DISUSUN OLEH :
2020
KASUS BUNUH DIRI
Seorang mahasiswa asal Watobuku, Nusa Tenggara Timur (NTT) ditemukan tewas di tempat
jemuran baju di lantai dua rumah kosnya di Jalan Raya Kepuh, Kecamatan Sukun, Malang pada Agustus
2017. Saat ditemukan, korban bernama Rensiana Jedo Wolor (21), ditemukan dalam kondisi
mengenaskan. Tubuh Rensi terduduk di lantai dengan kain melilit leher. Kain itu terikat di belandar atap
esbes setinggi sekitar 2 meter dari lantai. Terdapat pula bekas sayatan dan darah di tangan kiri Rensi.
Selain itu, lidah korban juga ditemukan telah menjulur serta adanya kotoran serta air kencing korban.
Penyebab bunuh diri mahasiswa tersebut diduga usai terlibat pertengkaran dengan kekasihnya.
PEMBAHASAN
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh
diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya.
Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan
individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi
stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Etiologi Resiko Bunuh Diri Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada
dua faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor pencetus).
a. Faktor predisposisi Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
1) Diagnosis psikiatri Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
2) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4) Biologis Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis yang tepat untuk
perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana
serotonin diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien dengan resiko bunuh diri adalah:
2. Intervensi
3. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh diri
Salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck, 2008), obatobat yang biasanya
digunakan pada klien resiko bunuh diri adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin
20 mg/hari per oral), venlafaksin (75- 225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600 mg/hari per oral),
trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering
dipilih karena tidak berisiko letal akibat overdosis..
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri selanjutnya perawat dapat merumuskan
diagnosa dan intervensi yang tepat bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko
bunuh diri adalah (Keliat, 2009).
1) Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Intervensi yang dapat
dilakukan adalah tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan,
temani klien terusmenerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan jauhkan klien dari
semua benda yang berbahaya.
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan
positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif.
Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang
konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping baru.
4) Menggali perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari factor predisposisi dan presipitasi
yang mempengaruhi prilaku klien.
Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat,
atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman.
1. Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul 5 Kasus Bunuh Diri Paling Miris yang
Dilakukan Pemuda Indonesia Tahun 2017, https://medan.tribunnews.com/2017/12/18/5-kasus-
bunuh-diri-paling-miris-yang-dilakukan-pemuda-indonesia-tahun-2017?page=2.
Editor: Randy P.F Hutagaol.
2. file:///C:/Users/Cakep/Downloads/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_KLIEN_DENGAN_R
ES.pdf
3. https://medan.tribunnews.com/2017/12/18/5-kasus-bunuh-diri-paling-miris-yang-dilakukan-
pemuda-indonesia-tahun-2017?page=2