Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang
dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyeleseikan ASKEP ini yang berjudul “Askep Pada
Gangguan Jiwa dengan kasus Resiko Bunuh Diri” yang merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah tepat pada waktunya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………….…...…………………………..i
DAFTARISI……………………………………………………………………….……………………ii
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan .................................................................................................................................18
Saran ...........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Angka bunuh diri pada remaja meningkat mencapai angka yang mengkhawatirkan :
bunuh diri saat ini merupakan penyebab kematian yang kedua dikalangan remaja, banyak factor
yang menyertai dan banyaknya beban yang dihadapi menyebabkan timbulnya keinginan untuk
bunuh diri dengan tujuan melarikan diri dari segala beban yang dirasa berat.
Insiden bunuh diri lebih tinggi pada kelompok orang yang sangat kaya atau yang sangat
miskin dari pada kelas menengah. Semakin besar tingkat keputusasaan tentang masa depan,
semakin besar resiko bunuh diri. Individu yang masih sendiri memiliki resiko bunuh diri dua kali
lebih besar daripada mereka yang menikah.Wanita yang bercerai angka bunuh diri yang lebih
rendah daripada pria yang bercerai. Wanita memiliki angka upaya bunuh diri yang lebih tinggi
tetapi pria lebih berhasil dalam melaksanakan tindakan bunuh diri karena mereka menggunakan
metode-metode yang lebih letal (mematikan). Wanita cenderung menggunakan pil tidur
sedangkan pria menggantung diri mereka atau melompat dari tempat yang tinggi (Roy, 200)
dalam.
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk mengakhiri
kehidupannya (Stuart dan Laraia, 1998). Alasan individu mengakhiri kehidupan adalah:
1) kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress,
2) perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal
melakukan hubungan yang berarti,
3) perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri,
4) cara untuk mengakhiri keputusasaan,
5) tangisan minta tolong. Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa kecendrungan
bunuh diri adalah karena keturunan (Keliat, 1993).
Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit individu yang
mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan Laraia, 1998). Dan lebih dari 90%
orang dewasa dengan gangguan jiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri (Stuart dan Sundeen,
1995).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota rumah tangga
mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8 per 100.000
penduduk (Panggabean, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa (1996) bahwa
percobaan bunuh diri di Unit Gawat Darurat RS Sanglah Bali pada individu gangguan jiwa
terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan untuk usaha bunuh diri adalah
zat pembasmi serangga.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang ada sebagai berikut ;
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun :
Mampu menerapkanasuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri.
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Mengetahui dan memahami tentang bunuh diri
2. Mengetahui penyebab terjadinya bunuh diri
3. Mengetahui faktor yang dapat menyebabkan bunuh diri
4. Mengerti tentang tanda dan gejaa pada klien bunuh diri
5. Memahami susunan penatalaksanaan pada kasus tersebut
6. Dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien gangguan bunuh diri
BAB II
PEMBAHASAN TEORI
2.1 Pengertian
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar
berhasrat dan berupa melaksanakan hasrat untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi
isyaratisyarat,percobaan atau ancaman verbal, yang mengakibatkan kematian, luka atau
menyakiti diri sendiri.
Sedangkan Taylor dalam Fundamental of Nursing ( 1997:790) mengutip dari ANA (1990),
menyatakan :
Bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam
melakukan bunuh diri sangat berarti. Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk
pasien sesuai dengan tujuan pasien. Pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan
untuk mengakhiri kehidupan sendiri. Bunuh diri yang dibantu (euthanasia pasif ) dibedakan
dengan euthanasia aktif. Bunuh diri yang dibantu adalah seseorang membantu mengakhiri
hidupnya tetapi tidak secara la ngsung menjadi pelaku dalam kematiannya.
Kemudian Stuart Sundeen dalam Priciple Psychiatric Nursing (1995:866) memberi definisi
sebagai berikut :
Bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri,suicide attempt (upaya bunuh) diri adalah
dengan sengaja melakukan kegiatan tersebut. Bila kegiatan tersebut sampai tuntas akan
menyebabkan kematian. Suicide gesture (isyarat bunuh diri) adalah bunuh diri yang
direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku oranglain. Suicide threat (ancaman bunuh
diri) adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung,verbal atau non verbal
bahwa seseorang sedang mengupaya bunuh diri.
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan akibatnya yang
dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat (Maramis 1998:431). Suicide adalah
ilmu yang mempelajari latar belakang,jenis,teknik bunuh diri dari upaya pencegahannya secara
ilmiah dan manusiawi. Menurut kriminolog/antropolog dari FISIP UI,Ronny
Nitibaskara,penyebab cara mengakhiri hidup itu dapat diklasifikasikan menjadi empat dasar yang
dikombinasikan menjadi NASH (Natu ral Accident Suicide and Homicide). Homicide atau
pembunuhan,termasuk dalam disiplin ilmu Kriminologi.
Kesimpulan dari pengertian diatas bahwa bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dengan mengemukakan rentang harapan-harapan putus asa, sehingga menimbukan
tindakan yang mengarah pada kematian.
Self enhancement Growth promoting Indirect self- Self injury. Suicide risk taking
destruktive behaviour . Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang
penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya :
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan
individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya setempat. Respon maladaptif antara lain :
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain :
1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai
hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko
untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.
3. Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri
pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.. Disamping
itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko
buuh diri.
5. Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah :
1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal
melakukan hubungan yang berarti.
2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.
3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu terdapat pula beberapa motif terjadinya bunuh diri, Motif bunuh diri ada banyak
macamnya. Disini penyusun menggolongkan dalam kategori sebab, misalkan :
a. Dilanda keputusasaan dan depresi
b. Cobaan hidup dan tekanan lingkungan.
c. Gangguan kejiwaan / tidak waras (gila).
d. Himpitan Ekonomi atau Kemiskinan (Harta / Iman / Ilmu)
e. Penderitaan karena penyakit yang berkepanjangan.
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku
sebagai berikut :
a. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri
b. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
c. Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
d. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
e. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
f. Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alkohol
g. Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
h. Menunjukkan impulsivitas dan agressif
i. Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan
secara bersamaan
j. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri missal pistol, obat, racun.
k. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif denganpengobatan
l. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial.
Soal zat kimia dalam otak ,apa yang paling bertanggung jawab terhadap gangguan jiwa adalah
serotinin,adrenalin,dopamin. Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk dalam
neurotransmiter(gelombang atau gerakan dalam otak).
Menurut Rohana Man,kajian bunuh diri disebabkan oleh perasaan pelajar terpinggir dan tersaing
menurut penelitian oleh 33 konselor dari seremban , kuala lumpur dan selangor. Secara kualitatif
mendapati pelajar bermasalah yang cenderung membunuh diri terdiri darpada mereka yang
mempunyai tingkah laku terpinggir. Menurutnya tingkah laku itu menyebabkan pelajar merasa
terasing karena tidak mempunyai kumpulan sendiri di sekolah. Ia merasa dirinya tidak diterima
disekolah dan tidak mempunyai teman. Tambahkan, tingkah laku pelajarterpinggir akan menjadi
lebih buruk apabila berasa diri mereka juga tidak dipedulikan oleh keluarga.
• Faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
Rasa tidak aman merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri,tidak adanya rasa
aman untuk menjalankan usaha bagi warga serta ancaman terhadap tempat tinggal mereka
berpotensi kuat memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap bunuh diri.
• Faktor religiusitas
Menurut Drs.H.Dahli Khairi menurut ia, bunuh diri sebagai gejala tipisnya iman atau kurangnya
memahami ilmu agama. Dalam ajaran islam,bunuh diri termasuk perbuatan haram dan dianggap
mendahului ketentuan Tuhan. Azab perbuatan ini menyeramkan sekali. Meski beban hidup
teramat berat, janganlah seseorang sampai melakukan jalan pintas. Sebab semua itu termasuk
ketentuan Tuhan. Memperkuat keimanan dan pedalaman masalah keagamaan, salah satu jalan
keluarnya. Beberapa penulis atheis yang digolongkan materialis di eropa seperti Nietzsche
Schopenhauer, Machiavelli dan Karl Marx, dalam tulisannya pun lebih banyak melihat sisi buruk
kehidupan itu. Mereka menyikapi hidup ini terasa pesimis dan tidak melihatnya dari konsep yang
jernih dan segar sebagaimana dinyatakan agama. Nietzsche dalam sepucuk surat kepada saudara
perempuan menulis “setiap waktu berlalu,bagi kehidupan ini terasa semakin mahal. Sejak
beberapa tahun belakangan ini , aku menderita penyakit yang membuat betul-betul sesak
nafas,kedinginan dan begitu menyakitkan. Tapi belum pernah mengalami kecemasan dan
hilangannya harapan seperti yang kualami saat ini”. Hampir serupa,Schopenshauer menulis : “
Pada dasarnya prinsip kehidupan ini adalah siksaan dan penderitaan. Sedangkan kelezatan adalah
hilangnya penderitaan,bukan sesuatu yang positif, melainkan sesuatu yang negatif”. Demikian
juga Karl Marx yang dijuluki Nabi kaum proletar itu dalam bukunya Das kapital mengatakan :
“Agama-agama tua seperti kristen misalnya,mengajarkan supaya kita menerima dengan pasif
nasib kita dalam kehidupan,memuji penyerahan,kelembutan,dan kerendahan hati. Karena itu
bekerja seperti candu bagi rakyat. Seseorang nekad bunuh diri karena depresi, depresi timbul
karena stress diakibatkan oleh rasa frustasi atau disstres ketika kebutuhan hidup yang muncul
bersamaan dan bentrok serta menjadi konflik. Indikator yang paling kuat untuk orang yang ingin
bunuh diri,adalah depresi. Umumnya kondisi itu di barengi dengan sikap menarik diri dari
lingkungan,mood mulai menurun,tidak ada gairah dan kekuatan lagi . faktor genetik
kemungkinan juga ikut berpengaruh pada tindakan bunuh diri.
Sikap orangtua
Orangtua bersikap empati dan peduli terhadap masalah yang dihadapi anak. Ironisnya anak-anak
jarang sekali merasakan orangtau sebagai teman.
d. Impulsif.
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
o. Konflik interpersonal.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber social.
2.6 Psikopatologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri
adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana
spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4
kategori : a. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri,
misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau” segala
sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan
seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai
dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana
tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan
percobaan bunuh diri.
Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah
pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara
gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat
suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya.
c. Bunuh Diri
Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang
melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika
tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.
Mal adaptif : Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan
support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau
melakukan aktifitas.
2.9 Penatalaksanaan
Adapun tindakan keperawatan sebagai berikut:
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta
bantuan dari keluarga atau teman.
2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.
- Adapun tindakan medis sebagai berikut:
a) Dengan pemberian obat anti depresan
b) Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas atau tertekan
- Terapi lingkungan
Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain, alat – alat medis, obat – obatan dan jenis cairan
medis dilemari dalam keadaan terkunci, ruangan harus ditempatkan dilantai satu dan
keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan, tata ruangan menarik dengan
cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien, warna
dinding cerah, adanya bacaan ringan, lucu dan memotifasi hidup, hadirkan musik ceria,
telivisi dan film komedi, adanya lemari khusus untuk menyimpan barang – barang pasien.
Lingkungan sosial : komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien
sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan
atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta
merendahkan, meningkatkan harga diri pasien, membantu meningkatkan hubungan sosial
secara bertahap membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan
keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu
lama.
- Terapi Aktivitas Kelompok,
Menurut Riyadi, Surojo dan Purwanto Teguh (2009). Model interpersonal :
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah
laku anggota, merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja
dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist.
Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
- Terapi Obat
Terapi farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi atau sering
disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook 2008, obat antidepresi
dibagi dalam kelas - kelas seperti :
1. Tricyclic antidepressants seperti amitriptyline, nortryptilline, doxepin,
dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan kantuk, mulut kering dan
pusing
2. Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline, fluoxetine,
citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan gangguan perut, mual
dan sulit tidur
3. Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan) 4. Lain - lain
seperti : mirtazapine, reboxetine
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh Diri
A. Pengkajian
1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri a
Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c. Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri merupakan masalah.
d. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan bunuh diri /
penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang dicintai, pengangguran,
mendapat malu di lingkungan social.
f. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup diri.
g. Lain – lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih beresiko mengalami perilaku
bunuh diri.
3. Masalah keperawatan
a. Resiko Perilaku bunuh diri
b. Koping maladaptive
Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan tentang :
a. Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga).
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
c. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
d. Riwayat pengobatan.
e. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
f. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
B. Analisa data
Bunuh diri adalah suatu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi.
Bunuh diri mikro (microsuicide ) : kematian akibat perilaku bunuh diri misalnya bunuh diri “
pelan pelan” atau terdapat pada orang orang yang dengan sengaja tidak mau berobat meskipun
menderita sakit, mogok makan, diet berlebih, dsb.
Bunuh diri terselubung (masked suicide) : orang yang sengaja melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian dengancara terselubung, misalnya : mendatangi tempat kerusuhan
sehingga terbunuh, olahraga yang berbahaya, overdosis pada pasien ketergantungan zat dan
sebagainya.
Menurut WHO membagi bunuh diri menjadi 4 kategori sosial, yaitu : Bunuh diri egoistic, Bunuh
diri altruistic, Bunuh diri anomik , Bunuh diri fatalistic
Kami sebagai penulis dalam pembuatan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan maka perkenankan kami untuk meminta kepada pembaca agar dapat
memberikan kritik atau sarannya untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep Iyous. 2009. Keperawatn Jiwa. Bandung: Refika Adira
Keliat, Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I. Jakarta: EGC.