Oleh :
Uzzy Lintang Savitri
115070200111010
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA OVARIUM PRO LAPARATOMI
1. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan yang berlapis jaringan epitel dan
mengandung cairan atau bahan stengah padat. Kista ovarium merupakan suatu
pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau ovarium. (Bobak, 2004).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung
telur atau ovarium (Mansjoer, 2002).
Laparatomi merupakan suatu prosedur tindakan pembedahan dengan
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen.Kata Laparatomi terbentuk dari
dua kata Yunani, lapara dan tome.Kata lapara berarti bagian lunak dari
tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul.Sedangkan tome berarti
pemotongan (Sjamsudidajat, 2005).
2. KLASIFIKASI
Prawirohardjo
(2008)
menyatakan
bahwa
berdasarkan
tingkat
terjadi
pada
pubertas,
climacterium,
dan
sesudah
salpingektomi.
b. Kista Lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus
luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi
pada masa vaskularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak
jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding
tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi
resorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah cairan
yang jernih, atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein
sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam
dalam jaringan-jaringan perut.
c. Stein Levental ovary
Biasanya kedua ovarium membesar
dan
bersifat
polykistik,
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal
dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum.
2) Kista ovarium yang neoplastik atau proliferatif
a. Kista ovarium simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak. Diduga bahwa kista ini suatu jenis kistadenoma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan
dalam kista. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi
ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera
diperiksa
secara
histologik
untuk
mengetahui
apakah
ada
keganasan.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam pertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Jenis ini dapat
mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang pernah
dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk bulat,
ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan
berwarna putih atau putih kebiru-biruan.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal epithelium).
Pada umumnya kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor
biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair,
kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma)
d. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
elemen-elemen
entoderm
dan
mesoderm.
Tentang
tumor
berasal
dari
sel
telur
melalui
proses
Pada kedua tepi luka dipasang hak untuk memperluas akses ke rongga
abdomen
dilanjutkan
dengan
tindakan
sesuai
temuan
operasi.
(pengangkatan kista)
Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk
mengendalikan perdarahan.
Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.
Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk
mengendalikan perdarahan.
Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
kegiatan
keagamaannya
sesuai
dengan
kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
Hipotermi
Resiko cedera
POST
-
Resiko Infeksi
Resiko Jatuh
Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih bahasa Maria
A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Fraser, D.2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
Heardman. (2010). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Hefner, Linda J. & Danny J.Schust. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II. Jakarta :
EMS, Erlangga Medical Series.
Hollingworth., T. Diagnosis Banding dalam Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. 2000. Nursing Outcame Clasification. Mosby.
Philadelphia.
Kate, Vikram. 2011. Exploratory Laparotomy. Diakses 11 Agustus 2015 pukul 20.00 dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1829835-overview
Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta :
Hipokrates.
Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kandungan.
Prawirohardjo.
Sjamsudidajat R, De Jong W. 2005. Luka Operasi. Dalam: Buku Ajar Ilmu BedahEdisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Smelzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Wain, Yohana. 2009. Asuhan Keperawatan Laparotomi atas indikasi Kista Ovari.Akademi
Keperawatan UPN: Jakarta
Williams, Rayburn F. (2005). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya medika.
Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
TUJUAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat mengontrol nyerinya, nyeri berkurang
dengan kriteria hasil:
Awal
mampu 3
mengenali
Target
faktor
penyebab nyeri
2. Mengenali onset nyeri
3
3. Memberikan analgesik
3
(kolaborasi dengan tim
5
5
kesehatan lain)
4. Melaporkan
kontrol
5
melaporkan nyerinya
3
6. Klien
mengetahui
mampu
frekuensi nyeri
3
Keterangan:
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
ketidaknyamanan
klien
nyeri
5. Pasien
Indikator
1. Pasien
INTERVENSI
NIC: Pain Management
5: konsisten menunjukan
Kecemasan
Setelah
Dilakukan
Tindakan
Keperawatan
selama prosedur
2. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
sebagai berikut:
Indikator
1. Klien
Awal
mampu 3
Target
5
mengurangi takut
3. Berikan informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
mengidentifikasi
dan
mengungkapkan
gejala
tindakan prognosis
4. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
5. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
dan
relaksasi
6. Dengarkan dengan penuh perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
cemas
2. Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan
tehnik
untuk
kecemasan
9. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 3
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Keterangan:
1: keluhan ekstrim
2: keluhan berat
ketakutan, persepsi
3: keluhan sedang
4: keluhan ringan
5: tak ada keluhan