Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM/ KISTOMA OVARII

A. DEFINISI
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat
tumbuh di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (A.Price, Sylvia. 2016).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding
tipis, berisi cairan atau bahan setengah cair (Mansjoer, Arief dkk. (2012).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang
terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini
dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar
dari ovarium (Winknjosastro, Hanifa. 2015).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (William Helm, C. Ovarian Cysts. 2015)
B. JENIS - JENIS KISTA OVARIUM
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab
inilah yang nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa
tipe kista ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak
ditemukan. Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang
tidak terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal
terdapat dalam ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel
telur ini akan terbuka saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur.
Namun pada beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan
bendungan carian yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista
sebagian besar berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi
pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula
diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini
disebut dengan Kista Dermoid.
D. PATHWAY DAN PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang
memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak
terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan
pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum
mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple
dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi
dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari,
terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis
ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari
germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan
mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam
sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan
diskusi tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
Pathway
E. TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya
sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak
bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di
luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-
gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan
untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampilkan
gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat
dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan
atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material
padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan
melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk
biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan
melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak
terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi
oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan
kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan
perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian
gurita abdomen yang ketat.
H. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama
dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase
penyembuhan dan waktu granulasi jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak
terbentuk fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan
dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka,
kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai
menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan
sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena
banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka
dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung
pada tempat dan liasanya bedah.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru
dan arus darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah
jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi,
pasien harus menjaga agar tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan
mengeluh, gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada
waktu ini menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan
terjadi kontraktur karena penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang
berlapis putih.
I. KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas
terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme
terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral
terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila
seorang wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan
kemudian mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera
melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
J. PENGAKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi untuk
tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai
tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
b. Pemeriksaan Hb
c. Ultrasonografi : Untuk mengetahui letak batas kista.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
L. RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO KEPERAWATAN DAN TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KOLABORASI
1. Nyeri akut b.d agen injuri Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pain Management
fisik selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
NOC :
 Pain Level,
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Pain control,
 Comfort level  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Kriteria Hasil : pengalaman nyeri pasien
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nyeri, mampu menggunakan  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
tehnik
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan) ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
 Melaporkan bahwa nyeri  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
berkurang
dengan menggunakan manajemen nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
frekuensi dan tanda nyeri)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
berkurang dan inter personal)
 Tanda vital dalam rentang normal  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
penurunan 
pertahanan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
primer terkontrol  Pertahankan teknik isolasi
NOC :
 Immune Status  Batasi pengunjung bila perlu
 Knowledge : Infection control  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
 Risk control berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Kriteria Hasil :  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
 Mendeskripsikan proses penularan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penyakit, factor yang mempengaruhi
 Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
penularan serta penatalaksanaannya,
 Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
 Menunjukkan kemampuan untuk
petunjuk umum
mencegah timbulnya infeksi
 Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
 Jumlah leukosit dalam batas normal
kencing
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)


 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
3. Deficit personal hyegene Setelah dilakukan asuhan keperawatan Personal hyegene managemen
b.d imobilitas 
(nyeri selama 3x24 jam diharapakan pasien Kaji keterbatasan pasien dalam perawatan diri
pembedahan) menunjukkan kebersihan diri  Berikan kenyamanan pada pasien dengan membersihkan tubuh
NOC : pasien (oral,tubuh,genital)
 Kowlwdge : disease process  Ajarkan kepada pasien pentingnya menjaga kebersihan diri
 Kowledge : health Behavior  Ajarkan kepada keluarga pasien dalam menjaga kebersihan pasien
Kriteria Hasil :
 Pasien bebas dari bau
 Pasien tampak menunjukkan kebersihan
 Pasien nyaman
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :


EGC.

Mansjoer, Arief dkk. (2012). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media


Aesculapus.

Manuaba. (2014). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana. Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2010). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of America:Mosby.

Meidian, JM. 2010. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2015. American College of Obstetricians and


Gynecologists (diakses pada 16 November 2018). Available at
http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai