Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM PRO LAPARATOMI

Disusun Untuk Memenuhi Laporan Profesi Departemen Surgikal


di Ruang OK RSUD Lawang

Oleh :
Uzzy Lintang Savitri
115070200111010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM PRO LAPARATOMI
1. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan yang berlapis jaringan epitel dan
mengandung cairan atau bahan stengah padat. Kista ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Bobak, 2004).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung
telur atau ovarium (Mansjoer, 2002).
Laparatomi merupakan suatu prosedur tindakan pembedahan dengan
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen.Kata Laparatomi terbentuk dari
dua kata Yunani, lapara dan tome.Kata lapara berarti bagian lunak dari
tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul.Sedangkan tome berarti
pemotongan (Sjamsudidajat, 2005).
2. KLASIFIKASI
Prawirohardjo

(2008)

menyatakan

bahwa

berdasarkan

tingkat

keganasannya, kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista


nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2
hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun
hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
1) Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)Kista ovarium secara fungsional
merupakan jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan. Kista ini
berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi bersamaan dengan siklus
menstruasi yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan
akan pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang pada
waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista fungsional akan
menjadi kista folikuler dan akan hilang saat menstruasi. Kista fungsional
terdiri dari: kista folikel dan kista korpus luteum. Keduanya tidak
mengganggu, tidak menimbulkan gejala dan dapat menghilang sendiri dalam
waktu 2-3 bulan.
a. Kista Follikel
Kista ini berasal dari follikel yang menjadi besar semasa proses
atresia folliculi. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi mati,
disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel follikel.
Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang

ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga


terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada
pemeriksaan klinis. Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk.
Sering

terjadi

pada

pubertas,

climacterium,

dan

sesudah

salpingektomi.
b. Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus
luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi
pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding
tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi
resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan
yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam
dalam jaringan-jaringan perut.
c. Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar

dan

bersifat

polykistik,

permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada


pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan fibrotik.
Dibawahnya tampak follikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi
tidak ditemukan corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala
yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari
hirsutisme, sterilitas, obesitas dan oligomenorrhoe. Kecenderungan
virilisasi mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang
menghasilkan zat androgenic. Kelainan ini merupakan penyakit
herediter yang autosomal dominant.
d. Kista Inklusi Germinal
Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel germinal dari ovarium.
Biasanya terjadi pada wanita yang lanjut usianya, dan besarnya
kurang dari 1 cm. Tidak pernah memberi gejala-gejala yang berarti.
e. Kista endometrial
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip
dengan selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel
di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut
juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklatkemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis

yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum.
2) Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kista ovarium simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan
dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera
diperiksa

secara

histologik

untuk

mengetahui

apakah

ada

keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Jenis ini dapat
mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang pernah
dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk bulat,
ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan
berwarna putih atau putih kebiru-biruan.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,
kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma)
d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel

endometrium. Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson pada tahun


1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
e. Kista Dermoid
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna,
seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk glandula sebasea
berwarna putih kuning menyerupai lemak nampak lebih menonjol
daripada

elemen-elemen

entoderm

dan

mesoderm.

Tentang

histogenesis kista dermoid, teori yang paling banyak dianut ialah


bahwa

tumor

berasal

dari

sel

telur

melalui

proses

partenogenesis.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid.


Dinding kista kelihatan putih, keabu-abuan, dan agak tipis.
Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.
Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga satu, akan tetapi bila
dibelah, biasanya nampak satu kista besar dengan ruangan kecilkecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat satu daerah pada
dinding bagian dalam yang menonjol dan padat.
3. ETIOLOGI
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari
bahan-bahan yang bersifat karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal dan
lain-lain. Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista
pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium
yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan
salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak
akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang
menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di
dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium.
Menurut Winkjosastro (2005), faktor resiko dari kista ovarium adalah
sebagai berikut:
a. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan
payudara.
b. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
c. Gaya hidup yang tidak sehat
d. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat
penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing
tubuh yang bersifat diuretik.

e. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina


4. PATOFISIOLOGI
(terlampir)
5. MANIFESTASI KLINIS
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan
lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim)
atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap
gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Berdasarkan (Mansjoer, 2002), gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda
mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan kista
ovarium pro laparatomi adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap atau Complete blood count adalah suatu
jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit
dan atau untuk meihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu
penyakit. Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari beberapa jenis
parameter pemeriksaan, yaitu : hemoglobin, hematokrit, leukosit,
trombosit, eritrosit, indeks eritrosit, laju endap darah, hitung jenis
leukosit, platelet distribution width dan red cell distribution width.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah


anemia. Kadar hemoglobin harus dipastikan dalam rentang normal
sebelum dilakukan operasi untuk memastikan bahwa klien tidak akan
mengalami anemia selama dan setelah operasi dilakukan.
2. Bleeding Time dan Coagulation Time
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Coagulation time (CT)
adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku atau waktu yang
diperlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan.
BT dan CT harus diperhatikan sebelum dilakukan operasi untuk
mengetahui kemampuan tubuh klien dalam pembekuan darah
3. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas kista,
4. EKG
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan kista ovarium
adalah laparatomi. Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen
(Sjamsurihidayat dan Jong, 2005). Ditambahkan pula bahwa laparatomi
merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang
dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn. Laparatomi dilakukan
dengan berbagai macam sayatan, yaitu :
1. Midline incision
Metode ini merupakan insisi yang paling sering digunakan, karena
sedikit perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di
tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf.Namun demikian,
kerugian jenis insisi ini adalah terjadinya hernia sikatrialis.Indikasinya
pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan lien serta di bawah
umbilikus untuk eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam
pelvis.
2. Paramedian incision
Insisi paramedian yaitu insisi abdomen dengan sedikit ke tepi dari garis
tengah ( 2,5 cm), dengan panjang insisi 12,5 cm. Terbagi atas 2 yaitu
paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung,
eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah, serta
plenoktomi. Insisi paramedian memiliki keuntungan antara lain :

merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak memotong


ligament dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke arah atas dan bawah.
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas,
misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian
bawah 4cm di atas anterior spinal iliaka, misalnya; pada operasi
appendectomy
PROSEDUR LAPAROTOMI

Desinfeksi lapangan operasi dengan antiseptik kemudian dipersempit


dengan linen steril.

Irisan dapat transversal supra umbilical/infra umbilikal incisions.

Incisi midline khusus untuk trauma dengan shock hipovolemi dengan


mempertimbangkan accessibility dan extensibility.

Dilanjutkan irisan di subkutis sampai tampak fascia.

Fascia diiris secukupnya dilanjutkan pemotongan fascia dengan


gunting jaringan sampai tampak mm. rectus abdominis splitting pada
otot tersebut; lemak preperitoneal disisihkan sampai terlihat peritoneum
parietale.

Peritoneum di buka dengan gunting kemudian dengan perlindungan


tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Pada kedua tepi luka dipasang hak untuk memperluas akses ke rongga
abdomen

dilanjutkan

dengan

tindakan

sesuai

temuan

operasi.

(pengangkatan kista)

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian kedua otot rectus
abdominis di jahit dengan catgut plain secara simple interrupted.

Fascia dijahit dengan vicryl secara continous-locking; kemudian lemak


subkutis dijahit dengan catgut plain simple interrupted.

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monofilament non absorbable atau silk
secara simple interrupted.

Untuk teknik upper transverse incisions dilakukan irisan 2 jari di superior


umbilicus transversal, diperdalam sampai lemak subkutis hingga tampak
fascia; dilakukan irisan pada fascia.

Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk
mengendalikan perdarahan.

Peritoneum parietale di buka dengan gunting jaringan, kemudian dengan


perlindungan tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Ligamentum teres hepatis dipotong dan di ligasi dengan silk.

Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian jaringan otot abdominis
di jahit dengan catgut plain/vicryl secara simple.

Penjahitan lemak subcutis dengan catgut plain secara simple intrupted

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monofilament non absorbable atau silk
secara simple interrupted.

Untuk tehnik lower transverse incisions dilakukan irisan 2 jari di inferior


umbilicus transversal atau interspina, diperdalam sampai lemak subkutis
hingga tampak fascia; dilakukan irisan pada fascia.

Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk
mengendalikan perdarahan.

Peritoneum parietale di buka dengan gunting jaringan, kemudian dengan


perlindungan tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Urachus dipotong dan di ligasi dengan silk.

Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian jaringan otot abdominis
di jahit dengan catgut plain/vicryl secara simple.

Penjahitan lemak subcutis dengan catgut plain secara simple intrupted

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monofilament non absorbable atau silk
secara simple interrupted

8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi

Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan


bahkan sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera
: ikterik/tidak
2) Konjungtiva
: anemis/tidak
3) Mata
: simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
e. Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
8. Data Spritual
Klien
menjalankan

kegiatan

keagamaannya

sesuai

dengan

kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb

b. Coagulation time dan bleeding time


c. Ultrasonografi Untuk mengetahui letak batas kista.
b. Diagnosa keperawatan
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista ovarium pro
laparatomi adalah:
PRE
- Nyeri akut
- Ansietas
- Defisiensi Pengetahuan
INTRA
-

Hipotermi
Resiko cedera

POST
-

Resiko Infeksi
Resiko Jatuh
Nyeri Akut

DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria
A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Fraser, D.2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Heardman. (2010). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Hefner, Linda J. & Danny J.Schust. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta :
EMS, Erlangga Medical Series.
Hollingworth., T. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2000. Nursing Outcame Clasification. Mosby.
Philadelphia.
Kate, Vikram. 2011. Exploratory Laparotomy. Diakses 11 Agustus 2015 pukul 20.00 dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1829835-overview
Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta :
Hipokrates.
Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kandungan.
Prawirohardjo.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Sjamsudidajat R, De Jong W. 2005. Luka Operasi. Dalam: Buku Ajar Ilmu BedahEdisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smelzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Wain, Yohana. 2009. Asuhan Keperawatan Laparotomi atas indikasi Kista Ovari.Akademi
Keperawatan UPN: Jakarta
Williams, Rayburn F. (2005). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

c. Rencana Asuhan Keperawatan


DIAGNOSA
Nyeri akut

TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat mengontrol nyerinya, nyeri berkurang
dengan kriteria hasil:
Awal
mampu 3

mengenali

Target

dan faktor presipitasi


2. Mengobservasi penyebab

secara verbal dan nonverbal


3. Menyakinkan klien akan pemberian analgesik
4. Menggunakan komunikasi teraupetik untuk mengetahui

faktor

penyebab nyeri
2. Mengenali onset nyeri
3
3. Memberikan analgesik
3
(kolaborasi dengan tim

5
5

kesehatan lain)
4. Melaporkan
kontrol
5

melaporkan nyerinya
3
6. Klien
mengetahui

mampu

frekuensi nyeri
3
Keterangan:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan

ketidaknyamanan

klien

pengalaman nyeri pasien


5. Mengkaji dampak dari pengalaman nyeri (ggg tidur,
ggg hubungan)
6. Mengontrol faktor lingkungan yang menyebabkan klien
merasa tidak nyaman (ruangan, temperatur, cahaya)
7. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi

nyeri
5. Pasien

1. Melakukan pengkajian secara komprehensif mengenai


lokasi, karakteristik, lamanya, frekuensi, kualitas nyeri

Indikator
1. Pasien

INTERVENSI
NIC: Pain Management

seperti bimbingan imajinasi, nafas dalam

5: konsisten menunjukan

Kecemasan

Setelah

Dilakukan

Tindakan

Keperawatan

1. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

Diharapkan kecemasan menurun dengan kriteria hasil

selama prosedur
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

sebagai berikut:
Indikator
1. Klien

Awal
mampu 3

Target
5

mengurangi takut
3. Berikan informasi

faktual

mengenai

diagnosis,

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

gejala

tindakan prognosis
4. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik

dan

relaksasi
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

cemas
2. Mengidentifikasi,

mengungkapkan
menunjukkan

tehnik

untuk

kecemasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 3

bahasa tubuh dan tingkat 3

aktivitas

menunjukkan

berkurangnya kecemasan
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat

ketakutan, persepsi

3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan

Anda mungkin juga menyukai