RUANG EDELWEIS
A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga
seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau
benda seperti bubur (Dewa, 2000)
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi
cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti balon
yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi Kista adalah indung
telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau kanan. Pada kebanyakan
kasus justru tak memerlukan operasi. (http:// suara merdeka.com)
Kista ovarii yaitu suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cairan yang
tumbuh dalam indung telur (ovarium). Kista ovarium biasanya tidak bersifat kanker,
namun walaupun kista tersebut bersifat kecil diperlukan perhatian yang lebih lanjut
untuk memastikan kista tersebut tidak berupa kanker. Kistoma ovari merupakan
suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas
(Winkjosastro. et.all. 1999).
B. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Ovarium belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa dari
literatur menyebutkan bahwa penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah
gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi. Fungsi ovarium yang normal tergantung
kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa
mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Menurut Arif manjoer
menyatakan penyebab adalah gaya hidup yang tidak sehat dan faktor genetik.
Menurut etiologi, Kista ovarii dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Kista non neoplasma
Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon esterogen dan
progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam korteks
b. Kista fungsional
1) Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
2) Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3) Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
4) Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks
Suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
b. Kistodenoma ovarii musinoum
Kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhannya 1 elemen mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ovarium)
d. Kista endrometreid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungan dengan
endometroid
e. Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesis
C. Patofisiologi
D. Manifestasi
Sebagian besar kista ovarii tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi ada pula kista yang berkembang menjadi besar dan
menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gajalanya mirip dengan keadaan ini seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik atau kanker ovarium.
Meskipun demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
dalam tubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius, seperti :
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung
bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera :
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
E. Komplikasi
1. Perdarahan
Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menlyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi
distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak.
2. Torsio
Putaran tangkai dapat terjadi pada kista yang berukuran diameter 5 cm atau lebih.
Putaran tungkai ini menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang
bersifat total.
3. Kista ovarii yang besar menyebabkan tidak nyaman pada perut dapat menekan VU
sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan VU secara sempurna.
4. Massa kista ovarii berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker. Faktor inilah yang menyebabkan
pemeriksaan pelvic manjadi penting.
F. Pemeriksaan diagnostik
1. USG
Pada USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-
kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih
dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau
multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-
halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di
dalam kista.
a. Transabdominal sonogram
Mengevaluasi besarnya massa serta struktur intra abdominal lainnya seperti
ginjal, hati, dan acites. Syarat pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan VU
terisi penuh
b. Endovaginal sonogram
Menggambarkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini dilakukan
dengan cara endovaginal. Dilakukan pada saat VU dalam keadaan kosong.
2. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-
Scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan
dapat memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada.
3. Laparoskopi
Mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk
menentukan sifat-sifat tumor tersebut.
4. Foto rontgen
Menentukan adanya hidrtoraks. Selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang
dapat dilihat adannya gigi dalam tumor.
G. Penatalaksanaan medis
1. Pendekatan
Jika wanit usia reproduksi yang masih ingin hamil, berovulsi teratur dan tanpa
gejala, dan hasil USG menunjukkan kista berisi cairan, dokter tidak memberikan
pengobatan apapun dan menyarankan untuk pemeriksaan USG ulangan secara
periodik untuk melihat apakah ukuran kista membesar. Pendekatan ini juga
menjadi pilihan bagi wanita pasca menopause jika kisra berisi cairan dan
diameternya kurang dari 5 cm.
2. Pil kontrasepsi
Jika terdapat kista fungsional, pil kontrasepsi yang digunakan untuk mengecilkan
ukuran kista. Pemakaian pil kontrasepsi juga mengurangi peluang pertumbuhan
kista.
3. Pembedahan
Jika kista tidak menghilang setelah beberapa episode menstruasi, semakin besar,
lakukan pemeriksaan ultrasound, nyeri, pada masa post menopause, dokter harus
segera mengangkatnya. Ada 2 tindakan bedah yaitu laparoskopi dan laparatomy.
H. Pengkajian
Pengkajian umum kista:
1. Ada tidaknya keluhan nyeri diperut bagian bawah?
2. Ada tidaknya gangguan BAB dan BAK?
3. Ada tidaknya asites?
4. Ada tidaknya perut membuncit?
5. Ada tidaknya gangguan nafsu makan?
6. Ada tidaknya kembung?
7. Ada tidaknya sesak nafas?
Pengkajian diagnostic kista:
1. USG : Ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm
2. CT Scan: Ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan.
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologi (pemuntiran kista)
2. Cemas b.d perubahan status kesehatan
3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan penatalaksanaannya b.d kurang
paparan informasi
4. Gangguan perfusi jaringan tidak efektif b.d penurunan kadar Hb
5. Defisit perawatan diri b.d kelelahan
6. Resiko infeksi b.d penyakit
7. Pk. Perdarahan
J. Rencana keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Managemen Nyeri
agen injuri biologi (pemuntiran selama ....X24jam pasien mampu untuk Lakukan pengkajian nyeri secara
kista) Mengontrol nyeri, Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
Klien tahu penyebab nyeri, mampu karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
menggunakan tehnik nonfarmakologi dan faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri & mencari Observasi reaksi nonverbal dari
bantuan ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan Gunakan teknik komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala 1-3, pasien
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Kaji kultur yang mempengaruhi respon
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri nyeri
berkurang Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Tanda vital dalam rentang normal Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
2 Cemas b/d perubahan status Setelah dilakukan asuhan keperawatan Penurunan kecemasan
kesehatan selama ....X24jam pasien mampu untuk Gunakan pendekatan yang menenangkan
Mengontrol cemas Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
Koping efektif pelaku pasien
Kriteria Hasil : Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Klien mampu mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala cemas Pahami prespektif pasien terhdap situasi
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan stres
menunjukkan tehnik untuk mengontol Temani pasien untuk memberikan
cemas keamanan dan mengurangi takut
Vital sign dalam batas normal Berikan informasi faktual mengenai
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa diagnosis, tindakan prognosis
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
Dorong keluarga untuk menemani anak
berkurangnya kecemasan
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
3 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : proses penyakit
proses penyakit dan selama .....X 24 jam pasien diharapkan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang
penatalaksanaannya mengalami peningkatan : penyakit
1. Pengetahuan : proses penyakit - Jelaskan patofisiologi penyakit dan
- Mengenal nama penyakit bagaimana kaitannya dengan anatomi
- Deskripsi proses penyakit dan fisiologi tubuh
- Deskripsi faktor penyebab atau faktor - Deskripsikan tanda dan gejala umum
pencetus penyakit
- Deskripsi tanda dan gejala - Identifikasi kemingkinan penyebab
- Berikan informasi tentang kondisi klien
- Deskripsi cara meminimalkan
- Berikan informasi tentang hasil
perkembangan penyakit
pemeriksaan diagnostik
- Deskripsi komplikasi penyakit - Diskusikan tentang pilihan terapi
- Deskripsi tanda dan gejala komplikasi - Instruksikan klien untuk melaporkan
penyakit tanda dan gejala kepada petugas
- Deskripsi cara mencegah komplikasi Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu pelaksanaan
2. Pengetahuan : prosedur perawatan prosedur/perawatan
- Deskripsi prosedur perawatan - Informasikan klien lama waktu
- Penjelasan tujuan perawatan pelaksanaan prosedur/perawatan
- Deskripsi langkah-langkah prosedur - Kaji pengalaman klien dan tingkat
- Deskripsi adanya pembatasan pengetahuan klien tentang prosedur yang
sehubungan dengan prosedur akan dilakukan
- Deskripsi alat-alat perawatan - Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi
selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur/perawatan
- Instruksikan klien menggunakan tehnik
koping untuk mengontrol beberapa aspek
selama prosedur/perawatan (relaksasi da
imagery)
4 Defisit perawatan diri b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantu pemenuhan kebutuhan dasar : ADLs
kelemahan selama ....x24 jam Klen menunjukkan aktivitas Monitor kemempuan klien untuk
pemenuhan kebutuhan dasar (ADL) perawatan diri yang mandiri.
Kriteria Hasil : Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
Klien terbebas dari bau badan bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
Menyatakan kenyamanan berhias, toileting dan makan.
terhadap kemampuan untuk melakukan Sediakan bantuan sampai klien mampu
ADLs secara utuh untuk melakukan self-care.
Dapat melakukan ADLS dengan Dorong klien untuk melakukan aktivitas
bantuan sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri,
tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
7 Risiko perdarahan b.d komplikasi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
penyakit selama ...... X 24jam pasien dan perawat akan 1. Observasi perdarahan
mengelola dan meminimalkan faktor risiko 2. Pantau TTV secara teratur
perdarahan dengan kriteria hasil :
a) Tidak ada perdarahan pervagina 3. Pantau kehilangan darah
b) Hemoglobin dalam batas normal 4. Pantau kadar HGB dan HCT
c) Tekanan darah dalam batas normal 5. Laporkan pada dokter jika perdarahan
berlebih atau ada tanda syok
DAFTAR PUSTAKA
ABORTUS
1. Pengertian
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan yang diakibatkan oleh berbagai faktor
tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut sebelum berusia 22 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.
1. Etiologi
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematiannya atau
dilahirkannya dalam kondisi cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian
mudigah dalam hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam
pertumbuhan adalah sebagai berikut :
Kelainan kromosom. Kelainan yang sering dijumpai pada abortus spontan adalah
trisomi dan poliploidi. Kemungkinan juga dapat kelainan kromosom kelamin.
Lingkungan kurang sempurna. Bila lingkungan di endometrium dan sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu, hal ini dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan janin
dan kematiannya.
Pengaruh dari luar seperti radiasi, virus, obat-obatan dan lain-lain, dapat
mempengaruhi hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus dan dapat
mengakibatkan kematian atau kelainan pertumbuhan janin. Pengaruh ini umumnya
dinamakan pengaruh teratogen.
Kelainan pada plasenta
Contohnya adalah endaritis dapat terjadi dalam villi koriales dan mengakibatkan
oksigenasi melalui plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan sampai mengakibatkan kematian janin. Keadaan ini dapat terjadi pada
kehamilan 20 minggu atau lebih antara lain karena hipertensi menahun.
b. Penyakit ibu.
Pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis dan malaria dapat menyebabkan abortus.
Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin dan dapat
mengakibatkan kematian janin, kemudian dapat terjadi abortus. Anemia berat
keracunan, laparotomi, peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellaris,
mononucleosis, infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan abortus.
d. Antagonis Rhesus.
Darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
2. Patofisiologi
Pada permulaan abortus terjadi pendarahan dalam desidua basalis diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koreales belum menembus desidua lebih dalam, sehingga plasenta
tidak dilepaskan secara sempurna yang dapat menyebabkan banyak pendarahan.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang
jelas (blighted ovum), mungkin pula janin dilahirkan mati atau dilahirkan hidup.
Apabila janin yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberosa, dalam hal ini amnion
tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antar amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang diserap.ini
menjadi agak gepeng (fitus kompressus). Dalam tingkat lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan adalah terjadi
meserasi yakni kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terisi
cairan, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
5. Komplikasi Abortus
a) Perdarahan / haemorrhage syok.
b) Perforasi
c) Infeksi dan tetanus
d) Gagal ginjal akut akibat shock
e) Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh:
Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik.
Indeksi serta atau pepsis disebut syok septic atau endoseptik.
6. Prinsip penanganan:
a. Abortus Imminens
Tidak perlu penanganan medik yang khusus
Tirah baring secara total
Bila perdarahan berhenti lakukan perawatan antenatal terjadual dan
penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
Bila perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin (Uji
Kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab
lain (hamil ektopik atau mola).
Pada pelayanan kesehatan dengan pelayanan terbatas, pemamtauan
hanya dengan gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologik.
b. Abortus insipiens
Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia kehamilan kurang
dari 6 minggu evakuasi dilakukan dengan presedur dilatasi dan kuretase
(D & K).
Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilakukan atau usia gestasi
lebih besar dari 16 minggu, dilakukan tindakan pendahuluan dengan :
Infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai dengan 8
tetes/menit yang dapat dinaikkan hingga 40 tetes/ menit, sesuai
dengan kondisi kontraksi uterus sampai terjadi pengeluaran hasil
konsepsi.
Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
Misoprostol 400 mg/ oral dan apabila masih diperlukan dapat diulangi
dengan dosis yang sma setelah 4 jam dari dosis awal.
Hasil konsepsi yang tersisa dari kavum uteri dapat dikeluarkan dengan
cara D & K tetapi hati-hati resiko perforasi.
c. Abortus Inkompletus
Tentukan besar uterus (taksir sesuai gestasi) kenali dan atasi setiap
komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi/ sepsis).
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks dapat disertai
perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau
cunam ovum. Setelah itu evakuasi perdarahan :
Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 IM atau misoprostol 400
mg per oral.
Bila perdarahan terus berlangsung evaluasi sisa hasil konsepsi dengan
AVM atau D & K (pilihan tergantung usia gestasi, pembukaan serviks,
dan keberadaan bagian-bagian janin).
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika profilaksis.
Bila terjadi infeksi berikan ampisilin 1 gr dan metronidasol 500 mg setiap
8 jam.
Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 6 minggu
(anemia sedang dan tranfusi darah pada anemia berat).
Pada beberapa kasus abortus inkompletus erat kaitannya dengan
abortus resiko tinggi, oleh karena itu perhatikan hal-hal berikut ini :
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Hitung darah lengkap
Dapat menunjukkan peningkatan sel darah putih (SDP), penurunan Hb dan
Hematokrit.
2) Titer gonadotropin korionik manusia (HCG)
Menurun dengan kehamilan ektopik dan meningkat pada Mola Hidatidosa.
3) Masa tromboplastin teraktivitas partial (APTT: activated partial thromboplastin time)
masa tromboplastin partial (PTT: partial thromboplastin time), masa protrombin
(PT: protrombin time) dan jumlah trombosit dapat menunjukkan koagulasi
memanjang.
4) Kadar fibrinogen menurun.
5) Produk split fibrin (FSP) dan produk degradasi fibrin (FDP) terjadi koagualsi
intravaskuler disemenata.
6) Kadar estrogen dan progesterone menurun pada aborsi spontan.
7) Ultrasonografi: Memastikan adanya janin, melokalisasi plasenta dan menunjukkan
tingkat pemisahan; menentukan usia janin (berdasarkan pengukuran diameter
biparietal, panjang femur, kening sampai bokong).
3 Koping tidak efektif b/d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Strategi Koping
proses kehilangan keperawatan selama ...x24 jam a) Tentukan penyebab/faktor risiko bila
diharapkan klien menggunakan koping memungkinkan.
yang efektif dengan kriteria hasil : b) Arahkan klien untuk penyelesaian masalah
a) Partisipasi dalam membuat dengan menurunkan perhatian dalam bagian-
keputusan mengenai kesehatan. bagian kecil.
b) Mengumpulkan dukungan dari c) Rencanakan kontak klien dengan pihak lain
hubungan sosial. yang berarti (misal orangtua, keluarga dan
c) Pola tidur/bangun yang normal teman-teman).
seseorang dan aktivitas di unit. d) Dukung respon koping pasien adaptif (misalnya
d) Penurunan takut, marah dan mengekspresikan perasaan).
menarik diri. e) Berikan tingkat stimulus lingkungan yang tepat.
e) Mengenali keterbatasan fisik. f) Dukung ekspresi perasaan melalui terapi
bermain.
g) Bantu dalam mengidentifikasi sumber (misalnya
perawat klinis spesialis psikologi ibu).
h) Ajarkan klien relaksasi (misalnya mengontrol
pernafasan, guide imagery).
4 Anorexia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Mual-muntah
dengan efek samping selama ...x24 jam diharapkan risiko a) Ajarkan teknik relaksasi
anastesi kurang volume cairan akibat mual dan b) Pantau gejala subjektif mual pada pasien
muntah tidak terjadi rdengan kriteria c) Pantau turgor kulit
hasil : d) Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan
a) Melaporkan terbebas dari mual pengeluaran cairan
b) Mengidentifikasi tindakan yang e) Ajarkan pasien menelan secara sadar untuk
dapat menurunkan mual menekan reflek muntah
f) Kolaborasi pemberian obat Antiemetik sesuai
dengan anjuran
5 Perubahan konsep diri Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Strategi Koping
berhubungan dengan selama ...... X 24jam pasien dapat a) Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa
kekawatiran tentang menggunakan koping yang efektif dilakukan histerektomi dan anjurkan klien untuk
mengekpresikan perasaannya tentang
ketidakmampuan memiliki dengan kriteria hasil:
histerektomi
anak, perubahan dalam b) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang
masalah kewanitaan a) Partisipasi dalam membuat
keputusan mengenai kesehatan. negatif.
b) Mengumpulkan dukungan dari c) Libatkan klien dalam perawatannya
hubungan sosial. d) Kontak dengan klien sesering mungkin dan
c) Pola tidur/bangun yang normal ciptakan suasana yang hangat dan
seseorang dan aktivitas di unit. menyenangkan.
d) Penurunan takut, marah dan e) Memotivasi klien untuk mengungkapkan
menarik diri. perasaannya mengenai tindakan pembedahan
e) Mengenali keterbatasan fisik. dan pengaruhnya terhadap diri klien
f) Berikan dukungan emosional dalam teknik
perawatan, misalnya perawatan luka dan mandi.
g) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka
bagi klien untuk membicarakan keluhan-
keluhannya.
6. Risiko perdarahan pasca Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
kuretase b.d komplikasi selama ...... X 24jam pasien dan perawat a) Kaji fundus uteri meliputi tinggi, konsistensi
terkait kehamilan (abortus) akan mengelola dan meminimalkan b) Hindari masase pada uterus
faktor risiko perdarahan pasca kuretase c) Ukur TTV secara teratur
dengan kriteria hasil : d) Pantau kehilangan darah
a) Tidak ada perdarahan pervagina e) Pantau kadar HGB dan HCT
b) Hemoglobin dalam batas normal f) Lakukan kolaborasi dengan dokter jika
c) Tekanan darah dalam batas normal perdarahan berlebih atau ada tanda syok
10 Risiko Infeksi b.d prosedur Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
invasive, trauma jaringan selama ......X 24jam pasien petugas Proteksi infeksi
kesehatan dapat mengurangi faktor a) Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
risiko dengan kriteria hasil: b) Batasi jumlah pengunjung
a) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi c) Ajarkan dan anjurkan klien cuci tangan dengan
(rubor, dolor, calor dan fungsiolaesa tepat untuk menjaga kesehatan individu
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal d) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
c) Hasil laboratorium dalam batas sebelum dan setelah meninggalkan ruangan
normal pasien
e) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
f) Lakukan universal precautions
g) Gunakan sarung tangan steril
h) Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur
IV
i) Tingkatkan asupan nutrisi / die TKTP
j) Anjurkan asupan cairan yang cukup
k) Anjurkan istirahat
l) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-
tanda dan gejala dari infeksi
m) Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
n) Ukur TTV
o) Pantau hasil laboratorium Darah Rutin
p) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi antibiotik
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IAH. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 96-97
Perry dan Potter. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005
Ralph C. Benson, Martin L. 2008. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9.Jakarta : EGC
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya
mengalami perubahan hirofik. Mola Hidatidosa terdapat jonjot-jonjot korion (chorionic villi)
yang tumbuh berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Reeder, 2011).
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stroma villi korialis langka
vaskularisasi, dan edematus. Janin biasanya meninggal, akan tetapi villi-villi yang membesar
dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan ialah sebagai segugus
buah anggur. Jaringan trofoblas pada villi kadang-kadang berproliferasi ringan kadang-
kadang keras, dan mengeluarkan hormon, yakni Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)
dalam jumlah yang lebih besar dari pada kehamilan biasa. Mola hidatidosa adalah suatu
kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh
villi korialis memgalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola
hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm
(Prawirohardjo, 2011).
Mola Hidatidosa adalah kehamilan dimana setelah terjadi fertilisasi tidak berkembang
menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi tropoblast, dan ditemukan villi korialis yang
mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stroma yang hipovaskuler atau avaskuler,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup
dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. adapun
yang mendefinisikan Mola Hidatidosa sebagai bembengkakan kistik, hidropik, dari pada villi
korialis, disertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel korion serta tidak terbentuknya
fetus. Dan definisi yang lain dari Mola Hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi
korionik menjadi sebuah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan, embrio
mati, mola tumbuh dengan cepat, uterus membesar dan menghasilkan sejumlah besar
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) (Nugroho, 2010).
1
2. Etiologi
Menurut (Moechtar, 2009) penyebab Mola Hidatidosa belum diketahui secara pasti, faktor-
faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah :
a. Faktor ovum
Spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua
serum memasuki ovum tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan
dalam pembuahan.
b. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan
keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan janinnya.
c. Paritas tinggi
Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena
trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau menotropiris
(pergonal).
d. Kekurangan protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu,
keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apa bila kekurangan
protein dalam makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
e. Infeksi virus
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk
atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit.
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk
virulensinya serta daya tahan tubuh.
4. Patofisiologi
Patofisiologi ( Maryunani, 2009 )
Hamil anggur atau mola hidatidosa dapat terjadi karena:
a. Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan (degenerasi)
sistem aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia kehamilan minggu ke-3
sampai minggu ke-4.
b. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin, akibatnya terjadi
peningkatan produksi cairan sel trofoblas ( bagian tepi sel telur yang telah dibuahi)
c. Kelainan substansi kromosom (kromatin) seks.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Mola Hidotidosa menurut ( Achadiat, 2004 ) adalah :
a. Amenore dan tanda-tanda kehamilan. Pada tahap awal tanda dan gejala tahap
kehamilan mola tidak dapat dibedakan dari tanda dan gejala kehamilan normal.
b. Pada waktu selanjutnya pendarahan pervaginam pada hampir ditemukan disemua
kasus dan terjadi secara berulang. Cairan yang keluar dari vagina bisa berwarna
coklat tua atau merah terang, bisa sedikit atau banyak. Pada keadaan lanjut kadang
keluar gelembung mola. Keadaan ini bisa berlangsung beberapa hari saja atau
secara intermitten selama beberapa minggu.
c. Perbesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengar DJJ sekalipun uterus
sudah membesar setinggi pusar atau lebih.
e. Pre-eklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
f. Anemia akibat kehilangan darah, rasa mual dan muntah yang berebihan
(hiperemesis gravidarum), dan kram perut yang disebabkan distensi rahim.
g. Kadar β-HCG yang tinggi.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Nugroho, 2010) Untuk mengetahui secara pasti adanya mola hidatidosa, maka
pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan uji
imunologik (galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
a. Galli mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa.
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar.
Bahkan pada mola hidatidosa, uji biologik atau imunologik cairan serebrospinal
dapat menjadi positif.
2. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
3. Uji sonde : Sonde ( penduga rahim ) dimasukkan pelan - pelan dan hati-hati ke
dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan,
sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan
kemungkinan mola ( cara Acosta- Sison).
4. Foto rongent abdomen : tidak terlihat tulang - tulang janin (pada kehamilan 3-4
bulan).
5. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin.
6. Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara
7. Pemeriksaan laboratorium darah dan protein urin
8. Komplikasi
Komplikasi Menurut ( Achadiat, 2004 ) meliputi :
a) Perdarahan hebat
b) Syok
c) Infeksi
d) Perforasi Uterus
e) Keganasan
9. Penatalaksanaan medik
Menurut (Nugroho, 2010) Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :
Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
Pemeriksaan USG sangat membantu diagnostic, pada fasilitas kesehatan dimana sumber
daya sangat terbatas, dapat dilakukan :
1. Evaluasi klinik dengan fokus pada riwayat haid terakhir dan kehamilan
2. Perdarahan tidak teratur atau spotting
3. Pembesaran abnormal uterus
4. Pelunakan servik dan dan korpus uteri
5. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
6. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan
perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
7. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
8. Antisipasi komplikasi krisis tiroid, perdarahan hebat atau pervorasi uterus
9. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal dua tahun
2 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : proses penyakit
penyakit, program penggobatan selama .....X 24 jam pasien diharapkan g) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dan tindakan preventif serta mengalami peningkatan : keluarga tentang penyakit
penatalaksanaan selanjutnya 1. Pengetahuan : proses penyakit h) Berikan informasi secara umum
berhubungan dengan kurang - Prodes penyakit, tanda-tanda tentang penyakit yang klien derita
paparan informasi komplikasi, batasan aktivitas, (Prodes penyakit, tanda-tanda
therapy hormon dan perawatan komplikasi, batasan aktivitas, terapi
selanjutnya hormon dan perawatan selanjutnya
2. Pengetahuan : prosedur perawatan i) Kaji ulang pengetahuan pasien
- Deskripsi prosedur perawatan j) Beri kesempatan pasien dan keluarga
- Penjelasan tujuan perawatan untuk bertanya
- Deskripsi langkah-langkah k) Beri pendidikan kesehatan sesuai
prosedur dengan tingkat pemahaman pasien
(discharge planning)
l) Anjurkan klien untuk melaporkan
tanda dan gejala kepada petugas
Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat
pengetahuan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
- Informasikan klien lama waktu
pelaksanaan dan tujuan prosedur
perawatan
- Libatkan klien untuk berpartisipasi
selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur perawatan
3 Resiko nutrisi kurang dari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan a) Kaji status nutrisi pasien
dengan mual dan muntah kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan b) Anjurkan makan sedikit tapi sering
kriteria hasil : c) Anjurkan untuk makan makanan yang
d) Adanya peningkatan berat badan hangat dan bervariasi
e) Mampu mengidentifikasi kebutuhan d) Timbang berat badan sesuai indikasi
nutrisi e) Tingkatkan kenyamanan lingkungan
f) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi termasuk sosialisasi saat makan
f) Anjurkan orang terdekat untuk
membawa makanan yang disukai
pasien
g) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein
6. Risiko perdarahan pasca Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
kuretase b.d komplikasi terkait selama ...... X 24jam pasien dan perawat 6. Kaji fundus uteri meliputi tinggi,
kehamilan molahidatidosa akan mengelola dan meminimalkan konsistensi
faktor risiko perdarahan pasca kuretase 7. Hindari masase pada uterus
dengan kriteria hasil : 8. Ukur TTV secara teratur
i) Tidak ada perdarahan pervagina 9. Pantau kehilangan darah
j) Hemoglobin dalam batas normal 10. Pantau kadar HGB dan HCT
k) Tekanan darah dalam batas normal 11. Lakukan kolaborasi dengan dokter
jika perdarahan berlebih atau ada
tanda syok
7 Risiko Infeksi b.d prosedur Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
invasive, trauma jaringan selama ......X 24jam pasien petugas Proteksi infeksi
kesehatan dapat mengurangi faktor risiko - Ganti peralatan pasien setiap selesai
dengan kriteria hasil: tindakan
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (rubor, - Batasi jumlah pengunjung
dolor, calor dan fungsiolaesa - Ajarkan dan anjurkan klien cuci tangan
Tanda-tanda vital dalam batas normal dengan tepat untuk menjaga
Hasil laboratorium dalam batas normal kesehatan individu
- Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
- Lakukan universal precautions
- Gunakan sarung tangan steril
- Lakukan perawatan aseptic pada
semua jalur IV
- Tingkatkan asupan nutrisi / die TKTP
- Anjurkan asupan cairan yang cukup
- Anjurkan istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
- Ukur TTV
- Pantau hasil laboratorium Darah Rutin
- Lakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi antibiotik
Pathway Faktor Ovum
Mengalami Degenerasi
Kekurangan volume
cairan Jongot-jongot korion yang tumbuh berganda dan mengandung cairan
Perdarahan hebat Kista-kista kecil seperti anggur Keganasan Perub konsep diri
Nafsu Makan
Manuaba IAH. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 96-97
Perry dan Potter. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005
Ralph C. Benson, Martin L. 2008. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9.Jakarta : EGC
a. Definisi
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berimplantasi di luar
endometrium rahim. Istilah lain: ectopic pregnancy, ectopic gestation dan eccecyesis.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini
dapat berbahaya bagi wanita tersebut. Kehamilan heterotopik adalah kehamilan intrauterin
yang terjadi dalam waktu yang berdekatan dengan kehamilan ektopik.
Gambar. 5. KET
b. Frekuensi
Di Negara-negara berkembang, khususnya Indonesia, pada RS Pirngadi Medan
(1979-1981) frekuensi 1 : 139, dan untuk RS Cipto Mangunkusumo Jakarta (1971-1975)
frekuensi 1 : 24. laporan dari Negara-negara lain berkisar antara 1 : 38 dan 1 : 150,
sedangkan di negara-negara maju berkisar antara 1 : 250 dan 1 : 329. Di Amerika
kehamilan ektopik lebih sering dijumpai pada wanita kulit hitam daripada kulit putih.
Sebagaian besar yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan
umur rata-rata 30 tahun. Sementara kehamilan ektopik yang berulang adalah 1 : 14,6 %.
c. Klasifikasi
Menurut Titus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan ektopik
adalah:
d. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang tidak diketahui
atau belum diiketahui. Beberapa faktor penyebab kehamilan ektopik adalah:
Gambar. 8. Bentuk rahim yang berlekuk baik sedang maupun dengan lekukan ekstrim berefek
pada perdarahan
e. Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan halnya di kavum uteri. Telur dituba bernidasi secara kolumner atau interkolumner.
Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping.
Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur
mati secara dini dan kemudian direabsorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur
bernidasi antara dua jonjot endosalping.
Estela tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jeringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidia di tunba tidak sempurna, dengan mudah vilikoriasis menembus endosalping dan
masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah.
Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh infasi
trofoblas.
Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditas
dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi
desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut
fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik,
lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa.
Dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada
sebagaian kehamilan ektopik.
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu
pada umur kehamilan 6 sampai 10 minggu.
Gambaran klinis
Yang biasa dijumpai bisa bersifat akut atau subakut. Beberapa penulis mengemukakan
presentasi gejala yang dijumpai adalah sebagai berikut:
Gejala ini bervariasi menurut waktu kapan penderita diperiksa; sebelum,sewaktu, atau
sesudah terjadinya ruptur. Beberapa keadaan yang ditemukan jika terjadi pada:
Sebelum terganggu.
Tanda-tanda hamil muda, sedikit sakit pada perut, rasa tidal enak pada perabaan
dan biasanya diagnosis sukar ditegakkan. Rasa tidak enak ini menyebabkan ibu
pergi ke dukun dan sehingga dapat terjadi ruptur.
Setelah ruptur.
Diagnosis lebih mudah dengan adanya tanda-tanda akut abdomen dan perdarahan.
Bila penderita baru datang ke rumah sakit setelah beberapa waktu, maka tanda-
tanda di atas masih ada tetapi kurang jelas. Yang kita dapati adalah tumor di
belakang rahim yang disebut pelvic mass.
Diagnosa banding:
1. Abortus
2. Salpingitis akut
3. Apendisitis akut
4. Ruptur korpus luteum
5. Torsi kista ovarium
6. Mioma sub mukosa yang terpelintir
7. Retrofleksi uteri gravida inkarserata
8. Ruptur pembuluh darah mesenterium
g. Penanganan
1. Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di rumah sakit untuk
penanggulangannya.
2. Bila wanita dalam keadaan syok, perbaiki keadaan umumnya dengan
pemberian cairan yang cukup (Dextrosa 5%, Glukosa 5%, garam fisiologis) dan transfusi
darah.
3. Setelah didiagnosis jelas atau sangat disangka KET, dan keadaan
umum baik, segera lakukan laparatomi untuk menghilangkan sumber perdarahan: dicari,
diklem, dan dieksisi sebersih mungkin (salpingektomi), kemudian diikat sebaik-baiknya.
4. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya
penyembuhan lebih cepat.
5. Berikan antibiotika yang cukup dan obat anti-inflamasi.
i. Prognosis
Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan fasilitas
daerah yang cukup. Di RS Pirngadi Medan selama 1979-1981 dari 78 kasus KET angka
kematian ibu adalah nihil (Daeng, 1982), Sastrawinata melaporkan angka kematian ibu 1,9
%; Pohan 7,2 %, Sjahid dan Martohoesodo (1970) sebanyak 2 dari 120 kasus; Tardjamin
(1973) 4 dari 138 kasus.
Hanya 60 % dari wanita yang pernah dapat KET menjadi hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0-14,6 %. Kemudian melahirkan bayi cukup bulan adsalah sekitar 50 %.
2 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : proses penyakit
penyakit, program penggobatan selama .....X 24 jam pasien diharapkan m) Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dan tindakan preventif serta mengalami peningkatan : keluarga tentang penyakit
penatalaksanaan selanjutnya 1. Pengetahuan : proses penyakit n) Berikan informasi secara umum tentang
berhubungan dengan kurang - Prodes penyakit, tanda-tanda penyakit yang klien derita (Prodes
paparan informasi komplikasi, batasan aktivitas, therapy penyakit, tanda-tanda komplikasi,
hormon dan perawatan selanjutnya batasan aktivitas, terapi hormon dan
2. Pengetahuan : prosedur perawatan perawatan selanjutnya
- Deskripsi prosedur perawatan o) Kaji ulang pengetahuan pasien
- Penjelasan tujuan perawatan p) Beri kesempatan pasien dan keluarga
- Deskripsi langkah-langkah prosedur untuk bertanya
q) Beri pendidikan kesehatan sesuai
dengan tingkat pemahaman pasien
(discharge planning)
r) Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala kepada petugas
Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat
pengetahuan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
- Informasikan klien lama waktu
pelaksanaan dan tujuan prosedur
perawatan
- Libatkan klien untuk berpartisipasi
selama prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur perawatan
3 Resiko nutrisi kurang dari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan h) Kaji status nutrisi pasien
dengan mual dan muntah kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan i) Anjurkan makan sedikit tapi sering
kriteria hasil : j) Anjurkan untuk makan makanan yang
l) Adanya peningkatan berat badan hangat dan bervariasi
m) Mampu mengidentifikasi kebutuhan k) Timbang berat badan sesuai indikasi
nutrisi l) Tingkatkan kenyamanan lingkungan
n) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi termasuk sosialisasi saat makan
m) Anjurkan orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai pasien
n) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein
6. Risiko perdarahan b.d komplikasi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
terkait kehamilan ektopik selama ...... X 24jam pasien dan perawat 12. Kaji fundus uteri meliputi tinggi,
akan mengelola dan meminimalkan faktor konsistensi
risiko perdarahan pasca kuretase dengan 13. Hindari masase pada uterus
kriteria hasil : 14. Ukur TTV secara teratur
q) Tidak ada perdarahan pervagina 15. Pantau kehilangan darah
r) Hemoglobin dalam batas normal 16. Pantau kadar HGB dan HCT
s) Tekanan darah dalam batas normal 17. Lakukan kolaborasi dengan dokter jika
perdarahan berlebih atau ada tanda
syok
7 Risiko Infeksi b.d prosedur Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
invasive, trauma jaringan selama ......X 24jam pasien petugas Proteksi infeksi
kesehatan dapat mengurangi faktor risiko - Ganti peralatan pasien setiap selesai
dengan kriteria hasil: tindakan
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (rubor, - Batasi jumlah pengunjung
dolor, calor dan fungsiolaesa - Ajarkan dan anjurkan klien cuci tangan
Tanda-tanda vital dalam batas normal dengan tepat untuk menjaga kesehatan
Hasil laboratorium dalam batas normal individu
- Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
- Lakukan universal precautions
- Gunakan sarung tangan steril
- Lakukan perawatan aseptic pada semua
jalur IV
- Tingkatkan asupan nutrisi / die TKTP
- Anjurkan asupan cairan yang cukup
- Anjurkan istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
- Ukur TTV
- Pantau hasil laboratorium Darah Rutin
- Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian terapi antibiotik
MIOMA UTERI
A. DEFINISI
Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim disertai jaringan ikatnya
sehingga dapat dalam bentuk padat -karena jaringan ikatnya dominan dan lunak-
karena otot rahimnya dominan (Hanifa Wingnyo Sastro, 2001). Kejadian mioma
uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan dan
memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak memberikan
keluhan apa pun dan ditemukan secara kebetulan dari pemeriksaan
(Prawirohardjo, Sarwono 2001).
Sebagian mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi karena adanya
rangsangan estrogen. Dengan demikian mioma uteri tidak dijumpai sebelum datang
haid (menarche) dan akan mengalami pengecilan setelah mati haid
(menopaaause). Bila pada masa menopause tumor yang berasal dari mioma uteri
masih tetap besar atau bertambah besar, kemungkinan degenerasi ganas menjadi
sarkoma uteri. Bila dijumpai pembesaran abdomen sebelum menarche, hal itu pasti
bukan mioma uteri tetapi kista ovari dan kemungkinan besar menjadi ganas.
Walaupun myoma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun
dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa : Myoma uteri terjadi
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya
dapat dirangsang terus menerus oleh hormon estrogen.
Mioma uteri sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang su bur.
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi pada sebagian besar
bersifat degenerasi. Hal ini karena disebabkan karena berkurangnya suplai
darah pada sarang mioma. Adapun perubahan sekunder yang terjadi; atropi,
degenerasi, hialing, degenerasi kistik, degenerasi membatu (calcireous
degeneration), degenerasi merah ( carneous degeneration), degenerasi lemak.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala klinik mioma uteri adalah :
1. Perdarahan tidak normal
Hipermenorea, perdarahan banyak saat menstruasi, karena :
• Meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
• Gangguan kontraksi otot rahim
• Perdarahan berkepanjangan
Akibat perdarahan, penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
2. Penekanan rahim yang membesar
Penekanan rahim karena pembesaran mio uteri dapat terjadi :
• Terasa berat di abdomen bagian bawah
• Sukar miksi atau defekasi
• Terasa nyeri karena tertekannya urat saraf
3. Ganguan pertumbuhann dan perkembangann kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteeri menimbulkann proses saling
mempengaruhi :
• Kehamilan dapat mengalami keguguran
• Persalinan prematuritas
• Gangguan saat proses persalinan
• Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infertilitas
• Kala ketiga terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
D. DIAGNOSIS
Secara sederhana, kemungkinan mioma uteri dapat diperkirakan dengan
memperhatikan gejala klinik, yaitu perdarahan menstruasi yang tidak normal.
Terdapat gangguan miksi atau buang air besar, dan terasa nyeri terutama saat
menstruasi. Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba tumor padat pada abdomen
bagian bawah dan pergerakan tumor terbatas.
I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Haemoglobin : turun
Lekosit : turun/meningkat
Eritrosit : turun.
Albumin : turun
2. USG
Terlihat massa pada daerah uterus.
3. Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi dan ukurannya.
4. Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.,
5. Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat menghambat
tindakan operasi.
6. ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat mempengaruhi tindakan
operasi.
.
PATOFISIOLOGI
MIOMA UTERI
Gejala/ Tanda
Radang
Nyeri
Penekanan
Gambar 2. Pathway
E. KOMPLIKASI
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri
submukosum
2. Kemungkinan abortus bertambah
3. Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak
subserus
4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di
serviks
5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam
dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma
6. Mempersulit lepasnya plasenta, terutama pada mioma yang submukus dan
intramural
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
1. Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema,
terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal.
Setelah kehamilan 4 bulan tumor tidak bertambah besar lagi.
2. Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat beruah bentuk, dan mudah
terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya sehingga terjadi perrdarahan dan
nekrosis, terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah (degenerasi
merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnosa). Perubahan ini
menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan
peritonium daan gejala-gejala peradangaan, walau pun peradangan dalam hal
ini bersifat suci hama (steril). Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa
nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akibat perubahan-perubahan
sirkulasi yang dialami oleh wanita setelah bayi lahir.
3. Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami perputaran tangkai
akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar. Torsi menyebabkan
gangguan sirkulasi yang nekrosis yang menimbulkan gambaran klinik perut yang
mendadak (acute abdomen)
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada umumya tidak dilakukan operasi untuk mengangkat mioma dalam
kehamilan, demikian pula tidak dilakukan abortus provokatus. Apabila terjadi
degenerasi merah pada mioma dengan gejala-gejala tersebut di atas, biasanya
sikap konservatif dengan istirahat baring dan pengawasan yang ketat memberi
hasil yang cukup memuaskan. Antibiotik tidak banyak gunanya karena proses
peradangannya bersifat suci hama. Akan tetapi, bila dianggap perlu, dapat
dilakukan laparatomi percobaan dan tindakan selanjutnya disesuaikan dengan
apa yang ditemukan waktu perut dibuka. Apabila mioma menghalang-halangi
lahirnya janin, harus dilakukan sectio caesaria. Dalam masa nifas mioma
dibiarkan kecuali apabila timbul gejala-gejala akut yang membahayakan.
Pengangkatannya dilakukan secepatnya setelah 3 bulan; akan tetapi pada saat
itu mioma sudah sedemikian mengecil sehingga tidak memerlukan
pembedahan.
Pra bedah
Bertujuan untuk mempelancar jalannya pembedahan dan mencegah
terjadinya komplikasi pemberian obat premedikasi
Intra bedah
Pasien mendapatkan obat anestesi, pengelolaan cairan, monitoring keadaan
umum dan tanda-tanda vital
Pasca bedah
Pengelolaan terapi antibiotik, analgetik, perangsang peristaltik usus, anti
perdarahan dan vitamin
d. Teori Histerektomi
1. Defenisi
Histerektomi adalah pengankatan rahim atas indikasi obstetrik baik
sebagian (sub total) tanpa serviks ataupun seluruhnya (total).
Histerektomi dalam kebidanan dapat dilakukan saat SC, pasca
persalinan atau ruptur uteri. Histerektomi saesaria bertujuan untuk
menghentikan perdarahan yang banyak akibat atonia atau kelainan
anatomik yang dapat menghalangi kontraksi uterus.
2. Indikasi :
Histerektomi dilakukan pada :
Ruptura uteri
Perdarahan yang tidak dapat terkontrol : atonia uteri,
afibrinogemia atau hpofibrinogenemia pada solotio placenta, arteri
uetrinae terputus, placenta inkreta dan perkreta, hematoma yang
luas pada rahim
Infeksi intrapartal berat
Uterus miomatosus yang besar
Kematian janin dalam rahim, missed abortion dengan kelainan
darah
Kanker leher rahim
Kehamilan abdomen
- Indikasi mioma uteri yang diangkat adalah mioma uteri subserosum bertangkai..
Pada mioma uteri yang masih kecil khususnya pada penderita yang mendekati
masa menopause tidak diperlukan pengobatan, cukup dilakukan pemeriksaan
pelvic secara rutin tiap tiga bulan atau enam bulan.
- Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang perlu diangkat adalah dengan
pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumnya
dilakukan histerektomi total abdominal.
- Tindakan histerektomi total tersebut dikenal dengan nama Total Abdominal
Histerektomy and Bilateral Salphingo Oophorectomy ( TAH-BSO )
- TAH – BSO adalah suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat
uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic
endrometriosis .
- Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa TAH-BSO adalah suatu
tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada dinding perut untuk
mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan ovarium pada malignant
neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subyektif
Sebelum Operasi
Adanya benjolan didaerah abdomen.
Nyeri di daerah benjolan.
Mual, muntah, kembung, konstipasi.
Tidak nafsu makan.
Sesudah Operasi
Nyeri di daerah operasi, Lemas, Pusing.
Mual, kembung.
2. Data Obyektif
Sebelum Operasi
Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot, demam,
dehidrasi.
Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi
Terdapat luka pada selangkangan.
Puasa, selaput mukosa mulut kering.
Pemberian Analgetik
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan
digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian
analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan
efek sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal hal yang menyebabkan ketidaknyamanan
pasien sepeti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
- Hindari penyinaran langsung dengan mata
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat nyaman
2 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : proses penyakit
penyakit, program penggobatan dan selama .....X 24 jam pasien diharapkan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
tindakan preventif mengalami peningkatan : - Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya
1. Pengetahuan : proses penyakit dengan anatomi dan fisiologi tubuh
- Mengenal nama penyakit - Deskripsikan tanda dan gejala umum penyakit
- Deskripsi proses penyakit - Identifikasi kemingkinan penyebab
- Deskripsi faktor penyebab atau - Berikan informasi tentang kondisi klien
faktor pencetus - Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik
- Deskripsi tanda dan gejala - Diskusikan tentang pilihan terapi
- Deskripsi cara meminimalkan - Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala
perkembangan penyakit kepada petugas
- Deskripsi komplikasi penyakit Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Deskripsi tanda dan gejala - Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
komplikasi penyakit - Informasikan klien lama waktu pelaksanaan
- Deskripsi cara mencegah prosedur/perawatan
komplikasi - Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang akan dilakukan
2. Pengetahuan : prosedur perawatan - Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Deskripsi prosedur perawatan - Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama
- Penjelasan tujuan perawatan prosedur/perawatan
- Deskripsi langkah-langkah - Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur prosedur/perawatan
- Deskripsi adanya pembatasan - Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk
sehubungan dengan prosedur mengontrol beberapa aspek selama prosedur/perawatan
- Deskripsi alat-alat perawatan (relaksasi da imagery)
3 Kurang pengetahuan tentang efek Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
pembedahan dan perawatan selama .....X 24 jam pasien diharapkan 1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
selanjutnya berhubungan dengan mengalami peningkatan pengetahuan 2) Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal
salah dalam menafsirkan imformasi tentang : mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan
dan sumber imformasi yang kurang perawatan luka operasi, tanda-tanda waktu yang lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang
benar. komplikasi, batasan aktivitas, banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah
operasi.
menopause, therapy hormon dan
3) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi
perawatan selanjutnya yang tepat
4) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
5) Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan
ovulasi
6) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
7) Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total
menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi
8) Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan
dosis renda, dengan sirklus penggunaannya
adalah selama 5 hari kemudian berhenti selama
dua hari begitu seterusnya sampai umur
menopause.
Diskusi tentang rasional penggunaan therapy
yaitu memberikan rasa sehat dan mengurangi
resiko osteoporosis
Jelaskan resiko penggunaan therapy
Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan
sikap ( depresi ), tanda troboplebitis, retensi
cairan berlebihan, kulit kuning, rasa
mual/muntah, pusing dan sakit kepala, rambut
rontok, gangguan penglihatan,benjolan pada
payudara.
5 Perubahan konsep diri berhubungan Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Manajemen Koping
dengan kekawatiran tentang selama ...... X 24jam pasien dapat 1) Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi
ketidakmampuan memiliki anak, menggunakan koping yang efektif dengan dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang
histerektomi
perubahan dalam masalah kewanitaan, kriteria hasil:
2) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
akibat pada hubungan seksual . 3) Libatkan klien dalam perawatannya
Partisipasi dalam membuat
4) Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana
keputusan mengenai kesehatan. yang hangat dan menyenangkan.
Mengumpulkan dukungan dari 5) Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai
hubungan sosial. tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
Pola tidur/bangun yang normal 6) Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya
seseorang dan aktivitas di unit. perawatan luka dan mandi.
Penurunan takut, marah dan 7) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk
menarik diri. membicarakan keluhan-keluhannya.
Mengenali keterbatasan fisik.
6. Risiko Infeksi b.d prosedur invasive, Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
trauma selama ......X 24jam pasien dapat - Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
memperoleh - Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
1. Pengetahuan:Kontrol infeksi - Batasi jumlah pengunjung
Indikator: - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
- Menerangkan cara-cara - Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
penyebaran infeksi - Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
- Menerangkan factor-faktor yang - Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan
berkontribusi dengan penyebaran setelah meninggalkan ruangan pasien
- Menjelaskan tanda-tanda dan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
gejala - Lakukan universal precautions
- Menjelaskan aktivitas yang dapat - Gunakan sarung tangan steril
meningkatkan resistensi - Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
terhadap infeksi - Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
- Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan asupan cairan yang cukup
- Anjurkan istirahat
- Berikan terapi antibiotik
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan
gejala dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana
mencegah infeksi
7 Risiko perdarahan prenatal b.d Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
komplikasi terkait kehamilan dengan selama ..... X 24jam pasien dan perawat 1. Monitor tanda-tanda perdarahan
mioma uteri akan mengelola dan meminimalkan faktor 2. Ajarkan pada klien untuk melaporkan perdarahan yang
risiko perdarahan pranatal dengan kriteria tidak biasanya dengan segera
hasil : 3. Jika perdarahan terjadi, hubungi dokter atau pantau :
t) Tidak ada perdarahan pervagina jumlaahnya, adanya kram, kontraksi, nyeri, atau nyeri tekan
u)Hemoglobin dalam batas normal 4. Monitor nilai Hb catat sebelum dan sesudah terjadi
v) Tekanan darah dalam batas normal perdarahan
5. Monitor tanda-tanda vital
6. Pertahankan bed rest selama perdarahan aktif
7. Pertahankan klien posisi terlentang
8. Lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan
perdarahan
9. Anjurkan pasien untuk meningkatkan asupan makanan
yang bergizi
10. Pantau kontraksi jantung
11. Jangan melakukan pemeriksaan dalam pada vagina dan
pengkajian rektum
12. Jika terjadi tanda-tanda syok, informasi padda
pengelolaan keperawatan lebih lanjut
8. Risiko perdarahan pascapartum b.d Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
komplikasi terkait kehamilan dengan selama ...... X 24jam pasien dan perawat 18. Kaji fundus uteri meliputi tinggi, ukurssn, konsistensi
mioma uteri akan mengelola dan meminimalkan faktor 19. Hindari masase pada uterus
risiko perdarahan pascapartum dengan 20. Pantau TTV secara teratur
kriteria hasil : 21. Pantau kehilangan darah perineum
w) Tidak ada perdarahan pervagina 22. Pantau kadar HGB dan HCT
x) Hemoglobin dalam batas normal 23. Laporkan pada dokter jika perdarahan berlebih atau ada
y) Tekanan darah dalam batas normal tanda syok
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IAH. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 96-97
Perry dan Potter. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005
Ralph C. Benson, Martin L. 2008. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9.Jakarta : EGC
A. Pengertian
Keadaan dimana sel-sel neolpastik terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan pra
kanker lain yang tidak sampai meligatkan seluruh lapisan epitel serviks disebut displasia yang
dibagi menjadi ringan, sedang dan berat. Displasia adalah neoplasia servikal intraepitelial
(CIN), tingkatannya adalah CIN 1 (displasia ringan ) CIN 2 (displasia sedang) dan CIN 3
(displasia berat dan karsinoma in situ).
B. Etiologi
Secara pasti belum diketahui penyebabnya, tetapi umumnya diderita oleh wanita
dengan usia lanjut, kadang-kadang juga pada wanita yang lebih muda, juga sering terjadi pada
multi gravida dengan pernah melahirkan 4 kali atau lebih, insidensi lebih tinggi pada wanita
yang telah kawin aripada yang tidak kawin, terutama pada gadis yang koitus pertama pada usia
amat muda (< 16 tahun ), jarang ditemukan pada perawan (virgo), insiden meningkat dengan
tingginya paritas, apalagi jika jarak persalinannya terlalu dekat, mereka dari golongan sosial
ekonomi rendah (higiene seksual yang jelek,aktifitas seksual yang berganti-ganti pasangan),
jarang dijumpai pada masyarakat yang suaminya mendapatkan sirkumsisi, sering dijumpai pada
wanita yang mengalai Human Papiloma Virus (HPV) tipe 16 atau 18, wanita perokok juga
mempunyai resiko yang besar.
D. Patofisiologi
Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik dari penyakit ini, perdarahan merupakan satu-
satunya gejala yang nyata, tetapi sering tidak terjadi pada awal penyakit sehingga kanker sudah
lamjut pada saat ditemukan.CIN biasanya ditemukan pada sambungan epitel skuamosa dengan
epitel kolumnar dari mukosa endoserviks.
Karsinoma serviks infasif terjadi jika tumor menembus epitel masuk kedalam stroma
serviks, invasi dapat terjadi pada beberapa tempat sekaligus dimana sel-sel tumor meluas
kedalam jaringan ikat dan akhirnya menembus pembuluh limfe dan vena. Karsinoma serviks
infasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardiale dan rongga
endometrium; invasi ke pembuluh limfe dan pembuluh darah dapat menyebabkan metastase ke
tempat-tempat yang jauh.
Clinical Pathway
Faktor Ekstrinsik
Skuamokolumner serviks
Karsinoma pra-infasif
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ atau karsinoma intraepitel: membran basalis masih utuh.
I Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Ia Karsinoma mikriinfasif;bila membrana basals sudah rusak dan sel tumor
sudah memasuki stroma tak > 3mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam
pembuluh darah atau pembuluh limpe.
*) kedalaman infasi 3 mm sebaiknya diganti dengan tak > 1 mm.
Ib occ: (Ib occult = Ib tersembunyi); secara klinis tumor belum tampak sebagai
karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib Secara klinis sudah diduga ada tumor yang histologik menunjukan invasi ke
dalam stoma serviks uteri.
II Proses keganasan sudah keluar dari setrviks dan menjalar ke ⅔ bagian atas
vagina dan/ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
IIa Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor.
IIb Penyebaran ke parametrium, uni/bilateral tetapi belum sampai ke dinding
panggul
III Penyebaran sudah sampai ke ⅓ bagian distal vagina atau ke parametrium
sampai dinding panggul.
IIIa Penebaran sampai ke ⅓ bagian distal vagina, sedangkan ke parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai ke dinding panggul.
IIIb Penyebaran sudah sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul (frozen pelvic) atau
proses pada tingkat klinik I atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan/atau kandung kemih (dibuktikan secara histologik), atau telah
terjadi metastase keluar panggul atau ke tempat-tempat yang jauh.
IV Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa
rektum dan/kandung kemih.
IVb Telah terjadi penyebaran jauh
Tingkat Kriteria
T Tak ditemukan tumor primer.
T1S Karsinoma pra-invasif, ialah KIS (Karsinoma In Situ).
T1 Karsinoma terbatas pada serviks,(walaupun adanya perluasan ke korpus
uteri)
T1a Pra-klinik adalah karsinoma yang menginvasif dibuktikan dengan
pemeriksaan histologik.
T1b Secara klinis jelas karsinoma yang invasif.
T2 Karsinoma telah meluas sampai diluar serviks, tetapi belum sampai dinding
panggul, atau karsinoma telah menjalar ke vagina, tatapi belum sampai
bagian distal.
T2a Karsinoma belum menginviltrasi parametrium.
T2b Karsinoma telah menginviltrasi parametrium.
T3 Karsinoma telah melibatkan ⅓ bagian distal vagina atau telah mencapai
dinding panggul (tak ada celah bebas antara tunor dan dinding panggul).
NB :Adanya hidronefrosis atau gangguna faal ginjal akibat stenosis ureter karena
infiltrasi tumor, menyebabkan kasus dianggap sebagai T3 meskipun pada
penemuan lain kasus itu seharusnya masuk kategori yang lebih rendah (T1
atau T2).
T4 Karsinoma telah menginviltrasi mukosa rektum atau kandung kemih atau
meluas sampai di luar panggul. (Ditemukan edema bullosa tidak cukup bukti
untuk mengklasifikasikan sebagai T4).
T4a Karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja dan dibuktikan
secara histologik.
T4b Karsinoma telah meluas sampai diluar panggul.
NB :Pembesaran uterus saja belum ada alasan untuk memasukannya sebagai T4.
NX Bila tidak memungkinkan untuk melakukan penilaian terhadap kelenjar
limphe regional. Tanda -/+ ditambahan untuk tamgahan ada/tidak nya
informasi mengenai pemeriksaan histologis, jadi: NX + atau NX -.
N0 Tidak adanya deformitas kelenjar limphe dapa limfografi.
N1 Kelenjar limphe regional berubah bentuk sebagaimana ditunjukan oleh cara-
cara diagnostik yang tersedia (misalnya limfografi, CT-scan panggul)
N2 Teraba massa yang padat dan melekat pada dinding panggul dengan celah
bebas infiltrat di antara masa ini dengan tumor.
M0 Tidak ada metastasis berjarak jauh.
M1 Terdapat metastasis berjarak jauh, termasuk kelenjar limphe di atas
bifurkasio arteri iliaka komunis.
E. Kemungkinan komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang dapat dialami oleh klien dengan carsinoma uteri adalah
terjadinya metastase sel-sel ganas ke dinding vagina, ligamentum kardinale, rongga
endometrium serta ke organ-organ yang lain/ke tempat yang jauh, perdarahan, gagal ginjal
(CRF : cronic renal failure) akibat infiltasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih,
yang menyebabkan obstruksi total.
F. Penatalaksanaan medis
1. Diagnosis
2. Penanganan
Stadium dini dari CIN dapat dilakukan pengangkatan seluruhnya dengan biopsi kerucut,
atau dibersihkan dengan laser, kauter atau dengan bedah beku, tindakan lanjut yang teratur
dan sering dilakukan untuk memantau kekambuhan lesi perlu dilakukan setelah penanganan
dengan cara-cara ini. Pada tingkat klinis (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi
atau elektrofulgerasi, bedah krio (cryosurgery) atau dengan sinar lase, kecuali bila yang
menangani adalah ahli dalam kolposkopi dan penderitanya masih muda dan belum
mempunyai anak.
Jika wanita tersebut merencanakan untuk tidak mempunyai anak lagi, maka dipilih
penanganan dengan histerektomi yang dilanjutkan dengan tindak lanjut berupa pemeriksaan
berkala dan pemeriksaan pap smear. Penanganan karsinoma serviks infasif dapat berupa
radioterapi atau histerektomi radikal dengan mengangkat uterus, tuba, ovarium, sepertiga ats
dari vagina dan kelenjar limfe panggul, jika kelenjar limfe aorta juga terkena maka juga
diperlukan kemoterapi. Prognosis setelah dilakukan pengobatan kanker serviks akan makin
baik jika lesi ditemukan dan diobati lebih dini, tingkat harapan kesembuhan dapat mencapai
85 % untuk stadium I, 50%-50% untuk stadium II, 30% untuk stadium III dan 5-10% untuk
stadium IV.
Pada kasus tertentu dimana operasi merupakan kontra indikasi, aplikasi radium dengan
dosis 6500-7000 rads/cGy di titik A (setinggi 2 cm dari oue dan sejauh 2 cm dari sumbu
uterus)tanpa penambahan penyinaran luar dapat dilakukan. Pada tingkat klinik Ia, umumnya
dianggap dan ditangani sebagai kanker yang invasif, bila kedalaman invasif kurang dari atau
hanya 1 mm dan tidak meliputi area yang luas dan tidak melibatkan pembuluh darah atau
limfe, penangananya dilakukan seperti pada KIS di atas.
Pada klinik Ib. Ib occ. Dan Iia dilakukan histerektomi tadikal dengan limfadenektomi
panngul. Paska bedah biasanya dilanjutkan penyinaran, tergantung ada/tidaknya sel tumor
dalam kelenjar limfa regional yang diangkat.
Pada tingkat Iib,III, dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah, untuk ini primer
adalah radioterapi. Sebaiknya kasus dengan karsinoma serviks selekasnya dikirim ke pusat
penaggulangan kanker.Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif.
Pemberian khemotherapi dapat dipertimbangakan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun
sesudah penanganan lengkap dapat dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi
dan prosesnya masih terbatas padan panggul, bilamana prosesnya sudah jauh atau operasi
tak mungkin dilakuakn, harus dipilih khemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi, untuk ini tak
digunakan sitostastika tunggal tetapi berbentuk regimen yang terdiri dari kombinasi beberapa
sitostatika (polokhemoterapi). Jika terapi terdahulu adalah operasi sebaiknya dilakukan
penyinaran bila prosesnya masih terbatas dalam panggul (lokoregional), sedangkan kalau
penyinaran tidak memungkinkan atau proses penyebarannya sudah lanjut maka dipilih
polikhemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi.
3. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu
zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi
atau radiasi akan lebih berhasil guna.
6) Topikal
7) Intra arterial
8) Intracavity
9) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak pada
kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu
diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam
cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang
amat banyak , contohnya Bleocin.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap pemberian,
maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap penderita
berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis juga
mempunyai pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi sumsum
tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya
timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab berlangsung tidak
melebihi 24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi
sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian,
pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai
terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari
untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi
kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu
kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi
dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-
menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan. efek
samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung,
sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis,
gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian besar
penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya iireversibel, kelainan
hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak
diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan
saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
RENCANA KEPERAWATAN
4. Intoleransi aktifitas b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perawatan jantung: Rehabilitasi
kelelahan, malnutrisi, selama ....x24 jam menunjukkan Klien a. Tingkatkan aktivitas klien setiap shift sesuai indikasi.
penurunan mobilitas. toleran terhadap aktivitas dengan b. Bantu klien menyusun frekuensi ambulasi.
criteria: c. Berikan periode istirahat yang adekuat.
1. Kebutuhan ADL terpenuhi. d. Tingkatkan aktivitas perawatan diri klien dari perawatan parsial
2. Memperlihatkan toleransi terhadap sampai komplit sesuai indikasi.
aktivitas (nadi, pernafasan stabil pada
saat latihan aktivitas). 2. Monitoring tanda-tanda vital
a. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
3. Dukungan emosional
a. Identifikasi dan hargai kemajuan yang dicapai klien.
4. Manajemen energi
a. Rencanakan periode istirahat yang adekuat sesuai dengan
jadwal harian klien.
b. Bantu klien untuk menyimpan kekuatan seperti istirahat
sebelum dan sesudah aktivitas.
c. Bantu ADL s jika perlu.
5. Pendidikan kesehatan
a. Ajarkan cara memantau respon fisiologis terhadap aktivitas.
b. Ajarkan cara menghemat energi selama/saat kerja/aktivitas:
- Perlunya waktu istirahat sebelum dan sesudah
aktivitas/kerja.
- Hentikan jika merasa letih dan hipoksia.
c. Instruksikan untuk konsultasi jika akan meningkatkan aktivitas.
2. Proteksi infeksi
a. Monitor tanda infeksi lokal dan sistemik.
b. Monitor granulosit, WBC, diferensiasi.
c. Inspeksi kulit dan mukosa dari kemerahan, panas, atau
drainase.
d. Batasi pengunjung.
e. Pertahankan teknik isolasi.
f. Lakukan perawatan kulit yang baik.
g. Lakukan kultur.
h. Sediakan peningkatan aktivitas dan mobilisasi.
i. Ajarkan kepada keluarga cara mencegah infeksi.
j. Jauhkan bunga segar dan hewan dari area pasien.
k. Laporan adanya dugaan infeksi pada pasien.
Manuaba IAH. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 96-97
Perry dan Potter. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005
Ralph C. Benson, Martin L. 2008. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9.Jakarta : EGC
A. Pengertian
Mual dan muntah yang hebat pada kehamilan, biasanya timbul pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat,
perasaan mual ini disebabkan oleh peningkatan kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum, hal ini dapat
berlangsung sampai kehamilan berusia 4 bulan.
B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang mungkin
berperan adalah :
1. Mola hidatidosa dan kehamilan ganda, frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hprmon HCG dibentuk secara berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai faktor
organik.
4. Faktor psikologis memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu,
hal tersebut dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebgai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadai hamil atau sebagai pelarian dari kesukaran hidup.
C. Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar hormon estrogen, oleh
karena ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologis hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal
dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.
Hiperemisis gravidarum yang merupakan komoplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila hal ini terjadai
terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik,
belum jelas mengapa hal ini terjadio pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama
disamping pengaruh hormonal, tetapi pada wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tak suka makan dan mual akan mengalami emesis gravidarum yamg lebih berat.
Hiperemesis gravidarum juga dapat megakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan eregi tubuh, karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asan
aseton-asetik, aam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan
cairan yang dimuntahkan akan mengakibatkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian juga klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan berkurang juga dan tertimbunnya zat sisa metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebgai
akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal, menambanh frekuensi mual muntah yang lebih
banyak, dapat merusak hati dam terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi sobekan selaput lendir
esofagus dan lambung (sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal. Pada umumnya
perdarahan ini ringan dan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif.
Tingkatan I. Muntah yang terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah,
nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium, nasi meningkat sekitas 100
per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
Tingkatan II. Penderita tampak lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mengering dan tampak
kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata terlihat sedikit ikterik. Berat badan turun dan
mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oligurua dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam urine.
Tingkatan II. Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma,
nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai ensepfalopati werniecke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini
akibat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus menandakan terjadinya payah
hati.
E. Pengobatan
1. Obat-obatan
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat-obatan adalah sifat obat yang tidak teratogen, sedativa
juga sering diberikan misalnya phenobarbital, vitamin yang diberikan biasanya B1 dan B6, anti histamin
juga dianjurkan misalnya dramamin, avomin dsb, pada keadaan yang lebih berat diberikan anti emetik
seperti disiklomin hirokloride atau khlorpromasin, penanganan yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita disendirikan dikamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang
keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh masuk kamar penderita dampai muntah berhenti dan
penderita mau makan, tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi Psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena
kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang menjadi latar belakang
terjadinya penyakit.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5 % dalam cairan
fisiologis sebanyak 2 – 3 liter perhari, bila perlu ditambah kalium dan vitamin khususnya B kompleks dan C,
bila terjadi kekurangan protein maka diberikan asam amino secara intra vena. Perlu montrol keseimbangan
cairan antara asupan dan keluaran, urine perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, klorida, dan
bilirubin, suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari, perlu juga diperiksa
hematokrit dari permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah
dan keadaan umum dapat membaik maka dapat dicoba pemberinan cairan peroral secara bertahap dan
dapat ditambahkan makanan yang tidak cair jika kondisi membaik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak membaik, bahkan mundur, usahakan untuk melakukan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk, delirium, kebutaan, takhikardia, ikterus, anuria, dan
perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan
untuk terminasi kehamilan dengan pertimbangan yang matang dan obyektif ( tidak boleh terlalu cepat tetapi
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala kerusakan yang ireversibel ).
2. Resiko nutrisi kurang dari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama ...x24 jam o) Kaji status nutrisi pasien
dengan mual dan muntah diharapkan kebutuhan nutrisi p) Anjurkan makan sedikit tapi sering
terpenuhi dengan kriteria hasil : q) Anjurkan untuk makan makanan yang
z) Adanya peningkatan berat badan hangat dan bervariasi
r) Timbang berat badan sesuai indikasi
aa) Mampu mengidentifikasi kebutuhan s) Tingkatkan kenyamanan lingkungan
nutrisi termasuk sosialisasi saat makan
bb) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi t) Anjurkan orang terdekat untuk membawa
makanan yang disukai pasien
u) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein
A. Pengertian
Prolapsus uteri adalah : Keadaan dimana turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang
disebabkan kelemahan ligamen-ligamen, fasia endopelvik dan otot dasar panggul yang
menyokong uterus.
B. Etiologi
Etiologi Prolapsus Uteri :
1) Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan yang
terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau usia lanjut.
2) Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.
3) Ekspresi Crede yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.
4) Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan (obslipasi atau
striktura pada traktus urinarius).
5) Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa kelemahan jaringan
penyokong uterus yang sering pada nullipara.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Prolapsus Uteri :
Tingkat I : Uterus turun dengan serviks paling rendah dalam introitus vagina
Tingkat II : Uterus sebagian keluar dari vagina
Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina yang disertai dengan inversio vagina
(PROSIDENSIA UTERI)
D. Gejala Klinis
Gejala Klinis Prolapsus UteriSangat individual dan berbeda-beda, kadang-kadang
prolapsus uterinya cukup berat tapi keluhannya (-) dan sebaliknya. Prolapsus uteri dapat
mendadak seperti nyeri, muntah, kolaps dll (jarang).
Keluhan-keluhannnya adalah :
• Terasa ada yang mengganjal/menonjol digenitalia ekstema (vagina atau perasaan berat pada
perut bagian bawah).
• Riwayat nyeri dipinggang dan panggul yang berkurang atau hilang dengan berbaring.
•Timbulnya gejala-gejala dari :Sitokel : BAK sedikit-sedikit dan sering, tak puas dan stress
inkontinensia (tak dapat menahan BAK) karena dinding belakang uretra tertarik, sehingga
fungsi sfincter terganggu.
- Rektokel : terjadi gangguan defikasi seperti obstipasi, karena feces berkumpul di rongga
rektokel.
- Koitus terganggu, juga berjalan dan bekerja.
- Leukorea, karena bendungan/kongesti daerah serviks.
- Luka lecet pada portio karena geseran celana dalam.
- Enterokel, menyebabkan rasa berat dan penuh pada daerah panggul.
- Servisitis dapat menyebabkan infertility.
- Menoragia karena bendungan.
E. Komplikasi
Komplikasi Prolapsus Uteri :
1) Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
2) Dekubitus
3) Hipertropi serviks uteri dan elongasioa koli
4) Gangguan miksi dan stress inkontinensia
5) Infeksi saluran kencing
6) Infertilitas
7) Gangguan partus
8) Hemoroid
9) Inkarserasi usus
F. Penanganan
Penanganan Prolapsus Uteri
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
• Keadaan umum pasien umur,
• Masih bersuami atau tidak,
• Tingkat prolapsus, beratnya keluhan,
• Keinginan punya anak lagi dan ingin mempertahankan haid.
Pengobatan
a. Pengobatan Tanpa Operasi
• Tidak memuaskan dan hanya bersifat sementara
• pada prolapsus uteri ringan
• ingin punya anak lagi
• menolak untuk dioperasi
• Keadaan umum pasien tak mengizinkan untuk dioperasi
• Caranya :Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik
Pemasangan pesarium : hanya bersifat paliatif, pesarium dari cincin plastik. Prinsipnya :
alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat turun
melewati vagina bagian bawah.
Biasanya dipakai pada keadaan : prolapsus uteri dengan kehamilan, prolapsus uteri dalam
masa nifas, prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, prolapsus uteri yang tak mungkin
dioperasi, (misalnya : keadaan umum yang jelek).
Ada beberapa jenis histerektomi yang perlu kita ketahui. Berikut ini adalah
penjelasannya.
a. Histerektomi parsial (subtotal). Pada histerektomi jenis ini, rahim diangkat, tetapi
mulut rahim (serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher
rahim) secara rutin.
b. Histerektomi total. Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhannya.
c. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral. Histerektomi ini mengangkat uterus,
mulut rahim, kedua tuba fallopii, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium
menyebabkan keadaan penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
d. Histerektomi radikal. Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan, dan
kelenjar limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis
kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.
e. Histerektomi vaginalis. Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus
melalui vagina. Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya
pada kondisi-kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia
servikal. Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak
membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif yang luas.
f. Histerektomi Vaginal dengan Bantuan Laparoskopi. Metode jenis ini sangat mirip
dengan metode histerektomi secara vaginal hanya saja ditambah dengan alat berupa
laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah suatu tabung yang sangat tipis dimana kita
dapat melihat didalamnya dengan suatu kaca pembesar di ujungnya.
g. Histerektomi supraservikal. Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat
uterus sementara serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh
suatu bagian paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis
vaginalis. Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium
terutama pada bagian serviks yang ditinggal.
Histerektomi dapat dilakukan melalui irisan pada bagian perut atau melalui vagina.
Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang
mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya.
3. Kolpoklelsis (operasiNeugebauer-La fort)
4. Operasi-operasi lainnya : Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi
Jika Prolaps uteri terjadi pada wanita muda yang masih ingin mempertahankan fungsi
reproduksinya cara yang terbaik adalah dengan :
1. Pemasangan pesarium
2. Ventrofiksasi (bila tak berhasil dengan pemasangan pesarium)
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3. Data Subyektif
Sebelum Operasi
Adanya benjolan didaerah genetalia
Nyeri di daerah benjolan.
Mual, muntah, kembung, konstipasi.
Tidak nafsu makan.
Sesudah Operasi
Nyeri di daerah operasi, Lemas, Pusing.
Mual, kembung.
4. Data Obyektif
Sebelum Operasi
Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisah, spasme otot, demam,
dehidrasi.
Terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi
Terdapat luka pada selangkangan.
Puasa, selaput mukosa mulut kering.
Pemberian Analgetik
- Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
- Berikan obat dengan prinsip 5 benar
- Cek riwayat alergi obat
- Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan
digunakan
- Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik
jika telah diresepkan
- Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
- Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian
analgetik
- Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
- Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek
sampingnya
- Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik
(konstipasi/iritasi lambung)
Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
- Pilihlah ruangan dengan lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal hal yang menyebabkan ketidaknyamanan
pasien sepeti pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur ruangan yang paling nyaman
- Hindari penyinaran langsung dengan mata
- Sediakan lingkungan yang tenang
- Perhatikan hygiene pasien untuk menjaga kenyamanan
- Atur posisi pasien yang membuat nyaman
2 Kurang pengetahuan tentang penyakit, Setelah dilakukan asuhan Pembelajaran : proses penyakit
program penggobatan dan tindakan keperawatan selama .....X 24 jam - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
preventif pasien diharapkan mengalami - Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya
peningkatan : dengan anatomi dan fisiologi tubuh
1. Pengetahuan : proses penyakit - Deskripsikan tanda dan gejala umum penyakit
- Mengenal nama penyakit - Identifikasi kemingkinan penyebab
- Deskripsi proses penyakit - Berikan informasi tentang kondisi klien
- Deskripsi faktor penyebab - Berikan informasi tentang hasil pemeriksaan diagnostik
atau faktor pencetus - Diskusikan tentang pilihan terapi
- Deskripsi tanda dan gejala - Instruksikan klien untuk melaporkan tanda dan gejala kepada
- Deskripsi cara meminimalkan petugas
perkembangan penyakit Pembelajaran : prosedur/perawatan
- Deskripsi komplikasi penyakit - Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur/perawatan
- Deskripsi tanda dan gejala - Informasikan klien lama waktu pelaksanaan
komplikasi penyakit prosedur/perawatan
- Deskripsi cara mencegah - Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang
komplikasi prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
2. Pengetahuan : prosedur - Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama
perawatan prosedur/perawatan
- Deskripsi prosedur - Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
perawatan prosedur/perawatan
- Penjelasan tujuan perawatan - Instruksikan klien menggunakan tehnik koping untuk
- Deskripsi langkah-langkah mengontrol beberapa aspek selama prosedur/perawatan
prosedur (relaksasi da imagery)
- Deskripsi adanya
pembatasan sehubungan
dengan prosedur
- Deskripsi alat-alat perawatan
3 Kurang pengetahuan tentang efek Setelah dilakukan asuhan Pembelajaran : efek pembedahan dan perawatan selanjutnya
pembedahan dan perawatan keperawatan selama .....X 24 jam 9) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
selanjutnya berhubungan dengan pasien diharapkan mengalami 10) Jelaskan bahwa tindakan histerektomi abdominal
salah dalam menafsirkan imformasi peningkatan pengetahuan tentang : mempunyi kontraindikasi yang sedikit tapi membutuhkan
dan sumber imformasi yang kurang perawatan luka operasi, tanda-tanda waktu yang lama untuk puli, mengguanakan anatesi yang
benar. komplikasi, batasan aktivitas, banyak dan memberikan rasa nyeri yang sangat setelah
operasi.
menopause, therapy hormon dan
11) Jelaskan dan ajarkan cara perawatan luka bekas operasi
perawatan selanjutnya yang tepat
12) Motivasi klien melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
13) Jelaskan efek dari pembedahan terhadap menstruasi dan
ovulasi
14) Jelaskan aktivitas yang tidak boleh dilakukan.
15) Jelaskan bahwa pengangkatan uterus secara total
menyebabkan tidak bisa hamil dan menstruasi
16) Jika klien memakai therapy estrogen maka ajari klien :
Bahwa estrogen itu biasanya diberikan dengan
dosis renda, dengan sirklus penggunaannya
adalah selama 5 hari kemudian berhenti selama
dua hari begitu seterusnya sampai umur
menopause.
Diskusi tentang rasional penggunaan therapy yaitu
memberikan rasa sehat dan mengurangi resiko
osteoporosis
Jelaskan resiko penggunaan therapy
Ajarkan untuk melapor jika terjadi perubahan sikap
( depresi ), tanda troboplebitis, retensi cairan
berlebihan, kulit kuning, rasa mual/muntah, pusing
dan sakit kepala, rambut rontok, gangguan
penglihatan,benjolan pada payudara.
5 Perubahan konsep diri berhubungan Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Manajemen Koping
dengan kekawatiran tentang selama ...... X 24jam pasien dapat 8) Beritahu klien tentang sispa saja yang bisa dilakukan histerektomi
ketidakmampuan memiliki anak, menggunakan koping yang efektif dan anjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya tentang
histerektomi
perubahan dalam masalah kewanitaan,
9) Kaji apakah klien mempunyai konsep diri yang negatif.
akibat pada hubungan seksual . dengan kriteria hasil: 10) Libatkan klien dalam perawatannya
11) Kontak dengan klien sesering mungkin dan ciptakan suasana yang
Partisipasi dalam membuat hangat dan menyenangkan.
keputusan mengenai 12) Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaannya mengenai
kesehatan. tindakan pembedahan dan pengaruhnya terhadap diri klien
Mengumpulkan dukungan dari 13) Berikan dukungan emosional dalam teknik perawatan, misalnya
hubungan sosial. perawatan luka dan mandi.
Pola tidur/bangun yang normal 14) Ciptakan lingkungan atau suasana yang terbuka bagi klien untuk
seseorang dan aktivitas di unit. membicarakan keluhan-keluhannya.
Penurunan takut, marah dan
menarik diri.
Mengenali keterbatasan fisik.
6. Risiko Infeksi b.d prosedur invasive, Setelah dilakuakan asuhan Kontrol Infeksi
trauma keperawatan selama ......X 24jam - Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
pasien dapat memperoleh - Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
1. Pengetahuan:Kontrol infeksi - Batasi jumlah pengunjung
Indikator: - Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
- Menerangkan cara-cara - Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
penyebaran infeksi - Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
- Menerangkan factor-faktor - Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan
yang berkontribusi dengan setelah meninggalkan ruangan pasien
penyebaran - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Menjelaskan tanda-tanda - Lakukan universal precautions
dan gejala - Gunakan sarung tangan steril
- Menjelaskan aktivitas yang - Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
dapat meningkatkan - Lakukan teknik perawatan luka yang tepat
resistensi terhadap infeksi - Ajarkan pasien untuk pengambilan urin porsi tengah
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan asupan cairan yang cukup
- Anjurkan istirahat
- Berikan terapi antibiotik
- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala
dari infeksi
- Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana mencegah
infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IAH. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 96-97
Perry dan Potter. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik. Edisi 4.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005
Ralph C. Benson, Martin L. 2008. Buku saku obstetric dan ginekologi. Edisi 9.Jakarta : EGC
1. Pengertian teori
Fetal death merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau akhir infeksi
yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga diketahui janin telah meninggal (Saifuddin, 2002).
Kematian janin dapat juga didefinisikan sebagai kematian in utero sebelum seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan (Bobak, 2005) Kematian janin dalam kandungan adalah kematian yang
terjadi saat usia kehamilan kurang dari 20 minggu (Nasdaldy, 2001). Kehamilan janin dalam
rahim adalah kematian janin sebelum 20 minggu kehamilan dan sebelum permulaan persalinan
(Hacker 2001). Sementara menurut Wiknjosastro, 2005 dikatakan bahwa kematian janin adalah
kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dalam sempurna dari ibunya tanpa memandang
tuanya kehamilan.
Kematian janin merupakan kematian sebelum terjadi kelahiran, biasanya mengacu pada
keguguran.
Klasifikasi:
a. Golongan I
Kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
b. Golongan II
Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu.
c. Golongan III
Kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death).
d. Golongan IV
Kematian yang tidak digolongkan pada ketiga golongan diatas.
2. Anatomi Fisiologi
Perubahan anatomi perempuan yang sedang hamil biasanya terjadi setelah fertilisasi
dan berlanjut selama kehamilan. Mayoritas perubahan terjadi karena respon tubuh terhadap
janin. Adaptasi secara fisiologis maupun anatomis pada seorang ibu terjadi ketika ibu sedang
hamil. Keadaan ini bertujuan untuk:
a. Menyuport bayi di dalam kandungan untuk hidup (dalam hal nutrisi, oksigen dan
sebagainya).
b. Menjaga bayi di dalam kandungan dari kelaparan, obat-obatan dan toksin.
c. Mempersiapkan uterus untuk proses kelahiran.
d. Menjaga ibu dari kemungkinan gagal kardiovaskuler pada saat melahirkan.
Perubahan anatomi fisiologi dapat terjadi di berbagai sistem tubuh perempuan yang
sedang hamil, diantaranya adalah:
1. Sistem Reproduksi.
a. Uterus
Pada perempuan tidak hamil uterus memiliki berat sebesar 70 gram dan
kapasitas 10ml bahkan kurang. Normalnya pada perempuan yang sedang hamil
uterus harus mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion di
dalamnya. Maka, uterus dapat menampung volume dari 5 hingga 20 liter dengan
berat rata-rata 1100gram pada akhir kehamilan.
b. Servik
Pada perempuan yang tidak sedang hamil, serviksnya mengandung kolagen
yang terbungkus rapat namun tidak beraturan. Kolagen akan secara aktif
disintesis pada saat kehamilan. Sintesis ini dilakukan oleh kolagenase untuk
meremodel kolagen yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil.
Kolagen akan didegradasi oleh kolagenase intraselular agar prokolagen yang
tidak sempurna hancur sehingga kolagen yang lemah tidak terbentuk dan janin di
dalam rahim dapat tetap terjaga tidak keluar melalui serviks begitu saja.
Sedangkan peran kolagenase ekstra selular secara lambat akan membuat
matriks kolagen melemah sehingga memudahkan proses persalinan pada ibu
hamil yang siap bersalin.
c. Ovarium
Pada saat hamil, proses ovulasi dan pematangan folikel akan terhenti
sementara dan hanya akan ditemukan satu korpus luteum pada ovarium. Folikel
ini akan berfungsi secara maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan.
Kemudian akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang
minimal.
d. Vagina dan perineum
Ketika perempuan sedang hamil, maka akan terjadi peningkatan dari
vaskularisasi dan hiperemia pada kulit dan otot di perineum dan vulva. Keadaan
ini di sertai penipisan mukosa dan menghilangnya jaringan ikat dan hipertrofi dari
sel otot polos. Hal ini yang menyebabkan vagina berwarna keunguan dan
dikenal dengan tanda chadwick.
2. Kulit
Pada dinding perut akan terjadi perubahan kulit menjadi berwarna kemerahan
dan kusam. Terkadang hingga daerah payudara dan paha. Hal ini disebut dengan
nama striaegravidarum. Striae ini terjadi karena pembesaran berlebihan pada
payudara. Pembesaran payudara ini disebabkan karena adanya chorionic
somatotropin, esterogen, dan progesterone. Pada perempuan yang multipara
akan dapat ditemukan garis berwarna perak berkilau selain striae tersebut. Garis ini
adalah sikatrik dari striae sebelumnya. Kejadian ini dapat terjadi serupa dengan
tempat predileksi lainnya.
3. Payudara
Air susu dari payudara perempuan yang sedang hamil tidak dapat keluar
dikarenakan adanya prolactin inhibiting hormone yang menekan sekresi dari hormon
prolaktin. Namun setelah bulan pertama kehamilan perempuan ini akan
mengeluarkan cairan berwarna kekuningan yang disebut dengan kolostrum.
4. Perubahan metabolik
Penambahan berat badan yang terjadi pada ibu hamil sebagian besar terjadi
karena bayi yang sedang tumbuh di dalam uterus ibu. Diikuti dengan perkembangan
payudara ibu, penambahan volume darah dan cairan ekstraselular.
Diperkirakan penambahan berat badan yang terjadi sebanyak 12,5 kg. Standart
penambahan berat badan dapat diperhitungkan dari besar IMT yang dimiliki ibunya.
5. Sistem kardiovaskuler
Progesteron akan menurunkan resistensi vascular sistemik ketika kehamilan,
yang kemudian akan diikuti oleh menurunnya tekanan darah. Respon yang
ditemukan adalah cardiac output akan bertambah sebanyak 30-50%.
6. Sistem pencernaan
Semakin besarnya uterus tentunya akan mengeser letak lambung dan usus. Hal
ini dapat menyebabkan penurunan motilitas otot polos pada saluran pencernaan dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di dalam lambung sehingga
menyebabkan Pyrosis (heartburn) yang disebabkan karena tonus sfingter bawah
esofagus menurun karena perubahan letak lambung sehingga menyebabkan refluks
asam lambung. Selain itu progesterone akan membuat otot polos gastrointestinal
menjadi relaksasi sehingga menyebabkan keterlambatan pengosongan lambung dan
meningkatkan refluks.
7. Sistem kemih
Ketika bulan pertama kehamilan, uterus akan menekan kandung kemih sehingga
perempuan hamil cenderung lebih sering ingin berkemih dibandingkan dengan
perempuan tidak hamil. Keadaan ini akan semakin hilang ketika usia kehamilan
bertambah karena uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, kepala
janin mulai turun ke pintu atas rongga panggul, kemudian keluhan tersebut akan
muncul kembali.
8. Sistem endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada saat kehamilan diantaranya adalah :
a. Estrogen meningkatkan produksi throid binding globulin yang kemudian
menyebabkan konsentrasi total hormone tiroid meningkat.
b. Prolaktin meningkat pada masa kehamilan, fungsinya masih belum jelas. Namun
pastinya sangat penting dalam proses laktasi setelah melahirkan.
9. Sistem muskuloskeletal
Perubahan musculoskeletal yang sering terjadi pada ibu hamil adalah lordosis
yang terjadi pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan adanya perbesaran uterus ke arah
anterior, lordosis akan mengeser pusat daya berat ke arah kedua tungkai.
Kehamilan adalah suatu proses fungsi tubuh pemeliharaan janin dalam kandungan
yang disebabkan pembuahan sel telur oleh sperma, saat hamil akan terjadi perubahan fisik
dan hormon yang sangat berubah drastis. Organ reproduksi interna wanita adalah alat
pembuahan atau kandungan bagian yang luar meliputi mons veneris, labia mayor, labia
minor, klitoris, introitus vagina, introitus uretra, kelenjar batholini dan anus. Payudara/mamae
adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada.
Penyebab fetal death seringkali oleh ketidak cocokan rhesus darah ibu dan janin,
ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, penyakit pada ibu, kelainan kromosom,
trauma saat hamil, infeksi pada ibu, kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit
endokrin, malnutrisi, dll.
3. Etiologi
4. Insiden
Dinegara berkembang, angka lahir mati ini telah menurun dari 15-16 per 1000 kelahiran
total pada tahun 1960-an menjadi 7-8 per 1000 kelahiran pada tahun 1990-an (Wiknjosastro,
2005)
5. Patofisiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan, antara lain:
6. Manifestasi Klinik
a. Anamnesa
1) Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan sangat
berkurang
2) Ibu merasakan tidak ada perubahan perut (bertambah besar atau kecil)
3) Ibu belakangan ini merasa perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit
4) Penurunan berat badan
5) Perubahan nafsu makan
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
a) Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
b) Terhentinya perubahan payudara
2) Palpasi
a) Tinggi fundus uteri lebih rendah dari usia kehamilan
b) Tidak ada perkembangan janin
3) Auskultasi
a) Dengan memakai stetoskop monoral maupun doppler tidak terdengar denyut
jantung janin
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. pemeriksaan ultrasonogfari
Tidak ditemukan DJJ maupun gerakan janin, sering kali tulang-tulang letaknya tidak
teratur, khususnya tulang tengkorak, sering dijumpai overlapping cairan ketuban
berkurang.
b. Rongten foto abdomen
c. Tanda spalding menunjukkan adanya tulang tengkorak yang saling tumpang tindih
(overlapping) karena otak bayi yang sudah mencair, hal ini terjadi setelah bayi
meninggal beberapa hari dalam kandungan.
d. Tanda nojosk
Tanda ini menunjukkan tulang belakang janin yang saling melenting (hiperpleksi).
e. Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah
f. Tampak odem di sekitar tulang kepala.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yang mengalami fetal death adalah ibu bisa
mengalami trauma emosional yang berat bila waktu antara kematian janin dan persalinan
cukup lama. Selain itu bila ketuban pecah, akan beresiko terjadi infeksi, dan kemungkinan
juga akan terjadi koagulopati pada ibu bila kematian janin berlangsung lebih dari 3-4 minggu.
(Saifuddin, 2002; Pillitteri, 2003; Wiknjosastro,2005)
9. Penatalaksanaan Medik
2 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan keperawatan Pembelajaran : proses penyakit
penyakit, program penggobatan selama .....X 24 jam pasien diharapkan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
dan tindakan preventif serta mengalami peningkatan : keluarga tentang penyakit
penatalaksanaan selanjutnya 1. Pengetahuan : proses penyakit 2. Berikan informasi secara umum
berhubungan dengan kurang - Prodes penyakit, tanda-tanda tentang penyakit yang klien derita
paparan informasi komplikasi, batasan aktivitas, (Prodes penyakit, tanda-tanda
therapy hormon dan perawatan komplikasi, batasan aktivitas, terapi
selanjutnya hormon dan perawatan selanjutnya
2. Pengetahuan : prosedur perawatan 3. Kaji ulang pengetahuan pasien
- Deskripsi prosedur perawatan 4. Beri kesempatan pasien dan keluarga
- Penjelasan tujuan perawatan untuk bertanya
- Deskripsi langkah-langkah 5. Beri pendidikan kesehatan sesuai
prosedur dengan tingkat pemahaman pasien
(discharge planning)
6. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda
dan gejala kepada petugas
Pembelajaran : prosedur/perawatan
1. Kaji pengalaman klien dan tingkat
pengetahuan klien tentang prosedur
yang akan dilakukan
2. Informasikan klien lama waktu
pelaksanaan dan tujuan prosedur
perawatan
3. Libatkan klien untuk berpartisipasi
selama prosedur/perawatan
4. Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur perawatan
3 Resiko nutrisi kurang dari Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan 1. Kaji status nutrisi pasien
dengan mual dan muntah kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan 2. Anjurkan makan sedikit tapi sering
kriteria hasil : 3. Anjurkan untuk makan makanan yang
ee) Adanya peningkatan berat badan hangat dan bervariasi
ff) Mampu mengidentifikasi kebutuhan 4. Timbang berat badan sesuai indikasi
nutrisi 5. Tingkatkan kenyamanan lingkungan
gg) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi termasuk sosialisasi saat makan
6. Anjurkan orang terdekat untuk
membawa makanan yang disukai
pasien
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan kebutuhan protein
6. Risiko perdarahan pasca Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Tindakan pencegahan perdarahan
kuretase b.d komplikasi terkait selama ...... X 24jam pasien dan perawat1. Kaji fundus uteri meliputi tinggi,
kehamilan fetal death akan mengelola dan meminimalkan konsistensi
faktor risiko perdarahan pasca kuretase 2. Hindari masase pada uterus
dengan kriteria hasil : 3. Ukur TTV secara teratur
jj) Tidak ada perdarahan pervagina 4. Pantau kehilangan darah
kk) Hemoglobin dalam batas normal 5. Pantau kadar HGB dan HCT
ll) Tekanan darah dalam batas normal 6. Lakukan kolaborasi dengan dokter jika
perdarahan berlebih atau ada tanda
syok
7 Risiko Infeksi b.d prosedur Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Kontrol Infeksi
invasive, trauma jaringan selama ......X 24jam pasien petugas Proteksi infeksi
kesehatan dapat mengurangi faktor risiko 1. Ganti peralatan pasien setiap selesai
dengan kriteria hasil: tindakan
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi (rubor, 2. Batasi jumlah pengunjung
dolor, calor dan fungsiolaesa 3. Ajarkan dan anjurkan klien cuci tangan
Tanda-tanda vital dalam batas normal dengan tepat untuk menjaga kesehatan
Hasil laboratorium dalam batas normal individu
4. Anjurkan pengunjung untuk mencuci
tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
6. Lakukan universal precautions
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Lakukan perawatan aseptic pada
semua jalur IV
9. Tingkatkan asupan nutrisi / die TKTP
10. Anjurkan asupan cairan yang cukup
11. Anjurkan istirahat
12. Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda-tanda dan gejala dari infeksi
13. Ajarkan pasien dan anggota keluarga
bagaimana mencegah infeksi
14. Ukur TTV
15. Pantau hasil laboratorium Darah Rutin
16. Lakukan kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi antibiotik