Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

DENGAN KISTA OVARIUM


RSUP dr.KARIADI
Dosen Pembimbing : Kurniati Puji Lestari,Skep.,Mkes

DISUSUN OLEH :
SINATRIA KRISDAYANTO
P1337420618059

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Keperawatan Maternitas Pada Ibu dengan kista ovarium

Nama Mahasiswa : Sinatria Krisdayanto


NIM : P1337420618046

Semarang, 19 Juni 2020

Menyetujui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Penyusun

(Kurniati Puji Lestari,Skep.,Mkes) ( ) (Sinatria Krisdayanto)


LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KISTA OVARIUM

I. KONSEP DASAR KISTA OVARIUM

A. Definisi

Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. (Wiknjosastro, 2005). Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang
paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses
menstruasi. Ovarium terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke
rahim oleh ligamentum ovari propium dan ke dinding panggul oleh ligamentum
infudibulo-pelvikum. Fungsinya sebagai tempatfolikel, menghasilkan dan mensekresi
estrogen dan progesteron.
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh
di mana saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb, 2007). Kista adalah suatu
bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan
setengah cair (Soemadi, 2006). Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan
yang terjadi pada indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus
oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan terluar dari ovarium (Agusfarly,
2008). Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan/abnormal pada
ovarium yang membentuk seperti kantong. Kista ovarium secara fungsional adalah
kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus mentsruasi.
(Lowdermilk, dkk. 2005)

B. Klasifikasi
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a) Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian akibat folikel de graft
yang matang karena tidak dapat menyerap cairan setelah ovulsi. Kista ini bisanya
asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini terdapat nyeri pada panggul.
Jika kista tidak robek, bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.

b) Kista corpus luteum


Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesteron akibat
dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness
pada ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus menstuasi yang tidak teratur atau
terlalu panjang. Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal.
Biasanya kista corpus luteum hilang selama 1-2 siklus menstruasi.
c) Sindroma rolisistik ovarium
Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang
terlalu tinggi, testosteron dan LH serta penurunan sekresi FSH. Tanda dan gejala
terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak teratur,
infertilitas.
d) Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang akibat
lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine (HCG).

2. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)


a) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini juga
dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat
menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas
terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
b) Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi
melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini
akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan
menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
c) Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal
dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah keganasan, seperti
karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui proses
partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak diperut bagian bawah
karena torsi tangkai kista.
d) Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang berada di
luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat
menstruasi dan infertilitas.
e) Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga menimbulkan
nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f) Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g) Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan melepaskan
sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar
karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang menetap
(persisten), operasi harus dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

C. Etiologi
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :
1) Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b) Zat tambahan pada makanan
c) Kurang olah raga
d) Merokok dan konsumsi alcohol
e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f) Sering stress
g) Zat polutan
2) Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya
karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia
tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

D. Patofisiologi
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH
dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal sepanjang
stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari normal, tetapi tidak
memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar adrenal. Folikel
anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium
polikistik. (Corwin, 2002)
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan
abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan
pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan limfatik
muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal,
seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada
beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat
hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor
menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson, 2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista
folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap
sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel graaf
yang tidak ruptur atau pada  folikel yang sudah pecah dan segera menutup kembali.
Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah lapisan
serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm dan berisi
cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak,
sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa dan
menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi
seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan atropi sel
tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan perdarahan intraperitonium,
dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2007)

E. Pathway

Degenerasi ovarium infeksi ovarium

Histerektomi Cistoma ovari Pembesaran ovarium Ruptur ovarium

Kurang informasi Oovorektomi Resiko perdarahan

Kurang pengetahuan Luka operasi Ggn. Perfusi jaringan

dikontinuitas jar. Pembatasan Anestesi Resti injuri


Cemas
nutrisi
Peristaltik
Port de’entri Metabolisme usus

Komplikasi peritonia hipolisis Absorbsi air

Resiko infeksi dikolon


Peritonitis asam laktat

Resiko
keletihan konstipasi

Resiko
Nyeri
perdarahan Ggn. Metabolisme

Self care deficit


F. Manifestasi klinik
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi
tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulakan
gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri
b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,
mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
2. Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan
nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
3. Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga perut
(usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan.
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas.
G. Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama yang
berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia subur
menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami keluhan pada siklus
menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid,
dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan
yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum peritonei
dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005).

I. Penatalaksanaan
1) Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah,
misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi
2) Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium
adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu
pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan gurita abdomen sebagai
penyangga.
4) Tindakan keperawatannya adalah berikan pendidikan kesehatan kepada klien
tentang pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas
dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda
infeksi, perawatan insisi luka operasi ( Lowdermilk.dkk. 2005).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SPONTAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register  ,
dan diagnosa keperawatan.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
 Klien biasanya mengeluh nyeri pada perut kanan bawah
 Klien biasanya merasa berat pada daerah pelvis dan cepat merasa lelah.
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Perlu ditanyakan mengenai jenis persalinan, penolong, jenis kelamin, keadaan
bayi waktu lahir dan masalah kehamilan
3. Riwayat keperawatan sekarang
4. Riwayat Obestri
 Tanyakan kapan menstruasi terakhir?
 Tanyakan haid pertama dan terakhir?
 Tanyakan siklus menstruasi klien, apakah teratur atau tidak?
 Tanyakan lamanya menstruasi dan banyaknya darah saat menstruasi?
 Tanyakan apakah ada keluhan saat menstruasi?
 Pernahkah mengalami abortus? Berapa lama perdarahan?
 Apakah partus sebelumnya spontan, atern atau proterm?
c. Pola fungsional
1. Aktivitas / istirahat
a) Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada malam hari, adanya faktor
yang mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas, berkeringat malam.
b) Kelemahan atau keletihan.
c) Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi terhadap latihan ).
2. Sirkulasi
a) Palpitasi (denyut jantung cepat / tidak beraturan / berdebar-debar), nyeri
dada, perubahan tekanan darah.

3. Integritas ego
a) Faktor stres (pekerjaan, keuangan, perubahan peran), cara mengatasi stres
(keyakinan, merokok, minum alkohol dan lain-lain).
b) Masalah dalam perubahan dalam penampilan : pembedahan, bentuk
tubuh.
c) Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi.
a) Perubahan pola defekasi, darah pada feces, nyeri pada defekasi.
b) Perubahan buang air kecil : nyeri saat berkemih, nematuri, sering
berkemih.
c) Perubahan pada bising usus : distensi abdoment.
5. Makanan / cairan
a) Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
b) Anorexsia, mual-muntah.
c) Intoleransi makanan.
d) Perubahan berat badan.
e) Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
6. Neurosensori
a) Pusing, sinkope (kehilangan kesadaran secara tiba-tiba)
7. Nyeri
a) Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat)

2. Diagnosa Keperwatan
Pre operasi
a. Nyeri akut b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ
ruang abdomen
b. Resiko konstipasi b.d pembedahan abdominal.
c. Cemas b.d diagnosis dan rencana pembedahan
Post operasi
a. Nyeri b.d luka post operasi
b. Resiko infeksi b.d tindakan invasif dan pembedahan
c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri pasca pembedahan)
3. Intervensi
Pre operasi
1) Nyeri akut b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang
abdomen.
Tujuan : Rasa nyeri klien hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
 Klien tidak mengeluh nyeri / nyeri berkurang
 TTV normal
 Menunjukkan nyeri berkurang/terkontrol
 Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks
 Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat
 Skala nyeri 0 dari skala nyeri 0-10.
Intervensi :
a) Kaji skala nyeri
Rasional : Penyebab diketahui sehingga dapat dengan mudah
menentukan intervensi, skala nyeri menunjukan respon klien
terhadap nyeri
b) Monitor TTV
Rasioanal : Perubahan TTV merupakan identifikasi diri terhadap
perkembangan klien
c) Ajarkan teknik relaksasi
Rasional : Tehnik relaksasi akan membantu otot-otot berelaksasi
sehingga persepsi nyeri akan berkurang
d) Atur posisi nyaman
Rasional : Posisi yang sesuai/nyaman akan mambantu otot-otot
berelaksasi sehingga nyeri berkurang
e) Berikan analgesik sesuai indikasi
Rasional : untuk mencegah fluktuasi pada intensitas nyeri
2) Resiko konstipasi b.d pembedahan abdominal. (Carpenito, 2006)
Tujuan : tidak terjadi konstipasi.
Kriteria hasil : menunjukan bunyi bising usus / aktivitas peristaltik usus aktif,
mempertahankan pola eliminasi biasanya
Intervensi
a) Auskultasi bising usus
Rasional : indikator adanya perbaikan ileus, mempengaruhi pilihan
intervensi
b) Bantu pasien untuk duduk pada tepi tempat tidur dan berjalan.
Rasional : ambulasi dini membantu merangsang fungsi intestinal
dan mengembalikan peristaltik.
c) Dorong pemasukan cairan adekuat,termasuk sari buah, bila
pemasukan peroral dimulai.
Rasional : untuk mencegah terjadinya kekurangan nutrisi
d) Berikan rendam duduk.
Rasional : meningkatkan relaksasi otot, minimalkan ketidaknyamanan.
e) Batasi pemasukan oral sesuai indikasi.
Rasional : mencegah mual /muntah sampai peristaltic kembali ( 1-2 hari)
f) Berikan obat, contoh pelunak feses,minyak mineral, laksatif sesuai indikasi.
Rasional : meningkatkan pembentukan / pasase pembentuk feses

3) Cemas b.d diagnosis dan rencana pembedahan


Tujuan : cemas dapat berkurang atau hilang dan pengetahuan klien
Bertambah
Kriteria hasil :
 Klien dapat menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan
 Klien dapat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan suatu tindakan
 Klien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam
program perawatan
Intervensi
a) Bina hubungan yang terapeutik dengan klien.
Rasional : Hubungan yang terapeutik dapat menurunkan tingkat
kecemasan klien.
b) Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai
pedoman tindakan selanjutnya.
c) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang semua permasalahan
yang berkaitan dengan penyakitnya.
Rasional : Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga
klien tahu tentang keadaan dirinya.
d) Libatkan orang terdekat dalam mengambil keputusan
Rasional :Menjamin sistem pendukung untuk klien dan memungkinkan
orang terdekat terlibat dengan tepat.

Post operasi
1) Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berkurang / hilang
Kriteria hasil :
 Klien mengatakan tidak pernah nyeri lagi
 Klien tidak tampak meringis lagi
 Klien tidak lagi memegangi area nyeri
 Skala nyeri 0 (tidak ada nyeri) dari skala nyeri 0-10.
 TTV dalam batas normal
 Klien tampak rileks
Intervensi
a) Kaji skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri
b) Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Rasional : Dapat membantu perawat dalam memberikan intervensi
berikutnya
c) Observasi TTV
Rasional : Peningkatan Tekanan Darah dan nadi menandakan adanya
Nyeri
d) Atur posisi klien senyaman mungkin
Rasional : Memberikan rasa nyaman pada klien
e) Anjurkan tehnik relaksasi
Rasional : Agar klien tidak terlalu merasakan nyerinya
f) Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri
Rasional : mengurangi rasa nyeri
g) Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien       
Rasional : Memberikan kenyamanan sehingga mengurangi nyeri
h) Kolaborasi pemberikan analgetik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri

2) Resiko infeksi b.d tindakan invasif dan pembedahan


Tujuan : Resiko infeksi pada luka post operasi dapat dicegah
Kriteria hasil :
 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak, nyeri,
panas pada area luka post op
 Insisi luka operasi tampak mongering
 Suhu tubuh klien dalam batas normal (36-37,2 C)
Intervensi
a) Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : Dapat menentukan intervensi yang tepat
b) Observasi TTV klien
Rasional : Mengetahui status kesadaran umum klien
c) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan anti septic
Rasional : Meminimalkan masuknya mikro organisme
d) Jaga kebersihan area sekitar luka. Diskusikan dengan klien dan keluarga
klien tentang perawatan luka post operasi
Rasional : Mencegah penyebaran infeksi
e) Tingkatkan istirahat
Rasional : Istirahat menurunkan proses metabolisme, memungkinkan O2
dan nutrien digunakan untuk penyembuhan
f) Kolaborasi berikan antibiotic
Rasional : Anti biotik untuk mematikan mikro organisme

3) Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)


Tujuan : Defisit perawatan diri tidak terjadi
Kriteria hasil :
 Klien dapat mandi sendiri
 Klien bebas dari bau
 Klien tampak menunjukkan kebersihan
 Klien nyaman
Intervensi
a) Kaji defisit perawatan diri klien
Rasional : Untuk menentukan dan mengetahui tingkat defisit perawatan
klien guna memberikan perawatan.
b) Anjurkan keluarga untuk menyeka klien tiap pagi dan sore hari
Rasional : Agar kebersihan diri klien tetap terjaga
c) Anjurkan keluarga klien untuk mengganti pakaian klien 2 × sehari
Rasional : Agar klien merasa nyaman dengan pakaian yang bersih.
d) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pentingnya
kebersihan diri setelah post operasi.
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang personal
hygene setelah post operasi
e) Memandikan klien
Rasioanl : Personal hygene terpenuhi
4. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi
2. Klien tidak mengalami konstipasi
3. Klien mengetahui tentang penatalaksanaan penyakitnya
4. Infeksi tidak terjadi
5. Personal hygiene terpenuhi, klien merasa lebih nyaman
REFRENSI

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

http://putri-yohana.blogspot.com/2013/02/kista-ovarium.html. diakses pada tanggal 11 Mei


2015
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai