PENDAHULUAN
Okupasi yang diadaptasi dari suatu kata dalam Bahasa Inggris yaitu
dan tujuan yang unik dalam kehidupan seseorang. Okupasi, yang dalam Bahasa
(occupation) telah didefinisikan oleh Law, Polatajko, Baptiste, dan Townsend (1997)
sebagai berikut: Activities.....of everyday life, named, organized, and given value
Pinel pada abad ke-19 di sebuah rumah sakit jiwa di Paris. Dengan pekerjaan, pasien
penyakit jiwa akan dapat dikembalikan ke arah hidup yang normal, bahkan bisa
kembali seperti sebelum sakit. Adolf Meyer (1892), seorang psikiater di Amerika,
aktivitas yang berguna ternyata menjadi dasar terapi okupasi. Meyer telah menyusun
inggris kata-kata dimiringkan hurufnya). Penulisan daftar pustaka pakai van couver,
motorik halus padahal area yang dikerjakan OT sangat luas dan sekarang untuk OT di
negara maju seperti Amerika dan Canada sudah menjurus pada bidang sub spesialis
pada area tertentu misalnya khusus pada bidang sensory integration, memory training,
social skills training, dll. Secara umum OT adalah salah satu profesi kesehatan yang
membantu individu dengan gangguan fisik, mental dan atau sosial dengan
diadaptasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak untuk meningkatkan performa
anak dalam hal aktivitas yang bersifat produktif baik di rumah maupun di sekolah
seperti ketrampilan menulis, membaca, dll, aktivitas bantu diri (self care) seperti
meningkatkan performa anak dalam 3 area intervensi diatas yaitu area produktivitas
(productivity), ketrampilan bantu diri/merawat dirinya sendiri (self care) dan aktivitas
rekreasi anak yaitu bermain. Ketiga area tersebut adalah domain yang sangat esensial
bagi anak untuk dapat berpartisipasi secara optimal dalam aktivitas kesehariannya
yang disruptif dan melibatkan aspek kognisi, persepsi dan aspek lain perilaku.
Ekspresi dari manifestasi penyakit ini bervariasi diantara pasien tetapi efeknya selalu
berat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Skizofrenia mengenai segala
lapisan kelas dan umumnya muncul pada usia kurang dari 25 tahun, lalu selanjutnya
skizofrenia mungkin terdiri atas suatu kumpulan gangguan dengan etiologi beragam,
penyakitnya.
skizofrenia adalah 1%, pada studi lain didapatkan rentang yang tidak jauh berbeda
yaitu 0,6-1,9 %. Skizofrenia ditemukan pada semua lapisan masyarakat dan area
geografis, prevalensi maupun insidensinya secara kasar sama di seluruh dunia. Dirjen
penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat
gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan
kelasa bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas
emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas
mencapai 11,6%, dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%.
Sedangkan yang mengalami gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan
dimana pekerjaan dapat mengalihkan perhatian atau pikiran seseorang dari hal-hal
yang kurang menyenangkan, sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-
hal yang lain. Dengan pekerjaan, seseorang juga akan memberi kontribusi terhadap
struktur sosial dan ekonomi komunitasnya sehingga dia menjadi lebih nyaman berada
seluruh otot tubuhnya, sehingga tubuhnya akan tetap sehat. Dari semua hal tersebut
maka dapat dikatakan bahwa perkerjaan sangat bermanfaat bagi perkembangan fisik
TINJAUAN PUSTAKA
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber kesenangan.
dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan, kerajinan tangan dan lain-
karena ketidakaktifan organ tubuh. Socrates dan Plato (400 SM) mempercayai adanya
hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan
pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobat
pasiennya. Di Mesir dan Yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan
adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain musik,
bermain boneka untuk anak-anak, dan bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat
bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan
sebagi pengalihan perhatian atau pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk
memikirkan hal-hal yang lain. Dengan okupasi/ pekerjaan, pasien jiwa akan
dikembalikan ke arah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya sekaligus
memelihara dan mempraktikkan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga
Pada tahun 1982, Adolf Meyer melaporkan bahwa penggunaan waktu dengan
baik yaitu dengan melakukan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar
terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. lstrinya adalah seorang
pekerja sosial dan mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang penggunaan
aktivitas sebagai program terapi pasien jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal
yang berjasa dalam pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya
untuk pasien mental. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektitkan
suatu pekerjaan, therapy berarti pengobatan. Jadi, Terapi Okupasi adalah perpaduan
antara seni dan ilmu pengetahuan untuk mengarahkan penderita kepada aktivitas
kecacatan melalui kegiatan dan kesibukan kerja untuk pendenita cacat mental
kognitif juga fungsi sosial yang menyebabkan individu tersebut mengalami hambatan
dalam melakukan aktivitas perawatan diri, aktivitas produktivitas, dan dalam aktivitas
untuk mengisi waktu luang. Tujuan dan pelatihan Terapi okupasi itu sendiri adalah
ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan memberikan
aktivitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi penderita sehingga penderita
dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan untuk anak sesuai dengan
kebutuhan khususnya. Secara garis besar intenvensi difokuskan pada hal-hal berikut.
1. Kemampuan (abilities)
a. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions).
b. Peregangan otot dan kekuatan otot (muscle tone and muscle strength).
c. Kesadaran anggota tubuh (body awareness).
d. Kemampuan keterampilan motorik halus (fine motor skill) seperti
lain
2. Keterampilan (skill)
a. AktivitaS sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
Untuk mencapai tujuan tersebut di dalam terapi okupasi memiliki dua prinsip
dan perasaan cemas, takut, dan memotivasi penderita untuk lebih giat didalam
melakukan latihan.
b. Fungsional Occupational Therapy, antara lain untuk pengaturan posisi (bagi anak
Cerebral Palsy), meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan kerja, meningkatkan
motorik kasar (gross motor) maupun motorik halus, (fine motor) serta
oleh dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu diberikan evaluasi awal dengan
dilakukan observasi dan tes sederhana. Dalam evaluasi awal ini, hal yang harus
diperhatikan adalah catatan medik dan dokter, macam kecacatan (Cerebral Palsy atau
itu sendiri dan hal-hal yang harus dijauhi/dihindarkan untuk segi keamanan penderita.
Evaluasi awal ini sangat berguna untuk menentukan aktivitas yang akan diberikan,
agar sesual dengan kondisi dan kebutuhan penderita itu sendiri. Aktivitas yang
Terapis di dalam memberikan suatu latihan harus bersikap sabar, ramah, dan
dituntut untuk kreatif, selain itu, tidak kalah pentingnya juga peran serta onang tua
dalam proses latihan. Pada hal ini diharapkan terapis dapat memberikan masukan-
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
belajar keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan
derajat kesehatan. Terapi okupasi lebih dititikberatkan pada pengen kemampuan yang
masih ada pada seseorang, kemudian memelihara atau meningkatkannya sehingga dia
media. Tugas pekerjaan atau kegiatan yang dipilihkan adalah berdasarkan pemilihan
terapis disesuaikan dengan tujuan terapis itu sendiri. Jadi, bukan hanya sekedar
kegiatan untuk membuat seseorang sibuk. Tujuan utama terapi okupasi adalah
membentuk seseorang agar mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada
pertolongan orang lain. Rehabilitasi adalah suatu usaha yang terkoordinasi yang
terdiri atas usaha medis, sosial, edukasional, dan vokasional, untuk melatih kembali
Sementara itu, rehabilitasi medis adalah usaha-usaha yang dilakukan secara medis
yang ada.
Terapi okupasi adalah terapan medis yang terarah bagi pasien fisik maupun
mungkin. Aktivitas tersebut adalah berbagai macam kegiatan yang direncanakan dan
disesuaikan dengan tujuan terapi. Pasien yang dikirimkan oleh dokter, untuk
sekitarnya.
3. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
4. Membantu menemukan kernampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan
terapi lainnya.
6. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan ruang gerak
kebutuhan sehari-hari.
9. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara, dan meningkatkan kemampuan yang
masih ada.
10. Menyediakan berbagai macam kegiatan untuk dijajaki oleh pasien sebagai lai
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan kerja, sosialisasi, minat, potensi dan
lainnya dan si pasien dalam mengarahkannya pada pekerjaan yang tepat dalam
latihan kerja.
11. Membantu penderita untuk menerima kenyatan dan menggunakan waktu selama
Program terapi okupasi adalah bagian dan pelayanan medis untuk tujuan
rehabilitasi total seorang pasien melalui kerja sama dengan petugas lain di rumah
dan terpadu.
Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui
kebutuhan fisik maupun emosi, mengembangkan kemampuan. dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah yang digunakan sebagai dasar dalam
Aktivitas dalam terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi,
saat mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah
terapi dan rehabilitasi selanjutnya dan pasien tersebut. Penting untuk diingat bahwa
aktivitas dalam terapi okupasi tidak untuk menyembuhkan, tetapi hanya sebagai
media. Diskusi yang terarah setelah penvelesaian suatu aktivitas adalah sangat
penting karena dalarn kesenipatan tersebut terapis dapat mengarahkan pasien dan
dapat diketahui baik oleh terapi maupun oleh pasien itu sendiri melalui aktivitas yang
dilakukan oleh pasien. Alat-alat atau bahan-bahan yang digunakan dalan1 melakukan
suatu aktivitas, pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalani hal
kemampuan dan kelemahannya. Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang
lingkungan, sumber yang tersedia, dan juga oleh kemampuan si terapis sendiri
keadaan lingkungan).
2. Karekteristik aktivitas.
Aktivitas dalam terapi okupasi adalah segala macam aktivitas yang dapat
menyibukkan seseorang secara produktif yaitu sebagai suatu media untuk belajar
Oleh karena itu setiap aktivitas yang digunakan dalam terapi okupasi harus
dapat mandiri.
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau penyesuaian dengan
Berikut:
a. Apakah bahan yang digunakan merupakan yang mudah dikontrol, ulet, kasar,
terapi).
c. Bahan yang digunakan:
1) Khusus atau tidak
2) Karekteristik bahan:
a) mudah ditekuk atau tidak,
b) mudah dikontrol atau tidak,
c) menimbulkan kekotoran atau tidak,
d) 1 atau tidak,
3) Rangsangan yang dapat ditimbulkan:
a) taktil,
b) pendengaran,
c) pembauan,
d) penglihatan,
e) perabaan,
f) gerakan sendi,
g) dan sebagainya.
4) Warna
5) Macam-macamnya dan namanya
6) Banyaknya
d. Bagian-bagian aktivitas
1) Banyaknya bagian
2) Rumit atau sederhana
3) Apakah membutuhkan pengulangan
4) Apakah membutuhkan perhitungan matematika
e. Persiapan pelaksanaan:
1) Apakah harus dipersiapkan terlebih dahulu
2) Apakah harus ada contoh atau cukup dengan lisan
3) Apakah bahan telah tersedia atau harus dicani terlebih dahulu
4) Apakah ruangan untuk melaksanakan harus diatur
f. Pelaksanaan, apakah dalam pelaksanaan tugas ini perlu adanya:
1) Konsentrasi
2) Ketangkasan
3) Rasa sosial di antara pasien
4) Kemampuan mengatasi masalah
5) Kemampuan bekerja sendiri
6) Toleransi terhadap frustasi
7) Kemampuan mengikuti instruksi
8) Kemampuan membuat keputusan
g. Apakah aktivitas tersebut dapat merangsang timbulnya lnteraksi di antara
mereka.
h. Apakah aktivitas tersebut membutuhkan konsentrasi, ketangkasan, inisiatif,
tajam).
k. Hal yang penting lagi adalah apakah disukai oleh pasien.
orang lain.
3. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan
yang primitif.
4. Ketidakmampuan mengisiterprestasikan rangsangan sehingga reaksinya
mengalami kemunduran.
6. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan menyertakan juga
data mengenai pasien herupa diagnosis, masalahnya, dan juga akan menyatakan apa
yang perlu diperbuat dengan pasien tersehut. Apakah untuk mendapatkan data yang
lebih banyak untuk keperluan diagnosis, terapi, atau rehabilitasi. Setelah pasien
berada di unit terapi okupasi, maka terapis akan bertindak sebagai berikut.
1. Koleksi data. Data biasa didapatkan dan kartu rujukan atau status pasien yang
disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi unit terapi okupasional. Jika
terapi bagi pasien. Proses mi dapat berlangsung beberapa hari sesuai dengan
kebutuhan.
2. Analisis data dan identifikasi masalah. Dan data yang terkumpul dapat ditarik
suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan/atau kesulitan pasien. Hal ini
daftar tujuan terapi sesuai dengan pnioritas, baik jangka pendek maupun jangka
panjangnya.
4. Penentuan aktivitas. Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas
yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut. Dalam proses mi pasien dapat
pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaannya. Dalam hal
tetapi hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan mencoba
alasan mengapa dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan
tujuan terapi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya
sesuai dengan perkembangan pasien yang ada. Hasil evaluasi yang didapatkan
aktivitas yang akan diberikan. Namun, dalam hal tertentu penyesuaian aktivitas
dapat dilakukan setelah beberapa waktu melihat bahwa tidak ada kemajuan atau
kebutuhan sendiri.
d. Kerjasama.
e.Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lam).
f. Inisiatif dan tanggung jawab.
g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding.
h. Menyatakan perasaan tanpa agresi.
i. Kompetisi tanpa permusuhan.
j. Menerima kritik dan atasan atau teman sekerja.
k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung
H. Pelaksanaan
1. Metode terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual, maupun
masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk
maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung
tujuan terapi, tersedianva tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi ini dibagi
PEMBAHASAN
Terapi okupasi juga dapat merupakan bagian dari rehabilitasi medik untuk
pasien-pasien dengan penyakit fisik maupun gangguan mental. Disini, terapi okupasi
merupakan terapi medik yang terarah dengan menggunakan aktivitas sebagai media
terapi, dalam rangka memulihkan kembali fungsi seseorang sehingga mampu mandiri
semaksimal mungkin.
rehabilitasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengamati pasien saat mengerjakan
suatu aktivitas, saat berinteraksi dengan kelompoknya, dan dengan menilai hasil
berguna untuk mendukung ke arah suatu diagnosis tertentu serta menetapkan terapi
dorongan emosional secara wajar dan produktif. Dengan memberikan terapi okupasi
secara periodik maka akan dapat dilakukan evaluasi terhadap hasil pengobatan.
dengan orang lain dan masyarakat sekitar. Disamping itu juga dapat membantu
bersama-sama seperti gangguan bentuk dan isi pikiran, arus pikiran, persepsi, afek,
serta gangguan pada perilaku yang dapat bermanifestasi sebagai perilaku katatonik
seperti sikap apatis, pembicaraan yang terhenti, dan respon emosional yang
menumpul atau tidak wajar biasanya akan mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial. Selain itu bisa juga terjadi suatu
perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa
aspek perilaku seseorang yang bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan,
sikap malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara
sosial.
menekankan pada komunikasi dan terapi okupasi yang menekankan pada suatu
kegiatan atau karya. Kurangnya aktifitas pasien akan membuat pasien lebih asyik
psikososial seperti psikoterapi, terapi keluarga, dan terapi okupasi. Hal ini telah
dibuktikan setidaknya dari sebuah penelitian mengenai terapi okupasi pada pasien
pasien skizofrenia yang resisten terhadap pengobatan, yang kemudian diikuti dan
dievaluasi selama 6 bulan. Secara acak, mereka terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu
Clozapine dan terapi okupasi tampaknya lebih efektif dibandingkan hanya Clozapine
PENUTUP
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi seseorang
untuk melaksanakan suatu tugas tertentu yang telah ditentukan dengan maksud untuk
mempelajari keahlian atau fungsi yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri
derajat kesehatan
mungkin, sejak penderita dirujuk oleh dokter. Sebelum penderita mulai latihan, perlu
sekitarnya.
3. Membantu dalam melampiaskan gerakan-gerakan emosi secara wajar dan
produktif.
4. Membantu menemukan kernampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan
keadaannya.
5. Membantu dalam pengumpulan data guna penegakan diagnosis dan penetapan
terapi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Epidemology,41. 624-631.
3. Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara,
dan percetakan.
5. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., & Greene, Beverly. (2005). Psikologi
2003; p26-30.