Anda di halaman 1dari 59

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN REPRODUKSI (Kista, Infeksi)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

1. Ni Wayan Erviani (P07120119 031)


2. Nira Aniska (P07120119 032)
3. Nur Khaliza (P07120119 033)
4. Nurlia Hartika (P07120119 034)
5. Nurul Hasanah (P07120119 035)
6. Oni Ansori (P07120119 036)
7. Rifki Ilham Maulana (P07120119037)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM

i
2021

KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa,
karena berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Maternitas yaitu
tentang “ Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Reproduksi (Kista,Infeksi )”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini terutama kepada Dosen pembimbing kami
Ibu Mardiatun, M. Kep

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima adanya kritik dan saran yang
dapat membangun dari pihak manapun demi perbaikan makalah ini di masa yang
akan datang. Akhir kata kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram, 4 Februari 2021

Penyusun

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI
BAB I KONSEP DASAR........................................................................................................2
I. KISTA OVARIUM......................................................................................................2
A. Definisi ……………………………………………………………………...2
B. Etiologi………………………………………………………………………3
C. Manifestasi klinis………………………………………………………….…4
D. Patofisiologi………………………………………………………………….5
E. Pathway……………………………………………………………………...6
F. Discharge planning ………………………………………………………….6
G. Pemeriksaan penunjang……………………………………………………...7
H. Komplikasi…………………………………………………………………..7
I. penatalaksanaan……………………………………………………………...8

II. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI........................................................................9


A. Definisi infeksi saluran reproduksi…………………………………………..9
B. Tanda dan Gejala infeksi saluran reproduksi……………………………….10
C. Penyebab infeksi saluran reproduksi…………………………………….....11
D. Diagnosis infeksi saluran reproduksi………………………………………12
E. Cara mengobati infeksi saluran reproduksi………………………………...12
F. Cara mencegah Infeksi saluran reproduksi……………………………..…..13
G. Penatalaksanaan…………………………………………………………….14

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................15


A. PENGKAJIAN……………………………………………………………………………………………………15
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN………………………………………………………………………….17
C. INTERVENSI KEPERAWATAN……………………………………………………………………….18
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN…………………………………………………………………30
E. EVALUASI KEPERAWATAN…………………………………………………………………………..31
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................32
DFTAR PUSTAKA...............................................................................................................34
CEKLIST…………………………………………………………………………….36

1
BAB I

KONSEP DASAR
I. KISTA OVARIUM

A. Definisi
Beberapa pengertian mengenai kista ovarium sebagai berikut:
Menurut (Winkjosastro, 2005) kistoma ovarium merupakan suatu tumor,
baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam
kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering ialah kista dermoid,
kista coklat atau kista lutein.Tumor ovarium yang cukup besar dapat
menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat menghalang halangi
masuknya kepaia ke dalam panggul.
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional
adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi (Bobak, Lowdermilk & Jensen.2005).
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium normal,folikel
de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium. (Smelzer & Bare,2002)
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus
dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidayat,
2005).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus
dan umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik (Sjamsoehidyat,
2005). Jenis jenis kista ovarium terdiri dari:

2
1) Kistoma ovari simpleks, kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan jemih yang serosa dan berwarna kuning.
2) Kistodema ovari musinosum, bentuk kista muttilokular, biasanya unilateral
dan dapat tumbuh menjadi besar.
3) Kistadenoma ovari serosum, kista yang berasal dari epitel germinativum,
kista ini dapat membesar.
4) Kista dermoid, teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan
endoterm. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis.

B. Etiologi
Menurut etiologi, kista ovarim dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Kista non neoplasma


Disebabkan karena ketidakseimbangan hormone estrogen dan
progesterone diantaranya adalah :
1) Kista non fungsional
Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang dalam korteks.
2) Kista fungsional
 Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan
folikuler diantara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita
yang menarche kurang dari 12 tahun.
 Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi
 Kista luba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa

3
 Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma (Winjosastro.et.all 2011)
1) Kinstoma ovarii simpleks
Adalah suatu jenis kista deroma serosum yang kehilangan
epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista
2) Kistadenoma ovarii musinosum
Asal kista ini belum pasti, mungkin berasal dari suatu terutama
yang pertumbuhannya I elemen menglahkan elemen yang lain
3) Kisto denoma ovarii serosum
Berasal dari epitel permukaan ovarium (Germinal ovarium)
4) Kista Endrometereid
Belum diketahui penyebab dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid
5) Kista dermoid
Tumor berasal dari sel telur melalui pathogenesis. Pada
kehamilan yang di jumpai dengan kista ovarium ini memerlukan
tindakan operasi untuk mengangkat kista tersebut (pada kehamilan 16
minggu)karena dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin
yang akhirnya mengakibatkan abortus , kematian dalam Rahim.
(dr.Ida Ayu)
-
C. Manifestasi klinis

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya


sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang
menjadi besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa
dilihat dari gejala gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan
lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim)
atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap

4
gejala atau perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
Berdasarkan (Mansjoer, 2002), gejala gejala berikut mungkin muncul bila anda
mempunyai kista ovarium:
1. Perut terasa penuh, berat, kembung
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri mendadak dibagian perut bawah
6. Nyeri pinggul ketika menstruasi
7. Menstruasi nyang datang terlambat disertai dengan nyeri
8. Menstruasi yang kadang memanjang dan memendek
9. Nyeri sanggama
10. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Kadang –kadang kista ovarium di temukan pada pemeriksaan fisik,
tanpa ada gejala (asimtomatik).
Mayoritas penderita tumor ovarium tidak menunjukan adanya gejala
sampai periode waktu tertentu. Hal ini disebabkan perjalanan penyakit ini
berlangsung secara tersembunyi sehingga diagnosa sering ditemukan pada
saat pasien dalam keadaan stadium lanjut sampai pada waktu klien mengeluh
adanya ketidaktraturan menstruasi, nyeri pada perut bawah,dan timbul
benjolan pada perut.
Pada umumnya kista adenoma ovarii serosim tak mempunyai ukuran
yang amat besar dibandingkan dengan kista denoma musinosu. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berbagai karena ovariumpun
dapat berbentuk multivokuler. Meskipun lazimnya berongga satu , warna kista
putih keabuabuan, ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler
kedalam rongga kista sebesar 0% dan keluar pada permukaan kista sebesar

5
5% isi kista cairan kuning dan kadang –kadang coklat karena campuran darah.
Tidak jarang kistanya sendiripun kecil tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papiloma).

D. Patofisiologi
Berdasarkan Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa fungsi ovarium
yang normal tergantung pada sejumlah hormon, dan kegagalan salah satu
pembentukan hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium tersebut. Ovarium
tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon
hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat
menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna didalam
ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan, gagal berinvolusi, gagal
mereabsorbsi cairan dan gagal melepaskan sel telur,sehingga menyebabkan folikel
tersebut menjadi kista.
Setiap hari ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2.8cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm dengan kista di
tenga-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan. Kista ovari berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikural dan luteal yang kadang kadang
disebut kista theca lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin,
termasuik FSH dan HCG.

6
E. Pathway

7
F. Discharge plainning
1 Konsultasikan dengan dokter tentang pencegahan
2 Hindari faktor-faktor pencetus penyakit dan istirahat yang cukup
3 Biasakan olahraga teratur dan hidup bersih serta konsumsi makanan yang
mengandung gizi
4 Pakailah alat kontrasepsi jika ingin melakukan senggama

8
5 Pemakaian kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium
dan menghilangkan kista
6 Jika sedang hamil segera periksakan ke dokter untuk pemeriksaan USG untuk
mengetahui secara dini adakah kista yang menyertai
7 Konsultasikan ke dokter tentang penanganan selanjutnya karena dapat
menggangu proses kehamilan

G. Pemeriksaan penunjang
Berdasarkan (Winkjosastro, 2005) bahwa pemeriksaan penunjang yang
dapat dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
1) Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat sifat tumor
itu.
2) Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang
bebas dan yang tidak.
3) Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan bubur
barium dalam colon disebut di atas.
4) Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan
adanya kanker atau kista.
5) Hitung darah lengkap

H. Komplikasi
Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa beberapa ahli mencurigai kista
ovarium bertanggung jawab atas terjadinya kanker Ovarium pada wanita diatas
40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas namun dianjurkan
pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi

9
dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker ovarium. Faktor resiko lain yang
dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan
terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur menggunakan
metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

I. Penatalaksanaan
Berdasarkan Hamyilton (2005): Bobak, Lowderinilk, & Jensen (2004),
Winkjosastro (2005) bahwa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada klien
dengan kista ovarium sebagai berikut:
1) Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai dengan pengangkatan
tuba (Salpingo oovorektomi)
2) .Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen
yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4) Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik atau tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,

10
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda-tanda infeksi,
perawatan insisi luka operasi.
5) Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang
mencakup keputusan untuk melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi.
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui tanda tanda vital, asupan dan
keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan analgesik
biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman,
perhatian terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan
ibu.
6) Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena
kesadaran menurun. Selain itu juga diperlukan monitor terhadap
keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan usaha pernafasan, tanda
tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga harus
mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemuiangan,
berkendaraan mobil dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak
boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4 minggu, hindarkanmengangkat
benda benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan kongesti darah
di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 46 minggu setelah operasi,
kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran.

II. INFEKSI SALURAN REPRODUKSI

A. Definisi infeksi saluran reproduksi


Sesuai namanya, infeksi saluran reproduksi merupakan suatu infeksi yang
menyerang organ genital seseorang dan dapat dialami pria maupun wanita.
Terdapat tiga jenis infeksi saluran reproduksi, yaitu:
1) Infeksi menular seksual, seperti chlamydia, gonore, dan HIV.
2) Infeksi endogenus, yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih dari
organisme yang dalam kondisi normal terdapat di saluran reproduksi.

11
Contoh dari kondisi ini adalah vaginosis bakteri dan kandidiasis
vulvovaginal.
3) Infeksi iatrogenik, yang disebabkan oleh kesalahan pada prosedur medis,
seperti aborsi yang tidak sesuai atau proses melahirkan yang tidak dilakukan
dengan tepat.
Infeksi saluran reproduksi merupakan kondisi yang dapat dicegah. Selain
itu, dengan diagnosis yang tepat, kondisi ini juga dapat diatasi dengan baik.

B. Tanda dan gejala infeksi saluran reproduksi


Gejala yang muncul dapat berbeda, tergantung dari jenis infeksi yang
dialami. Beberapa jenis penyakit di bawah ini adalah bagian dari infeksi saluran
reproduksi yang umum dialami:
1. Sipilis
Kondisi ini ditandai dengan munculnya ulkus atau luka yang terlihat
seperti sariawan di alat kelamin, anus, maupun rongga mulut. Namun luka
tersebut tidak terasa nyeri. Gejala ini akan muncul pada 10 hingga 90 hari
setelah terjadinya infeksi.
2. Chancroid
Kondisi ini kerap tidak menimbulkan gejala. Namun saat muncul, gejala
umumnya baru timbul pada 3-10 hari setelah terjadinya infeksi. Kondisi ini
dapat ditandai dengan munculnya luka seperti sariawan berwarna keabuan yang
lembek di alat kelamin.
3. Gonore
Gejala gonore akan muncul pada 1-14 hari setelah infeksi. Gejala
gonore pada pria di antaranya nyeri saat buang air kecil, menjadi sering buang
air kecil yang disertai keluarnya cairan berwarna putih atau kuning (nanah)
bersamaan dengan keluarnya urine. Sedangkan gejala gonore pada wanita bisa
berupa keputihan yang tidak normal, nyeri saat buang air kecil, dan munculnya

12
bercak darah setelah melakukan hubungan seksual. Selain itu, nyeri pada perut
bawah dan nyeri saat menstruasi juga bisa jadi merupakan gejala gonore pada
wanita.
4. Chlamidya
Pada chlamidya, gejala baru akan muncul pada 7 hingga 21 hari setelah
infeksi. Kondisi ini dapat ditandai dengan timbulnya cairan seperti keputihan
yang lebih encer, timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
serta nyeri saat buang air kecil.

5. Trichomoniasis
Gejala khas dari Trikomoniasis ini adalah munculnya keputihan
berwarna hijau atau kuning dengan bau yang tidak sedap. Kondisi tersebut juga
dapat disertai dengan rasa gatal, kemerahan, lebam, dan nyeri saat buang air
kecil.
6. HPV
Infeksi HPV dapat terlihat seperti ruam-ruam yang berbeda warna dari
warna kulit, dengan konsistensi yang kering dan tidak terasa nyeri. Tanda
tersebut dapat muncul di penis, anus, area vulvovaginal, saluran kemih, hingga
uretra.
7. Candidiasis
Pada beberapa orang, kondisi ini tidak menimbulkan gejala tertentu.
Namun saat gejala muncul, penderitanya dapat merasakan gatal, iritasi, dan
nyeri pada bagian luar alat kelamin.
8. Vaginosis Bakteri
Gejala paling khas dari kondisi ini adalah keluarnya cairan serupa
keputihan dari vagina yang berbau sangat menyengat. Selain itu, muncul juga
kemerahan serta rasa gatal pada vagina

13
C. Penyebab infeksi saluran reproduksi
Penyebab infeksi saluran reproduksi dapat berbeda, tergantung dari jenis
infeksi yang dialami. Berikut penyebab infeksi saluran reproduksi berdasarkan
jenis penyakitnya:
1) Sipilis. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri triponema pallidum.
2) Chancroid. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Haemophilus ducreyi.
3) Herpes genital. Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2.
4) Gonore. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae.
5) Chlamidya. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Chlamidya trachomatis.
6) Trichomoniasis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa Trichomonas
vaginalis.
7) HPV. Disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus dan menjadi sebab
paling umum dari timbulnya kutil kelamin
8) Candidiasis. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi jamur candida albicans.
9) Vaginosis bakteri. Disebabkan karena terjadinya gangguan pada bakteri yang
memang terdapat pada vagina pada keadaan normal. Kondisi ini dapat
ditandai dengan jumlah bakteri lactobacilli yang berkurang drastis.

D. Diagnosis infeksi saluran reproduksi


Untuk mendiagnosis kondisi ini, beberapa langkah perlu dilakukan. Pada
awal pemeriksaan, dokter akan menanyakan mengenai gejala infeksi yang Anda
rasakan. Karena beberapa gejala kondisi ini bisa tidak dirasakan oleh penderitanya,
dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan menggunakan alat tertentu.Dokter
juga mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan pemeriksaan di
laboratorium. Jenis pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dapat berbeda
tergantung dari jenis infeksi yang mungkin dialami. Contoh pemeriksaan yang
mungkin dianjurkan meliputi:
1) Pemeriksaan serologis untuk mendeteksi sipilis
2) Pap smear untuk mendeteksi kanker serviks

14
3) Pemeriksaan dan konseling untuk mendeteksi HIV

E. Cara mengobati infeksi saluran reproduksi


Pengobatan untuk infeksi saluran reproduksi akan disesuaikan dengan
gejala yang muncul. Untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan efektif sesuai
kondisi, Anda perlu mengonsultasikannya dengan dokter.Untuk mengatasi
keputihan yang muncul akibat infeksi ini, dokter dapat memberikan obat
metronidazole untuk kondisi yang disebabkan oleh bakteri dan miconazole bagi
yang disebabkan oleh jamur. Sedangkan untuk infeksi yang terjadi sekitar area
rahim, seperti gonore dan chlamydia, dokter mungkin akan meresepkan obat
antibiotik seperti cefixime dan azithromycin.Salah satu gejala yang kerap muncul
pada penderita infeksi saluran reproduksi adalah munculnya ulkus. Untuk
membantu mengatasinya, Anda dapat melakukan langkah-langkah di bawah ini:
1) Pengobatan penyakit yang mendasari munculnya ulkus.
2) Jaga kebersihan ulkus dan pastikan ulkus tetap kering.
3) Konsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Dokter mungkin akan
memberikan obat-obatan, seperti penisilin, ciproflaxin, maupun acyclovir,
bergantung dari kondisi yang Anda alami.
Infeksi saluran reproduksi merupakan gabungan dari berbagai penyakit dan
jangkauannya sangatlah luas. Karena itu, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter
guna mengetahui pengobatan yang tepat dan sesuai untuk kondisi Anda.

F. Cara mencegah infeksi saluran reproduksi


Cara terbaik untuk mencegah infeksi saluran reproduksi adalah dengan
tidak melakukan hubungan seksual sama sekali. Namun apabila Anda termasuk
orang yang aktif secara seksual, beberapa cara di bawah ini bisa Anda lakukan
guna mengurangi risiko penularannya:

15
1. Tanyakan kepada pasangan Anda apakah dia memiliki riwayat pernah
menderita atau sedang menderita infeksi saluran reproduksi. Tanyakan juga
apakah pasangan Anda akhir-akhir ini merasakan gejala tertentu yang tidak
jelas penyebabnya.
2. Jangan berhubungan seks apabila pasangan Anda mengalami tanda dan gejala,
seperti ruam, luka, atau munculnya nanah pada area genital.
3. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini bisa tidak menimbulkan gejala, namun
tetap menular. Karena itu, Anda disarankan untuk tidak melakukan hubungan
seksual dengan pasangan Anda apabila Anda mencurigainya menderita infeksi
ini, meski tidak muncul tanda dan gejala tertentu.
4. Gunakan kondom dengan benar saat melakukan hubungan seksual secara anal,
oral, maupun vaginal.(Melalui penelitian yang dilakukan oleh Dr Syaiful
Jazan Depkes-RI di Palembang tahun 2003)
5. Lakukan pemeriksaan berkala untuk melihat apakah Anda maupun pasangan
terinfeksi kondisi ini.

G. Penatalaksanaan
Yang biasa dilakukan oleh para klinisi, biasanya dilakukan di rumah sakit
metode pendekatan klinis adalah cara penatalaksanaan IMS/IMR lainnya engan
memperhatikan keluhan dan tanda yang lebih teliti dari pada metode pendekatan
sindrom. Misalnya di nilai pula konsistensi ,warna, dan bau dari duh tubuh. Pada
wanita digunakan speculum untuk menilai keadaan vagina,serviks, dll, serta bila
perlu dilakukan pemeriksaan dalam. Diagnosis yang di tegakkan biasanya sudah
lebih menjurus kea rah etiologi, misalnya kandidiasis, trikomoniasis, BV (pada
penelitian ini ketiganya digolongkan ke dalam vaginitis saja)serta servisitis
(umumnya infeksi genore atu non-genore).

16
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
a) Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil
laboratorium).
b) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, ,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk
rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
c) Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, pekerjaan dan
hubungan dengan pasien.
d) Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen bagian bawah, terutama di sisi
ovarium dimana kista tersebut berada. Keluhan akan memberat jika
ukuran kista membesar, terjadi komplikasi seperti torsio ovarium atu
rupture kista dan jika pada kista ovarium ganas sudah mencapai
stadium lanjut. (yelsi 2008)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Gejala kembung, nyeri pada abdomen atau pelvis kesulitan makan
atau merasa cepat kenyang, dan gejala perkemihan kemungkinan

17
menetap pada stadium lanjut,sering berkemih,distensi abdomen,
ketidaknyamanan pelvis.

3) Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pada pasien kista ovarium memiliki riwayat kesehatan
dahulu seperti riwayat sakit pada saat menstruasi
4) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling
mempengaruhi karena kista bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan/
genetika. Hal ini karena adanya gen bermutasi yang di turunkan orang
tua,kakek nenek, bahkan generasi sebelumnya (Andisa 2018)
e) Pemeriksaan fisik

1) Leher
Kaji adanya pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran vena jugularis
2) Thorak
Tidak ada pergerakan otot diafragma, gerakan dada simetris
3) Paru-paru
Biasanya pasien merasakan sesak karena kista menekan organ
disekitarnya.

4) Jantung

(a) Inspeksi
ictus cordis tidak terlihat
(b) Palpasi
Ictus cordis teraba
(c) Perkusi
Pekak
(d) Auskultasi

18
Bunyi jantung S1 dan S2 normal
5) Payudara/mamae
Simetris kiri dan kanan, areola mamae hiperpigmentasi, papilla mamae

menonjol, dan tidak ada pembengkakan


6) Abdomen
a) Inspeksi
Biasanya perut tampak membuncit
b) Palpasi
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, teraba masa pada abdomen
c) Perkusi
Biasanya redup
d) Auskultasi
Bising usus normal
7) Genitalia
Biasanya siklus menstruasi tidak teratur, nyeri yang berlangsung
lama saat menstruasi (Nugroho,2012)

8) Ekstermitas
Biasanya tekanan pada tumor dapat menyebabkan edema pada tungkai
9) Pemeriksaan penunjang
a) Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista
b) Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk

menentukan sifat-sifat tumor.


c) Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau
peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko perdarahan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi peritonitis) dan
efek samping terkait perdarahan histerektomi

19
2. Resiko aspirasi b.d penurunan reflek muntah, penurunan tingkat kesadaran
( tindakan efek anastesi)
3. Konstifasi b.d penurunan peristaltic usus
4. Resiko cedera b.d efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi)
5. Nyeri b.d agen cidera fisik (luka post operasi)
6. Resiko infeksi b.d poste de entery kuman,trauma jaringan (luka operasi)
7. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil
1. RESIKO NOC: NIC:
PENDARAHAN:  Blood lose Bleeding precautions
Definisi : Beresiko severity - Monitor ketat
mengalami penurunan  Blood tanda-tanda
volume darah yang dapat koagulation pendarahn
mengganggu kesehatan Kriteria hasil: - Catat nilai Hb dan
Faktor resiko:  Tidak ada Ht sebelum dan
 Aneurisme hematuria dan sesudah terjadinya
 Sirkumsisi hemastemesis pendarahan
 Defisiensi  Kehilangan - Monitor nilai lab
pengaturan darah yang (koagulasi) yang
 Koagulopati terlihat meliputi
intravaskuler  Tekanan darah PT,PTT,trombosit
desimenata dalam bats - Monitor TTV
 Riwayat jatuh normal sistol prtostatik
 Gangguan dan diastole - Pertahankan bed
gastrointestinal  Tidak ada rest selama
(mis penyakit pendarahan pendarahan aktif
ulkus lambung pervagina - Kolaborasi dalam
pemberian produk
polip varises)  Tidak ada
darah(platelet atau
 Gangguan distensi
fresh frozen
fungsi hati abdominal
plasma)
(mis,sirosis  Hemoglobin
- Lindungi pasien
hepatitis) hematrokrit
dari trauma yang
 Koagulopati dalam batas
dapat
inhereen(mis normal
menyebabkan
trombostopenia Plasma PT,PTT dalam
pendarahan
 Komplikasi batas normal
- Hindari mengukur
pascapartum suhu lewat
(mis,atoni rectacogulant

20
uteri,retensi - Anjurkan pasien
plasenta) untuk
 Komplikasi meningkatkan
terkait intake makanan
kehamilan yang banyak
(mis,pasenta mengandung
previa vitamin k
kehamilan mola - Hindari terjadi
solusio plasenta) konstipasi dengan
 Trauma menganjurkan
 Efek samping untuk
terkait terapi mempertahankan
(mis,pembedaha intake cairan yang
n pemberian adekuat dan
obat pemberian pelembut feses
produk darah
defisiensi Bleeding reducion
trombosit,kemor - Identifikasi
api) penyebab
pendarahan
- Monitor trend
tekanan darah dan
parameter
heodinamik
(cvp,pulmonary
capillary/artery
wedge pressure
- Monitor status
cairan yang
meliputi intake
dan output
- Monitor
penentuan
pengiriman
oksigen
kejaringan (PaO2
dan level Hb dan
cardiac output
- Pertahankan
patensi IV line

Bleeding reduction
- Lakukan manual
pressure(tekanan)
pada area

21
pendarahan
- Gunakan ice pack
pada area
pendarahan
- Lakukan pressure
dressing (perban
yang menekan)
pada area luka
- Tingikan
ekstremitas yang
pendarahan
- Monitor ukuran
dan kaasteristik
hematoma
- Monitor nadi
distal dari area
yang luka atau
pendarahan
- Intruksi pasien
untuk menekan
area luka pada
saat bersin atau
batuk
- Intruksikan pasin
untuk membatasi
aktivitas
Bleeding reduction:
Gastrointetinal
- Observasi adanya
darah dalam
sekresi cairan
tubuh:
emesis,feces,urine
,residu
lambung,dan
drainase luka
- Monitor complete
blood count dan
leukosit
- Kolaborasi dalam
pemberian terapi
lctulose atau
vasoopressin
- Lakukan
pemasangan NGT
untuk memonitor

22
sekresi
pendarahan
lambung
- Lakukan bilas
lambung dengan
NaCl dingimn
- Dokumentasi
warna jumlah dan
karakeristik feses
- Hindari ph
ambung yang
ekstrim dengan
kolaborasi
pemberian
antacids atau
histamine
blocking agent)
- Kurangi faktor
stres
- Pertahankan jalan
nafas
- Hindari
pengunaan
anticugulant
- Monitor status
nutrisi pasien
- Berikan cairan
intra vena
- Hindari
penggunaan
aspirin dan
ibuprofen

2. RESIKO ASPIRASI: NOC NIC


 Respitratory
Definisi : Resiko status: Apiration
masuknya sekresi ventiation precsuntion
gastrointstinal,sekresi  Aspiration - Monitor tingkat
orofaring kotoran/debu control kesadaran,reflek
atau cairan kedalaman  Swallowing batuk dan
saluran trakeobronkial status kemampuan
Factor resiko Kriteria hasil menelan
 Penurunan  Klien dapat - Monitor status
motolitas bernafas paru pelihara jalan
gastrointestinal dengan mudah, nafas
 Pengosongan tidak irama, - Lakukan suction

23
lambung yang frekuensi jika dierlukan
lambat pernafasan - Cek nasogastrik
 Penurunan reflek normal sebelum makan
muntah  Pasien mampu - Hindari makan
 Penurunan reflek menelan dan kalau residu masih
batuk mampu banyak potong
 Pembedahan melakukan oral makanan kecil-
wajah hygine kecil
 Slang  Jalan nafas - Haluskan obat
gastointestinal eten, mudah sebelum
 Sfingter bernafas tidak pemberian
esophagus merasa tercekik - Posisi tegak 90
bawah dan tidak ada derajat atau sejauh
inkompeten suara nafas mungkin
 Peningkatan abnormal - Jauhkan manset
residu lambung trakea meningkat
- Jaukan pengaturan
 Peningkatan
hisap yang
tekanan
tersedia
intragastrik
- Periksa
 Gangguan
penempatan
menelan
tabung NG atau
 Pemberian gastrostomy
medikasi sebelum menyusui
 Pemedahan leher Periksa tabung NG
 Trauma leher atau gastrotomy sisa
 Pembedahan
mulut
 Trauma mulut
 Adanya slang
endotrakeal
 Adanya slang
trakeostomi
 Penurunan
tingkat
kesadaran
 Situasi yang
menghambat
evelasi tubuh
bagian atas
 Pemberiab
makan melalui
slang
 Rahang kaku
3. Konstipasi NOC: NIC:
Definisi: Penurunan pada Bowel elimination Constipation/impacti

24
frekuensi normal Hydration on management
defakasi yang disertai Kriteria hasil: - Monitor tanda dan
oleh kesulitan atau  Mempertahanka gejala konstipasi
pengeluaran tidak n bentuk feses - Monitor bising
lengkap fases/atau  Lunak setiap 1- usus
pengeluran tidak lengkap 3 hari - Monitorfeses,frek
kering,keras dan banyak  Bebas dari uensi.konsistensi,d
Batasan karakteristik ketidak an voulume
 Nyeri abdomen nyamanan dan - Konsultasi dengan
 Nyeri tekan konspipasi docter tentang
abdomen dengan  Mengidentifikas penurunan dan
teraba resientensi i indicator untuk peningkatan
otot mencegah bising usus
 Nyeri tean konsipasi - Mitor tanda dan
abdomen tanpa  Feses lunak dan gejala ruptur
teraba resistensi berbentuk usus/perintonitis
otot - Jelaskan etiologi
 Anoraksia dan rasionalisasi
 Penampilan tidak timdakan terhadap
khas pada lansia pasien
(mis, perubahan - Identifikasi faktor
pada status penyebab dan
mental kontribusi
inkontinsia konstipasi
urunaris,jatuh - Dukungan intake
yang tidak cairan
penyebabnya,pen - Kolabrasi
ingkatan suhu pemberian laksatif
tubuh - Pantau tanda-
 Borbogirigmi tanda dan gejala
konstipasi
 Darah merah
- Pantau tanda-tana
pada faeses
dn gejala impaksi
 Perubahan pada
- Memantau
pol defekasi
gerakan
 Penurunan uus,termasuk,kons
frekuensi tipasi
 Penurunan frekuensi,bentuk,v
voulume fases olume,dan warna
 Distensi - Membantu bising
abdomen usus
 Rasa rektal - Konsultasikan
penuh dengan dokter
 Rasa tekanan tentang
rectal penurunan/kenaik
 Keletihan umum an frekuensi bsing

25
 Feses keas dan usus
berbentuk - Pantau tanda-
 Sakit kepala tanda dangejala
 Bising usus pecahannya usus
hiperakti dan atau pertonitis
 Bising usus - Jelaskanetiologi
hipoktif masalahan dan
 Peningkatan pemikiran untuk
tekanan tidak untuk pasien
abdomen - Menyusun jadwal
 Tidak dapat ketoilet
makan, mual - Mendorong
meningkatkan
 Rembesan feses
asupan
cair
cairan,kecuali
 Nyeri tekanan
dikonraindikasika
pada saat
n
difekasi
- Evalusi profil obat
 Massa abdomen untuk efek
yang dapat samping
diraba gastrointestinal
 Adanya feses - Anjurkan
lunaak, seperyi pasien/keluarga
pasta didalam untuk mencatat
rektum warna,volume,frek
 Perkusi abdomen uensi dan
pekak konsistensi tinja
 Sering flastus - Ajarkan
 Mengenjak pada pasien/keluarga
saat defekasi bagaimana untuk
 Tidak dapat menjaa buku
mengeluarkan harian makanan
feses muntah - Anjurkan
 Fungsional pasien/keeluarga
- Kelemahan untuk diet tinggi
otot abdomen serat
- Kebiasaan - Anjurkan pasien/
mengabikan keluarga pada
dorongan penggunaan yang
defekasi tepat dari obat
- Ketidakadeku pencahan
atkan - Anjurkan pasien/
toileting keluarga paa
(mis,batasan hubungan asupan
waktu posisi diet,olahraga dan
untuk cairan

26
defekasi,priv sembelit/impaksi
asi - Menyarankan
- Kurang pasien untuk
aktivitas fisik berkonsultasi
- Kebiasaan dengan dokter jika
defekasu sembelit atau
tidak teratu implaksi terus ada
- Perubahan - Menginfomasikan
lingkungan pasien prosedur
saat ini penghapusan
 Psikologis manual dari tinja
- Depresi stres jika perlu
emosi - Lepaskan implaksi
- Konfusi tinja secara mnual
mental jika perlu
 Farmakologis - Timbang pasien
- Antasida secara teratur
mengandung Ajarkan pasien atau
aluminium keluarga tentang
- Antikplergik, kerangka waktu untuk
antikonvulsa resulusi sembelit
n
- Antidepresan
- Agens
antilipemik
- Garam
bismuth
- Kalsium
karbonat
- Penyekat
sakuran
kalsium
- Diuretrik
garam besi
- Penyalah
gunaan
laksatif
- Agens
antiinflamsi
non stetroid
- Opiante,fenot
iazid,sedatati
ve
- Simpatomim
emik
 Mekanis

27
- Ketidak
seimbangan
elektrolit
- Kemproid
- Penyakit
hirschprung
- Gangguan
neurologist
- Obesitas
- Opstruksu
pasca bedah
- Kehamilan
- Pembesaran
prostat
- Abses rectal
- fisura anak
rektal
- striktur anak
rectal
- prolaps
rectal,ulkus,r
ectal
- rektokel
tumor
 fisiologis
- perubahan
pola makan
- perubahan
makanan
- penutunan
motilitas
trakus
gastrointestin
al
- dehidrasi
- ketidakadeku
atan gigi
geligi
- ketidakadeku
atan higiene
oral
- asupan serat
tidak cukup
- asupan cairat
tidak cukup
- kebiasaan

28
makan buruk
4. RESIKO CIDERA NOC: NIC:
Definis : beresiko  Risk kontrol Enviromrnt
mengalami cedera Kriteria hasil: management
sebagai akibat kondisi  Klien terbebas (manajemen
lingkungan yang dari cedera lingkungan)
berinteraksi dengan  Klien mmpu - Sediakan
sumber adabtif dan menjelaskan lingkungan yang
sumber defensi individu cara/metode amanuntuk pasien
Faktor resiko: untuk mencecah - Identifikasi
 Eksternal injury/cedera kebutuhan
- Biologi  Klien mampu keamanan pasien
(mis,tinkat mejelaskan sesuai dengan
imunisasi factor resiko komdisi fisik dan
komunikasi, dari fungsi kognitif
mikroorganis lingkungan/prila pasien dan riwayat
me) ku personal penyakit terdahulu
- Zat kimia  Mampu pasien
(mis,racun,po memodifikasi - Menghindari side
lutan,nikotin, gaya hidup rail tempat tidur
pengawet,kos untuk mencegah - Menyediakan
metik injury tempat tidur yang
pewarna)  Menggunakan nyamn dan bersih
- Manusia fasilitas - Menempatkkan
(mis,agens,no kesehatan yang saklar lampu
sokomial ada ditempat byang
pola mudah dijangkau
 Mampu
ketengangan pasien
mengenali
atau faktor - Membatasi
perbahan status
koknitif mengunjung
kesehatan
afektif fan - Menganjurkan
psikomotor keluarga untuk
- Cara menemani pasien
pemindahan/t - Mengontrol
ranspor lingkungan dari
- Nutrisi kebisingan
(mis,desain,st - Memindahkan
ruktur,dan barang-barang
pengaturan yang dapat
komunikasi membahayakan
bangunan dan - Berika penjelasan
atau peralatan pada pasien dan
 Internal keluarga atau
- Prodil darah pengunjngan
yang adsnya perubahan
abnormal staus kesehatan

29
(mis,leukosit dan penyebab
osis/leukopen penyakit
ia,gangguan
faktor
koagulasi
trombositope
nia sel sabit
telasemiaa
penurunan
hemoglobin
- Disfungsi
biokimia
- Usia
perkembanga
n (fisiologi
psikososial)
- Disufungsi
efektor
- Disfungsi
imun-
autoimun
- Disfungsi
integrafif
- Malnutrisi
- Fisik
(mis,integrita
s kulit tidak
utuh
gangguan
mobilisasi
(orientasi
afekti)
- Disfungsi
sensorik
- Hipoksia
5. Nyeri akut Noc Nic
Definisi : Pengalaman  Pain Level, Pain Management
sensori dan emosional  Pain contral, - lakukan
yang tidak  Comfort level pangkajian
menyenangkan yang Kriterla Hasil : nyeri secara
Muncul akibat  Mampu komprehensif
kerusakan jaringan mengontro termasuk
yang aktual atau l nyeri lokasi,
potensial atau (tahu karahteristik,
digambarkan dalam hal penyebab durasi,

30
kerusakan sedemikian nyeri, frekuensi,
rupa (international mampu kualitas dan
Association for the mengguna faktor
study of Pain) awitan kan tehnik presipitasi
yang tiba - tiba atau nonfarmak - Observasi
lambat dari intensitas ologi reaksi
ringan hingga berat untuk nonverbal
dengan akhir yang mengurang dari ketidak
dapat diantisipasi atau i nyeri, nyamanan
diprediksi dan mencari - Gunakan
berlangsung <6 bulan. bantuan). tekrik
Batasan  Melaporka komunikan)
karakteristik : n bahwa terapeutik
 Perubahan nyeri untuk
selera makan berkurang mengetahui
 Perubahan dengan pengalaman
tekan darah mengguna nyeri pasien
 Perubahan kan - Kaji kultur
frekwensi manajeme yang
jantung n nyeri mempengaru
 Perubahan | hi respon
frekwensi  Mampu nyeri
pernapasan mengenali - Evaluasi
 Laporan isyarat nyeri(skala bersama
 Diaforesis ,intensitas, pasien dan
freensi dan tim
 Perilaku
tanda kesehatan
distraksi (mis,
nyeri) lain tentang
berjalan
Menyatakan rasa ketidak
mondar
nyaman setelah nyeri efektifan
-mandir
berkurang kontrol nyeri
mencari orang
masa lampau
Iain, aktivrtas
- Bantu pasien
yang berulamg)
dan keluarga
 Mengekspresik
untuk
an peritaku
mencari dan
(mis gelisah,
menemukan
merengek,
dukungan
menangis)
- Kontrol
 Masker wajah lingkungan
(mis mata yang dapat
kurang mempengaru
bercahaya,

31
tampak kacau, hi nyeri
gerakan mata seperti suhu
berpencar atau ruangan,
tetap pada satu pencahayaan
fokus meringis) dan
 Sikap kebisingan
melindungi - Kurangi
area nyeri faktor
 Fokus presipitasi
menyempit nyeri
(mis, gangguan - Pilih dan
persepsi nyeri, lakukan
hambatan penanganan
proses berfi kir, nyeri
penurunan (Farmakologi
Interaksi , non
dengan Orang farmakologi
dan dan
lingkungan) interpersonal)
 Indikasi nyeri - Kaji tipe
yang dapat dan sumber
diamat nyeri untuk
 Perubahan menentukan
posisi untuk intervensi
menghindari - Ajarkan
 Sikap tubuh tentang
melindungi teknik non
 Dilatasi pupil farmakologi
- Berikan
 Melaporkan
analgetk
nyeri secara
untuk
verbal
mengurangi
 Gangguan tidur
nyeri
Faktor yang
- Evaluasi
berhubungan
keefektifan
 Agen cedera kontrol nyeri
(mis.,biologis,z - Tingkatka
at istirahat
kimia,fisik,psik - Kolaborasika
ologis) n dengan
dokter jka
ada keluhan

32
dan tendakan
nyeri tdak
berhasil
- Monitor
penerimaan
pasien
tentang
Manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
- Tentukan
lokasi,
karakteristk,
kualitas,dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian
obat
- Cek Instruksi
dokter
tentang jenis
obat,dosis,da
n frekuensi
- Cek riwayat
alergi Pilih
analgesik
yang
diperlukan
atau
kombinasi
dari analgesik
ketika
pemberian
lebih dari
satu
- Tentukan
pilhan
analgesik
tergantung
tipe dan
beratnya

33
nyeri
- Tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian,
dan dosis
optimal
- Pilih rute
pembenan
secara IV, IM
untuk
6. Resiko Infeksi Noc Nic
Definisi : Mengalami  Immune Status Infectian Controi
peningkatan resika  Knowledge : (Ko ntrol Infekat)
terserang organisme Infection - Bersihkan
patogenik control Iingkungan
Faktor-faktor resiko :  Risk control setelah
 Penyakit kronis Kriteria Hasil : dipakai
- Diabetes  Kien bebas pasien lain
melitus dari tanda dan - Pertahankan
- Obesitas gejala infeksi teknik olasi
 Pengetahuan yang  Mendeskripsik - Batasi
tidak cukup untuk an proses pengunjung
menghindari penularan bila perlu
pemanjanan penyakit,factor - Instruksikan
patogen yang pada
 Pertahanan tubuh mempengaruhi pengunjung
primer yang tidak penularan untuk
adekuat serta mencuci
- Gangguan penatalaksanaa tangan saat
peritalsis nnya, berkunjung
- Kerusakan  Menunjukkan dan
integritas kulit kemampuan - Gunakan
(pemasangan untuk sabun
kateter mencegah antimikrobia
intravena, timbulnya untuk cuci
prosedur infeksi tangan
invasif)  Jumlah - Cuci tangan
- Perubahan leukosit dalam setiap
sekresi pH batas sesudah sebelum dan
- Penurunan tindakan sesudah
kerja siliaris kperawtan tindakam

34
- Pecah ketuban normal keperawatan
dini  Menunjukan - Gunakan
- Pecah ketuban perilaku hidup baju, sarung
lama sehat . tangan
- Merokak sebagai alat
- Stasis cairan pelindung
tubuh - Pertahankan
- Trauma lingkungan
jaringan aseptik
(mis.,trauma selama
destruksi pemasangan
jaringan) alat
 Ketidak adekuat - Ganti tetak
pertahanan IV perifer
sekunder dan line
- Penurunan central dan
hemoglobin dressing
- Imunosupresi sesuai dengan
(mis,imunitas petunjuk
didapat tidak Umum
adekuat,agen - Gunakan
farmaseutikal kateter
termasuk intermiten
imunosupresan, untuk
steroid,antibodi - menurunkan
monoklonal,im infeksi
unomudulator kandung
- Supresi respon kencing
inflamasi - tingkatkan
 vaksinasi tidak intake nutrisi
adekuat - berikan terapi
 pemajanan antibiotik bila
terhadap patogen perlu
 lingkungan infection
meningkat protection
- wabah (proteksi
 prosedur invasif terhadap
 malnutrisi infeksi )
- monitor tanda

dan gejala
infeksi
sistemik dan

35
lokal
- monitor
hitung
granulosit,W
BC
- monitor
kerentanan
terhadap
infeksi
- batasi
pengunjung
- sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
- pertahankan
teknik aspesis
pada pasien
yang beresiko
- pertahankan
teknik isolasi
k/p
- berikan
perawatan
kuliat pada
area epidema
- inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,pa
nas,drainase
- inspeksi
kondisi
luka/insisi
bedah
- dorong
masukkan
nutrisi yang
cukup
- dorong

36
masukan
cairan
- dorong
istirahat
- instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai resep
- ajarkan
pasien dan
keluarga
tanda dan
gejala infeksi
- ajarkan cara
menghindark
an infeksi
- laporkan
kecuringaan
infeksi
- laporkan
kultur positif
7. Ansietas NOC NIC
 Anxiety Anxiety reductin
Definisi : Perasaan
self,corfrol (penurunan
tidak nyaman atau  Annety leve kecemasan)
kekawatiran yang
 Coping  Gunakan
Kriteria Hasil : pendekatan
samar disertai respon  Klien mampu yang
mengidentifik menenangkan
autonom (sumber
asi dan  Nyata dengan
sering kali tidak mengungkapk jelas harapan
an gejala terhadap
spesifik atau tidak pelaku pasien
cemas
diketahuí oleh  Mengidentefik  Jelaskan
asi, semuah
individu) perasaan prosedur dan
mengungkapk
apa yang
takut yang disebabkan an dan dirasakan
menunjukkan selama
ole antisipasi terhadap
tehnik untuk prosedur
bahaya. Hal ini mengontol  Pahami
cemas prespektif
merupakan isyarat pasien terhadap

37
kewaspadaan yang  Vital Sign situasi stres
dafam Batas  Temani pasien
memperingatkan
normal untukmember
individu akan adanya  Postur tubuh ikan
ekspresi  Keamanan
bahaya dan dan
wajah, bahasa
memampukan individu tubuh dan mengurangi
tingkat takut
untuk bertindak  Dorong
aktivjtas
menghadapi ancaman menunjukkan keluarga
berkurangnya untuk
Batasan Karakteristik menemani
kecemasan
anak
 Perilaku :
 Lakukan back/
 Penurunan neck rub
 Dengarkan
produktivitas dengan penuh
 Gerakan yang perhatian
 Identifikasi
ireleven tingkat
 Geligsah kecemasan
 Bantu pasien
 Melihat sepintas mengenal
situasi yang
 Insomnia menimbulkan
 Kontak mata kecemasan
 Dorong pasien
yang buruk untuk
mengungkapk
 Mengekspresika
an
n perasaan,keta
kutan,persepsi
kekawatitan  Instruksikan
karena pasien
menggunakan
perubahan teknik
dalam peristawa relaksasi
 Berikan obat
untuk
 Agitasi menggurangi
kecemasan
 Mengintai

38
 Tampak
waspada
 Affekt'f :
 Gelisah, Dastres
 Kesedihan yang
mendalam
 Ketakutan
 Perasaan tldak
adekuat
 Berfokus pada
diri sendiri
 Peningkatan
kewaspadaan
 Iritabilitas
 Gugup senang
berlebihan
 Rasa nyeri
yang
meningkaüa
ketidak
berdayaan
 Peningkatan
ketida
berdayaan
yang persisten
 Bingung,

39
Menyesal
 Ragu/t'dak
percaya diri
 Khawatir

 Fisiologis
 Wajah tegang,
Tremor tangan
 Peningkatan
keringat
 Peningkatan
ketegangan
 Gemetar,
Tremor
 Suara bergetar
 Simpatik :
 Anoreksia
 Eksitasi
kardiovaskular
 Diare, Mulut
kerirg
 Wajah merah
 Jantung
berdebar-debar
 Peningkatan
tekanan darah

40
 Penirekatan
denyut nadi
 Peningkatan
reflek
 Peningkatan
frekwensi
pernapasan
Pupil melebar
 Kesulitan
bernapas
 Vasokontriksi
superfislal
 Lemah, Kedutan
pada otot
 Paras'mptJk :
 Nyeri abdomen
 Penurunan
tekanan darah
 Penurunan
denyut nadi
 Diare, Mual.
Vertigo
 Letih, Ganguan
tidur
 Kesemutan
pada extremitas
 Sering
berkemih
 Anyang-
anyangan
 Dororng segera
berkemihan

41
Kognitif :
 Menyadari
gejaga
fisiologis
 Bloking
fikiran.
Konftßi
 Penurunan
lapang
persepsi
 Kesuiitan
berkonsentrasi
 Penurunan
kemampuan
untuk belajar
 Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
 Ketakutan
terhadap
konsekwensi
yang tidak
spesifik
 Lupa,ganggua
n perhatian
 Khawatir,mela
mun
 Cenderung
menyalahkan
orang lain.

Faktor yang
Berhubungan::
 Perubahan
dalam ( status
ekonomi.
lingkunean,sta
tus kesehatan,
pola interaksi,

42
furvi peran,
status peran)
 Pemajanan
toksin
 Terkait
ketuarga
 Herediter
 Infeksi/konta
minan inte
erpersonal
 Penularan
penyakit
interpersonal
 Krisis
maturasi,krisis
situasional
 Stres,ancaman
kematian
 Penyalahguna
an zat
 Ancaman pada
( status
ekonomi,lingk
ungan,fungsi
peran,status
peran,konsep
diri )
 Konflik tidak
disadari
mengenai
tujuan penting
hidup
 Konflik tidak
disadari
mengenai nilai
yang
esensial/pentin
g
 Kebutuhan
yang tidak
dipenuhi.

43
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005).
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji ulang pasien
Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan
mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan
yang diusulkan masih sesuai.
2. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum
memulai perawatan.
Perawat menelaah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi
klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan harus dimodifikasi.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap
proses keperawatan (Diagnosa, tujuan intervensi) harus di evaluasi, dengan
melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dan bertujuan untuk
menilai apakah tujuan dalam perencanaan keperawatan tercapai atau
tidak untuk melakukan pengkajian ulang jika tindakan belum berhasil.
Ada tiga alternatif yang dipakai perawat dalam menilai suatu tindakan
berhasil atau tidak dan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan rencana yang ditentukan, adapun
alternatif tersebut adalah : tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, tujuan

44
tidak tercapai.
S : Subjek yaitu data yang di dapatkan dari pasien mengenai apa yang di
rasakan pasien.
O : Objektif yaitu data yang di dapatkan baik dari hasil pengukuran vital
sains
maupun data yang tampak secara psikis dari pasien.
A : Assignment yaitu keterangan mengenai tindakan keperawatan berhasil
tidaknya di lakukan pada pasien.
P : Planning yaitu tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pasien

BAB III

KESIMPULAN

45
kistoma ovarium merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang dijumpai
yang paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium
yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang halangi masuknya kepaia ke dalam panggul.
Sesuai namanya, infeksi saluran reproduksi merupakan suatu infeksi yang
menyerang organ genital seseorang dan dapat dialami pria maupun wanita. Terdapat
tiga jenis infeksi saluran reproduksi, yaitu:
1 Infeksi menular seksual, seperti chlamydia, gonore, dan HIV.
2 Infeksi endogenus
3 Infeksi iatrogenik

DFTAR PUSTAKA

46
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma.2013.2015. Aplikasi Asuhan Keperawtan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2.
Mediaction:Jogja
Prawirohardjo, sarwono. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta:PT Bina Pustaka
SarwonoPrawirohardjo.

Dika Sensia Wirandani. 2014. Asuhan kebidanan angguang Reproduksi pada Ny.S
umur 24 Tahun dengan kista ovarium. Surakarta Tahun 2014

Nugroho,Taufan.2011. buku Ajar Obsteri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Yokyakarta :


Nuha Medika.

Manuaba,I bagus gede dkk. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Kb.
Jakarta :EGC.

Agus Riyanto.2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.


Yokyakarta.

Brunner dan Suddarth. (2005. Keperawatan Medikal Bedah .(edisi8 ). Jakarta .EGC.

Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus
:Nora Media Enterprise.

Rukiyah, Ai Yeyeh et all. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Trans Info
Media.

Simatupang E. J. 2006. Penerapan Unsur –Unsur Manajemen, Penerbit. Buku


Awan Indah, Jakarta.

Suparda, suryani 2008. Konsep kebidanan. Jakarta :EGC.

47
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN
KEPERAWATAN
Program Studi D III Keperawatan
-------------------------------------------------------------------------------------------------
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
1. Mata Ajaran : Maternitas
2. Keterampilan : Pemeriksaan fisik genetalia wanita

Nilai
Aspek yang dinilai
0 1 2
Definisi :
Merupakan pemeriksaan daerah genetalia atau alat
reproduksi pada perempuan.

Tujuan :
1. Mendeteksi adanya kelainan
2. Membantu menegakkan diagnose

Alat dan bahan :


1 Sarung tangan bersih
2 Sarung tangan steril 1 pasang. (persiapan sarung
tangan cadangan)
3 Selimut
4 Larutan chlorin 10 % dalam waskom untuk
dekontaminasi handschoen
5 bola kapas/kapas cebok
6 Kassa steril secukupnya
7 Larutan savlon

48
8 Speculum
9 Waskom 1 buah
10 Bengkok
11 Kom steril 1 buah
12 Vaselin
13 Meja pemeriksaan dengan penyangga kaki
(meja Gyn)
14 (Bila tidak ada pasien dibaringkan di tempat
tidur dengan posisi supine sambil menekuk
kakinya
15 Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
16 Lembar dokumentasi
17 Ballpoin

 Untuk jaga-jaga jika pasien tidak mampu berkemih


sendiri.
1 Bashkom 2
2 Washlap 2
3 Sabun
4 Tissue
5 Urinal
6 Pispot
7 Pengalas
Tahap Pra-Interaksi :
1 Cuci Tangan
2 Pasang Handscoon (Jika perlu)
Tahap orientasi :
1 Memberi salam, panggil klien dengan
panggilan yang disenangi

49
2 Memperkenalkan nama perawat
3 Menjelaskan tentang kerahasiaan
4 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien atau keuarga
Tahap kerja :
1 Dekatkan alat dengan pasien
2 Jelaskan tundakan dan tujuan
3 Cuci tangan
4 pakai handscoon (jika diperlukan)
5 Lakukan pemeriksaan
6 Anjurkan dahulu pasien untuk berkemih

A. Pemeriksaan genetalia bagian luar


1 Inspeksi
 Atur pencahayaan dengan baik.
 Anjurkan klien untuk melepas celana atau
apapun benda yang menutupi daerah
genetalia
 Anjurkan pasien pada posisi litotomi

 . Mulai dengan mengamati rambut pubis,


perhatikan distribusi dan jumlahnya, dan
bandingkan sesuai usia perkembangan
pasien.
 Amati kulit dan area pubis, perhatikan
adanya lesi, eritema, fisura, leukoplakia dan
ekskoriasi.
 Buka labia mayora dan amati bagian dalam
labia mayora, labia minora, klitoris, dan

50
meatus uretra. Perhatikan setiap ada
pembengkakan, ulkus, rabas, atau nodular.
B. Pemeriksaan genetalia bagian dalam
1. Palpasi
 Atur posisi pasien secara tepat dan gunakan
sarung tangan steril.
 Lumasi jari telunjuk anda dengan air steril,
masukan kedalam vagina, dan identifikasi
kelunakan serta perukaan serviks. Tindakan
ini bermanfaat untuk mempergunakan dan
memilih speculum yang tepat. Keluarkan jari
bila sudah selesai.
 Siapkan speculum dengan ukuran dan bentuk
yang sesuai dan lumasi dengan air hangat
terutama bila akan mengambil specimen.
 Letakan dua jari pada pintu vagina dan
tekankan kebawah kearah perianal.
 Yakinkan bahwa tidak ada rambut pubis
pada pintu vagina dan masukkan speculum
dengan sudut 45° dan hati hati dengan
menggunakan tangan yang satunya sehingga
tidak menjepit rambut pubis atau labia.
 Bila speculum sudah berada di vagina,
keluarkan dua jari anda, dan putar speculum
kearah posisi horizontal dna pertahankan
pada sisi bawah/posterior.
 Buka bilah speculum, letakkan pada serviks,
dan kunci bilah sehingga tetap terbuka.
 Bila serviks sudah terlihat, atur lampu untuk

51
memperjulas pengelihatan dan amati ukuran,
bentuk, laserasi, erosi, nodular, massa, rabas,
dan warna serviks. Normalnya, bentuk
serviks melingkar atau oval pada nulipara,
sedangkan pada para membentuk celah.
 Bila diperlukan specimen sitologi, ambil
dengan cara usapan menggunakan aplikator
dari kapas.
 Bila sudah selesai, kendurkan sekrup
speculum, tutp speculum, dan tarikkeluar
secara perlahan lahan.
 Lakukan palpasi secara bimanual bila
diperlukan dengan cara memakai sarung
tangan steril, melumasi jari telunjuk dan jari
tengah, kemudian masukan jari tersebut ke
luang vagina dengan penekanan kearah
posterior, dan meraba dinding vagina untuk
mengetahui aanya nyeri tekan dan nodular.
 Palpasi serviks dengan 2 jari anda dan
perhatikan posisi, ukuran, konsistensi,
regularitas, mobilitas, dan nyeri tekan.
Normalnya serviks dapat dikgerakkan tanpa
ada rasa nyeri.
 Palpasi uterus dengan cara jari-jari tangan
yang ada dalam vagina menghadap keatas.
Tangan yang ada diluar letakkan diabdomen
dan tekankan kebawah. Palpasi uterus untuk
mengetahui ukuran, mobilitas, bentuk,

52
konsistensi dan nyeri tekan. Ulangi untuk
ovarium sebelahnya.
 Setelah selesai, bereskan alat alat dan dan
bersihkan genetalia pasien menggunakan
kassa.
Tahap Terminasi
1 Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah melakukan kegiatan.
2 Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
3 Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4 berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan
klien
Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Ket :
0 : Tidak dikerjakan
1 : Dikerjakan tapi tidak sempurna
2 : Dikerjakan dengan sempurna

Penguji

(……………………………………………………….)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN
KEPERAWATAN
Program Studi D III Keperawatan
-------------------------------------------------------------------------------------------------
FORMAT PENILAIAN KETERAMPILAN
3. Mata Ajaran : Maternitas
4. Keterampilan : Pemeriksaan fisik genetalia

A. PEMERIKSAAN GENETALIA LAKI-LAKI


Aspek yang dinilai Nilai

53
0 1 2
Definisi :
Merupakan pemeriksaan daerah genetalia atau alat
reproduksi pada laki laki.
Tujuan :
1. Mendeteksi adanya kelainan
2. Membantu menegakkan diagnosa
Alat dan bahan :
1. Handscoon
2. Bengkok
Tahap Pra-Interaksi :
1. Validasi pasien
2. Cuci Tangan
3. Pasang Handscoon (Jika perlu)
Tahap orientasi :
1. Memberi salam, panggil klien dengan panggilan yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan
4. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau
keluarga
Tahap kerja :
1. Dekatkan alat dengan pasien
2. Jelaskan tundakan dan tujuan
3. Cuci tangan
4. pakai handscoon (jika diperlukan)
5. Lakukan pemeriksaan
1. Inspeksi
 Atur pencahayaan dengan baik.
 Anjurkan klien untuk melepas celana atau apapun
benda yang menutupi daerah genetalia

54
 Pertama-tama, inspeksi rambut pubis, perha
tikan penyebaran dan pola pertumbuhan rambut
pubis. Catat bila rambut pubis tumbuh sangat sedikit
atau sama sekali tidak ada.
 Inspeksi kulit, ukuran, dan adanya kelainan lain yang
tampak pada penis.
 Pada pria yang tidak dikhitan, pegang penis dan buka
kulup penis, amati lubang uretra dan kepala penis
untuk mengetahui adanya ulkus, jaringan parut,
benjolan, peradangan, dan rabas (bila pasien malu,
penis dapat dibuka oleh pasien sendiri). Lubang
uretra normalnya terletak dikeapal penis. Pada
beberapa kelainan, lubang uretra ada yang terletak
dibawah batang penis (hipospadia) dan ada yang
terletak diatas batang penis (epispadia).
 Inspeksi skrotum dan pehatikan bila ada tanda
kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
Angkat skrotum dan amati area dibelakang skrotum.

2. Palpasi
 Lakukan palpasi penis untuk mengetahui adanya
nyeri tekan, benjilan, dan kemungkinan adanya
cairankental yang keluar.
 Palpasi skrotum dan testis dengan menggnakan
jempol dan 3 jari pertama. Palpasi tiap testis dan
perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan
kelicinannya.
Testis normalnya teraba elastic, licin, tidak ada
benjolan atau massa, dan berukuran sekitar 2-4 cm.

55
 Palpasi epididimis yang memanjang dari puncak
testis kebelakang. Normalnya epididimis teraba
lunak.

 Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari


telunjuk. Saluran sperma biasanya ditemukan pada
puncak bagian lateral skrotum dan teraba lebih keras
daripada epididimis.
Tahap Terminasi
1. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah
melakukan kegiatan.

2. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan

3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

4. berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan


klien

Tahap Dokumentasi
Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

Ket :

0: Tidak dikerjakan
1: Dikerjakan tapi tidak sempurna
2: Dikerjakan dengan sempurna

Penguji

56
(……………………………………………………….)

57

Anda mungkin juga menyukai