PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
mengenai
bagaimana
mengatasi
konflik
ini.
Perawat
harus
atau
nonverbal
bahwa
orang
tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/ non verbal
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri
Ancaman bunuh diri
Bunuh Diri
2.7 Tanda dan Gejala
Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang
tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap
diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi
dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapunpetunjuk psikiatrik
anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainanafektif, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja,
dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat
psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak
bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor
kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif,
keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen
suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk
bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide
adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat
kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare,
pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru
.inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik
yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan
terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan
CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan
perdarahan cerebral.
2.10 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
9
10
11
pula
kemampuan
yang
dapat
12
rendahnya
harga
diri,
dan
pengurangan
kosumsi
dan
13
melihat hal-hal yang tidak dapat didengar atau dilihat oleh orang
lain.
2. Gangguan Jiwa Disebabkan oleh Kutukan dan Guna-Guna
Saat ini, orang yang mengalami gangguan jiwa seringkali dianggap
karena kemasukan roh atau gara-gara menuntut ilmu khusus
sehingga pengobatan cenderung mencari pengobatan supranatural
dibandingkan medis. Penjelasan dari Prof. dr. Sasanto Wibisono,
SpKJ(K), salah satu psikiater yang menjadi pengajar di Universitas
Indonesia ini : Masih ada beberapa kerancuan pada makna istilah,
yang dapat menghambat usaha memasyarakatkan psikiatri. Istilah
psikiatri (inggris: psychiatry) diangkat dari bahasa Yunani, yaitu
psyche (soul, mind kehidupan mental, baik yang sadar maupun
bawah sadar dalam bahasa Indonesia: roh, jiwa, mental) dan iatreia
(healing-penyembuhan). Sesuai dengan kedudukannya sebagai
bidang ilmu, maka di dalam bidang psikiatri, psyche berarti mind
atau mental dan bukan berarti soul atau roh.
3. Pengidap Gangguan Jiwa Cuman Sedikit di Indonesia
Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan
angka nasional gangguan jiwa dan mental emosional (kecemasan
dan depresi) pada penduduk usia sekitar 15 tahun, adalah 11,6%,
atau sekitar 19 juta penduduk. Sedangkan dengan gangguan jiwa
berat rata-rata sebesar 0,64% (1 juta) penduduk. Dengan provinsi
pemegang angka gangguan mental dan emosional tertinggi di
Indonesia adalah Jawa Barat yang mencapai angka 20%. 20% mah
masih dikit gaaaan, cuman 1 dari 5
4. Gangguan Jiwa Berobatnya di Dukun atau Paranormal
Banyak sebagian orang masih saja pegi ke dukun untuk berobat,
kurangnya pengetahuan serta kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
membuat mereka.
5. Semua Obat dari Dokter Ketergantungan pergi ke dokter
Obat yang dapat menyebabkan ketergantungan hanyalah obat-obatan
yang berasal dari golongan benzodiazepine, contohnya alprazolam
(xanax). Dan ketergantungan tidak terjadi begitu saja, kalau
14
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
B. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
C. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
Diagnosa Medis Gangguan Jiwa: Diagnosa medis
gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.
16
yang
mengalami
diri.
Riwayat Keluarga: Keluarga yang pernah melakukan
bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam keluarga
merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
Menurunnya
neurotransmitter
serotonin,
opiate
dan
E. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
F. Konsep Diri
Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia
anakn
Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang
kepala keluarga, ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari
berapa bersaudara
Ideal Diri: Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah
pulang/sembuh klien akan melakukan apa untuk hidupnya
17
lembaran baru.
Harga Diri: Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan,
implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.
G. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa
,ataukah teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan
lingkugannya, apakah klien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi
dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat
sensitive.
H. Spiritual
I. Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
18
makan kembali.
Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
K. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang
dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa
kehidupan
yang
interpersonal,
memalukan
dipermalukan
di
seperti
depan
masalah
hubungan
umum,
kehilangan
19
Respon adaptif
peningkatan pengambilan
diri
resiko yang
Respon maladaptif
pencederaan bunuh diri
perilaku
destruktif-
diri
langsung
Skor
Intensitas
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
2
3
4
Perilaku
atau Gejala
Intensitas Resiko
Rendah
Sedang
Tinggi
Cemas
Rendah
Sedang
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
IsolasiMenarik diri
Perasaan
depresi yang
samar, tidak
menarik diri
Perasaan tidak
berdaya, putus asa,
menarik diri
Tidak
berdaya,putus asa,
menarik diri, protes
pada diri sendiri
Fungsi
sehari-hari
Umumnya baik
pada semua
aktivitas
Sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
Strategi
koping
Umumnya
konstruktif
Sebagian
konstruktif
Sebagian besar
destruktif
Orang dekat
Beberapa
Tidak ada
Pelayanan
psikiatri
yang lalu
Tidak, sikap
positif
Ya, umumnya
memuaskan
Bersikap negative
terhadap
pertolongan
Pola Hidup
Stabil
Sedang
Tidak stabil
10
Pemakai
Tidak sering
Sering
Terus menerus
21
alcohol/obat
11
Percobaan
Tidak atau yang Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri tidak fatal
dengan cara yang berbagai cara yag
sebelumnya
agak fatal
fatal
12
13
Bermusuhan
Tidak
sedikit
14
Rencana
Bunuh diri
Samar, kadangkadang
ada
pikiran,
tidak
ada rencana
Sedikit
atau Beberapa
Sering dipikirkan,
kadang-kadang ad
aide
untuk
merencanakan
kegagalan
perpisahan
Objektif
mengalami depresi, cemas, dan
mental
menyatakan pikiran, harapan,
22
pengobatan
berbicara lamban, keletihan,
berharga
menyatakan perasaan tertekan
23
Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
Tujuan Umum
Klien tidak mencederai diri.
Tujuan Khusus
Klien:
1. Klien dapat membina
Kriteria Hasil:
1. Pasien dapat menunjukan
hubungan saling
komunikasi terapeutik
percaya dengan
perasaaan negatif
Intervensi
o Perkenalkan diri dengan klien
o Tanggapi pembicaraan klien
perasaan atau
perilaku yg
diri
mengarah pada
tindakan implusif
Mengungkapkan
secara verbal
dan lain-lain).
o Tempatkan klien di ruangan
yang tenang dan selalu terlihat
tentang
oleh perawat.
24
pengendalian secar
implus
Menghindari
saat.
lingkungan dan
situasi beresiko
3. Klien dapat
tinggi
mengekspresikan
perasaanya
keputusasaan.
Beri dorongan untuk
mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.
o Beri waktu dan kesempatan
untuk menceritakan arti
penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
o Beri dukungan pada tindakan
atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk
4. Klien dapat
25
meningkatkan harga
hidup.
diri
o Bantu untuk memahami bahwa
klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
o Kaji dan kerahkan
sumber-sumber internal
individu.
o Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama,
5. Klien dapat
menggunakan koping
yang adaptif
o Ajarkan untuk
mengidentifikasi
pengalaman-pengalaman yang
26
menggunakan
dukungan sosial
27
7.
klien dapat
menggunakan obat
sumber-sumber ekstemal
individu (orang-orang
terdekat, tim pelayanan
kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianut).
o Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman
masa lalu, aktivitas
keagamaan, kepercayaan
Keluarga:
1. Keluarga berperan
serta melindungi
anggota keluarga
yang mengancam
28
agama).
o Lakukan rujukan sesuai
indikasi (misal : konseling
pemuka agama).
atau mencoba
bunuh diri
2. Keluarga pasien
mampu merawat
pasien dengan
resiko bunuh diri
waktu).
o Anjurkan membicarakan efek
dan efek samping yang
dirasakan.
o Beri reinforcement positif bila
menggunakan obat dengan
benar.
29
pasien sendirian
o Menganjurkan keluarga untuk
membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya
disekita pasien
o Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak sering
melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum
obat secara teratur.
30
b. Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
o Mengajarkan keluarga tentang
cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri.
a. Mengajarkan keluarga
tentang cara yang dapat
dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh
diri.
b. Menjelaskan tentang caracara melindungi pasien,
antara lain:
-
Memberikan
tempat yang aman.
Menempatkan pasien
31
Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barangbarang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
32
Selalu
mengadakan
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri meningkat.
Jangan pernah
melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
33
b.
34
Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
b.
Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara teratur
untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya
c.
Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.
35
36
NO
1.
TGL/JAM
DIAGNOSA
TINDAKAN
EVALUASI
10/4/2010
KEP
Resiko
BunuhSp I Pasien
PK.10.00
Diri
WIB
Sp II Pasien
1. Mengidentisifikasi aspek positif
pasien
2. Mendorong pasien untuk
berfikir positif terhadap diri
sendiri
3. Mendorong pasien untuk
menghargai diri sebagai
individu yang berharga
Sp III Pasien
1. Mengidentisifikasi pola koping
yang biasa diterapkan pasien
2. Menilai pola koping yng biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi pola koping
yang konstruktif
4. Mendorong pasien memilih
pola koping yang konstruktif
5. Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
konstruktif dalam kegiatan
harian
Sp IV Pasien
1
2
BAB III
PENUTUP
4.1 Simpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991
: 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
38
Daftar Pustaka
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, Jakarta
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama
39