b. Klasifikasi
Menurut Katoa dkk. (2020), secara garis besar, terdapat dua jenis
kista, yaitu:
1) Kista fisiologis atau fungsional: Kista ini berukuran > 5 cm dan terus
memproduksi hormon, sehingga menstruasi bisa tertunda.
2) Kista patologis: Kista patologis memiliki ciri-ciri abnormal, dan lebih
cenderung terlihat padat. Banyak di antaranya adalah tumor jinak
(non-kanker), tetapi perlu dinilai dan diangkat karena memiliki
kemungkinan menjadi ganas (kanker). Beberapa jenis kista ini
termasuk teratoma (kista dermoid) yang paling sering terjadi pada
wanita yang lebih muda, kistadenoma serosa yang memiliki cairan
serosa tipis, serta kistadenoma musinosa yang merupakan kista besar
dengan cairan kental. Kista jenis ini akan terus tumbuh sampai
diangkat.
c. Etiologi
Menurut Brennan dkk. (2022), terdapat beberapa kemungkinan
penyebab kista ovarium, yaitu:
1) Ketidakseimbangan hormon
Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan kemungkinan yang
lebih tinggi untuk mengembangkan kista ovarium. Ketidakseimbangan
hormon dapat dipicu oleh perawatan kesuburan yang sedang berlangsung
atau masalah mendasar lainnya.
2) Kehamilan
Setelah sel telur dilepaskan dari folikel, kista korpus luteum terkadang
dapat terus tumbuh menjadi kehamilan wanita. Seringkali, kista dapat
sembuh dengan sendirinya selama kehamilan atau setelahnya.
3) Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi yang cukup umum yang menyebabkan
sel-sel endometrium dari rahim tumbuh di luar dinding rahim. Jaringan
endometrium dapat menempel pada ovarium dan membentuk kista.
4) Infeksi panggul
Infeksi panggul dapat menyebabkan pembentukan kista jika infeksi
mencapai ovarium.
5) Kista sebelumnya
Jika sebelumnya seseorang pernah mengalami kista ovarium,
kemungkinan besar akan mengalami kista lainnya.
d. Faktor Risiko
Menurut Mobeen dan Apostol (2022), faktor risiko pembentukan kista
ovarium, meliputi:
1) Pengobatan infertilitas: Pasien yang diobati dengan gonadotropin atau
agen induksi ovulasi lainnya dapat mengembangkan kista sebagai
bagian dari sindrom hiperstimulasi ovarium.
2) Tamoksifen.
3) Kehamilan: Dalam kehamilan, kista ovarium dapat terbentuk pada
trimester kedua saat kadar human Chorionic Gonadotropin (hCG)
memuncak.
4) Hipotiroidisme.
5) Gonadotropin ibu: Efek transplasenta gonadotropin ibu dapat
menyebabkan perkembangan kista ovarium janin.
6) Merokok.
7) Ligasi tuba: Kista fungsional telah dikaitkan dengan sterilisasi ligasi
tuba.
e. Patofisiologi
Selama siklus menstruasi normal, fase folikular ditandai dengan
peningkatan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang mengarah
pada pemilihan folikel dominan untuk priming untuk dilepaskan dari
ovarium. Dalam ovarium yang berfungsi normal, produksi estrogen dari
folikel dominan menyebabkan lonjakan Hormon Luteinizing (LH) yang
mengakibatkan ovulasi. Setelah ovulasi, sisa folikel membentuk korpus
luteum yang menghasilkan progesteron yang menghambat produksi FSH
dan LH. Jika kehamilan tidak terjadi, progesteron menurun dan FSH
maupun LH meningkat, dan siklus berikutnya dimulai (Mobeen dan
Apostol, 2022).
1) Kista fisiologis atau fungsional
Kista fisiologis muncul dari fungsi normal ovarium melalui siklus
menstruasi. Dalam 2 minggu pertama siklus menstruasi, sel telur
berkembang dalam kista folikel kecil di ovarium. Pada saat ovulasi, kista
telah tumbuh menjadi 2 – 3 cm. Ovulasi terjadi (telur dilepaskan) dan kista
sekarang menjadi korpus luteum. Fungsinya untuk membuat hormon untuk
memelihara kehamilan atau mempersiapkan rahim untuk menstruasi. Kista
fungsional terbentuk baik dalam fase folikular atau fase luteal. Kista ini
berukuran lebih besar dari 5 cm dan terus memproduksi hormon, sehingga
menstruasi bisa tertunda (Katoa dkk., 2020).
2) Kista patologis
Kista ini timbul dari pertumbuhan berlebih sel yang tidak sesuai di
dalam ovarium dan mungkin ganas atau jinak. Kista jinak adalah serosa,
musinosa, dan kistadenoma. Kista ganas muncul dari semua subtipe
ovarium. Kista ini paling sering muncul dari epitel permukaan dan sebagian
kistik. Kista ganas lainnya adalah teratoma dan endometrioma. Kista
dermoid atau teratoma kistik matang mengandung unsur-unsur dari ketiga
lapisan germinal yang berbeda (ektodermal, mesodermal, dan endodermal)
dan tampak kompleks tetapi dapat memiliki berbagai penampilan karena
jaringan yang dikandungnya. Struma ovarii adalah teratoma khusus yang
sebagian besar terdiri dari jaringan tiroid matur dan terdapat pada sekitar 5%
teratoma ovarium. Meskipun sebagian besar jinak, kista dermoid dapat
mengalami transformasi ganas (Mobeen dan Apostol, 2022).
f. Manifestasi Klinis
Menurut Brennan dkk. (2022), meskipun beberapa kista ovarium
terjadi tanpa rasa sakit dan tidak membahayakan, beberapa wanita dengan
kista mengalami gejala yang signifikan, yaitu:
1) Sakit panggul
Ketika kista ovarium berkembang, beberapa wanita mengalami nyeri
sedang hingga berat. Rasa sakit dapat terjadi sebagai nyeri tumpul, konstan,
hingga nyeri yang tajam atau tiba-tiba. Bagi banyak wanita, nyeri panggul
adalah gejala umum dari kista ovarium. Rasa sakit ini sering terjadi selama
atau setelah berhubungan seks. Selain nyeri panggul selama hubungan
seksual, beberapa wanita mengalami nyeri atau nyeri punggung bawah,
kram di kaki, atau nyeri payudara.
2) Kembung
Kembung yang sering terjadi dengan perasaan berat atau penuh di
perut adalah gejala umum dari kista ovarium. Kembung dapat berfluktuasi
dalam intensitas sepanjang siklus.
3) Penambahan berat badan
Kista ovarium terkadang disertai dengan penambahan berat badan
yang drastis atau tidak biasa. Hal ini dapat terjadi ketika kista ovarium
adalah hasil dari ketidakseimbangan hormon.
4) Menstruasi yang menyakitkan dan berat
Gejala umum kista ovarium adalah nyeri haid. Banyak wanita juga
mengalami pendarahan hebat, kram yang sangat menyakitkan, dan kembung
parah.
5) Komplikasi kamar mandi
Beberapa kista muncul dengan gejala kesulitan buang air kecil,
kesulitan buang air besar, sulit buang air besar, dan urgensi kencing.
6) Pendarahan tidak normal
Jika mengalami pendarahan di luar periode menstruasi, bercak, atau
pendarahan hebat yang tidak biasa selama periode menstruasi, maka
mungkin telah mengembangkan kista ovarium.
g. Penatalaksanaan
Ada beberapa pilihan pengobatan yang tersedia, tetapi pada akhirnya
manajemen tergantung pada usia pasien, status menopause, ukuran kista,
dan apakah kista memiliki karakteristik yang mencurigakan untuk
keganasan. Kista unilocular kurang dari 10 cm biasanya jinak tanpa
memandang usia pasien. Oleh karena itu, jika pasien tidak menunjukkan
gejala, maka dapat dipantau secara konservatif dengan Ultrasonografi
(USG) transvaginal serial karena sebagian besar kista sembuh secara
spontan tanpa intervensi. Jika kista tidak sembuh setelah beberapa siklus
menstruasi, itu tidak mungkin menjadi kista fungsional, dan pemeriksaan
lebih lanjut diindikasikan (Mobeen dan Apostol, 2022).
Kista ovarium janin disebabkan oleh stimulasi hormonal. Juga,
hubungan antara kista ovarium janin dan diabetes ibu dan hipotiroidisme
janin telah ditemukan. Sebagian besar kista ovarium janin biasanya
berukuran kecil dan tidak beraturan selama beberapa bulan pertama
kehidupan dan tidak signifikan. Kista ini didiagnosis pada trimester ketiga
kehamilan, dan sebagian besar cenderung sembuh pada 2 hingga 10 minggu
pascakelahiran (Mobeen dan Apostol, 2022).
Sebagian besar kista terkait kehamilan, korpus luteal, dan folikel
menghilang pada usia kehamilan 14 hingga 16 minggu secara spontan
sehingga memungkinkan manajemen konservatif. Resolusi kista kurang
mungkin bila lebih besar dari 5 cm atau morfologi kompleks. Kista
sederhana yang lebih kecil dari 6 cm hanya memiliki kurang dari 1% risiko
keganasan (Mobeen dan Apostol, 2022).
Pada wanita dari segala usia, endometrioma harus ditindaklanjuti
dengan sonogram 6 sampai 12 minggu setelah pencitraan awal, kemudian
setiap tahun sampai diangkat melalui pembedahan. Kista dermoid juga
harus memiliki tindak lanjut tahunan dengan ultrasound sampai operasi
pengangkatan (Mobeen dan Apostol, 2022).
Indikasi untuk pembedahan termasuk dugaan torsi ovarium, massa
adneksa persisten, nyeri perut akut, dan kecurigaan keganasan. Pembedahan
pada wanita pra-menopause memprioritaskan pelestarian kesuburan, dan
setiap upaya dilakukan untuk menghilangkan jaringan ovarium minimal.
Pasien hamil dapat memiliki kista yang mungkin memerlukan penanganan
bedah. Meskipun laparoskopi aman pada semua trimester kehamilan,
idealnya dianjurkan untuk melakukan operasi pada trimester kedua (Mobeen
dan Apostol, 2022).
h. Pemeriksaan Penunjang
Menurut The American College of Obstetricians and Gynecologist
(2017), tes berikut ini merupakan tes yang disarankan untuk menegakkan
diagnosis kista:
1) Pemeriksaan USG: Tes ini menggunakan gelombang suara untuk
membuat gambar organ dalam. Alat yang disebut transduser
ditempatkan di dalam vagina atau di perut. Tampilan yang dihasilkan
oleh gelombang suara menunjukkan bentuk, ukuran, dan lokasi kista.
Pandangan juga menunjukkan apakah kista itu padat atau berisi cairan.
2) Tes darah: Tes darah digunakan untuk mengukur kadar zat yang
disebut CA 125. Peningkatan kadar CA 125 bersama dengan temuan
tertentu dari USG dan pemeriksaan fisik, dapat meningkatkan
kekhawatiran akan kanker ovarium, terutama pada wanita yang sudah
melewati masa menopause. Beberapa tes darah lainnya juga dapat
digunakan untuk membantu mengidentifikasi apakah massa pada
ovarium berkaitan dengan kanker ovarium.
3. a. Pohon Masalah atau Pathways
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
Degenerasi ovarium
Kista ovarium
Pertumbuhan ovarium
Membesar
Pre-operasi
Muntah
Post-operasi
Pengaruh anestesi
Penurunan metabolisme
Defisit Nutrisi
Hipolisis
Keletihan
DO: Definisi:
- Feses keras Penurunan defekasi normal yang
- Peristaltik usus menurun disertai pengeluaran feses sulit dan
- Distensi abdomen tidak tuntas serta feses kering dan
- Kelemahan umum banyak.
- Teraba massa pada rektal
DS: Kategori: Perilaku
- Menanyakan masalah yang dihadapi Subkategori: Penyuluhan dan
Pembelajaran
DO: Kode Diagnosis D.0111:
- Menunjukkan perilaku tidak sesuai Defisit Pengetahuan
anjuran
- Menunjukkan persepsi yang keliru Definisi:
terhadap masalah Ketiadaan atau kurangnya informasi
- Menjalani pemeriksaan yang tidak kognitif yang berkaitan dengan topik
tepat tertentu.
- Menunjukkan perilaku berlebihan
(mis. apatis, bermusuhan, agitasi,
histeria)
DS: - Kategori: Fisiologis
Subkategori: Sirkulasi
DO: - Kode Diagnosis D.0012:
Risiko Perdarahan
Definisi:
Berisiko mengalami kehilangan
darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh) maupun eksternal (terjadi
hingga keluar tubuh).
DS: - Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
DO: - Kode Diagnosis D.0032:
Risiko Defisit Nutrisi
Definisi:
Berisiko mengalami asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme.
DS: Kategori: Fisiologis
- Cepat kenyang setelah makan Subkategori: Nutrisi dan Cairan
- Kram/nyeri abdomen Kode Diagnosis D.0019:
- Nafsu makan mneurun Defisit Nutrisi
DO: Definisi:
- Berat badan menurun minimal 10% di Asupan nutrisi tidak cukup untuk
bawah rentang ideal memenuhi kebutuhan metabolisme.
- Bising usus hiperaktif
- Otot pengunyah lemah
- Otot menelan lemah
- Membran mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin turun
- Rambut rontok berlebihan
- Diare
DS: Kategori: Fisiologis
- Merasa energi tidak pulih walaupun Subkategori: Aktivitas dan Istirahat
telah tidur Kode Diagnosis D.0057:
- Merasa kurang tenaga Keletihan
- Mengeluh lelah
- Merasa bersalah akibat tidak mampu Definisi:
menjalankan tanggung jawab Penurunan kapasitas kerja fisik dan
- Libido menurun mental yang tidak pulih dengan
istirahat.
DO:
- Tidak mampu mempertahankan
aktivitas rutin
- Tampak lesu
- Kebutuhan istirahat meningkat
DS: Kategori: Perilaku
- Menolak melakukan perawatan diri Subkategori: Kebersihan Diri
Kode Diagnosis D.0056:
DO: Defisit Perawatan Diri
- Tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara Definisi:
mandiri Tidak mampu melakukan atau
- Minat melakukan perawatan diri menyelesaikan aktivitas perawatan
kurang diri.
DS: - Kategori: Fisiologis
Subkategori: Respirasi
DO: - Kode Diagnosis D.0006:
Risiko Aspirasi
Definisi:
Berisiko mengalami masuknya
sekresi gastrointestinal, sekresi
orofaring, benda cair atau padat ke
dalam saluran trakeobronkhial akibat
disfungsi mekanisme protektif
saluran napas.
DS: - Kategori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan Proteksi
DO: - Kode Diagnosis D.0136:
Risiko Cedera
Definisi:
Berisiko mengalami bahaya atau
kerusakan fisik yang menyebabkan
seseorang tidak lagi sepenuhnya
sehat atau dalam kondisi baik.
DS: - Kategori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan Proteksi
DO: - Kode Diagnosis D.0142:
Risiko Infeksi
Definisi:
Berisiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik.
DS: - Kategori: Fisiologis
Subkategori: Eliminasi
DO: - Kode Diagnosis D.0052:
Risiko Konstipasi
Definisi:
Berisiko mengalami penurunan
frekuensi normal defekasi disertai
kesulitan dan pengeluaran feses tidak
lengkap.
Sumber: Persatuan Perawat Nasional Indonesia / PPNI (2017)
4. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan kista
ovarium, adalah sebagai berikut:
a. Pre-operasi
- Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
- Nausea b.d peningkatan tekanan intraabdominal.
- Retensi urine b.d peningkatan tekanan uretra.
- Konstipasi b.d obstipasi.
- Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
- Risiko perdarahan b.d proses keganasan.
- Risiko defisit nutrisi b.d faktor psikologis.
b. Post-operasi
- Nyeri akut b.d agen pencedera fisik.
- Nausea b.d efek agen farmakologis.
- Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan.
- Keletihan b.d penurunan metabolisme.
- Defisit perawatan diri b.d kelemahan.
- Risiko aspirasi b.d efek agen farmakologis.
- Risiko cedera b.d efek agen farmakologis.
- Risiko infeksi b.d efek prosedur invasif.
- Risiko konstipasi b.d penurunan motilitas gastrointestinal.
5. Intervensi Keperawatan
Edukasi:
8) Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
9) Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
10) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
11) Ajarkan teknik non-
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri.
Kolaborasi:
12) Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Nausea b.d Tujuan: Manajemen Mual (1.03117)
peningkatan Setelah dilakukan Definisi:
tekanan tindakan Mengidentifikasi dan mengelola
intraabdominal. keperawatan perasaan tidak enak pada bagian
diharapkan tingkat tenggorok atau lambung yang dapat
nausea menurun. menyebabkan muntah.
Observasi:
Kriteria Hasil: 1) Identifikasi pengalaman mual.
Tingkat Nausea 2) Identifikasi isyarat non-verbal
(L.08065) ketidaknyamanan (mis. bayi,
Definisi: anak-anak, dan mereka yang
Perasaan tidak tidak dapat berkomunikasi
nyaman pada bagian secara efektif.)
belakang tenggorok 3) Identifikasi faktor penyebab
atau lambung yang mual (mis. pengobatan dan
tidak dapat prosedur).
mengakibatkan 4) Monitor mual (mis. frekuensi,
muntah. durasi, dan tingkat keparahan).
1) Nafsu makan. 5) Monitor asupan nutrisi dan
2) Keluhan mual. kalori.
3) Perasaan ingin
muntah. Terapeutik:
4) Perasaaan asam 6) Kendalikan faktor lingkungan
di mulut. penyebab mual (mis. bau tak
5) Frekuensi sedap, suara, dan rangsangan
menelan. visual yang tidak
6) Jumlah saliva. menyenangkan).
7) Takikardia. 7) Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
kecemasan, ketakutan,
kelelahan).
8) Berikan makanan dalam jumlah
kecil dan menarik.
9) Berikan makanan dingin, cairan
bening, tidak berbau,dan tidak
berwarna, jika perlu.
Edukasi:
10) Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup.
11) Anjurkan sering membersikan
mulut, keculi jika merangsang
mual.
12) Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah lemak.
13) Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapi musik,
akupresur).
Kolaborasi:
14) Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu.
Retensi urine b.d Tujuan: Kateterisasi Urin (1.04148)
peningkatan Setelah dilakukan Definisi:
tekanan uretra. tindakan keperawatan Masukkan selang kateter urine ke
diharapkan eliminasi dalam kandung kemih.
urine membaik. Observasi:
1) Periksa kondisi pasien (mis.
Kriteria Hasil: kesadaran, tanda-tanda vital,
Eliminasi Urine daerah perineal, distensi
(L.04034) kandung kemih, inkontinensia
Definisi: urine, refleks berkemih).
Pengosongan
kandung kemih yang Terapeutik:
lengkap. 2) Siapkan peralatan, bahan-bahan,
1) Distensi kandung dan ruang tindakan.
kemih. 3) Siapkan pasien: bebaskan
2) Berkemih tidak pakaian bawah dan posisikan
tuntas dorsal rekumben (untul wanita)
(hesitancy). dan supine (untuk laki-laki).
3) Volume residu 4) Pasang sarung tangan.
urine. 5) Bersihkan daerah perineal atau
4) Disuria. preposium dengan cairan NaCl
5) Frekuensi BAK. atau aquades.
6) Lakukan insersi kateter urine
dengan menerapkan prinsip
aseptik.
7) Sambungkan kateter urine
dengan urine bag.
8) Isi balon dengan NaCl 0,9%
sesuai anjuran pabrik.
9) Fiksasi selang kateter di atas
simpisis atau di paha.
10) Pastikan kantung urine
ditempatkan lebih rendah dari
kandung kemih.
11) Berikan label waktu
pemasangan.
Edukasi:
12) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine.
13) Anjurkan menarik napas saat
insersi selang kateter.
Konstipasi b.d Tujuan: Manajemen Konstipasi (1.04155)
obstipasi. Setelah dilakukan Definisi:
tindakan Mengidentifikasi dan mengelola
keperawatan pencegahan dan mengatasi
diharapkan sembelit/impaksi.
eliminasi fekal Observasi:
membaik. 1) Periksa tanda dan gejala
konstipasi.
Kriteria Hasil: 2) Periksa pergerakan usus,
Eliminasi Fekal karakteristik feses (konsistensi,
(L.04033) bentuk, volume, dan warna).
Definisi: 3) Identifikasi faktor risiko
Proses defekasi konstipasi (mis. obat-obatan,
normal yang disertai tirah baring, dan diet rendah
dengan pengeluaran serat).
feses mudah dan
kosistensi, Terapeutik:
frekuensi, serta 4) Anjurkan diet tinggi serat.
bentuk feses normal. 5) Lakukan masase abdomen, jika
1) Keluhan perlu.
defekasi lama 6) Lakukan evakuasi feses secara
dan sulit. manual, jika perlu.
2) Mengejan saat 7) Berikan enema atau irigasi,
defekasi. jika perlu.
3) Distensi
abdomen. Edukasi:
4) Teraba massa 8) Jelaskan etiologi masalah dan
pada rektal. alasan tindakan.
5) Nyeri abdomen. 9) Anjurkan peningkatan asupan
6) Frekuensi cairan, jika tidak ada
defekasi. kontraindikasi.
7) Peristaltik usus. 10) Latih buang air besar secara
teratur.
11) Ajarkan cara mengatasi
konstipasi/impaksi.
Kolaborasi:
12) Konsultasi dengan tim medis
tentang
penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus.
13) Kolaborasi penggunakan obat
pencahar, jika perlu.
Defisit Tujuan: Edukasi Kesehatan (1.12383)
pengetahuan b.d Setelah dilakukan Definisi:
kurang terpapar tindakan keperawatan Mengajarkan pengelolaan faktor
informasi. diharapkan tingkat risiko penyakit dan perilaku hidup
pengetahuan bersih serta sehat.
membaik. Observasi:
1) Identifikasi kesiapan dan
Kriteria Hasil: kemampuan menerima
Tingkat Pengetahuan informasi.
(L.12111)
Definisi: Terapeutik:
Kecukupan informasi 2) Sediakan materi dan media
kognitif yang pendidikan kesehatan.
berkaitan dengan 3) Jadwalkan pendidikan
topik tertentu. kesehatan sesuai kesepakatan.
1) Perilaku sesuai 4) Berikan kesempatan untuk
anjuran. bertanya.
2) Kemampuan
menjelaskan Edukasi:
pengetahuan 5) Jelaskan faktor risiko yang
tentang suatu dapat mempengaruhi kesehatan.
topik.
3) Perilaku sesuai
dengan
pengetahuan.
4) Pertanyaan
tentang masalah
yang dihadapi.
5) Persepsi yang
keliru terhadap
masalah.
Kolaborasi:
11) Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu.
12) Kolaborasi pemberian produk
darah.
Risiko defisit Tujuan: Manajemen Nutrisi (1.03119)
nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan Definisi:
psikologis. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
diharapkan status asupan nutrisi yang seimbang.
nutrisi membaik. Observasi:
1) Identifikasi status nutrisi.
Kriteria Hasil: 2) Identifikasi alergi dan
Status Nutrisi intoleransi makanan.
(L.03030) 3) Identifikasi makanan disukai.
Definisi: 4) Identifikasi kebutuhan kalori
Keadekuatan asupan dan jenis nutrien.
nutrisi untuk 5) Monitor asupan makanan.
memenuhi kebutuhan 6) Monitor berat badan.
metabolisme. 7) Monitor hasil pemeriksaan
1) Porsi makanan laboratorium.
yang dihabiskan.
2) Perasaan cepat Terapeutik:
kenyang. 8) Lakukan oral hygiene sebelum
3) Nyeri abdomen. makan, jika perlu.
4) Berat badan. 9) Fasilitasi menentukan pedoman
5) Indeks Massa diet (mis. piramida makanan).
Tubuh (IMT). 10) Sajikan makanan secara menarik
6) Frekuensi makan. dan suhu yang sesuai.
7) Nafsu makan. 11) Berikan makanan tinggi serat
8) Membran untuk mencegah konstipasi.
mukosa. 12) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein.
13) Berikan suplemen makanan, jika
perlu.
Edukasi:
11) Anjurkan posisi duduk, jika
perlu.
12) Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi:
13) Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda
nyeri, antiemetik), jika perliu.
14) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.
Post-operasi
Nyeri akut b.d Tujuan: Manajemen Nyeri (1.08238)
agen pencedera Setelah dilakukan Definisi:
fisik. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
diharapkan tingkat pengalaman sensorik atau
nyeri menurun. emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau fungsional
Kriteria Hasil: dengan onset mendadak atau
Tingkat Nyeri lambat dan berintensitas ringan
(L.08066) hingga berat dan konstan.
Definisi: Observasi:
Pengalaman sensorik 1) Identifikasi lokasi,
atau emosional yang karakteristik, durasi, frekuensi,
berkaitan dengan kualitas, intensitas nyeri.
kerusakan jaringan 2) Identifikasi skala nyeri.
aktual atau fungsional, 3) Identifikasi respons nyeri non-
dengan onset verbal.
mendadak atau lambat 4) Monitor efek samping
dan berintensitas penggunaan analgetik.
ringan hingga berat dan
konstan. Terapeutik:
1) Keluhan nyeri. 5) Berikan teknik non-
2) Meringis. farmakologis untuk
3) Sikap protektif. mengurangi rasa nyeri (mis.
4) Kesulitan tidur. Transcutaneus Elektrical
5) Frekuensi nadi. Nerve Stinulation (TENS),
6) Pola napas. hipnosis, akupresur, terapi
7) Tekanan darah. musik, biofeedback, terapi
8) Pola tidur. pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
6) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan).
7) Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
8) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri.
9) Jelaskan strategi meredakan
nyeri.
10) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
11) Ajarkan teknik non-
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
12) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
Nausea b.d efek Tujuan: Manajemen Mual (1.03117)
agen Setelah dilakukan Definisi:
farmakologis. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
diharapkan tingkat perasaan tidak enak pada bagian
nausea menurun. tenggorok atau lambung yang
dapat menyebabkan muntah.
Kriteria Hasil: Observasi:
Tingkat Nausea 1) Identifikasi pengalaman mual.
(L.08065) 2) Identifikasi isyarat non-verbal
Definisi: ketidaknyamanan (mis. bayi,
Perasaan tidak anak-anak, dan mereka yang
nyaman pada bagian tidak dapat berkomunikasi
belakang tenggorok secara efektif.)
atau lambung yang 3) Identifikasi faktor penyebab
tidak dapat mual (mis. pengobatan dan
mengakibatkan prosedur).
muntah. 4) Monitor mual (mis. frekuensi,
1) Nafsu makan. durasi, dan tingkat
2) Keluhan mual. keparahan).
3) Perasaan ingin 5) Monitor asupan nutrisi dan
muntah. kalori.
4) Perasaaan asam
di mulut. Terapeutik:
5) Frekuensi 6) Kendalikan faktor lingkungan
menelan. penyebab mual (mis. bau tak
6) Jumlah saliva. sedap, suara, dan rangsangan
7) Takikardia. visual yang tidak
menyenangkan).
7) Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
kecemasan, ketakutan,
kelelahan).
8) Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik.
9) Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak
berbau,dan tidak berwarna,
jika perlu.
Edukasi:
10) Anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup.
11) Anjurkan sering membersikan
mulut, keculi jika merangsang
mual.
12) Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak.
13) Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologis untuk
mengatasi mual (mis.
biofeedback, hipnosis,
relaksasi, terapi musik,
akupresur).
Kolaborasi:
14) Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu.
Defisit nutrisi Tujuan: Manajemen Nutrisi (1.03119)
b.d Setelah dilakukan Definisi:
ketidakampuan tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
menelan diharapkan status asupan nutrisi yang seimbang.
makanan. nutrisi membaik. Observasi:
1) Identifikasi status nutrisi.
Kriteria Hasil: 2) Identifikasi alergi dan
Status Nutrisi intoleransi makanan.
(L.03030) 3) Identifikasi makanan disukai.
Definisi: 4) Identifikasi kebutuhan kalori
Keadekuatan asupan dan jenis nutrien.
nutrisi untuk 5) Monitor asupan makanan.
memenuhi kebutuhan 6) Monitor berat badan.
metabolisme. 7) Monitor hasil pemeriksaan
1) Porsi makanan laboratorium.
yang dihabiskan.
2) Perasaan cepat Terapeutik:
kenyang. 8) Lakukan oral hygiene sebelum
3) Berat badan. makan, jika perlu.
4) Indeks Massa 9) Fasilitasi menentukan
Tubuh (IMT). pedoman diet (mis. piramida
5) Frekuensi makan. makanan).
6) Nafsu makan. 10) Sajikan makanan secara
7) Membran mukosa. menarik dan suhu yang sesuai.
11) Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi.
12) Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein.
13) Berikan suplemen makanan,
jika perlu.
Edukasi:
13) Anjurkan posisi duduk, jika
perlu.
14) Ajarkan diet yang
diprogramkan.
Kolaborasi:
15) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan (mis.
pereda nyeri, antiemetik), jika
perliu.
16) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu.
Keletihan b.d Tujuan: Manajemen Energi (1.05178)
penurunan Setelah dilakukan Definisi:
metabolisme. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan mengelola
diharapkan tingkat penggunaan energi untuk
keletihan membaik. mengatasi atau mencegah
kelalahand an mengoptimalkan
Kriteria Hasil: proses pemulihan.
Tingkat Keletihan Observasi:
(L.05046) 1) Identifiaksi gangguan fungsi
Definisi: tubuh yang mengakibatkan
Kapasitas kerja fisik kelelahan.
dan mental yang tidak 2) Monitor kelelahan fisik dan
pulih dengan istirahat. emosional.
1) Verbalisasi 3) Monitor pola dan jam tidur.
kepulihan energi.
2) Tenaga. Terapeutik:
3) Frekuensi napas. 4) Sediakan lingkungan nyaman
4) Pola napas. dan rendah stimulus (mis.
5) Pola istirahat. cahaya, suara, kunjungan).
5) Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif.
6) Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan.
Edukasi:
7) Anjrukan tirah baring.
8) Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap.
9) Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang.
10) Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
Kolaborasi:
11) Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
Defisit Tujuan: Dukungan Perawatan Diri
perawatan diri Setelah dilakukan (1.11348)
b.d kelemahan. tindakan keperawatan Definisi:
diharapkan perawatan Memfasilitasi pemenuhan
diri meningkat. kebutuhan perawatan diri.
1) Identifikasi kebiasaan
Kriteria Hasil: aktivitas perawatan diri
Perawatan Diri sesuai usia.
(L.11103) 2) Monitor tingkat kemandirian.
Definisi: 3) Identifikasi kebutuhan alat
Kemampuan bantu kebersihan diri,
melakukan atau berpakaian, berhias, dan
menyelesaikan makan.
aktivitas perawatan
diri. Terapeutik
1) Kemampuan 4) Sediakan lingkungan yang
mandi. terapeutik (mis. suasana
2) Kemampuan hangat, rileks, privasi).
mengenakan 5) Siapkan keperluan pribadi
pakaian. (mis. parfum, sikat gigi, dan
3) Kemampuan sabun mandi).
makan. 6) Dampingi dalam melakukan
4) Kemampuan ke perawatan diri sampai
toilet mandiri.
(BAB/BAK). 7) Fasilitasi untuk menerima
5) Mempertahankan keadaan ketergantungan.
kebersihan diri. 8) Fasilitasi kemandirian, bantu
6) Mempertahankan jika tidak mampu melakukan
kebersihan mulut. perawatan diri.
9) Jadwalkan rutinitas
perawatan diri.
Edukasi:
10) Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.
Risiko aspirasi Tujuan: Pencegahan Aspirasi (1.01018)
b.d efek agen Setelah dilakukan Definisi:
farmakologis. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan menurunkan
diharapkan tingkat risiko masuknya partikel
aspirasi menurun. makanan/cairan ke dalam paru-
paru.
Kriteria Hasil: Observasi:
Tingkat Aspirasi 1) Monitor tingkat kesadaran,
(L.01006) batuk, muntah, dan
Definisi: kemampuan menelan.
Kondisi masuknya 2) Monitor status pernapasan.
partikel cair atau padat 3) Monitor bunyi napas, terutama
ke dalam paru-paru. setelah makan/minum.
1) Tingkat kesadaran.
2) Kemampuan Terapeutik:
menelan. 4) Posisikan semi fowler (30 –
3) Kelemahan otot. 450) 30 menit sebelum
memberikan asupan oral.
5) Berikan makanan dengan
ukuran kecil atau lunak.
6) Berikan obat oral dalam bentuk
cair.
Edukasi:
7) Anjurkan makan secara
perlahan.
8) Ajarkan strategi mencegah
aspirasi.
9) Ajarkan teknik mengunyah
atau menelan, jika perlu.
Risiko cedera b.d Tujuan: Pencegahan Cedera (1.14537)
efek agen Setelah dilakukan Definisi:
farmakologis. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan menurunkan
diharapkan tingkat risiko mengalami bahaya atau
cedera menurun. kerusakan fisik.
Observasi:
Kriteria Hasil: 1) Identifikasi area lingkungan
Tingkat Cedera yang berpotensi menyebabkan
(L.14136) cedera.
Definisi: 2) Identifikasi obat yang
Keparahan dan cedera berpotensi menyebabkan
yang diamati atau cedera.
dilaporkan.
1) Kejadian cedera. Terapeutik:
2) Luka/lecet. 3) Sediakan pispot atau urinal
3) Ketegangan otot. untuk eliminasi di tempat tidur,
4) Gangguan jika perlu.
mobilitas. 4) Pastikan bel panggilan atau
5) Tekanan darah. telepon mudah dijangkau.
6) Frekuensi napas. 5) Pertahankan posisi tempat tidur
7) Denyut jantung di posisi terendah saat
apikal. digunakan.
8) Denyut jantung 6) Pastikan roda tempat tidur atau
radialis. kursi roda dalam kondisi
terkunci.
7) Gunakan pengaman tempat
tidur sesuai dengan kebijakan
fasilitas pelayanan kesehatan.
8) Diskusikan bersama anggota
keluarga yang dapat
mendampingi pasien.
9) Tingkatkan frekuensi observasi
dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan.
Edukasi:
10) Jelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien
dan keluarga.
11) Anjurkan berganti posisi secara
perlahan dan duduk selama
beberapa menit sebelum
berdiri.
Risiko infeksi Tujuan: Pencegahan Infeksi (1.14539)
b.d efek prosedur Setelah dilakukan Definisi:
invasif. tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan
diharapkan tingkat menurunkan risiko terserang
infeksi menurun. organisme patogenik.
Observasi:
Kriteria Hasil: 1) Monitor tanda dan gejala
Tingkat Infeksi infeksi lokal dan sistemik.
(L.11103)
Definisi: Terapeutik:
Derajat infeksi 2) Batasi jumlah pengunjung.
berdasarkan observasi 3) Berikan perawatan kulit pada
atau sumber area edema.
informasi. 4) Cuci tangan sebelum dan
1) Kebersihan sesudah kontak dengan pasien
tangan. dan lingkungan pasien.
2) Demam. 5) Pertahankan teknik aseptik
3) Kemerahan. pada pasien berisiko tinggi.
4) Nyeri.
5) Bengkak. Edukasi:
6) Cairan berbau 6) Jelaskan tanda dan gejala
busuk. infeksi.
7) Kadar sel darah 7) Ajarkan cara mencuci tangan
putih. dengan benar.
8) Kultur area luka. 8) Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi.
9) Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
10) Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi:
11) Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu.
Risiko konstipasi Tujuan: Pencegahan Konstipasi (1.04160)
b.d penurunan Setelah dilakukan Definisi:
motilitas tindakan keperawatan Mengidentifikasi dan
gastrointestinal. diharapkan eliminasi menurunkan risiko terjadinya
fekal membaik. penurunan frekuensi normal
defekasi yang disertai kesulitan
Kriteria Hasil: feses yang tidak lengkap.
Eliminasi Fekal Observasi:
(L.04033) 1) Identifikasi faktor risiko
Definisi: konstipasi (mis. asupan serat
Proses defekasi tidak adekuat, asupan cairan
normal yang disertai tidak adekuat, aganglionik,
dengan pengeluaran kelemahan otot menelan,
feses mudah dan aktivitas fisik kurang).
kosistensi, frekuensi, 2) Monitor tanda dan gejala
serta bentuk feses konstipasi (mis. defekasi
normal. kurang 2 kali seminggu,
1) Keluhan defekasi defekasi lama/sulit, feses
lama dan sulit. keras, peristaltik menurun).
2) Mengejan saat 3) Identifikasi penggunaan obat-
defekasi. obatan yang menyebabkan
3) Distensi konstipasi.
abdomen.
4) Teraba massa Terapeutik:
pada rektal. 4) Batasi minuman yang
5) Nyeri abdomen. mengandung kafein dan
6) Frekuensi alkohol.
defekasi. 5) Jadwalkan rutinitas BAK.
7) Peristaltik usus. 6) Lakukan masase abdomen.
7) Berikan terapi akupresur.
Edukasi:
8) Jelaskan penyebab dan faktor
risiko konstipasi.
9) Anjurkan minum air putih
sesuai dengan kebutuhan
(1.500 – 2.000 mL/hari).
10) Anjurkan mengkonsumsi
makanan berserat (25 – 30
gram/hari).
Kolaborasi:
11) Kolaborasi dengan ahli gizi,
jika perlu.
Sumber: PPNI (2018); PPNI (2019)
7. Daftar Pustaka
Brennan, D., S. Allarakha, dan P. S. Uttekar. 2022. What is The Main Cause of
Ovarian Cysts?. https://www.medicinenet.com/what_is_the_main_cause_of
_ovarian_cysts/article.htm. [Diakses pada 12 Juni 2022].
Ike, A. dan S. S. Novianti. 2020. Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan
Gangguan Sistem Reproduksi Akibat Post Op Laparatomy Hari Ke-2 Atas
Indikasi Kista Ovarium di Ruang Endang Geulis (Melati) RSUD Gunungjati
Cirebon. Jurnal Ilmiah Akper Buntet Pesantren Cirebon. 4(1): 1 – 17.
Katoa, T. K., K. Orana, T. Lava, M. e Lelei, F. L. Atu, T. Ni, dan N. S. B. Vinaka.
2020. Ovarian Cysts: Information for Women. New Zealand: Women’s
Health Information Unit Auckland Hospital.
Mobeen, S. dan R. Apostol. 2022. Ovarian Cyst. Treasure Island: StatPearls
Publishing LLC.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnosis. Edisi Pertama. Cetakan Kedua.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2018. Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi Pertama. Cetakan
Kedua. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi Pertama.
Cetakan Kedua. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
The American College of Obstetricians and Gynecologist. 2017. Ovarian Cysts.
Washington: American College of Obstetricians and Gynecologists.