Anda di halaman 1dari 36

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat di

banyak negara, baik negara maju maupun negara berpendapatan menengah

dan rendah. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada

dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.

Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara

berulang tanpa rencana yang spesipik untuk bunuh diri (Yosep, 2010).

Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun

2015, di banyak negara, bunuh diri merupakan penyebab kematian nomor

dua pada penduduk berusia 15-29 tahun. Setiap tahun terdapat 800.000

orang mati karena bunuh diri. WHO juga mencatat, setiap 40 detik satu

orang di dunia meninggal karena bunuh diri dengan rasio 11,4 per 100.000

populasi (Kompas, 2015).

Di Indonesia tahun 2012, angka bunuh diri mencapai 4,3 per

100.000 populasi. Pada tahun 2012, Kepolisian Negara Republik Indonesia

mencatat ada 981 kasus meninggal karena bunuh diri. Jumlah ini sedikit

menurun jadi 921 kasus di tahun 2013 dengan rasio 0,4-0,5 kasus per

100.000 populasi (Kompas, 2015).

Untuk usia kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok

usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin,

1
perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali

lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri

pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur,

sedangkan kaum lelaki lebih fatal atau mematikan seperti menggantung diri.

Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh

diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol,

orang-orang yang berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-

orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah

kumuh dan miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter,

pengacara, dan psikolog.

Ada 4 hal yang krusial yang perlu diperhatikan oleh perawat selaku

tim kesehatan diantaranya adalah : pertama, suicide merupakan perilaku

yang bisa mematikan dalam seting rawat inap di rumah sakit jiwa, kedua,

faktor – faktor yang berhubungan dengan staf antara lain : kurang

adekuatnya pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat, komunikasi staf

yang lemah, kurangnya orientasi dan training dan tidak adekuatnya

informasi tentang pasien. Ketiga, pengkajian suicide seharusnya dilakukan

secara kontinyu selama di rawat di rumah sakit baik saat masuk, pulang

maupun setiap perubahan pengobatan atau treatmen lainnya. Keempat,

hubungan saling percaya antara perawat dan pasien serta kesadaran diri

perawat terhadap cues perilaku pasien yang mendukung terjadinya resiko

bunuh diri adalah hal yang penting dalam menurunkan angka suicide di

rumah sakit.

2
Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah

yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan

dipaparkan mengenai faktor resiko terjadinya bunuh diri, instrument

pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses

keperawatanya.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah pengertian bunuh diri?

1.2.2 Bagaimana rentang respon bunuh diri?

1.2.3 Apa faktor presdisposisi dan faktor presipitasi?

1.2.4 Apa tanda dan gejala dari bunuh diri?

1.2.5 Bagaimana psikopatologi bunuh diri?

1.2.6 Apa diagnosa keperawatan dan diagnosa medis bunuh diri?

1.2.7 Bagaimana penatalaksanaan bunuh diri?

1.2.8 Bagaimana asuhan keperawatan bunuh diri?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengetahui konsep atau teoritis asuhan

keperawatan pasien dengan resiko bunuh diri.

1.3.2. Tujuan khusus

Agar mahasiswa perawat memiliki pengetahuan dan ketrampilan

dalam menangani pasien dengan masalah kesehatan resiko bunuh

diri.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat teoritis

3
Diharapkan penulisan makalah ini berguna untuk menambah

wawasan pembaca terutama mahasiswa kesehatan tentang asuhan

keperawatan bunuh diri.

1.4.2. Manfaat praktis

Diharapkan makalah ini dapat di jadikan acuan dan memberikan

pemikiran kepada tenaga kesehatan dalam pemecahan masalah

pasien yang berkaitan dengan bunuh diri.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Resiko bunuh diri adalah resio untuk menciderai diri sendiri yang

dapat mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri

karena merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya (Stuart, 2006)

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk

mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya

melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-

isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian,

atau luka yang menyakiti diri sendiri.

Menurut Keliat (1991) bunuh diri adalah tindakan agresif yang

merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri ini dapat

berupa keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang

dihadapi.

Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri (Vide

Beck, 2008).Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri

dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan

terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat

1991 : 4). Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan

rentang harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh

norma – norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku,

5
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu

dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-

norma sosial dan budaya setempat. (2-3 dan kesimpulan)

2.2 Rentang Respon

Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang

yangpenuh stress perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang d

iantaranya:

1. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari

suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/

tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan

idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu

menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang

keinginan untuk mati.

2. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah

melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri.

3. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan

dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya .

4. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif

yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya

mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk

melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada

umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau

menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena

individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak

6
berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk

hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik

mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab individu

ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan.

5. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang

mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan

misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak

individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya.

6. Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini

telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30%

orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah

melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini

merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk

mengatasi kesedihan yang mendalam.

2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

2.3.1 Faktor Predisposisi

Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri

antara lain :

1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya

dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit

jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu

beresiko untuk

bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skiz

ofrenia.

7
2. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat

dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan,

implisif dan depresi.

3. Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru mengalami

kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan

berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang

berhubungan dengan bunuh diri.

4. Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi

terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya serta merupakan

faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. Disamping itu

adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang

berkontribusi terjadinya resiko buuh diri.

5. Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik,

apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat

menimbulkan prilaku destrukif diri.

2.3.2 Faktor Presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan

interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan

hukuman pada diri sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

8
2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Stuart (2007)

1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.

2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.

3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.

4. Impulsif.

5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat

patuh).

6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.

7. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang

obat dosis mematikan).

8. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah

dan mengasingkan diri).

9. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang

depresi, psikosis dan menyalahgunakan alcohol).

10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau

terminal).

11. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami

kegagalan dalam karier).

12. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.

13. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).

14. Pekerjaan.

15. Konflik interpersonal.

16. Latar belakang keluarga.

9
17. Orientasi seksual.

18. Sumber-sumber personal.

19. Sumber-sumber social.

20. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.

2.5 Psikopatologi

Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang

yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian

dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat

untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:

1) Ancaman bunuh diri

Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut

mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan

ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat

ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan

bunuh diri.

2) Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu

yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

3) Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan.

Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung

ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui

tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu

10
tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang

menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).

Peningkatan verbal/ non verba,

Pertimbangan untuk melakukan bunuh


diri,

Ancaman bunuh diri

Ambivelensi tentang kematian,

Kurangnya respon positif

Upaya bunuh diri

Bunuh diri

2.6 Diagnosa

2.6.1 Diagnosa medis yang mungkin muncul pada prilaku percobaan

bunuh diri : Depresi

2.6.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan

bunuh diri : Resiko Bunuh Diri

11
2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Medis

1. Dengan pemberian obat anti depresan

2. Benzodiazepin dapat digunakan apabila klien mengalami cemas

atau tertekan.

2.7.2 Keperawatan

1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri,

yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.

2. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara :

1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.

2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang

positif.

3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting

4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri

oleh pasien

5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan

3. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan

cara :

1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan

masalahnya

2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing

cara penyelesaian masalah

3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah

yang lebih baik.

12
2.8 Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Resiko Bunuh Diri

2.8.1 Pengkajian

Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan

data signifikan tentang :

1. Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga).

2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang

baru dialami.

3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.

4. Riwayat pengobatan.

5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.

6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku

dari individu dengan gangguan mood.

7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh

diri :

1) Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi

masalah yang sulit.

2) Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki

rencana yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana

tersebut.

3) Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran,

tingkat gelisah, keparahan gangguan mood).

4) Sistem pendukung yang ada.

13
5) Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk

penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan

yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.

6) Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar

keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan

rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda

kekambuhan dan tindakan perawatan diri.

2.8.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada perilaku

percobaab bunuh diri:

1. Resiko bunuh diri

Pengertian : Resiko untuk mencederai diri yang mengancam

kehidupan

NOC : Impulse Control, Suicide Self-Restraint

Tujuan : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Indikator :

1) Menyatakan harapannya untuk hidup

2) Menyatakan perasaan marah, kesepian dan keputusasaan

secara asertif.

3) Mengidentifikasi orang lain sebagai sumber dukungan bila

pikiran bunuh diri muncul.

4) Mengidentifikasi alaternatif mekanisme koping

14
NIC :

Active Listening, Coping Enhancement, Suicide Prevention,

Impulse Control Training, Behavior Management: Self-Harm,

Hope Instillation, Contracting, Surveillance : Safety

Tujuan umum:

Klien tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mengungkapkan

kepada seseorang yang dipercaya apabila ada masalah.

Tujuan khusus:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan

menerapakan prinsip komunikasi terapeutik.

(1) Sapa klien dengan ramah dan sopan.

(2) Perkenalkan diri dengan sopan

(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

yang disukai klien.

(4) Jelaskan tujuan pertemuan

(5) Jujur dan menepati janji.

(6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa

adanya.

(7) Beri perhatian kepda klien.

2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab bunuh diri

(1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

perasaannya.

(2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan kesal.

15
(3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda resiko bunuh

diri

(4) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan jengkel.

(5) Observasi tanda-tanda resiko bunuh diri.

(6) Menyimpulkan bersama sama klien resiko bunuh diri

yang dialami.

3) Klien dapat mengidentifikasi resiko bunuh diri yang biasa

dilakukan.

(1) Menganjurkan percobaan bunuh diri yang biasa

dilakukan.

(2) Berbicara dengan klien apakah cara yang dilakukan

salah.

4) Klien dapat mengidentifikasi akibat resiko bunuh diri.

(1) Bicarakan akibat dan kerugian dari resiko bunuh diri.

(2) Menyimpulkan bersama klien akibat dari resiko bunuh

diri.

5) Klien dapat mengidentifikasi cara berespon resiko bunuh

diri.

(1) Diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari

cara yangsehat untuk menghadapi masalah.

6) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol tindakan

resikobunuh diri.

(1) Bantu klien untuk mengatasi masalah.

(2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang dipilih.

16
7) Klien dapat mengontrol tindakan bunuh diri dengan cara

spiritual : menganjurkan klien untuk berdo’a dan sholat.

8) Klien dapat menggunakan obat secara benar.

(1) Jelaskan cara minum obat dengan klien.

(2) Diskusikan manfa’at minum obat.

9) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol

tindakan bunuh diri.

(1) Identifikasi keluarga merawat klien.

(2) Jelaskan cara merawat klien.

10) Klien mendapat perlindungan lingkungan untuk tidak

melakukan tindakan bunuh diri : Lindungi klien untuk tidak

melakukan bunuh diri.

2. Diagnosa keperawatan Harga diri rendah

Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan lain secara

optimaluntuk mengungkapkan sesuatu yang dia rasakan pada

orang yangdipercaya.

Tujuan khusus:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya. Bina

hubungan salingpercaya dengan menerapkan prinsip

komunikasi terapetik.

(1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan non verbal.

(2) Perkenalkan diri dengan sopan.

(3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

yang disukai klien.

17
(4) Jelaskan tujuan pertemuan.

(5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa

adanya.

(6) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan

dasar klien.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif

yangdimiliki.

(1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

klien.

(2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu

klien.

(3) Utamakan memberi pujian yang realistik.

3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

(1) Diskusikan penggunaannya.kemampuan yang masih

dapatdigunakan.

(2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

3. Diagnosa : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan

Tujuan khusus :

1) Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya

2) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya

3) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya

18
4) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah

yang baik

Tindakan :

1) Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan

2) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :

(1) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan

perasaannya

(2) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan

perasaan yang positif

(3) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

(4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya

disyukuri oleh pasien

(5) Merencanakan yang dapat pasien lakukan

3) Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan

cara :

(1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan

masalahnya

(2) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing

cara penyelesian masalah

(3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan

masalah yang lebih baik (Stuart, 2009).

4. Terapi

1) Psikoterapi individu atau terapi kelompok

19
2) Terapi keluarga

3) Terapi obat-obatan sesuai dengan keadaan

Misal untuk pasien dewasa:

1) Amitriptyline (25-50 mg p.o sehari 3 kali).

2) Diazepam (2-5 mg p.o sehari 3 kali).

3) Chlorpromazine ( 50- 100 mg p.o sehari 3 kali).

4) Strategi Terapi.

5) Memotong lingkaran pikiran bunuh diri.

6) Menguatkan kembali ego pasien dan memperbaiki

mekansme pembelaan yang salah.

7) Membantu pasien agar dapat hidup wajar kembali.

20
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. B DENGAN MASALAH RESIKO


BUNUH DIRI

Pengkajian Keperawatan
Ruang Rawat: Asoka Tanggal di Rawat : 22 November 2107
1. Identitas Kilen
Inisial : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Jln. cilik riwut km. 11
Sumber Data : Klien dan Catatan Medis (Status Klien)
No. RM : 12.34.56
Tanggal Pengkajian : 26 November 2017
Penanggung jawab : ayah dan ibu klien
2. Alasan Masuk
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Berdasarkan data data dari rekam medik ditemukan data klien dibawa ke
rumah sakit jiwa karena mencoba gantung diri di kamar mandi rumah
klien.
2) Keluhan Utama
Klien mengatakan dibawa ke RSJ karena mencoba utuk bunuh diri.
3. Faktor Presipitasi
1) Menurut Klien
Klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan lebih baik mati
saja.

21
2) Menurut Status Klien
Berdasarkan status klien mencoba bunuh diri karena frustasi hidupnya
sudah tidak berguna lagi semenjak dtinggal istri dan anak-anaknya.
4. Faktor Predisposisi
1) Riwayat Penyakit Lalu
(1) Riwayat penyakit jiwa pada masa lalu:
Menurut Klien : Klien mengatakan sebelumnya tidak pernah masuk
RSJ.
Menurut status : Klien baru pertama kali ini mencoba bunuh diri
dan petama kali masuk RSJ.
(2) Pengobatan Sebelumnya
Tidak pernah mendapat pengobatan.
(3) Riwayat Penyakit Fisik
Klien tidak menjawab ketika ditanya tentang penyakit fisik yang
pernah dideritanya.
2) Riwayat Psikososial
(1) Ketika mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, seksual,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
(2) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Klien mengatakan frustasi karena setahun yang lalu mengalami
kehilangan pekerjaan/ di PHK oleh perusahaan tempat ia bekerja dan
sampai sekarang belum mendapat pekerjaan.Klien sejak dua bulan
yang lalu ditinggal istri serta anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektif
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mmengalami
gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
5. Status Mental
1) Penampilan
Klien tidak rapi, rambut tidak pernah disisir dan sedikit bau, mandi haus
disuruh. Klien berwajah murun, tak berdaya.

22
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri : berpakaian dan
berhias
2) Kesadaran
Klien hanya mau bicara bila ditanya perawat, jawaban yang diberikan
pendek, lambat dengan suara yang pelan.
3) Aktivitas Motorik
Klien lebih banyak berdiam diri dalam ruangan, jarang mau keluar kamar
untuk bergaul dengan teman yang lain.
Masalah Keperawataan : Isolasi sosial
4) Alam Perasaan
Klien mengatakan merasa kesepian dan sedih karena lama tidak bertemu
dengan istri dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan: depresi
5) Afek / emosi
afek datar, kontak mata kurang, jarang memandang lawan bicara,
menjawab pertanyaan pendek, terkadang terjadi blocking.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
6) Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mendengar, melihat atau merasakan
sesuatu yang seharusnya tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
7) Proses Pikir
(1) Arus pikir
selama berkomunikasi klien lebih sering menunduk pada saat
berbicara, nada bicara pelan dan lambat.
Masalah Keperawatan: harga diri rendah
(2) Isi Pikir
Klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan
Masalah Keperawatan : tidak ada
(3) Bentuk pikir
Realistik karena setiap jawaban klien walau lambat dan pelan tapi
sesuai dengan realita.

23
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
8) Klien mengatakan masih ingat dengan kejadian yang dialaminya sebelum
masuk RSJ.
Masalah Keperawatan: tidak ada
9) Tingkat konsentrai dan berhitung :
(1) Konsentrasi
Klien mampu berkonsentrasi saat di wawancara dngan perawat dan
tidak mudah beralih ke objek lain.
(2) Berhitung
Klien mampu berhitung sederhana, terbukti saat ditanya tentang
perhitungan 4+4 sama dengan berapa ? klien menjawab 8. 4x3 = 12
dan 15 : 3 = 5.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
10) Kemampuan Penilaian
Klien mampu menetukan pilihan anara makan pagi atau mandi pagi dulu,
klien menjawab mandi dulu.
Masalah Keperawatan: tidak ada
11) Daya Tilik Diri
Klien menganggap bunuh diri adalah jalan penyelesaian masalah satu-
satu nya.
Masalah keperawatan: koping individu tidak efektif
12) Interaksi Selama Wawancara
Selama berkomunikasi dan berinteraksi dengan perawat, kontak mata
klien kurang, klien tampak lebih sering menunduk pada saat berbicara,
nada bicara pelan dan lambat.
Masalah Keperawatan: harga diri rendah

24
6. Fisik
1) Tanda vital:
TD : 120/80 mmHg S : 375 C
N : 80 kali / mnt RR : 20 kali / mnt
2) Ukur
TB : 170 cm
BB : 52 kg
3) Keluhan fisik: tidak ada.
4) Pemeriksaan fisik: tidak ada kelainan fisik, semua sistem tubuh dalam
keadaan normal.
5) Pemeriksaan Fisik
(1) Fungsi panca indera baik, fungsi normal.
(2) Kepala: bentuk bulat, rambut tidak rapi.
(3) Hidung, telinga simetris fungsi baik.
(4) Gigi kuning dan sedikit berbau.
(5) Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid atau distensi vena
jugularis, trakea simetri. ada bekas percobaan bunuh diri.
(6) Dada dan thorak: Simetris, tidak ada nyeri dada, retraksi intercostae
tidak ada, tidak ada nyeri tekan dan RR 20x/ menit.
(7) Abdomen: tanda asites tidak ada, nyeri tekan tidak ada.
(8) Ekstrimitas: tidak ada luka pada masing-masing ekstrimitas,
kekuatan otot 5/5/5/5, tidak ada kelainan.
(9) Integumen: berdaki
Masalah Keperawatan: defisit perawatan diri berhias
7. Pengkajian Psikososial
1) Konsep diri
(1) Citra tubuh
Klien merasa tidak ada yang ia sukai lagi dari dirinya.
(2) Indentitas
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pria yang sudah
menikah dan punya 3 anak.

25
(3) Peran
Klien mengatakan berperan sebagai kepala rumah tangga dengan
tiga orang anak yang masih kecil-kecil.
(4) Ideal Diri
Klien mengatakan bahwa kalau nanti sudah pulang klien bingung
mampukah ia mendapat pekerjaan lagi dan bagaiman membangun
keluarganya seperti dulu lagi
(5) Harga Diri
Klien mengatakan jarang berinteraksi dengan orang lain karena
merasa malu tidk punya pekerjaan tetap.
Masalah Keperawatan: harga diri rendah
2) Genogram

Keterangan :
: perempuan : klien
: laki-laki : tinggal dalam satu rumah
: meninggal
Saat ini klien tinggal seorang diri dan bercerai dengan istrinya, anak –
anak klien tinggal dengan istri klien.
Masalah Keperawatan : isolasi sosial
3) Hubungan sosial
(1) Orang Terdekat
Klien mengatakan orang yang paling dekat adalah ibunya.
(2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan saat di rumah tidak pernah mengikuti
kegiatan/organisasi di lingkungannya. Pada saat di RS klien
mengatakan tidak mau diajak berkumpul dengan klien lain, klien
mengatakan lebih suka menyendiri.

26
(3) Hambatan dalam bergaul dengan orang lain
Klien mengatakan lebih suka menyendiri daripada bergaul dengan
orang lain. Klien mengatakan waktu di rumah, jarang bergaul dengan
tetangganya karena tetangganya adalah orang yang kaya serta
rumahnya mewah dan pagarnya tinggi-tinggi. Ketika di rumah sakit
klien mengatakan lebih suka menyendiri.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial : menarik diri
4) Spiritual
(1) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan percaya akan adanya Tuhan.
(2) Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan beragama islam dan mengakui melakukan sholat
dan berdoa ketika dirumah. Tetapi klien tidak pernah mengikuti
kegiatan seperti pengajian, yasinan, tahlilan dll. Setelah di RS klien
jarang shalat.
Masalah keperawatan: tidak ada
8. Aktivitas Sehari-Hari
1) Makan
Klien makan 3 kali sehari sesuai diet rumah sakit. Klien dapat makan
sendiri. Klien mengatakan mampu menghabiskan porsi makanan yang
disediakan.
2) BAB/BAK
Klien mampu BAB/BAK sendiri tanpa bantuan.
3) Mandi
Klien mandi 1-2 kali sehari dengan disuruh dan setiap hari sabtu klien
dimandikan dan dikeramasi oleh perawat.
4) Berpakaian/Berhias
Klien mengatakan jarang mandi, jarang gosok gigi dan mencuci rambut.
5) Istirahat dan TidurTidur siang :
Klien mengatakan tidur siang tidak menentu waktunya, kadang-kadang
jam 13.00 atau 14.00 wib. Tidur malam : Klien mengatakan tidur
malamnya tidak menentu, kadang-kadang jam 23.00 atau jm 24.00 wib.

27
6) Penggunaan obat
Klien minum obat dengan pengawasan petugas, dosisnya 3x1
7) Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan ia percaya kepada perawat untuk menolongnya dn bila
sembuhia akan tetap melanjutkan pengobatannya di RSJ.
8) Aktivitas di Dalam Rumah
Klien mampu mencucui npakaian sendiri dan menyapu.
9) Aktivitas di Luar Rumah
Klien belum dapat melakukan kegiatan dluar rumah.
Masalah Keperawatan:
(1) Defisit perawatan diri berhias dan berpakaian
(2) Issolasi sosial.
9. Mekanisme Koping
Maladaptif : Klien mengatakan menganggap dirinya sebagai orang yang tak
berguna, tidak mau melakukan aktifitas, merasa tidak ada harapan hidup.
Karena tidak ada yang memperhatikannya lagi.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
1) Masalah dengan dukungan kelompok
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok di mastyarakat
sepert tahlilan dan kegiatan kemasyarakatan.
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangga dan cenderung
menyendiri. Klien mengatakan tetangganya adalah orang kaya yang
dikelilingi tembok yang tinggi.
3) Masalah pendidikan
Klien mengatakan sekolah hanya tamat sampai kelas 3 SMU dan tidak
mampu melanjutkan kuliah karena masalah ekonomi.
4) Masalah pekerjaan
Klien mengatakan sudah setahun yang lalu dirinya di PHK dari
tempatnya bekerja dan sampai sekarang tidak punya pekerjaan.
5) Masalah dengan perumahan

28
Klien mengatakan tinggal sendirian sejak ditinggal istri dan anak-
anaknya. rumah yang di tempati adalah rumah klien sendiri.
6) Masalah ekonomi
Menurut status : Klien berasal dari keluarga yang sederhana. Klien tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
karena tidak memiliki pekerjaan.
Menurut klien : Klien mengatakan tidak mempunyai penghasilan tetap
karena tidak bekerja.
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: ditanggung oleh pemerintah
daerah (SKTM).
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah
11. Kurang Pengetahuan Tentang
merawat diri, menghadapi masalah dengan efektif, membangun kepercayaan
diri, mekanisme koping dan pengobatan
Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
12. Aspek Medis
Diagnosa medis : Frustasi
Terapi medis : haloperidol 0,5 mg 0-0-1/oral, Merlopam 2 mg 0-1/2-1/oral
13. Daftar Masalah Keperawatan
1) Koping individu tidak efektif : Resiko bunuh diri
2) Menarik diri : Isolasi sosial
3) gangguan konsep diri : Harga diri rendah
4) Defisit Perawatan diri ; Berpakain dan berhias
14. Daftar diagnosa Keperawatan.
1) Resiko bunuh diri berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif
2) Isolasi sosial berhubungan dengan Menarik diri
3) Harga diri rendah berhubungan dengan gangguan konsep diri

Pohon masalah :

29
CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI RSJ

Nama : RM No.:
DIAGNOSIS TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN

30
BAB 4

31
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk

mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya

melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-

isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian,

atau luka yang menyakiti diri sendiri.

3.2. Saran

Bagi tenaga kesehatan dan keluarga korban supaya lebih

memahami tanda dan gejala bunuh diri sehingga dapat dicegah terjadinya

kasus bunuh diri.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Dalami, E, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan

Jiwa. Jakarta, Trans Info Media.

2. Jenny, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial

dan Gangguan Jiwa. Medan, USU Press.

3. Keliat. B.A, (2009). Tingkah Laku Bunuh Diri. Jakarta, EGC.

4. Kompas, (2016) di Peroleh dari situs kompas.com pada tanggal 18 Mei 2016.

5. Stuart, GW, (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta, EGC.

6. Sujono & Teguh, (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta, Graha Ilmu.

7. Yosep, I, (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung, Refika Aditama.

KATA PENGANTAR

33
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok

kami dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan

jiwa dengan bahan kajian Asuhan keperawatan bunuh diri. Tidak lupa kami

memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik

yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan terimakasih kepada

pihak – pihak yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna,

untuk itu kami sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Palangka Raya, 25 Nopember 2017

Penyusun

DAFTAR ISI
i

34
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ........... ii

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. .......................... 2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................... .................... 3

1.4 Manfaat ......................................................................................................... 3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ......................................................................................... 4

2.2 Rentang Respon ................................................................................ 5

2.3 Faktor Predisposisi dan Faktor prespitasi ......................................... 6

2.4 Tanda dan Gejala ............................................................................. 7

2.5 Psiopatologi ……………………………………………................... 8

2.6 Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 10

2.7 Askep ............................................................................................... 16

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 23

3.2 Saran ................................................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24

MAKALAH
ii

35
KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN BUNUH DIRI

DOSEN : Ns. SURYAGUSTINA, M.Kep

DI SUSUN OLEH : Kelompok III


RIUP YAKUP (2017C06b0103) WULANDARIYUPIAMI (2017C06b0117)
EKA SUKAWATI (2017C06b0086) SAMIATIE (2017C06b0104)
CAHYA HAWIYANI (2017C06b0081) WAHYU WIDODO (2017C06b0115)
PATRIANI (2017C06b0101) EMELDA PERTIWI (2017C06b0089)
TANTIE SETIAWATI (2017C06b0109)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2017

36

Anda mungkin juga menyukai