Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KISTA OVARIUM


DI RUANG E2 RSAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Disusun Oleh :
Rika Ortiningsih (011611233044)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau

ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk dari lapisan

terluar ovarium (Imade, 2013). Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada

ovarium yaitu tumor neoplastic bersifat jinak dan tidak pernah menyebar di luar ovarium

dan tipe lainnya adalah maligna / ganas dan dapat menyebar kebagian-bagian tubuh

lainnya. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya (Lely, 2013).

Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang menyerang wanita.

Kista atau tumor merupakan bentuk gangguan yang bisa dikatakan adanya pertumbuan

sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak. Walaupun demikian tidak menutup

kemungkinan untuk menjadi tumor ganas atau kanker. Kista atau tumor merupakan

bentuk gangguan pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak dan banyak

menyerang wanita pada usia reproduktif (Fajriyah, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 angka kejadian

tertinggi ditemukan pada negara maju dengan rata-rata 10/100.000, kecuali di Jepang

(6,4/100.000). Insiden Amerika Serikat (7,7/100.000) relatif tinggi dibandingkan dengan

angka kejadian di Asia dan Afrika. (WHO,2015). Angka kejadian kista ovarium di

Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 23.400 orang dan meninggal sebanyak 13.900

orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya

bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis

sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut (Kemenkes, 2015).

Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Gejala yang paling

sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan pinggul. Rasa nyeri ini
timbul akibat pecahnya dinding kista, pembesaran kista yang terlalu cepat sehingga organ

sekitarnya teregang, perdarahan yang terjadi didalam kista, dan tangkai kista yang

terpelintir (Imade, 2013).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan Patologis pada pasien kista

ovarium

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1.1 menjelaskan konsep dasar dari kista ovarium

1.2.2.1.2 menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan patologis pada pasien

kista ovarium

1.2.2.1.3 merencanakan asuhan kebidanan patologis yang menyeluruh

berdasarkan kebutuhan pasien.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan terutama yang berkaitan dengan asuhan kebidanan patologis.

1.3.2 Bagi Penulis

diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dan memahami

asuhan kebidanan patologis yang telah dipejari.


BAB 2

TINJAUAN KASUS

2.1 Konsep Kista Ovarium

2.1.1 Definisi

Kista ovarium merupakan benjolan yang membesar, seperti balon yang berisi

cairan yang tumbuh di indung telur. Kista tersebut disebut juga kista fungsional

karena terbentuk selama siklus menstruasi normal atau setelah telur dilepaskan

sewaktu ovulasi (Benson & Pernoll, 2008).

Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur

atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang terbentuk

dari lapisan terluar ovarium (Imade, 2013).

2.1.1 Klasifikasi

Kista ovarium dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Kista Fungsional/ Non neoplastik

a) Kista folikel

Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia

foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai

kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada masa ini

tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel diisi

dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang

dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan

yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma

folikuler.

b) Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista

lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari 17 corpus luteum

haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa

vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah

corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-

kuningan. Secara perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah,

sehingga akhirnya tinggalah cairan yang jernih atau sedikit bercampur

darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian

dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel

lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.

2. Kista Neoplastik

a) Cystadenoma mucinosum

Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar

yang pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk

bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan permukaan yang rata dan

berwarna putih atau putih kebiru-biruan.

b) Cystadenoma serosum

Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum,

tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat

menyerupai kista mucinosum. Pada umumnya kista ini berasal dari epitel

permukaan ovarium (germinal ephitelium).

c) Kista dermoid

Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah bahwa

tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol ialah
eksodermal. Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini jarang

mencapai ukuran yang besar.

2.1.3 Etiologi

Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh gangguan

(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium

(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi

dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan. Kista

lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang fungsional dan dapat

membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan darah yang

berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi. Penyebab lain adalah

adanya pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah

abnormal dari folikel ovarium, korpus luteum, sel telur.

2.1.4 Faktor Risiko

Faktor risiko yang dapat menyebabkan kista ovarium meliputi;

1. Ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen misalnya akibat

penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh

yang bersifat diuretik.

2. Pertumbuhan folikel yang tidak terkontrol

3. Degenerasi ovarium

4. Gaya hidup tidak sehat yakni dengan:

a. Konsumsi makanan yang tinggi lemak, kurang serat dan makanan

berpengawet

b. Penggunaan zat tambahan pada makanan


c. Kurang berolah raga

d. Merokok dan mengkonsumsi alkohol

e. Terpapar dengan polusi dan agen infeksius

f. Sering stress

5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina

6. Faktor genetik

Dalam tubuh kita terdapat gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang

disebut protoonkgen, karena suatu sebab tertentu misalnya karena makan

makanan yang bersifat karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau

atau karena radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi onkgen yaitu gen

pemicu kanker

2.1.5 Manifestasi Klinis

1. Asytomptomatic

2. Symptomatic : Nyeri tertekan, nyeri saat haid, nyeri saat hubungan seksual

3. Nyeri sedang hingga berat torsi iskemik ovarium

4. Kekakuan abdomen dan asites

5. Gangguan hormonal, menyebabkan gangguan pada menstruasi.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor

berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor

itu.

2. Ultrasonografi

Pemeriksaan ini menentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal

dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang

bebas dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam

tumor.

4. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.

Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum

peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005).

2.1.7 Komplikasi

1. Perdarahan ke dalam kista.

Terjadi sedikit-sedikit hingga berangsur-angsur menyebabkan

pembesaran kista. Pada perdarahan yang banyak menyebabkan distensi

dan menimbulkan nyeri dan syok karena jumlah perdarahan yang banyak.

2. Torsi/ putaran tangkai.

Terjadi pada kista dengan diameter >5cm. Hal ini menyebabkan

gangguan sirkulasi, adanya torsi menimbulkan tarikan pada ligamentum

infundibulopelvikum yang menyebabkan rasa sakit. Karena vena tertekan

terjadilah pembendungan darah dalam tumor yang dapat menyebabkan

perdarahan. Jika hal ini terus terjadi putaran tangkai dapat terjadi nekrosis

hemoragik dalam tumor.

3. Infeksi pada tumor

Adanya kuman di sekitar kista, seperti apendisitis.

4. Robek dinding kista,


Akibat trauma, jatuh, pukulan di perut. Apabila terjadi robekan akan

menimbulkan peradarahan dan terasa nyeri yang terus menerus.

5. Keganasan

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Tumor ovarium nonneoplastik

Tumor ovarium yang tidak memberikan gejala , memiliki besar tidak

melebihi jeruk nipis dengan diameter < 5 cm termasuk tumor nonneoplastik.

Pada tumor ini tidak jarang mengalami pengecilan secara spontan

menghilang. Maka tindakan yang dilakukan yaitu:

a. Menunggu selama 2 sampai 3 bulan.

b. Mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang.

c. Mengamati peningkatan pertumbuhan tumor.

d. Mempertimbangkan tindakan operatif, apabila kesimpulan dari hasil

observasi tumor tersebut bersifat neoplastik.

2. Tumor ovarium neoplastik tidak ganas

Tindakan yang dilakukan yaitu:

a. Pengangkatan tumor ini adalah dengan pengangkatan reseksi pada

bagian ovarium yang mengandung tumor.

b. Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi).

c. Operasi kedua dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah

ditemukan tumor pada satu atau dua ovarium.

d. Operasi tumor ovarium yang diangkat harus terbuka, untuk mengetahui

apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada

saat operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen


section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan

kepastian apakah tumor tersebut ganas atau tidak.

3. Histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral

Operasi yang tepat jika terdapat keganasan adalah dengan histerektomi

dan salpingo-ooforektomi bilateral (pengangkatan kedua tuba). Pada wanita

muda yang masih ingin mempunyai keturunan dan dengan tingkat keganasan

tumor yang rendah (misalnya tumor sel granulosa), dapat

dipertanggungjawabkan untuk mengambil risiko dengn melakukan operasi

yang tidak bersifat radikal.

(Sjamsuhidayat, 2004 ; Wiknjosastro, 2005)

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN FISIOLOGIS

2.2.1 Pengkajian data

Pengkajian dibagi menjadi 2, dapat diperoleh dari data subjektif (yang didapat

dari hasil anamnesa dari pasien maupun keluarga) dan data objektif

(pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan)

 No. Register : Penting diketahui untuk mengetahui rekam medik pasien,

memudahkan dalam mencari riwayat kesehatan sebelumnya.

 Tanggal : untuk mengetahui kapan anamnesa dilakukan.

 Oleh : untuk mengetahui siapa yang melakukan anmnesa.

 Jam : untuk mengetahui pukul berapa anamnesa dilakukan.

A. Data subyektif

1. Identitas

a. Nama

untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan

b. Umur
Untuk mengetahui bahwa klien masih dalam masa reproduksi.

c. Agama :

untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kepercayaan klien.

d. Pendidikan

Mengetahui tingkat pendidikan, sehingga memermudah penyampaian

asuhan dan memermudah komunikasi pada pasien

2. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan pasien saat ini.

Anamnesa keluhan utama klien dipergunakan untuk membantu menentukan

diagnosa. Pada kista ovarium klien mengeluhkan bahwa nyeri pada perut

bagian bawah, dan terasa terdapat massa pada perut bagian bawah.

3. Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan reproduksi yang berhubungan

dengan menstruasi.

4. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi saat ini atu sebelumnya

kemungkinan menjadi penyebab atau berpengaruh pada penyakit yang

diderita saat ini.

5. Riwayat kehamilan dan persalinan

Untuk mengetahui jika terdapat penyulit, maka bidan harus menggali lebih

spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normat

atau patologis.

6. Riwayat penyakit

Dikaji untuk mengetahui apakah penyakit sebelumnya mempengaruhi

penyakit yang diderita saat ini.


7. Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui kemungkinana adanya pengaruh penyakit keluarga

terhadap gangguan kesehatan pasien.

8. Keadaan sosial dan budaya

Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan berbagai

tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum menopause.

9. Pola fungsional

1. Nutrisi

Berapa kali makan dan minum dibutuhkan untuk mengkaji cadangan

energi dan status cairan dalam tubuh pasien (Varney, 2009).

2. Eliminasi

Biasanya terjadi konstipasi dan susah BAK

3. Pola Istirahat

Istirahat cukup kira-kira 6-8 jam pada malam hari dan +/- 1-2 jam di

siang hari

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan umum

pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria

sebagai berikut:

 Baik: Jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap lingkungan

dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan

dalam berjalan.
 Lemah: Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika kurang atau tidak

memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan

pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

b. Kesadaran

Untuk mengetahui kesadaran pasien, melakukan pengkajian tingkat

kesadaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal), sampai

dengan koma (pasien dalam keadaan tidak sadar)

c. Tanda-tanda vital

 Tekanan Darah: dengan mengukur tekanan darah diharapkan supaya

dapat mengetahui apakah pasien tersebut mengalami hipertensi yang

ditandai dengan tekanan darah > 140/90 mmHg atau hipotensi < 90/60

mmHg. tekanan darah normal 120/80 mmHg.

 Nadi: 60- 100 x/mnt.

 Pernapasan: dalam keadaan istirahat, pernafasan orang dewasa

normal berkisar 12-20x/menit.

 Suhu: untuk mengukur suhu tubuh pasien apakah terjadi infeksi atau

tidak. Suhu normal 36,5-37,5 oC

2. Pemeriksaan fisik

a. Mata: anemis atau tidak

b. Abdomen:

- Palpasi: terdapat massa, nyeri pada perut bagian bawah

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan labolatorium

- Pemeriksaan Hb

Normal 12 gr%

b. Pemeriksaan diagnostik
a. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah

tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-

sifat tumor itu.

b. Ultrasonografi

Pemeriksaan ini menentukan letak dan batas tumor apakah tumor

berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor

kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam

rongga perut yang bebas dan yang tidak.

c. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.

Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi

dalam tumor.

d. Parasentesis

Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab

asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari

cavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk

(Wiknjosastro, 2005).

2.2.2 Interpretasi Data (Diagnosa dan Masalah)

 Diagnosa

Diagnosa ditegakkan dari data subjektif, objektif dan keadaan gangguan

reproduksi

 Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien dari data

subjektif dan objektif.


2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Merupakan hal-hal yangberkaitan dengan pengalaman pasien yang

ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnosa (Varney,2007).

2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Berdasarkan diagnosa potensial harus diidentifikasi terlebih dahulu

adakah kebutuhan tindakan segera atau tidak, bisa ada ataupun tidak ada

sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi klien.

Merumuskan kebutuhan tindakan kedaruratan atau segera untuk

menyelamatkan jiwa ibu dan bayi termasuk tindakan segera yang mampu

dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

1. Mandiri : Tindakan yang dilakukan sebelum melakukan rujukan/

penanganan awal kasus untuk menghindarai terjadinya komplikasi.

2. Kolaborasi : Planning yang dilakukan dengan cara kolaborasi

dengan dokter yang lebih berkompeten terhadap kasus kesehatan ibu,

untuk selanjutnya kasus mungkin masih bisa dikerjakan sendiri oleh

bidan atau dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih berwenang

3. Rujukan : Dilakukan bila kasus merupakan kasus patologis dan harus

dikerjakan di tingkat pelayanan kesehatan lebih tinggi oleh petugas yang

lebih berwenang dan berkompeten.

2.2.5 Perencanaan tindakan

Rencana asuhan yang menyeluruh tdak hanya dari data yang sudah

teridentifikasi dari kondisi dan masalah pasien, tetapi juga dari kerangka

pedoman antisipasi terhadap apa yang akan terjadi. Setiap rencana asuhan

harus disetujui oleh kedua belah pihak, tenaga kesehatan dan klien. Agar

dapat dilaksanakan dengan efektif.


2.2.6 Pelaksanaan

Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan pada klien

berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani

diagnosa/masalah yang telah terindentifikasi.

2.2.7 Evaluasi

Bagian dari proses asuhan kebidanan untuk menilai apakah pelayanan

kesehatan telah tercapai seluruhnya, sebagian atau tidak sama sekali. Dari

hasil evaluasi ditentukan apakah rencana tindakan kebidanan itu relevan

diterapkan atau sudah harus dihentikan atau direvisi ulang.

Evaluasi dituliskan dalam pendokumentasian dalam bentuk SOAP

S: Subjektif

O: Objektif

A: Analisis

P: Penatalaksanaan

DAFTAR PUSTAKA
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2008. Buku Saku Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC.

Fajriyah.dkk, 2014. Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Kista Ovarium di

RSUD ’45 Kuningan Periode 01-Januari – 30 November Tahun 2014. Cirebon : Akbid

Muhammadiyah Cirebon.

Fatkhiyah. 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia Reproduksi di RSKIA

Kasi Ibu Kota Tegal. Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi

Imade, 2013. blogdokter Imade C. Wirawan. Jakarta : Naura Books PT Mizan Publikasi

Kemenkes. 2015. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Lely, 2013. Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang kista Ovarium. Di Desa Jabung

Sragen Tahun 2013. Surakarta : STIKES Kusuma Husada Surakarta

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Varney. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

WHO, 2015. Kista Ovarium artikel perbandingan didunia kesehatan.diakses tanggal 10 November

2019.

Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai