Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH SOSIAL DISTANCING TERHADAP PERILAKU

PSIKOLOGIS MASYARAKAT

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

Muhammad Nur Kurung

NH0116098

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
USULAN PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

PENGARUH SOSIAL DISTANCING TERHADAP PERILAKU


PSIKOLOGIS MASYARAKAT

II. RUANG LINGKUP PENELITIAN

KEPERAWATAN JIWA

III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Keperawatan jiwa
menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori
kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja
teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.

Pada awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan wabah virus corona
(Covid19) yang menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. WHO semenjak
Januari 2020 telah menyatakan dunia masuk ke dalam darurat global terkait
virus ini. Ini merupakan fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke
21, yang skalanya mungkin dapat disamakan dengan Perang Dunia II, karena
event-event skala besar (pertandingan-pertandingan olahraga internasional
contohnya) hampir seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini pernah
terjadi hanya pada saat terjadi perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya
yang dapat membatalkan acara-acara tersebut. Terhitung mulai tanggal 19
Maret 2020 sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732 orang
meninggal dunia dan pasien yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang. (Singh,
J. 2020)

Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status


darurat bencana terhitung mulai tanggal 29 Februari 2020 hingga 29 Mei 2020
terkait pandemi virus ini dengan jumlah waktu 91 hari. Langkah-langkah telah
dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah
satunya adalah dengan mensosialisasikan gerakan Social Distancing. Konsep
ini menjelaskan bahwa untuk dapat mengurangi bahkan memutus mata rantai
infeksi Covid-19 seseorang harus menjaga jarak aman dengan manusia lainnya
minimal 2 meter, dan tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain,
menghindari pertemuan massal. (Singh, J. 2020)

Ketakutan psikologis mungkin lebih intensif sekarang dibandingkan


dengan 17 tahun yang lalu selama periode SARS, dengan peningkatan
perjalanan udara dan peningkatan keterhubungan global yang membuat
penyebaran pandemi menjadi jauh lebih mudah. Liputan media yang luas
tentang epidemi sekarang dapat memengaruhi respons fisik dan psikologis
publik terhadap ancaman penyakit menular, yang mungkin dapat memperkuat
kekhawatiran sementara berfungsi sebagai alat penting untuk mendorong
tindakan pencegahan dan pencegahan. Dari dampak psikologis yang dapat
ditimbulkan oleh wabah pada manusia. Di antara masyarakat umum di tingkat
individu, itu dapat memicu gejala kejiwaan baru pada orang tanpa penyakit
mental, memperburuk kondisi orang-orang dengan penyakit mental yang sudah
ada sebelumnya dan menyebabkan tekanan pada pengasuh individu yang
terkena dampak. Terlepas dari paparan, orang mungkin mengalami ketakutan
dan kecemasan jatuh sakit atau sekarat, tidak berdaya, atau menyalahkan orang
lain yang sakit, berpotensi memicu. (Mona, N. 2020)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, di dapatkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Pengaruh sosial distancing terhadap
psikologis masyarakat”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh sosial distancing terhadap psikologis


masyarakat ?

2. Tujuan

a. Mengetahui pengaruh sosial distancing terhadap masyarakat ?


b. Mengetahui pengaruh perilaku psikologis masyarakat ?

c. Mengetahui pengaruh sosial distencing dan psikologis terhadap


perilaku psikologis masyarakat ?

D. Manfaat Penelitian
1. Ilmiah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan acuan dalam


menambah ilmu pengetahuan tentang Pengaruh Sosial Distancing
Terhadap Psikologis Masyarakat.

2. Institusi

Sebagai bahan pembanding bagi kalangggan akademik untuk


penelitian lebih lanjut dalam rangka memperkaya bahan informasi
penelitian khususnya tentang pengaruh sosial distancing terhadap
psikologis masyarakat.

3. Bagi penelitian sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan


wawasan peneliti dalam mengaplikasikan teori-teori keperawatan jiwa.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan umum masing-masing variabel penelitian
1. Sosial Distancing

a. Pengertian Sosial Distancing

Sosial Distancing mengacu pada tindakan untuk mengurangi


jumlah dan durasi kontak dan meningkatkan jarak fisik antara individu
untuk memperlambat penyebaran penyakit menular. Dilakukan jarak
sosial ini lebih tepatnya untuk mengurangi durasi terjadinya virus corona
atau covid-19 yang sedang bertolak hampir di semua negara yang
menjadi penyebab banyak orang yang sakit. WHO menegaskan, tindakan
menjaga jarak fisik dan mengisolasi diri jika sedang sakit memang
diperlukan untuk meredam penyebaran COVID-19, namun hal itu bukan
berarti lantas menjadikan seseorang menjadi terisolasi secara sosial.
(Annisa, 2020)

Social distancing sengaja meningkatkan ruang fisik antara orang-


orang untuk menghindari penyebaran penyakit. Selama epidemi atau
pandemi, sosial distancing harus dilakukan di antara populasi umum.
Sosial distancing dapat juga dilakukan dalam lingkungan yang
terkandung (misalnya, rumah, kantor) dan ruang bersama (misalnya,
kafetaria, angkutan umum) serta ruang alami (misalnya taman), namun,
dapat menjadi sulit untuk ditegakkan secara budaya dan sosial.
Keputusan untuk menutup bisnis yang tidak penting dan membatalkan
acara komunitas dilakukan oleh berbagai tingkat pemerintah dalam
upaya untuk mengimplementasikan, atau secara tidak langsung
menegakkan, menjauhkan jarak sosial. Sosial distancing berbeda dari
karantina diri atau kelompok, yang mengacu pada membatasi pergerakan
orang tanpa gejala yang telah terpapar penyakit (misalnya, Tinggal di
rumah atau lokasi tertentu lainnya, tanpa pengunjung). Ini juga berbeda
dari isolasi, yang mengacu pada menjaga orang dengan infeksi yang
diketahui menjauh dari orang yang rentan. (Prin & Bartels, 2020)

b. Tujuan Sosial Distancing

Untuk mencapai tujuan tersebut, paling tidak terdapat tiga bentuk


pengaturan diri yang harus dilakukakan, yaitu covert regulation,
behavioral regulation, dan environ mental regulation.

1) Covert regulation dapat dipahami bahwa pengaturan kognitif


dan afektif pada diri manusia agar mendukung atau tidak
menggangu proses pencapaian perilaku sosial distancing,
misalnya pemahaman akan penting tidak keluar rumah.

2) Environmental regulation menunjuk pada pengamatan dan


pengelolaan lingkungan sehingga mendukung terdapat
proses pencapaian tujuan perilaku sosial distancing, misalnya
perilaku mempersiapkan fasilitas kerja/belajar di rumah.
3) Behavioral regulation menunjuk pada pengaturan perilaku
yang sakiranya menjadi prasyarat bagi tercapainya tujuan
sosial distancing dalam kajian psikologi Islam,
mengedepankan prinsip agama, regulasi diri ini disampaikan
secara rinci dan detail. (Adnan, 2020)

c. Penyebab Sosial Distancing

Hal itu disebabkan, virus Corona sangat mudah menular. Cara


penularan utama penyakit ini adalah melalui tetesan kecil (droplet) yang
dikeluarkan pada saat seseorang batuk atau bersin. Studi awal
menunjukkan, COVID-19 dapat bertahan hingga beberapa jam,
tergantung jenis permukaan, suhu, atau kelembaban lingkungan.
Pembatasan sosial berskala besar bertujuan untuk mencegah meluasnya
penyebaran penyakit di wilayah tertentu. Pembatasan sosial berskala
besar paling sedikit meliputi, meliburkan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan a vtau pembatasan kegiatan di tempat
atau fasilitas umum. (Prin & Bartels, 2020)

d. Fakto-faktor yang mempengaruhi Sosial Distancing

Menurut Perkasa, (2020), ada 6 faktor yang menyebabkannya, yaitu :

1) Masyarakat belum merasakan keseriusan wabah penyakit.

2) Kebijakan antara pusat dan daerah yang belum sinkron.

3) Adanya pengembangan dari beberapa orang pejabat daerah.

4) Relasi antara pemerintahan dan non-pemerintahan yang belum


singergi.

5) Ketidak sanksi bagi yang melanggar.

6) Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang


masih lemah.

Pendapat ini menggambarkan bahwa untuk menegakkan sosial


distancing saja kita butuh untuk bersatu, bukan berpisah.
e. Dampak Yang Timbul Pada Sosial Distancing

Pandemik Covid-19 juga memberikan dampak sosial, ekonomi,


dan politik. Kita melihat sekolah dan universitas ditutip, tempat
perbelanjaan sepi, angkutan umum di batasi dan lain sebagainya.
Kondisi ini menunjukkan bagaimana situasi saat ini sangat
mengkhawatirkan dan perlu strategi bersama untuk penanganannya.
(Daud, 2020)

Penerapan sosial distancing memiliki sejumlah efek di tengah


masyarakat, di antaranya adalah Dampak ekonomi yang sangat dirasakan
terutama bagi warga menengah kebawah. Seperti yang diungkapkan oleh
narasumber Ojek online dan pedagang kaki lima bahwa tindakan yang
penting dilakukan saat ini adalah “memanusiakan manusia” rangkulan
tangan sebagai wujud empati semua pihak. (Fitrah, 2020)

f. Pencegahan

Social distancing dapat mencegah virus corona menyebar secara


contagious dalam suatu jaringan sosial. Dengan memahami signifikasi
isolasi maupun social distancing yang telah dianjurkan oleh pemerintah,
diharapkan warga Indonesia dapat secara sadar menjalankan aturan ini
dan pandemi dapat segera berakhir. (Mona, N. 2020)

Selain itu, ada beberapa contoh penerapan social distancing yang


umum dilakukan, yaitu:

1) Bekerja dari rumah (work from home)


2) Belajar di rumah secara online bagi siswa sekolah dan
mahasiswa
3) Menunda pertemuan atau acara yang dihadiri orang banyak,
seperti konferensi, seminar, dan rapat, atau melakukannya
secara online lewat konferensi video atau teleconference
4) Tidak mengunjungi orang yang sedang sakit, melainkan
cukup melalui telepon atau video call
2. Psikologis Masyarakat

a. Pengertian Psikologis Masyarakat

Kondisi psikologis dan fisiologis terganggu akibat dibombardir


berita tentang wabah ini. Akibatnya muncul gejala semu mirip infeksi
SARS-CoV-2 seperti demam, sakit tenggorokan, dan batuk. (Aditya,
2020)

b. Dampak Psikologis Masyarakat

Kementerian Kesehatan (Kemenkes 2020) Bambang Wibowo


menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 bakal berdampak signifikan
pada sisi kesehatan masyarakat secara luas. Tidak hanya kesehatan fisik,
melainkan juga kesehatan jiwa masyarakat.

Di masyarakat luas dapat timbul perasaan tertekan, stres dan cemas


dengan pemberitaan mengenai meningkatnya jumlah penderita Covid-
19. Pemberitaan yang simpang siur atau kurang tepat, dapat memicu
stres yang mempengaruhi hormon stres. Sehingga itu menyebabkan
sistem imun menurun dan rentan tertular Covid-19

Selanjutnya, bagaimanakah mengantisipasi dampak psikologis


terhadap Covid-19 ini? Perlu strategi coping adaptif yaitu cara mengatasi
masalah yang adaptif oleh baik penderita maupun masyarakat luas.
Perasaan khawatir, tertekan dan cemas ini apabila dapat diolah dengan
tepat oleh individu maka bisa mengarahkan individu tersebut pada reaksi
melindungi diri dengan tepat dan meningkatkan religiusitas individu
karena individu dapat lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Sebaliknya,
apabila strateginya adalah coping maladaptif maka tidak menutup
kemungkinan individu dapat mengalami distres, cemas, gejala obsesif
kompulsif atau permasalahan psikologis lainnya.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Psikologis Masyarakat

Faktor psikologis sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh


masyarakat Karena itu, upaya mencegah Covid-19, harus dilakukan
dengan memperhatikan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Baik aspek
kesehatan fisik maupun dan non-fisik. Masyarakat selalu diajak untuk
menjaga stamina, makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, olahraga
teratur, gembira, dan tidak boleh panik. Kalau kita bisa menggunakan
istilah yang gampang, perut kenyang, hati senang, dan pikiran tenang
Mereka yang panik depresi, ketakutan, was-was akan mengalami
penurunan imunitas tubuh dan pada akhirnya dengan mudah terpapar
Covid-19 sehingga peluncuran layanan Psikologi Sejiwa adalah salah
satu langkah strategis pemerintah untuk melindungi masyarakat dari
ancaman Covid-19. Dampak psikologis dinilai oleh Dampak Skala
Acara-Direvisi (IES-R), dan status kesehatan mental dinilai oleh Skala
Depresi, Kecemasan dan Stres (IASC, 2020).

1) Depresi

2) Kecemasan

3) Stress

d. Perilaku Psikologis Masyarakat

Perilaku yang dikenal oleh pusat kesadaran atau otak. Setelah


stimulus diterima oleh reseptor, kemudian diteruskan ke otak yang
selanjutnya baru terjadi respons melalui efektor. Proses yang terjadi
dalam otak tersebut proses psikologis. Perilaku atas dasar proses
psikologis ini disebut aktivitas psikologis.

Perilaku psikologis sangat dominan yang mana perilaku sangat


banyak terjadi dalam diri manusia, di samping perilaku yang bersifat
refleksif. Perilaku refleksif pada hakikatnya tidak dapat kita kendalikan,
mengingat perilaku refleksif ini adalah perilaku yang alamiah bukan
suatu perilaku yang dibentuk. Perilaku nonrefleksif merupakan suatu
perilaku yang dibentuk dan dapat dikendalikan, maka perilaku ini dapat
berubah setiap saat sebagai hasil dari proses belajar.
3. Tinjauan Tentang Pengaruh Sosial Distancing Terhadap perilaku
Psikologis masyarakat

Pengaruh social distancing untuk menahan laju penularan virus


corona Social distancing disebut sebagai langkah yang tepat di tengah
virus yang sudah terdeteksi di beberapa kota di Indonesia. Tak hanya di
Indonesia, kampanye social distancing juga dilakukan di banyak negara
setelah pandemi global virus corona. Masyarakat diminta mengambil
jarak. Lebih banyak berdiam di rumah, menghindari kerumunan, dan
diimbau berjarak 2 meter jika bertatap muka atau berada dalam satu
lokasi. Kepala Bidang Media dan Opini Publik Kementerian Kesehatan
Busroni mengatakan, dampak social distancing sangat besar untuk
mencegah, menahan, atau memperlambat penularan lebih banyak virus. 

Rasa takut, kekhawatiran dan faktor penyebab tekanan yang terus


ada di masyarakat selama wabah COVID-19 dapat menyebabkan
konsekuensi jangka panjang di tengah masyarakat dan keluarga.
a. Melemahnya hubungan sosial, dinamika lokal dan ekonomi
b. Stigma terhadap pasien yang selamat sehingga ditolak masyarakat
c. Kemungkinan timbulnya amarah dan permusuhan terhadap
pemerintah dan tenaga garis depan Kemungkinan rasa ragu atas
informasi dari pemerintah dan otoritas lain
Kemungkinan kambuhnya gangguan kesehatan jiwa dan penyalah-
gunaan obat dan akibat-akibat negatif lain karena orang menghindari
fasilitas kesehatan atau tidak dapat menjangkau tenaga kesehatan
Semakin meluasnya wabah dan dampak dari virus ini secara
signifikan didalam segi-segi kehidupan masyarakat Indonesia, maka
menjaga kesehatan mental tetap dalam kondisi prima adalah suatu
keharusan. Mental yang sehat akan membuat kepuasaan hidup yang erat
kaitannya dengan kebahagiaan dimana orang yang bahagia akan
memiliki sistem imun yang tinggi, sehingga dapat menangkal wabah
virus.

Selain itu, pembatasan social juga dilakukan dengan meminta


masyarakat untuk mengurangi interaksi sosial mereka dengan tetap
tinggal di dalam rumah maupun pembatasan penggunaan transportasi
publik. Social distancing atau yang belakangan dianggap lebih tepat
sebagai physical distancing (pembatasan interaksi fisik), menjadi bagian
pencegahan level masyarakat.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat yang


kurang bijak menyikapi kebijakan pemerintah untuk 14 hari beraktivitas
di dalam rumah (belajar, bekerja dan beribadah di rumah), dimana
mereka malah berlibur ke tempat wisata. Masyarakat inilah yang
sebaiknya perlu diedukasi mengenai pentingnya mematuhi kebijakan
pemerintah dan dampak dari sikapnya tersebut bagi keluarganya dan
masyarakat lain.

Himbauan untuk masyarakat dari Himpunan Psikologi Indonesia


terkait penyebaran Covid-19 yang disingkat psikologi. Pertama
Perhatikan kesehatan, kedua Sosial distancing, ketiga Ingatlah menjaga
kebersihan, keempat Konsumsi buah, vitamin dan makanan bergizi,
kelima Olah pikir, olah rasa dan meminimalisir kecemasan, keenam
Lakukan kebiasaan baik dengan menutup mulut, hidung ketika batuk dan
bersin serta hindari menyentuh bagian wajah dengan tangan, ketujuh
Olahraga secara teratur, kedelapan Gunakan masker dan kesembilan
Ingatlah untuk berdoa. 

Berdasar kajian tersebut, diharapkan setiap individu tetap tenang


dalam menghadapi situasi tersebut, karena COVID-19 juga menyerang
imun tubuh, jika seorang cemas berlebihan dan mengidap gejala
psikosomatis kemudian direspon dengan panik dan semakin berpikiran
negatif, bisa saja COVID-19 benar akan menyerangnya karena imunnya
yang melemah. Kecemasan dapat direduksi dengan perilaku yang positif
seperti selalu mencuci tangan, mengenakan masker, dan akan lebih baik
jika melakukan social distancing untuk sementara waktu hingga kasus
tersebut mereda.
B. Kerangka teori

Sosial Distancing

Penyebab Dampak Yang


Faktor yangmempengaruhi
Sosial Distancing Timbul Pada Sosial
Sosial distancing
virus Corona sangat Distancing :
Menurut Perkasa, (2020), ada 6
mudah menular 1. Dampak sosial
faktor yang menyebabkannya,
2. Ekonomi dan
yaitu :
3. Politik.
1) Masyarakat

2) Kebijakan

3) Adanya pengembangan

4) Relasi antara pemerintahan


dan non-pemerintahan

5) Ketidak sanksi bagi yang


melanggar.

6) Tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap
pemerintahan

Psikologis Masyarakat

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Psikologis


Masyarakat :

1) Depresi

2) Kecemasan

3) Stress
V. KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Dasar pemikiran variabel penelitian


Menjaga jarak dari orang di sekitar atau kini trend disebut dengan Social
Distancing merupakan satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
Indonesia untuk mencegah penyebaran Virus Corona atau Covid-19.
Kebijakan untuk melakukan Social Distancing ini berdampak pada aktivitas di
masyarakat. Seperti adanya pengalihan kegiatan belajar tatap muka beralih
menjadi kelas online atau daring. Selain itu beberapa kantor negri dan swasta
juga menginstruksikan untuk Work From Home (WFH) atau bekerja dari
rumah.

Dalam Ilmu Sosiologi sendiri terdapat istilah Social Distance yang biasa
digunakan oleh Sosiolog. Namun terdapat sedikit perbedaan makna, Social
Distance sendiri memiliki arti jarak sosial yang menekankan makna “sosial”
menjadi “status sosial individu” misal antara kalangan ekonomi kelas atas dan
bawah atau persahabatan antara dua orang. Salah satu yang mempengaruhi
Social Distance ialah kepercayaan. Misal jika kedua individu bersahabat maka
mereka saling memiliki kepercayaan yang tinggi.

B. Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Sosial Distancing Psikologis


Masyarakat
Keterangan :
: Variabel independen yang di teliti.

: Variabel dependen yang di teliti.

: Hubungan antara variabel

C. Defenisi Operasional dan kriteria objektif


1. Pengetahuan
Pengetahuan yang di maksud dalam penelitian ini adalah
pengetahuan masyarakat tentang sosial distancing selama adanya
pandemi Covid19.
Kriteria objektif
Baik : Jika skor ≥ 50%
Buruk : Jika skor ≤ 50%
2. Perilaku
Perilaku yang di maksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan
masyarakat tentang pelaksanaan sosial distancing.
Kriteria objektif
Menerima : Jika skor ≥ 50%
Menolak : Jika skor ≤ 50%
3. Praktik sosial
Praktik sosial yang di maksud dalam penelitian ini adalah kebiasaan
masyarakat yang kurang memperhatikan sosial distancing.
Kriteria objektif
Baik : Jika skor ≥ 50%
Buruk : Jika skor ≤ 50%
4. Sosial distancing
Sosial distancing yang di maksud dalam penelitian ini adalah untuk
mengurangi jumlah dan durasi kontak dan meningkatkan jarak fisik
antara individu untuk memperlambat penyebaran penyakit menular.
Kriteria objektif
Baik : Jika skor ≥ 50%
Buruk : Jika skor ≤ 50%

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian
yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.
1. Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada pengaruh sosial distensing terhadap psikologis masyarakat
b. Ada pengaruh perilaku psikologis masyarakat
VI. METODE PENELITIAN

A. Rencana desain penelitian


Instrumen yang digunakan dalam ini berupa kuisioner. Kuisioner
dikatakan valid untuk dijadikan sebagai instrument penelitian sehingga telah
banyak di gunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Nursalam, 2016).

B. Tempat dan waktu penelitian


1. Tempat Penelitian :
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sudiang Kecamatan
Biringkanaya Kota Makassar.
2. Waktu Penelitian :
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan juni 2020.

C. Populasi dan sampel penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di Sudiang kecamatan
biringkanaya.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian akan mengambil
sampel dari populasi itu. (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini
adalah sebagian dari populasi. Besar sampel ditentukan dengan rumus :
n= N
1+N(d)²
n = sampel
N = Populasi
d = Nilai Presisi 95% atau sig 0,05
Karakteristik sampel :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Bersedia menjadi responden peneliti

D. Alat atau instrumen penelitian


Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2017)

E. Uji Instrumen penelitian


a. Uji validitas
Validitas menyatakan apa yang seharusnya di ukur, sebuah instrumen
dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apaapa yang
seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu (Setiadi, 2017).
Dalam penelitian ini, kuesioner dukungan keluarga dilakukan uji validitas
korelasi Product Moment (Sugiyono, 2016). Adapun rumus yang digunakan
untuk uji validitas adalah :

ri = nΣ XY - ( ΣX )( ΣY )
√[ nΣ X2- (Σ X)2 I nΣ Y2- (Σ Y)2]

Untuk mengetahuin tentang tingkat validitas kuesioner, dilakukan uji


coba responden. Selanjutnya dihitung dengan rumus korelasi Product
moment dengan menggunakan bantuan komputer. Pengujian dilakukan
dengan melihat angka koefisien korelasi (r) yang menyatakan hubungan
antara skor pernyataan dengan skor total (Item-total correlation). Hasilnya
dibandingkan dengan r tabel dengan menggunakan alpha = 5%, sehingga r
tabel dalam uji validitas ini sebesar 0,514. Jika r hitung > r tabel maka butir
pernyataan dinyatakan valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Setiadi, 2017). Berarti hal ini
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pada penelitian ini, uji
reliabilitas akan menggunakan rumus Alpha Crombach (Sugiyono, 2016),
hal ini dikarenakan tes yang digunakan berbentuk angket dengan skala
bertingkat atau ordinal.
Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang
benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan
sama. Reliabilitasnya menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu.
Kriteria besarnya koefisien reliabilitas menurut (Sugiyono, 2016),
penulis sajikan dalam tabel sebagai berikut:
ri = K 1- ∑ S i2
( K-1) st 2
Keterangan :
K = mean kuadrat antara subyek
∑ = mean kuadrat kesalahan
st 2 = varians total

F. Proses pengumpulan data


Proses pengumpulan data adalah cara yang digunakan penelitian dalam
mengumpulkan data melalui pencatatan peristiwa-peristiwa, kerterangan,
karakteristik sebagian atau seluruh populasi akan menunjang atau mendukung
penelitian. Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan metode
pengumpulan data dari variabelbeban kerja dan kondisi kerja.

G. Pengolahan dan analisis data


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan google form dengan
mengisi kuesioner yang disediakan, selanjutnya menggunakan bantuan
program SPSS dengan urutan sebagai berikut :
1. Editing
Upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau
dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul.
2. Koding
Kegiatan kode numeric atau angka terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori dan di buat daftar variabel sesuai dengan yang ada di
dakam instrument penelitian. Kemudian hasil koding siap di masukkan.
3. Entry data
Kegiatan memasukkan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Dalam tahap ini diolah dan dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Data diolah dengan software proses computer yaitu :
a. Analisis Univarial : dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi dan frekuensi dari variabel dependen dan independen.
b. Analisis bivariat : dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dalam analisis ini uji statistik

H. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapatkan izin dari instrumen.
Masalah etika yang perlu dipertahankan dalam meneliti, yaitu :
1. Informed consent
Bentuk persetujuan antara peneliti dan responden peneliti dengan
memberikan lembar persetujuan. Tujuan agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian.
2. Anonymity (tanpa nama)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan
jaminan data penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau menempatkan nama responden pada lembar pengumpulan data atau
hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberi jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin kerahasiaannya
oleh peneliti. (Tri, 2015).
VII. PERSONALIA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Personalia Penelitian

1. Peneliti : Muhammad Nur Kurung

2. Pembimbing I : Sudirman, S.Kep., Ns., M.Kes

3. Pembimbing II : Baharuddin, S.Kep., Ns., M.Kes


REFERENSI

Adnan, A. (2020). Regulasi Diri dalam Membentuk Social Distancing (A. Q. Muhammad,
ed.). Sulawesi selatan: IAIN Parepare Nusantara Press.

Annisa, F. I. (2020). TEACHING FROM HOME: dari Belajar Merdeka Menuju Merdeka
Belajar. In S. Janner (Ed.), Berpikir Secara Fleksibel Dan Harapan Nyata Di Era
Covid-19 (p. 21). Medan: yayasan kita menulis.

Daud. (2020). Pandemik Covid-19: Persoalan dan Refleksi di Indonesia (L. Tonni, ed.).
Medan: yayasan kita menulis.

Fitrah, M. D. (2020). Coronalogy: Varian Analisis & Konstruksi Opini. In abdullah


qadaruddin Muhammad (Ed.), Perang Gagasan Melawan Covid-19 Perspektif Media
Framing (pp. 108–117). Sulawesi selatan: IAIN Parepare Nusantara Press.

Mona, N. (2020). KONSEP ISOLASI DALAM JARINGAN SOSIAL UNTUK


MEMINIMALISASI EFEK CONTAGIOUS ( KASUS PENYEBARAN VIRUS CORONA
DI INDONESIA ) Jurnal Sosial Humaniora Terapan. 2(2), 117–125.

Prin, M., & Bartels, K. (2020). Social distancing: implications for the operating room in the
face of COVID-19. Canadian Journal of Anaesthesia = Journal Canadien d’anesthesie.
https://doi.org/10.1007/s12630-020-01651-2

Singh, J., & Singh, J. (2020). Sarjana Penelitian PhD , Universitas Pusat Jammu , India
Surel : jk.ladakh@gmail.com M . Sc . Elektronik , Universitas Jammu , India Abstrak
Pengantar : Pada bulan Maret 2020 , Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyebut
virus Corona sebagai penyakit pandemi yang. 2, 168–172

Anda mungkin juga menyukai