Anda di halaman 1dari 43

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI


MATA KULIAH JIWA

DISUSUN OLEH :
BANGUN INDRA TRI ATMOJO
12.321.010

Kelas 6B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan praktika Keperawatan jiwa dengan masalah RESIKO
BUNUH DIRI di Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Widiodiningrat Lawang
Malang , sesuai praktik yang dilakukan oleh :
Nama

NIM

Semester

: VI

Institusi

: Stikes ICME Jombang

Sebagai syarat pemenuhan praktika klinik yang disetujui dan di sahkan pada :
Hari

Tanggal

Malang, ...............................2015
Mahasiswa

Menyetujui
Pembimbing Akademik

Pembimbing Ruangan

Kepala Ruangan

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti
Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun
dan China yang mencapai 250.000 per tahun.
Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan
bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per
100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah
Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia
remaja dan dewasa muda (15 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak
dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan
perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki
lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh
diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orangorang yang berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang
yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan
miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan
psikolog.

Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?

Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dan tenaga kerja kesehatan dapat menangani pasien
dengan resiko bunuh diri dengan benar dan tepat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Agar mahasiswa keperawatan dapat menangani pasien dengan
resiko bunuh diri secara tepat dan mudah apabilah menemuinya
disekitarnya atau pada saat prektek.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar mempermudah kinerja perawat apabilah menemui pasien
dengan resiko bnuh diri
3. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat umum bisa menegetahui bahaya dan dapat
mencegah bunuh diri dikalangan masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Bunuh Diri


Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008).
Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008).
Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat
mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup
aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini
sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk
tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada
kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada
kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi
(Stuart & Sundeen, 2006). Menurut Shives (2008) mengemukakan rentang
harapan putus harapan merupakan rentang adaptif maladaptif

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh


normanorma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon
maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan
masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
setempat. Respon maladaptif antara lain :
1

Ketidak berdayaan, keputusasaan, apatis.


5

Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan


masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang
bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan
koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2

Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir
dengan bunuh diri.
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandaidengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri
terjadi padasaat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untukmengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhirindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Laraia, 2005).

Etiologi Bunuh Diri


Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1

Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

Interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan


hukumanpada diri sendiri.

Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

Berdasarkan teori terdapat 3 penyebab terjadinya bunuh diri adalah sebagai


berikut :
Genetic dan teori biologi

Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada


keturunannya. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat

menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri


Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu : Egoistik
(orang yang tidak terintegrasi pada kelompok social) , atruistik
(Melakukan suicide untuk kebaikan masyarakat) dan anomic ( suicide
karena kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain dan

beradaptasi dengan stressor).


Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh diri
merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri sendiri.

2.3 Faktor Terjadinya Masalah


2.3.1 Faktor Predisposisi
Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh diri
antaralain :
Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan
depresi.

Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.

Riwayat keluarga
7

Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri


merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.

2.3.2 Faktor Presipitasi


Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:
1

Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan


hubunganinterpersonal/gagal melakukan hubungan yang
berarti.

Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.

Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan


hukumanpada diri sendiri.

Cara untuk mengakhiri keputusan.

2.4 Jenis-Jenis Bunuh Diri


Menurut Durkheim, bunuh diri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1

Bunuh diri egoistic (faktor dalam diri seseorang)


Individu tidak mampu berinteraksi dengan masyarakat, ini disebabkan
oleh kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang menjadikan
individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi
dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka tidak menikah
lebih rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan
mereka yang menikah.

Bunuh diri altruistic (terkait kehormatan seseorang)


Individu terkait pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung
untuk bunuh diri karena indentifikasi terlalu kuat dengan suatu
kelompok, ia merasa kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

Bunuh diri anomik (faktor lingkungan dan tekanan)

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara


individu dan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan
norma-norma kelakuan yang biasa. Individu kehilangan pegangan dan
tujuan. Masyarakat atau kelompoknya tidak memberikan kepuasan
padanya karena tidak ada pengaturan atau pengawasan terhadap
kebutuhan-kebutuhannya.
2.5 Sumber dan Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) terdapat sumber dan mekanisme
koping pada perilaku bunuh diri yaitu:
1

Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri.
Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas
hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema
etik mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien
untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban yang mudah
mengenai

bagaimana

mengatasi

konflik

ini.

