Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan ke Hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah yang berjudul “ Asuhan
Keperawatan Pada pasien Resiko Bunuh Diri” tepat pada waktunya. dalam penyusunan
makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, Juni 2015

Penyusun

Wella Herliyanti

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.......................................................................................................................
4
1.2 Tujuan................................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Resiko Bunuh Diri...............................................................................................
5
2.2 Etiologi Resiko Bunuh Diri................................................................................................
5
2.3 Tanda dan Gejala Resiko Bunuh Diri.................................................................................
7
2.4 Rentang Respon Resiko Bunuh Diri..................................................................................
8
2.5 Pohon Masalah Resiko Bunuh Diri....................................................................................
2.6 Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada Resiko Bunuh Diri............................9
2.7 Data yang perlu dikaji pada Resiko Bunuh Diri
2.8 Diagnosa Keperawatan Resiko Bunuh Diri........................................................................6
2.9 Rencana Tindakan Keperawatan Resiko Bunuh Diri.........................................................7

BAB III PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Tindakan keperawatan ....................................................................................................

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................
4.2 Saran.................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan :
bunuh diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja,
banyak factor yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan
timbulnya keinginan untuk bunuh diri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban
yang dirasa berat.
Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang
sangat miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang
masa depan, semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki
resiko bunuh diri dua kali lebih besar daripada mereka yang menikah.Wanita yang
bercerai angka bunuh diri yang lebih rendah daripada pria yang bercerai. Wanita
memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi tetapi pria lebih berhasil dalam
melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan metode-metode yang
lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur sedangkan pria
menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 2000)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk dapat memahami dan mengerti Masalah Keperawatan Jiwa di Komunitas
dengan Klien resiko bunuh diri.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian bunuh diri.
b. Untuk mengetahui dan memahami tentang etiologi bunuh diri.
c. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala bunuh diri.

3
d. Untuk mengetahui dan memahami tentang rentang respons bunuh diri.
e. Untuk mengetahui dan memahami tentang faktor predisposisi bunuh diri.
f. Untuk mengetahui dan memahami tentang faktor presipitasi bunuh diri.
g. Untuk mengetahui dan memahami tentang mekanisme koping bunuh diri.
h. Untuk mengetahui dan memahami tentang pohon masalah bunuh diri.
i. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan bunuh diri.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang
jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart
dan Sudeen, 1995; dikutip Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress yang
tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat
dan Akemat, 2009).
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Stuart, 2007, dikutip Dez, Delicious, 2009).
Bunuh diri adalah beresiko menyakiti diri sendiri dan cedera yang mengancam jiwa
(Nanda-I, 2012).

2.2 Penyebab
1. Faktor predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri
mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif,
penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
5
b. Sifat kepribadian
Tiga tipe sifat kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya risiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perlikau bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman
kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup,
penyakit kronis, perpisahan atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial
sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terupetik, dengan terlebih
dahulu mengetahui penyebab masalah, respon seseorang dalam menghadapi
masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan
zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak
Electro Encephalo Graph (EEG).
2. Faktor presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
3. Perilaku koping
Klien dengan penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku
bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk melakukan tindakan
bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor
sosial maupun budaya. Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong
atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial dapat
menyyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk melakukan
bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu

6
menoleransi stres dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam bagian
keagamaan juag dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri.

4. Mekanisme koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanime koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternatif.

2.3 Tanda dan gejala


Menurut fitria (2009), tanda dan gejala resiko bunuh diri adalah:
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alkohol).
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronik atau terminal).
11. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14. Pekerjaan.
15. Konflik interpersonal.
16. Latar belakang keluarga.

7
17. Orientasi seksual.
18. Sumber-sumber personal.
19. Sumber-sumber sosial.
20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.4 Rentang respon


Menurut Rahman (2016)
Rentang Adaptif Respon Maladaptif

peningkatan diri beresiko destruktif destruktif diri tidak langsung pencedaraan diri bunuh diri

perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif diri seseorang.
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecendrungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang meeasa patah semangat bekerja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan
diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal,
maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
4. Pencedaraan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
8
Perilaku bunuh diri menurut Nugent dan Cooper (2015) dibagi menjadi tiga kategori
yaitu sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan menuju
bunuh diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Orang
yang hanya berniat melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati
mungkin akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yang direncanakan untuk usaha
mempengaruhi perilaku orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan baik secara langsung
atau tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang mengupayakan
bunuh diri.

2.5 Pohon masalah

resiko perilaku kekerasan


(pada diri sendiri, orang
lain, lingkungan dan
verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri

Core problem

Harga Diri Rendah Kronik


Causa

2.6 Masalah keperawatan yang mungkin muncul


1. Risiko bunuh diri
2. Bunuh diri
3. Isolasi sosial
4. Harga diri rendah kronis

9
2.7 Data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Risiko bunuh diri Subjektif :
1.Mengungkapkan keinginan bunuh diri.
2.Mengungkapkan keinginan untuk
mati.
3.Mengungkapkan rasa bersalah dan
keputusasaan.
4.Ada riwayat berulang percobaan
bunuh diri sebelumnya dari keluarga.
5.Berbicara tentang kematian,
menanyakan tentang dosis obat yang
mematikan.
6.Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal.
7.Mengungkapkan telah menjadi korban
perilaku kekerasan saat kecil.

Objektif:
1. Impulsive.
2.Menunjukkan perilaku yang
mencurigakan (biasanya menjadi
sangat patuh).
3.Ada riwayat penyakit mental (depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan
alkohol).
4.Ada riwayat penyakit fisik (penyakit
kronis atau penyakit terminal).
5.Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
10
dalam karier).
6.Status perkawinan yang tidak
harmonis.
2.8 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku
kekerasan/amuk.
b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
2.9 Rencana Tindakan
Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan
jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.
c. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.
b. Observasi tanda perilaku kekerasan.
c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
a. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
11
Tindakan:
a. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.
Tindakan :
a. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.
c. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.
d. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.
Tindakan:
a. Bantu memilih cara yang paling tepat.
b. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan
keluarga.
b. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

12
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Tindakan keperawatan
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri.
1.Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri.
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan : Melindungi pasien.
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka dapat
melakukan tindakan berikut :
1).Menemani pasien terus menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang
aman.
2).Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang).
3).Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat.
4).Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 1-Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.


Orientasi
“ Assalamualaikum A kenalkan saya adalah perawat B yang bertugas di ruang Mawar
ini saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
“Bagaiman perasaan A hari ini? “
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama ini. Dimana
dan berapa lama kita bicara? “
Kerja
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan diri? Apakah A
merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang lain? Apakah A merasa

13
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau
berharap bahwa A mati? Apakah A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang A rasakan? “ Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh
dirinya, segera dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien,
misalnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup.” Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan A.”
“Nah A, karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
“Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu muncul,
maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada perawat dirungan ini
dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan
pada perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
“Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A? “
Terminasi
“Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan ingin
bunuh diri? “
“Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
“Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
(Jangan meninggalkan pasien).

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri.


a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang mengancam atau
mencoba bunuh diri.
b. Tindakan :
1).Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
2).Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien.
3). Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri.
4). Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

14
SP 2 –keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang mencoba
bunuh diri.
Orientasi
“Assalamualaikum Bapak/Ibu, kenalkan saya B yang merawat putra bapak dan ibu
dirumah sakit ini.”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap selamat
dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau disini saja kita berbincang-
bincangnya Pak/Bu? “Sambil kita awasi terus A.
Kerja
“Bapak/Ibu, A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan sahabat
karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang A selalu ingin mengakhiri
hidupnya. Karena kondisi A yang dapat mengakhiri kehidupannya sewaktu-waktu, kita
semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu dapat ikut mengawasi ya…
pokoknya kalau dalam kondisi serius seperti ini A tidak boleh ditinggal sendirian
sedikitpun”
“Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat digunakan
A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang. Semua barang-
barang tersebut tidak boleh ada disekitar A.” “ Selain itu, jika bicara dengan A fokus
pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif.
“Selain itu sebaiknya A punya kegiatan positif seperti melakukan hobinya bermain sepak
bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri.”

Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
“Coba bapak dan ibu sebutkan lagi cara tersebut “Baik, mari sama-sama kita temani A,
sampai keinginan bunuh dirinya hilang.

Isyarat bunuh diri dengan diagnosa harga diri rendah


1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri.
a. Tujuan :
1). Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

15
2). Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.
3). Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
4). Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
b. Tindakan keperawatan :
1). Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2). Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara :
a). Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasannya.
b). Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c). Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
d). Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.
e). Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
3). Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a). Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
b). Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
c). Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

SP 2-Pasien : percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri.


Orientasi
“Assalamualaikum B !, masih ingat dengan saya kan? Bagaiman perasaan B hari ini?
O… jadi B merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah B ada perasaan ingin
bunuh diri? Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana
cara mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? “ Disini saja yah !
Kerja
“ Baiklah, tampaknya B membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup.” Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar B ini untuk
memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan B.”
“Nah B, karena B tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mngakhiri
hidup B, maka saya tidak akan membiarkan B sendiri.”
“ Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
16
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan B jangan pernah
sendirian ya…”
Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa
yang telah kita bicarakan tadi? Bagus B. Bagaimana masih ada dorongan untuk
bunuh diri? Kalau masih ada perasaan /dorongan bunuh diri, tolong panggil segera
saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan bunuh diri setengah
jam lagi dan disini saja.

SP 3-Pasien : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri.
Orientasi
“Assalamualaikum B ! Bagaimana perasaan B saat ini? Masih adakah dorongan
mengakhiri kehidupan? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu sekarang kita akan
membahas tentang rasa syukur atas pemberian tuhan yang masih B miliki. Mau
berapa lama? Dimana? “
Kerja
Apa saja dalam hidup B yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau B meninggal. Coba B ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan B.
Keadaan yang bagaimana yang membuat B merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan
B masih ada yang baik yang patut B syukuri. Coba B sebutkan kegiatan apa yang
masih dapat B lakukan selama ini.” Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan
tersebut, mari kita latih.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang B patut syukuri dalam hidup B? ingat dan ucapkan hal-hal yang baik
dalam kehidupan B jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan (affirmasi). Bagus B.
Coba B ingat-ingat lagi hal-hal yang masih B miliki dan perlu disyukuri ! Nanti jam
12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Termpatnya dimana?
Baiklah. Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi
saya ya !”

SP 4-Pasien : Berikut ini percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam


menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri.

17
Orientasi
“Assalamualaikum, B. Bagaimana perasaannya? Masihkah ada keinginan bunuh diri?
Apalagi hal-hal positif yang disyukuri? Bagus ! Sekarang kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul. Mau berapa lama ?
Disini saja yah ?”
Kerja
“Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi
kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan ! Menurut B cara yang mana ? Ya, saya setuju.
B bisa dicoba ! “ Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
Terminasi
Bagaimana perasaan B, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi masalah
yang B akan gunakan ? Coba dalam satu hari ini, B menyelesaikan masalah dengan
cara yang dipilih B tadi. Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi disini untuk
membahas pengalaman B menggunakan cara yang dipilih.”

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri.


a. Tujuan : Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan :
1). Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
a). Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
b). Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien
berisiko bunuh diri.
2). Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
a). Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b). Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain :
(1). Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri dikamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah.

18
(2). Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti : tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(3). Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila
tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan
pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c). Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
3). Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a). Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
b). Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis.
4). Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien.
a). Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
b). Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c). Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip
lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunakannya, benar waktu penggunaannya.

SP 2-Keluarga : Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawaat


anggota keluarga berisiko bunuh diri (isyarat bunuh diri).
Orientasi
“Assalamualaikum Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan Bapak/Ibu?”
“ Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.

19
“Dimana kita akan diskusi. Bagaimana kalau diruang wawancara?” Berapa lama
Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Kerja
“Apa yang Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan
gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan
tanda melalui percakapan misalnya “ Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik
tanpa saya. Apakah B pernah mengatakannya?”
“Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak/Ibu
mendengarkan tentang ungkapan perasaan dari B secara serius. Pengawasan terhadap
B ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci
diri dikamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat
yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan
bahwa Bapak/Ibu sayang pada B. Katakan juga kebaikan-kebaikan B !”
“Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji B dengan tulus”
“ Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali
kerumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar B terus berobat untuk mengatasi keinginan
bunuh diri.
Terminasi
“ Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali
cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
“Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya ! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh
diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan datang
tentang cara-cara meningkatkan harga diri B dan penyelesaian masalah”

SP 3-Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri/isyarat bunuh
diri.
Orientasi
“Assalamualaikum pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan
minggu lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
20
“ Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke B ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”
Kerja
“Sekarang anggap saya B yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu
praktekkan cara bicara yang benar bila B sedang dalam keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya “
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada B”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat B”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada B?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien).
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat B dirumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak
dan ibu membesuk B “
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat B sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi ditempat ini ya pak, bu”

SP 4-Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga dengan pasien risiko


bunuh diri.
Orientasi
“Assalamualaikum pak, bu, hari ini B sudah boleh pulang, maka sebaiknya kita
membicarakan jadwal B selama dirumah “Berapa lama kita bisa diskusi?, Baik mari kita
diskusikan.”
Kerja
“Pak, bu, ini jadwal B selama dirumah sakit, coba perhatikan, dapatkah dilakukan
dirumah?” Tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh B
selama dirumah. Kalau misalnya B terus menerus mengatakan ingin bunuh diri, tampak
gelisah dan tidak terkendali serta tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum

21
obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu
segera hubungi suster H dipuskesmas Ingin jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu
dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya : (0651) 853xxx. Selanjutnya suster H yang
akan membantu memantau perkembangan B.
Terminasi
“Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum kelas?” Ini jadwal kegiatan harian B untuk
dibawa ulang. Ini surat rujukan untuk perawat K dipuskesmas Indrapuri. Jangan lupa
kontrol ke pusksmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silahkan
selesaikan administrasinya.”

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Penyebab dari resiko
bunuh diri terdiri dari Faktor predisposi, faktor presipitasi, mekanisme koping.
4.2 Saran
Untuk para mahasiswa Ilmu keperawatan dan juga seorang perawat mengerti akan setiap
penyebab dan tanda gejala dari resiko bunuh diri sehingga nantinya dapat memberikan
22
asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri ditangani dengan baik sehingga
dapat mengurangi masalah resiko bunuh diri di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC
Kusumawati, farida. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba medika

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).
St.Louis Mosby Year Book
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP)untuk 7 Diagnosis

23
Keperawatan Jiwa Berat BAGI Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Damaiyanti, Mukhripah., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatawan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama.

24

Anda mungkin juga menyukai