Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

PERILAKU KEKERASAN DAN RESIKO BUNUH DIRI


Disusun Untuk MemenuhiTugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2
DosenPengampu :Sugeng Mashudi, S.Kep.,Ns.,M.Kes.

DisusunOleh:
Kelompok 1

1. Dian Maya Erianti


2. Mila Rosa Lisa
3. Amelya Intan Puspita
4. Mario Zinduka

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2018/2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI PERILAKU
KEKERASAN DAN RESIKO BUNUH DIRI”. Atas dukungan moral dan materi
yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Sugeng Mashudi S.Kep.Ns.,M.Kes selaku dosen pembimbing kami yang
memberikan dorongan dan masukan, serta
2. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan do’a restu dan
dukungan kepada kami.

Tak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa memberikan
bermanfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Wassalamualaikum wr wb.

Ponorogo, 15 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
A. PENGERTIAN..............................................................................................6
B. ETIOLOGI....................................................................................................6
C. MANIFESTASI KLINIS..............................................................................7
D. JENIS-JENIS BUNUH DIRI........................................................................8
E.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................................9
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
A.Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang


stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang,
menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda montor.
Beban yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa sangat besar. Hasil studi
Bank Dunia menunjukkan, Global Burden Of Disease akibat masalah kesehatan
jiwa mencapai 8,7%, lebih tinggi dari Tubercolosis (7,2%), Kanker (5,8%),
Penyakit Jantung (4,4%) atau malaria (26%).
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dan resiko bunuh diri dibawa
dengan paksa ke rumah sakit jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak
manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga
bahkan polisi.
Perilaku kekerasan seperti memukul anggota keluarga/ orang lain,
merusak alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang
paling banyak dikemukakan oleh keluarga. Penanganan yang dilakukan oleh
keluarga belum memadai sehingga selama perawatan klien seyogyanya sekeluarga
mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen perilaku
kekerasan).
Insiden bunuh diri juga lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat
kaya atau yang sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat
keputusasaan tentang masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang
masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka
yang menikah. Merek yang bercerai, menjada/dua, atau baru berpisah memiliki
resiko lebih dari empat kali lipat daripada mereka mereka yang menikah. Wanita
yang bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai.
Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih
berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan
metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil
tidur atau pisau cukur, sedangkan pria menembak atau menggantung diri mereka
atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 200)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari prilaku kekerasan dan resiko bunuh diri?
2. Apa etiologi dari prilaku kekerasan resiko bunuh diri?
3. Apa tanda dan gejala dari prilaku kekerasan dan resiko bunuh diri?
4. Apa jenis – jenis bunuh diri?
5. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan prilaku kekerasan dan resiko
bunuh diri?
6. Apa masalah keperawatan pada pasien prilaku kekerasan dan resiko
bunuh diri?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien prilaku kekerasan dan resiko
bunuh diri?
8. Apa diagnosa keperawatan pada pasien prilaku kekerasan dan resiko
bunuh diri?
9. Bagaimana intervensi pada pasien prilaku kekerasan dan resiko bunuh
diri?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan prilaku kekerasan dan resiko bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang


melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart
dan Sundeen, 1995).

Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang


dihadapi oleh seseorang, di tunjukkan dengan perilaku actual melakukan
kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara
verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik
maupun psikologis (Berkowitz, 2000).

Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko


untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku
destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas
bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai
sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita,
2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau
menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).

B. ETIOLOGI

A. PRILAKU KEKERASAN
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masak anak-kanan yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi
penganiayaan.
2.Perilaku,reinforcement yang di terima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek
ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya budaya tertutup dan membalas secaradiam (pasifagresif)
dan kontrolsosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakanseolah-olah perilaku kekerasan diterima (permesive).
4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
B. RESIKO BUNUH DIRI
a. Faktor genetic dan teori biologi Faktor genetic mempengaruhi terjadinya
resiko bunuh diri pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan
serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
buuh diri.
b. Teori Sosiologi Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social), atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi
dengan stressor).
c. Teori Psikologi Sigmund Freud dan Karl Me`dnninger meyakini bahwa
bunuh diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Muka merah
2. pandangan tajam
3. otot tegang
4. nada suara tinggi
5. berdebat
6. , memukul jika tidak senang
7. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
8. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
9. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
10. Impulsif.
11. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
12. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
13. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
14. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah
dan mengasingkan diri).
15. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).
16. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau
terminal).
17. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).

D. JENIS-JENIS BUNUH DIRI

Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :


a.       Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)
Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini
disebabkan oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan
integrasi dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak
menikah lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri
dibandingkan mereka yang menikah.
b. .      Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)
Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.
c.    Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)
Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi
antara individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
E. POHON MASALAH

RESIKO MENCIDERAI DIRI SENDIRI


(KEMATIAN), LINGKUNGAN DAN
ORANG LAIN

PRILAKU KEKERASAN / AMUK RESIKO BUNUH DIRI

HALUSINASI

GANGGUAN KONSEP DIRI : GANGGUAN ISI PIKIR


HARGA DIRI RENDAH WAHAM

F.  KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian 

Pengkajian prilaku kekerasan

b.      Aspek biologis


Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka
merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama
dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan
oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
c.       Aspek emosional
Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit
hati, menyalahkan dan menuntut.
d.      Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu
pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab
kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
e.        Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali
menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga
orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan
disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
f.        Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat
menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak
berdosa.

pengkajian pasien resiko bunuh diri :


1. Riwayat masa lalu :
1. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
2. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
3. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
4. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
5. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial
6. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka

2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru


dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari
individu dengan gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri

Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
I. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
II. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
III. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan
mendorong komunikasi terbuka
IV. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang
dimengerti klien
V. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya
VI. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
VII. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
VIII. Peroleh riwayat penyakit fisik klien

2.   Diagnosa Keperawatan

1. Prilaku Kekerasan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.


2. Resiko Bunuh Diri
3. Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
4. Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)
5. Gangguan citra tubuh.
6. Kecemasaan.

3.  Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan
masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali
diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal
sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman
bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
4.               Intervensi Keperawatan

NO. DX KEP. PERENCANAAN INTERVENSI


TUJUAN KRITERIA EVALUASI
1. Perilaku - Pasien dapat Setelah dilakukan 1x20 menit 1. Beri salam / panggil
kekerasan melanjutkan interaksi diharapkan klien nama pasien.
terhadap diri hubungan menunjukkan tanda-tanda 2. Sebut nama perawat
sendiri, orang peran sambil Salaman
lain dan sesuai 2. Pasien mau membalas 3. Jelaskan maksud
lingkungan tanggung salam. hubungan Interaksi
jawab. 3. Pasien mau jabatan 4. Beri rasa nyaman dan
4. Pasien menyebutkan sikap Empatis
1.  -Pasien dapat Nama 5. Lakukan kontrak
Membina 5. Pasien tersenyum singkat tapi sering
Hubungan 6. Pasien ada kontak Mata 6. Beri kesempatan
saling percaya 7. Pasien tahu nama Perawat untuk
8. Pasien menyediakan Mengungkapkan
- Pasien dapat waktu untuk kontrak perasaannya.
mengidentifika 9. Pasiendapat 7. Bantu pasien untuk
Mengungkapkan mengungkapkan
si penyebab
perasaannya. marah atau jengkel.
marah / amuk 10. Pasien dapat menyebutkan 8. Anjurkan pasien
perasaan marah / jengkel mengungkapkan
perasaan
-Pasien dapat
saat marah /jengkel.
dukungan 9. Observasi tanda
keluarga perilaku
mengontrol kekerasan pada
pasien
marah
10. Anjurkan pasien
mengungkapkan
marah yang biasa
dilakukan
11. Bantu pasien bermain
-
peran sesuai perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan.
12. Diskusikan cara
marah yang sehat
dengan pasienPukul
bantal untuk
melampiaskan
marahTarik nafas
dalam
13. mengatakan pada
teman saat ingin
marah
14. Anjurkan pasien
sholat atau berdoa

2 Resiko Bunuh 1. -pasien tetap Setelah dilakukan 1x20 menit 1. Menemani pasien
Diri aman dan interaksi diharapkan klien terus-menerus sampai
selamat menunjukkan tanda-tanda dia dapat dipindahkan
2.
Ekspresi
-Mencegah
wajabeB berrsahabat, senang ketempat yang aman
menyakiti diri 2. Bina hubungan saling
adasendiri.
kontak mata, mau berjabat tangan,mau percaya dengan
-Meningkat menyebutkan nama, mau menggunakan prinsip
harga diri menjawab salam, mau komunikasi
klien duduk berdampingan dengan terapeutik
-Menggali perawat, mau mengutarakan 3. Menjauhkan semua
masalah masalah yang dihadapi. benda yang
dalam diri berbahaya (misalnya
klien. pisau, silet, gelas, tali
- Mengajarkana pinggang)
koping yang 4. Memeriksa apakah
sehat. pasien benar-benar
telah meminum
obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
5. Dengan lembut
menjelaskan pada
pasien bahwa saudara
akan melindungi
pasien sampai tidak
ada keinginan bunuh
diri
6. Jauhkan klien dari
benda-benda yang
dapat
membahayakan.
7. Tempatkan klien
diruangan yang
tenang dan selalu
terlihat oleh perawat.
8. Awasi klien secara
ketat setiap saa
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respons terhadap stressor yang dihadapi oleh
seseorang, di tunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun non verbal, bertujuan untuk melukai
orang lain secara fisik maupun psikologis.
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang. Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh
diri diantaranyakegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya
Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan
bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri
tersebut
.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun.Penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan.Karena itu, pastilah makalah ini belum sesuai harapan.Untuk itu, penulis berharap
agar para pembaca memberi kritik dan saran kepada penulis.Sehingga makalah kami bisa
lebih baik kedepannya.Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart G.W. and Sundeen (1995).Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 thed). St.
Louis Mosby Year Book.

Townsend. (1998). Diagnosis Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri :pedomanan Untuk


Pembuatan Rencana Keperawatan EGC, Jakarta (terjemahan).

Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa, EdisiRevisi, RefikaAditama, Jakarta

www.Academia.edu.com

Anda mungkin juga menyukai