Anda di halaman 1dari 29

lOMoARcPSD|27286969

lOMoARcPSD|27286969

“ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO BUNUH


DIRI”

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

2023
lOMoARcPSD|27286969
lOMoARcPSD|27286969

DAFTAR ISI

KATA PENGANTA

.....................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 4

2.1 Konsep Medis...............................................................................................4

2.2 Konsep Keperawatan....................................................................................7

2.3 Jurnal Pendukung Terapi............................................................................21

BAB III PENUTUP...................................................................................................24

3.1 Simpulan.....................................................................................................24

3.2 Saran...........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 25
lOMoARcPSD|27286969

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Istilah yang terakhir ini menjadi topik besar dalam
psikatrikontemporer, karena jumlah yang terlibat dan riset yang mereka buat. Bunuh diri
merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam keadaan stres yang tinggi
dan menggunakan koping yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat
ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa rencana yang spesifik untuk bunuh diri.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari, di Inggris ada
lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun, di Amerika Serikat dilaporkan 25.000
tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio
kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Yollanda,dkk, 2015)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 dalam (Yollanda,dkk,
2015) mengungkapkan bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap
15-34 tahun, selain karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering
melakukan bunuh diri daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat
yang lebih efektif untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau
lompat dari gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat
psikoaktif overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan
pistol.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Konsep Medis Resiko Bunuh Diri ?

4
lOMoARcPSD|27286969

2. Bagaimanakah Konsep Keperawatan Resiko Bunuh Diri?


3. Apakah jurnal yang mendukung terapi terhadap Resiko Bunuh Diri?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui Konsep Medis Resiko Bunuh Diri
2. Mahasiswa mengetahui Konsep Keperawatan Resiko Bunuh Diri
3. Mahasiswa mengetahui jurnal pendukung terapi terhadap Resiko Bunuh Diri
lOMoARcPSD|27286969

BAB II

PEMBAHASA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Definisi Bunuh Diri

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya
sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan akibatnya
yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan
masalah yang dihadapi. Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk
menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Damaiyanti & Iskandar,
2014)

Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan
perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress
yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat
lOMoARcPSD|27286969

merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan


(Stuart,2006) dalam (Yollanda,dkk,2015).

Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan
mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk membunuh diri sendiri. Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri
merupakan tindakan yang sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri
hidupnya dengan berbagai cara. Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau
sedang depresi dapat pula beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang
menyebabkan seseorang bunuh diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan
faktor internal seperti gangguan psikologi dalam dirinya. Perilaku bunuh diri terbagi
menjadi tiga kategori yaitu :

1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar
kita lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya. Sementara itu,
mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri, meliputi:
a. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang
untuk bunuh diri.
b. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
c. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor
dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

2.1.2 Etiologi Resiko Bunuh Diri


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri ada dua
faktor, yaitu factor predisposisi (factor risiko) dan factor presipitasi (factor pencetus).

6
lOMoARcPSD|27286969

1. Faktor predisposisi yang menunjang perilaku resiko bunuh diri meliputi:


a. Diagnosis psikiatri, Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan
skizofrenia.
b. Sifat kepribadian, Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
peningkatan resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan
depresi.
c. Lingkungan psikososial Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau
perceraian,kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d. Biologis, Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan
biologis yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya
bahwa ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin
diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain
mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana
orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan
kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada
faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan
perilaku bunuh diri
e. Psikologis, mengidentifikasi tiga bentuk penjelasan psikologis mengenai
bunuh diri. Penjelasan yang pertama didasarkan pada Freud yang
menyatakan bahwa “suicide is murder turned around 180 degrees”, dimana
dia mengaitkan antara bunuh diri dengan kehilangan seseorang atau objek
yang diinginkan. Secara psikologis, individu yang beresiko melakukan
bunuh diri mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia
merasa marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk
menghukum atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun
individu mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan
marah dan harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena
itu, perilaku destruktif diri terjadi.
f. Sosiokultural, Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang
memandang perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu
lOMoARcPSD|27286969

dengan masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan


teratur atau tidak dengan masyarakatnya
2. Faktor presipitasi
menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang memalukan,
seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui seseorang yang
mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri,
juga membuat individu semakin rentan untuk melakukan perilaku bunuh diri.
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah perasaan
terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan
yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres,
perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri sendiri,
serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.
3. Respon terhadap stres
a. Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses
kognitifnya, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi,
pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.
b. Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata
akibat adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.
c. Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi
dua, yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal
tubuh terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks kaki
akan diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi
menyeluruh terhadap stresor yang ada.
d. Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
e. Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat

8
lOMoARcPSD|27286969

lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif
dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
2.1.3 Tanda dan Gejala Resiko Bunuh Diri

Menurut Fitria, Nita (2009) dalam (Damaiyanti & Iskandar, 2014) tanda dan
gejala resiko bunuh diri yaitu :

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.


2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4. Implusif
5. Menunjukan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian dan dosisi obat yang
mematikan)
8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah, dan
mengasingkan diri)
9. Kesehatan mental terganggu
10. Orientasi seksual

2.1.4 Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri


1. Melindungi, Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di
tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani
klien terus-menerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman dan
jauhkan klien dari semua benda yang berbahaya.
2. Meningkatkan harga diri, Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang
rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian
pada hal yang positif.
3. Menguatkan koping yang konstruktif/sehat, Perawat perlu mengkaji koping yang
sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif.
Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping baru.

9
lOMoARcPSD|27286969

4. Menggali perasaan, Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama


mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.
5. Menggerakkan dukungan social, Untuk itu perawat mempunyai peran
menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga
pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien.
6. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
7. Meningkatkan harga diri klien, dengan cara: Memberi kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya, berikan pujian bila klien dapat mengatakan
perasaan yang positif, meyakinkan klien bahwa dirinya penting, membicarakan
tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien, merencanakan aktifitas
yang dapat klien lakukan
8. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya, mendiskusikan
dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah,
mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

2.2 Konsep Keperawatan.

A. Pengkajian
1. Keluhan utama
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
3. Konsep diri
4. Alam perasaan

( ) sedih ( ) putus asa

( ) kekuatan ( ) gembira berlebihan

(Klien umumnya merasakan kesedihan dan keputusan yang sangat


mendalam )
5. Interaksi selama wawancara
( ) bermusuhan ( ) tidak koperatif
( ) defensif ( ) kontak mata kurang

10
lOMoARcPSD|27286969

( ) mudah tersinggung ( ) curiga


(klien biasanya menunjukan kontak mata yang kurang )

6. Afek
( ) datar ( ) labil
( ) tumpul ( ) tidak sesuai
7. Mekanisme koping maladatif
( ) minum alcohol ( ) bekerja belebihan
( ) reaksi lambat ( ) mencederai diri
( ) menghindari ( ) lainnya
(klien biasanya meyelesaikan masalahnya dengan cara menghindar dan
mencederai diri)
8. Masalah prikososial dan lingkungan
( ) Masalah dengan dukungan keluarga
( ) masalah dengan perumahan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Gangguan interaksi social
C. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri,


orang lain, lingkungan, dan verbal)
Effect

Resiko Bunuh Diri

Core Problem

Resiko Bunuh Diri

Core Problem
11
lOMoARcPSD|27286969
lOMoARcPSD|27286969

D. Intervensi

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL SIKI TUJUAN


1. Resiko Bunuh Diri (D.0135) Kontrol Diri Pencegahan Bunuh 1. Untuk menegtahui
Kategori : Lingkungan (L.09076) Diri (I.14538) gejala dan resiko
Subkategori : Keamanan dan Proteksi Observasi : bunuh diri demi
Definisi : 1. Identifikasi gejala meminimalisir resiko
Beresiko melakukan upaya menyakiti resiko bunuh diri bunuh diri
diri sendiri untuk mengakhiri (mis. Gangguan 2. Untuk mengetahui
kehidupan. mood, halusinasi, rencana dan pikiran
Faktor Resiko : delusi, panic, bunuh diri pasien
1. Gangguan perilaku (mis. Euforia penyalahgunaan zat, 3. Untuk memonitor
mendadak setelah depresi, perilaku kesedihan, gangguan lingkungan bebas
mencari senjata berbahaya, membeli kepribadian) bahaya dari pasien
obat dalam jumlah banyak, membuat 2. Identifikasi 4. Untuk mengetahui
surat warisan) keinginan dan pikiran adanya perubahan
2. Demografi (mis. Lansia, status rencana bunuh diri mood dan perilaku
perceraian, janda/duda, ekonomi 3. Monitor pasien
rendah, pengangguran) lingkungan bebas 5. Untuk merencakan
3. Gangguan fisik (mis. Nyeri kronis, bahaya secara rutin perawatan mandiri
penyaklit terminal) (mis. Barang pribadi, 6. Untuk melibatkan

13
lOMoARcPSD|27286969

4. Masalah social (mis. Berduka, pisau cukur, jendela) keluarga dalam


tidak berdaya, putus asa, kesepian, 4. Monitor adanya perencanaan
kehilangan hubungan yang penting, perubahan mood atau perawatan
isolasi social) perilaku 7. Untuk dapat
5. Gangguan psikologis Terapeutik : melakukan
(mis.penganiayaan masa kanak-kanak, 1. Libatkan dalam pendekatan langsung
riwayat bunuh diri sebelumnya, remaja perencanaan dengan pasien
homoseksual, gangguan psikiatri, perawatan mandiri 8. Untuk
penyakit psikiatri, penyalahguanaan 2. Libatkan keluarga memaksimalkan
zat) dalam perencaanaan pengamana ketat dan
perawatan mudah di pantau
3. Lakukan 9. Untuk
pendekatan langsung mengefektifkan
dan tidak pengawasan pasien
menghakimi saat 10. Untuk
membahas bunuh diri memberikan
4. berikan perlindungan pasien
lingkungan dengan 11. Untuk
pengamanan ketat menghindari diskusi
dan mudah di pantau berulang

14
lOMoARcPSD|27286969

(mis. Tempat tidur 12. Untuk


dekat dengan ruang mendiskusikan
perawat) rencana
5. Tingkatkan mendiskusikan ide
pengawasan pada bunuh diri
kondisi tertentu (mis. 13. Untuk
Rapat staff, memastikan obat
penggantian shift) dikonsumsi oleh
6. Lakukan intervensi pasien
perlindungan (mis. 14. Untuk
Pembatasan area, mendiskusikan
Pengekangan fisik) perasaan yang di
7. Hindari diskusi alami secara terbuka
berulang tentang 15. Untuk
bunuh diri menggunakan
sebelumnya, diskusi sumber pendukung
berorientasi pada 16. Untuk
masa sekarang dan mengetahui tindakan
masa depan. pencegahan bunuh
8. Diskusikan diri kepada keluarga

15
lOMoARcPSD|27286969

rencana menghadapi 17. Untuk


ide bunuh diri di menginformasikan
masa depan (mis. ssumber daya
Orang yang masyarakat dan
dihubungi kemana program
mencari bantuan) 18. Untuk melatih
9. Pastikan obat di pencegahan bunuh
telan diri
Edukasi : 19. Untuk
1. Anjurkan mengkolanorasikan
mendiskusikan pengguanan obat
perasaan yang di yang di anjurkan
alami kepada orang 20. Untuk
lain mengkolaborasikan
2. Anjurkan tindakakan
menggunakan keselamatan pada
sumber pendukung PPA
misalnya pelayanan 21. Untuk merujuk
spiritual, penyediaan ke pelayanan
layanan) kesehatn mental

16
lOMoARcPSD|27286969

3. Jelaskan tindakan
pencegahan bunuh
diri kepada
keluarga atau orang
terdekat
4. Informasikan
sumber daya
masyarakat dan
program yang
tersedia
5. Latihan
pencegahan resiko
bunuh diri misalnya
latihan asertif,
relaksasi obat
progresif)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat anti
ansietas, atau anti
psikotik seuaikan

17
lOMoARcPSD|27286969

indikasi
2. Kolaborasi
tindakan keselamatan
keoada PPA
3. Rujuk ke
pelayanan kesehatan
mental, jika perlu
2. Resiko Perilaku Kekerasan (D.0146) Harga Diri (L. Pencegahan 22. Untuk memonitor
Kategori : Lingkungan 09069) Perilaku Kekerasan adanya benda yang
Subkategori : Keamanan dan (I. 14544) membahayakan
Proteksi Observasi : 23. Untuk
Definisi : 1. Monitor adanya mengontrol
Beresiko mebahayakan secara fisik, benda yang keamanan barang
emosi, dan/ atau seksual pada diri berpotensi yang di bawa
sendiri atau orang lain membahayakan pengunjung
Faktor Resiko : (misalnya benda 24. Untuk
1. Pemikiran waham/delusi tajam, tali) mengetahui
2. Curiga pada orang lain 2. Monitor keamanan pengguanaan barang
3. Halusinasi barang yang di bawa yang membahayakan
4. Berencana bunuh diri oleh pengunjung 25. Untuk
5. Disfungsi system keluarga 3. Monitor selama mempertahankan

18
lOMoARcPSD|27286969

6. Kerusakan kognitif pengguanaan bareang lingkungan bebas


7. Disorientasi/konklusi yang dapat bahaya
8. Kerusakan control implus membahayakan 26. Untuk melibatkan
9. Persepsi pada lingkungan tidak misalnya pisau keluarga dalam
akurat cukur) perawatan
10. Alarm perasaan depresi Terapeutik : 27.Agar pengunjuung
11. Riwayat kekerasan pada hewan 1. Pertahankan dapat mendukung
12. Kelainan Neurologis lingkungan bebas keselamatan pasien
13. Lingkungan tidak teratur dari bahaya secara 28. Untuk melatih
14. Penganiyayaan atau pengabaian rutin mengungkapakan
anak 2. Libatkan keluarga perasaan
15. Riwayat atau ancaman dalam perawatan 29. Agar kemarahan
kekerasan terhadap diri sendiri attau Edukasi : dan emosional pasien
orang lain/distruksi property orang 1. Anjurkan dapat berkurang
lain pengunjung dan
16. Implusif keluarga untuk
17. Ilusi mendukung
keselamatan pasien
2. Latihan
mengungkapkan

19
lOMoARcPSD|27286969

perasaan secara
asertif
3. Latihan
mengurangi
kemarahan secara
verbal dan nonverbal
(mis. Relaksasi,
bercerita)

3. Gangguan Interaksi Sosial Interaksi Sosial Modifikasi perilaku 30. Untuk


(D.0118) Kategori : Relasional (L.13115) keterampilan social mengetahui
Subkategori : Interaksi Sosial (I.13484) kurangnya
Definisi : Kuantitas dan/atau kualitas Observasi : keterampilan social
hubungan social yang kurang atau lebih 1. Identifikasi 31. Untuk
Penyebab : penyebab kurangnya mengidentifikasi
1. Defisiensi bicara keterampilan social focus keterampilan
2. Hambatan perkembangan/maturasi 2. Identifikasi focus social
3. Ketiadaaan orang terdekat pelatihan 32. Untuk melatih
4. Perubahan neurologis (mis. keterampilan social keterampilan social
Kelahiran, premature, distress fetal, Terapeutik : 33. Untuk

20
lOMoARcPSD|27286969

persalinan cepat atau persalinan 1. Motivasi untuk memberikan umpan


lambat) berlatih keterampilan balik positif pada
5. Disfungsi system keluarga social pasien
6. Ketidakteraturan atau kekacauan 2. Beri umpan balik 34. Untuk
lingk8ungan positif (mis. Pujian melibatkan keluarga
7. Penganiyaan atau pengabaian anak atau penghargaan) selama latihan
8. Hubungan orang tua, anak tidak terhadap kemampuan keterampilan
memuaskan social 35. Untuk
9. Model peran negative 3. Libatkan keluarga mengetahui tujuan
10. Implusif selam latihan melatih keterampilan
11. Perilaku menantang keterampilan social, social
12. Perilaku agresif jika perlu 36. Untuk
13. Keengganan berpisah dengan orang Edukasi : mengetahui respond
terdekat 1. Jelaskan tujuan an konsekuensi
Gejala dan tanda mayor melatih keterampilan keterampilan social
: DS : social 37. Untuk
1. Merasa tidak nyaman dengan situasi 2. Jelaskan respond mengungkapkan
social an konsekuensi perasaan secara
2. Merasa sulit menerima atau keterampilan social terbuka
mengkomunikasikan perasaan 3. Anjurkan 38. Untuk
menganjurkan

21
lOMoARcPSD|27286969

DO : mengungkapkan evaluasi pencapaian


1. Kurang responsive atau tertari pada perasaan akibat interaksi
orang lain masalah yang di 39. Agar keluarga
2. Tidak berminat melakukan alami mengetahui
kontak emosi atau fisik 4. Anjurkan dukungan
Gejala dan tanda minor : mengevaluasi keterampilan social
DS : pencapaian setiap 40. Untuk melatih
1. Sulit mengungkapkan kasih sayang interaksi keterampilan social
DO : 5. Edukasi keluarga secara bertahap
1. Gejala cemas berat untuk dukungan
2. Kontak mata kurang keterampilan social
3. Ekspresi wajah tidak responsive 6. Latih keterampilan
4. Tidak kooperatif dalam bermain social secara
dan berteman dengan sebaya bertahap
5. Perilaku tidak sesuai usia

22
lOMoARcPSD|27286969

E. Strategi Pelaksanaan
Klien Keluarga
NO
SPIP SPIK

1. Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan masalah yang di


1. dapat membahayakan klien rasakan keluarga dalam merawat
2. Mengamankan benda-benda yang klien.
membahayakan klien Menjelaksna pengertian, tanda dan
3. Melakukan kontrak treatment gejala resiko bunuh diri, dan jenis
4. Mengajarkan cara-cara perilaku bunuh diri yang di alami
mengendalikan dorongan bunuh diri klien beserta proses terjadinya.
5. Melatih cara mengendalikan Menjelaskan cara-cara merawat klien
dorongan bunuh diri resiko bunuh diri
SPIIP SPIIK
1. Mengidentifikasi aspek positif klien. Melatih keluarga mempraktikan cara
2. Mendorong klien untuk berfikir merawati klien dengan resiko bunuh
positif diri.
3. Mendorong klien untuk menghargai Melatih keluarga mempraktikan cara
diri sebagai individu yang berharga merawat langsung kepada klien resiko
bunuh diri.
SPIIIP SPIIIK
1. Mengidentifikasi pola koping yang Membantu keluarga membuat jadwal
biasa diterapkan klien aktivitas dirumah termasuk minum
2. Menilai pola koping yang biasa obat (discharge planning).
dilakukan. Menjelaskan follow up klien setelah
3. Mengidentifikasi pola koping yang pulang
konstruktif
4. Mendorong klien memilih pola
koping yang konstruktif
5. Menganjurkan klien menerapkan
pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian
SPIVP
1. Membuat rencana masa depan yang

23
lOMoARcPSD|27286969

realistis bersama klien


2. Mengidentifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Member dorongan klien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
4. Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
lOMoARcPSD|27286969

28
lOMoARcPSD|27286969

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan


dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu
akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah
tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.
Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin
merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Risiko bunuh diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk
menyakitidiri sendiri, mencederai diri, serta mengancam jiwa. (Damaiyanti &
Iskandar, 2014)

3.2 Saran

Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui


bagaimana cara mengenali dan merawat orang-orang dengan resiko bunuh diri
dengan baik. Karena dengan adanya manajemen yang baik, maka kejadian
bunuh diri dapat ditekan dan hidup masyarakat akan menjadi lebih baik pula

29
lOMoARcPSD|27286969

DAFTAR PUSTAKA

Yollanda, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan dengan Klien Resiko Bunuh Diri. Jember:
Universitas Jember.

Damaiyanti & Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

30

Anda mungkin juga menyukai