Perawat

harus

melakukannya sesuai dengan sistem keyakinannya sendiri.


2

Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tak langsung adalah :
a

Denial, mekanisme koping yang paling menonjol

Rasionalisme

Intelektualisasi

Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa

memberikan cara koping alternatif. Mekanisme pertahanan ini


9

mungkin berada diantara individu dan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
2.6Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang
yang siapmembunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1

Ancaman bunuh diri


Peningkatan

verbal

atau

nonverbal

bahwa

orang

tersebutmempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan


ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif
dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
2

Upaya bunuh diri


Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh
individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang
tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/ non verbal
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri

10

Ambivelensi tentang kematian

Kurangnya respon positif

2.7 Tanda dan Gejala


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang
tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk
melakukan rencana bunuh diri tersebut adalah: keputusasaan, celaan terhadap
diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna, alam perasaan depresi, agitasi
dan gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. Adapunpetunjuk psikiatrik
anatara lain: upaya bunuh diri sebelumnya, kelainanafektif, alkoholisme dan
penyalahgunaan obat, kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja,
dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia. Sedangkan riwayat
psikososial adalah: baru berpisah, bercerai/ kehilangan, hidup sendiri, tidak
bekerja, perubahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami, faktor-faktor
kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan, kegiatan kognitif dan negatif,
keputusasaan, harga diri rendah, batasan/ gangguan kepribadian antisosial.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen
suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk
bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide
11

adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat
kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare,
pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru
.inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik
yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan
terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan
CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan
perdarahan cerebral.

2.10 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan

12

keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
1

Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus
bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a

Tindakan keperawatan untuk pasien


1

Tujuan :
a

Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kliendapatterlindungdariperilakubunuhdiri

Kliendapatmengekspresikanperasaannya

Kliendapatmeningkatkanhargadiri

Kliendapatmenggunakankoping yang adaptif

Tindakan keperawatan
a

Membina Hubungan Saling percaya kepada pasien


1

Perkenalkan diri dengan klien

Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak


menyangkal.

Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.

Bersifat hangat dan bersahabat.

Temani klien saat keinginan mencederai diri


meningkat.

13

Melindungi pasien dari perilaku bunuh diri


1

Jauhkankliendaribenda-benda yang
dapatmembahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).

Tempatkanklien di ruangan yang


tenangdanselaluterlihatolehperawat.

3
c

Awasikliensecaraketatsetiapsaat.

Membantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya


1

Dengarkankeluhan yang dirasakan.

Bersikapempatiuntukmeningkatkanungkapankeragu
an,ketakutandankeputusasaan.

Beridoronganuntukmengungkapkanmengapadanbag
aimanaharapannya.

Beriwaktudankesempatanuntukmenceritakanartipen
deritaan, kematian, dan lain lain.

Membantu pasien untuk meningkatkan harga dirinya


1

Bantu
untukmemahamibahwakliendapatmengatasikeputusa
saannya.

Kajidankerahkansumber-sumber internal individu.

Bantu mengidentifikasisumber-sumberharapan
(misal: hubunganantarsesama, keyakinan, halhaluntukdiselesaikan).

Membantu pasien untuk menggunakan koping individu


yang adaptif
1

Ajarkanuntukmengidentifikasipengalamanpengalam
an yang menyenangkansetiaphari (misal :berjalanjalan, membacabukufavorit, menulissuratdll.)

Bantu untukmengenalihal-hal yang iacintaidan yang


iasayang, danpentingnyaterhadapkehidupan orang

14

lain,
mengesampingkantentangkegagalandalamkesehatan.
3

Beridoronganuntukberbagikeprihatinanpada orang
lain yangmempunyaisuatumasalahdanataupenyakit
yang
samadantelahmempunyaipengalamanpositifdalamme
ngatasimasalahtersebutdengankoping yang efektif

b Tindakan keperawatan untuk keluarga


1

Tujuan :

Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang


mengalami masalah rasa ingin bunuh diri

Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin
bunuh diri adalah :
a

Membina hubungan saling percaya


1

Panggil klien dengan nama panggilan yang


disukai.

Bicara dengansikaptenang, rileks dan


tidakmenantang.

Membantu pasien untuk mengidentifikasi kemampuan


dan aspek positif yang dimiliki
1

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki

Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

Utamakan pemberian pujian yang realitas

Membantu pasien dalam menilai kemampuan yang


dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga
1

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki

Diskusikan

pula

kemampuan

dilanjutkan setelah pulang ke rumah

15

yang

dapat

Melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


1

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat


dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang


klien lakukan.

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi


kondisi klien

Memanfaatkan sistem pendukung yang ada


1

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang


cara merawat klien

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien


dirawat

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Beri reinforcement positif atas keterlibatan


keluarga

2.11 Pencegahan
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan
pada keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga
ada kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih
baik. Pencegahan berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi isolasi
sosial,

rendahnya

harga

diri,

dan

pengurangan

kosumsi

dan

penyalahgunaan alkohol dan obat.


2.12 Tingkatan Bunuh Diri
Berdasarkan besar kemungkinan individu melakukan bunuh diri, maka
bunuh diri di bagi 3 yaitu :

1. Ancaman bunuh diri (suicide threats)


Merupakan peringatan verbal atau non verbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan bunuh diri. Individu akan mengatakan
16

bahwa hidupnya tidak akan lama lagi atau mungkin menunjukkan


respon non verbal dengan memberikan barang-barang yang
dimilikinya. Misalkan dengan mengatakan tolong jaga anakku
karena saya akan pergi jauh atau segala sesuatu akan lebih baik
tanpa saya. Perilaku ini harus dipertimbangkan dalam konteks
peristiwa kehidupan saat ini. Ancaman menunjukkan ambivalensi
tentang kematian.

2. Percobaan bunuh diri (suicide attempts)


Klien sudah melakukan percobaan bunuh diri. Semua tindakan
yang dilakukan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu
dan dapat menyebabkan kematian, jika tidak dilakukan pertolongan
segera. Pada kondisi ini klien aktif mencoba bunuh diri dengan
berbagai cara seperti gantung diri, minum racun, memotong urat
nadi atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

3. Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati
mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.

17

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
B. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
C. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :

Diagnosa

Medis

Gangguan

Jiwa:Diagnosa

medis

gangguan jiwa yang beresiko untuk bunuh diri yaitu


gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan schizophrenia.
Lebih dari 90% orang dewasa mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mengalami gangguan jiwa.

Sifat Kepribadian:Sifat kepribadian yang meningkatkan


resiko bunuh diri yaitu suka bermusuhan, impulsif,
kepribadian anti sosial dan depresif.

Lingkungan

Psikososial:Individu

yang

mengalami

kehilangan dengan proses berduka yang berkepanjangan


akibat perpisahan dan bercerai, kehilangan barang dan
kehilangan dukungan sosial merupakan faktor penting yang

18

mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bunuh


diri.

Riwayat Keluarga:Keluarga yang pernah melakukan


bunuh diri dan konflik yang terjadi dalam keluarga
merupakan faktor penting untuk melakukan bunuh diri.
Menurunnya

neurotransmitter

serotonin,

opiate

dan

dopamine dapt menimbulkan perilaku destruktif-diri.

D. Faktor Predispitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:

Resiko bunuh diri

Risiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah

E. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.

F. Konsep Diri

Gambaran Diri: Klien biasanya merasa tidak ada yang ia


sukai lagi dari dirinya.

Identitas: Tanyakan pada klien apakah dia sudah, menikah


atau belom, kalau sudah menikah apakah sudah memiliki
anakn

19

Peran Diri: Tanyakan pada klien apakah klien seorang


kepala keluarga, ibu/ ibu rumah tangga atau sebagai anak dari
berapa bersaudara

Ideal Diri:Klien menyatakan bahwa kalau nanti sudah


pulang/sembuh klien akan melakukan apa untuk hidupnya
selanjutnya, apakah lebih bersemangat atau membuat
lembaran baru.

Harga Diri:Tanyakan apakah Klien Agresif, bermusuhan,


implisif, depresi dan jarang berinteraksi dengan orang lain.

G. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa
,ataukah teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan
lingkugannya, apakahklien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi
dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat
sensitive.
H. Spiritual

Nilai dan keyakinan: Tanyakan apakah pasien percayaakan


adanya Tuhan atau dia sering mempersalahkan Tuhan atas
hal yang menimpanya.

Kegiatan ibadah: Tanyakan apakah Klien sering,selalu atau


jarang beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

I. Status Mental

Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
intrest, kurang mendengarkan.

Pembicaraan:

20

Klien hanya mau bicara bila ditanya oleh perawat, jawaban


yang diberikan pendek, afek datar, lambat dengan suara yang
pelan, tanpa kontak mata dengan lawan bicara kadang tajam,
terkadang terjadi blocking.

Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas

Interaksi selama wawancara:


Kontak mata kurang, afek datar, klien jarang memandang
lawan bicara saat berkomunikasi.

Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.

J. Kebutuhan Persiapan Pulang

Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat


makan kembali.

Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC


serta membersihkan dan merapikan pakaian.

Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.

Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.

Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah


diminum

K. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang
dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa
kehidupan

yang

interpersonal,

memalukan

dipermalukan

di

seperti
depan

masalah

hubungan

umum,

kehilangan

pekerjaan, ancaman penahanan dan dapat juga pengaruh media


yang menampilkan peristiwa bunuh diri.

21

L. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko
bunuh diri pada pasien

M. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah
seringkali membutuhkan bantuan orang lain.

N. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak
diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan
regresi. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah
indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri
sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah
hidupnya.

O. Rentang Respon

Respon adaptif
peningkatan pengambilan
diri

resiko yang

perilaku
destruktif-

meningkatkan diri tidak


pertumbuhan

langsung 22

Respon maladaptif
pencederaan bunuh diri
diri

P. Intensitas Bunuh diri


Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer
(1997, dikutip oleh shivers, 1998,hal 475). Mengkaji intensitas
bunuh diri yang disebut SIRS (Suicidal Intertion Rating Scale). ,
intensitas bunuh diri dengan skor 0-4 dijelaskan pada tabel
(Suicidal Intertion Rating Scale).

Skor

Intensitas

Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang

Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri

2
3
4

Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan


bunuh diri
Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri
atau saya bunuh diri.
Aktif mencoba bunuh diri
23

Pengkajian tingkat resiko Bunuh Diri


N
O

Perilaku
atau Gejala

Intensitas Resiko
Rendah

Sedang

Tinggi

Cemas

Rendah

Sedang

Tinggi atau panic

Depresi

Ringan

Sedang

Berat

IsolasiPerasaan
Menarik diri depresi yang
samar, tidak
menarik diri

Perasaan tidak
berdaya, putus asa,
menarik diri

Tidak
berdaya,putus asa,
menarik diri,
protes pada diri
sendiri

Fungsi
sehari-hari

Umumnya baik
pada semua
aktivitas

Baik pada
beberapa aktivitas

Tidak baik pda


semua aktivitas

Sumber

Beberapa

Sedikit

Kurang

Strategi
koping

Umumnya
konstruktif

Sebagian
konstruktif

Sebagian besar
destruktif

Orang dekat

Beberapa

Sedikit atau hanya


satu

Tidak ada

Pelayanan
psikiatri
yang lalu

Tidak, sikap
positif

Ya, umumnya
memuaskan

Bersikap negative
terhadap
pertolongan

Pola Hidup

Stabil

Sedang

Tidak stabil

10

Pemakai
alcohol/obat

Tidak sering

Sering

Terus menerus

11

Percobaan
Tidak
atau Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri yang tidak fatal dengan cara yang berbagai cara yag
sebelumnya
agak fatal
fatal

12

Disorientasi
dan
disorganisas
i

Tidak ada

Sedikit

24

Jelas atau ada

13

Bermusuhan Tidak
sedikit

14

Rencana
Bunuh diri

atau Beberapa

Samar, kadangkadang
ada
pikiran, tidak
ada rencana

Jelas atau ada

Sering dipikirkan,
kadang-kadang ad
aide
untuk
merencanakan

3.2 Pohon Masalah

Resiko bunuh diri


Isolasi sosial
Harga diri rendah
Koping keluarga tidak efektif

kegagalan

perpisahan

3.3 Analisis Data


Subjektif
memiliki riwayat penyakit

Objektif
mengalami depresi, cemas, dan

mental
menyatakan pikiran, harapan,

perasaan putus asa


respon kurang dan gelisah

dan perencanaan bunuh diri


menyatakan bahwa sering

menunjukkan sikap agresif

mengalami kehilangan secara


bertubi-tubi dan bersamaan
menderita penyakit yang

tidak koperatif dalam menjalani

prognosisnya kurang baik


menyalahkan diri sendiri,

pengobatan
berbicara lamban, keletihan,

perasaan gagal dan tidak

menarik diri dari lingkungan sosial

25

berharga
menyatakan perasaan tertekan

penurunan berat badan

3.4 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang
cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh
mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa
keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang
dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang
diberikan oleh pasien dan keluarga.
Diagnosa NANDA yang berhubungan dengan Respon Proteksi Diri
Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri

26

3.4 Intervensi Keperawatan


N

Diagnosa Keperawatan

Tujuan Umum

Tujuan Khusus

O
1

Resiko Bunuh Diri

Klien tidak mencederai diri.

Klien:
1

Klien dapat membina

Intervensi
o Perkenalkan diri dengan klien
o Tanggapi pembicaraan klien

hubungan saling

dengan sabar dan tidak

Kriteria Hasil:

percaya dengan

menyangkal.

1. Pasien dapat menunjukan

komunikasi terapeutik

pengendalian implus dengan

jujur.

indikator sebagai berikut:

o Bicara dengan tegas, jelas, dan


o Bersifat hangat dan bersahabat.

Mengeluarkan

o Temani klien saat keinginan

perasaaan negatif

mencederai diri meningkat.

secara tepat

Mengidentifikasi
perasaan atau perilaku

Klien dapat terlindung

o Jauhkan klien dari bendabenda

yg mengarah pada

dari perilaku bunuh

yang dapat membahayakan

tindakan implusif

diri

(pisau, silet, gunting, tali, kaca,

Mengungkapkan

27

dan lainlain).

secara verbal tentang

o Tempatkan klien di ruangan

pengendalian secar

yang tenang dan selalu terlihat

implus

oleh perawat.

Menghindari

o Awasi klien secara ketat setiap

lingkungan dan

saat.

situasi beresiko tinggi

Klien dapat

o Dengarkan keluhan yang

mengekspresikan
perasaanya

dirasakan.
o Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
o

Beri dorongan untuk


mengungkapkan mengapa dan
bagaimana harapannya.

o Beri waktu dan kesempatan


untuk menceritakan arti

28

penderitaan, kematian, dan


lainlain.
o Beri dukungan pada tindakan
atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk
hidup.

Klien dapat

o Bantu untuk memahami bahwa

meningkatkan harga

klien dapat mengatasi

diri

keputusasaannya.
o Kaji dan kerahkan
sumbersumber internal
individu.
o Bantu mengidentifikasi
sumbersumber harapan (misal:
hubungan antar sesama,
keyakinan, halhal untuk
diselesaikan).

29

Klien dapat

o Ajarkan untuk

menggunakan koping

mengidentifikasi

yang adaptif

pengalamanpengalaman yang
menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulissurat dll.).
o Bantu untuk mengenali halhal
yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan
o pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
o Beri dorongan untuk berbagi
keprihatinan pada orang lain

30

yang mempunyai suatu


masalah dan atau penyakit
yang sama dan telah
mempunyai pengalaman
positif dalam mengatasi
masalah tersebut dengan
koping yang efektif.

Klien dapat

o Kaji dan manfaatkan

menggunakan

sumbersumber ekstemal

dukungan sosial

individu (orangorang
terdekat, tim pelayanan
kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianut).
o Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman

31

masa lalu, aktivitas


keagamaan, kepercayaan
agama).
o Lakukan rujukan sesuai
indikasi (misal : konseling
pemuka agama).

klien dapat

o Diskusikan tentang obat

menggunakan obat

(nama, dosis, frekuensi, efek

dengan benar dan

dan efek samping minum

tepat

obat).
o Bantu menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
o Anjurkan membicarakan efek
dan efek samping yang
dirasakan.

32

o Beri reinforcement positif bila


menggunakan obat dengan
benar.

o Menganjurkan keluarga untuk

Keluarga:

ikut mengawasi pasien serta

Keluarga berperan

jangan pernah meninggalkan

serta melindungi

pasien sendirian

anggota keluarga

o Menganjurkan keluarga untuk

yang mengancam

membantu perawat menjauhi

atau mencoba

barang-barang berbahaya

bunuh diri

disekita pasien
o Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak sering
melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum
obat secara teratur.

33

o Menanyakan keluarga tentang


2

Keluarga pasien
mampu merawat

tanda dan gejala bunuh diri


a

Menanyakan keluarga

pasien dengan

tentang tanda dan gejala

resiko bunuh diri

bunuh diri yang pernah


muncul pada pasien
b

Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri

o Mengajarkan keluarga tentang


cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri.
a

Mengajarkan keluarga
tentang cara yang dapat

34

dilakukan keluarga bila


pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh
diri.
b

Menjelaskan tentang caracara melindungi pasien,


antara lain:
-

Memberikan
tempat yang aman.
Menempatkan pasien
ditempat yang mudah
di awasi, jangan
biarkan pasien
mengunci diri
dikamarnya atau
jangan meninggalkan
pasien sendirian
dirumah

35

Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barangbarang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun nyamuk
atau racun serangga.

Selalu
mengadakan

36

pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri
meningkat. Jangan
pernah melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c

Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.

o Mengajarkan keluarga tentang


hal-hal yang dapat dilakukan apa

37

bila pasien melakukan percobaan


bunuh diri, antara lain:
a.

Mencari bantuan pada


tetangga sekitar atau
pemuka masyarakat
untuk menghentikan
upaya bunuh diri tersebut

b.

Segera membawa pasien


kerumah sakit atau
puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
medis.

o Mencari keluarga mencari


rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
a.

Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan

38

b.

Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara
teratur untuk mengatasi
masalah bunuh dirinya

c.

Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.

39

3.5 Implementasi dan Evaluasi

40

NO
1.

TGL/JAM

DIAGNOSA

TINDAKAN

EVALUASI

KEP
Resiko Bunuh Sp I Pasien

S :Klien mengatakan sudah mencoba

Diri

Membina hubungan saling

belajar berkenalan namun masih enggan

percaya dengan klien

untuk dilakukan

Mengidentifikasi bendabenda yang dapat

O: Klien aktif dan memperhatikan selama

membahayakan pasien

latihan berkenalan dengan perawat

Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan

A: Klien sudah tahu cara berkenalan

pasien.

dengan menyebutkan nama,asal,hobi

Melakukan kontrak treatment

Mengajarkan cara

P: Lanjutkan berkenalan dengan orang

mengendalikan dorongan

lain.

bunuh diri

Sp II Pasien
1

Mengidentisifikasi aspek
positif pasien

Mendorong pasien untuk


berfikir positif terhadap diri
sendiri

Mendorong pasien untuk


menghargai diri sebagai
individu yang berharga

Sp III Pasien
1

Mengidentisifikasi pola
koping yang biasa diterapkan
pasien

Menilai pola koping yng


biasa dilakukan

Mengidentifikasi pola koping


yang konstruktif

Mendorong pasien memilih


pola koping yang konstruktif

Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
41dalam kegiatan
konstruktif

harian

BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 2012
: 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.

4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.

42

Daftar Pustaka
Keliat Budi A. 2012. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Direja, Ade Herman Surya. 2011.

Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta : Nuha Medika


Mustofa, Ali. 2010. Asuhan Keperawatan Psikiatri Berbasis Klinik. Mataram
M. Wilkson Judith.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
(NIC) dan Kriteria Hasil (NOC). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. cetakan kedua (edisi revisi). Bandung: PT
Refrika Aditama

43

Anda mungkin juga menyukai