PENDAHULUAN
Selain bunuh diri 1500 usaha bunuh diri gagal terjadi setiap hari. Bunuh
diri terjadi pada orang orang dari segala usia dan latarbelakang, namun dalam
kelompok kelompok tertentu orang beresiko meningkat untuk mencoba bunuh
diri. Ini termasuk orang dengan penyakit jiwa dan sejarah masa lalu mencoba
bunuh diri. Laki-laki lebih mungkin dibandingkan perempuan untuk melakukan
bunuh diri, meskipun upaya lebih umum di kalangan perempuan. Sejarah
keluarga, atau, paparan, bunuh diri, perubahan tingkat neurotransmitter di otak,
dan impulsif faktor lain yang dapat meningkatkan resiko individu bunuh diri.
Oleh karena itu untuk mengatasi pencegahan bunuh diri diperlukan suatu
pemahaman tentang konsep bunuh diri, tanda dan gejala serta bagaimana
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar pada pasien dengan
bunuh diri agar dapat menurunkan tindakan bunuh diri, pada bab selanjutnya
akan dibahas lebih detail lagi bagaimana konsep teori tentang bunuh diri, asuhan
keperawatan serta aplikasi keperawatan pada pasien dengan bunuh diri.
Keterangan :
Rentang respon perilaku destruktif diri tidak langsung yang adaptif yaitu :
a. Peningkatan diri : menyayangi diri sendiri danselalu berusaha meningkatkan
kualitas hidup.
b. Pengambilan resiko yang meningkatkan pertumbuhan : mengambil resiko
apapun yang terpenting dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan dan
perkembangan diri.
Rentang respon perilaku destruktif diri tidak langsung yang maladaptif yaitu :
a. Pencederaan diri : tak bermaksud bunuh diri tetapi prilakunya dapat
mengancam diri.
10 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
c. Adanya psikosa terutama penderita psikosa yang impulsive, serta
adanya perasaan curiga, ketakutan dan panic.
2. Tanda-tanda resiko bahaya ialah
a. Pernah melakukan percobaan bunuh diri
b. Penyakit yang menahun : penderita dengan penyakit kronois yang
berta dapat melakukan bunuh diri karena depresi yang disebabkan
penyakit.
c. Ketergantungan obat dan alcohol : alcohol dan beberapa obat
mepunyai efek obat yang melemahkan control dan mengubah
dorongna sehingga memudahkan bunuh diri.
d. Hipokondriasis : keluhan fisik yang kostan dan bermacam-macam
tanpa sebab organis dapat menimbulkan depresi yang berbahaya.
e. Bertambahnya umur : terutama pada pria, bertambahnya umur tanpa
pekerjaan atau kesibukan yang berarti, dapat menambah perasaan
bahwa hidupnya tidak berguna.
f. Pengasingan diri : hal ini menunjukan bahwa masyarakat tidak dapat
lagi menolong dan mengatasi depresi yang berat.
g. Kebangkrutan kekayaan : individu tanpa uang, pekerjaan, teman atau
harapan masa depan, mempunyai gairah untuk hidup kurang daripada
yang mempunyai keluarga dan kedudukan social yang lebih berhasil.
h. Catatan bunuh diri : setiap catatan bunuh diri harus dianggap sebagai
tanda bahaya.
i. Kesukaran penyesuaian diri yang kronis : individu dengan riwayat
pergolakan yang lama atau hubungan antar individu yang tidak
memuaskan, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan
bunuh diri.
Intensitas bunuh diri yang dikemukakan oleh Bailey dan Dreyer (1997, dikutip
oleh shivers, 1998, hal 475). Mengkaji intensitas bunuh diri yang disebut SIRS
11 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
(Suicidal Intertion Rating Scale). , intensitas bunuh diri dengan skor 0-4
dijelaskan pada table (Suicidal Intertion Rating Scale).
Skor Intensitas
0 Tidak ada ide bunuh diri yang lalu atau sekarang.
1 Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam
bunuh diri.
2 Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri.
3 Mengancam bunuh diri, misalnya : Tinggalkan saya sendiri atau saya
bunuh diri.
4 Aktif mencoba bunuh diri.
2.9. Mitos dan Fakta tentang Bunuh diri Menurut (Sheila, 2008).
No Mitos Fakta
1 Individu yang berbicara Individu yang bunuh diri sering kali
tentang bunuh diri tidak mengirimkan pesan samar samar yang
pernah melaksanakan. menyampaikan pikiran internal tentang
keputisasaan dan destruksi diri.
2 Individu yang bunuh diri Ketika perilaku kekerasan dalam bentuk
hanya ingin menyakiti diri bunuh diri memperlihatkan kemarahan
sendiri, bukan orang lain. terhadap diri sendiri, kemarahan tersebut
dapat diarahkan kepada orang lain
dalambentuk tindakan yangdirencanakan atau
impulsif.
3 Tidak ada cara untuk Individu yang ingin melakukan bunuh diri
menolong seseorang yang memiliki perasaan yang bercampur aduk
ingin membunuh dirinya. (ambivalen),\tentang keinginan mereka untuk
12 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
mati, keinginan untuk membunuh orang lain
atau terbunuh.
4 Jangan menyebutkan kata Individu yang bunuh diri telah memikirkan
bunuh diri pada individu yang gagasan bunuh diri dan mungkin mulai
akan melakukan bunuh diri menyusun rencana.
karena hal ini dapat
memberinya gagasan untuk
melaksanakan bunuh diri.
5 Mengabaikan ancaman verbal Isyarat bunuh diri merupakan cara yang
bunuh diri atau menantang mematikan untuk melaksanakan bunuh diri
individu untuk melaksanakan jangan pernah mengabaikan atau melewatkan
rencana bunuh diri akan ancaman bunuh diri dan jangan pernah
mengurangi pelaksanaan menentang bunuh diri, semua hal tersebut
perilaku bunuh diri. dapat menyebabkan bunuh diri.
6 Sekali ada resiko bunuh diri, Dengan dukungan yang tepat sesorang tidak
selalu ada resiko bunuh diri akan melekukan percobaan bunuh diri yang
ke dua kalinya
13 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
b. Meningkatkan harga diri. Klien yang akan bunuh diri memiliki harga diri
yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif.
Berikan pujian pada hal yang positif. Bersama klien identifikasi sumber
kepuasan dan cara aktifitas yang memungkinkan akan berhasil.
c. Menguatkan koping yang efektif. Berikan pujian dan penguatan untuk
koping yang perlu dengan koping baru yang sehat.
d. Membantu klien untuk mengenal perasaaannya. Bersama mencari faktor
penyebab tidak sehat yang mempengaruhi klien.
e. Menggerakkan dukungan sosial. Keluarga mempunyai kesan
menggerakkan sistem klien keluarga, teman dekat, atau lembaga pelayanan
dimasyarakat dapat membantu mengontrol perilaku klien. Keluarga dan
klien memerlukan bantuan dalama meningkatkan pola dan kualitas
komunikasi.
14 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Keluhan utama : biasanya keluarga pasien datang membawa keluarganya
ke rumah sakit jiwa karena adanya percobaan tindakan bunuh diri
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Seperti kehilangan orang
yang disayangi, kehilangan pekerjaan, trauma akibat pemerkosaan.
3. Konsep diri : Harga diri umumnya pasien mengatakan hal negative tentang
dirinya, yang menunjukkan harga diri yang rendah.
4. Alam perasaan : Umumnya pasien merasakan kesedihan dan keputus asaan
yang sangat mendalam.
5. Interaksi selama wawancara : Pasien biasanya menunjukkan kontak mata
yang kurang.
6. Afek : Pasien biasanya menunjukkan afek yang datar dan tumpul.
7. Mekanisme Koping maladaptive : Pasien biasanya menyelesaikan
masalahnya dengan cara menghindar dan mencederai diri sendiri.
8. Masalah Psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien tidak pernah berhubungan dengan orang lain sering
menyendiri dan tidak mau bertemu dengan orang lain.
15 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.3. Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan
Diagnosa keperawatan : resiko bunuh diri
Kriteria hasil : pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan Jangka Pendek Intervensi Rasional
Pasien tidak akan 1. Observasi dengan ketat 1. Prioritas tertinggi
melakukan aktivitas 2. Pindahkan benda yang diberikan pada aktivitas
yang mencederai membahayakan penyelamatan hidup
dirinya. 3. Siapkan lingkungan yang pasien.
aman 2. Perilaku pasien harus
4. Berikan kebutuhan diawasi sampai kendali
fisiologis dasarkontrak diri memadai untuk
untuk keamanan jika keamanan.
tepat.
5. Pantau pengobatan.
16 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
mengimplementasikan penanaman, dan ekspresi maladaptive harus
dua respon protektif diri perasaan. diganti dengan
yang adaptif. 2. Bantu pasien mengenal mekanisme koping yang
mekanisme koping yang sehat untuk mengatasi
tidak sehat. stress dan ansietas.
3. Identifikasi alternative
cara koping
4. Beri imbalan untuk
perilaku koping yang
sehat.
17 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
kebutuhan asuhan
keperawatan, diagnosis
medis, pengobatan, dan
medikasi yang
direkomendasikan.
3. Dapatkan respon
terhadap rencana asuhan
keperawatan.
4. Modifikasi rencana
berdasarkan umpan balik
pasien.
18 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
Dan saat di rumah dia tidak mau bertemu dengan orang lain dan sering
tiba-tiba menangis, .neneknya menjadi takut. Akhirnya neneknya
membawa ke Psychiatric Ward. Di awal pengkajian An.S mengatakan
bahwa mengatakan bahwa dirinya benar-benar tidak berguna dan
merasa apa yang terjadi adalah kesalahannya padahal dulunya dia
termasuk siswa yang periang.
3.4.2. Pengkajian
a. Nama klien : An. S
b. Umur : 16 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tanggal MRS : 2 Juni 2011
e. Informan : pasien dan nenek An S
f. Waktu : Senin, 13 Juni 2011 Pukul 14.00-14.20 WIB
g. Tempat pertemuan : Taman Psychiatric
3.4.3. Alasan masuk :
untuk mencegah klien melakukan bunuh diri lagi dan dari keluarga
pasien belum ada penanganan terhadap tindakan anak S tersebut.
3.4.4. Faktor pencetus :
a. Riwayat keluarga : -
b. Penyebab bunuh diri : Anak S kehilangan ayahnya seminggu yang
lalu dan dirinya merasa bersalah atas kehilangan tersebut, menurut
ank S, kematian orang tuanya adalah akibat kesalahannya.
c. perilaku bunuh diri di masa lalu : mencoba meminum racun dan dua
hari kemudian anak S mencoba bunuh diri terjun dari atap gedung
sekolah
d. Riwayat pengobatan : -
e. Penyalahgunaan obat dan alcohol : -
f. Riwayat pendidikan dan pekerjaan : pelajar SMA
19 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.5. Respon fisiologik, dan emosional
a. Respon fisiologik : T: 110/60mmHg, N:90x/menit, S:36,6o R:
45x/menit, tampak bekas sayatan silet dari pergelangan tangan
b. Respon emosional : merasa putus asa dan klien sering menangis
sendirian dengan ekspresi wajah tampak murung.
3.4.6. Faktor resiko bunuh diri dan legalitas perilaku bunuh diri klien
a. Tujuan klien: menghilangkan perasaan bersalahnya.
b. Pasien sudah 2x melakukan percobaan bunuh diri.
c. Keadaan jiwa klien : keputusasaan atas hidup yang menimpanya.
3.4.7. Sistem pendukung yang ada :
Sistem pendukung keluarga : keluarga terutama neneknya tidak
mengetahui apa yang dilakukan untuk mengatasi perilaku klien sehingga
keluarga mengantarkan klien ke rumah sakit jiwa.
3.4.8. Riwayat Psikososial :
3.4.8.1. Genogram :
x x
16
20 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.8.2. Konsep Diri :
1. Gambaran Diri :mengungkapkan keputus asaan dan
kesedihan.
2. Identitas :Ketidak pastian memandang diri, merasa
hidupnya sudah tidak berguna lagi.
3. Peran :Berhenti fungsi peran yang disebabkan kehilangan
dan berduka,
4. Ideal Diri :Mengungkapkan keputusasaaan akibat
kehilangan orang tuanya
5. Harga Diri :rasa bersalah terhadap diri sendiri sehingga
pasien selalu mengancam akan bunuh diri.
3.4.8.4. Spiritual :
1. Nilai dan keyakinan : agama islam
2. Kegiatan ibadah : tidak ada
3.4.8.5. Status Mental :
a. Penampilan : Penggunaan pakaian Tidak rapi bajunya
tampak kusut.
b. Pembicaraan: pasien berbicara lambat, dan sedikit
membisu , tapi saat membicarakan tentang keluarganya
dia tampak menangis dan berbicara keras.
21 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
c. Aktifitas Motorik : pasien merasa gelisah, lesu, tidak
tenang, gelisah dan mengungkapkan
ketidakberdayaannya untuk hidup.
d. Alam Perasaan: pasien tampak putus asa, dan murung
e. Afek : pasien menunjukkan ekspresi datar ketika diberi
stimulus menyenangkan atau menyedihkan.
f. Interaksi selama wawancara : Pasein menunjukkan sikap
tidak ingin diganggu, mengancam akan bunuh diri, dan
kontak mata klien tampak pandangan kosong.
g. Persepsi : normal
h. Proses Pikir : pasien selalu mengulang-ulang
pembicaraan dengan mengancam ingin bunuh diri dan
mati.
i. Isi Pikir : pasien selalu membicarakan ide-ide untuk
melakukan bunuh diri.
j. Tingkat Kesadaran : sadar penuh/composmentis
k. Daya tilik diri : pasien tidak dapat menyadari tentang
penyakit yang di derita,ia merasa tidak membutuhkan
perawatan dan pertolongan dari orang lain.
22 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
3.4.9. Pohon Masalah
Kehilangan
23 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
1. Menemani pasien terus menerus sampai ia dapat dipindahkan
ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet,
gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4. Menjelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
24 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
memeriksa seluruh isi kamar An.S ini untuk memastikan tidak ada benda-
benda yang membahayakan An. S)
Karena An.S tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup An.S. saya tidak akan membiarkan A sendiri.
Apa yang An. S Lakukan kalau keinginan bunuh diri itu muncul, maka
untuk mengatasinya An.S Harus langsung minta bantuan perawat di
ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi An.S
jangan sendirian ya, katakana pada perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri kehidupan. Saya percaya An.S dapat
mengatasi masalah ini
Terminasi
Bagaimana perasaan An.S sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri.
Coba An.S sebutkan lagi cara tersebut!
Saya akan menemani An.S terus sampai keinginan bunuh diri hilang.
(Jangan meninggalkan pasien).
25 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
SP 1 keluarga : Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien
yang mencobaan bunuh diri.
Orientasi
Selamat pagi Nek, kenalkan saya perawat L, yang merawat cucu nenek
di rumah sakit ini.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar
An,S tetap selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau
disini saja kita bincang-bincangnya ya nek ? (Sambil kita awasi terus
An.S)
Kerja
Nek, An.S sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
Ayahnya akibat kecelakaan 1 minggu yang lalu sekarang An.S selalu
ingin mengakhiri hidupnya. Karena kondisi An.S yang dapat mengakhiri
hidupnya sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi An.S terus-
menerus.Nenek harus ikut mengawasinya. Dalam kondisi serius seperti
ini, An.S tidak boleh ditinggal sendirian sedikitpun.
Nenek bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan An.S untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, dan
ikat pinggang. Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada di sekitar
An. S selain itu, jika bicara dengan An.S fokus pada hal-hal positif,
hindarkan pernyataan negative. An.S sebaiknya punya kegiatan positif,
seperti mengikuti kegiatan di sekolah, supaya tidak sempat melamun
sendiri, jika perlu suruh teman temannya bermain dengan nya.
Terminal
Bagaimana perasaan nenek setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri.
26 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
Coba nenek sebutkan lagi cara menjaga An.S tetap selamat dan tidak
melukai dirinya. Baiklah, mari kita temani An.S sampai keinginan bunuh
dirinya hilang.
27 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bunuh diri merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
membunuh diri sendiri (Sheila, 2008). Rentang respon bunuh diri bisa ke
respon adaptif dan juga bisa ke respon mal adapatif. Fakor faktor yang
menyebabkan bunuh diri diantaranya adalah faktor presipitasi, faktor
presisposisi, faktor resiko bunuh diri.
Penyebab bunuh diri yaitu mulai dari anak, mahasiswa, remaja sampai
lansia. Klasifikasi perilau bunuh diri ialah ancaman bunuh diri, upaya bunuh
diri, dan bunuh diri. Tanda dan gejala dari bunuh diri yaitu tanda tanda resiko
berat dan tanda tanda resiko bahaya.
Penatalaksanaan dari pasien bunuh diri adalah melindungi, meningkatkan
harga diri, menguatkan koping yang efektif, menggerakan dukungan sosial.
Asuhan keperawatan pada saat pengkajian yaitu keluhan utama,
pengalaman masa lalu, konsep diri, alam perasaan, interaksi selama wawancara,
afek, mekanisme koping maladaptive dan masalah psikososial dan lingkungan.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
4.2.2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
4.2.3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya
untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan bunuh diri.
28 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i
DAFTAR PUSTAKA
1. Budi Anna K., 2010, Model praktik keperawatan profesional jiwa, EGC :
Jakarta
2. Budi Anna K., 2011, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas , EGC :
Jakarta
3. Stuart, Gall W., 2007, Buku saku keperawatan jiwa ,EGC : Jakarta
4. Videback , Sheila L., 2008, Buku ajar keperawatan jiwa , EGC : Jakarta
29 | A s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a p a s i e n d e n g a n b u n u h d i r i