DISUSUN OLEH :
BANGUN INDRA TRI ATMOJO
12.321.010
Kelas 6B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan praktika Keperawatan jiwa dengan masalah RESIKO
BUNUH DIRI di Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Widiodiningrat Lawang
Malang , sesuai praktik yang dilakukan oleh :
Nama
NIM
Semester
: VI
Institusi
Sebagai syarat pemenuhan praktika klinik yang disetujui dan di sahkan pada :
Hari
Tanggal
Malang, ...............................2015
Mahasiswa
Menyetujui
Pembimbing Akademik
Pembimbing Ruangan
Kepala Ruangan
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti
Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun
dan China yang mencapai 250.000 per tahun.
Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup
tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005,
sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan
bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per
100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah
Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia
remaja dan dewasa muda (15 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan
melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak
dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan
perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki
lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri.
Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh
diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orangorang yang berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang
yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan
miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan
psikolog.
Rumusan Masalah
Bagaiman Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan resiko binuh diri ?
Tujuan Masalah
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dan tenaga kerja kesehatan dapat menangani pasien
dengan resiko bunuh diri dengan benar dan tepat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Agar mahasiswa keperawatan dapat menangani pasien dengan
resiko bunuh diri secara tepat dan mudah apabilah menemuinya
disekitarnya atau pada saat prektek.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Agar mempermudah kinerja perawat apabilah menemui pasien
dengan resiko bnuh diri
3. Bagi Masyarakat
Agar masyarakat umum bisa menegetahui bahaya dan dapat
mencegah bunuh diri dikalangan masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan
merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya :
kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan
merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir
dengan bunuh diri.
a. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandaidengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri
terjadi padasaat individu ke luar dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untukmengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping
terakhirindividu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Laraia, 2005).
Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan
depresi.
Lingkungan psikososial
Seseorang yang baru mengalami kehilangan,
perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya
dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
Riwayat keluarga
7
Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan
depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
prilaku destrukif diri.
Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau penyakit yang
mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri.
Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kulaitas
hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup. Dilema
etik mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien
untuk berperilaku merusak diri. Tidak ada jawaban yang mudah
mengenai
bagaimana
mengatasi
konflik
ini.
Perawat
harus
Mekanisme Koping
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
destruktif-diri tak langsung adalah :
a
Rasionalisme
Intelektualisasi
Regresi
Mekanisme pertahanan diri tidak seharusnya ditantang tanpa
mungkin berada diantara individu dan bunuh diri. Perilaku bunuh diri
menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme koping. Ancaman
bunuh diri mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan
pertolongan agar dapat mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi
merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif.
2.6Patopsikologi
Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang
yang siapmembunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan
tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk
melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori:
1
verbal
atau
nonverbal
bahwa
orang
Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau
terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang
tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut
tidak diketahui tepat pada waktunya. Percobaan bunuh diri terlebih
dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu
masalah yang
menjatuhkan harga dirinya ( Stuart & Sundeen, 2006).
Peningkatan verbal/ non verbal
Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri
10
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen
suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk
bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide
11
adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika
gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan
tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat
kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare,
pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru
.inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya
meninggal.
Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan
menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan
terutama jaringan otak.
Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik
yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada
penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi
kegagalan multiple organ.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Koreksi penunjang dari kejadian tentamen suicide akan menentukan
terapi resisitasi dan terapi lanjutan yang akan dilakukan pada klien dengan
tentamen suicide.Pemeriksaan darah lengkap dengan elektrolit akan
menunjukan seberapa berat syok yang dialami klien, pemeriksaan EKG dan
CT scan bila perlu bia dilakukan jika dicurigai adanya perubahan jantung dan
perdarahan cerebral.
2.10 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
12
keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan
gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan
terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
1
Penatalaksanaan Medis
pada semua kasus, keinginan bunuh diri harus diperiksa. Apakah orang
mengisolasi dirinya sendiri waktu kejadian sehingga ia tidak
ditemukan atau melakukan tindakan agar tidak ditemukan. Pada kasus
bunuh diri membutuhkan obat penenang saat mereka bertindak
kekerasan pada diri mereka atau orang lain, dan pasien juga lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.
Penatalaksanaan Keperawatan
Tindakan keperawatan
a
Tujuan :
a
Kliendapatterlindungdariperilakubunuhdiri
Kliendapatmengekspresikanperasaannya
Kliendapatmeningkatkanhargadiri
Tindakan keperawatan
a
13
Jauhkankliendaribenda-benda yang
dapatmembahayakan (pisau, silet, gunting, tali,
kaca, dan lain lain).
3
c
Awasikliensecaraketatsetiapsaat.
Bersikapempatiuntukmeningkatkanungkapankeragu
an,ketakutandankeputusasaan.
Beridoronganuntukmengungkapkanmengapadanbag
aimanaharapannya.
Beriwaktudankesempatanuntukmenceritakanartipen
deritaan, kematian, dan lain lain.
Bantu
untukmemahamibahwakliendapatmengatasikeputusa
saannya.
Bantu mengidentifikasisumber-sumberharapan
(misal: hubunganantarsesama, keyakinan, halhaluntukdiselesaikan).
Ajarkanuntukmengidentifikasipengalamanpengalam
an yang menyenangkansetiaphari (misal :berjalanjalan, membacabukufavorit, menulissuratdll.)
14
lain,
mengesampingkantentangkegagalandalamkesehatan.
3
Beridoronganuntukberbagikeprihatinanpada orang
lain yangmempunyaisuatumasalahdanataupenyakit
yang
samadantelahmempunyaipengalamanpositifdalamme
ngatasimasalahtersebutdengankoping yang efektif
Tujuan :
Tindakan keperawatan
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang ingin
bunuh diri adalah :
a
Diskusikan
pula
kemampuan
15
yang
dapat
2.11 Pencegahan
Mereka yang akan melakukan bunuh diri biasanya memberikan peringatan
pada keluarganya dan sebelumnya sering mencari nasehat medis. Sehingga
ada kemungkinan untuk dicegah dengan diagnosis dan terapi yang lebih
baik. Pencegahan berskala besar harus diarahkan untuk mengatasi isolasi
sosial,
rendahnya
harga
diri,
dan
pengurangan
kosumsi
dan
3. Completed suicide
Terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau terabaikan. Orang
yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar mati
mungkin akan mati, jika tidak ditemukan pada waktunya.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Identitas Pasien:
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
B. Keluhan Utama:
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
C. Faktor Predisposis
Beberapa faktor prediposisi perilaku bunuh diri meliputi :
Diagnosa
Medis
Gangguan
Jiwa:Diagnosa
medis
Lingkungan
Psikososial:Individu
yang
mengalami
18
neurotransmitter
serotonin,
opiate
dan
D. Faktor Predispitasi
Klien mengatakan hidupnya tak berguna lagi dan lebih baik mati saja
Masalah Keperawatan:
E. Aspek Fisik/Biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
F. Konsep Diri
19
G. Hubungan Sosial
Tanyakan Menurut klien orang yang paling dekat dengannya siapa
,ataukah teman sekamar yg satu agama. Apakah Klien adalah orang
yang kurang perduli dengan lingkungannya atau sangat peduli dengan
lingkugannya, apakahklien sering diam, menyendiri, murung dan tak
bergairah ,apakah klien merupakan orang yg jarang berkomunikasi
dan slalu bermusuhan dengan teman yang lain, ataukah sangat
sensitive.
H. Spiritual
I. Status Mental
Penampilan:
pada penampilan fisik: Tidak rapi, mandi dan berpakaian
harus di suruh, rambut tidak pernah tersisir rapi dan sedikit
bau, Perubahan kehilangan fungsi, tak berdaya seperti tidak
intrest, kurang mendengarkan.
Pembicaraan:
20
Aktivitas Motorik:
Klien lebih banyak murung dan tak bergairah, serta malas
melakukan aktivitas
Memori
Klien kesulitan dalam berfikir rasional, penurunan kognitif.
K. Stressor Pencetus
Bunuh diri dapat terjadi karena stres yang berlebihan yang
dialami individu. Faktor pencetus seringkali berupa peristiwa
kehidupan
yang
interpersonal,
memalukan
dipermalukan
di
seperti
depan
masalah
hubungan
umum,
kehilangan
21
L. Penilaian Stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap
tindakan. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor resiko
bunuh diri pada pasien
M. Sumber Koping
Perlu dikaji adakah dukungan masyarakat terhadap klien dalam
mengatasi masalah individu dalam memecahkan masalah
seringkali membutuhkan bantuan orang lain.
N. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang berhubungan dengan perilaku merusak
diri tak langsung adalah denial, rasionalisasi, intelektualisasi dan
regresi. Seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri adalah
indiviidu telah gagal menggunakan mekanisme pertahanan diri
sehingga bunuh diri sebagai jalan keluar menyelesaikan masalah
hidupnya.
O. Rentang Respon
Respon adaptif
peningkatan pengambilan
diri
resiko yang
perilaku
destruktif-
langsung 22
Respon maladaptif
pencederaan bunuh diri
diri
Skor
Intensitas
Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak
mengancam bunuh diri
2
3
4
Perilaku
atau Gejala
Intensitas Resiko
Rendah
Sedang
Tinggi
Cemas
Rendah
Sedang
Depresi
Ringan
Sedang
Berat
IsolasiPerasaan
Menarik diri depresi yang
samar, tidak
menarik diri
Perasaan tidak
berdaya, putus asa,
menarik diri
Tidak
berdaya,putus asa,
menarik diri,
protes pada diri
sendiri
Fungsi
sehari-hari
Umumnya baik
pada semua
aktivitas
Baik pada
beberapa aktivitas
Sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
Strategi
koping
Umumnya
konstruktif
Sebagian
konstruktif
Sebagian besar
destruktif
Orang dekat
Beberapa
Tidak ada
Pelayanan
psikiatri
yang lalu
Tidak, sikap
positif
Ya, umumnya
memuaskan
Bersikap negative
terhadap
pertolongan
Pola Hidup
Stabil
Sedang
Tidak stabil
10
Pemakai
alcohol/obat
Tidak sering
Sering
Terus menerus
11
Percobaan
Tidak
atau Dari tidak sampai Dari tidak sampai
bunuh diri yang tidak fatal dengan cara yang berbagai cara yag
sebelumnya
agak fatal
fatal
12
Disorientasi
dan
disorganisas
i
Tidak ada
Sedikit
24
13
Bermusuhan Tidak
sedikit
14
Rencana
Bunuh diri
atau Beberapa
Samar, kadangkadang
ada
pikiran, tidak
ada rencana
Sering dipikirkan,
kadang-kadang ad
aide
untuk
merencanakan
kegagalan
perpisahan
Objektif
mengalami depresi, cemas, dan
mental
menyatakan pikiran, harapan,
pengobatan
berbicara lamban, keletihan,
25
berharga
menyatakan perasaan tertekan
26
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
O
1
Klien:
1
Intervensi
o Perkenalkan diri dengan klien
o Tanggapi pembicaraan klien
hubungan saling
Kriteria Hasil:
percaya dengan
menyangkal.
komunikasi terapeutik
jujur.
Mengeluarkan
perasaaan negatif
secara tepat
Mengidentifikasi
perasaan atau perilaku
yg mengarah pada
tindakan implusif
diri
Mengungkapkan
27
dan lainlain).
pengendalian secar
implus
oleh perawat.
Menghindari
lingkungan dan
saat.
Klien dapat
mengekspresikan
perasaanya
dirasakan.
o Bersikap empati untuk
meningkatkan ungkapan
keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
o
28
Klien dapat
meningkatkan harga
diri
keputusasaannya.
o Kaji dan kerahkan
sumbersumber internal
individu.
o Bantu mengidentifikasi
sumbersumber harapan (misal:
hubungan antar sesama,
keyakinan, halhal untuk
diselesaikan).
29
Klien dapat
o Ajarkan untuk
menggunakan koping
mengidentifikasi
yang adaptif
pengalamanpengalaman yang
menyenangkan setiap hari
(misal : berjalan-jalan,
membaca buku favorit,
menulissurat dll.).
o Bantu untuk mengenali halhal
yang ia cintai dan yang ia
sayang, dan
o pentingnya terhadap
kehidupan orang lain,
mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
o Beri dorongan untuk berbagi
keprihatinan pada orang lain
30
Klien dapat
menggunakan
sumbersumber ekstemal
dukungan sosial
individu (orangorang
terdekat, tim pelayanan
kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang
dianut).
o Kaji sistem pendukung
keyakinan (nilai, pengalaman
31
klien dapat
menggunakan obat
tepat
obat).
o Bantu menggunakan obat
dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara,
waktu).
o Anjurkan membicarakan efek
dan efek samping yang
dirasakan.
32
Keluarga:
Keluarga berperan
serta melindungi
pasien sendirian
anggota keluarga
yang mengancam
atau mencoba
barang-barang berbahaya
bunuh diri
disekita pasien
o Mendiskusikan dengan
keluarga untuk tidak sering
melamun sendiri
o Menjelaskan kepada keluarga
pentingnya passion minum
obat secara teratur.
33
Keluarga pasien
mampu merawat
Menanyakan keluarga
pasien dengan
Mendiskusikan tentang
tanda dan gejala yang
umumnya muncul pada
pasien beresiko bunuh diri
Mengajarkan keluarga
tentang cara yang dapat
34
Memberikan
tempat yang aman.
Menempatkan pasien
ditempat yang mudah
di awasi, jangan
biarkan pasien
mengunci diri
dikamarnya atau
jangan meninggalkan
pasien sendirian
dirumah
35
Menjauhkan
barang-barang yang
bias digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan
pasien dari barangbarang yang bias
digunakan untuk
bunuh diri, seperti
tali, bahan bakar
minyak/bensin, api,
pisau atau benda
tajam lainnya, zat
yang berbahaya
seperti racun nyamuk
atau racun serangga.
Selalu
mengadakan
36
pengawasan dan
meningkatkan
pengawasan apa bila
ada tanda dan gejala
bunuh diri
meningkat. Jangan
pernah melonggarkan
pengawasan,
walaupun pasien
tidak menunjukkan
tanda dan gejala
untuk bunuh diri.
c
Menganjurkan keluarga
untuk malaksanakan cara
tersebut diatas.
37
b.
Memberikan informasi
tentang nomor telpon darurat
tenaga kesehatan
38
b.
Menganjurkan keluarga
untuk mengantarkan pasien
berobat/control secara
teratur untuk mengatasi
masalah bunuh dirinya
c.
Menganjurkan keluarga
uuntuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip
lima benar pemberian obat.
39
40
NO
1.
TGL/JAM
DIAGNOSA
TINDAKAN
EVALUASI
KEP
Resiko Bunuh Sp I Pasien
Diri
untuk dilakukan
membahayakan pasien
Mengamankan benda-benda
yang dapat membahayakan
pasien.
Mengajarkan cara
mengendalikan dorongan
lain.
bunuh diri
Sp II Pasien
1
Mengidentisifikasi aspek
positif pasien
Sp III Pasien
1
Mengidentisifikasi pola
koping yang biasa diterapkan
pasien
Menganjurkan pasien
menerapkan pola koping
41dalam kegiatan
konstruktif
harian
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 2012
: 4). Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada dalam
keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
4.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengerti dan dapat memahami mengenai resiko bunuh diri beserta dengan
asuhan keperawatannya. Dengan tujuan agar dapat bermanfaat untuk
menjalankan tugas sebagai perawat kejiwaan kedepannya.
42
Daftar Pustaka
Keliat Budi A. 2012. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC
Direja, Ade Herman Surya. 2011.
43