Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN TETANUS

1. Pengertian
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan kuman secara
langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin (tetanoplasmin) yang dihasilkan oleh
kuman pada sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan
neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom. (Smarmo 2002)
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium tetani,
bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksisimal dan diikuti oleh kekakuan
otot seluruh badan, khususnya otot-otot massester dan otot rangka.

2. Klasifikasi
Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis yaitu: (Sudoyo Aru, 2009)

a. Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas
dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam
beberapa minggu dan menghilang.
b. Tetanus sefalik: Varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol
adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti
tetanus umum.
c. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering. Spasme otot, kaku
kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang terkunci
(trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi
ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik
sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
d. Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila
tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang tidak
imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas, spasme.
Klasifikasi beratnya tetanus oleh albert (Sudoyo Aru, 2009):

a. Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan sampai sedang,


spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa
disfagia
b. Derajat II (sedang): trismus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme
singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR 30x/ menit,
disfagia ringan.
c. Derajat III (berat): trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR 40x/ menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia
120.
d. Derajat IV (sangat berat): derajat tiga dengan otomik berat melibatkan sistem
kardiovaskuler. Hipotensi berat dan takikardia terjadi perselingan dengan
hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap.

3. Etiologi

Spora bacterium clostridium tetani (C. Tetani). Kuman ini mengeluarkan


toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospasmin) yang menyebabkan kejang otot
dan saraf perifer setempat. Termasuk bakteri gram positif. Bentuk: batang.
Terdapat: di tanah, kotoran manusia dan binatang (khususnya kuda) sebagai spora,
debu, instrument lain. Spora bersifat dorman dapat bertahan bertahun-tahun (> 40
tahun).
4. Patofisiologi
Biasanya penyakit ini terjdi setelah luka tusuk yang dalam misalya luka yang
disebabkan tertusuk paku, pecahan kaca, kaleng atau luka tembak, karena luka
tersebut menimbulkan keadaan anaerob yang ideal. Selain itu luka laserasi yang
kotor dan pada bayi dapat melalui tali pusat luka bakar dan patah tulang yang
terbuka juga akan mengakibatkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan
clostridium tetani.
Tetanus terjadi sesudah pemasukan spora yang sedang tumbuh,
memperbanyak diri dan mneghasilkan toksin tetanus pada potensial oksidasi-
reduksi rendah (Eh) tempat jejas yang terinfeksi. Plasmid membawa gena toksin.
Toksin yang dilepas bersama sel bakteri sel vegetative yang mati dan selanjutnya
lisis. Toksin tetanus (dan toksin batolinium) di gabung oleh ikatan disulfit. Toksin
tetanus melekat pada sambungan neuromuscular dan kemudian diendositosis oleh
saraf motoris, sesudah ia mengalami ia mengalami pengangkutan akson retrograt
kesitoplasminmotoneuron-alfa. Toksin keluar motoneuron dalam medulla spinalis
dan selanjutnya masuk interneuron penghambat spinal. Dimana toksi ini
menghalangi pelepasan neurotransmitter . Toksin tetanus dengan demikian
meblokade hambatan normal otot antagonis yang merupakan dasar gerakan yang
disengaja yang di koordinasi, akibatnya otot yang terkena mempertahankan
kontraksi maksimalnya, system saraf otonom juga dibuat tidak stabil pada tetanus.
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi
bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan
yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan
turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam
kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf
(cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas
serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun
toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sumsum belakang toksin menjalar dari
sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps
dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan
pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan. Masa inkubasi 2 hari
sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.
PATHWAY

5. Tanda dan gejala


Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama)
rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala
pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama:
regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari
setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan
lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu. (Sudoyo, Aru 2009)
Pemeriksaan fisis (Sumarmo, 2002)

a. Trismus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.


b. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
c. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti: otot
punggung, otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat
berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
d. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan
e. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya
terjadi setelah dirangsang misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, atau
terkena sinar yang kuat.
f. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernapasan akibat kejang yang
terus-menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan
anoksia dan kematian.

Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:

a. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan kesukaran


membuka mulut (trismus)
b. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:

1) Otot leher
2) Otot dada
3) Merambat ke otot perut
4) Otot lengan dan paha
5) Otot punggung, seringnya epistotonus

c. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)


d. Iritabilitas
e. Demam

Gejala penyerta lainnya:

a. Keringat berlebihan
b. Sakit menelan
c. Spasme tangan dan kaki
d. Produksi air liur
e. BAB dan BAK tidak terkontrol
f. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang

6. Pemeriksaan penunjang
a. EKG: interval CT memanjang karena segment ST. Bentuk takikardi
ventrikuler (Torsaderde pointters)
b. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih rendah
kadar fosfat dalam serum meningkat.
c. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukkan klasifikasi.

7. Penatalaksanaan
a. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
1) hiperimun globulin (paling baik)
Dosis: 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah-otak
2) Pemberian ATS (anti tetanus)
ATS profilaksis diberikan untuk (luka yang kemungkinan terdapat
clostridium: luka paku berkarat), luka yang besar, luka yang terlambat
dirawat, luka tembak, luka yang terdapat diregio leher dan muka, dan
luka-luka tusuk atau gigitan yang dalam) yaitu sebanyak 1500 IU 4500
IU
ATS terapi sebanyak > 1000 IU, ATS ini tidak berfungsi membunuh
kuman tetanus tetapi untuk menetralisir eksotoksin yang dikeluarkan
clostridium tetani disekitar luka yang kemudian menyebar melalui
sirkulasi menuju otak.
Untuk terapi, pemberian ATS melelui 3 cara yaitu:
- Di suntik disekitar luka 10.000 IU (1 ampul)
- IV 200.000 IU (10 ampul lengan kanan dan 10 ampul lengan kiri)
- IM di region gluteal 10.000 IU
b. Perawatan luka
1) Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing, biarkan terbuka
(jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis baik C. Tetani untuk
berkembang biak)
2) Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg BB/24 jam
IV) selama 10 hari
3) Alternatif
- Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3 atau 4
dosis
- Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.
- Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang hanya
dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.
c. Berantas kejang
1) Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
2) Preparat anti kejang
3) Barbiturat dan Phenotiazim
- Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika perlu tiap 2 jam
untuk optimum level, yaitu pasien tenag setengah tidur tetapi berespon
segera bila dirangsang
- Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
- Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu 10-15 mg/kg
BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
d. Terapi suportif
1) Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang merangsang
2) Perawatan umum, oksigen
3) Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
4) Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi parenteral, hindari
dehidrasi. Selama pasase usus baik, nutrisi interal merupakan pilihan
selain berfungsi untuk mencegah atropi saluran cerna.
5) Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin
8. Komplikasi
a. Hipertensi
b. Kelelahan
c. Asfiksia
d. Aspirasi pneumonia
e. Fraktur dan robekan otot

9. Pencegahan
a. Imunisasi tetanus
1) Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah
suntikan
2) DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
3) Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
4) Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5 tahun
b. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun.
c. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihannya
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agam, alamat,
status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record, diagnosa medik, yang
mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
d. Data Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang.
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit
dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang,
Maksudnya apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama
(Plasenta previa).
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
d) Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada
juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
e. Keadaan klien meliputi :
a) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan
dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita. Menunjukkan
labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau
kecemasan.
c) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
f) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
g) Keamanan
h) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
i) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
10. Diagnosis
a. Riwayat dan temuan secara fisik
Kenaikan tonus otot skelet: trismus, kontraksi otot-otot kepala/wajah dan
mulut, perut papan
b. Pemeriksaan laboratorium
Kultur luka (mungkin negative)
Test tetanus anti bodi
c. Tes lain untuk menyingkirkan penyakit lain seperti meningitis, rabies,
epilepsy dll

11. Masalah keperawatan


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tetanus antara
lain:
a. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan reflek menelan, intake kurang
f. Defisit perawatan diri, makan, toileting, berpakaian berhubungan dengan
kelemahan umum
g. Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi.
h. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
K. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan status termoregulasi efektif
NOC: Immune status
Kriteria hasil
- Keseimbsngan antara produksi panas, panas yang diterima dan kehilangan panas
- Temperature stabil
- Tidak ada kejang
- Tidak ada perubhan warna kulit
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Temperature regulation
Intervensi:
- Monitor S, N, RR, TD
- Monitor suhu tiap 2 jam
- Monitor tanda-tanda hipotermia dan hipertermia
- Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
- Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
- Berikan antipiuretik jika perlu
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan napas
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama proses diharapkan
bersihan jalan nafas efektif
NOC: Respiratori status: Airways patency
Kriteria Hasil :
- Suara napas bersih
- Tidak ada sianosis
- Tidak ada sputum
- Tidak ada dyspneu
- Menunjukan jalan nafas yang paten.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Airways management
Intervensi:
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Monitor respirasi dan status O2
- Ajarkan batuk efektif
- Anjurkan untuk minum air putih hangat
- Anjurkan untuk menghindari makanan yang merangsang batuk
- Anjurkan untuk menghindari makanan merangsang pembentukkan dahak
- Kolaborasi dokter dengan pemberian nebulizer
- Bantu dan ajarkan kepada pasien dalam menggunakan teknik napas dalam
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nyeri berkurang
NOC: Control nyeri, pain level, comfort pain
Kriteria Hasil:
- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
- Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
- Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
- Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Keterangan skala:
1.Kuat
2.Berat
3.Sedang
4.Ringan
5.Tidak ada
NIC: Pain management
Intervensi:
- Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
- Pantau tanda-tanda vital.
- Berikan tindakan kenyamanan.
- Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan
nyeri.
- Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
- Berikan analgetik sesuai indikasi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan resiko invfeksi tidak muncul.
NOC: Control resiko
Kriteria Hasil:
- Klien bebas dari tanda-tanda infeksi
- Klien mampu menjelaskan tanda&gejala infeksi
- mendemonstrasikan perilaku seperti cuci tangan, oral care dan perineal care.
Keterangan skala:
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC:Infection control
Intervensi
- Observasi&melaporkan tanda&gejala infeksi, spt kemerahan, hangat, dan
peningkatan suhu badan
- Kaji suhu klien, netropeni setiap 4 jam, laporkan jika temperature lebih dari 38
C
- Menggunakan thermometer untuk mengkaji suhu
- kaji warna kulit, kelembaban kulit, tekstur dan turgor lakukan dokumentasi yang
tepat pada setiap perubahan
- Dukung untuk konsumsi diet seimbang, penekanan pada protein untuk
pembentukan system imun
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan reflek menelan, intake kurang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan personal hygiene pasien dapat terpenuhi.
NOC : Self care ; activity of daily living
Kriteria Hasil :
- Makan secara mandiri
- Berpakaian terpenuhi
- Mandi terpenuhi
- Kebersihan terjaga
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya
NIC : Self care assistance
Intervensi :
- Monitor kebutuhan pasien untuk personal hygiene termasuk makan. Mandi,
berpakaian, toileting.
- Mandirikan aktivitas rutin untuk perawatan diri.
- Bantu pasien sampai pasien mampu berdiri.
- Ajarkan kepada anggota keluarga untuk peningkatan kemandirian

7. Defisit pengetahuan (tentang penyakit, penyebab) berhubungan dengan


tidak mengenal sumber informasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan tingkat pengetahuan meningkat
NOC: Kowlwdge : disease process
Kriteria hasil:
- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC: Teaching : disease Process
Intervensi:
- Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
- Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
- Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
- Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
- Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang kosong
- Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
- Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal, dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

8. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum


Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama proses keperawatan
intoleransi aktifitas tidak muncul.
NOC: Activity tolarence
Kriteria hasil:
- Menyadari keterbatasan energi
- Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat
- Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Activity therapy
Intervensi:
- Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.
-Ajarkan tentang pengaturan aktifitas dan tehnik manajemen waktu untuk mencegah
kelelahan.
-Bantu dengan aktifitas fisik teratur
-Rencanakan aktifitas pada periode pasien mempunyai energi paling banyak
-Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

http://health.yahoo.com/ency/adam/00615.last diakses pada tanggal 1 maret 2014


http://Medindia.net/patients/patientinfo/poll/vote_comfirm.asp diakses pada
tanggal 1 maret 2014
http://www.nfid.org/factsheets/tetanusadult.html. diakses pada tanggal 1 maret
2014
Komite medik RSUP Dr. Sardjito, 2000. Standar Pelayanan Medis, Edisi 2, Cetakan I,
Medika FK UGM, Yogyakarta
Mc Closkey, Joanne C and Bulechek, Gloria M, 1996, Nursing Intervention
Classification (NIC), Second edition, Mosby Year Book Inc, St. Louis
Nanda, 2001, Nursing Diagnosis: Definitions & Classification 2001-2002, Ed-, United
States of America
Arif, Hardi. 2013.Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis& nanda
nic noc jilid 1. Media Action publishing. Yogyakarta
Sudoyo Aru, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 1, 2, 3, edisi keempat.
Internal Publising. Jakarta
Sumarmo, herry. 2002. Buku ajar nfeksi dan pediatric tropis edisi kedua.IDAI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai