang dari
diameter transversa pintu atas panggul, sedangkan segmen anterior adalah
bagian yang terdapat di sebelah depan dari garis tersebut

6. Panggul Android:
a. Diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari diameter sagitalis
anterior .
b. Batas samping segmen posterior tidak membulat dan membentuk sudut
yang runcing dengan pinggir samping segmen anterior.
c. Segmen anterior sempit dan berbentuk segitiga.
d. Dinding samping panggul convergent, spina ischiadica menonjol, arcus
pubis sempit.
e. Incisura ischiadica sempit dan dalam.
f. Sacrum letaknya ke depan, hingga diameter antero posterior sempit pada
pintu atas panggul maupun pada pintu bawah panggul.
g. Bentuk sacrum lurus, kurang melengkung, sedangkan ujungnya menonjol
ke depan.

7. Panggul Anthropoid:
a. Diameter anteroposterior dari pintu atas panggul lebih besar dari diameter
transversa hingga bentuk pintu atas panggu lonjong ke depan.
b. Bentuk segmen anterior sempit dan runcing.
c. Incisura ischiadica mayor luas.
d. Dinding samping konvergen, sacrum letaknya agak ke belakang, hingga
ukuran anteroposterior besar pada semua bidang panggul.
e. Sacrum biasanya mempunyai 6 ruas, hingga panggul anthropoid lebih
dalam dari panggul-panggul lain.

8. Panggul Platypelloid:
a. Bentuk ini sebenarnya adalah bentuk panggul gynecoid yang picak ;
diameter antero posterior kecil dan diameter transversa biasa.
b. Segmen anterior lebar
c. Sacrum melengkung
d. Incisura ischiadica lebar

B. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat,
2016).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2016).
C. SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2015).
a. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

D. PATOFISIOLOGI

E. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai
mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva,
2015).
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.

c. Kadang-kadang ketuban pecah

d. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar.

F. FAKTOR PERSALINAN
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan,
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh
adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum
uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amneon
ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.

c. His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
d. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala
karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
e. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya.
f. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.

G. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm. Akhir kala I servik mengalami dilatasi
penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue,
selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama
50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa
ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam,
pada multi 0.5 jam.
c. Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar
95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan
dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada
saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada
kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas
panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu
mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi
ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan
ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran
dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul
dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika
sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka
hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior
adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu
bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah
diameter antero posterior.

Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:


1) Penurunan kepala.
2) Fleksi.
3) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4) Ekstensi.
5) Ekspulsi.
6) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi
untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1) Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan,
tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala
melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan
asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah
jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
2) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.
Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin
sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini
disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding
pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito
bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11
cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam
keadaan fleksi maksimal.
c) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin
memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang
kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi
dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan
bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah
panggul.
d) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun
kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala
janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah
panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus
mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi
penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi
maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
e) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga
panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang
dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu
mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu
bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan
putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadikum sepihak.
f) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah
simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang.
Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi
dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan
janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang
posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar
panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi
pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak
terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang
salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
d. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri,
seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
e. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post
partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat
dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
2. Pemeriksaan Hb
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien

b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus

c. Menganjurkan klien istirahat

d. Mengobservasi perdarahan

e. Memeriksa tanda vital

f. Memeriksa kadar Hb

g. Berikan cairan pengganti intravena RL

h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature.

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL

a. Kala I (Fase Laten)


1. Pengakajian
a. Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas.
b. Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan.
c. Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau
terdiri dari flek lendir.
a. Kala I (Fase Aktif)
1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
pada primipara).
c. Kala II
1) Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan.
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik
relaksasi.
- Lingkaran hitam di bawah mata.
b) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
e) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm).
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
d. Kala III
1) Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat.
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi.
- Nadi melambat
c) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
d) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina.
e. Kala IV
1) Pengkajian
a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
a) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
b) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
c) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
d) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
e) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal.
f) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
g) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
h) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.

1. Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang
mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi
informasi.
2) Intervensi
DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisisSetelah dilakukan b. Orientasikan klien
situasi kebutuhanasuhan keperawatan pada lingkungan, staf
tidak terpenuhi. selama 3 x 24 jam dan prosedur.
diharapkan ansietas c. Berikan informasi
pasien berkurang tentang perubahan
dengan kriteria hasil: psikologis dan
b. TTV normal fisiologis pada
c. Pasien dapat persalinan.
mengungkapkan d. Kaji tingkat dan
perasaan cemasnya. penyebab ansietas.
d. Lingkungan e. Pantau tekanan darah
sekitar pasien dan nadi sesuai
tenang dan kondusif indikasi.
f. Anjurkan klien
mengungkapkan
perasaannya.
g. Berikan lingkungan
yang tenang dan
nyaman untuk pasien.
2. Kurang pengetahuanSetelah dilakukan a. Kaji persiapan,tingkat
tentang kemajuanasuhan keperawatan pengetahuan dan
persalinan b/dselama 3 x 24 jam harapan klien.
kurang mengingatpengetahuan pasien b. Beri informasi dan
informasi yangtentang persalinan kemajuan persalinan
diberikan, kesalahanmeningkat dengan normal.
interpretasi informasi. criteria hasil: c. Demonstrasikan teknik
Pasien dapat men- pernapasan atau
demonstrasikan teknik relaksasi dengan tepat
pernafasan dan posisi untuk setiap fase
yang tepat untuk fase persalinan.
persalinan.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi
mekanik kandung kemih.
2) Intervensi
DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akutSetelah dilakukan asuhan a. Kaji derajat
berhubungan keperawatan selama 3 x ketidaknyamanan
dengan tekanan 24 jam, diharapkan nyeri secara verbal dan
mekanik dari bagianterkontrol dengan criteria nonverbal.
presentasi. hasil: b. Pantau dilatasi
a. TTV dbn servik
b. Pasien dapat c. Pantau tanda vital
mendemonstrasikan dan DJJ.
kontrol nyeri d. Bantu penggunaan
teknik pernapasan
dan relaksasi.
e. Bantu tindakan
kenyamanan
seperti:
f. Gosok punggung,
kaki
g. Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam.
h. Berikan informasi
tentang
ketersediaan
analgesic
i. Dukung keputusan
klien menggunakan
obat-obatan/tidak.
j. Berikan lingkungan
yang tenang
2. Perubahan eliminasiSetelah dilakukan asuhan a. Palpasi di atas
urin b/d perubahankeperawatan selama 3 x simpisis pubis.
masukan dan24 jam, diharapkan b. Monitor masukan
kompresi mekanikeliminasi urine pasien dan haluaran.
kandung kemih. normal dengan kriteria c. Anjurkan upaya
hasil: berkemih sedikitnya
a. Cairan seimbang. 1-2 jam.
b. Berkemih teratur d. Posisikan klien
tegak dan cucurkan
air hangat di atas
perineum.
e. Ukur suhu dan
nadi, kaji adanya
peningkatan.
f. Kaji kekeringan
kulit dan membrane
mukosa.

3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi
hipertonik.

3) Intervensi
DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekananSetelah dilakukan asuhana. Identifikasi derajat
mekanis pada bagiankeperawatan selama 3 x ketidaknyamanan.
presentasi 24 jam, diharapkan nyerib. Berikan tanda/ tindakan
terkontrol dengan kriteria kenyamanan seperti
hasil: perawatan kulit, mulut,
a. TTV dbn perineal dan alat-alat
b. Pasien dapat tahun yang kering.
mendemostrasikan c. Bantu pasien memilih
nafas dalam dan posisi yang nyaman untuk
teknik mengejan. mengedan.
d. Pantau tanda vital ibu dan
DJJ.
e. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi.
2. Perubahan curahSetelah dilakukan asuhana. Pantau tekanan darah dan
jantung b/d fluktasikeperawatan selama 3 x nadi tiap 5 – 15 menit.
aliran balik vena 24 jam, diharapkanb. Anjurkan pasien untuk
kondisi cardiovaskuler inhalasi dan ekhalasi
pasien membaik dengan selama upaya mengedan.
kriteria hasil: c. Anjurkan klien/ pasangan
a. TD dan nadi dbn memilih posisi persalinan
b. Suplay O2 tersedia yang mengoptimalkan
sirkulasi.

3 Diagnosa Keperawatan
a) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan
oral, muntah.
b) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan..
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Instruksikan klien untuk
kekurangan volumekeperawatan selama 3 x 24 mendorong pada
cairan b/d kurangjam, diharapkan cairan kontraksi.
masukan oral,seimbang denngan kriteria b. Kaji tanda vital setelah
muntah. hasil: pemberian oksitosin.
a. TTV dbn c. Palpasi uterus.
b. Darah yang keluar ± d. Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc. shock.
e. Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
2. Nyeri akut b/d traumaSetelah dilakukan asuhan a. Bantu penggunaan
jaringan setelahkeperawatan selama 3 x 24 teknik pernapasan.
melahirkan jam, diharapkan nyeri b. Berikan kompres es
terkontrol dengan kriteria pada perineum setelah
hasil: melahirkan.
a. Pasien dapat control c. Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
d. Berikan selimut
penghangat.
e. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
e.

3. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik
dan psikologis, ansietas.
b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan
miometri.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efekSetelah dilakukan a. Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma, edemaasuhan keperawatan ketidaknyamanan.
jaringan, kelelahan fisikselama 3 x 24 jam, b. Beri informasi yang tepat
dan psikologis, ansietas. diharapkan nyeri tentang perawatan
terkontrol dengan selama periode
kriteria hasil: pascapartum.
a. Pasien dapat control c. Lakukan tindakan
nyeri. kenyamanan.
d. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
e. Beri analgesic sesuai
kemampuan.
2. Resiko tinggi kekuranganSetelah dilakukan a. Tempatkan klien pada
volume cairan b/dasuhan keperawatan posisi rekumben.
kelelahan/ketegangan selama 3 x 24 jam, b. Kaji hal yang
miometri diharapkan cairan memperberat kejadian
simbang dengan kriteria intrapartal.
hasil: c. Kaji masukan dan
c. TD dbn haluaran.
d. Jumlah dan warna d. Perhatikan jenis
lokhea dbn persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan.
e. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit.
f. Dengan perlahan
massase fundus bila
lunak.
g. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea.
h. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2016). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID

Gary dkk. (2016). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC). United


States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Setiono, Wiwing. (2014). Laporan pendahuluan persalinan normal. Dimuat


(Diakses tanggal 24 Agustus 2014).

Wiknjosostro. (2016). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai