Anda di halaman 1dari 17

Dosen Mata Kuliah : Ns. Andi Amalia S.Kep.,M.

Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas II

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI INDONESIA &


DI NEGARA BERKEMBANG

OLEH :
KELOMPOK IV (A1/2016)

1. Agustina Mangande NH0116008


2. Beatriks Paretta NH0116029
3. Biriani Tangdi NH0116030
4. Faridhah.Amin NH0116049
5. Fildzah Dhea Z.M NH0116050

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan hidayah serta karuniaNya, sehingga kami masih diberi kesempatan untuk bekerja
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Keperawatan Komunitas II”, makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II”.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar kami
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan.

Makassar, April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut sejarah, perkembangankeperawatan sangat dipengaruhi


olehperkembangan struktur dan kemajuanperadaban manusia.
Perkembangankeperawatan di dunia, diawali pada zamanpurbakafa (primitive
culturel sampai padamunculnya Florence Nightingale (1820) sebagaipelopor
keperawatan yang berasal dari Inggris.Sejak itu pula mulai dilakukan
penataanterhadap asuhan keperawatan di Rumah Sakit (RS) Militer di Turki. Hal
tersebut memberipeluang bagi Florence untuk meraih prestasidan sekaligus
meningkatkan status perawat.Kemudian Florence dijuluki dengan nama "The Lody of
the Lamp".

Menurut Loka karya Nasional Keperawatan tahun 1983, keperawatan


adalahpelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentukpelayanan bio - psiko -
sosial - spiritual yangmenyeluruh ditujukan kepada individu,kelompok, dan
masyarakat, baik sehat maupunsakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan.Sedangkan menurut lnternationol Council of Nurses, keperawatan adalah
fungsi unikmembantu individu yang sakit atau sehat,dengan penampilan kegiatan
yangberhubungan dengan kesehatan ataupenyembuhan {meninggal dengan
damai),hingga individu dapat merawat kesehatannyasendiri apabila memiliki
kekuatan, kemampuandan pengetahuan.

Keperawatan sebagai profesimempersyaratkan pelayanan


keperawatandiberikan secara profesional oleh perawatdengan kompetensi yang
memenuhi standardan memperhatikan kaidah etik dan moral,sehingga masyarakat
terlindungi karenamenerima pelayanan dan asuhan keperawatanyang bermutu.
Keperawatan sebagai profesijuga memiliki body of knowledge yang jelasberbeda
dengan profesi lain, altruistik, memilikiwadah profesi, memiliki standard dan
etikaprofesi, akuntabilitas, otonomi, dankesejawatan. Perawat juga
diharuskanakuntabel terhadap praktik keperawatan yangberarti dapat memberikan
pembenaranterhadap keputusan dan tindakan yangdilakukan dengan konsekuensi
dapat digugat secara hukum apabila tidak melakukan praktik keperawatan sesuai
dengan standar profesi,kaidah etik dan moral.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca khususnya bagi para
perawat pemula yang sedang kiat-kiatnya dalam menambah wawasan untuk
menuju perawat yang ahli, professional dan berwawasan luas dalan
menangani kesehatan yang ada di masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan keperawatan di
indonesia dan dinegara berkembang?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Perkembangan Keperawatan Komunitas di Indonesia &

di Negara-Negara Berkembang

II.1 Perkembangan keperawatan komunitas

Perkembangan keperawatan komunitas tidak terlepas dari tokoh metologi


Yunani, yaitu Asclepius dan Hegeia. Berdasarkan mitos Yunani, Asclepius adalah
seorang dokter yang tampan dan pandai, meski tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan apa yang telah ditempunya. Dia dapat mengobati penyakit bahkan
melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Sementara
Hegeai adalah asisten Asclepius yang juga merupakan istrinya, dia ahli dalam
melakukan upaya-upaya kesehatan.

II.2 Periode perkembangan kesehatan masyarakat

Periode perkembangan kesehatan masyarakat terdiri atas periode sebelum ilmu


p engetahuan dan periode ilmu pengetahuan

1. Periode sebelum ilmu pengetahuan

Perkembangan kesehatan masyarakat sebelum ilmu pengetahuan tidak dapat


dipisahkan dari sejarah kebudayaan yang ada didunia, diantaranya adalah budaya dari
bangsa Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi. Bangsa-bangsa tersebut menunjukkan
bahwa manusia telah melakukan usaha untuk menanggulangi masalah-masalah
kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut diperoleh catatan bahwa
telah dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum untuk menampung tinja
atau kototran manusia serta digalinya susia. Saat itu latrin dibangun dengan tujuan
agar tinja tidak menimbulkan bau yang tidak sedap dan pandangan yang tidak
menyenangkan. Belum ada pemikiran bahwa latrin dibangun dengan alasan kesehatan
karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit. Pembuatan susia oleh
masyarakat pada masa itu juga karena air sungai yang biasa mereka minum sudah
kotor dan terasa tidak enak , bukan karena minum air sungai dapat menyebabkan
penyakit.

Pada zaman romawi kuno, telah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan
kepada masyarakat untuk (Hanlon,1974):

a. Mencatatkan pembangunan rumah

b. Melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya

c. Melaporkan binatang peliharaan/ ternak yang dapat menimbulkan bau.

d. Pemerintah melakukan supervisi ketempat-tempat minuman, warung makanan,


tempat prostitusi, dan lain-lain.

Setelah itu kesehatan masyarakat makin dirasakan perlunya di awal abad ke 1 sampai
ke-7 dengan alasan sebagai berikut:

a. Berbagai penyakit menular mulai menyerang penduduk dan telah menjadi epidemi,
bahkan ada yang menjadi endemis.

b. Di Asia, khususnya Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika muncul penyakit
kolera yang telah tercatat sejak abad ke-7, bahkan di India penyakit kolera telah
menjadi endemis. Penyakit lepra telah menyebar ke Mesir, Asia kecil, dan Eropa
melalui para emigran.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kasus epidemi dan endemis,
diantaranya masyarakat mulai memerhatikan masalah:

a. Lingkungan terutama higiene dan sanitasi lingkungan


b. Pembuangan kotoran manusia (latrin)

c. Pembuangan sampah

d. Pembuatan ventilasi yang memenuhi syarat.

Pada abad ke-14 mulai terjadi wadah pes yang dasyat di Cina dan India. Pada tahun
1340 telah tercacat 13 juta orang meninggal karena wabah pes. Di India, Mesir, dan
Gaza dilaporkan bahwa 13ribu orang meninggal tiap hari karena serangan pes.
Berdasarkan catatan, jumlah orang yang meninggal karena wabah penyakit pes
diseluruh dunia waktu itu mencapai lebih dari 60juta orang, sehingg kejadian pada
waktu itu disebut “The Black Death” serangan wabah penyait menular ini
berlangsung sampai abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah kolera dan tifus juga
masih berlangsung. Pada tahun 1603 lebih dari 1 sampai 6 orang meninggal karena
penyakit menular, dan tahun 1665 sekitar 1 sampai 5 orang meninggal. Pada tahun
1759 dilaporkan 70ribu orang penduduk di Kabupaten Cyprus meninggal karena
penyakit menular. Penyakit lain yang menjadi wabah antara lain dipteri, tifus,
disentri, dan lain-lain.

2. Periode Ilmu Pengetahuan

Pada akhir abad ke-18 dan di awal abad ke-19 bangkitnya ilmu pengetahuan
mempunyai dampak yang sangat luas pada segala aspek kehidupan manusia,
termasuk pada aspek kesehatan. Pada abad ini pendekatan dalam penanganan masalah
kesehatan tidak hanya memandang pada aspek biologis saja, tetapi sudah
komprehensif dan multisektoral. Selain itu, telah ditemukan berbagai macam
penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegahan penyakit.

Pada tahun 1832, upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai


dilaksanakan di Inggris karena wabah penyakit endemis kolera yang terjadi pada
masyarakat di perkotaan, terutama yang miskin. Parlemen Inggris membentuk komisi
penanganan pada penyakit ini dan Edwin Chadwich seorang pakar sosial ditunjuk
sebagai ketua komisi untuk melakukan penyelidikan mengenai penyebab wabah
kolera ini. Hasil penyelidikan dilaporkan diantaranya yaitu masyarakat yang hidup
dalam kondisi sanitasi yang buruk , susia penduduk berdekatan dengan aliran air
kotor dan pembuangan kotoran manusia, adanya aliran air limbah terbuka yang tidak
teratur, makanan yang dijual dipasar tidak higiene (dihinggapi lalat atau kecoa),
sebagian besar masyarakat hidup miskin, serta bekerja ata-rata 14 jam perhari
sementara gaji yang mereka peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akhirnya parlemen Inggris mengeluarkan Undang-Undang yang mengatur upaya-
upaya peningktan kesehatan penduduk dan berbagai peraturan tentang sanitasi
lingkungan, sanitasi tempat-tempat kerja, pabrik dan lain-lain.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pendidikan untuk tenaga kesehatan
yang profesional mulai dikembangkan. Pada tahun 1908, sekolah kedokteran mulai
menyebar ke Eropa, Kanada dan negara-negara lain. Dalam perkembangannya,
kurikulum sekolah kedokteran mulai memerhatikan msalah kesehatan masyarakat dan
sudah didasarkan pada suatu asumsi bahwa penyakit dan kesehatan merupakan hasil
interaksi yang dinamis antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial
(termasuk kondisi kerja), kebiasaan perorangan, dan pelayanan kesehatan. Dari segi
pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855, pemerintah Amerika membentuk
Departemen Kesehatan yang pertama kali dengan tujuan untuk menyelenggrakan
pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi
lingkungan.

II.3 Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke-16,


yaitu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat ditakuti oleh masyarakat saat itu. (Wahit dan Nurul,2013). Penyakit kolera
masuk ke Indonesia tahun 1927, dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor.
Selanjutnya tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai
berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari wabah kolera tersebut Pemerintah
Belanda melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Pada tahun 1807 Gubernur
telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi yang tinggi. Namun upaya
ini tidak bertahan lama, akibat langkahnya tenaga pelatih kebidanan. Kemudian pada
tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai
penolong dan perawat persalinan. Pada tahun 1851 berdiri sekolah dokter Jawa oleh
Dr.Bosch dan Dr. Bleeker-Kepala Pelayanan Kesehatan Sipil dan Militer di Indinesia.
Sekolah ini dikenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche
Arsten) atau sekolah pendidikan dokter pribumi (Wahit dan Nurul,2013).

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tongkak perkembangan kesehatan


masyarakat di Indonesia adalah saat diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung
Plan) pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena dan Dr. Patah, yang selanjutnya dikenal
dengan nama Patah-Leimena. Dalam konsep ini, diperkenalkan bahwa dalam upaya
pelayanan kesehatan masyarakat, aspek preventif dan kuratif tidak dapat dipisahkan .
hal ini berati dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik dirumah sakit maupunj di puskesmas (Wahit dan
Nurul,2013).

Rendahnya sanitasi lingkungan dikarenakan perilaku penduduk yang tidak baik


(Zulkahfi et all,2015). Hingga akhirnya pada tahun 1968 dalam rapat kerja Kesehatan
Nasional dicetuskan bahwa puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan
terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati
sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu menyeluruh dan dijangkau oleh wilayah kerja kecamatan
dikota madya atau kabupaten (Zulkahfi et all,2015). Mengingat masih buruknya
kesehatan keluarga maka pada tahun 1974 dikeluarkan intruksi presiden mengenai
Sarana Air Minum dan Jamban Keluarga (Samijaga). Dan dilanjutkan dengan
program Perumahan Nasional, Proyek Husni Thamrin, Kampanye Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, serta berbagai program lainnya (Efendy,2013).

Perkembangan keperawatan di Indonesia masih belum


menggembirakandibanding dengan negara-negara maju. Dalam menjalankan
praktiknya, perawat kerap menghadapi permasalahan seperti keterbatasan wewenang.
Sehingga perawat tidak dapat menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal,
padahal tenaga perawat sangat dibutuhkan. Selain itu, dengan adanyaglobalisasi
dalam bidang perdagangan jasadimana profesi perawat tergabung dalam kesepakatan
Mutual Recognition Arrongementon Nursing Services, namun sampai saat
iniIndonesia belum meratifikasi kesepakatantersebut. Padahal dengan banyaknya
perubahan yang terjadi pada era globalisasi dimana perkembangan teknologi
informasimembuat tidak ada batas antar negara, telah memungkinkan arah
perkembangan keperawatan di Indonesia sejalan dengan arah perkembangan
keperawatan di negara maju.

Selain itu, melemahnya kepercayaan masyarakat dan maraknya tuntutan


hukumterhadap praktik tenaga kesehatan termasukkeperawatan, seringkali
diidentikkan dengankegagalan upaya kesehatan padahal perawathanya melakukan
daya upaya sesuai disiplinilmu keperawatan. Untuk itu, hanya perawatyang
memenuhi persyaratan saja yang akan mendapatkan lisensi/ijin melakukan pratik
keperawatan.

II.4 Pengembangan Keperawatan Bencana di Tiongkok dan Negara Lainnya

Di Tiongkok, tidak ada perkembangan bencana yang stabil penelitian


keperawatan, kurangnya jenis studi, dan kurang fokus pada pencegahan bencana,
kesiapan, dan pemulihan. Metode penelitian yang bervariasi dan meningkat fokus
pada pencegahan dan kesiapsiagaan bencana diperlukan di masa depan.
China adalah negara yang sering mengalami bencana alam.Pada 2015, dengan
36 bencana alam dilaporkan, Tiongkok menjadi negara dengan bencana paling alami
di dunia (Guha-Sapir, Hoyois, & Below, 2016).Lebih dari 70% kota Cina dan 50%
kota Populasinya terletak di daerah yang menderita parah bencana alam (Gao, Gao,
Li, & Jiang, 2013). Bencana sering disertai dengan korban, dan kemunduran kondisi
kesehatan dan sanitasi. Menurut seorang United Laporan negara, telah ada lebih dari
570 juta Singa yang hilang setiap tahun karena bencana (UNISDR,2015).

II.5 Perkembangan Keperawatan Di Negara-Negara Berkembang

Mencatat bahwa istilah 'keperawatan komunitas' dapat diterapkan pada


perawatan yang berfokus pada individu yang disediakan dalam komunitas, sedangkan
keperawatan kesehatan masyarakat dipandang mencakup lingkup praktik yang lebih
luas dengan fokus pada populasi.

Keperawatan komunitas di Amerika Serikat (AS) Peran perawat komunitas di


AS jelas diidentifikasikan sebagai mencakup dua peran dan jabatan yang berbeda.
Tujuan utama keperawatan kesehatan masyarakat adalah untuk mempromosikan
kesehatan masyarakat. Generalis CHN disiapkan di tingkat sarjana muda, dan
memberikan perawatan kepada individu, keluarga dan kelompok dalam berbagai
rangkaian perawatan primer. Para master yang disiapkan spesialis CHN melakukan
semua hal di atas, memiliki berbagai pengalaman klinis, keahlian dalam perumusan
kebijakan kesehatan dan sosial, penilaian kesehatan masyarakat dan pengembangan,
penerapan dan evaluasi program yang berfokus pada populasi (Zotti et al., 1996;
Mason et al., 1992) Namun, Mason et al (1992) berpendapat bahwa pada
kenyataannya, ini belum tentu demikian. Karena peraturan keuangan, CHN
menyediakan perawatan individu dan populasi mereka didefinisikan sebagai "lansia
yang tinggal di rumah". Perawat dengan gelar associate atau diploma sekarang juga
dipekerjakan dengan sedikit atau tidak sama sekali pendidikan keperawatan kesehatan
masyarakat.
Layzell dan McCarthy (1992) menemukan bahwa manajer perawat komunitas
menyadari pentingnya mendefinisikan spesialis perawat komunitas dan peran perawat
distrik untuk mencegah kebingungan mengenai peran dan duplikasi layanan.
Penelitian yang lebih baru diperlukan untuk menentukan apakah persepsi ini
mencerminkan sikap saat ini. Di Inggris, sebagian besar peran tradisional perawat
komunitas juga telah didefinisikan ulang sebagai pekerjaan pelayanan sosial.
Perubahan ini, dikombinasikan dengan pengenalan perawat komunitas spesialis,
menimbulkan ancaman bagi identitas profesional perawat komunitas (Griffiths &
Luker, 1994). Di Belanda, bidang keahlian khusus sedang dikembangkan untuk
mencegah ketidakpuasan di antara perawat, meningkatkan profesionalisme dan
membuat pengetahuan khusus tersedia di pangkalan perawat komunitas (Jansen et al.,
1997). Beberapa penulis mencatat bahwa keuntungan dari perawat komunitas
spesialis termasuk perawatan pasien yang lebih baik, peningkatan pengetahuan
perawat komunitas dan komunikasi yang lebih baik antara rumah sakit dan
masyarakat

Pengembangan peran praktik lanjutan:


implikasi dalam komunitas keperawatan internasional

Kebutuhan kesehatan di masyarakat Kebutuhan perawatan kesehatan yang tidak


terpenuhi di masing-masing negara tampaknya telah merangsang pengembangan
peran APN. Di AS, kebutuhan sosial tertentu di berbagai titik dalam waktu telah
menghasilkan pengembangan masing-masing peran APN. Sehubungan dengan
Thailand, di mana mayoritas populasi tinggal di daerah pedesaan, semua perawat
dilatih sebagai bidan sehingga mereka dapat menyediakan layanan bersalin. Di Brasil,
tampaknya kebutuhan kesehatan negara mendorong perkembangan pendidikan yang
dicatat dalam profesi. Penekanan lebih besar diberikan untuk perluasan peluang
pendidikan keperawatan untuk memenuhi persyaratan tenaga kerja dasar (Neves &
Mauro 2000).
Di Inggris, peran keperawatan telah berkembang sejak pertengahan tahun 1970-
an, bersama dengan ruang lingkup praktik keperawatan. Ini jelas berkembang sebagai
respons terhadap kebutuhan kesehatan yang muncul dari berbagai populasi
(Departemen Kesehatan 1999).
Di Thailand, keperawatan mengambil peran yang sangat aktif dalam
pengambilan keputusan seputar kebijakan kesehatan di tingkat Kementerian
Kesehatan dan membantu membentuk kebijakan seputar penawaran dan permintaan
tenaga kerja (Srisuphan 1998).
Di Inggris, contoh kebutuhan tenaga kerja dapat ditemukan dalam keputusan
nasional untuk mengurangi jam kerja dokter-dalam-pelatihan (NHS Management
Executive 1991). Seperti pengurangan pengurangan bagian pekerjaan mereka kepada
perawat, yang selanjutnya merangsang area baru dari pelatihan khusus dan peran
untuk perawat. Di Inggris, organisasi keperawatan telah berperan dalam memberikan
kepemimpinan dalam pengembangan standar untuk berbagai bidang praktik
keperawatan dan kebidanan, dan dalam saran / kolaborasi mereka dengan badan
pengatur. Dukungan dan kolaborasi dokter tampaknya sangat penting untuk
pengembangan peran APN. Di mana hal ini belum ada, peran tersebut tidak
berevolusi atau dihambat.
Di AS, organisasi keperawatan telah secara aktif membentuk kebijakan
kesehatan selama beberapa tahun; ini dipicu oleh pendirian berbagai organisasi
khusus. Namun demikian, keperawatan telah dikritik karena mementingkan diri
sendiri dengan kepentingannya sendiri dan bukan untuk kebaikan masyarakat.
Persepsi ini cenderung merusak keperawatan. Sebagai hasil dari jenis kesadaran ini,
keperawatan telah mengubah pendiriannya dan sekarang mengambil posisi dan
memberikan nasihat kepada legislator, baik di tingkat negara bagian dan nasional,
mengenai banyak masalah kebijakan sosial dan publik. Namun, keperawatan terus
melobi untuk kepentingannya sendiri, seperti untuk pendanaan untuk pendidikan
keperawatan dan penelitian keperawatan. Selain itu, organisasi keperawatan telah
memiliki dampak besar di tingkat negara bagian untuk memastikan perubahan
legislatif yang akan memungkinkan otonomi yang lebih besar untuk APN, di bidang-
bidang seperti sebagai ruang lingkup praktik, penggantian biaya untuk layanan
keperawatan, otoritas preskriptif, dll. Pada saat yang sama, keperawatan telah
menjadi pendukung utama upaya untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan
dan akses ke semua populasi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sejarah perkembangan keperawatan komunitas tidak dapat dipisahkan dari


perkembangan ilmu kesehatan dan perkembangan keperawatan secara umum

Sejarah perkembangan keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia memang


tidak banyak catatan tentang itu, dan juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
kesehatan secara umum. Akhirnya dengan visi pembangunan perkembangan
kesehatan yg baru (Indonesia sehat 2010), maka melalui strategi yg dirancang
diharapkan pelaksanaan keperawatan kesehatan komunitas akan dikembangkan &
dilaksanakan secara profesional dengan kualitas SDM perawat yg juga semakin baik.

Pengembangan peran praktik perawat tingkat lanjut di empat negara: Brasil,


Thailand, Inggris, dan Amerika Serikat. Beberapa kekuatan sosiopolitik dan
profesional diperiksa untuk kemungkinan wawasan dan cara di mana mereka
mungkin telah membentuk perkembangan dan evolusi peran perawat praktik lanjut
(APN).

B. SARAN

1. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan.
2. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan
khususnya dalam mata kuliah keperawatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Allan, H. (2010). Mentoring overseas nurses: Barriers to effective and non-


discriminatory mentoring practices. Nursing Ethics, 17(5), 603–613. http://
dx.doi.org/10.1177/0969733010368747
Appleby F & Sayer L (2001):Public health nursing-health visiting.

Australian Bureau of Statistics. (2013). Australian social trends: doctors and nurses.
(No.4102.0) Retrieved from. Canberra: ACT.
http://www.abs.gov.au/AUSSTATS/abs@.nsf/Lookup/4102.0Main+Features20
April+2013#p7
Bevis EO & Watson J (1989):Toward a caring curriculum:a new pedagogy for
nursing.National League for Nursing,New York.

Darmawan,Deden.(2013). PengantarKeperowoton Profesionol. Yogyakarta:Gosyen


Publishing.

Department of Health (1999) Making a Difference: Strengthening the Nursing,


Midwifery and Health Visiting Contribution to Health and Healthcare. Department
of Health,London.

Effendy. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori Dan Praktik dalam


Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta: EGC.

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Pustaka As Salam.


Sulawesi Selatan.

Joe, "sejarah dan Perkembangan KeperawatanDunia",http ://perawattega l.word


press:com/2009/09/09/seiara h-perkem ba ngan-keperawatan-di-dunia/ , diakses
14 Juli2OLL.

Meleis, A. I. (1991). Theoretical nursing: Development and prog-


ress. New York: J.B. Lippincott.
Science,Australia. Baum F (1998):The new public health:an Australian
perspective.Oxford University Press,Melbourne.

Srisuphan,W.(1998) Establishment of the First National Nursing and Midwifery


Development Plan in Thailand.Proceedings ofthe Second International Conference
on Expanding Boundaries ofNursing Education Globally.Mahidol
University,Faculty of Nursing, Bangkok,Thailand,pp.113–117.

Wahit Iqbal, Nurul Chayatin. 2013. Ilmu Keperawatan Komunitas. Salemba Medika.
Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai