Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Bunuh diri merupakan masalah kesehatan masyarakat, yang mana sering


dilakukan oleh manusia yang ingin terbebas dari masalah yang dihadapi mereka
menganggap bahwa dengan melakukan bunuh diri mereka akan terbebas dari
masalah tersebut. Di Amerika Serikat angka kejadian bunuh diri sebanyak
31.000 orang pertahun, Kasus meningkat dengan bertambahnya usia dan
merupakan penyebab kematian tertinggi pada pria dewasa dan mahasiswa.
Paling umum bunuh diri dilakukan dengan minum obat-obatan yang berakibat
fatal dan melalui penembakan hasilnya 0,99% mengalami kematian.

Selain bunuh diri 1500 usaha bunuh diri gagal terjadi setiap hari. Bunuh
diri terjadi pada orang orang dari segala usia dan latarbelakang, namun dalam
kelompok kelompok tertentu orang beresiko meningkat untuk mencoba bunuh
diri. Ini termasuk orang dengan penyakit jiwa dan sejarah masa lalu mencoba
bunuh diri. Laki-laki lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk melakukan
bunuh diri, meskipun upaya lebih umum di kalangan perempuan. Sejarah
keluarga, atau, paparan, bunuh diri, perubahan tingkat neurotransmitter di otak,
dan impulsif faktor lain yang dapat meningkatkan resiko individu bunuh diri.

Sedangkan di Indonesia diperkirakan 150 orang di Indonesia melakukan


bunuh diri setiap harinya. Angka ini didasarkan pada data organisasi kesehatan
dunia (WHO) pada 2005, yang mengungkapkan bahwa sedikitnya 50.000 orang
Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Indonesia beranjak
mendekati posisi jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapailebih dari 30.000
orang per tahun dan cina yang mencapai 250.000 per tahun.

1|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


Versi catatan WHO,saat ini terdapat 121 juta orang mengalami depresi. Menurut
catatan badan kesehatan dunia ini pula, sebanyak 5,8 persen pria dan 9,5 persen
wanita di dunia pernah mengalami episode depresif dalam hidup mereka. Pada
2020 mendatang, depresi diperkirakan akan menempati peringkat kedua sebagai
masalah kesehatan dunia paling banyak diderita di dunia, setelah penyakit
jantung. Bahkan akhir-akhir ini trend bunuh diri cenderung melebar, dua kasus
terakhir dimana seorang ibu mengajak anaknya bunuh diri dengan cara
membunuh anak terlebih dahulu dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan
pembunuhan terhadap dirinya sendiri. Setidaknya itulah yang terjadi pada tempo
bulan yang lalu. Beban hidup dan juga himpitan ekonomi seringkali dituding
menjadi sebab utama dari perbuatan yang diharamkan oleh Allah SWT. Namun
jika di amati lebih jeli ternyata kasus bunuh diri ini berkaitan dengan keimanan.

Walaupun bunuh diri tidak semuanya dapat dicegah tetapi kemungkinan


untuk mengenali tanda-tanda peringatan beberapa dan gejala yang dapat
memungkinkan anda atau orang yang anda cintai, untuk mengakses perawatan
sebelum terjadinya upaya bunuh diri. Telah diperkirakan bahwa sampai 75 %
dari korban bunuh diri menampilkan tanda-tanda peringatan beberapa atau
gejala.

Oleh karena itu untuk mengatasi pencegahan bunuh diri diperlukan suatu
pemahaman tentang konsep bunuh diri, tanda dan gejala serta bagaimana
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar pada pasien dengan
bunuh diri agar dapat menurunkan tindakan bunuh diri, pada bab selanjutnya
akan dibahas lebih detail lagi bagaimana konsep teori tentang bunuh diri, asuhan
keperawatan serta aplikasi keperawatan pada pasien dengan bunuh diri.

2|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apa definisi bunuh diri ?
1.2.2. Bagaimana rentang respon bunuh diri ?
1.2.3. Apa faktor pesipitasi terjadinya bunuh diri ?
1.2.4. Apa faktor predisposisi terjadinya bunuh diri ?
1.2.5. Apa faktor resiko terjadinya bunuh diri ?
1.2.6. Apa penyebab bunuh diri pada setiap perkembangan manusia ?
1.2.7. Apa klasifikasi dari bunuh diri ?
1.2.8. Apa tanda dan gejala dari tindakan bunuh diri ?
1.2.9. Apa mitos dan fakta dari bunuh diri ?
1.2.10. Apa penatalaksanaan dari bunuh diri ?
1.2.11. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan bunuh diri ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Keperawatan Jiwa II dengan judul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BUNUH
DIRI.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui definisi bunuh diri
1.3.2.2. Untuk mengetahui rentang respon bunuh diri
1.3.2.3. Untuk mengetahui faktor pesipitasi terjadinya bunuh diri
1.3.2.4. Untuk mengetahui faktor predisposisi terjadinya bunuh diri
1.3.2.5. Untuk mengetahui faktor resiko terjadinya bunuh diri
1.3.2.6. Untuk mengetahui penyebab terjadinya bunuh diri pada setiap
perkembangan manusia.
1.3.2.7. Untuk mengetahui klasifikasi dari bunuh diri
1.3.2.8. Untuk tanda dan gejala dari tindakan bunuh diri

3|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


1.3.2.9. Untuk mengetahui mitos dan fakta dari bunuh diri
1.3.2.10. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari bunuh diri.
1.3.2.11. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
bunuh diri.

1.4. Metode penulisan


Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai buku
referensi dan internet.

1.5. Sistematika penulisan


Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan, terdiri
dari : latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan. BAB II Konsep Teori, BAB III Asuhan
Keperawatan, dan BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

4|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Definisi Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan tindakan sadar yang dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya ( Budi Anna, 2010).
Bunuh diri merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
membunuh diri sendiri (Sheila, 2008).
Bunuh diri merupakan prilaku destruktif diri secara langsung, jika tidak
dicegah akan mengarah pada kematian (Gail W. Stuart, 2007).

2.2. Rentang Respon bunuh diri menurut Gail W. Stuart, 2007

Respon adaptif Respon maladaptive

Peningkatan Pengambilan resiko Perilaku Pencederaan diri Bunuh diri


diri yang meningkatkan destruktif diri
pertumbuhan tidak langsung

Keterangan :
Rentang respon perilaku destruktif diri tidak langsung yang adaptif yaitu :
a. Peningkatan diri : menyayangi diri sendiri danselalu berusaha meningkatkan
kualitas hidup.
b. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan : mengambil resiko
apapun yang terpenting dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan
perkembangan diri.
Rentang respon perilaku destruktif diri tidak langsung yang maladaptif yaitu :
a. Pencederaan diri : tak bermaksud bunuh diri tetapi prilakunya dapat
mengancam diri.

5|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


b. Bunuh diri : perilaku yang disengaja menimbulkan kematian diri, individu
sadar bahkan menginginkan kematian.

2.3. Faktor presipitasi bunuh diri


a) Lingkungan upaya bunuh diri : pencetus peristiwa kehidupan yang
memalukan seperti dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan
dan pengangguran.
b) Petunjuk gejala : keputusasaan, menyalahkan diri sendiri,perasaan gagal
dan tidak berharga, alam perasaan tertekan, agitasi dan gelisah, insomnia
yang menetap, penurunan berat badan, berbicara lamban, keletihan,
menarik diri dari lingkungan social, pikiran dan rencana bunuh diri.
c) Gangguan jiwa : upaya bunuh diri sebelumnya, gangguan alam perasaan,
alkoholisme atau penyalahgunaan zat, gangguan tingkah laku dan depresi
pada remaja, demensia dini dan status konfusi pada lansia yang mengalami
skizofrenia.
d) Riwayat psikososial
Baru berpisah, bercerai , kehilangan, hidup sendiri, tidak bekerja,
perubahan atau kehilangan pekerjaan , stess kehidupan multiple, penyakit
medis kronik, minum alkohol yang berlebihan atau penyalahgunaan zat.
e) Faktor kepribadian
Impulsive, agresiv, rasa bermusuhan, kekakuan kognitif dan negativitas,
harga diri rendah.
f) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga berprilaku bunuh diri, gangguan alam perasaan, dan
alkoholisme. (Gail W. Stuart, 2007).

2.4. Faktor predisposisi bunuh diri


Lima domain faktor predisposisi menurut (Gail W. Stuart, 2007). yang
menunjang pemahaman prilaku bunuh diri

6|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


Sepanjang siklus kehidupan yaitu :
a) Diagnosis psikiatri : lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan
alam perasaan, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b) Sifat kepribadian : tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan
peningkatan risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsive, dan
depresi.
c) Lingkungan psikososial : baru mengalami kehilangan, perpisahan, atau
perceraian, kehilangan yang dini,dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yangberhubungan dengan bunuh diri.
d) Riwayat keluarga : riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor resiko pentinguntuk perilaku destruktiktif diri ( bunuh
diri).
e) Faktor biokimia : data menunjukkan bahwa proses yang dimediasi,
serotonin, opiate, dan dopamine dapat menimbulkan perilaku bunuh diri.

2.5. Faktor resiko bunuh diri


Faktor resiko bunuh diri menurut (Gail W Stuart, 2007)
a) Psikososial dan klinis : keputusasaan, usia lebih tua dan hidup sendiri.
b) Riwayat : pernah mencoba bunuh diri, riwayat keluarga tentang bunuh diri,
riwayat keluarga tentang penyalahgunaan NAPZA.

2.6. Penyebab bunuh diri pada setiap perkembangan manusia diantaranya :


a. Pada anak yaitu :
1. pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan
2. Situasi keluarga yang kacau
3. Perasaan tak berarti, bersalah /tak disayang
4. gagal sekolah

7|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


5. takut dihina disekolah
6. kehilangan orang yang dicintai
7. Dihukum orang lain.
b. Pada mahasiswa
1. Ideal diri terlalu tinggi
2. Cemas akan tugas akademik yang banyak
3. Kegagalan akademik
4. Kompetisi untuk sukses
c. Pada remaja
1. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna
2. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal
3. Pelarian dan penganiyaan fisik atau pemerkosaan
4. Perasaan tidak dimengerti orang lain
5. Kehilangan orang yang dicintai
6. Keadaan fisik
7. Masalah dengan orangtua
8. Masalah sexual
9. depresi
d. Pada lansia
1. Perubahan status mandiri
2. Penyakit kronis
3. Perasaan tak berarti
4. Kesedihan dan isolasi sosial
5. Sumber hidup yang berkurang

8|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


2.7. Klasifikasi prilaku bunuh diri
Menurut (Gail W Stuart, 2007) ada 3 yaitu :
a) Ancaman bunuh diri
Pernyataan verbal atau nonverbal bahwa seseorang tersebut
mempertimbangkan bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri mungkin
mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan
memberikan barang berharga sebagai hadiah, merivisi wasiatnya, dan
sebagainya. Ancaman menunjukkan ambivelensi sesesorang tentang
kematian. Kurangnya respons positif dapat ditafsirkan sebagai dukungan
untuk melekukan tindakan bunuh diri.
b) Upaya bunuh diri
Semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang
dapat menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
c) Bunuh diri
Mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.
Orang yang melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar benar ingin
mati mungkin akan mati, jika mereka tidak ditemukan tepat pada
waktunya.
Menurut ( Budi Anna, 2010) ada 3 yaitu :
a. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan , Tolong
jaga anak - anak karena saya mau pergi jauh! atau Segala sesuatu
akan lebih baik tanpa saya. Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah
mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai
dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus

9|Asuhan keperaw atan pada pasien deng an bunuh diri


asa, atau tidak berdaya. Pasien juga mengungapkan hal hal negative
tentanf diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
b. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi
keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri
kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut.
Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak
disertai dengan percobaab bunuh diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai
diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif
mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun,
memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.

2.8. Tanda dan gejala bunuh diri


Salmon membagi besarnya resiko bunuh diri dengan melihat adanya tanda-
tanda tertentu, yaitu tanda-tanda resiko berat dan tanda-tanda bahaya.
1. Tanda-tanda resiko berat antara lain :
a. Keinginan mati yang sungguh-sungguh
b. Adanya depresi dengan gejala rasa salah dan dosa terutama terhadap
orang-orang yang sudah meninggal, rasa putus asa, ingin di hokum
berat, rasa cemas yang hebat, rasa tidak berharga lagi, rasa
berkurangnya nafsu makan, sex dan kegiatan, serta adanya gangguan
tidur yang berat.

10 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
c. Adanya psikosa terutama penderita psikosa yang impulsive, serta
adanya perasaan curiga, ketakutan dan panic.
2. Tanda-tanda resiko bahaya ialah
a. Pernah melakukan percobaan bunuh diri
b. Penyakit yang menahun : penderita dengan penyakit kronois yang
berta dapat melakukan bunuh diri karena depresi yang disebabkan
penyakit.
c. Ketergantungan obat dan alcohol : alcohol dan beberapa obat
mepunyai efek obat yang melemahkan control dan mengubah
dorongna sehingga memudahkan bunuh diri.
d. Hipokondriasis : keluhan fisik yang kostan dan bermacam-macam
tanpa sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
e. Bertambahnya umur : terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa
pekerjaan atau kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan
bahwa hidupnya tidak berguna.
f. Pengasingan diri : hal ini menunjukan bahwa masyarakat tidak dapat
lagi menolong dan mengatasi depresi yang berat.
g. Kebangkrutan kekayaan : individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau
harapan masa depan, mempunyai gairah untuk hidup kurang daripada
yang mempunyai keluarga dan kedudukan social yang lebih berhasil.
h. Catatan bunuh diri : setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai
tanda bahaya.
i. Kesukaran penyesuaian diri yang kronis : individu dengan riwayat
pergolakan yang lama atau hubungan antar individu yang tidak
memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan
bunuh diri.

Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1997, dikutip
oleh shivers, 1998, hal 475). Mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS

11 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
(Suicidal Intertion Rating Scale). , intensitas bunuh diri dengan skor 0-4
dijelaskan pada table (Suicidal Intertion Rating Scale).
Skor Intensitas
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang.
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri.
2 Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
3 Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri.
4 Aktif mencoba bunuh diri.

2.9. Mitos dan Fakta tentang Bunuh diri Menurut (Sheila, 2008).

No Mitos Fakta
1 Individu yang berbicara Individu yang bunuh diri sering kali
tentang bunuh diri tidak mengirimkan pesan samar samar yang
pernah melaksanakan. menyampaikan pikiran internal tentang
keputisasaan dan destruksi diri.
2 Individu yang bunuh diri Ketika perilaku kekerasan dalam bentuk
hanya ingin menyakiti diri bunuh diri memperlihatkan kemarahan
sendiri, bukan orang lain. terhadap diri sendiri, kemarahan tersebut
dapat diarahkan kepada orang lain
dalambentuk tindakan yangdirencanakan atau
impulsif.
3 Tidak ada cara untuk Individu yang ingin melakukan bunuh diri
menolong seseorang yang memiliki perasaan yang bercampur aduk
ingin membunuh dirinya. (ambivalen),\tentang keinginan mereka untuk

12 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
mati, keinginan untuk membunuh orang lain
atau terbunuh.
4 Jangan menyebutkan kata Individu yang bunuh diri telah memikirkan
bunuh diri pada individu yang gagasan bunuh diri dan mungkin mulai
akan melakukan bunuh diri menyusun rencana.
karena hal ini dapat
memberinya gagasan untuk
melaksanakan bunuh diri.
5 Mengabaikan ancaman verbal Isyarat bunuh diri merupakan cara yang
bunuh diri atau menantang mematikan untuk melaksanakan bunuh diri
individu untuk melaksanakan jangan pernah mengabaikan atau melewatkan
rencana bunuh diri akan ancaman bunuh diri dan jangan pernah
mengurangi pelaksanaan menentang bunuh diri, semua hal tersebut
perilaku bunuh diri. dapat menyebabkan bunuh diri.
6 Sekali ada resiko bunuh diri, Dengan dukungan yang tepat sesorang tidak
selalu ada resiko bunuh diri akan melekukan percobaan bunuh diri yang
ke dua kalinya

2.10. Penatalaksanaan bunuh diri


Menurut Stuart dan Sudden (1987) mengidentifikasi intervensi utama sebagai
berikut:
a. Melindungi : merupakan intervensi paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya misalnya dengan dikalukan fiksasi pada klien bila klien
benar-benar tidak dapat mengendalikan keinginan untuk bunuh diri.
Tempatkan klien ditempat yang aman, bukan diisolasi serta semua tindakan
dijelaskan pada klien.

13 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
b. Meningkatkan harga diri. Klien yang akan bunuh diri memiliki harga diri
yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
Berikan pujian pada hal yang positif. Bersama klien identifikasi sumber
kepuasan dan cara aktifitas yang memungkinkan akan berhasil.
c. Menguatkan koping yang efektif. Berikan pujian dan penguatan untuk
koping yang perlu dengan koping baru yang sehat.
d. Membantu klien untuk mengenal perasaaannya. Bersama mencari faktor
penyebab tidak sehat yang mempengaruhi klien.
e. Menggerakkan dukungan sosial. Keluarga mempunyai kesan
menggerakkan sistem klien keluarga, teman dekat, atau lembaga pelayanan
dimasyarakat dapat membantu mengontrol perilaku klien. Keluarga dan
klien memerlukan bantuan dalama meningkatkan pola dan kualitas
komunikasi.

14 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Keluhan utama : biasanya keluarga pasien datang membawa keluarganya
ke rumah sakit jiwa karena adanya percobaan tindakan bunuh diri
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Seperti kehilangan orang
yang disayangi, kehilangan pekerjaan, trauma akibat pemerkosaan.
3. Konsep diri : Harga diri umumnya pasien mengatakan hal negative tentang
dirinya, yang menunjukkan harga diri yang rendah.
4. Alam perasaan : Umumnya pasien merasakan kesedihan dan keputus asaan
yang sangat mendalam.
5. Interaksi selama wawancara : Pasien biasanya menunjukkan kontak mata
yang kurang.
6. Afek : Pasien biasanya menunjukkan afek yang datar dan tumpul.
7. Mekanisme Koping maladaptive : Pasien biasanya menyelesaikan
masalahnya dengan cara menghindar dan mencederai diri sendiri.
8. Masalah Psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien tidak pernah berhubungan dengan orang lain sering
menyendiri dan tidak mau bertemu dengan orang lain.

3.2. Diagnosa keperawatan NANDA


1. Resiko bunuh diri
2. Perilaku mencederai diri
3. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
4. Gangguan citra tubuh
5. Koping individu tidak efektif
6. Penyangkalan, ketidak efektifan
7. Harga diri rendah

15 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.3. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan : resiko bunuh diri
Kriteria hasil : pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan Jangka Pendek Intervensi Rasional
Pasien tidak akan 1. Observasi dengan ketat 1. Prioritas tertinggi
melakukan aktivitas 2. Pindahkan benda yang diberikan pada aktivitas
yang mencederai membahayakan penyelamatan hidup
dirinya. 3. Siapkan lingkungan yang pasien.
aman 2. Perilaku pasien harus
4. Berikan kebutuhan diawasi sampai kendali
fisiologis dasarkontrak diri memadai untuk
untuk keamanan jika keamanan.
tepat.
5. Pantau pengobatan.

Pasien akan 1. Indentifikasi kekuatan 1. Perilaku distrutif yang


mengidentifikasi aspek pasien. mal adaptif
positif pada dirinya. 2. Ajak pasien untuk mencerminkan depresi
berperan serta dalam yang mendasar dan
aktivitas yang disukai dan terkait dengan harga diri
dapat dilakukannya rendah serta kemarahan
3. Dukung higine yang baik pada dirinya sendiri.
dan berhias.
4. Tingkatkan hubungan
interpersonal yang sehat.

Pasien akan 1. Permudah kesadaran, 1. Mekanisme koping

16 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
mengimplementasikan penanaman, dan ekspresi maladaptive harus
dua respon protektif diri perasaan. diganti dengan
yang adaptif. 2. Bantu pasien mengenal mekanisme koping yang
mekanisme koping yang sehat untuk mengatasi
tidak sehat. stress dan ansietas.
3. Identifikasi alternative
cara koping
4. Beri imbalan untuk
perilaku koping yang
sehat.

Pasien akan 1. Bantu orang terdekat 1. Isolasi social


mengidentifikasi dua untuk berkomunikasi menyebabkan harga diri
sumber dukungan sosial secara konstruktif rendah dan depresi,
yang bermanfaat dengan pasien. mencentuskan bunuh diri
2. Tingkatkan hubungan
keluarga yang sehat.
3. Identifikasi sumber
komunitas yang relevan.
4. Lakukan rujukan ke
sumber komunitas.
Pasien akan mampu 1. Libatkan pasien dan 1. Pemahaman dan peran
menjelaskan rencana orang terdekat dalam serta dalam perencanaan
pengobatan dan perencanaan asuhan. pelayanan kesehatan
rasionalnya. 2. Jelaskan karakteristik meningkatkan
dari kebutuhan kepatuhan.
pelayanan kesehatan
yang telah di identifikasi,

17 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
kebutuhan asuhan
keperawatan, diagnosis
medis, pengobatan, dan
medikasi yang
direkomendasikan.
3. Dapatkan respon
terhadap rencana asuhan
keperawatan.
4. Modifikasi rencana
berdasarkan umpan balik
pasien.

3.4. Contoh Aplikasi Kasus resiko bunuh diri pada anak


3.4.1. Kasus
Anak S (16 tahun) pernah mencoba untuk bunuh diri dengan meminum
racun tikus dan menyayat lengannya dengan silet , saat itu neneknya
melihat, lalu dibawanya ke rumah sakit. Ini terjadi seminggu setelah
kematian ayahnya yang meninggal akibat kecelakaan mobil di lalu lintas
saat akan menjemput anak S di sekolahnya. Sebelumnya ibu anak S juga
meninggal ketika melahirkannya. Sehingga dia merasa bahwa kedua
orang tuanya meninggal akibat kesalahannya. Anak S selalu menangis
dikamar, sering menyendiri, dan cenderung bunuh diri. Dan untuk kedua
kalinya, Anak S mencoba bunuh diri di atap gedung sekolah, tapi karena
temannya melihat sikap dan tingkah lakunya yang sedikit aneh jadi
temannya melaporkan ke ruang guru dan hal itu dapat dicegah. Anak S
menanggung rasa malu karena teman-temannya banyak membicarakan
tentangnya.

18 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
Dan saat di rumah dia tidak mau bertemu dengan orang lain dan sering
tiba-tiba menangis, .neneknya menjadi takut. Akhirnya neneknya
membawa ke Psychiatric Ward. Di awal pengkajian An.S mengatakan
bahwa mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak berguna dan
merasa apa yang terjadi adalah kesalahannya padahal dulunya dia
termasuk siswa yang periang.

3.4.2. Pengkajian
a. Nama klien : An. S
b. Umur : 16 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tanggal MRS : 2 Juni 2011
e. Informan : pasien dan nenek An S
f. Waktu : Senin, 13 Juni 2011 Pukul 14.00-14.20 WIB
g. Tempat pertemuan : Taman Psychiatric
3.4.3. Alasan masuk :
untuk mencegah klien melakukan bunuh diri lagi dan dari keluarga
pasien belum ada penanganan terhadap tindakan anak S tersebut.
3.4.4. Faktor pencetus :
a. Riwayat keluarga : -
b. Penyebab bunuh diri : Anak S kehilangan ayahnya seminggu yang
lalu dan dirinya merasa bersalah atas kehilangan tersebut, menurut
ank S, kematian orang tuanya adalah akibat kesalahannya.
c. perilaku bunuh diri di masa lalu : mencoba meminum racun dan dua
hari kemudian anak S mencoba bunuh diri terjun dari atap gedung
sekolah
d. Riwayat pengobatan : -
e. Penyalahgunaan obat dan alcohol : -
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan : pelajar SMA

19 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.5. Respon fisiologik, dan emosional
a. Respon fisiologik : T: 110/60mmHg, N:90x/menit, S:36,6o R:
45x/menit, tampak bekas sayatan silet dari pergelangan tangan
b. Respon emosional : merasa putus asa dan klien sering menangis
sendirian dengan ekspresi wajah tampak murung.
3.4.6. Faktor resiko bunuh diri dan legalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien: menghilangkan perasaan bersalahnya.
b. Pasien sudah 2x melakukan percobaan bunuh diri.
c. Keadaan jiwa klien : keputusasaan atas hidup yang menimpanya.
3.4.7. Sistem pendukung yang ada :
Sistem pendukung keluarga : keluarga terutama neneknya tidak
mengetahui apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku klien sehingga
keluarga mengantarkan klien ke rumah sakit jiwa.
3.4.8. Riwayat Psikososial :
3.4.8.1. Genogram :

x x

16

20 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.8.2. Konsep Diri :
1. Gambaran Diri :mengungkapkan keputus asaan dan
kesedihan.
2. Identitas :Ketidak pastian memandang diri, merasa
hidupnya sudah tidak berguna lagi.
3. Peran :Berhenti fungsi peran yang disebabkan kehilangan
dan berduka,
4. Ideal Diri :Mengungkapkan keputusasaaan akibat
kehilangan orang tuanya
5. Harga Diri :rasa bersalah terhadap diri sendiri sehingga
pasien selalu mengancam akan bunuh diri.

3.4.8.3. Hubungan sosial :


1. Orang yang berarti : ibu dan ayah
2. Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat: tidak ada
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien
tampak agresif terhadap diri sendiri untuk mengakhiri
hidup, sehingga kurangnya hubungan sosial dengan orang
lain.

3.4.8.4. Spiritual :
1. Nilai dan keyakinan : agama islam
2. Kegiatan ibadah : tidak ada
3.4.8.5. Status Mental :
a. Penampilan : Penggunaan pakaian Tidak rapi bajunya
tampak kusut.
b. Pembicaraan: pasien berbicara lambat, dan sedikit
membisu , tapi saat membicarakan tentang keluarganya
dia tampak menangis dan berbicara keras.

21 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
c. Aktifitas Motorik : pasien merasa gelisah, lesu, tidak
tenang, gelisah dan mengungkapkan
ketidakberdayaannya untuk hidup.
d. Alam Perasaan: pasien tampak putus asa, dan murung
e. Afek : pasien menunjukkan ekspresi datar ketika diberi
stimulus menyenangkan atau menyedihkan.
f. Interaksi selama wawancara : Pasein menunjukkan sikap
tidak ingin diganggu, mengancam akan bunuh diri, dan
kontak mata klien tampak pandangan kosong.
g. Persepsi : normal
h. Proses Pikir : pasien selalu mengulang-ulang
pembicaraan dengan mengancam ingin bunuh diri dan
mati.
i. Isi Pikir : pasien selalu membicarakan ide-ide untuk
melakukan bunuh diri.
j. Tingkat Kesadaran : sadar penuh/composmentis
k. Daya tilik diri : pasien tidak dapat menyadari tentang
penyakit yang di derita,ia merasa tidak membutuhkan
perawatan dan pertolongan dari orang lain.

22 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.9. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri


Defisit perawatan diri

Menarik diri/ isolasi diri


Regimen terapi tidak
efektif

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah
Koping keluarga tidak
efektif

Koping individu tidak


efektif

Kehilangan

3.4.10. Diagnosa keperawatan


a. Resiko bunuh diri

3.4.11 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


1. Tindakan Keperawatan pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri
maka dapat melakukan tindakan berikut :

23 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
1. Menemani pasien terus menerus sampai ia dapat dipindahkan
ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Menjelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

SP 1 pasien : Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri


Orientasi
Selamat pagi An.S , kenalkan saya adalah perawat L yang bertugas
diruang mawar ini, saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang.
Bagaimana perasaan An.S hari ini ?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang An.S rasakan
selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara ?.
Kerja
Bagaimana perasaan An.S setelah ini terjadi ? Apakah dengan bencana
ini An.S merasa paling menderita di dunia ini ? Apakah An.S kehilangan
kepercayaan diri? Apakah An.S merasa tidak berharga atau bahkan lebih
rendah dari pada orang lain ? Apakah An.S merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri ? Apakah An.S sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi? Apakah An.S berniat menyakiti diri sendiri, ingin bunuh
diri atau berharap An.S mati ? Apakah An. S pernah mencoba untuk
bunuh diri ? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang An.S rasakan
? (jika klien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera dilanjutkan
dengan tindakan keperawatan untuk melindungi klien, misalnya dengan
mengatakan, Baiklah, tampaknya An.S membutuhkan pertolongan
segera karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu

24 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
memeriksa seluruh isi kamar An.S ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan An. S)
Karena An.S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup An.S. saya tidak akan membiarkan A sendiri.
Apa yang An. S Lakukan kalau keinginan bunuh diri itu muncul, maka
untuk mengatasinya An.S Harus langsung minta bantuan perawat di
ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi An.S
jangan sendirian ya, katakana pada perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri kehidupan. Saya percaya An.S dapat
mengatasi masalah ini
Terminasi
Bagaimana perasaan An.S sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri.
Coba An.S sebutkan lagi cara tersebut!
Saya akan menemani An.S terus sampai keinginan bunuh diri hilang.
(Jangan meninggalkan pasien).

2. Tindakan keperawatan pada keluarga pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan keperawatan : keluarga berperan serta melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan
1. Menganjurka keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan
pernah meninggalkan pasien sendiri
2. Menganjurkan keluarga membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya di sekitar pasien.
3. Menganjurkan keluarga untuk tidak membiarkan pasien sering
melamun sendiri.
4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasin minum obat secara
teratur.

25 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
SP 1 keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien
yang mencobaan bunuh diri.
Orientasi
Selamat pagi Nek, kenalkan saya perawat L, yang merawat cucu nenek
di rumah sakit ini.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar
An,S tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau
disini saja kita bincang-bincangnya ya nek ? (Sambil kita awasi terus
An.S)
Kerja
Nek, An.S sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
Ayahnya akibat kecelakaan 1 minggu yang lalu sekarang An.S selalu
ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi An.S yang dapat mengakhiri
hidupnya sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi An.S terus-
menerus.Nenek harus ikut mengawasinya. Dalam kondisi serius seperti
ini, An.S tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun.
Nenek bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan An.S untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, dan
ikat pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada di sekitar
An. S selain itu, jika bicara dengan An.S fokus pada hal-hal positif,
hindarkan pernyataan negative. An.S sebaiknya punya kegiatan positif,
seperti mengikuti kegiatan di sekolah, supaya tidak sempat melamun
sendiri, jika perlu suruh teman temannya bermain dengan nya.
Terminal
Bagaimana perasaan nenek setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri.

26 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
Coba nenek sebutkan lagi cara menjaga An.S tetap selamat dan tidak
melukai dirinya. Baiklah, mari kita temani An.S sampai keinginan bunuh
dirinya hilang.

27 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bunuh diri merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
membunuh diri sendiri (Sheila, 2008). Rentang respon bunuh diri bisa ke
respon adaptif dan juga bisa ke respon mal adapatif. Fakor faktor yang
menyebabkan bunuh diri diantaranya adalah faktor presipitasi, faktor
presisposisi, faktor resiko bunuh diri.
Penyebab bunuh diri yaitu mulai dari anak, mahasiswa, remaja sampai
lansia. Klasifikasi perilau bunuh diri ialah ancaman bunuh diri, upaya bunuh
diri, dan bunuh diri. Tanda dan gejala dari bunuh diri yaitu tanda tanda resiko
berat dan tanda tanda resiko bahaya.
Penatalaksanaan dari pasien bunuh diri adalah melindungi, meningkatkan
harga diri, menguatkan koping yang efektif, menggerakan dukungan sosial.
Asuhan keperawatan pada saat pengkajian yaitu keluhan utama,
pengalaman masa lalu, konsep diri, alam perasaan, interaksi selama wawancara,
afek, mekanisme koping maladaptive dan masalah psikososial dan lingkungan.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
4.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
4.2.3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya
untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan bunuh diri.

28 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
DAFTAR PUSTAKA

1. Budi Anna K., 2010, Model praktik keperawatan profesional jiwa, EGC :
Jakarta
2. Budi Anna K., 2011, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas , EGC :
Jakarta
3. Stuart, Gall W., 2007, Buku saku keperawatan jiwa ,EGC : Jakarta
4. Videback , Sheila L., 2008, Buku ajar keperawatan jiwa , EGC : Jakarta

29 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i

Anda mungkin juga menyukai