Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

MANAJEMEN KASUS GINEKOLOGI


“KISTA OVARIUM”

Disusun Oleh :
Alfi Safira (P17331173020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANANJEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya sehingga laporan komprehensif ini yang membahas tentang “Manajemen Kasus
Ginekologi (Kista Ovarium)” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan komprehensif ini
disusun dalam rangka memenuhi target laporan kompetensi yang ditetapkan pada mahasiswa
DIV Program Studi Kebidanan Jember. Laporan Komprehensif ini bertujuan untuk
meningkatkan dan memperdalam pengetahuan tentang “Manajemen Kasus Ginekologi (Kista
Ovarium” serta berbagai keluhannya.
Tidak lupa pula dukungan dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyusun laporan komprehensif ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Sugijati, SST, M.Kes., selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan
Jember.
2. Dosen pembimbing Asuhan Kebidanan saya yang telah bersedia membantu dan
membimbing saya di pendidikan.
3. Bidan pembimbing yang telah bersedia membimbing saya di lahan praktik.
4. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan mendo’akan setiap
langkah yang saya lakukan.
5. Serta seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan komprehensif
ini.
Penulis menyadari bahwa laporan komprehensif ini masih jauh dari kata sempurna,
maka dari itu penulis berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
bagi penulis. Penulis berharap laporan komprehensif ini dapat menambah pengetahuan dan
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 19 April 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kista ovarium cukup populer di telinga wanita khususnya jika ini
menyangkut kesehatan reproduksi, karena kista ovarium banyak jenisnya dan tidak
selalu berbahaya. Namun kista tetap perlu diwaspadai karena tanda dan
gejalanyaseringkali tidak disadari dan baru terdeteksi saat seseorang memeriksakan
dirinya ataukonsultasi kepada dokter. Apabila kista tersebut sudah menjadi ganas,
maka akanmenjadi kanker ovarium.
Kanker ovarium ini merupakan salah satu penyebabkematian terbanyak dari
semua kanker ginekologi.Melihat kondisi tersebut, sebagai bidan sebaiknya bertugas
untuk memberikanasuhan kebidanan dengan masalah kista ovarium. Meskipun bukan
untuk menangani penyakit kandungan, tetapi bidan dapat melakukan beberapa hal
untuk membantumeringankan keadaan psikologis ibu dengan kondisi penyakitnya.
Misalnya bidanmelakukan dukungan mental dan psikologis untuk mengurangi rasa
cemas yangdialami ibu. Hal ini bisa menenangkan ibu dan ibu bisa menerima keadaan
yangdialami dirinya. Selain itu, seorang bidan juga dapat melakukan konseling
terhadapwanita yang terkena penyakit gangguan reproduksi khususnya kista ovarium
Misalnya dengan memberikan penjelasan mengenai apa yang yang dimaksud
dengankista ovarium dan bagaimana penanganannya. Hal ini dilakukan agar klien
dapatmemahami dan kooperatif dengan semua tindakan yang akan diberikan. Untuk
itu, bidan sangatlah berperan penting dalam menangani masalahkesehatan reproduksi
dan membuat laporan asuhan kebidanannya terhadap masalahkesehatan reproduksi
yaitu pada wanita kista ovarium
1.1 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mampu memahami pengertian kista ovarium
- Mahasiswa mampu memahami etiologi kista ovarium
- Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi kista ovarium
- Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala kista ovarium
1.2 Metodologi Penulisan
a. Studi Kepustakaan berdasarkan teori dan buku yang mendukung.
b. Anamnesa dan pemeriksaan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dari klien.
1.3 Sistematika Penulisan
a. Pendahuluan
1) Latar Belakang
2) Tujuan Penulisan
3) Metodologi Penulisan
4) Sistematika Penulisan
b. Tinjauan Pustaka
1) Pengertian Kista Ovarium
2) Etiologi Kista Ovarium
3) Faktor yang Mempengaruhi Kista Ovarium
c. Asuhan Kebidanan Teori
S : Subjektif
O : Objektif
A : Assassement (Penilaian)
P : Plan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
a. Kista Ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan yang terdapat pada
ovarium (Winkjosastro, 1999).
b. Kista ovarium merupakan bagian dari tumor ovarium. Tumor ovarium ini bisa
bersifat neo plasma dan non neoplasma. Kista ovarium sendiri bagian dari tumor
neoplasma yang jinak (Sarwono, 1982).
c. Kista ovarium adalah kista yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non-
neoplastik yang berasal dari corpus luteum. (Sastrawinata S, 2002).
d. Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005).
2.2 Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab terjadinya kista ovarium belum sepenuhnya di
mengerti, tetapi beberapa teori menyebabkan adanya gangguan dalam
pembentukan estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium –
hipotalamus.
Beberapa dari literature menyatakan bahwa penyebab terbentuknya kista pada
ovarium adalah gagalnya sel telur ( folikel ) untuk berovulasi. Folikel  tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal dalam melepaskan sel telur, karena itu
terbentuk kista di dalam ovarium. Tetapi ada penyebab yang mendorong
tumbuhnya kista antara lain :
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi
makanan mengandung : zat-zat sintetik, merokok, kurang olah raga,konsumsi
alkohol.
2. Polusi udara
3. Stres
4. Virus
5. Faktor genetik
6. Gagalnya sel telur berovulasi.

2.3 Sifat
Beberapa sifat dari kista adalah sebagai berikut :
a. Kista fisiologis
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal-normal saja.Sesuai
siklus menstruasi, di ovarium timbul volikel dan folikelnya berkembang, dan
gambarnya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat
di deteksi menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang. Jadi
ksta yang bersifat fisiologis tidak perlu di operasi, kerena tidak berbahaya dan
tidak mentebabkan keganasan, tetepi perlu di amati apakah kista tersebut
mengalami pembesaran atau tidak.
b.  Kista Patologis ( kanker ovarium )
Kista ovarium bersifat ganas di sebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Pada
yang patologis, pambesaran biasa terjadi relative cepat yang kadang tidak
disadari si penderita, kista tersebut sering muncul tampa gejala seperti penykit
umumnya. Itu sebabnya diaknosa awalnya agak sulit dilakukan. Kista ganas
yang mengarah ke kenker biasanya bersekat – sekat dan dinding sel tebal dan
tidak teratur . Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan semisolid dan dapat
bersifat ganas . (Nugroho T, 2012).
2.4 Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
1)   Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang berkurang
di dalam korteks.
2)  Kista fungsional
 Kista folikel
Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun. Kista
ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia folliculi.
Setiap bulan sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai kematian
ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada massa ini
tampaknya sebagai kista – kista kicil. Tidak jarang ruangan folikel disini
dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar,
yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.Biasanya besarnya tidak
melibihi sebuah jeruk, kista jenis ini tidak memberikan gejala yang
karakteristik, bahkan kadang – kadang tidak menunjukan gejala
apapun.Bila mencapai ukuran yang cukup besar, kista tersebut dapat
memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah yang dikenai.
Diagnose dapat ditentukan dengan palpasi tumor tersebut dan biasanya
tidak memerlukan terapi. (Wiknjosastro H. 2007)
 Kista Korpus Luteum
Terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone setelah ovulasi.
Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang
panjang, nyeri abdomen bawah pelvis. Jika ruptur perdarahan
intraperitorial, terapinya adalah operasi ooverektomi.
 Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat
pada mola hidatidosa. ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 %
dari semua kehamilan dibentuk sebagai hasil lamanya stimulasi ovarium,
berlebihnya HCG. Tindakanya adalah mengangkat mola. Biasanya
bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat lamanya
stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG).
(Lowdermik,dkk. 2005)
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium. Biasanya kedua ovarium membesar
dan bersifat polykisti, permukaan rata, berwarna keabu-abuan dan
berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis akan tampak tunika
yang tebal dan fibrotic. Dibawahnya tampak folikel dalam bermacam-
macam stadium, tetapi tidak di temukan corpus leteum. Secara klinis
memberikan gejala yang disebut stain – leventhal syndrome dan kelainan
ini merupakan penyakit herediter yang autosomaldominant
(Wiknjosastro H. 2007).
b. Kista neoplasma (Winjosastro.et.all 1999)
1)  Kistoma ovarii simpleks
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista. Kista ini bertangkai dan
dapat menyebabkan torsi (putaran tingkai). Tindakannya adalah
pengangkatan kista dengan reseksi ovarium. (Winkjosastro, 1999).
2) Kistodenoma ovarii musinoum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain. Menurut
Mayer, ia mungkin berasal dari suatu teroma dimana dalam
pertumbuhannya satu elemen menghalangkan elemen –elemen lain.
Ada penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal dari lapisan
germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal
yang sama dengan tumor Brenner. Penangan terdiri atas pengangkatan
tumor. Jika pada operasi tumor sudah cukup besar sehingga tidak
tampak banyak sisa ovarium yang normal, biasanya di lakukan
pengangkatan ovariam beserta tuba (salpingo – ooforektomi).
( Prawirohardjo S, 2008)
3)   Kistodenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium). Pada
umumnya kista ini tidak mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.Permukaan tumor
biasanya licin, kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler
meskipun lazimnya berongga satu. Terapi pada umumnya samaseperti
pada kistadenoma musinosum. Hanya berhubung dengan lebih
besarnya kemungkinan keganasan, perlu di lakukan pemeriksaan yang
teliti terhadap tumor yang dikeluarkan.Bahkan kadang-kadang perlu di
periksa sediaan yang di bekukan pada saat operasi untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi.
4)   Kista Endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid. Kista biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel yang menyerupai lapisan
endometrium. Kista ini di temukan oleh sartesson dalam tahun 1969,
tidak ada hubunganya dengan endometriosis ovarii.

5)  Kista dermoid


Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis. Sebenarnya kista
dermoid ialah satu terotoma kistik yang jinak dimana stuktur-stuktur
ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epital kulit, rambut,
gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak Nampak lebih nenonjol dari pada elemen-elemen entoderm dan
mesoderm.Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid.Dinding kista
kelihatan putih, keabu-abuan dan agak tipis.Konsistensi tumor sebagian
kistik kenyal, dibagian lain padat. Sepintas lalu kelihatan seperti kista
berongga satu, akan tetapi bila ruangan-ruangan kecil dalam dindingnya.
(Wiknjosastro H. 2007).
2.5 Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan  salah satu harmon tersebut bisa mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang
abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium.Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan
gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, E.J, 2008).

2.6 Gejala Klinis


          Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
akibat dari pertumbuhan endokrin atau komplikasi kista tersebut adalah :
a. Akibat pertumbuhan
1)    Benjolan pada abdomen sebagai akibat adanya kista ovarium didalam
perut bagian bawah.
2)     Gangguan miksi yang diakibatkan oleh penekanan kandung kemih.
3)     Tekanan kista lebih besar menimbulkan rasa berat dalam abdomen,
obstipasi, oedema tungkai, nafsu makan menurun, dan sesak nafas.
b. Akibat aktifitas hormonal
       Pada umumnya kista ovarium tidak mengubah siklus menstruasi
karena kista tersebut dapat mengeluarkan hormon.
c.  Akibat komplikasi
1)  Perdarahan pada kista dapat mengakibatkan nyeri abdomen
mendadak.
2)  Perputaran tungkai atau torsi juga menyebabkan nyeri abdomen
secara tiba-tiba.
3)  Infeksi pada kista ovarium dapat menimbulkan gejala seperti panas,
nyeri abdomen, dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.
4)  Robekan dinding kista ovarium menyebabkan isi kista tampak
kedalam ruang abdomen.
5)  Degenerasi keganasan sering dijumpai pada usia sebelum menarche
dan diatas 45 tahun.
d.  Sindrom Meigs
Dalam 40 persen dari kasus-kasus fibroma ovarium ditemukan asites
dan hidrotoraks (Wiknjosastro, H. 2007).
2.7 Komplikasi
Menurut manuaba (1998) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahan menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan
tindakan yang cepat.
b. Perputaran tangkai
Tumor bertangkai mendadak menimbulkan nyeri abdomen. Dapat terjadi pada
tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan
gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat total.
c. Infeksi pada tumor
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas
sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rungan abdomen. Tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh
atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu persetubuhan.
e. Keganasan kista ovarium
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
2.8 Penatalaksanan
a.    Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang
digunakan untuk mengecilkan ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga
mengurangi peluang pertumbuhan kista.
b.       Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
c.      Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi. (Lowdermilk.dkk. 2005)
d. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi. Prinsip
pengobatan kista dengan operasi adalah sebagai berikut :
1). Apabila kistanya kecil (misalnya sebesar permen) dan pada pemeriksaan
sonogram tidak terlihat tanda-tanda keganasan,biasanya dokter melakukan
operasi dengan laparaskopi. Dengan cara ini, alat laparaskopi di masukkan
kedalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut,
yaitu sayatan searah dengan geris rambut kemaluan.
2). Apabila kistanya agak besar (lebih dari 5 cm), biasanya pengangkatan kista
dilakukan dengan laparatomi. Tehnik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kista sudah dapat diperiksa apakah sudah
mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila sudah dalam proses
keganasan operasi sekalian mengangkat ovarium dan saliran tuba, jaringan
lemak sekitar serta kelenjar linfe (Fizal yatim,dr 2008).
2.9 Pemeriksaan penunjang
a. Pap smear : untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adaya kanker / kista.
b. Ultrasound / scan CT : membantu mengindentifikasi ukuran / lokasi massa.
c. Laparoskopi : dilakukan untuk melihat tumor, perdarahan, perubahan
endometrial.
d. Hitung darah lengkap : penurunan Hb dapat menununjukan anemia kronis
sementara penurunan Ht menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi

Anda mungkin juga menyukai