Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JURNAL EVIDANCE BASED PRACTICE

URETHRAL MOBILIZATION AS AN ALTERNATIVE PROCEDURE


FOR DISTAL HYPOSPADIAS REPAIR

Urology (2017), http://dx.doi.org/doi: 10.1016/j.urology.2017.03.009

Disusun oleh:
Kharismanisa Nurul Hidayah
220112160506

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017

1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER.................................................................................................1

DAFTAR ISI...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................3

BAB II ANALISIS JURNAL.....................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................8

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN..........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

LAMPIRAN JURNAL

2
BAB I

PENDAHULUAN

Hipospadia didefinisikan sebagai suatu defek dalam pembentukan aspek ventral


dari penis yang disertai dengan abnormalitas dari meatus uretra dimana meatus uretra
berada di proksimal dari ujung penis dan letaknya di bagian ventral dengan bentuk penis
yang melengkung ke arah ventral (dengan atau tanpa chordae) serta adanya defisiensi
dari kulit preputium bagian ventral atau disebut pula dorsal hood (Lambert et al, 2011
dalam Saksono, 2016). Merupakan kelainan kongenital yang sering terjadi pada bayi
laki-laki, dengan angka kejadian mencapai 1 dari 300 kelahiran (Snodgrass dan Bush,
2014).

Penderita hipospadia akan menjalani operasi untuk memperbaiki letak lubang


meatus. Operasiyang sering dijalani penderita hipospadia adalah Tubolarized Incised
Plate Urethroplasty (TIP). Namun tindakan ini berisiko untuk terjadinya komplikasi
seperti uretrokutanus fistula, striktur uretra, dan stenosis meatus.

Dari hasil pengumpulan data pada tanggal 29 April 2017 di ruang Kemuning
lantai 2A Bedah Anak RSHS Bandung terdapat 4 pasien dengan diagnosa medis
hipospadia salah aatunya adalah An. R (kamar 5 bed 6) dengan usia 11 tahun 6 bulan
dengan hipospaida coronal. Pasien ini telah menjalani uretroplasti yang kedua dengan
teknik TIP.

Berdasarkan penjelasan dan fenomena di ruangan Kemuning lantai 2A Bedah


Anak RSHS, penulis melakukan analisa jurnal terkait teknik terbaru untuk memperbaiki
hipospadia distal yang dijadikan Evidence Base Practice (EBP) dalam penatalaksanaan
pembedahan pasien dengan hipospadia.

3
BAB II

ANALISIS JURNAL

Penanganan pada pasien Hipospadia ialah menjalani operasi perbaikan anatomis


dari meatus salah satunya adalah uretroplasti dengan teknik TIP. Teknik TIP ini paling
sering digunakan dalam penatalaksaan hipospadia. Teknik TIP deringkali menyebabkan
komplikasi seperti uretrokutanus fistula, striktur ureta, dan stenosis meatus jika ada
kesalahan selama tindakan pembedahan. Berdasarkan hal tersebut dilakukan pencarian
jurnal dengan menggunakan kata kunci Hypospadia dengan menggunakan mesin
pencari berupa website Science Direct (http://www.sciendirect.com)

Dengan adanya kemungkinan komplikasi yang terjadi sangat besar maka


dikembangkan lagi teknik terbaru yaitu Urethral Mobilization. Penelitian ini dilakukan
sejak Januari 2013-Januari 2015 dengan jumlah sampel 60 pasien dengan berbagai
macam jenis hipospadia. Rentang usia responden adalah 9 bulan hingga 13 tahun.
Karakteristik respondennya adalah 6 pasien dengan hipopastic meatus, hipospadia
coronal, hipospadia sub-coronal, dan distal penile. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah responden yang belum mendapatkan intervensi pembedahan apapun untuk
hipospadia dan tidak adanya chordee pada hipospadia dan yang teprenting adalah jarah
meatus ke ujung glans tidak lebih dari 1 cm.

Dengan anestesi umum, sten uretra berukuran 6-8 Fr akan dimasukkan kedalam
meatus dengan diiukuti pengkajian chordee dan hipoplastik uretra. Insisi garis tengah
dilakukan sepanjang ujung glans hingga hipospatic meatus, lalu insisi diperluas untuk
membuat flap glanular di setiap sisi. Pembedahan dari perluasan meatus di distal urettra
dilakukan sampai level yang diinginkan tanpa membuat jaringan terputus. Pembedahan
uretra dilakukan tidak lebih dari 3 lipatan dari jarak aslinya dari meatus hingga ke ujung
glans.

Untuk mengurangi perdarahan selama tindakan operasi, torniket digunakan di


dasar penis dan seluruh titik perdarahan menggunakan katerisasi bipolar. Setelah
mobilisasi uretra, jahitan garis tengan antara ujung glans dan titik tengah meatus
dilakukan, lalu penjahitan multiple antara ujung flap glanular dan ujung dari meatus yng

4
telah dimobilisasi menggunakan PDS 6/0. Semua jahitan harus bebas dari tekanan dan
uretra yang termobilisasi akan ditutup oleh flap glanular.

Selanjutnya, peneliti akan melepas dressing dan kateter di hari ke-lima post
operasi. Seluruh pasien akan ditindaklanjuti pad aminggu ke dua, ke empat, bula ketiga,
ke enam, dan ke dua belas setelah tindakan operasi. Rentang waktu pasien menjalani
hospitalisasi akan dicatat, posisi dan bentuk meatus akan dikaji, dan kompikasi seperti
perdarahan , hematoma, infeksi di area operasi, uretrokutanus fistula, stenosis meatus,
regresi meatus, akan dipantau juga.

Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata panjang uretra yng termobilisasi adalah
1,2 cm sampai 3 cm. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan
operasi ini adalah 38 menit. Tidak ada komplikasi intraoperatif yang tercatat.
Postoperatif tidak ada perdarahan, formasi hematoma, walaupun 2 pasien terkena
infeksi dan satu diantaranya terbukanya jahitan glanular dan lalu dijahit kembali 3 bulan
kemudian. Tidak ada yang mengalami fistula dan seluruh pasien dapat langsung
berkemih secara spontan.

5
BAB III

PEMBAHASAN

Operasi hipospadia bertujuan untuk merekonstruksi fungsi dan estetika kembali


penis dengan normal dengan meminimalkan komplikasi. Pasien dengan hipospadia
distal jarang ditemui dengan gangguan fungsi penis, maka intervensi yang paling
sederhana, minim komplikasi, dan estetika yang terbaik disarankan untuk dilakukan.

Mobilisisai uretra merupakan modifikasi dari teknik TIP yang lebih banyak
terjadi komplikasi saat postoperatif. Mobilisasi uretra lebih disarankan karena tekniknta
sederhana, dapat mudah dipelajari, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan tekniklain
atau bahkan lebih baik dari pada yang lain. Teknik menjahitnya yang berbeda dari yang
lain sehingga menurunkan insiden fistula dan gangguan atau kerusakan pada luka
jahitan diabndingkan metode lain. Namun, pada saat postoperative, fistula dan
gangguan pada luka jahitan masih mungkin terjadi mobilisasi yang berlebihan yang
dapat membahayakan suplai darah di uretra yang akan menyebabkan iskemik jaringan
dan atau nekrosis. Dari beberapa penelitian sebelumnya uretrakutanus fistula yang dapat
terjadi hanya dengan mungkinan 2% dan stenosis meatus dengan 3%.

Sebenarnya teknik ini dapat digunakan di Indonesia. Tenaga kesehatan terutama


dokter bedah yang melakukan penatalaksanaan ini dapat terlebuh dahulu mengikuti
pelatihan untuk melakukan mobilisasi uretra. Sebagai perawat, perawatan luka pada
tindakan ini tidaklah jauh berbeda. Monitoring adanya infeksi dan pembentukan fistula
dapat dilakukan untuk menentukan tindakan lanjut yang perlu dilakukan.

6
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Mobilisasi uretra merupakan salah satu pilihan operasi bagi penderita hipospadia
distal. Tindakan ini merupakan inovasi terbaru yang minim akan terjadinya
uretrokunatnus fistula, hematoma, perdarahan, striktur uretra, dan stenosis meatus.
Tekniknya yang lebih mudah dilakukan bagi penatalaksananya, sangat menguntungkan
bagi pasien dan penatalaksana.

Inovasi terbaru dalam penatalaksanaan operasi hipospadia ini sangat mungkin


dilakukan di Indonesia. Dengan indikasi yang lebih baik dibandingkan TIP yang
terlebih dahulu sering dilakukan dari segi minimnya komplikasi postoperatif yang
dialami pasien, penulis menyarankan adanya pelatihan atau pembelajaran lebih lanjut
mengenai metode ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Wong, et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: EGC.

Porth, Carol Mattson. 2015. Essentials of Pathophysiology Concepts of Altered Health


States. USA: Wolters Kluwer.
Surrena, H. 2010. Handbook For Brunner & Suddarth's Textbook Of Medical Surgical
Nursing 12th Ed. USA: Wolters Kluwer.
Mufida, Khilayatul. 2015. Analisis prevalensi dan faktor risiko pasien dengan isolated
hypospadias di Laboratorium Cebior. http://eprints.undip.ac.id/46311/1/
KHILYATUL_MUFIDA_22010111120040_Lap.KTI_BAB_0.pdf (diakses pada
tanggal 1 Mei 2017)
Snodgrass W, Villanueva C, Bush NC. Duration of followup to diagnose hypospadias
urethroplasty complications. J Pediatr Urol. 2014;10:208 211.
Saksono, Yulius Wimbo Sidadhi. Hipospadia proksimal, ukuran stent uretra 8 f dan
usia saat operasi > 4 tahun merupakan faktor risiko pancaran urin yang lemah
pada pasien hipospadia pasca uretroplasti teknik Tubularized Incised Plate.
www. Erepru.unud.ac.id (diakses pada tanggal 1 Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai