Anda di halaman 1dari 32

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian ( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah pasien yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien kurang mampu mengungkapkan perasaannya tentang bunuh diri. Kurang detailnya tentang pengkajian resiko bunuh diri pada saat masuk dan banyak perawat kurang melakukan skrening akan resiko bunuh diri. Di Amerika Serikat, 75 orang menyatakan keinginan bunuh diri setiap harinya (Varcarolis, 2005). Sedangkan di Indonesia, angka kematian akibat bunuh diri sebanyak 50.000 per tahun (WHO, 2005) dan 70 % nya adalah laki-laki (Forensik FKUI/RSCM, 2005). Menurut DepKes RI, penyebab bunuh diri terbesar di Indonesia diakibatkan oleh gangguan jiwa (41%), penyalahgunaan zat dan alkohol. Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, Kedua, faktor faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya informasi tentang pasien. Ketiga, dan 23 % karena

pengkajian suicide seharusnya dilakukan secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat, hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di rumah sakit.

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan (Wilson & Kneisl, 1988). 2 dari 3 orang yang melakukan suicide diketahui oleh perawat dalam beberapa bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan intervensi yang adekuat. Lebih lanjut banyak perawat mungkin takut untuk menanyakan tentang masalah bunuh diri pada pasien atau bahkan tidak mengetahui bagaimana untuk menanyakan jika pasien memiliki pikiran untuk melakukan suicide. Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya.

1.2 Tujuan Tujuan penulis dalam membuat makalah mengenai Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien dengan Masalah Resiko Bunuh Diri adalah sebagai berikut : 1.2.1 Tujuan Umum Mengetahui konsep Resiko Bunuh Diri dan mengetahui konsep asuhan keperawatan jiwa pada Resiko Bunuh Diri. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui definisi dari Resiko Bunuh Diri 2. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi reaksi resiko bunuh diri pada klien. 3. Mengetahui fase-fase proses resiko bunuh diri 4. Mengetahui tanda dan gejala serta proses terjadinya masalah pada klien dengan resiko bunuh diri. 5. Mengetahui dan merancang konsep dan teori asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan masalah resiko bunuh diri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri. Edwin Shneidman (1963, 1981), seorang peneliti bunuh diri yang ternama, mendefinisikan dua kategori bunuh diri : 1. Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup seperti membakar diri, menggantung diri, menembak diri dan meracuni diri. 2. Bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan berlebihan, aktivitas seks bebas, dll. Pengertian Bunuh diri sendiri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart dan Sundeen, 1995) Pendapat lain tentang bunuh diri: 1. Bunuh diri adalah pikiran untuk menghilangkan nyawa sendiri (Ann Isaacs, 2004). 2. Bunuh diri adalah ide, isyarat dan usaha bunuh diri, yang sering menyertai gangguan depresif dan sering terjadi pada remaja (Harold Kaplan,1997). 3. Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. 4. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain: a. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional b. Bunuh diri dilakukan dengan intensi

c. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri d. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.

2.2 Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi bunuh diri antara lain: 1. Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. 2. Sifat Kepribadian Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi. 3. Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain. 4. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri. 5. Faktor Biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

2.3 Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah (Stuart & Sudden, 1995): 1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. 2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. 3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. 4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan. Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

2.4 Tanda dan Gejala Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapun petunjuk psikiatrik anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme dan penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja, dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah, batasan/gangguan kepribadian antisosial (Stuart & Sundeen, 2006).

2.5 Proses Terjadinya Masalah Peningkatan verbal/ non verba

Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

Ancaman Bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian

Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri ( Stuart & Sundeen, 2006)

Tipe Bunuh Diri Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori: 1. Ancaman bunuh diri Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebu mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 2. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

BAB 3 PROSES KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar di lakukan oleh pasien untuk mengakhiri hidupnya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, kita mengenal 3 macam perilaku bunuh diri, yaitu isyarat bunuh dirri, ancaman bunuh diri, dan percobaaan bunuh diri. 3.1.1 Isyarat Bunuh Diri Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan "tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh" atau "segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya". Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidask disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. 3.1.2 Ancaman Bunuh Diri Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya. 3.1.3 Percobaan Bunuh Diri Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien menciderai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau

menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri ini dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada tiap jenisnya.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah Harga Diri Rendah. Bila telah ditemukan masalah tersebut maka tindakan paling utama yang harus dilakukan adalah meningkatkan harga diri pasien. 2. Jika ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman atau mencoba bunuh diri, masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah Risiko Bunuh Diri.

3.3 TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Tindakan Keperawatan Pasien Percobaan Bunuh Diri Tujuan Tindakan : Pasien tetap aman dan selamat : Melindungi pasien

a) Menemani pasien terus menerus sampai ia dapat dipindahkan ke tempat yang aman. b) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misal: pisau, silet, gelas, tali, ikat pinggang). c) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien mendapat obat. d) Menjelaskan pada pasien bahwa kita akan melindungi pasien hingga tidak ada keinginan bunuh diri.

2. Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien Percobaan Bunuh Diri a) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien dan jangan pernah meninggalkan pasien sendiri. b) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhkan pasien dari barang-barang berbahaya. c) Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering melamun sendiri. d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

3. Tindakan Keperawatan Pasien Isyarat Bunuh Diri Tujuan tindakan : a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik Tindakan keperwatan : a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan keluarga atau teman b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara: 1) Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya 2) Memberikan pujian bila pasien mengatakan perasaan yang positif 3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting 4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnyadisyukuri oleh pasien 5) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara : 1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah 2) Mendiskusikan dengan pasien efektivitas penyelesaian masalah 3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik masing-masingh cara

4. Tindakan Keperawatan Keluarga Pasien Isyarat Bunuh Diri Tujuan tindakan keperawatan adalah keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri Tindakan keperawatan: a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri 1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah muncul pada pasien 2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada pasien risiko bunuh diri

10

b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri 1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri 2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain: i. ii. Memberikan tempat yang aman Menempatkan pasien di temapt yang mudah diawasi, jangan biaran pasien mengunci diri di kamarnya atau jangan

meninggalkan pasien sendiri di rumah iii. Menjauhkan baang-barang yang dapat digunakan untuk bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang dapat digunakan bunuh diri, seperti tali, bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk dan racun serangga iv. Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan apabila ada tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukkan tanda dan gejala bunuh diri 3) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain: 1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut 2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas untuk mendapatkan bantuan medis d. Membantu keluarga mencari rujukan ke fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien 1) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan 2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/ kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya 3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunaannya, benar waktu penggunaannya

11

Tabel ringkasan tindakan keperawatan untuk pasien risiko bunuh diri berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan: 3 diri Isyarat bunuh diri perilaku bunuh Tindakan keperawatan untuk Tindakan pasien Mendiskusikan cara Melakukan kesehatan keperawatan

untuk keluarga pendidikan tentang cara

mengatasi keinginan bunuh diri Meningkatkan pasien Meningkatkan kemampuan harga diri

merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri

pasien dalam menyelesaikan masalah Ancaman bunuh diri Percobaan bunuh diri Melindungi pasien Melibatkan keluarga untuk mengawasi ketat pasien secara

12

BAB 4 PEMBAHASAN KASUS

KASUS : Tn. A berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Airlangga. Status menikah, mempunyai 2 orang istri, dan seorang anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. A. Akibatnya kondisi keuangan Tn. A memburuk, sehingga membuat istri pertamanya meminta cerai karena Tn. A tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. A pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

4.1 PENGKAJIAN 4.1.1 Identitas Klien Nama Lengkap : Tn. A Usia Jenis Kelamin Status Alamat 4.1.2 Alasan Masuk Klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah pasien. 4.1.3 Faktor Predisposisi Klien frustasi karena baru mengalami kehilangan pekerjaan/di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja, padahal dia harus menghidupi 2 orang istri dan seorang anak. Ditambah lagi dengan istri pertamanya yang minta cerai. Tidak ada anggota keluarga yang juga mengalami gangguan jiwa. 4.1.4 Fisik Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tangan, BB pasien menurun dan klien tampak lemas tak bergairah, sensitif, mengeluh sakit perut, : 35 tahun : Laki-laki : Menikah (2 orang istri) : Surabaya

13

kepala sakit. N: 80x/mnt, TD: 120/90 mmHg, S: 37 C, RR: 20x/mnt, BB: 56 Kg dan TB 170cm. 4.1.5. Psikososial 4.1.5.1 Genogram

4.1.5.2 Konsep Diri 1. Gambaran diri Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya. 2. Identitas Klien sudah menikah. 3. Peran diri Klien adalah kepala rumah tangga dengan 2 orang istri dan seorang, istri kedua sedang hamil. 4. Ideal diri Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah pulang/sembuh klien bingung harus mendapat pekerjaan dimana untuk menghidupi keluarga dan bagaimana membangun keluarganya seperti dulu. 5. Harga diri Klien merasa tidak berguna lagi, depresi dan sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya. 4.1.5.3 Hubungan Sosial Menurut klien orang yang paling dekat dengannya adalah Tn. D teman sekamar di rumah sakit yang satu agama. Klien adalah orang yang kurang perduli dengan lingkungannya, klien sering diam, menyendiri, murung dan

14

tak bergairah, jarang berkomunikasi dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, sangat sensitif. 4.1.5.4 Spiritual 1. Nilai dan keyakinan: pasien percaya akan adanya Tuhan tetapi dia sering mempersalahkan Tuhan atas hal yang menimpanya 2. Kegiatan ibadah: Klien mengaku jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. 4.1.6 Status Mental 4.1.6.1 Penampilan Pada penampilan fisik: tidak rapi, mandi dan berpakaian harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit bau. 4.1.6.2 Pembicaraan Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam, terkadang terjadi blocking. 4.1.6.3 Aktivitas Motorik Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas melakukan aktivitas. 4.1.6.4 Alam Perasaan Klien terlihat sedih dan putus asa. 4.1.6.5 Afek Klien menunjukkan afek datar pada saat berbicara dengan perawat. 4.1.6.6 Interaksi selama wawancara Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang lawan bicara saat berkomunikasi. 4.1.6.7 Proses pikir Klien bicara berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan

(Sirkumstanseal). 4.1.6.8 Memori Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif. 4.1.7 Mekanisme Koping

15

Mal adaptif: Kehilangan batas realita, menarik dan mengisolasikan diri, tidak menggunakan support system, melihat diri sebagai orang yang secara total tidak berdaya, klien tidak mau melakukan aktifitas.

4.2 ANALISIS DATA Data DS: Klien mengatakan mengakhiri Masalah Keperawatan Resiko bunuh diri

kehidupan itu lebih baik DO: Ada bekas percobaan bunuh diri pada leher dan pergelangan tangan Status perkawinan yang tidak harmonis, Klien diceraikan istri pertama. DS : Ganggguan konsep diri : harga Klien mengatakan dirinya tidak diri rendah berguna lagi Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya. Klien mengatakan malu jika

bertemu dengan teman-teman dan keluarganya Klien mengungkapkan rasa

kecemasannya tentang pekerjaan dan keharmonisan keluarganya Klien sering mempersalahkan

Tuhan atas hal yang menimpanya

DO : Klien terlihat depresi dan murung

16

Jarang berinteraksi dengan orang sekitar

4.3 POHON MASALAH efek

Resiko bunuh diri

core

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

causa

Koping individu inefektif

Berduka disfungsional

4.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan konsep diri 2. Ganggguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu inefektif

4.5 RENCANA INTERVENSI 1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan gangguan konsep diri Tujuan Tindakan Intervensi : Pasien tetap aman dan selamat : Melindungi pasien Rasional

1. Temani pasien terus menerus sampai 1. Mengawasi tindakan pasien agar

17

ia dapat dipindahkan ke tempat yang aman.

tidak melakukan tindakan bunuh diri.

2. Jauhkan semua benda yang berbahaya 2. Menghindari pasien menggunakan (misal: pisau, silet, gelas, tali, ikat pinggang). benda berbahaya untuk percoban bunuh diri.

3. Periksa apakah pasien benar-benar 3. Mengawasi pasien agar teratur dan telah meminum obatnya, jika pasien mendapat obat. 4. Jelaskan pada pasien bahwa kita akan 4. Agar pasien merasa tidak sendirian. melindungi pasien hingga tidak ada keinginan bunuh diri. 5. Intervensi pada keluarga pasien : a. Anjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien dan jangan pernah sendiri. b. Anjurkan keluarga untuk meninggalkan pasien 5. Partisipatif aktif dari keluarga akan membntu membat nyaman pasien sehingga meminimalisir hal-hal tepat meminum obatnya.

pemicu bunuh diri.

membantu perawat menjauhkan pasien berbahaya. c. Diskusikan dengan keluarga dari barang-barang

untuk tidak membiarkan pasien sering melamun sendiri. d. Jelaskan kepada keluarga

pentingnya pasien minum obat secara teratur.

2. Ganggguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan koping individu inefektif Tujuan umum Tujuan khusus : peningkatan harga diri klien : 1. Klien dapat memahami dan menerima keadaan 2. Klien mau mengungkapkan perasaannya

18

3. Klien dapat melakuakn stretegi koping yang adekuat Kriteria hasil :

1. Klien menunjukkan eskpresi wajah bersahabat, menun-jukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. 2. Klien mampu menyebutkan: o Aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien. o Aspek positif keluarga. o Aspek positif lingkung-an kli 3. Klien menyebutkan kemampuan yang dapat dilaksanakan 4. Klien membuat rencana kegiatan harian 5. Klien melakukan kegiatan sesuai jadual yang dibuat. 6. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga Intervensi 1. Setelah membina hubungan Rasional 1. Kehadiran pehatian anda dan menunjukan kepedulian.

dengan klien, bicarakan masalah pasien dengan cara yang suportif bukan jika mengonfrontasi klien pasien; menolak

Mengatakan kepada klien bahwa anda akan kembali

memperlihatkan dukungan anda. Klien mungkin memerlukan untuk

mendiskusikannya, hentikan dan nyatakan maksud anda untuk kembali membicarakannya.

dukungan

emosional

menghadapi dan mengungkapkan rasa tidak nyaman atau perasaan yang Mengonfrontasi menyakitkan. klien akan

memaksa untuk mengungkapkan perasaan ansietas dapat dan meningkatkan membuat atau klien

menyangkal lebih jauh.

menghindar

19

2. Bicara dengan klien tentang hal yang 2. Mendiskusikan pada tahap ini dapat realistis kehilangannya; perubahan kongkret terkait dengan diskusikan yang telah membantu membuatnya lebih

nyata bagi klien

terjadi dalam kehidupannya akibat kehilangan dan perubahan harus mulai lakukan sekarang 3. Dorong ekspresi perasaan dengan 3. Ekspresi perasaan dapat membantu cara membuat : klien nyaman, menulis, dan klien mengidentifikasi, menerima, dan mengatasi perasaanya yang

misalnya

berbicara,

menggambar,

menangis,

walaupun hal tersebut menyakitkan atau membuat klien tidak nyaman

sebagainya. Sampaikan penerimaan anada terhadap perasaan ini dan makna ekspresi, tawarkan dukungan verbal kepada klien dalam upaya mengespresikan perasaan 4.Dorong klien untuk

mengingat 4. Mendiskusikan benda atau orang yang hilang dapat membantu klien mengidentifikasi mengungkapkan makna kehilangan dan kehilangan, tersebut

pengalaman, bicarakan tentang apa yang terlibat dalam hubungannya dengan istri atau pekerjaannya. klien tentang

Diskusikan

dengan

perubahannya perasaannya terhadap diri sendiri, orang lain, dan orang atau pekerjaannya yang hilang. 5. Dorong ekspresi semua perasaan klien secara tepat (yaitu aman) terhadap istri atau pekerjannya dan sampaikan penerimaan. Yakinkan klien bahwa perasaan negatif

baginya, dan respons emosional

5.

Perasaan

timbul baik

tidak atau

bisa buruk.

dikatakan

Memberi klien dukungan untuk mengungkapkan membantu perasaan dapat

klien

menerima

sekalipun seperti kemarahan dan kebencihan adalah normal dan sehat dalam berduka

perasaan tidak nyaman

20

6.

Berikan

kesempatan

untuk 6.Aktivitas fisik merupakan cara untuk mengurangi ketengangan dengan cara yang sehat dan tidak merusak

melepaskan ketegangan, kemarahan, rasa bersalah, dan sbagainya melaui aktivitas fisik. Tingkatkan olahraga secara teratur sebagai cara yang sehat dalam mengatasi stres dan ketegangan

7. Batasi waktu dan frekuensi interaksi 7.Klien terapeutik dengan klien. Dorong klien untuk mengungkapkan

perlu

mengembangakan mandiri perasaan kehilangan dalam dan ke

keterampilan menyampaikan mengintegrasikan

perasaan secara mandiri dan spontan (menulis memulai interaksi denngan klien lain atau dengan anggota staf lain, terlibat dalam aktivitas fisik). Rencanakan interaksi yang dimulai oleh staf pada waktu yang

dalam hidupnya sehari-hari, sambil memenuhi kebutuhan dasarnya

memungkinkan

klien

memenuhi

tanggung jawabnya (aktivitas, tugastugas di unit) dan mempertahankan perawatan diri (tidur, makan, higine)

4.6 EVALUASI 1. Klien mampu mengatasi keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri. 2. Klien mau mengungkapkan perasaannya mengenai kepercayaan diri dan mulai mau berinteraksi. 3. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah dengan cara berdiskusi. 4. Klien dapat membina hubungan baik dengan orang lain.

21

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri. Perilaku bunuh diri terdapat dua cara yaitu bunuh diri langsung dan bunuh diri tidak langsung. Bunuh diri secara langsung merupakan tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri hidup sedangakan bunuh diri tidak langsung adalah keinginan tersembunyi untuk mati, yang ditandai dengan perilaku kronis beresiko. Faktor predisposisi dari perilaku bunuh diri diantaranya karena diagnostik psikiatrik, sifat kepribadian, lingkungan psikososial, riwayat keluarga, faktor kimia. Perilaku resiko bunuh diri ini dapat dipresipitasi oleh perasaan terisolasi, kegagalan adaptasi, perasaan marah, dan putus asa. Diantara tanda dan gejalanya adalah keputusasaan, celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasan depresi, agitasi, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan, menarik diri sebelumnya, kelainan afektif, alkoholisme, penyalahgunaan obat, depresi mental remaja. Resiko bunuh diri juga dapat disebabkan oleh keadan psikososial sperti baru berpisah, bercerai, hidup sendiri, tidak bekerja dan faktor kepribadian seperti implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif, putus asa, harga diri rendah, kepribadian antisosial. Perilaku bunuh diri dapat dibagi menjadi tiga yaitu ancaman bunuh diri, upaya bunuh diri, dan bunuh diri.

5.2 Saran Perawat sebaiknya lebih aktif dan tidak mengintrogasi dalam menggali informasi tentang perawatan pada pasien yang berisiko untuk melakukan tindak bunuh diri, tetapi bersifat suportif dan solutif terhadap masalah yang sedang

22

dihadapi oleh klien. Perawat juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik, dan dapat mengobservasi dengan akurat agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN. Jakarta: EGC Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C..1993. Nursing Care Plan. Guidlines for Planning and Documentating Patient Care. Terjemahan oleh Kariasa, I.M., Sumarwati, N.M.. 2000. Jakarta : EGC Stuart & Sundeen. 2006. Keperwatan psikitrik: Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC Stuart dan Sundeen. 1995. Dikutip Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan

Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S - 1 Keperawatan. Stuart, GW, Sundeen, SJ . 1995. Pocket Guide To Psychiatric Nursing, Edisi 3, Alih Bahasa Achir Yani S. Hamid. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC Videbeck, sheila. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

23

SKENARIO ROLE PLAY RESIKO BUNUH DIRI

KASUS : Tn. A berusia 35 tahun, bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama PT. Airlangga. Status menikah, mempunyai 2 orang istri, dan seorang anak. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masalah, akibatnya sebagian besar para pekerjanya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), termasuk salah satunya Tn. A. Akibatnya kondisi keuangan Tn. A memburuk, sehingga membuat istri pertamanya meminta cerai karena Tn. A tidak bisa memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Dan Tn. A pun menjadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

SKENARIO PEMAIN: 1. Setiawan Arifin 2. Dina Rosita 3. Vera Evelyn Juliani 4. Miftakhur Roifah 5. Eni Muslihah 6. Yuni Tristian C. 7. Anis Maslahah 8. Eka Setya Yuliana 9. Yosephin Nova E. : Tn.Arifin (Pasien) : Istri pertama : Istri kedua : Anak dari istri pertama : Adik Arifin : Adik Arifin : Perawat 1 : Perawat 2 : Dokter

Scene 1 (Di Rumah) Sabtu siang, di sebuah perusahaan swasta PT. Airlangga terjadi PHK karyawan secara massal, termasuk juga Tn.A yang sudah 10 tahun bekerja disana. Tn.A yang seorang

24

kepala keluarga dengan 2 orang istri dan seorang anak ini merasa sangat terpuruk mendapat keputusan tersebut, karena dia lah satu-satunya yang mencari nafkah dikeluarganya. Bahkan dia juga mempunyai 2 orang adik yang masih sekolah. Sepulang dari kantor, Tn.A sangat sedih dan tak tahu harus melakukan apa.

Tn.Arifin Mifta Tn.Arifin Anak Istri Ke-2

: (sedih, wajah lesu, tak bergairah, berantakan) : Ayah,, ayah kenapa? Kok pulang-pulang wajahnya murung gitu? : Ayah capek nak.. : Ya sudah kalau gitu saya pijitin ya.. (memijat pundak sang ayah) : Hei Pa!! Sudah pulang ya Mifta, bikinin ayahmu minum sana! (Istri lalu duduk di dekat suami). Eh pa, ngomong-ngomong kehamilanku udah hampir 7 bulan nih, aku rasa udah saatnya kita beli barang-barang perlengkapan untuk bayi kita nanti. Kita beli baju yang lucu-lucu, beli mainan-mainan, pokoknya yang bagus-bagus ya pa

Tn.Arifin Istri Ke-2 Anak Istri Ke-2

: (diam saja, tidak berkonsentrasi, melamun, wajah sedih) : Pa, kok diam aja sih? Mama kan lagi ngomong, papa denger gak sih? : (datang membawa minum) Ini yah, minumannya. : Kamu ini bikin minum aja lama banget sih, gak tau apa ayahmu ini lagi capek. Dasar lelet. Sudah pergi sana!

Tiba-tiba Istri Pertama datang. Istri Pertama : Aku pulang (membawa banyak barang hasil belanja) Istri Ke-2 : Ini juga, gak anak gak ibu, sama aja. Kamu ini kerjaannya shopping terus, buang-buang duit aja. Istri Pertama : Kamu kenapa sih tiba-tiba marah gitu. Kesambet? Inget tuh, lagi hamil. Istri Ke-2 : Eh, kamu itu yang kesambet. Kesambet Setan Shopping! Tiap hari kerjaannya buang-buang uang, mending juga uangnya buat kelahiran bayiku. Istri Pertama : Eh, gak usah nyalahin orang ya, kalau kamu gak nikah sama papa, aku juga gak bakal suka shopping kayak gini. Waktu papa tuh sekarang jadi terbatas sama aku.

25

Istri Ke-2

: Loh kok jadi nyalahin aku sih?

Istri Pertama : Iya, ini semua tuh gara-gara kamu.

Akhirnya terjadi peperangan antara para istri. Bahkan mereka sampai jambakjambakan satu sama lain dan tidak menghiraukan suami yang baru pulang kerja dan sedang sedih itu. Disaat itu juga, datang kedua adik yang baru pulang sekolah. : Kita Pulang : Loh, loh,, itu mereka ngapain? : Wah, itu lagi berantem. Ayo-ayo (berlari untuk memisahkan para istri) Eni Tian : Kak, jangan berantem : Iya,,, sudah-sudah Lepaskan!!

Kedua Adik Eni Tian

(Karena tidak berhasil memisahkan, akhirnya mereka berteriak) Kedua Adik : STOOPPPPPPP!!!!!!!!!!!!!!!

Mendengar teriakan adik, berhentilah peperangan itu dan Tn.Arifin pun tersadar dari lamunannya.

Tn.Arifin

: Ada apa ini? Kenapa kalian teriak-teriak? Gak tau apa aku ini baru pulang kerja, capek. Bukannya bikin saya seneng malah bikin kuping panas. (Pergi ke kamar meninggalkan semuanya)

Tian Eni Anak

: Why? Ada apa dengan semua orang disini? (wajah heran) : Benar-benar gak ada yang benar. (geleng-geleng kepala) : (datang dari kamar dengan membawa buku) Ada apa sih? Dari tadi ribut terus. Aku kan lagi belajar, jadi gak bisa konsentrasi deh.

Istri Ke-2

: Ini nih, semua gara-gara ibu kamu.

Istri Pertama : Lah kok aku? Kamu yang mulai! Istri Ke-2 : Kamu!

Istri Pertama : Kamu! Kedua adik : SUDAAAAAAAAAHHHH!!!!!!

Istri Pertama dan Anak : (Pergi meninggalkan ruangan)

26

Istri Ke-2 Eni Tian Istri Ke-2

: Aduh, aduh! (memegangi perut) : Eh, eh, waduhh kenapa kak? Tolongin-tolongin. : Jangan-jangan mau melahirkan. : Aduh, aduh,, tolong bantu aku ke kamar.

Keesokan harinya

Scene 2 (Di meja makan, sarapan pagi) Istri Pertama : Loh, papa hari ini gak kerja? Tn.Arifin : Ma, maafin papa ya.. Adik, maafin kakak juga. Perusahaan tempatku bekerja sekarang sudah bangkrut, dan aku terkena PHK. Semua Eni Tn.Arifin : APAAAA? (Syok) : Jadi, sekarang kakak sudah gak kerja lagi? : Betul, tapi aku akan berusaha untuk cari kerja lagi.

Istri Pertama : Cari kerja dimana? Sekarang itu cari kerjaan susah. Istri Ke-2 : Lalu bagaimana dengan nasib anak yang aku kandung ini? Kita perlu biaya untuk kelahiran. Istri Pertama : Bagaimana dengan anak kita juga? Dia masih perlu biaya untuk sekolahnya. Bagaimana tanggung jawab Papa sebagai seorang kepala keluarga? Tn.Arifin : Maafin papa, Ma

Istri Pertama : Pokoknya kalau sampai Papa gak bisa biayain hidup kita, Mama minta cerai saja. (pergi meninggalkan meja makan bersama anak) Istri Ke-2 Tn.Arifin Tian : (Mengikuti pergi) : Ma, Mama (sedih) : Sudah kak, jangan sedih, kakak pasti bisa melewati semua ini.

Keesokkan harinya istri pertama dan istri kedua Tn. Arifin memilih meninggalkan suaminya dan kembali ke rumah orang tua mereka. Hal ini membuat Tn. Arifin sedih dan depresi, sehingga Tn. Arifin melakukan percobaan bunuh diri.

Scene 3 (Di Balkon rumah lt.3)

27

Tn.Arifin

: Tidak ada gunanya lagi saya hidup. Sudah tidak punya pekerjaan, ditinggal istri dan anak pula. Tidak ada yang menginginkan saya lagi. Lebih baik saya mati.

(berencana terjun dari lt.3) Kedua Adik : Kakak jangan (menyelamatkan)

Tiga hari kemudian,,

Scene 4 (Di kamar mandi) Tn.Arifin : Semoga ini jalan yang terbaik. Selamat tinggal anakku, istriku tercinta dina dan yang tersayang veve dan kedua adikku (Menyayat tangannya dengan pisau) Eni Tian : Aaaa. Tolong!!!! Tolong!!!!!! : (datang menolong)

Akhirnya Tn.Arifin dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena sudah 2 kali melakukan percobaan bunuh diri. Eni menghubungi istri pertama Tn. Arifin sedangkan Tian menghubungi istri kedua untuk mengabarkan kejadian yang dialami Tn. Arifin.

Satu minggu kemudian,,, Scene 5 (Di RSJ, Ruang Rawat Tn.Arifin) Perawat 1 : Assalamualakum, Selamat pagi Pak Arifin. Perkenalkan saya perawat Anis, yang bertugas di Ruang Mawar saat ini, saya dinas dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Tn.Arifin Perawat 1 : Hari ini saya sangat sedih. (murung) : Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal apa yang membuat bapak merasa sedih. Saya siap kok mendengarkan semua cerita bapak, bagaimana apa bapak bersedia? Tn.Arifin Perawat 1 Tn.Arifin Perawat 1 : Baik Sus saya bersedia. (Menganggukkan kepala tanda setuju) : Kalau begitu dimana kita bisa bicara dan berapa lama kita bisa bicara? : Ditaman saja, saya suka duduk disana, satu jam. : Baiklah kalau begitu, mari kita kesana.

28

Di Taman,,,

Perawat 1

: Sekarang bapak bisa cerita bagaimana perasaan bapak, apa yang membuat bapak sedih?

Tn.Arifin

: Saya sangat sedih Sus, semenjak perusahaan tempat saya bekerja bangkrut, saya binggung apa yang harus saya perbuat untuk menghidupi keluarga saya. Saya merasa tidak berguna lagi sebagai seorang kepala keluarga.(Menundukkan kepala dan murung)

Perawat 1

: Apa karena hal tersebut bapak menjadi merasa tidak berguna dan kehilangan kepercayaan diri?

Tn.Arifin

: Tidak hanya itu Sus, saya malu tidak bisa membangun keluarga saya dengan baik. Orang macam apa saya ini, tidak bisa menyenangkan istri, anak, dan adik-adik saya. Saya merasa kehidupan saya telah hancur dan menderita, tak ada gunanya lagi saya hidup.

Perawat 1 Tn.Arifin

: Kemudian apa yang pernah bapak lakukan jika merasa tidak berguna? : Saya pernah mau terjun dari lt.3 rumah saya tapi akhirnya gagal karena ditolong adik saya dan saya juga pernah menyayat pergelangan tangan saya. Bagi saya tidak ada gunanya lagi saya hidup, saya tidak berguna. (menunjukkan pergelangan tangan)

Perawat 1

: Baiklah, setelah saya mendengar cerita bapak, tampaknya bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan untuk

mengakhiri hidup. Mulai sekarang saya juga tidak akan membiarkan bapak sendiri. Apa yang bapak lakukan jika keinginan bunuh diri itu muncul? Tn.Arifin : Saya sering menggigit, membenturkan kepala dan menyakiti diri saya sendiri. Perawat 1 : Baiklah, mulai sekarang kalau keinginan itu muncul bapak harus langsung meminta tolong kepada perawat diruangan ini bisa saya, atau perawat yang sedang sift, keluarga atau teman jika sedang besuk bapak untuk mengatasi keinginan bapak tersebut, serta katakan kepada mereka jika ada dorongan untuk bunuh diri. Bapak juga jangan sendiri ya,

29

cobalah untuk berkumpul dan berinteraksi dengan teman bapak yang lain. Apa bapak paham dengan yang saya katakan? Tn.Arifin Perawat 1 : Ya, Sus. saya akan berusaha mencoba. : Saya senang mendengarnya, saya percaya bapak bisa mengatasi masalah ini. Dua hari kemudian. Scene 6 (Di taman RSJ) Perawat 1 : Selamat siang pak arifin, masih ingat dengan saya? Saya yang kemarin ngobrol dengan bapak Tn. Arifin Perawat 1 Tn. Arifin : Iya suster Anis : Apakah kemarin tidur bapak nyenyak? : Tidak suster. Saya kepikiran terus, istri-istri saya muncul di mimpi saya. Saya memang tidak berguna, saya hanya menyusahkan (Suara tinggi sambil memegang kepala dan membenturkannya ke tembok) Perawat 1 : Bapak, bapak tenang dulu jangan seperti itu. Kehadiran bapak sangat dibutuhkan kelurga bapak. (Mnecoba menghentika percobaan diri Tn. Arifin)

Keesokkan harinya, keluarga pasien mendatangi ruangan dokter untuk konsultasi. Scene 7 (Di ruang Dokter) Perawat 2 : Selamat pagi dok, ini ada keluarga Tn. Arifin yang ingin bertemu dengan dokter Dokter Eni : iya Sus, persilahkan masuk saja. : Selamat pagi dok, bagaimana keadaan kakak saya? Apakah sudah ada kemajuan? Dokter : Oh iya begini bu, untuk hari ini, perkembangan kesehatan bapak Arifin sudah mengalami peningkatan dan luka sayatannya pun sudah baik. Namun bapak Arifin masih saja terus menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi. Hari ini bapak Arifin pun mencoba melakukan bunuh diri. Jadi mbak-mbak ini harus slalu ada di dekat pak Arifin dan berikan dukungan serta motivasi sehingga mempengaruhi status kesehatan bapak.

30

Tian Dokter

: Baik dok, apakah sekarang kami bisa menemui kakak kami? : Bisa. Suster Eka akan mengantar anda

Di ruang tunggu Rumah Sakit

Perawat 2

: Mari mbak, kita tunggu Tn. Arifin karena beliau masih ada kegiatan ruangan

Eni Tian

: iya Sus : Gimana ya Sus, saya bingung dengan keadaan kakak saya, kalau sudah pulang nanti bagaimana?

Eni Perawat 2

: Benar, kalau kakak mau bunuh diri gimana? : Sebaiknya mbak Eni dan mbak Tian memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang melakukan bunuh diri menunjukan gejala melalui percakapan misalnya saya tidak ingin hidup lagi, orang lain tidak butuh saya. Jika mbak menemukan tanda dan gejala seperti itu, maka sebaiknya mbak mendengarkan ungkapan perasaan dari Tn. Arifin secara serius. Jangan tinggalkan atau biarkan beliau sendiri dirumah atau jangan biarkan mengunci diri dikamar. Kemudian jauhkan pasien dari benda-benda seperti tali tambang, silet, gunting, ikat pinggang, pisau serta benda tajam lainnya yang mungkin bisa digunakan untuk melukai diri.

Eni

: Ouw begitu. Baik Sus, akan kami lakukan dan menjaga kakak dengan baik

Perawat 2

: Mari kita ke taman karena Tn. Arifin sudah menunggu disana.

Di taman.. Perawat 2 : Selamat siang Tn Arifin, ini saya datang dengan 2 orang wanita cantik, anda tahu siapa? Tn. Arifin Eni Tn. Arifin : Iya. Ini adik-adik saya. : Gimana Kak keadaannya? Baik? : Iya baik

31

Perawat 2

: Nah bapak, dalam hidup bapak banyak yang perlu disyukuri, Coba sekarang bapak lihat, ada orang-orang yang menyayangi dan membutuhkan kasih sayang bapak.

Tian

: Iya Kak, kita semua sayang kakak, kita berharap kakak bisa sembuh dan bisa berkumpul kayak dulu lagi

Tn. Arifin Eni

: Iya terima kasih (tersenyum memandang kedua adiknya) : Banyak hal yang masih bisa dikerjakan Kak, Kakak tidak sendiri. Susah senang kita akan slalu bersama karena itu pesan ayah dan ibu.

Tian

: Kak Veve dan Kak Dina juga mau kesini kok,, pasti Kakak kangen sama mereka. Nanti Kakak juga bisa ketemu sama Ifah

Bunuh diri itu bisa dicegah. Meningkatkan harga diri seseorang adalah salah satu caranya unutk mencegah bunuh diri. Dukungan keluarga, motivasi dan keadaan lingkungan sekitar mempengaruhi harga diri seseorang. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.

32

Anda mungkin juga menyukai