Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

D (21 TAHUN)
DENGAN KISTA OVARIUM POST LAPARATOMI
SALPINGO-KISTEKTOMI DEKSTRA + APENDIKTOMI
DI RUANG EPHRATA RUMAH SAKIT SILOAM LIPPO
VILLAGE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners

Stase Keperawatan Maternitas

Disusun oleh :

1. Rosari Lisa Elia Rumondor (01503210027)


2. Jessica Fabiella (01503200334)
3. Tabhita A. M. Djo Rohi (01503210013)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kista ovarium merupakan salah satu penyakit reproduksi yang sering
terjadi pada perempuan. Kista atau tumor merupakan gangguan pertumbuhan sel-
sel otot polos berupa kantung pada bagian tubuh tertentu (Nurmansyah, Djemi, &
Setyawati, 2019). Kista ovarium merupakan tumor jinak yang timbul dari bagian
ovum yang berisi cairan, bersifat neoplastic dan non-neoplastik (Savitri, Budiana,
& Mahayasa, 2020). Kista ovarium dapat diperumit oleh rupture, perdarahan, dan
torsi, yang dianggap sebagai keadaan darurat ginekologi. (Mobeen & Apostol,
2021).
World Health Organaization atau yang dikenal dengan WHO pada tahun
2015, mencatat sebanyak 234.000 wanita di seluruh dunia terdiagnosis kista
ovarium dengan pervalensi kematian 53,40%. Global Burden of Cancer
(Globocan) juga mencatat pada tahun 2018 sebanyak 295.414 wanita di seluruh
dunia terdiagnosis kista ovarium dan kurang lebih 4,4% meninggal dunia
diantaranya terkait dengan kanker. Di Indonesia, pada tahun yang sama
dilaporkan sebanyak 13.310 wanita terdiagnosis kista ovarium dengan angka
kematian 3,8% atau 7,842 orang. Survey demografi kesehatan Indonesia
menyatakan kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan sering
terjadi pada wanita usia 20-40 tahun pada masa pubertas atau kurang dari 20
tahun jarang terjadi (Susianti & Sari 2017).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan asuhan keperawatan adalah
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
stase maternitas Program Profesi Keperawatan UPH, menambah
pengetahuan serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan terhadap
pasien dengan diagnosa kista ovarium sesuai dengan standard operasional
keperawatan yang berlaku.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan laporan ini adalah melakukan pengkajian,
analisis data, merumuskan diagnosa keperawatan, menentukan rencana
tindakan, melakukan implementasi serta mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien dengan diagnosa kista
ovarium post laparatomi salpingo-kistektomi dekstra + apendiktomi.
1.3 Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan laporan ini antara lain :
1.3.1 Bagi pembaca, diharapkan melalui laporan ini pengetahuan dan wawasan
pembaca dapat bertambah dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan diagnosa kista ovarium.
1.3.2 Bagi perawat, diharapkan melalui laporan ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran dan evaluasi bagi perawat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa kista
ovarium.
1.3.3 Bagi institusi pendidikanm diharapkan melalui laporan ini dapat menjadi
masukan, sumber informasi dan bahan pembelajaran bagi calon perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada kasus pasien
dengan diagnose kista ovarium.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Defenisi
Kista ovarium adalah sebuah kantung yang berisi cairan yang mungkin
sederhana atau kompleks. Pada beberapa kasus bisaanya ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan fisik atau pencitraan. Kista ovarium dapat diperumit
oleh rupture, perdarahan, dan torsi, yang dianggap sebagai keadaan darurat
ginekologi. (Mobeen & Apostol, 2021).
Kista ovariuam adalah kantung yang berisi cairan yang terbentuk pada atau
di dalam ovarium. Kista ovarium dapat berkembang karena berbagai alasan.
Kebanyakan kista ovarium tidak berbahaya. (Johns Hopkins Medicine, 2021).
Kista ovarium adalah kantung berisi cairan di ovarium, bisaanya terbentuk selama
masa ovulasi. Ovulasi terjadi ketika ovarium melepaskan sel telur setiap bulannya.
Banyak wanita dengan kista ovarium tidak memiliki gejala (The Office on
Women’s Health, 2019).
Jenis kista ovarium paling umum atau disebut juga kista fungsional
terbentuk selama siklus menstruasi. Terdapat dua jenis kista yang paling umum
adalah :
1) Kista Folikel
Dalam siklus menstruasi normal, ovarium melepaskan sel telur setiap
bulannya. Telur tumbuh didalam kantung kecil yang disebut folikel. Saat
telur matang, folikel pecah untuk melepaskan telur. Kista folikel terbentuk
ketika folikel tidak pecah untuk melepaskan sel telur. Hal ini
menyebabkan folikel terus tumbuh menjadi kista. Kista folikel sering tidak
memiliki gejala dan akan hilang dalam satu sampai tiga bulan.
2) Kista Corpus Luteum
Setelah folikel pecah dan melepaskan sel telur, kantung folikel yang
kosong menyusut menjadi massa sel yang disebut corpus luteum. Corpus
luteum membuat hormone untuk mempersiapkan telur berikutnya. Kista
corpus luteum terbentuk jika kantung tidak menyusut. Sebaliknya, kantung
itu menutup kembali setelah telur dilepaskan dan kemudian cairan
menumpuk didalamnya. Kebanyakan kista corpus luteum hilang dalam
beberapa minggu. Kista corpus luteum bisa tumbuh hingga hamper empat
inci lebarnya dan juga dapat berdarah atau memutar ovarium dan
menyebabkan rasa sakit.
Jenis lain dari kista ovarium jinak :
1) Endometrioma
Endometrioma disebabkan oleh endometriosis. Endometriosis terjadi
ketika sel-sel endometrium uteus tumbuh di luar rahim. Beberapa jaringan
bisa menempel pada ovarium dan bertumbuh menjadi kista.
2) Dermoid
Dermoid berasal dari sel yang ada sejak lahir dan biasanya tidak
menimbulkan gejala
3) Kistadenoma
Kistadenoma berisi cairan atau lender dan terkadang bisa tumbuh besar.
Kista ini berkembang di permukaan ovarium.
Pada beberapa wanita, ovarium membuat banyak kista kecil. Hal ini
disebut sindrom ovarium polikistik (PCOS). PCOS dapat menyebabkan masalah
pada ovarium dan kehamilan. Kista ganas (kanker) biasanya lebih sering terjadi
pada wanita yang lebih tua atau memasuki mas menopause. Kista kanker adalah
kanker ovarium. (The Office on Women’s Health, 2019).
2.2 Etiologi
Etiologi kista ovarium atau massa adneksa berkisar dari fisiologis normal
(kista folikel atau luteal) hingga keganasan ovarium. Kista ovarium dapat terjadi
pada semua usia tetapi lebih sering terjadi pada tahun-tahun reproduksi dan
memiliki peningkatan kejadian pada wanita menarchal karena produksi hormone
endogen. Kista sederhana adalah yang paling mungkin terjadi pada semua
kelompok umur, dan lesi ovarium campuran kistik dan padat memiliki tingkat
keganasan yang lebih tinggi dari pada kista sederhana.
Faktor resiko pembentukan kista ovarium meliputi (Mobeen & Apostol,
2021) :
1) Pengobatan infertilitas; pasien dengan pengobatan gonadotropin atau agen
induksi ovulasi lainnya dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari
sindrom hiperstimulasi ovarium
2) Tamoxifen
3) Kehamilan; dalam kehamilan, kista ovarium dapat terbentuk pada
trimester kedua saat kadar HCG memuncak
4) Hipertiroidisme
5) Maternal Gonadotropin; efek transplasenta gonadotropin ibu dapat
menyebabkan perkembangan kista ovarium janin.
6) Ligasi Tuba
2.3 Manifestasi Klinik
Menurut Nugroho (2012), tanda dan gejala kista ovarium antara lain :
1) Sering tanpa gejala
2) Nyeri saat menstruasi
3) Nyeri pada perut bagian bawah
4) Nyeri saat berhubungan badan
5) Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai kaki
6) Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang banyak.
2.4 Penatalaksanaan Medis
1) Terapi Hormonal
2) Terapi Pembedahan
2.5 Komplikasi
Menurut Mobeen & Apostol (2021), terdapat tiga komplikasi kista
ovarium, yaitu :
1) Rupture
Kista yang pecah dapat menyebabkan rasa sakit yang parah dan
perdarahan internal. Semakin besar ukuran kista, semakin besar resiko
untuk terjadinya rupture atau pecah.
2) Hemorrhage
3) Torsion atau torsi ovarium
Kegawatdaruratan ginekologi kelima yang paling umum adalah torsi
ovarium, yang didefinisikan sebagai terpuntirnya ovarium yang
mengakibatkan obstruksi aliran darah ke ovarium.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Green Top Guideline No.34 dari Royalle College of Obstetricians
& Gynaecologist (2016), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnose kista ovarium antara lain :
1) Tes kehamilan
2) USG
3) Laparoskopi
4) CT-Scan
5) MRI
6) Tes darah Ca125
2.7 Web of Caution (WOC)
Kista ovarium adalah kantung berisi Maternal
Pengobatan Kehamilan
cairan di ovarium, bisanya terbentuk Tamoxifen Ligasi Tuba Hipertiroidisme Gonadotropin
infertilitas
selama masa ovulasi (The Office on
Women’s Health, 2019)
Sel telur yang Hormon Tiroid
keluar tidak HCG
Memblokir
Pemeriksaan Penunjang
menemukan jalan
1) Tes kehamilan reseptor estrogen
2) USG
3) Laparoskopi LH, FSH
4) CT-Scan
Ovarium tidak
5) MRI
6) Tes darah Ca125 responsif
Estrogen, Progesteron

Abnormal hormone
hipofisi

Gagal melepaskan
sel telur

Kista Ovarium Siklus menstruasi Penimbunan folikel


tidak teratur, Nyeri
Torsi ovarium
Pembesaran Ovarium Operasi
Pengaruh
Peristaltic usus
Risiko Pendarahan Luka Operasi Anastesi
Rupture

Absorbsi air di kolon


Hemorrhage Diskontinitas
Jaringan
Risiko Konstipasi
Gangguan Perfusi
Jaringan Risiko Infeksi Nyeri Akut
metabolisme
Pasca Bedah

Hipolisis

Asam Laktat
Keterangan :

F. Risiko Clinical Pathway Manifestasi Klinis


Keletihan

Dx. Medis Penatalaksa Komplikasi Dx. Kep


anan Hambatan Mobilitas
Fisik
BAB III
Laporan Kasus (ASKEP)
A. IDENTITAS / BIODATA
IDENTITAS KLIEN
Nama : Diva Antonia
Umur : 21 Tahun
Agama : Katholik
Alamat : Vila Melati Mas 62 No 16 Jelupang, Tangerang,
Banten
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Mahasiswi
Diagnosa medis : Kista Ovarium Post Laparatomi Kistektomi Dextra

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Benny
Umur : 53
Agama : Katholik
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Kontraktor
Hubungan dgn klien : Ayah
Alamat : Vila Melati Mas 62 No 16 Jelupang, Tangerang,
Banten
Suku/bangsa : Chinese/Indonesia

B. Keluhan
Pasien tiba di ruang perawatan pada tanggal 26/9/21 dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah dan demam sudah ± 3 hari, awalnya yang dirasakan
nyeri ulu hati dan mual tapi tidak muntah. Nyeri yang dirasakan tidak
menjalar dengan skor 2/3. Pasien menjalani operasi laparatomi kistektomi
dekstra pada 27/9/21 pukul 08:30 dan kembali ke ruangan perawatan pukul
13:00 dengan kondisi umum pasien sadar penuh dan keluhannya anggota
tubuh dari pinggul kebawah masih mati rasa. Saat dilakukan pengkajian
efek anastesi pasien sudah hilang dan pasien mengeluh nyeri berat di area
luka operasi nyeri tidak menjalar dengan skor 6/8 memburuk saat bergerak
dan berkurang saat beristirahat. Saat nyeri berkurang pasien mengatakan
area luka terasa seperti sedikit gatal. Kaki pasien sudah berasa bisa
digerakkan tapi saat menggerakkan kaki pasien mengeluh nyeri
bertambah. Pasien juga bertanya mengenai operasi yang dijalnkannya
apakah ovariumnya masih bisa berfungsi seperti normal pasien takut jika
nanti tidak bisa mengandung karena pasien masih belum menikah.

C. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien belum ada riwayat kehamilan ataupun persalinan karena pasien
masih berusia 21 tahun dan belum menikah. Sebelum masuk RS pasien
menjalani kuliah S1 jurusan Hubungan Internasional dan magang di Bali.

D. Riwayat Ginekologi
Pasien menarche pada usia 10 tahun, pada awal menstruasi pasien tidak
mengalami masalah, menstruasinya teratur dengan siklus haid 30 hari dan
tidak ada nyeri haid. Darah haid normal banyaknya normal 1 hari 4-5 kali
ganti pembalut lama haid 5-7 hari. Pasien juga tidak ada keluhan
keputihan. Kelainan pada sistem reproduksi pasien mulai muncul sejak ± 2
tahun yang lalu, pasien mulai merasakan dismenore, siklus haid mulai
tidak teratur 1 bulan bisa 2 kali haid atau terlambat haid sampai 1/2
minggu. Darah haid juga kadang banyak bisa sampai 1 minggu lebih baru
selesai tapi kadang juga sedikit dan hanya 3 hari sudah tidak ada haid
kadang juga ada flek keputihan yang berwarna kecoklatan. Setelah ± 1
tahun mengalami keluhan-keluhan tersebut pasien melakukan pemeriksaan
dan terdiagnosa kista ovarium pada bulan Februari 2020 dengan ukuran
kista sudah ± 6 cm dokter sudah menyarankan untuk di operasi tapi pasien
dan keluarga menolak karena merasa takut saat itu pasien masih berumur
19 tahun dan pasien juga masih bisa menoleransi nyeri yang dirasakan.
HPHT pasien 3 September 2021, setelah itu pasien merasakan nyeri
dibagian perut kanan bawah awalnya pasien mengira hanya sakit maag
biasa dan ada mual juga akhirnya pasien memutuskan untuk ke klinik saat
masih di Bali dari klinik suspek apendisitis. Setelah itu nyeri pasien
semakin berat dan pasien memutuskan untuk pulang ke Tangerang karena
tidak ada keluarga di Bali, kemudian 3 hari sebelum masuk RS pasien
mengalami nyeri berat di perut bagian bawah sebelah kanan juga mual dan
akhirnya memutuskan untuk berobat ke RS dan setelah dilakukan
pemeriksaan ternyata ukuran kista pasien sudah bertambah menjadi 7.1 cm
kemudian pasien dipersiapkan untuk operasi laparatomi salpingo-
kistektomi dekstra + Apendiktomi. Keluarga inti pasien tidak ada riwayat
penyakit reproduksi atau tumor, kista dan kanker. Tetapi paman pasien 2
orang memiliki riwayat kanker paru-paru.

E. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign: TD: 112/79 mmHg, HR: 88 bpm, RR: 20 bpm, Suhu: 36,8 dan
SpO2 99%. GCS: 15 (E4M6V5) pasien compos mentis.
BB: 66,9Kg, TB: 160 cm, IMT: 26,13 Kg/m2 (Obesitas 1)
Kepala: Ada terlihat ketombe sedikit dan rambut sedikit berminyak
karena belum mandi. Tidak ada nyeri kepala dan kelainan bentuk kepala.
Wajah: Terlihat meringis menahan nyeri dan palor. Konjungtiva normal,
hidung tidak ada masalah, rongga mulut & lidah bersih.
Kelenjar getah bening & parotis: Tidak ada teraba pembesaran kelenjar
getah bening dan parotis, tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi.
Thorax : Bentuknya simetris , normal chest
Payudara: Simetris kiri dan kanan, tidak ada teraba massa dan tidak ada
nyeri tekan.
Abdomen: Terlihat simetris, rounded dan ada luka post operasi di
abdomen bagian bawah 3 jari dibawah umbilikus memanjang horizontal ±
10-15 cm. Luka operasi di tutup dengan metode lem tanpa balutan.
Peristaltik usus RLQ: 6x/menit, RUQ: 6x/menit, LUQ: 6x/menit dan LLQ:
6x/menit. Ada nyeri di area luka operasi skala 6/8 memburuk saat bergerak
dan berkurang saat istirahat.Pasien terlihat melindungi area luka operasi
dengan memegangnya dengan tangan saat terasa nyeri. Tidak ada acites
dan retensi urine.
Genitalia: Bersih, terpasang Folley Catheter no 16 isi balon 12 cc.
Anus: Bersih, tidak ada lesi dan hemoroid.
Ekstremitas: Tonus otot baik, saat menggerakkan ekstremitas bawah
nyeri luka operasi bertambah. Terpasang akses IV line di metacarpal
sinistra. CRT <3 detik.
Aktivitas fisik: Aktivitas harian masih dibantu sebagian, pasien masih
belum bisa ke kamar mandi karena jika bergerak luka operasi nyeri dan
masih terpasang kateter urine.
Intake baik terlihat pasien menghabiskan makanannya dan ada tambahan
makanan yang dibeli sendiri ada cemilan dan buah-buahan.Tapi pasien
mengatakn maknnya harus pelan-pelan sedikit-sedikit tidak bisa langsung
makan banyak sekaligus karena kadang masih mual saat masuk makanan.
Sebelum masuk RS pasien mengatakan sering makan makanan cepat saji
dan gorengan.

F. Data penunjang (Sebutkan data laboratorium, usg, hasil periksa dalam,


hapus vagina dan lain – lain)
CT abdomen dan pelvis tanpa kontras (25/9/21): Hepar ukuran
membesar,densitas parenkim tampak menurun. Posisi ginjal kanan tampak
horizontal, tidak tampa batu/sol/bendungan pada ke2 ginjal. Apendiks
ukurannya tidak membesar, dinding tidak menebal tidak tampak fat
stranding maupun fluid collection periapendiks.Tampak lymph node
subcentimeter di daerah abdomen kanan bawah. Uterus normal. Tampak
lesi hipodens homogen HU 12, batas relatif tegas ukuran +/- 6,2x7,6x7,1
cm (Apx LLx CC) di daerah adneksa kanan dengan fluid collection
minimal di cavum Douglas suspek kista ovarium kanan dapat
dipertimbangkan kemungkinan torsio, anjuran USG Dopller/ CT Abdomen
bawah dengan kontras. Abdomen yang tervisualisasi; hepatomegali ringan
dengan severe fatty liver. Kesan: Perempuan 21 thn dengan klinis
suspek apendisitis. Tidak tampak gambaran apendisitis.
CT High Resolution Thorax tanpa kontras (25/9/21): Tidak tampak
opasitas ground glas/konsolidasi paru bilateral yang mencrigakan
pneumonia viral tipikal saat ini. Tidak tampak pembesaran KGB maupun
efusi pleura. Tidak tampak SOL/massa paru dan mediastinum. Lesi litik
ekspansil dengan klasifikasi di dalmnya, batas relatif tegas ukuran +/-
1,2x2,4 cm di daerah os costa 3 aspek anterior kiri, suspek enchodroma dd/
fibrous dysplasia.
EKG: Sinus Rhytm 78 bpm (26/9/21 15:54)
Hasil Lab abnormal: WBC H 14,31 10^3/µL

G. Terapi saat ini (Uraikan terapi yang dijalani oleh pasien)


Pasien post Laparatomi Salpingo-Kistektomi Dekstra trapi yang diberikan
terapi farmakologi:
Nama Obat Cara Pemberian Dosis Frekuensi
Sumagesic PO 600 mg PRN
TDS (Jika
demam)
Pronalges Enema 1 supp BD
Omeprazole IV 20 mg OD
Cefat PO 1 Kapsul TDS
Cravit PO 500 mg OD
Torasic PO 10 mg TDS
Asetram PO 1 tablet TDS

ANALISA DATA
Data Subjektif & Objektif Etiologi Masalah Keperawatan
Agen cedera fisik : Luka Nyeri Akut
DS: post operasi
pasien mengeluh nyeri
berat di area luka operasi
nyeri tidak menjalar
dengan skor 6/8
memburuk saat bergerak
dan berkurang saat
beristirahat.
Kaki pasien sudah berasa
bisa digerakkan tapi saat
menggerakkan kaki
pasien mengeluh nyeri
bertambah.

DO:
Ada luka post operasi di
abdomen bagian bawah 3
jari dibawah umbilikus
memanjang horizontal ±
10-15 cm.
Wajah pasien terlihat
meringis manahan nyeri
Pasien terlihat
melindungi area luka
operasi dengan
memegangnya dengan
tangan saat terasa nyeri.
Pasien Compos Mentis,
Vital sign: TD: 112/79
mmHg, HR: 88 bpm, RR:
20 bpm, Suhu: 36,8 dan
SpO2 99%.
Terapi farmakologis yang
diberikan: torasic,
pronalges, acetram &
sumagesic.

DS: Durasi pembedahan, Resiko Infeksi area


Saat nyeri berkurang Prosedur Invasif, dan pembedahan
pasien mengatakan area Kontaminasi luka bedah
luka terasa seperti sedikit
gatal.

DO:
Ada luka post operasi di
abdomen bagian bawah 3
jari dibawah umbilikus
memanjang horizontal ±
10-15 cm. Luka operasi si
tutup dengan metode
lem?tanpa balutan.

Pasien terlihat
melindungi area luka
operasi dengan
memegangnya dengan
tangan saat terasa nyeri.
Hasil Lab abnormal:
WBC H 14,31 10^3/µL

DS: Intoleransi aktifitas Hambatan Mobilitas


Kaki pasien sudah berasa Fisik
bisa digerakkan tapi saat
menggerakkan kaki
pasien mengeluh nyeri
bertambah
DO:
Aktivitas harian masih
dibantu sebagian, pasien
masih belum bisa ke
kamar mandi karena jika
bergerak luka operasi
nyeri dan masih
terpasang kateter urine.

DS: Minat pasien untuk Kesiapan Meningkatkan


Pasien juga bertanya meningkatkan informasi Pengetahunan
mengenai operasi yang
dijalnkannya apakah
ovariumnya masih bisa
berfungsi seperti normal
pasien takut jika nanti
tidak bisa mengandung
karena pasien masih
belum menikah.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
(Susun dalam format P + E + S untuk Diagnosa Keperawatan Aktual atau
P + S untuk Diagnosa Keperawatan Risiko)
Harap menggunakan DIAGNOSA KEPERAWATAN berdasarkan NANDA/ SDKI

DP 1. Nyeri akut berhubugan dengan agen cidera fisik (kontraksi) ditandai dengan luka
post operasi dan skor nyeri 6/8.
DP 2. Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan durasi pembedahan,
prosedur invasive dan kontaminasi luka bedah ditandai dengan penggunaan lem sebagai
metode untuk menutup luka operasi.
DP 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktifitas ditandai
dengan kesulitan membolak balik posisi dan keterbatasan kemampuan melakukan
keterampilan motoric kasar.

RENCANA KEPERAWATAN
(susun per Diagnosa Keperawatan yang diangkat sebelumnya)
• Diagnosa Keperawatan:
• Tujuan/ Hasil yang diharapkan:
(Tujuan dan Hasil yang diharapkan harus SMART – Specific, Measurable,
Achievable, Realistic, Timely Goals)
• Rencana Tindakan dan Rasional:
(Rencana harus mencakup tindakan observasi, tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaborasi dan edukasi. Berikan rasional pada setiap rencana
yang disusun)
Diagnosa Tujuan/Hasil Rencana Rasional
Keperatw Tindakan
atan
Nyeri Setelah dilakukan - Melakukan - Untuk
intervensi keperawatan pengkajian mengidentifik
Akut
selama 1x24 jam, pasien nyeri asi nyeri yang
toleransi terhadap nyeri secara dirasakan
serta nyeri berkurang konprehens termasuk
dengan kriteria hasil : if lokasi,
- Mampu - Observasi karakteristik,
mengontrol reaksi non durasi,
nyeri (tahu verbal dan frekuensi,
penyebab nyeri, ketidaknya kualitas dan
mampu manan factor
menggunakan - Kontrol presipitasi)
teknik non lingkungan - Mengumpulk
farmakologi yang dapat an data
untuk memengaru objektif
mengurangi hi nyeri - Lingkungan
nyeri, mencari misalnya yang ridak
bantuan) suhu terkontrol
- Melapor bahwa ruangan, dapat
nyeri berkurang pencahayaa memengaruhi
dengan n dan atau
menggunakan kebisingan memperburuk
manajemen - Melakukan rasa nyeri
nyeri penanganan - Mengurangi
- Mampu nyeri rasa nyeri
mengenali nyeri (farmakolo
(intensitas, gi,
skala, frekuensi nonfarmak
dan tanda ologi dan
nyeri) interperson
- Menyatakan al
rasa nyaman - Memberika
dan nyeri n analgesic
berkurang bila
diperlukan
Resiko Setelah dilakukan - Observasi - Mengidentifi
tindakan keperawatan keadaan kasi adanya
Infeksi
selama 1x24 jam, umum dan perubahan
area
diharapkan pasien tidak TTV pasien status secara
pembedah terjadi infeksi dengan - Kaji keseluruhan
an kriteria hasil: adanya - Mencegah
- Tidak terjadi infeksi terjadinya
tanda-tanda terutama infeksi karena
infeksi pada pada masuknya
daerah sekitar daerah mikroorganis
area sekirar area me pathogen
pembedahan pembedaha - Meminimalka
- Jumlah WBC n n terjadinya
dalam batas - Melakuaka infeksi
normal (3.6 – n - WBC dan
11.00 10^3/µL) penggantia RBC
- Kadar n balutan merupakan
hemoglobin luka salah satu
dalam batas - Mengeduka system
normal (11.70- si pasien pertahanan
15.50 g/Dl) dan sekunder
- Sistem keluarga - Membantu
pertahanan untuk mengatasi
sekunder baik mencuci infeksi
tangan
sebelum
dan
sesudah
memegang
pasien
- Memantau
jumlah
WBC, RBC
dan TLS
- Memberika
n antibiotik
Hambatan Setelah dilakukan - Monitor - Melihat
tindakan keperawatan TTV adanya
Mobilitas
selama 1x24 jam , sebelum/se perubahan
Fisik
diharapkan pasien dapat sudah status secara
meningkatkan mobilitas latihan dan keseluruhan
fisik dengan kriteria mengamati - Mencegah
hasil: respon terjadinya
- Aktifiras fisik pasien luka
pasien - Mengeduka decubitus
meningkat si tentang - Membantu
- Mengerti tujuan perubahan pasien dalam
dari posisi berpindah
peningkatan miring kiri- tempat dari
mobilitas miring bed ke kursi
- Memverbalisasi kanan dan maupun
kan perasaan memberika sebaliknya
dalam n bantuan - Meningkatka
meningkatkan jika n mobilitas
kekuatan dan diperlukan - Termasuk
kemampuan - Mengajarka pencegahan
berpindah n pasien resiko jatuh
teknik
ambulasi
- Melatih
pasien
dalam
pemenuhan
kebutuhan
ADLs
secara
mandiri
sesuai
kemampua
- Mendampi
ngi pasien
saat
mobilisasi
dan
membantu
memenuhi
ADSLs

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
(dokumentasikan semua tindakan keperawatan –observasi –tindakan mandiri –
tindakan kolaborasi- edukasi- selama pasien dirawat untuk studi kasus oleh
peserta didik –
catatan perawatan 24 jam, baik oleh peserta didik ataupun perawat ruangan)

Hari/ DP Tindakan Keperawatan & Respon Paraf dan Nama


Tanggal nomor Pasien

EVALUASI KEPERAWATAN
(lakukan evaluasi SOAP per Diagnosa Keperawatan setiap hari
selama pengambilan studi kasus oleh peserta didik)

Hari/ Tanggal Evaluasi SOAP Paraf & Nama Peserta didik

Pengambilan kasus dan penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien tsb


diatas, atas SEPENGETAHUAN, BIMBINGAN dan SUDAH
KONSULTASI dengan:

Nama Preseptor/HN/CI: _____________________


Tanggal: _________________________________
Tandatangan: _____________________________
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilakukan terhadap Nn. D (21 tahun)
dengan diagnosa medis kista ovarium dengan operasi laparatomi+salpingektomi
dekstra+kistektomi+apendiktomi di Ruang Ephrata Rumah Sakit Siloam Lippo
Village.

4.1 Pengkajian

Pengkajian terhadap Nn. D usia 21 tahun dengan diagnosa kista ovarium


dengan operasi laparatomi+salpingektomi dekstra+kistektomi+apendiktomi
dilakukan pada tanggal 27 September 2021 di Rumah Sakit Siloam Lippo
Village, pengkajian tersebut dilakukan dengan metode wawancara, observasi,
pemeriksaan dan dokumentasi dari dokumen rekam medis pasien. Pengkajian
yang dilakukan antara lain pengkajian Ginekologi/Onkologi yang meliputi data
identitas pribadi pasien serta penanggung jawabnya, keluhan utama yang
dirasakan, data riwayat kehamilan, persalinan, riwayat ginekologi, hasil
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang juga laboratorium, serta terapi yang
sedang dilakukan oleh pasien.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data yang telah penulis lakukan melalui perolehan


data pengkajian maka penulis mengangkat masalah keperawatan:
1. Nyeri Akut berhubugan dengan agen cidera fisik (kontraksi) ditandai dengan
luka post operasi dan skor nyeri 5/8.
2. Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan durasi pembedahan,
prosedur invasive dn kontaminasi luka bedah ditandai dengan penggunaan lem
sebagai metode untuk menutup luka operasi.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktifitas ditandai
dengan kesulitan membolak balik posisi dan keterbatasan kemampuan melakukan
keterampilan motoric kasar. (NANDA, 2018-2020)

4.3 Perencanaan Keperawatan

Setelah menentukan diagnosa yang diangkat berdasarkan analisa data,


penulis membuat rencana keperawatan berdasarkan NANDA NIC NOC (2015).
Pada masalah keperawatan nyeri akut penulis menentukan tujuan agar dalam
perawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
nyeri klien berkurang dengan kriteria TTV dalam batas normal , nyeri berkurang,
pasien menggunakan Teknik non farmakogis dalam melakukan menajemen
keperawatan (bisa melakukan relaksasi nafas dan, distraksi nyeri).
Masalah keperawatan kedua yang penulis angkat yaitu resiko infeksi area
pembedahan, pada diagnosa ini mempunyai tujuan agar dalam perawatan selama
1 x 24 jam diharapkan pasien tidak terjadi infeksi Tidak terjadi tanda-tanda
infeksi pada daerah sekitar area pembedahan, jumlah WBC dalam batas normal
(3.6 – 11.00 10^3/µL), kadar hemoglobin dalam batas normal (11.70-15.50 g/Dl)
serta sistem pertahanan sekunder baik.
Masalah keperawatan ketiga yang diangkat yaitu resiko Infeksi yang memiliki
tujuan dalam perawatan selama 1x24 jam, diharapkan pasien dapat meningkatkan
mobilitas fisik

4.4 Implementasi

Penulis melakukan implementasi keperawatan selama satu hari,


implementasi yang penulis lakukan berdasarkan dengan rencana keperawatan
yang penulis buat dengan panduan NANDA NIC NOC (2015). Implementasi
yang penulis lakukan untuk masalah nyeri akut seperti mengkaji nyeri
komprehensif, memberikan posisi nyaman, dan melakukan kolaborasi pemberian
analgetik.
Pada masalah keperawatan resiko infeksi area pembedahan penulis mengkaji
adanya infeksi terutama pada daerah sekirar area pembedahan, mengedukasi
pasien dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang
pasien, memantau jumlah WBC, RBC dan TLS, serta memberikan antibiotik.
Masalah keperawatan terakhir yang penulis angkat yaitu hambatan mobilitas
fisik, yang penulis lakukan yaitu mengedukasi tentang perubahan posisi miring
kiri-miring kanan dan memberikan bantuan jika diperlukan, mengajarkan pasien
teknik ambulasi, melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan pasien.

4.5 Evaluasi

Setelah melakukan perawatan, dan persiapan pasien sebelum operasi,


penulis membuat evaluasi keperawatan. Keempat masalah keperawatan yang
penulis angkat dapat teratasi dan intervensi dihentikan, sehingga pasien dapat
pulang
Royalle College of Obstetricians & Gynaecologist. (2016). Green Top Guideline
No.34 : The Management of Ovarian in Postmenopausal Women. London:
RCOG. Diakses dari :
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/green-top-
guidelines/gtg_34.pdf

Johns Hopkins Medicine. (2021). Management of Ruptured Ovarian Cyst.


Diakses dari :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/treatment/management-of-
ruptured-ovarian-cyst

Mobeen, S. & Apostol, R. (2021). Ovarian Cyst. USThe National Center for
Biotechnology Information. Diakses dari :
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560541/

Nugroho, T. (2012). Obsgyn : Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika

The Office on Woman’s Health. (2019). Ovarian Cyst. U.S Deparment of Health &
Human Services Diakses dari :
https://www.womenshealth.gov/a-z-topics/ovarian-cysts

Susianti & Sari, A. I. (2017). Potensi Sirsak (Annona Muricata) Sebagai Pencegah
Kista Ovarium. Medical Journal of Lampung University. Vol 6, No. 2.
Diakses dari :
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1004/172
9

Nurmansyah, Djemi, & Setyawati, T. (2019). Sebuah Laporan Kasus: Kista


Ovarium. Jurnal Medical Profession (MedPro), 226-229.

Savitri, P. S., Budiana, I., & Mahayasa, P. (2020). Karakteristik Penderita


Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Periode 1 Januari Sampai 30 Juni 2018. Jurnal Medika Udayana.

Anda mungkin juga menyukai