Anda di halaman 1dari 17

ayu rosmayasari

kumpulan pembelajaran dalam ilmu keperawatan


Minggu, 10 Januari 2016

Asuhan keperawatan pada pasien HIV


AIDS

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan
infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa)
atau aliran darah,  dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi
melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut
UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses
perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS
diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005
dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara
33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2
juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal
dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31
Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal 29
Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000.
Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan
29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal
tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS
di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus
HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B.   RUMUSAN MASALAH
a.    Bagaimana asuhan keperawatan HIV AIDS yang meliputi pengkajian bio, psiko,
sosial, spiritual, dan kultural ?
b.    Apa saja diagnosa keperawatan pada pasien HIV AIDS ?
c.    Apa saja intervensi keperawatan pada pasien HIV AIDS ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.   Pengkajian
a.    Data pasien
Nama                   :
Umur                    :
Alamat                  :
Agama                 :
Pekerjaan            :
b.    Riwayat kesehatan
1)    Riwayat kesehatan sekarang
2)    Riwayat kesehatan dahulu
c.    Pemeriksaan Umum
1.    Aktivitas / istirahat :
Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise
2.    Sirkulasi :
Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis.
3.    Integritas ego :
Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah,
menangis.
4.    Elimiinasi :
Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, absesrektal.
5.    Makanan / cairan :
Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi
yang buruk, dan edema.
6.    Neurosensori :
Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon
melambat.
7.    Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang
gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yangsakit.
8.    Pernafasan :
Batuk, Produktif  / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

PEMERIKSAAN BIOLOGIS, PSIKOLOGIS, SOSIAL, KULTURAL, DAN SPIRITUAL


a.    Biologis
Respons Biologis (Imunitas)
Secara imunologis, sel T yang terdiri dari limfosit T-helper, disebut limfosit
CD4+ akan mengalami perubahan baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV
menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung,
sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T (toxic HIV).
Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp 120 dan anti
p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian menghambat aktivasi sel yang
mempresentasikan antigen (APC).
Setelah HIV melekat melalui reseptor CD4+ dan co-reseptornya bagian sampul
tersebut melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam
sel membran. Pada bagian inti terdapat enzim reverse transcripatase yang terdiri
dari DNA polimerase dan ribonuclease. Pada inti yang mengandung RNA, dengan
enzim DNA polimerase menyusun kopi DNA dari RNA tersebut. Enzim ribonuclease
memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian membentuk kopi DNA kedua
dari DNA pertama yang tersusun sebagai cetakan (Stewart, 1997; Baratawidjaja,
2000).
Kode genetik DNA berupa untai ganda setelah terbentuk, maka akan masuk
ke inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, DNA copi dari virus disisipkan dalam
DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian bereplikasi
yang menyebabkan sel limfosit CD4 mengalami sitolisis (Stewart, 1997). Virus HIV
yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam
sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel – sel hobfour plasenta,
sel-sel dendrit pada kelenjar limfe, sel- sel epitel pada usus, dan sel langerhans di
kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah encepalopati dan pada sel
epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997). Gejala-gejala klinis yang
ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru disadari pasien
setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan. Pasien yang
terinfeski virus HIV dapat tidak memperlihatkan tanda dan gejala selama
bertahuntahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut sel CD4+ mengalami
penurunan jumlahnya dari 1000/ul sebelum terinfeksi menjadi sekitar 200 – 300/ul
setelah terinfeksi 2 – 10 tahun (Stewart, 1997).

b.    Psikologis
Reaksi Psikologis Pasien HIV
Reaksi Proses psikologis Hal-hal yang biasa di jumpai
1.    Shock (kaget, goncangan batin) Merasa bersalah, marah, tidak berdaya Rasa takut,
hilang akal, frustrasi, rasa sedih, susah, acting out
2.    Mengucilkan diri, Merasa cacat dan tidak berguna, menutup diri,Khawatir
menginfeksi orang lain, murung
3.    Membuka status secara terbatas, Ingin tahu reaksi orang lain,pengalihan stres,
ingin dicintai Penolakan, stres, konfrontasi
4.    mencari orang lain yang HIV positif Berbagi rasa, pengenalan,kepercayaan,
penguatan, dukungan sosial Ketergantungan, campurtangan, tidak percaya
pada pemegang rahasia dirinya
5.    Status khusus Perubahan keterasingan menjadi manfaat khusus,perbedaan menjadi
hal yang istmewa, dibutuhkan oleh yang lainnyaKetergantungan, dikotomi kita dan
mereka (sema orang dilihat sebagai terinfeksi HIV dan direspon seperti itu),
over identification
6.    Perilaku mementingkan orang lain Komitmen dan kesatuankelompok,
kepuasan memberi dan berbagi, perasaan sebagi kelompok Pemadaman, reaksi
dan kompensasi yang berlebihan
7. Penerimaan Integrasi status positif HIV dengan identitas diri,keseimbangan
antara kepentingan orang lain dengan diri sendiri, bisa menyebutkan
kondisi seseorang Apatis, sulit berubah.
Respons Psikologis (penerimaan diri) terhadap Penyakit Kubler „Ross (1974)
menguraikan lima tahap reaksi emosi seseorang terhadap penyakit, yaitu.
a.    Pengingkaran (denial) Pada tahap pertama pasien menunjukkan karakteristik
perilaku pengingkaran, mereka gagal memahami dan mengalami makna rasional
dan dampak emosional dari diagnosa. Pengingkaran ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan pasien terhadap sakitnya atau sudah mengetahuinya dan
mengancam dirinya. Pengingkaran dapat dinilai dari ucapan pasien “saya di sini
istirahat.” Pengingkaran dapat berlalu sesuai dengan kemungkinan memproyeksikan
pada apa yang diterima sebagai alat yang berfungsi sakit, kesalahan laporan
laboratorium, atau lebih mungkin perkiraan dokter dan perawat yang tidak kompeten.
Pengingkaran diri yang mencolok tampak menimbulkan kecemasan, pengingkaran
ini merupakan buffer untuk menerima kenyataan yang sebenarnya. Pengingkaran
biasanya bersifat sementara dan segera berubah menjadi fase lain dalam
menghadapi kenyataan (Achir Yani, 1999).  
b.    Kemarahan (anger) Apabila pengingkaran tidak dapat dipertahankan lagi, maka fase
pertama berubah menjadi kemarahan. Perilaku pasien secara karakteristik
dihubungkan dengan marah dan rasa bersalah. Pasien akan mengalihkan
kemarahan pada segala sesuatu yang ada disekitarnya. Biasanya kemarahan
diarahkan pada dirinya sendiri dan timbul penyesalan. Yang menjadi sasaran utama
atas kemarahan adalah perawat, semua tindakan perawat serba salah, pasien
banyak menuntut, cerewet, cemberut, tidak bersahabat, kasar, menantang, tidak
mau bekerja sama, sangat marah, mudah tersinggung, minta banyak perhatian dan
iri hati. Jika keluarga mengunjungi maka menunjukkan sikap menolak, yang
mengakibatkan keluarga segan untuk datang, hal ini akan menyebabkan bentuk
keagresipan (Hudak & Gallo, 1996).
c.    Sikap tawar menawar (bargaining) Setelah marah-marah berlalu, pasien akan berfikir
dan merasakan bahwa protesnya tidak ada artinya. Mulai timbul rasa bersalahnya
dan mulai membina hubungan dengan Tuhan, meminta dan berjanji merupakan ciri
yang jelas yaitu pasien menyanggupi akan menjadi lebih baik bila terjadi sesuatu
yang menimpanya atau berjanji lain jika dia dapat sembuh (Achir Yani, 1999).
d.    Depresi Selama fase ini pasien sedih/ berkabung mengesampingkan marah dan
pertahanannya serta mulai mengatasi kehilangan secara konstruktif. Pasien
mencoba perilaku baru yang konsisten dengan keterbatasan baru. Tingkat
emosional adalah kesedihan, tidak berdaya, tidak ada harapan, bersalah,
penyesalan yang dalam, kesepian dan waktu untuk menangis berguna pada saat ini.
Perilaku fase ini termasuk mengatakan ketakutan akan masa depan, bertanya peran
baru dalam keluarga intensitas depresi tergantung pada makna dan beratnya
penyakit (Netty, 1999). e) Penerimaan dan partisipasi Sesuai dengan berlalunya
waktu dan pasien beradapatasi, kepedihan dari kesabatan yang menyakitkan
berkurang dan bergerak menuju identifikasi sebagai seseorang yang keterbatasan
karena penyakitnya dan sebagai seorang cacat. Pasien mampu bergantung pada
orang lain jika perlu dan tidak membutuhkan dorongan melebihi daya tahannya atau
terlalu memaksakan keterbatasan atau ketidakadekuatan (Hudak & Gallo, 1996).
Proses ingatan jangka panjang yang terjadi pada keadaan stres yang kronis akan
menimbulkan perubahan adaptasi dari jaringan atau sel. Adaptasi dari jaringan atau
sel imun yang memiliki hormon kortisol dapat terbentuk bila dalam waktu lain
menderita stres, dalam teori adaptasi dari Roy dikenal dengan mekanisme regulator.

c.    Sosial
Interaksi social
-       Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang
terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain,
takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun
pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana.
-       Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak
terorganisasi.

d.    Spiritual
Respons Adaptif Spiritual
Respons Adaptif Spiritual dikembangkan dari konsep Ronaldson (2000) dan
Kauman & Nipan (2003). Respons adaptif Spiritual, meliputi:
1.    Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
Harapan merupakan salah satu unsur yang penting dalam dukungan sosial.
Orang bijak mengatakan “hidup tanpa harapan, akan membuat orang putus asa dan
bunuh diri”. Perawat harus meyakinkan kepada pasien bahwa sekecil apapun
kesembuhan, misalnya akan memberikan ketenangan dan keyakinan pasien untuk
berobat.
2.    Pandai mengambil hikmah
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada
pasien untuk selalu berfikiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang Pencipta.
Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan
jalan melakukan ibadah secara terus menerus. Sehingga pasien diharapkan
memperoleh suatu ketenangan selama sakit.
3.    Ketabahan hati
Karakteristik seseorang didasarkan pada keteguhan dan ketabahan hati dalam
menghadapi cobaan. Individu yang mempunyai kepribadian yang kuat, akan tabah
dalam menghadapi setiap cobaan. Individu tersebut biasanya mempunyai keteguhan
hati dalam menentukan kehidupannya.
Ketabahan hati sangat dianjurkan kepada PHIV. Perawat dapat menguatkan
diri pasien dengan memberikan contoh nyata dan atau mengutip kitab suci atau
pendapat orang bijak; bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada
umatNYA, melebihi kemampuannya (Al. Baqarah, 286). Pasien harus diyakinkan
bahwa semua cobaan yang diberikan pasti mengandung hikmah, yang sangat
penting dalam kehidupannya.

e.    Kultural
Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini
dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /AIDS dari
suaminya yang sering melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini
disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya
serta tidak mempunyai bargaining position (posisi rebut tawar) terhadap suaminya
serta sebagian besar perempuan tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang
mengancamnya.
Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah
HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV
/AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang
tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah
antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan
penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupanya.

B.   Diagnosa Keperawatan
1)     Bersihan Jalan Nafas tidak efektif                       
2)     Pola Nafas tidak efektif                           
3)     Gangguan Pertukaran gas                           
4)     Kurang Pengetahuan                           
5)     Risiko Aspirasi                               
6)     Hipertermia                                   
7)     Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh        
8)     Defisit Volume Cairan                                
9)     Kelebihan Volume Cairan                            
10)  Risiko infeksi                                
11)  Intoleransi aktivitas                                
12)  Kerusakan integritas kulit                            
13)  Kecemasan                                    
14)  Takut                                        
15)  Penurunan curah jantung                            
16)  Perfusi jaringan kardiopulmonal tidak efektif                
17)  Perfusi jaringan cerebral tidak efektif                    
18)  Perfusi jaringan gastrointestinal tidak efektif                
19)  Perfusi jaringan renal tidak efektif                    
20)  Defisit perawatan diri                            
21)  Risiko gangguan integritas kulit                        
22)  Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh        
23)  Nyeri akut                                    
24)  Nyeri Kronis                                    
25)  Gangguan mobilitas fisik                            
26)  Risiko trauma                                
27)  Risiko Injury                                    
28)  Mual                                        
29)  Diare                                        
30)  Konstipasi                                    
31)  Gangguan pola tidur                            
32)  Retensi urin                                   
33)  Kerusakan integritas jaringan                        
34)  Gangguan body image                            
35)  Manejemen regimen terapeutik tidak efektif                
36)  Kelelahan

C.   Intervensi
a.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC:         Kaji adanya alergi makanan

nutrisi kurang dari a.  Nutritional status:         Kolaborasi dengan ahli gizi


kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Berhubungan dengan : b.  Nutritional Status : food dan nutrisi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake pasien
memasukkan atau c.  Weight Control         Yakinkan diet yang dimakan

mencerna nutrisi oleh Setelah dilakukan mengandung tinggi serat untuk


karena faktor biologis, tindakan keperawatan mencegah konstipasi
psikologis atau ekonomi. selama….nutrisi kurang         Ajarkan pasien bagaimana
teratasi dengan indikator: membuat catatan makanan
        Albumin serum harian.
        Pre albumin serum         Monitor adanya penurunan BB

        Hematokrit dan gula darah


        Hemoglobin         Monitor lingkungan selama
        Total iron binding makan
capacity         Jadwalkan pengobatan  dan
        Jumlah limfosit tindakan tidak selama jam
makan
        Monitor turgor kulit

        Monitor kekeringan, rambut


kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
        Monitor mual dan muntah

        Monitor pucat, kemerahan, dan

kekeringan jaringan konjungtiva


        Monitor intake nuntrisi

        Informasikan pada klien dan

keluarga tentang manfaat


nutrisi
        Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
        Atur posisi semi fowler atau

fowler tinggi selama makan


        Kelola pemberan anti
emetik:.....
        Anjurkan banyak minum

        Pertahankan terapi IV line

        Catat adanya edema,


hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval

b.    Intoleransi aktivitas

Rencana keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan
Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :         Self Care : ADLs     Observasi adanya pembatasan
        Tirah Baring atau         Toleransi aktivitas klien dalam melakukan aktivitas
imobilisasi         Konservasi eneergi     Kaji adanya faktor yang
        Kelemahan Setelah dilakukan menyebabkan kelelahan
menyeluruh tindakan keperawatan     Monitor nutrisi  dan sumber energi
       Ketidakseimbangan selama …. Pasien yang adekuat
antara suplei oksigen bertoleransi terhadap     Monitor pasien akan adanya
dengan kebutuhan aktivitas dengan Kriteria kelelahan fisik dan emosi secara
Gaya hidup yang Hasil : berlebihan
dipertahankan.         Berpartisipasi dalam     Monitor respon kardivaskuler
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas (takikardi,
disertai peningkatan disritmia, sesak nafas, diaporesis,
tekanan darah, nadi dan pucat, perubahan hemodinamik)
RR     Monitor pola tidur dan lamanya
        Mampu melakukan tidur/istirahat pasien
aktivitas sehari hari     Kolaborasikan dengan Tenaga
(ADLs) secara mandiri Rehabilitasi Medik dalam
        Keseimbangan aktivitas merencanakan progran terapi yang
dan istirahat tepat.
    Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
    Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
    Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
    Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
    Bantu untuk  mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
    Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
    Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
    Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
    Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
    Monitor respon fisik, emosi, sosial
dan spiritual

c.       Nyeri akut

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Nyeri akutberhubungan NOC : NIC :
dengan:         Pain Level,         Lakukan pengkajian nyeri secara

Agen injuri (biologi, kimia,         pain control, komprehensif termasuk lokasi,


fisik, psikologis), kerusakan         comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
jaringan Setelah dilakukan kualitas dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan         Observasi reaksi nonverbal dari
selama …. Pasien ketidaknyamanan
tidak mengalami         Bantu pasien dan keluarga untuk
nyeri, dengan kriteria mencari dan menemukan
hasil: dukungan
        Mampu mengontrol         Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan
menggunakan tehnik kebisingan
nonfarmakologi untuk         Kurangi faktor presipitasi nyeri
mengurangi nyeri,         Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mencari bantuan) menentukan intervensi
        Melaporkan bahwa         Ajarkan tentang teknik non
nyeri berkurang farmakologi: napas dala,
dengan relaksasi, distraksi, kompres
menggunakan hangat/ dingin
manajemen nyeri         Berikan analgetik untuk
        Mampu mengenali mengurangi nyeri: ……...
nyeri (skala,         Tingkatkan istirahat
intensitas, frekuensi         Berikan informasi tentang nyeri
dan tanda nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa
        Menyatakan rasa lama nyeri akan berkurang dan
nyaman setelah nyeri antisipasi ketidaknyamanan dari
berkurang prosedur
        Tanda vital dalam         Monitor vital sign sebelum dan
rentang normal sesudah pemberian analgesik
        Tidak mengalami pertama kali
gangguan tidur

d.    Kerusakan integritas jaringan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kerusakan integritas NOC: NIC :
jaringan         Tissue integrity : skin Pressure ulcer prevention
berhubungan dengan: and mucous Wound care
Gangguan sirkulasi, iritasi membranes         Anjurkan pasien untuk
kimia (ekskresi dan sekresi         Wound healing : menggunakan pakaian yang
tubuh, medikasi), defisit primary and longgar
cairan, kerusakan mobilitas secondary intention         Jaga kulit agar tetap bersih dan
fisik, keterbatasan Setelah dilakukan kering
pengetahuan, faktor tindakan         Mobilisasi pasien (ubah posisi

mekanik (tekanan, keperawatan selama pasien) setiap dua jam sekali


gesekan),kurangnya nutrisi, …. kerusakan         Monitor kulit akan adanya
radiasi, faktor suhu (suhu integritas jaringan kemerahan
yang ekstrim) pasien teratasi         Oleskan lotion atau minyak/baby
dengan kriteria hasil: oil pada daerah yang tertekan
        Perfusi jaringan         Monitor aktivitas dan mobilisasi

normal pasien
        Tidak ada tanda-         Monitor status nutrisi pasien

tanda infeksi         Memandikan pasien dengan


        Ketebalan dan sabun dan air hangat
tekstur jaringan         Kaji lingkungan dan peralatan

normal yang menyebabkan tekanan


        Menunjukkan         Observasi luka : lokasi, dimensi,

pemahaman dalam kedalaman luka,


proses perbaikan karakteristik,warna cairan,
kulit dan mencegah granulasi, jaringan nekrotik,
terjadinya cidera tanda-tanda infeksi lokal, formasi
berulang traktus
        Menunjukkan         Ajarkan pada keluarga tentang

terjadinya proses luka dan perawatan luka


penyembuhan luka         Kolaborasi ahli gizi pemberian
diet TKTP, vitamin
        Cegah kontaminasi feses dan

urin
        Lakukan tehnik perawatan luka

dengan steril
        Berikan posisi yang mengurangi

tekanan pada luka


        Hindari kerutan pada tempat
tidur

e.    Gangguan body image

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan body NOC: NIC :
imageberhubungan dengan:         Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis),         Self esteem         Kaji secara verbal dan nonverbal
kognitif/persepsi (nyeri Setelah dilakukan respon klien terhadap tubuhnya
kronis), kultural/spiritual,
tindakan         Monitor frekuensi mengkritik
penyakit, krisis situasional,
trauma/injury, pengobatan keperawatan selama dirinya
(pembedahan, kemoterapi, …. gangguan body         Jelaskan tentang pengobatan,
radiasi) image perawatan, kemajuan dan
pasien teratasi prognosis penyakit
dengan kriteria hasil:         Dorong klien mengungkapkan
        Body image positif perasaannya
        Mampu         Identifikasi arti pengurangan
mengidentifikasi melalui pemakaian alat bantu
kekuatan personal         Fasilitasi kontak dengan individu

        Mendiskripsikan
lain dalam kelompok kecil
secara faktual
perubahan fungsi
tubuh
        Mempertahankan
interaksi sosial
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), Ninuk Dian K, S.Kep.Ners, Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Terinfeksi HIV, Salemba Medika, Jakarta 2013

Nursalam, S.Kep.Ners dkk, Jurnal Keperawatan edisi bulan November,Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga 2007

Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC. Jakarta. Arif Mansjoer. (2000). Kapita


Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.

Diagnosa nanda nic-noc, 2010.

Diposting oleh ayu rosmayasari di 03.02 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
ayu rosmayasari
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
 ▼  2016 (2)
o ▼  Januari (2)
 isitilah medik dalam sistem gastrointestinal
 Asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai